Anda di halaman 1dari 226

PERENCANAAN PEMBELAJARAN ILMU

PENDIDIKAN SOSIAL (IPS)

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) i


ii Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) iii
Copyright ©2022, Bildung
All rights reserved

PERENCANAAN PEMBELAJARAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL (IPS)

Dr. Moh. Sutomo, M.Pd

Editor: Asnawan
Desain Sampul: Ruhtata
Layout/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS)//Dr. Moh. Sutomo, M.Pd/
Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2022

xii + 212 halaman; 15 x 23 cm


ISBN: 978-623-6379-72-1

Cetakan Pertama: Februari 2022

Penerbit:
BILDUNG
Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791
Email: bildungpustakautama@gmail.com
Website: www.penerbitbildung.com

Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak


sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari Penerbit dan Penulis

iv Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


PENGANTAR PENULIS

KEBERADAAN buku referensi dalam proses belajar mengajar


adalah sebuah kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Buku
referensi merupakan kebutuhan dalam pemenuhan sumber
belajar bagi mahasiswa maupun para praktisi Pendidikan (guru
dan dosen) dalam mengembangkan pembelajaran. Buku yang
berjudul perencanaan pembelajaran IPS ini ditulis sebagai salah
satu referensi mata kuliah perencanaan pembelajaran IPS di
program studi tadris IPS di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) di Universitas Islam Negeri Jember.
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) atau Social Studies merupakan
salah satu mata pelajaran pada jenjang Madrasah Tsanawiyah
(MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan
karakteristiknya, IPS merupakan mata pelajaran yang komprehensif,
yaitu pembelajaran yang disusun dengan menghubungkan bahan-
bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dengan kehidupan nyata
di masyarakat. Oleh karena itu IPS menyajikan pengalaman dan
permasalahan, serta memproyeksikannya pada kehidupan di
masa depan. Pembelajaran IPS menuntuk untuk mengutamakan
peran aktif siswa melalui proses pembelajaran inkuiri. Sehingga
pembelajaran yang bersifat pengetahuan, keterampilan dan
membentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari yang
terus berkembang seiring perkembangan masyarakatnya.
Sebagai implikasi dari konsistensi peran guru dalam
pengelolaan proses belajar mengajar terutama dalam pembelajaran
IPS, maka buku perencanaan pembelajaran IPS ini diharapkan

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) v


mampu menjembatani pemahaman pembaca, khususnya
mahasiswa program studi pendidikan/tadris IPS serta guru-
guru IPS tentang sikap profesionalisme dalam partisipasinya
mengembangkan pembelajaran IPS. Hal ini dikarenakan bahwa
guru IPS sebagai tenaga pendidik profesional, merupakan
garda terdepan dalam proses inovasi dan kreatifitas dalam
mengembangkan pembelajaran IPS.
Buku ini merupakan referensi sederhana bagi mahasiswa
khususnya untuk memahami bagaimana dimensi perencanaan
pembelajaran IPS dalam tataran konsep, teori, prinsip, prosedur,
komponen, pendekatan, model, evaluasi sampai dengan
bagaimana peran guru sebagai praktik penyusunan perencanaan
pembelajaran IPS. Buku referensi perencanaan perencanaan
pembelajaran IPS juga di lengkapi dengan lampiran-lampiran
tentang bentuk dan model struktur RPP baik berdasarkan
peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan, maupun
edaran dirjen Pendis nomor nomor 5164 tahun 2018 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah,
serta model perencanaan perencanaan pembelajaran yang terbaru
yaitu merdeka belajar berdasarkan permendikbud nomor 14
tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
senantiasa diharapkan untuk perbaikan isi buku ini.

Jember, Januari 2022


Penulis

vi Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


DAFTAR ISI

Pengantar Penulis ꙮ vii


Daftar Isi ꙮ ix
Daftar Gambar ꙮ xi
Daftar Tabel ꙮ xii

BAB I
HAKEKAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN ꙮ 1
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 1
B. Definisi Perencanaan Pembelajaran ꙮ 1
C. Kedudukan Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran
ꙮ4
D. Manfaat Perencanaan Pembejaran ꙮ 4
E. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ꙮ 5
F. Kedudukan Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran
IPS ꙮ 8
G. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 15

BAB 2
TUJUAN DAN FUNGSI PERENCANAAN
PEMBELAJARAN ꙮ 16
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 16
B. Tujuan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran ꙮ 16
C. Fungsi Perencanaan Pembelajaran dalam PBM ꙮ 19
D. Pentingnya Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Bagi
Guru ꙮ 21
E. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 25

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) vii


BAB 3
MACAM DAN MODEL DESAIN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN ꙮ 26
A. Tujuan pembelajaran ꙮ 26
B. Model Dick and Carry ꙮ 26
C. Model ASSURE ꙮ 31
D. Model Geralch dan Ely ꙮ 35
E. Model ADDIE ꙮ 41
F. Model Degeng ꙮ 44
G. Model PPSI ꙮ 45
H. Model Jerold E. Kemp ꙮ 48
I. Model ISD ꙮ 56
J. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 60

BAB 4
TEORI DAN KOMPONEN PERENCANAAN
PEMBELARAN ꙮ 61
A. Tujuan pembelajaran ꙮ 61
B. Teori dalam Komponen-komponen Perencanaan Pembelaran
ꙮ 61
C. Menjelaskan Komponen-komponen dalam Perencanaan
Pembelajaran ꙮ 6263
D. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 69

BAB 5
TEORI DAN CARA MERUMUSKAN INDIKATOR KD ꙮ 70
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 70
B. Teori Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ꙮ 70
C. Perumusan dan penyusunan Indikator KD ꙮ 77
D. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 81

viii Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB 6
PEKAN EFEKTIF, SILABUS, PROGRAM SEMESTER
DAN TAHUNAN ꙮ 82
A. Tujuan pembelajaran ꙮ 82
B. Pengertian Rincian Pekan Efektif (RPE) ꙮ 82
C. Perencanaan Progam Tahunan ꙮ 86
D. Perencanaan Progam Semester ꙮ 87
E. Silabus ꙮ 91
F. Penetapan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Hari Sekolah ꙮ 91
G. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 94

BAB 7
MERUMUSKAN TUJUAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN ꙮ 95
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 95
B. Definisi Tujuan Pembelajaran ꙮ 95
C. Persyaratan Teknis Penyusunan Tujuan Pembelajaran ꙮ 96
D. Taksonomi Tujuan Pembelajaran ꙮ 98
E. Langkah-langkah Tujuan Pembelajaran ꙮ 102
F. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 103

BAB 8
MEMILIH DAN MENYUSUN PERENCANAAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN ꙮ 104
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 104
B. Konsep Penyusun Perencanaan Kegiatan Pembelajaran ꙮ 104
C. Syarat-Syarat dalam Perencanaan Kegiatan Pembelajaran ꙮ 105
D. Teknis Menyusun Kegiatan Pembelajaran dalam Perencanaan
Kegiatan Pembelajaran ꙮ 108
E. Evaluasi Akhir Pembahasan ꙮ 112

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) ix


BAB 9
PERENCANAAN MEDIA, BAHAN, DAN SUMBER
BELAJAR DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN
ꙮ 112
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 112
B. Perencanaan Media Pengajaran ꙮ 112
C. Perencanaan Bahan Ajar dalam Perencanaan Pembelajaran
ꙮ 117
D. Perencanaan Sumber Belajar dalam Perencanaan
Pembelajaran ꙮ 119
E. Evaluasi Pembelajaran ꙮ 121

BAB 10
KONSEP PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS ꙮ 122
A. Tujuan Pembelajaran ꙮ 122
B. Penilaian Pembelajaran IPS ꙮ 122
C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan
Pembelajaran ꙮ 135

Daftar Pustaka ꙮ 138


Lampiran ꙮ 140
Tentang Penulis ꙮ 211

x Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. IPS sebagai platform ilmu-ilmu sosial ꙮ 11


Gambar 2. Komponen Sistem Pembelajaran IPS Purwito
(Abdul Karim: 2015) ꙮ 14
Gambar 3. Model Dick and Carry ꙮ 27
Gambar 4. Gerlach dan Ely Design Model ꙮ 35
Gambar 5. Model ADDIE ꙮ 42
Gambar 6. Model Degeng ꙮ 45
Gambar 7. Model Pembelajaran PPSI ꙮ 47
Gambar 8. Langkah model Kemp ꙮ 51

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) xi


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Capaian Kompetensi Lulusan ꙮ 72


Tabel 2. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah ꙮ 74
Tabel 3. Pekan Efektif dan Distribusinya ꙮ 84
Tabel 4. Distribusi Alokasi Waktu ꙮ 85
Tabel 5. Tabel Program Tahunan (PROTA) ꙮ 86
Tabel 6 Perencanaan Program Semester ꙮ 88
Tabel 7. Format Silabus ꙮ 91
Tabel 8. Alokasi Waktu Matapelajaran Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah ꙮ 93

xii Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB I
HAKEKAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mampu:
1. Menjelaskan konsep desain perencanaan pembelajaran dengan
benar.
2. Menjelaskan kedudukan desain perencanaan pembelajaran
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan benar.
3. Menjelaskan Manfaat desain perencanaan pembelajaran
dengan benar.
4. Menjelaskan fungsi desain perencanaan pembelajaran dengan
benar
B. Definisi Perencanaan Pembelajaran
Kata perencanaan secara sederhana dapat diartikan sebagai
pernyataan tentang suatu aktivitas untuk menetapkan keadaan
di masa depan. Jika kegiatan yang telah ditentukan pada
perencanaan belum terlaksana, maka guna membuat perencanaan
yang baik harus menguasai keadaan yang ada pada saat ini.
Dengan demikian, dapat ditemukan berbagai cerminan hasil dari
reality condition yang kemudian menjadi formula pada rangkaian
aktivitas di dalam perencanaan.1
Oleh karena itu, apa yang akan dilakukan terumuskan pada
kegiatan dalam perencanaan. Sebelum kegiatan dilaksanakan,
1
Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), 2.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 1


perlu perencanaan sebagai awal kegiatan. Oleh karena itu cara
yang paling efektif dan efisien untuk proses penentuan kemana
harus pergi dan pengidentifikasian persyaratan adalah melalui
kegiatan perencanaan.2
Isi perencanaan memuat beberapa hal yaitu:
1. Tujuan, yaitu apa yang diinginkan sebagai hasil proses kegiatan
pendidikan.
2. Program dan layanan, yaitu cara bagaimana pengorganisasian
aktivitas belajar serta layanan-layanan pendukungnya.
3. Tenaga manusia, yaitu yang mencakup cara-cara
menggambarkan perilaku, spesialisasi, kompetensi, prestasi,
maupun kepuasan mereka.
4. Bangunan fisik yaitu mencakup cara-cara penggunaan, pola
distribusi, dan kaitannya dengan bangunan fisik lainnya.
5. Keuangan, yaitu sesuatu yang meliputi rencana pengelolaan
dan rencana penerimaan.
6. Struktur organisasi, yaitu bagaimana cara mengorganisasi,
manajemen operasi dan monitoring program serta aktivitas/
kegiatan pendidikan yang telah direncanakan.
7. Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan pembelajaran.3
Menurut Degeng (Amiruddin, 2016), usaha dalam
membelajarkan siswa merupakan arti dari pembelajaran.4
Perencanaan pengajaran secara implisit pada konsep ini
adalah aktivitas memilih, menentukan, mengelaborasi metode
pembelajaran untuk hasil pengajaran yang diinginkan dapat
tercapai.
Menurut Uno Hamzah, sebagai usaha untuk membelajarka
siswa maka pembelajaran di rasa punya hakikat perencanaan atau
2
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 1.
3
Ibid., 6.
4
Amiruddin, Perencanaan Pembelajaran. (Yogykarta: Parama, 2016), 3.

2 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


perancangan (desain).5 Untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang di inginkan, siswa berinteraksi dengan seluruh sumber
belajar yang ada dan di pakai. Jadi, siswa tidak hanya berinteraksi
dengan guru, karena guru bukanlah satu-satunya sumber belajar
bagi siswa. Di dalam suatu proses pembelajaran, perencanaan
pembelajaran merupakan salah satu tahapan yang sangat
bergantung pada kompetensi keguruan seorang guru. Guru yang
baik pasti akan berusaha sebisa mungkin supaya pengajarannya
berhasil dan dapat berjalan sesuai tujuan yang diinginkan.
Senantiasa, dalam membuat perencanaan pembelajaran sebelum
guru masuk ke dalam kelas merupakan salah satu faktor yang bisa
membawa keberhasilan dari tercapainya tujuan yang diinginkan.
Menurut Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell, dalam
proses pembelajaran di sekolah (kelas) pada artian yang sempit
peranan guru lebih spesifik sifatnya, yaitu pada hubungan proses
belajar mengajar. Peranan guru yaitu sebagai fasilitator belajar
sekaligus pengorganisasi lingkungan belajar. Adapun peranan-
peranan yang lebih spesifik, yakni:
1. Guru sebagai model.
2. Guru sebagai perencanaan.
3. Guru sebagai peramal.
4. Guru sebagai pemimpin.
5. Guru sebagai petunjuk jalan atau pembimbing kearah pusat
belajar.6
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa bagian terpenting
dari proses pembelajaran terletak pada perencanaan pembelajaran,
karena perencaan pembelajaran sangat mempengaruhi hasil
atau tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri. Sebenarnya,
guru sudah sadar akan perlu dan pentingnya penyiapan
5
Hamzah B. Uno, 31.
6
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), 45.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 3


perencanaan pembelajaran (Lesson Plan), hanya saja untuk dapat
menyuguhkan pengajaran yang baik dan sistematis para guru
masih kurang dalam hal minat dan kepeduliannya. Selain itu,
tingkat kompetensi keahlian pada disiplin keilmuan bagi masing-
masing guru juga menjadi kendala untuk dapat mendesain suatu
konsep pembelajaran yang ideal tersebut karena kompetensi yang
belum atau kurang memadai.

C. Kedudukan Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran


Robert H. Davis mengidentifikasi lima tipe permasalahan
pembelajaran. Dari hasil proses identifikasi tersebut diperlukan
beberapa perencanaan pembelajaran yang matang, antara lain:
1. Direction; yakni arah, tujuan atau kompetensi pembelajaran
yang harus dicapai oleh siswa dalam jangka periode tertentu.
2. Content and sequence; yakni bahwa guna mencapai setiap
unsur dari tujuan pada masing-masing ranah yang dijadikan
sasaran pembelajaran, realitasnya dibutuhkan adanya materi
pembelajaran.
3. Methods; yakni dalam menginformasikan materi kepada siswa
agar tujuan dapat tercapai, sangat ditentukan juga oleh ketepatan
dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan.
4. Constrains; yakni batasan yang jelas dari beberapa sumber
pembelajaran yang akan digunakan serta mendukung pada
setiap proses dalam pembelajaran
5. Evaluation; yakni penilaian di gunakan untuk salah satu metode
memberikan nilai terhadap objek (siswa) sesuai dengan proses
siswa dalam pembelajaran.7
D. Manfaat Perencanaan Pembejaran
Salah satu yang menjadi peran penting untuk membimbing
guru melakukan tugasnya sebagai pendidik guna menyuguhkan
7
Ibid., 49.

4 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


apa yang dibutuhkan supaya siswanya dapat belajar adalah
perencanaan pembelajaran. Dalam konsep ini, bisa dikatakan
bahwa yang pertama kali harus dilakukan sebelum melangsungkan
proses pembelajaran, perlu di lakukan yang namanya perencanaan
pembelajaran. Di dalam perencanaan pembelajaran, ada beberapa
hal yang bermanfaat dalam proses kegiatan belajar mengajar,
antara lain:
1. Guna pedoman menunjukkan arah kegiatan untuk mencapai
tujuan.
2. Guna pedoman kerja untuk setiap unsur (guru, murid).
3. Untuk membuat pola dasar guna mengatur yang menjadi
penugasan maupun kewenangan untuk tiap-tiap unsur yang
ikut maupun terlibat pada kegiatan.
4. Menjadi alat untuk mengukur seberapa jauh kefektivitasan
pembelajaran pada suatu pekerjaan.
5. Menjadi unsur penyusun data supaya pekerjaan tetap balance.
6. Menjadi penghemat waktu, tenaga, alat, bahan , dan biaya.8
E. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Beberapa fungsi dari perencanaan pembelajaran antara lain:
a. Fungsi Kreatif
Kegiatan mendidik yang dilakukan dengan mematangkan
perencanaan yang di siapkan dan akan di gunakan dan dinilai
agar bisa memberi gambaran berbagai-macam kelemahan
yang ada sehingga bisa memberikan feedback. Agar guru dapat
memajukan dan membenahi suatu program kegiatan, maka di
butuhkan feedback yang diambil dari permasalahan yang terjadi.
Dari feedback inilah, guru dapat berkreasi atau menemukan
hal-hal baru yang di dapat dari pemecahan berbagai kelemahan
yang ada.

8
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, 5.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 5


b. Fungsi Inovatif
Kesenjangan yang terjadi di antara harapan dan kenyataan
ikut andil dalam membentuk sebuah inovasi jika hal tersebut
mampu kita pahami. Saat proses yang kita lalui berjalan
secara sistematis, mungkin kesenjangan semacam itu akan
bisa ditangkap. Pembelajaran melalui proses yang sistematis
ini merupakan hasil dari kegiatan yang direncanakan dan
terprogram secara penuh. Pada hal yang berkaitan dengan
inilah, dimaksudkan bahwa perencanaan sebagai fungsi untuk
melahirkan ssesuatu yang baru sebagai usaha untuk memenuhi
kesenjangan yang terjadi.
c. Fungsi Selektif
Agar suatu tujuan atau sasaran pembelajaran yang kita inginkan
dapat tercapai, ada saatnya dan di situlah kita dihadapkan
dengan berbagai pilihan strategi. Dengan melakukan sebuah
proses perencanaan, strategi apa dan yang-mana yang lebih
efektif dan efisien guna dikembangkan dapat kita pilih dan
seleksi melalui proses yang dinamakan perencanaan. Bila tidak
melalui proses perencanaan, tidak mungkin kita bisa dan akan
sulit dalam menentukan pilihan yang tepat. Fungsi Selektif
ini pun berhubungan pula dengan pemilihan materi pelajaran
yang dirasa sesuai dengan tujuan atau apa yang di cita-citakan
dalam pembelajran. Jadi, guru bisa menentukan materi apa
yang sesuai dan tidak sesuai melalui proses perencanaan.
d. Fungsi komunikatif
Perencanaan yang bisa dijelaskan kepada setiap unsur yang
terlibat, baik itu adalah siswa, guru, kepala sekolah, maupun
pada pihak eksternal seperti wali murid atau bahkan masyarakat,
baru suatu perencanaan tersebut bisa dikatakan memadai. Pada
hakikatnya suatu perencanaan harus transparan dan bisa di
komunikasikan, karena pada perencanaan tersirat tujuan yang
hendak dicapai bukan hanya untuk kepentingan satu orang.

6 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Dalam dokumen perencanaan, tujuan dan hasil yang ingin
dicapai, rangkaian kegiatan juga harus bisa mengkomunikasikan
dan dikomunikasikan dengan baik kepada setiap orang yang
terlibat. Karena beberapa sebab tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa perencanaan itu memiliki fungsi komunikasi.
e. Fungsi prediktif
Gambaran apa yang akan terjadi selesai melakukan suatu
treatment sesuai pada progran yang telah di rancang akan
muncul ketika suatu perencanaan telah disusun secara benar
dan akurat. Karena dinilai bisa memprediksi seperti memberi
gambaran tentang bermacam hasil ataupun kesulitan, maka
dapat dikatakan bahwa perencanaan memiliki fungsi prediktif.
f. Fungsi akurasi
Dewasa ini, banyak guru sering merasa kelebihan pelajaran,
karena mereka menganggap materi yang harus di kuasai
siswa terlalu banyak, sehingga tidak sesuai dengan waktu
yang ada. Hal seperti ini berakibat pada proses pembelajaran
yang dilaksanakan seakan tidak normal lagi. Guru tidak
mempedulikan apakah materi yang diajarkan telah dipahami
ataupun tidak oleh siswa, karena kriteria ketuntasan di ukur dari
sampai mana materi pada pelajaran yang sudah disampaikan.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka dibutuhkan suatu
perencanaan yang matang. Karena untuk menimbang waktu
yang dibutuhkan dalam penyampaian suatu bahan dan materi
pelajaran tertentu, dapat di perhitungkan melalui yang namanya
proses perencanaan. Dengan demikian, lewat perencanaan
suatu program guru bisa dengan mudah menghitung atau
mengakurasikan kapan dan jumlah jam-jam pelajaran yang
dianggap efektif untuk belajar materi tertentu.
g. Fungsi pencapaian tujuan
Dengan hanya menyampaikan materi saja belum bisa
sepenuhnya dikatakan mendidik, karena hakikat mendidik

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 7


adalah mengkonstruk bagaimana seseorang dapat menjadi
manusia secara utuh. Bukan hanya berjalan dalam aspek
intelektual saja untuk bisa dikatakan sebagai manusia yang
utuh, melainkan pada keterampilan dan cara bersikap pula.
Dengan ini, dapat dikatakan bahwa pembelajaran memiliki
dua sisi yang sama pentingnya yaitu hasil belajar serta proses
belajar. Jadi dengan perencanaan, kedua sisi dari pembelajaran
tersebut bisa dilaksanakan secara imbang.
h. Fungsi kontrol
Pada suatu proses pembelajaran terdapat bagian yang tak
terpisahkan yaitu mengontrol keberhasilan siswa guna
mencapai tujuan yang diinginkan. Dari suatu perencanaan,
akan dapat ditentukan materi apa yang sudah maupun belum
dimengerti siswa dari sampai mana materi yang diajarkan
sudah diterima oleh siswa, sehingga bisa dikatakan bahwa
perencanaan memiliki fungsi sebagai kontrol. Setelah itu,
untuk bisa meluaskan program pembelajaran berikutnya, guru
akan menggunakan feedback yang didapat dari kontrol yang
telah terlebih dahulu dilakukan sebelumnya.9
F. Kedudukan Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran
IPS
Fenomena yang kerap terjadi berdampingan dengan berbagai
permasalahan yang muncul, seperti halnya kasus pembunuhan
dengan berbagai motif, kekerasan yang tidak manusiawi,
bulliying, hingga pelecehan seksual dibawah umur. Fenomena
yang terjadi karena timbulnya penyimpangan, seperti halnya:
pertama, adanya ambisi menumpahkan kesenangan yang belum
dapat diimbangi oleh kapasitas yang disandang. Kedua, perilaku
menyimpang terjadi karena tidak dapat menyeimbangi sikap
dan emosi dalam perkembangan budaya. Ketiga, sulitnya dalam
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2015),
9

45.

8 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


memfilter perkembangan alat komunikasi seperti jejaring internet,
sehingga tidak dapat menyeimbangkan antara sikap, tingkah laku
dan usia. Semua pihak harus segera merespon apabila telah terjadi
krisis moral, salah satunya bekerja sama dengan pemerintah yang
memiliki kepedulian terhadap kelangsungan kehidupan bangsa.
Salah satu benteng dalam menahan laju krisis moral dalam
bentuk berbagai fenomena, yaitu dengan pendidikan yang baik.
Pendidikan memberikan kotribusi yang baik dalam mengatasi
fenomena – fenomena yang ada tersebut. Permasalahan demikian,
menyadarkan arti pentingnya Ilmu Pengetahuan Sosial.
Dalam pendidikan terdapat berbagai ilmu yang dapat diresapi
kemaknaannya, salah satunya melalui Ilmu Pengetahuan Sosial.
IPS dapat mengajarkan kepada masyarakat bahwa, harus mampu
berfikir dan bertindak bijak. Kendati demikian, maka masyarakat
diharuskan untuk mengerti dan memahami hakikat dari Ilmu
Pengetahuan IPS
a. Sejarah Berkembangnya IPS
Permasalahan sedemikian rupa sudah ada sejak dulu, sehingga
masuknya istilah Social Studies. Secara resmi, pertama kalinya
istilah Social Studies dimasukkan pada kurikulum sekolah Rugby
yaitu di Inggris pada tahun 1827. Di sekolah itu ada direktur
yang bernama Dr. Thomas Arnold dan merupakan seseorang yang
pertama memasukkan istilah tersebut pada kurikulum sekolah.
Dimasukkannya istilah Social Studies ke dalam kurikulum
dilatar belakangi kekacauan ditengah masyarakat Inggris yang
disebabkan Revolusi Indutri.
Selain fenomena di Inggris, fenomena ini juga terjadi di
Amerika Serikat yang terjadi setelah peristiwa yang disebut
“perang budak” yakni perang saudara yang terjadi antara kubu
utara dan selatan. Melihat fenomena tersebut, menyadarkan para
intelektual Amerika akan pentingnya Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sehingga, berkenaan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial terjadi

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 9


polemik di antara intelektual Amerika Serikat pada tahun 1935
yang kemudian dipublikasikan oleh sebuah organisasai yaitu
National Council For Social Studies (NCSS).
Dalam rangka menghargai ke-berada-an multi-etnis di
Amerika dengan menyadarkan melalui program pendidikan,
maka langkah untuk menempuh adalah pada tahun 1892 di
negara bagian Wisconsin, Social Studies dimasukkan dalam
kurikulum sekolah. Dalam proses perjalanan waktu, Komite
Nasional dari The National Education Association diawal abad ke-
20 memberikan saran agar IPS dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah dasar dan menengah. Hal tersebut juga dipertegas oleh
The National Herbart Society Papers of 1896-1897 di mana
dinyatakan bahwa IPS merupakan bentuk dalam membatasi
ilmu sosial dalam rangka kepentingan pedagogik dalam proses
mendidik.
Hasil pembahasan sebelumnya, dapat di pahami bahwa IPS
merupakan disiplin ilmu yang memiliki kemampuan Applied
Science, sebab dari berbagai sejarahnya bahwa dalam menyelesaikan
berbagai konflik atau kekacauan di dalam suatu wilayah.10 Melihat
dari sejarah, bahwa IPS menjadi platform keilmuan sejarah,
geografi dan civics. Bahkan pada perkembangan berikutnya, IPS
tidak hanya menjadi platform dari sejarah, geografi dan civics
akan tetapi bertambah dengan ekonomi, sosiologi, antropologi,
hukum, dan psikologi sosial. Selain menjadi platform, (NCSS)
National Council for the Social Studies menyebutkan sesungguhnya
IPS hadir sebagai keilmuan yang kontekstual dan problem solver.

10
Rosardi, RG dan Supandi, 2021, Perencanaan Pembelajaran IPS Integratif, (Sumatra
barat: Insan Cendekia Mandiri, 2.

10 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Gambar 1. IPS sebagai platform ilmu-ilmu sosial

Hukum
Sejarah

sosiologi
Ekonomi
IPS
Antropologi
Geografi

Psikologi
Politik

The Board of Direction of The National Council The Social


Studies pada tahun 1994, mewujudkan sebuah visi, misi dan
strategi baru dalam mengembangkan IPS, yang diterbitkan
Expectation of Excellence: Curriculum Standard for Social Studies,
yang berisikan beberapa poin, yaitu:
1. Program Social Studies perlu menegaskan kembali tujuan
pokoknya, yaitu civic competence tidak cuma menjadikan Social
Studies sebagai penanggung jawab.
2. Di dunia pendidikan di sekolah, program Social Studies dimulai
pada tingkat taman kanak-kanak hingga pendidikan menengah,
hal ini didapati dengan terpadunya aspek “… knowledge, skill,
and attitudes within and across disciplines”.
3. Penitik berat-an program Social Studies terdapat pada usaha
mengakomodasi siswa di dalam contruct a knowledge based and
attitude drawn from an academic discipline as specialiazed ways
of viewing reality.
4. Program Social Studies merepresentasikan “… the changing
nature of knowledge, fostering entirely new and highly integrated
approaches to resolving issue of significance to humanity”11.
Poin – poin yang telah disebutkan sebelumnya, menjelasakan
bahwa Social Studies merupakan sebuah wadah yang membentuk
perilaku peserta didik dalam skala mikro dan makro. Adapun
11
Rosardi,RG dan Supandi.2021. Perencanaan Pembelajaran IPS Integratif. Sumatra Barat
: Insan Cendekia Mandiri,4

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 11


pada skala mikro, peserta didik tidak hanya mempersiapkan
dan memfokuskan diri hanya pada knowladge, akan tetapi juga
mempersiapkan bagaimana memiliki attitude yang baik sebagai
bekal hidup dilingkungan keluarga dan masyarakat. Sedangakan
secara makro, dengan Social Studies dapat membentuk diri peserta
didik menjadi civic competence yaitu menjadi warga negara yang
baik, patuh akan segala peraturan yang dibentuk oleh negara,
sehingga menjadikan lingkungan yang aman dan nyaman.
Adapun perkembangan IPS yang ada di Indonesia ditahun
1964-1968 masih menggunakan pendekatan yang tradisional
yang disajikan secara parsial, sehingga secara nasional IPS
masih menjadi polemik dan perbincangan. Polemik tersebut
memunculkan beberapa kegiatan seminar Nasional mengenai
Civic Education, salah satunya di Tawangmangu Solo pada tahun
1972. Di dalam seminar tersebut disebutkan bahwa terdapat tiga
istilah dalam keterpaduan ilmu – ilmu sosial di sekolah yaitu:
1. Pengetahuan Sosial;
2. Studi Sosial;
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
Hasil beberapa kegiatan yang dilaksanakan, pada tahun 1975
bidang studi IPS di jenjang pendidikan dasar dan menengah
secara resmi mendapatkan status formal.
b. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Berdasarkan hasil keputusan yang menyatakan bahwa, bidang
studi IPS telah resmi digunakan dan diterapkan dalam jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Sepatutnya sebagai calon guru
atau pendidik diwajibkan untuk memahami definitif dari pada
Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada tahun 1994, National Council
for the Social Studies (NCSS, 1994) merumuskan arti dari Social
Studies yaitu menjelaskan bahwa Social Studies is the integreted study
of the social sciences and humanities to promote civic competence.

12 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Within the school program, social studie provides coordinated,
systematic study drawing upon such siciplines as anthropology,
archeology, economic, geography, history, law, phylosophy, political
science, pshycology, religion and sociology, as well appropriate content
from the humanities mathematics and natural science.12
Hasil pemahaman diatas dapat dipahami bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan sebuah bidang ilmu yang ter-
integrasi atau tidak dapat terpisahkan. Di dalam ilmu IPS
terkandung makna, yaitu nilai-nilai kemanusiaan dan ilmu-ilmu
sosial, seperti: ekonomi, antropologi, sosiologi, kewarganegaraan,
sejarah. Hasil dari pada pengintegrasian itu, peserta didik
diinginkan dapat menjadi warga negara yang baik, serta selalu
mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh negara. Definisi lain
dari IPS, yaitu sebagai bentuk pendidikan. Bentuk pendidikan
yang dimaksud bahwa peserta didik bukan cuma semata-mata
dibekali oleh pengetahuan yang hanya membuat mereka terbebani,
tetapi juga dibekali oleh pengetahuan sosial. Pengetahuan
sosial berfungsi untuk diterapkan di dalam kehidupan sehari
– hari. Dengan kata lain bahwa, pendidikan IPS selain sebagai
pengetahuan juga sebagai mengasah keterampilan, serta pada
keterampilan sosial dan intelektual adalah yang di utamakan.13
Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang
berhubungan dengan berbagai keperluan yang ada dilingkungan
masyarakat, seperti halnya: gotong royong, bekerja sama,
membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Adapun
keterampilan intelektual merupakan ketrampilan yang
berhubungan dengan pemikiran, respon, cepat tanggap dalam
mengahadapi berbagai permasalahan di masyarakat.

12
Rosardi,RG dan Supandi.2021. Perencanaan Pembelajaran IPS Integratif. Sumatra Barat
: Insan Cendekia Mandiri,5
13
Sumatmadja,N, 2006, Konsep Dasar IPS, Jakarta: Universitas Terbuka Departemen
Pendidikan Nasional, 10.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 13


c. Perencanaan Pembelajaran IPS
Dapat di pahami bahwa IPS merupakan disiplin ilmu
yang memiliki kemampuan Applied Science, sebab dari berbagai
sejarahnya bahwa dalam menyelesaikan berbagai konflik atau
kekacauan di dalam suatu wilayah. Kendati demikian, dalam
proses pembelajaran IPS sesuai dengan implikasinya bahwa
sebelum dilakukan pembelajaran IPS dikelas, seorang guru atau
pendidik wajib dan mampu menyusun perencanaan pembelajaran
IPS dengan baik. Hal demikian agar pembelajaran IPS akan
berjalan dengan baik dan efektif. Adapun beberapa perencanaan
yang harus dipersiapkan yaitu:

Gambar 2. Komponen Sistem Pembelajaran IPS Purwito (Abdul Karim:


2015)14

Gambar diatas merupakan sebuah perencanaan dalam


pembelajaran IPS, yaitu dengan merencanakan satu: tujuan
pendidikan dan pembelajaran apa yang ingin dicapai, sehingga
segala sesuatu untuk mencapai tujuan harus di rencanaka
14
Karim, Abdul.2015.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan IPS, 41

14 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


dan dipersiapkan. Kedua: Isi bahan atau materi pembelajaran
harus direncanakan, sehingga capaian materi bukan Cuma
mengandung kognitif, melainkan pula mencakup aspek
afektif serta psikomotorik. Ketiga: penggunaan metode dalam
pembelajaan IPS juga harus direncanakan dan termasuk ke dalam
agenda perencanaan. Pembelajaran IPS harus menggunakan
metode yang menyenangkan, efektif, dan efisien karena untuk
menarikk interest peserta didik. Keempat: Media digunakan untuk
membantu pendidik dalam mentransfer knowladge yang dimiliki
oleh pendidik. Kelima: dalam pembelajaran harus dibentuk
evaluasi, yang berfungsi mengetahui hambatan dan keberhasilan
pembelajaran IPS. Perencanaan yang sedemikian rupa harus di
susun dengan baik. Adapun penjelasan dari paparan gambar
diatas, akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

G. Evaluasi Akhir Pembahasan


Jawabalah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan konsep desain perencanaan pembelajaran dengan
benar!.
2. Jelaskan kedudukan desain perencanaan pembelajaran dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan benar!.
3. Jelaskan manfaat desain perencanaan pembelajaran dengan
benar!
4. Jelaskan fungsi desain perencanaan pembelajaran dengan benar!
5. Jelaskan kedudukan desain perencanaan pembelajaran dalam
pelaksanaan pembelajaran IPS dengan benar!

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 15


BAB 2
TUJUAN DAN FUNGSI PERENCANAAN
PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran
Sesudah membaca bab ini, diharapkan mampu:
1. Menerangkan tentang penjelasan tujuan pembelajaran dengan
benar;
2. Mengaplikasikan penyusunan perencanaan pembelajaran benar;
3. Menjelaskan fungsi perencanaan pembelajaran dalam PBM;
4. Menjelaskan pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran
bagi guru.
B. Tujuan Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Perencanaan
Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memuat beberapa bagian,
salah satunya yaitu tujuan. Sementara ini, langkah awal
dalam penyusunan perencanaan pembelajaran adalah dengan
menganalisis serta merumuskan tujuan. Pada proses pembelajaran,
arah, atau sasaran yang ingin dicapai dapat ditujukan dengan yang
namanya tujuan pembelajaran. Sesungguhnya, tujuan disetiap
program itu harus ada, karena tujuan berisi dan mengarahkan
pada tercapainya sesuatu yang diinginkan, selain itu bisa juga
untuk menggambarkan bagaimana hasil akhir dari suatu kegiatan
tersebut. Oleh gambaran jelas yang dipunya tentang tercapainya
hasil yang diinginkan, bermacam usaha ataupun sistem untuk
mencapainya akan bisa diupayakan.

16 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Selain bisa timbul dari dalam diri sendiri, tujuan untuk
menjadi pedoman tercapainya kegiatan juga bisa didapatkan dari
orang lain. Dengan ini, berarti tiap tujuan yang ingin dicapai bisa
dari sumber mana saja serta dapat memberi arah tentang kegiatan
yang dilaksanakan. Ada saatnya bahwa sesuatu yang ingin dicapai
bisa diusahakan dengan segala upaya pada jangka waktu lama/
panjang, pertengahan, atau jangka pendek. Karena sifat dari
suatu kegiatan itu adakalanya membutuhkan waktu lama untuk
mencapai sasaran akhir, adakalanya tidak. Acapkali usaha dengan
segala upaya diperlukan agar kegiatan pada jangka waktu yang
lama bisa tercapai. Tujuan menjadi usaha yang mana ada langkah-
langkah untuk mengarahkan pada hasil akhir yang ingin dicapai
di dalamnya. Maka dari itu, apabila perencanaan pembelajaran
sebagai alat mencapai tujuan pendidikan dikaji, maka tujuan
yang ingin dicapai meliputi tujuan akhir, tujuan perantara, serta
tujuan segera.
Tujuan umum dalam pendidikan atau tujuan yang bersifat
umum merupakan tujuan akhir dari perencanaan pembelajaran
di sekolah. Dibutuhkan waktu yang panjang, sehingga tidak bisa
tercapai segera oleh jangka waktu pendek. Tujuan perantara juga
harus dilalui karena sifatnya yang lebih sempit serta waktu yang
digunakan juga lebih pendek untuk bisa segera mencapai tujuan.
Meskipun demikian tujuan perantara seringkali membutuhkan
tindakan pencapaian lebih segera lagi. Ini adalah tujuan yang
menggambarkan hasil suatu kegiatan dari satu waktu.1
Tujuan perencanaan pembelajaran yaitu: pertama, sebagai
petunjuk atau pedoman untuk pendidik supaya pembelajaran
menjadi terstruktur dan terorganisasi serta bisa dikelola secara baik.
Memungkinkan untuk tujuan pembelajaran bisa segera tercapai
jika ada sistem pengelolaan pembelajaran, serta kompetensi
yang diharapkan bisa dimiliki oleh peserta didik. Kedua, sebagai
1
Lukmanul Hakim, 2007, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima), 88.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 17


bagian dari upaya penyiapan pendidik untuk lebih profesional.
Perencanaan pembelajaran bisa mendorong pendidik lebih kreatif
dan reflektif saat memilih strategi, pendekatan, dan metode yang
tepat dengan materi yang akan dipelajari. Agar peserta didik yang
kompeten bisa dihasilkan, melalui perencanaan pembelajaran
guru akan terdorong untuk mendalami dan meluaskan bahan ajar
yang relevan.
Ketiga, sebagai dasar atau pengingat untuk melaksanakan
evaluasi program-program pembelajaran. Jika di awal
pembelajaran telah dilakukan perencanaan pembelajaran, maka
akan memungkinkan guru selama dan setelah pembelajaran
berlangsung untuk melaksanakan proses evaluasi. Keempat, sebagai
penjamin pendidik mengorganisasikan agar materi pelajaran
relevan dengan kompetensi yang ditetapkan pada kurikulum
dan karakteristik peserta didik, serta bisa memberi pengalaman
belajar yang tepat untuk peserta didik bisa mencapai kompetensi.
Adanya duplikasi pada materi pembelajaran yang dibahas bisa
terhindarkan dengan adanya suatu rencana pembelajaran.
Kelima, sebagai penjamin efisiensi pada pemanfaatan
sumber daya. Adanya perencanaan pembelajaran memungkinkan
pendidik hanya menyiapkan media pembelajaran, bahan ajar, dan
alat evaluasi yang dibutuhkan. Adanya perencanaan pembelajaran
juga memungkinkan pendidik mengatur waktu pembelajaran
secara tepat, sehingga materi pembelajaran dapat dibahas secara
tuntas sesuai waktu yang dialokasikan.2
Dari semua uraian, dapat disimpulkan bahwa hakikat tujuan
yang paling mendasar dari suatu perencanaan pembelajaran yaitu
untuk pegangan atau pedoman bagi pendidik, juga mengarahkan
dan membimbing kegiatan guru dan siswa pada proses
pembelajaran. Guru yang baik pasti berusaha sebisanya supaya
pembelajaran bisa berhasil dan berjalan secara optimal. Dengan
2
Ratumanan, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2019),29

18 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


guru senantiasa dalam merancang perencanaan pembelajaran,
merupakan salah satu faktor yang dapat mencapai keberhasilan.
Untuk mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan siswa
pada proses pembelajaran merupakan garis besar dari tujuan
perencanaan pembelajaran. Sagala (2003) mengemukakan bahwa:

“Tujuan perencanaan bukan hanya penguasaan prinsip-


prinsip fundamental, tetapi juga mengembangkan sikap
yang positif terhadap program pembelajaran, meneliti
dan menemukan pemecahan masalah pembelajaran.
Secara ideal tujuan perencanaan pembelajaran
adalah menguasai sepenuhnya bahan dan materi
ajar, metode dan penggunaan alat serta perlengkapan
pembelajaran, menyampaikan kurikulum atas dasar
bahasan dan mengelola alokasi waktu yang tersedia dan
membelajarkan siswa sesuai yang diprogramkan”.

Dari pendapat tersebut, bisa di simpulkan bahwa agar proses


pembelajaran itu mengarah serta bisa mencapai tujuan yang sudah
dirancang, guru bisa menggunakan pilihan metode yang dianggap
sesuai, itu merupakan tujuan dari perencanaan. Setiap memilih
metode, berarti guru memutuskan untuk memilih jenis proses
belajar mengajar apa yang paling efektif dalam mencapai tujuan
yang sudah dirancang. Dalam kaitan ini, guru juga mengarahkan
seperti apa pengorganisasian kegiatan-kegiatan siswa pada proses
pembelajaran dari metode yang dipilihnya. Dengan demikian,
tujuan itu penting untuk didalami dan dirancang dalam setiap
kegiatan, supaya tujuan yang tertuang di kurikulum bisa benar-
benar dicapai.3

B. Fungsi Perencanaan Pembelajaran dalam PBM


Untuk mencapai kompetensi siswa, sekolah/ madrasah
mengupayakan pendidikan melalui proses pembelajaran. Sebab,
proses pembelajaran adalah suatu usaha, sehingga dapat dikatakan
3
Sagala, S, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta)

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 19


bahwa sesungguhnya proses dalam pembelajaran yang dilakukan
di suatu sekolah/ madrasah merupakan suatu kegiatan rekayasa
yang mempunyai tujuan dalam pendidikan. Pendidikan dikemas
dalam bentuk rekayasa dengan tujuan agar kegiatan yang sedang
dilaksanakan dapat lebih efisien, efektif, dan menarik, sehingga
dapat mencapai hasil yang diharapkan. Itulah yang menjadi
sebab bahwa setiap kegiatan yang dilaksanakan haruslah punya
arah jelas untuk dituju, SDM yang perlu dilibatkan (mengarah ke
kompetensi apa saja yang diperlukan, bukan hanya pada jumlah
yang dibutuhkan), sumber daya yang diperlukan, proses yang
harus dilaksanakan, serta tingkat keberhasilan yang diharapkan.
Tahapan yang paling awal dalam melaksanakan suatu
pembelajaran adalah perencanaan pembelajaran. Pembelajaran
memiliki 3 tahapan yang dianggap penting, yaitu: perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran yang
berkualitas diperlukan landasan yang kuat, landasan yang kuat
itu sendiri diperoleh dari adanya perencanaan pembelajaran yang
baik dan tersusun sistematis. Sedangkan, evaluasi pembelajaran
diperlukan guna mendapatkan informasi yang valid terkait
efektifitas strategi belajar mengajar, serta efektifitas dari berbagai
sumber pendukung.4
Dalam sebuah pelaksanaan pembelajaran ada salah satu
yang memegang peranan besar, yaitu perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran bisa saja menjadi tidak terstruktur, sehingga tidak
bisa mencapai tujuan pembelajaran yang di harapkan, hal ini
terjadi jika pembelajaran dilaksanakan tanpa berpedoman
pada perencanaan yang baik. Pada pelaksanaan pembelajaran,
keberadaan perencanaan pembelajaran dimaksudkan untuk
memberi arah, tahapan, dan langkah yang jelas bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
4
Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 68.

20 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Dengan demikian, perencanaan pembelajaran secara garis
besar berfungsi sebagai:
1. Sebagai mediator dalam menyampaikan materi
2. Sebagai menterjemah dari turunan KI dan KD
3. Sebagai aturan main
4. Mengorganisasi dan mengakomodasi kebutuhan siswa secara
spesifik.
5. Membantu guru dalam memetakan tujuan yang hendak
dicapai.
6. Membantu guru, dalam mengurangi kegiatan yang bersifat
trial and error saat mengajar.5
D. Pentingnya Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Bagi
Guru
Beberapa pendidik senior mengabaikan perlunya
perencanaan yang matang dalam mengellola pembelajaran.Ada
yang berpandangan kami sudah bertahun-tahun menjadi pedidik,
sudah terbiasa mengajar materi tersebut, sudah mengetahui
tahapan mengajarnya, sehingga tidak perlu membuat silabus,
RPP, dan perangkat lainnya.
Pandangan ini jelas sebuah kesalahan, setiap tahun akan selalu
terjadi perubahan-perubahan dalam hal peserta didik, perubahan
ketersediaan fasilitas pembelajaran, perubahan lingkungan,
adanya perkembangan ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
Semua perubahan ini perlu dikaji dan dipertimbangkan dalam
pembelajaran. Kalaupun pendidik telah menyusun perangkat
pembelajaran pada tahun lalu, maka pada tahun ini perangkat
pembelajaran tersebut perlu pula dievaluasi apakah pada tahun
lalu perangakat tersebut telah befungsi secara optimal mendukung
pembelajaran, apakah memebrikan dampak yang baik terhadap
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, apakah
5
Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001)

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 21


memberikan hasil belajar yang baik, apakah dikondisi seperti
ini masih relevan, dan sebagainya.jika masih ditemukan adanya
kelemahan, maka perlu diikuti dengan revisi atau rekonstruksi.
Dengan demikian, perencanaan menjadi penting untuk
dilakukan oleh setiap guru dan dosen sebagai pendidik
professional.Terdapat beberapa pertimbangan mengapa
perencanaan pembelajaran penting dilakukan antara lain.
1. Pertama, pembelajaran merupakan kegiatan yang memiliki
tujuan. Setelah proses pembelajaran peserta didik diharapkan
memiliki perubahan berupa pertambahan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Dengan sudah ada perencanaan yang
baik, pendidik juga bisa mengidentifikasi dan menentukan
tahapan-tahapan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
2. Pembelajaran adalah kegiatan yang kompleks. Pembelajaran
bukan proses terbatas penyampaian pengetahuan (transfer
pengetahuan) pendidik kepada peserta didik. Pembelajaran
merupakan proses di mana pendidik memanfaatkan seluruh
sumber-sumber belajar yang ada guna membangun keadaan di
mana siswa memungkinkan untuk dapat belajar serta mampu
mengkonstruk pengetahuan untuk dirinya. Pengetahuan
tersebut mungkin bersifat subjektif (subjective knowledge), tetapi
melalui diskusi, klarifikasi, atau kegiatan lainnya pengetahuan
tersebut berubah menjadi pengetahuan objektif (objective
knowledge). Pembelajaran juga bukan hanta proses pembentukan
dan pengembangan pengetahuan semata, tetapi pembentukan
dan pengembangan kompetensi secara komprehensif, yang
meliputi pengetahuan (knowledge / kognitif), keterampilan
(performance / psikomotor), dan sikap (attitude / afektif). Untuk
tumbuhnya kompetensi yang komprehensif tersebut setiap
tahapan pembelajaran harus dirancang secara baik.
3. Pembelajaran melibatkan banyak komponen yang perlu

22 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


dikelola dan diorganisasi secara baik. Adanya perencanaan
pembelajaran yang baik memungkinkan pendidik dapat
mendayagunakan semua komponen tersebut secara efisien dan
efektif. Komponen peserta didik misalnya, dengan memahami
karakteristik peserta didik seperti minat, kemampuan, gaya
belajar, dan sebagainya, pendidik dapat memilih pendekatan
dan metode yang tepat. Ketersediaan fasilitas pembelajaran juga
menjadi factor penting yang perlu diperhatikan dan dilibatkan
dalam pembelajaran.
4. Pembelajaran merupakan sebuah proses kolaborasi. Sebuah
tim paduan suara akan menampilkan performansi menarik
jika semua angota tim berfungsi secara baik. Pembelajaran juga
demikian, pembelajaran akan menarik dan efektif, jika semua
komponen berfungsi secara baik. Pendidik mengelola kegiatan
pembelajaran secara efektif, sehingga bisa melibatkan siswa
pada proses pembelajaran secara antusias dan aktif, kerja sama
antarpeserta didik berlangsung dinamis dan produktif, bahan
ajar dapat berfungsi baik mendukung kegiatan pembelajaran,
dan sebagainya. Untuk terjadinya kolaborasi yang baik
antarsemua komponen pembelajaran, maka pembelajaran
harus dirancang secara baik.
Woolfolk (2009) mendeskripsikan pentingnya perencanaan
pembelajaran mengacu pada hasil-hasil penelitian para ahli, yakni
sebagai berikut
1. Perencanaan memengaruhi apasajakah yang kemudian
dipelajari oleh siswa, sebab kegiatan-kegiatan, pekerjaan-
pekerjaan, dan tugas-tugas bagi siswa berasal dari waktu dan
bahan yang ada dalam kurikulum yang ditransformasikan
oleh perencanaan. Pendidik harus mengeathui waktu penting
dalam perencanaan, bila seorang pendidik memutuskan untuk
menggunakan waktu 7 jam untuk Bahasa dan 15 menit untuk
sains di suatu minggu, peserta didik di kelas akan lebih banyak

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 23


belajar Bahasa daripada sains. Faktanya, perbedaan sedramatis
ini benar-benar terjadi, di mana sebagian kelas menggunakan
waktunya dua kali lebih banyak untuk sebuah subjek tertentu
dibandingkan subjek-subjek lainnya (clark & yinger, 1988,
karweit, 1989)
2. Pendidik terlibat dalam beberapa tingkat perencanaan,
berdasarkan tahun, semester, unit, minggu, dan hari. Semua
tingkat harus dioordinasikan. Melaksanakan rencana
membutuhkan pembagian pekerjaan menjadi semester,
semester menjadi unit, unit menjadi minggu, dan minggu
menjadi hari. Bagi pendidik berpengalama,perencanaan unit
tampaknya merupakan tingkat yang paling pentinf, diikuti
oleh perencanaan mingguan dan harian. Dengan semakin
bertambahnya pengalaman mengajar anda, akan semakin
mudah untuk mengoorfinasikan tingkat-tingkat perencanaan
ini dan juga untuk memasukkan standar kurikulum negara
bagian dan distrik (Morine Dershimer, 20016)
3. Perencanaan mengurangi, tetapi tidak mengeliminasi
ketidakpastian dalam pembelajaran. Perencanaan harus
memungkinkan fleksibilitas. Terdapat beberapa bukti bahwa
jika pendidik overplan mengisi seiap menit sesuai rencana
dan terlalu terpaku pada rencana itu, peserta didik mereka
tidak belajar sebanyak peserta didik yang pendidiknya dengan
fleksibel (Shavelson, 1987). Untuk merencanakan denga kreatif
dan fleksibel, pendidik perlu memiliki pengetahuan dengan
rentang yang lebar tentang peserta didik, minat mereka, dan
kemampuan mereka, subjek-subjek yang diajarkan, cara-
cara alternative untuk mengajar dan mengakses pemahaman
bagaimana mempersatukan semua pengetahuan ini menjadi
kegiatan-kegiatan yang bermakna. Rencana pendidik pemula
kadang-kadang tidak bisa terlaksana dengan baik karena
mereka kurang memiliki pengetahuan tentang peserta didik
atau subjeknya, mereka tidak bisa memprediksi jumlah waktu

24 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


yang diperlukan peserta didik untuk menyelesaikan sebuah
kegiatan, misalnya, atau mereka tersandung ketika dimintai
penjelasan atau contoh yang berbeda (Calderhead, 1996).
4. Tidak ada model tunggal untuk perencanaan yang fektif.
Perencanaan adalah upaya pemecahan masalah secara kreatif
oleh para pendidik berpengalaman. Mereka tahu bagaimana
cara banyaknya pelajaran bisa diselesaikan serta mengajar
secara efektif melalui sistem-sistem pelajaran, banyak pendidik
berpengalaman menganggap bahwa akan menolong bila
mempelajari system (model-model perencanaan pembelajaran)
terinci sebagai fondasi (Clark& Peterson, 1986).6
E. Evaluasi Akhir Pembahasan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan banar!
1. Jelaskan, apakah tujuan dari penyusunan perencanaan
pembelajaran?
2. Jelaskan fungsi perencanaan pembelajaran PBM?
3. Jelaskan garis besar perencanaan pembelajaran?
4. Analisislah pentingnya menyusun perencanaan bagi guru /
pendidik?

6
Ratumanan, Perencanaan Pembelajaran (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2019), 25

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 25


BAB 3
MACAM DAN MODEL
DESAIN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan pembelajaran
Setelah membaca bab ini, diharapkan mampu:
1. Menjelaskan model Dick and Carry;
2. Menjelaskan model ASSURE;
3. Menjelaskan model Gerelach dan Ely;
4. Menjelaskan model ADDIE;
5. Menjelaskan model Degeng;
6. Menjelaskan model PPSI;
7. Menjelaskan model Jerold E. Kemp;
8. Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan “Goals, Topics, and
General Purpose”;
9. Menjelaskan model ISD.
B. Model Dick and Carry
Berasal dari Masterpiece dan ide Robert M. Gagne
yang berjudul “The Conditional of Learning”, kemudian
dikembangkan model desain system pembelajaran oleh Dick, dkk.
Pada edisi perdana, pendekatan yang digunakan pada sistem dan
teorinya adalah aliran behavioristik di mana penekanannya oleh
respon siswa berkenaan dengan keadaan stimulus yang di input-
kan. Edisi berikutnya, pada proses belajar dan pembelajaran
dimasukkan unsur dan pandangan kognitif oleh Dick ke dalam
bukunya.

26 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Gambar 3. Model Dick and Carry

Merevisi
bahan
pembelajaran
Melaksanakan
analisis
pengajaran

Mengidentifikasi Merumuskan Mengembag Mengembang Memilih


tujuan umum tujuan kan butir kan strategi material
pembelajaran performasi acuan pengajaran pengajaran

Mengidentifikasi Melaksanakan
tingkah laku evaluasi
masukan dan formatif
karakteristik
siswa
Mendesain dan
melakukan
evaluasi
sumatif

Dick, dkk mengemukakan bahwa komponen merupakan


sekaligus langkah-langkah utama dari model desain sistem
pembelajaran yang terdiri atas:
1. Identitas Tujuan Pembelajaran
Sesudah melaksanakan program pembelajaran, menentukan
kemampuan atau kompetensi apa saja yang harus dimiliki bagi
peserta didik merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan saat
akan menerapkan desain sistem pembelajaran. Hal ini biasanya
dikenal dengan istilah tujuan pembelajaran atau instructional
goal. Dalam merumuskan tujuan dalam pembelajaran, dapat
diolah dari rumusan tujuan yang sudah ada. Biasanya bisa
diambil dari tujuan pembelajaran yang ada di silabus sekolah
ataupun hasil analisis (analysis performance) yang dilakukan
oleh pendidik. Dari proses analisis kebutuhan (need analysis)
serta realitas atau pengalaman mengenai kesulitan belajar yang
dialami siswa juga bisa menjadi dasar untuk membuat rumusan
tujuan pembelajaran. Selain itu, analisis mengenai bagaimana
seseorang melaksanakan tugas atau lebih spesifiknya pekerjaan
serta apa saja persyaratan yang dibutuhkan guna melaksanakan

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 27


tugas dan pekerjaan tersebut juga bisa digunakan untuk
merumuskan tujuan pembelajaran.1
2. Analisis Instruksional
Langkah selanjutnya setelah mengidentifikasi tujuan
pembelajaran adalah melakukan suatu tahapan guna
menetapkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan serta
dibutuhkan oleh siswa guna mencapai tujuan atau kompetensi.
Hal ini biasa disebut dengan analisis instruksional. Adapun
langkah-langkah guna melakukan identifikasi kompetensi saat
melakukan analisis instruksional, yaitu berupa pengetahuan
(cognitive), keterampilan (psychomotor), serta sikap (attitudes)
yang harus dimiliki seluruh siswa sesudah mengikuti seluruh
proses pembelajaran.
3. Analisis Siswa dan Konteks Pembelajaran
Yang dimaksud analisis konteks adalah analisis guna
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajari, yang mencakup keterkaitan kondisi-kondisi dengan
keterampilan yang dipelajari siswa dan keadaan yang terkait.
Preferensi cara belajar (learning style) atau biasa disebut gaya,
sikap terhadap kegiatan belajar, serta kemampuan aktual yang
siswa miliki merupakan yang di analisis dari karakteristik
siswa. Perancang program pembelajaran saat memilih dan
menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan,
akan terbantu apabila karakteristik siswa yang akan belajar di
identifikasi secara akurat.
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Hasil dari analisis instruksional, mengelaborasi kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang spesifik (instructional objective) yang
harus dimengerti siswa, perlu dikembangkan oleh perancang
desain sistem pembelajaran guna tujuan pembelajaran yang
bersifat umum (instructional goal) dapat tercapai. Ada beberapa
1
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), 107.

28 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


hal yang perlu mendapatkan perhatian saat tujuan pembelajaran
yang bersifat spesifik dirumuskan, antara lain:
a. Menentukan pengetahuan dan keterampilan yang perlu
dimiliki oleh siswa setelah menenmpuh proses pembelajaran,
b. Diperlukan suatu kondisi khusus bagi siswa agar bisa
menunjukkan kemampuan dari pengetahuan yang telah
dipelajari, dan
c. Indikator atau kriteria yang bisa memastikan keberhasilan
siswa saat proses pembelajaran sedang ditempuh.
5. Mengembangkan Alat atau Instrumen Penilaian
Langkah setelah sudah merumuskan tujuan atau kompetensi
khusus, alat atau instrumen penilaian perlu dikembangkan
karena bisa memperkirakan pencapaian hasil belajar siswa.
Langkah yang dimaksud adalah evaluasi hasil belajar. Saat
menetapkan instrument evaluasi apa yang mau digunakan,
perlu diperhatikan bahwa intrumen harus bisa menaksir
kemampuan siswa guna tujuan pembelajaran yang dirumuskan
bisa tercapai.2
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dari pengumpulan informasi sebelumnya, supaya program
pembelajaran yang sudah dirancang bisa tercapai sesuai yang
sudah ditentukan, maka langkah selanjutnya perlu dilakukan
penentuan strategi oleh perancang program pembelajaran.
Strategi yang dimaksud adalah strategi pembelajaran
(instructional strategy). Pada kegiatan pembelajaran, strategi
pembelajaran yang bisa diterapkan antara lain aktivitas pra-
pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, dan kegiatan
tindak lanjut dari aktivitas pembelajaran. Faktor-faktor yang
digunakan untuk memilih strategi pembelajaran antara lain:
a. Teori terbaru tentang aktivitas pembelajaran,
b. Penelitian tentang hasil belajar,
2
Ibid., 108.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 29


c. Karakteristik media pembelajaran yang akan digunakan
untuk menyampaikan materi pembelajaran,
d. Materi atai substansi yang perlu dipelajari oleh siswa, dan
e. Karakteristik siswa yang akan terlibat dalam kegiatan
pembelajaran.
7. Penggunaan Bahan Ajar
Strategi pembelajaran yang sudah dirancang pada tahap
sebelumnya bisa diterapkan oleh perancang program
pembelajaran dalam tahap ini ke bahan ajar yang akan
digunakan. Bahan ajar merupakan media pembelajaran, yaitu
sesuatu yang bisa menyampaikan informasi dan pesan dari
sumber belajar kepada siswa. Pada kegiatan pembelajaran, ada
beberapa jenis bahan ajar yang bisa dipakai yaitu: modul, buku
(panduan dan teks), berbasis multimedia, berbasis computer,
berbasis audio video, dan bahan ajar yang dipakai untuk PJJ
(pendidikan jarak jauh). Ada beberapa cara untuk pengadaan
bahan ajar yang digunakan, antara lain:
a. Produk dibeli secara komersial.
b. Bahan ajar yang sudah tersedia bisa dimodifikasi.
c. Bahan ajar bisa di produksi sendiri sesuai tujuan.
8. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif
Langkah selanjutnya sesudah merancang pengembangan
program pembelajaran adalah merancang dan melaksanakan
evaluasi formatif. Maksud dari dilakukannya evaluasi
formatif adalah guna mengumpulkan data yang berkaitan
dengan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dari
program pembelajaran. Pada proses evaluasi formatif, hasilnya
bisa dipakai untuk input atau masukan guna membenahi
rancangan program.3 Guna mengembangkan produk atau
program pembelajaran, ada 3 jenis evaluasi formatif yang bisa
diterapkan, antara lain:
3
Ibid., 108.

30 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


a. Evaluasi perorangan (on to one evaluation).
b. Evaluasi kelompok sedang (small group evaluation).
c. Evaluasi lapangan (field trial).
9. Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran
Merevisi rancangan program pembelajaran merupakan tahap
terakhir dari desain dan pengembangan. Agar bisa mengenali
kelemahan-kelemahan yang ada di program pembelajaran, bisa
diketahui dari data yang diperoleh, dirangkum, ditafsirkan
dari tahap evaluasi formatif. Selain pada skema program
pembelajaran, evaluasi formatif juga dilaksanakan dalam bagian-
bagian rancangan sistem pembelajaran yang digunakan pada
program, misalnya karakteristik siswa, analisis instruksional,
dan entry behavior. Bisa dikatakan bahwa langkah atau tahap
evaluasi formatif harus dilaksanakan disemua bagian program
pembelajaran. Tujuan dilakukannya evaluasi formatif disemua
bagian adalah guna meningkatkan serta menyempurnakan
mutu program tersebut.4
10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif tidak sama dengan evaluasi formatif. Dari
kegiatan desain model pembelajaran yang dicetuskan Dick dan
Grey, evaluasi ssumatif adalah puncaknya. Jika seluruh materi
dari suatu program tertentu telah selesai dipelajari. Selanjutnya
dilakukan evaluasi sumatif. Hal ini untuk menilai apakah
tujuan pembelajaran dalam suatu program tertentu dapat
tercapai atau tidak.5
C. Model ASSURE
Rancangan atau proses perencaan yang baik diperlukan
untuk menyajikan kegiatan pembelajaran yang efektif. Tidak
terkecuali juga pada kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan
media dan teknologi. ASSURE merupakan nama model desain
4
Ibid., 109.
5
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2007), 80.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 31


sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Sharon E. Smaldino,
James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda (2005).
ASSURE di kembangkan guna mengkontruk sebuah kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien layaknya model desain sistem
pembelajaran yang lain, khususnya dalam kegiatan pembelajaran
di mana media dan teknologi yang digunakan.
Model ASSURE lebih memfokuskan dalam perencanaan
pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di
kelas secara tekstual. Smaldino, Russel, Heinich, dan Molenda
mengemukakan pemikiran tentang pengembangan model desain
sistem pembelajaran yang didasarkan pada pandangan-pandangan
Robert M. Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran “Event
of Instruction”. Gagne mengungkapkan bahwa usaha yang bisa
membangkitkan motivasi sesorang untuk belajar merupakan awal
untuk membuat desain pembelajaran yang efektif.
Perlunya melakukan desain penilaian hasil belajar adalah
untuk mengukur pemahaman siswa terhadap pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari. Pada model desain
sistem pembelajaran ASSURE, terdapat tahap-tahap penting
yang perlu dilakukan, antara lain:
1. Analyze learne, yaitu menganalisis karakteristik siswa,
2. State Objectives, yaitu menetapkan tujuan pembelajaran,
3. Select methods, media, and materials, yaitu memilih metode
pembelajaran, media, dan bahan ajar.
4. Utilize materials, yaitu memanfaatkan bahan ajar,
5. Require learners participations, yaitu melibatkan siswa dalam
kegiatan pembelajaran, dan
6. Evaluate and revisi, yaitu melakukan evaluasi dan revisi terhadap
program pembelajaran.
Untuk melakukan desain sistem pembelajaran model
ASSURE ada langkah-langkah yang diperlukan, berikut

32 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


merupakan diagram yang menggambarkan langkah-langkah
tersebut.
A = menganalisis karakteristik siswa
S = menetapkan tujuan pembelajaran
S = seleksi metode, media, dan bahan
U = memanfaatkan bahan ajar
R = melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran
E = evaluasi dan revisi
Berikut merupakan deskripsi dari setiap bagian yang ada
pada model ASSURE, supaya model ini bisa lebih mudah
dipahami.
a) Analyze Learbers
Pada langkah awal, untuk dapat menerapkan model desain
pembelajaran ASSURE perlu dilakukan identifikasi karakteristik
siswa yang akan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b) State Objectives
Selanjutnya, langkah yang dilakukan pada model desain
sistem pembelajaran ASSURE adalah menetapkan tujuan
pembelajaran yang bersifat spesifik. Untuk menetapkan tujuan
pembelajaran, perancang bisa memperolehnya dari kurikulum
atau silabus, informasi yang dicatat dari buku teks.
c) Select Methods, Media, and Materials
Pada tahap berikutnya, yang dilakukan setelah menentukan
tujuan adalah pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang
akan digunakan. Tiga komponen ini memiliki peran penting
untuk membantu siswa agar tujuan pembelajaran yang sudah
tetapkan dapat tercapai.
d) Utilize Materials
Langkah selanjutnya sesudah memilih metode, media, dan
bahan ajar ialah memanfaatkan ketiganya pada aktivitas

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 33


pembelajaran. Uji coba atau setting yang sebenarnya perlu
dilakukan guna mengukuhkan keefektifan dari ketiga
komponen tersebut.
e) Requires Learner Participation
Psikis siswa secara aktif dengan materi yang berlangsung perlu
dilibatkan dalam proses pembelajaran. Contoh prosedur yang
bisa dilakukan pada langkah ini seperti pemberian latihan.
f ) Evaluate and Revise
Langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran
ASSURE ialah evaluasi. Yang dilakukan pada tahap ini adalah
menilai efektivitas pembelajaran dan juga hasil belajar siswa.
Saat melakukan evaluasi, adapun pertanyaan yang diajukan
untuk mengetahui seberapa efektif proses pembelajaran yang
sedang berlangsung yakni sebagai berikut.
a. Apakah tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan bisa
dicapai oleh siswa?
b. Apakah metode, media, dan strategi pembelajaran yang dipilih
bisa membantu proses belajar siswa?
c. Apakah dari materi pembelajaran yang sedang dipelajari bisa
membuat siswa terlibat aktif?
Dalam mendesain kegiatan pembelajaran, model ASSURE
adalah pilihan tepat karena bersifat praktis serta implementasinya
cukup mudah, dan bisa diterapkan secara individual ataupun
klasikal. Untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif,
efisien, dan menarik, diperlukan analisis karakteristik siswa.
Analisis karakteristik siswa mempemudah dalah menentukan
metode, media, dan strategi pembelajaran. Demikian juga pada
evaluasi dan revisi bisa dimanfaatkan guna menjamin mutu proses
pembelajaran yang di rancang.6

6
Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), 117.

34 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


D. Model Geralch dan Ely
Gerlach dan ely merancang sebuah model pembelajaran yang
cocok digunakan untuk segala kalangan bahkan di pendidikan
tingkat tinggi sekalipun. Hal ini dianggap cocok karena ada
penentuan strategi yang tepat untuk diterapkan oleh guru dalam
menenrima materi yang akan disampaikan. Model ini adalah
suatu usaha guna menggambarkan secara grafis, suatu metode
perencanaan pembelajaran yang sistemik. Model ini layaknya
suatu garis pedoman yang bisa dipakai untuk instrumen berupa
checklist saat melakukan perencanaan pembelajaran. Pada model
ini diperlihatkan kerkaitan antara substansi yang satu dengan
yang lainnya serta bisa menyajikan suatu pola urutan yang
dikembangkan ke dalam suatu rencana aktivitas dalam proses
belajar.
1. Komponen-komponen Model Pembelajaran Gerlach dan Ely

Gambar 4. Gerlach dan Ely Design Model

Determination of
Strategi

Spectification of
Content Organization of
Groups

Asessment of Allocation of Evaluation of


Entering Time Performance
Behaviors

Spectification of Allocation of
Objective Space
Analysis of
Feedback
Selection of
Resources

a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Spesification of Objectives)


Pada aktivitas pembelajaran terdapat ambisi yang ingin
dicapai yang biasa disebut dengan tujuan pembelajaran.
Kemampuan yang dirumuskan pada suatu tujuan pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 35


harus sesuai dengan tingkat pada jenjang tertentu. Syarat dari
tujuan pembelajaran adalah jelas (tidak abstrak dan tidak terlalu
luas) dan operasional supaya mudah diukur dan nilai. Adapun
petunjuk perumusan tujuan pembelajaran secara praktis, sebagai
berikut.
1. Diformulasi dengan bentuk yang operasional.
2. Dirumuskan dengan bentuk proyek belajar.
3. Dirumuskan dengan tingkah laku siswa, bukan tingkah laku
guru.
4. Dirumuskan sedemikian rupa sehingga meunjukkan dengan
jelas tingkah laku yang dituju.
5. Diusahakan hanya mengandung satu tujuan belajar.
6. Tujuan dirumuskan dengan tingkat keluasan yang sesuai.
7. Dirumuskan sesuai kondisi dari tingkah laku yang
dikehendaki.
8. Mencantumkan standar tingkah laku yang bisa diterima.
b. Menentukan isi Materi (Spesification of Content)
Hakikatnya, materi merupakan isi/ konten dari kurikulum,
konten itu berupa pengalaman belajar dalam bentuk bidang
studi, sekolahan, serta rincian lainnya. Konten pada materi
berbeda-beda, hal ini dibedakan berdasarkan bidang studi,
sekolah, tingkat, dan kelas. Agar mengetahui materi dengan
tujuan yang diigin dicapai sudah sesuai atau belum, pemilihan
materi yang akan diajarkan bagi siswa harus disesuaikan dengan
pokok bahasan yang spesifik.
c. Penilaian Kemampuan Awal Siswa (Assessment of Entering
Behaaviors)
Metode untuk mengetahui kemampuan awal pada siswa bisa
dengan memberikan tes awal. Pentingnya mengetahui kemampuan
awal siswa bagi guru adalah untuk bisa memberi materi yang
cocok, tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Pengambilan

36 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


langkah-langkah yang diperlukan bisa dengan mengetahui
kemampuan awal, misalnya apakah perlu mempersiapkan diri
untuk belajar, apakah perlu menggunakan metode tertentu, dan
lain-lain. Ada 2 cara dalam mengumpulkan data siswa, yaitu:
1) Pretest yakni apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui
tentang topik yang akan diajarkan. Tujuan dari tes ini
adalah untuk mengetahui kemampuan siswa. Seperti bisa
memperkirakan sejauh mana kognitif siswa tentang definisi
dan konsep.
2) Personal data atau pengumpulan data pribadi siswa guna
mengukur potensi peserta didik dan pengelompokkan siswa
yang fast learners dan slow learners. Data ini bisa dikumpulkan
dengan cara memberikan tes intelegensi. Contohnya
seperti mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan
menalar atau membuat alasan, menceritakan kembali, dan
kemampuan dalam pengolahan/ pemrosesan data.
Hasil pada tes intelegensi ini selanjutnya ditinjau dan
dibandingkan dengan nilai rata-rata pada mata pelajaran yang
sebelumnya telah ditempuh.
d. Menentukan Strategi (Determination of Strategi)
Pada tahap ini guna mencapai tujuan pendidikan
(instruksional) terbaik guru perlu menentukan strategi.
Berdasarkan pemikiran dari Gerlach dan Ely, ada 2 pendekatan
yang bisa digunakan, antara lain:
1) Dalam kuliah tradisional, bentuk ekspose yang biasa
digunakan lebih ke komunikasi satu arah. Guru memainkan
peran besar dalam proses expository. Metode diskusi adalah
metode yang umum digunakan dalam hal ini.
2) Partisipasi siswa pada proses belajar mengajar diprioritaskan
dalam bentuk inquiry, hanya demonstrasi yang disajikan
oleh guru. Demikian ini diharapkan memungkinkan siswa
untuk menemukan jawaban mereka sendiri.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 37


Ada kelebihan dan kekurangan dari pendekatan expository
dan inquiry, tetapi yang paling penting adalah bagaimana guru
bisa menentukan kapan menggunakan expository dan kapan
menggunakan inquiry. Saat siswa sedang belajar secara mandiri
(Independent Study), pendekatan expository juga bisa digunakan,
seperti saat mempelajari masalah dengan menggunakan tape
recorder. Jadi, akan lebih mudah menggunakan pendekatan
inquiry jika mengajar siswa jumlah kecil (5-10 siswa).
e. Pengelompokan Belajar (Organization of Groups)
Langkah selanjutnya sesudah menentukan startegi adalah
guru perlu mulai untuk mengorganisir kelompok belajar.
Pendekatan yang menginginkan aktivitas pembelajaran yang
mandiri dan bebas membutuhkan pengaturan yang berbeda
dengan pendekatan yang perlu banyak diskusi dan keterlibatan
siswa secara aktif di kelas kecil dan untuk mendengarkan ceramah
di kelas besar. Ada beberapa pengelompokan belajar, antara lain:
1) Pengelompokan berdasarkan jumlah siswa (grouping by size),
yakni belajar mandiri, kelompok kecil dan besar.
2) Pengelompokan campuran (ungraded grouping), yakni
biasanya usia dan kelas tidak dipandang, namun mengelom­
pokkan kesamaan kemampuan berfikir pada satu pelajaran.
3) Gabungan beberapa kelas (multiclass grouping), yakni
penggabungan beberapa kelas dari tingkat yang sama pada
satu ruangan besar. Dalam proses pembelajaran, siswa-siswa
memperoleh macam-macam kegiatan yang bersamaan pada
satu ruangan yang sama.
4) Sekolah dalam sekolah (schools within schools), yakni
penggabungan beberapa sekolah ke dalam satu kelompok
besar.
5) Taman pendidikan (education park), yakni lembaga yang
memiliki TK hingga perguruan tinggi dalam satu lokasi,
dengan memusatkan informasi, sarana, serta pelayanan.

38 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


f. Pembagian waktu (Allocation of Time)
Seorang guru perlu juga untuk memikirkan penggunaan
waktu guna memilih strategi dan pengelompokan belajar. Dalam
merancang alokasi waktu, pasti akan berbeda-beda berdasarkan
pokok masalah, desain tujuan, ruangan yang tersedia, konsep
administrasi juga kemampuan (abilitas) dan minat para siswa.
g. Menentukan Ruangan (Allocation of Space)
Supaya proses belajar mengajar bisa kondusif, ada 3 alternatif
ruangan belajar dalam alokasi ruang, antara lain:
1) Ruangan-ruangan kelompok besar
2) Ruangan-ruangan kelompok kecil
3) Ruangan untuk belajar mandiri
h. Memilih media (Allocation of Resources)
Media yang digunakan ditentukan dari kesepakatan pengajar
dengan siswa, ada 5 kategori media sebagai sumber belajar yang
dikemukakan oleh Gerlach dan Ely, antara lain:
1) Manusia dan benda nyata
2) Media visual proyeksi
3) Media audio
4) Media cetak
5) Media display
i. Evaluasi hasil belajar (Evaluation of Performance)
Perubahan tingkah laku merupakan tujuan dari hasil belajar
ketika telah menyelesaikan proses pembelajaran. Desain tujuan
belajar menjadi dasar pengembangan instrumen evaluasi yang
harus bisa mengukur hasil belajar siswa secara tepat juga objektif.
Bukan hanya siswa saja yang perlu dievaluasi pada kegiatan
pembelajaran, melainkan juga pada sistem pengajaran oleh
guru. Maka untuk merancang desain pembelajaran, dilakukan
penilaian kemampuan awal siswa guna mengetahui sejauh mana

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 39


kemampuan siswa, tentang apa yang sudah dan belum diketahui
oleh siswa.
j. Menganalisis Umpan Balik (Analysis of feedback)
Dalam mengembangkan sistem instruksional, yang menjadi
tahap paling akhir adalah umpan balik. Umpan balik didapatkan
dari data hasil tes, observasi, evaluasi ataupun dari tanggapan-
tanggapan tentang aktivitas yang terjadi dalam kegiatan
instruksional tersebut apakah sudah sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai atau perlu penyempurnaan lagi.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Belajar Gerlach dan Ely
Pada model pembelajaran yang dikembangkan oleh Gerlach
dan Ely, terdapat yang namanya model kemp protest. Karena untuk
merancang tujuan dalam model ini terlebih dahulu dilakukan
analisis karakteristik siswa, jadi bisa dikatakan bahwa tahap ini
bukanlah tahapan terpenting atau tidak terlalu membawa masalah
besar. Sehingga, sebelum ditentukannya tujuan pembelajaran,
siswa terlebih dahulu diselidiki latar belakang pendidikan dan
sosial budaya siswa.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely ini bisa dikatakan
sangat tepat untuk melaksanakan atau merancang pembelajaran.
Hal ini dibuktikan dengan kelebihan model ini yaitu adanya
pengelompokan belajar dalam tahap model tersebut, hal ini
menjadi bukti tepatnya model pembelajaran Gerlach dan Ely yang
sudah dikembangkan dan dikenal sejak 1971. Kekurangan dari
model Gerlach dan Ely di antaranya yaitu sedikitnya atau bahkan
tidak ada tahap pengenalan karakteristik siswa yang menyebabkan
guru kerepotan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa
saat pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan
guru untuk salah menyajikan takaran pelajaran atau dengan kata
lain tidak sesuai dengan kemampuan siswa.7
7
Rusman, Model-Model Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014), 16.

40 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


E. Model ADDIE
Benny A. (2009: 128-132) mengungkapkan bahwa pada
model desain pembelajaran, model ADDIE (Analysis-Design-
Develop-Implement-Evaluate) merupakan salah satu yang sifatnya
paling generic. Model ADDIE muncul pada tahun 1992-an,
pengembangnya ialah Reiser dan Mollenda. Awal mulanya agar
sistem instruksional di pelatihan militer bisa di rancang supaya
memadai, Florida State University menggagas model yang dikenal
dengan ADDIE. Konsep ini booming karena versi terbarunya yang
di luncurkan pada tahun 70-an, sehingga bisa dikenal sampai saat
ini. Setiap tahunnya model ADDIE mengalami pembaharuan
sesuai perkembangan jaman akibat suksesnya konsep tersebut.
Karena selalu mengalami pembaharuan, kini model tersebut
lebih terkesan dinamis dan interaktif.8
Nama ADDIE merupakan singkatan dari 5 tahap proses
pengembangan model ini, yakni analysis (analisis), design
(desain), develop (pengembangan), implement (implementasi),
dan Evaluate (Evaluasi). Literasi serta refleksi menjadi fokus dari
model ini, karena keberhasilan dari model ini masih bergantung
pada tahap sesuai urutan yang diberikan. Umpan balik pada
model ini difokuskan karena akan memberi perbaikan secara
terus-menerus.
Dalam tingkat desain materi pengembangan materi
pembelajaran, ada banyak praktik pembuatan metode seperti
saat merancang dan mengembangkan teks, bahan ajar dengan
audiovisual dan pembelajaran berbasis komputer yang diwujudkan
dari sistematika sebagai bagian prosedur pendekatan sistem ini.
Dikembangkan secara sistematis serta didasarkan pada landasan
teoritis pada rancangan pembelajaran merupakan realita dari
dasar indikator dalam memilih model pembelajaran. Terprogram
8
Senie Destya, Penyusunan Guideline Desain Pembelajaran pada E-Learning Pembelajaran
Al-Qur’an, (STMIK Amikom: Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia,
2016).

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 41


dan secara sistematis perlu dilakukan untuk menyusun model
pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya aktivitas ini adalah usaha
guna memecahkan problem yang saling berkaitan antara sumber
belajar yang tepat dengan kebutuhan dan karakter siswa.
Dalam Model ADDIE terdapat hasil dari diterapkannya
teknologi informasi pembelajaran E-Learning adalah guru
diperkaya dengan pedagoginya serta bisa mengatasi yang menjadi
penghambat di aktivitas pembelajaran. Saat koneksi jaringan
stabil agar masalah waktu dan tempat bisa lebih efektif serta tidak
menjadi kendala pada proses distribusi materi pembelajaran,
bisa memakai fasilitas audio conference dan chatting untuk bisa
berinteraksi pada kegiatan belajar-mengajar.9
Gambar 5. Model ADDIE

Ada 5 tahap pengembangan dalam model ini, antara lain:


a. Analysis (analisa)
Tahap paling awal untuk merancang pembelajaran adalah
Analysis (analisis). Seluruh hal yang perlu dipahami siswa
akan dijelaskan pada tahap ini. Analisis juga berfungsi untuk
9
Robertus Laipaka, & Utin Kasm, penerapan Teknologi Informasi Pembelajaran E-Learning
Menggunakan ADDIE Model, (Pontianak: Seminar Nasional Teknologi Informasi,
Komunikasi dan Industri (SNTIKI) STMIK Pontianak, 2017)

42 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


mengidentifikasi adanya masalah terkait dan solusi yang tepat
perlu ditemukan guna menyelesaikan problem yang terjadi
pada pelaksaan pembelajaran.
Hal-hal yang terdapat pada tahap analisa adalah menganalisis
kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan menganalisis tugas,
hal ini perlu dilakukan guna menjabarkan apa yang akan
dipelajari oleh siswa. Sehingga hasil yang diharapkan bisa
tercapai sesuai yang sudah direncanakan.10
b. Design (desain/rancangan)
Tahap selanjutnya yang merupakan kegiatan inti adalah proses
design atau perancangan proses belajar-mengajar di mana tahap
ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan analisis. Tahapan
menyusun desai adalah masalah dipelajari terlebih dahulu,
kemudian pada tahap sebelumnya yaitu analasis kebutuhan
dilakukan identifikasi untuk mendapat solusi dari masalah
tersebut. Agar tujuan pembelajaran atau standard kompetensi
yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, dilakukan penentuan
strategi pembelajaran pada tahap ini. Jadi bisa dikatakan bahwa
penentuan strategi merupakan tujuan dari tahap desain ini.
c. Development (pengembangan)
Jika pada tahap kedua telah dibentuk sebuah desain
pembelajaran, maka hal yang harus dilakukan selanjutnya
adalah development atau tahap pengembangan. Hal yang
dilakukan pada tahap ini adalah uji coba dari desain yang
sudah dibuat, apakah desain yang sudah dibuat layak atau
tidak untuk digunakan. Perlu pengembangan pada desain yang
sudah lolos tahap uji coba agar dapat lebih baik lagi, serta bisa
berkontribusi untuk mencapai tujuan pada proses belajar-
mengajar.
Media-media yang bisa membantu pembelajaran harus bisa
dilakukan kombinasi pada tahap ini. Selain itu juga hal-hal
10
Muhammad afandi, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011)

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 43


disekitarnya harus terpadu dan dapat menutupi kekurangan
media lain. Dengan demikian jika hal yang satu bisa
terpadu dengan hal yang lain bisa dikatakan bahwa kegiatan
pembelajaran tersebut bisa berjalan secara baik.
d. Implementation (implementasi/ eksekusi)
Jika tidak ada tindakan dari rencana pembelajaran yang sudah
dibuat, maka hasilnya tidak akan bisa diketahui. Sehingga
tindakan itu sangat penting, karena nanti dari hasil akan
memunculkan hal baru yang bisa menjadi pengalaman atau
panduan pada proses pembelajaran. Jadi pada suatu rencana,
harus ada sebuah implementasi atau penerapan. Sehingga
model ADDIE cukup berpengaruh untuk menyempurnakan
tahap-tahap sebelumnya. 
e. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Evaluasi merupakan tahap paling akhir. Perencanaan
pembelajaran yang matang bisa membantu untuk dapat melalui
tahap pengembangan model ADDIE dengan lancar dan bisa
berakhir pada tahap ini. Evaluasi merupakan kegiatan setelah
dilakukannya implementasi guna mengetahui sukses tidaknya
suatu rencana pembelajaran. Evaluasi tidak hanya ada di tahap
paling akhir, namun juga terjadi di tahap-tahap sebelumnya.
Untuk melancarkan proses evaluasi, dibutuhkan data atau
informasi dari objek evaluasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada proses evaluasi adalah tujuan-tujuan yang ingin dicapai
diawal, karena untuk mengetahui capaian tujuan diperlukan
sebuah kriteria untuk proses penilaian.
F. Model Degeng.
Untuk membuat sebuah produk pengembangan, Model
Degeng memberikan fleksibilitas untuk perancang dalam
mengembangkan dan menerapkan idenya. Penyampaian dari
hal-hal mendasar atau konseptual, prinsip, dan berurutan

44 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


digambarkan secara kronologis. Pembelajaran tersusun dari
proses penyampaian tujuan, penggambaran atau epitome serta
penjabarannya. Muhammad (1999) mengemukakan bahwa
Model Degeng (1990, 1997) mengadaptasi isi dari teori Elaborasi
di mana prinsip ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh para
ahli dengan mengikuti norma umum yang menggunakan teori
sistem.
Gambar 6. Model Degeng

a) Classroom focus yakni melibatkan pembelajar, pengajar,


kurikulum, dan fasilitas dalam pembelajarannya,
b) Pembelajaran yang berbasis paket dikembangkan secara klasikal
dan individual,
c) Untuk pengembangan pembelajaran pada kappabilitas belajar
fakta, konsep, prosedur dan prinsip,
d) Teori Elaborasi digunakan untuk mengorganisir isi pembelajaran
baik dalam tingkat strategi mikro ataupun makro,
e) Pembelajaran bersifat prespektif karena berorientasi pada
tujuan serta pemecahan belajar.
f ) Bisa memberi langkah-langkah serta arahan yang detail hingga
di tingkat produk yang jelas.
G. Model PPSI
Latar belakang munculnya PPSI antara lain:

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 45


a. Pemberlakukan kurikulum 1975, satuan pembelajaran (RPP)
dikembangkan dengan metode penyampaian berupa “Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional” atau PPSI.
b. Berkembangnya paradigma “pendidikan sebagai suatu satuan
sistem”, maka digunakan pendekatan sistem (PPSI) dalam
pembelajarannya.
c. Guru belum pada pembelajaran yang profesional karena
paradigma “Transfer of Knowledge” masih digunakan.
d. Tuntutan kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan,
relevansi, efisiensi, efektifitas, dan kontinuitas.
e. Sistem semester pada kurikulum 1975 menuntut perencanaan
pengajaran sampai satuan materi terkecil.
Konsep dibalik PPSI ini adalah bahwa sistem instruksionalnya
menggunakan pendekatan sistem, maksudnya sistemnya
terorganisir menjadi satu kesatuan yang terdiri dari beberapa
bagian yang saling terhubung guna tujuan yang diinginkan dapat
tercapai. PPSI berfungsi guna perencanaan serta pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar bisa diefektifkan secara sistematis dan
sistemik, agar bisa digunakan sebagai pedoman bagi guru saat
proses pembelajaran.
PPSI merupakan pendekatan penyampaian yang digunakan
pada kurikulum 1975 untuk tingkat SD, SMP, dan SMA, serta
kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan. Yang diutamakan
dari pendekatan sistem PPSI adalah tujuan yang jelas. Adapun
komponen yang menjadi suatu kesatuan sistem pada PPSI antara
lain seperti tujuan, metode, alat, materi, serta evaluasi. Dapat
disimpulkan bahwa PPSI adalah model pembelajaran berbasis
sistem guna tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

46 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Gambar 7. Model Pembelajaran PPSI

PPSI memiliki 5 langkah pokok, antara lain:


a. Merumuskan tujuan pembelajaran (menggunakan istilah yang
operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku
dan hanya ada satu kemampuan/tujuan).
b. Mengembangkan alat evaluasi (menentukan jenis tes yang akan
digunakan, menyusun butir soal untuk setiap tujuan).
c. Menentukan kegiatan pembelajaran (merumuskan semua
kemungkinan aktivitas yang terjadi pada pembelajaran guna
tercapainya tujuan, menetapkan kegiatan belajar-mengajar
yang akan ditempuh).
d. Merencanakan program kegiatan pembelajaran (merumuskan
materi pelajaran, menentukan metode yang akan digunakan,
memilih alat dan sumber yang digunakan, dan menyusun
jadwal kegiatan).
e. Pelaksanaan (mengadakan pretest, menyampaikan materi
pelajaran, mengadakan postest dan revisi).11

11
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalime Guru, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2014), 149.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 47


H. Model Jerold E. Kemp
Latar belakang pendidikan dari Jerold E. Kemp adalah
California State University di Sanjose. Kemp merupakan
pengembang model desain pendidikan pertama untuk pendidikan.
Di dalam model Kemp, siswa dibimbing bisa berpikir tentang
masalah-masalah umum serta tujuan-tujuan pembelajaran.
Selain itu, pengembang desain instruksional diarahkan untuk
mengidentifikasi karakter siswa dan merumuskan tujuan
pembelajaran yang tepat. Selanjutnya dilakukan tahap spesifikasi
konten pelajaran serta melalui tujuan yang telah ditetapkan
dikembangkan yang namanya pretest.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan langkah-langkah
dan strategi di pembelajaran serta sumber apa saja yang akan
dipakai. Setelah itu dilakukan evaluasi dari isi/materi dengan
berpijak pada tujuan awal yang telah ditentukan. Berikut itu
dari hasil evaluasi akan dilakukan identifikasi dan revisi. Pada
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bisa menggunakan
perencanaan desai pembelajaran model Kemp.
Pertanyaan yang menjadi dasar dirancangnya pembelajaran
Model Kemp adalah:
1. Apa saja yang harus dipelajari siswa (mencakup tujuan
pembelajaran).
2. Seperti apa/ bagaimana langkah-langkah serta sumber belajar
yang tepat agar hasil pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai
(mencakup penggunaan kegiatan, media, dan sumber belajar).
3. Bagaimana cara mengetahui bahwa siswa telah/belum mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan (evaluasi).
Adapun delapan langkah dalam pengembagan desai
pembelajaran model Kemp, antara lain:
1. Menentukan tujuan instruksional umum (TIU) atau yang
biasa disebut dengan kompetensi dasar, yaknik tujuan umum

48 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


yang ingi dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok
bahasan.
2. Menganalisis karateritstik siswa. Tujuan diperlukannya analisis
ini antara lain guna mengetahui apakah background pendidikan
dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti
program, serta apa langkah yang perlu diambil.
3. Menetukan tujuan instruksional secara spesifik, opersional
dan terukur (dalam KTSP biasa disebut dengan Indikator).
Dengan demikian, siswa akan mengetahui apa yang harus
dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa penentu agar dia
bisa dikatakan berhasil. Hal tersebut akan berguna bagi guru
untuk menyusun soal serta memilih bahan ajar yang sesuai.
4. Menentukan bahan/materi pelajaran yang tepat sesuai dengan
tujuan instruksional khusus (indikator) yang telah dirancang.
Waktu yang terbatas untuk menyajikan banyak materi
pelajaran merupakan hal yang seringkali menjadi masalah yang
dihadapi oleh pendidik. Hal ini menimbulkan bahan/materi
pelajaran yang disuguhkan kepada siswa akan sulit diorganisir.
Sehingga untuk prosedur, sumber belajar, media, dan materi
pembelajaran, guru perlu memilah dan memilih secara tepat.
5. Menetapkan penjajagan atau tes awal (pre-assessment). Agar
program pembelajaran yang akan berlangsung bisa diikuti, guru
perlu mengetahui sampai mana pengetahuan siswa untuk bisa
memenuhi tuntutan pra-syarat belajar. Hal ini memungkinkan
guru untuk menyajikan materi diperlukan tanpa memilih
yang tidak diperlukan, guna suasana dikelas tidak cenderung
menjadi bosan.
6. Menentukan strategi untuk kegiatan belajar mengajar, media, dan
sumber belajar. Dalam rangka memilih strategi pembelajaran
yang cocok dengan tujuan instruksional khusus (indikator),
adapun kriteria umum untuk melakukanya, yaitu keefektifan,
efisiensi, praktis, ekonomis, dalam satu analisis alternatif.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 49


7. Mengoordinasikan sarana pendukung yang dibutuhkan, hal ini
mencakup biaya, waktu, fasilitas, peralatan, serta tenaga.
8. Mengadakan evaluasi. Evaluasi diperlukan dalam rangka
monitoring dan mengkaji hasil dari keseluruhan pelaksanaan
program. Adapun objek yang dilakukan evaluasi antara lain:
siswa, program pembelajaran, alat evaluasi (tes), serta strategi/
metode yang digunakan.
Seluruh komponen tersebut terhubung dan terpadu antara
yang satu dengan yang lainnya. Jika ada salah satu komponen
yang tidak terpadu dengan data karena adanya perubahan,
maka akan berimbas pada komponen lain. Pada lingkaran
model Kemp, memungkinkan adanya revisi di tiap komponen
yang perlu direvisi. Revisi data dilakukan pada komponen
sebelumnya ataupun komponen sesudahnya. Perencanaan model
Kemp ini dapat dimulai dari mana saja, hal inilah yang cukup
membedakannya dari pendekatan sitem pembelajaran lainnya.
Jadi untuk merencanakan desain pembelajaran bisa dimulai
dari menentukan materi atau bahkan dengan evaluasi. Prioritas
pemilihan komponen perencanaan tergantung dari perancang itu
sendiri, bisa dimulai dari data apa yang sudah siap dan tersedia,
kondisi serta situasi sekolah atau yang lainnya.

50 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Gambar 8. Langkah model Kemp

Koordinasi
Sarana
Pendukung

Pokok Bahasan dan Tujuan Umum (Goals, Topics, and General


Purpose)
Tujuan umum merupakan perpaduan arti dari Goals dan
General Purpose. Pada prosedur pengembangan pembelajaran,
biasanya disebut dengan tujuan instruksi umum.
a. Pokok Bahasan
Pada hakikatnya, pokok bahasan merupakan landasan pada
pembelajaran yang dapat menggambarkan ruang lingkup dari
suatu pembelajaran. Tema atau topik pembahasan di tingkat
sekolah dasar pada kelas rendah umumnya lebih sederhana
dan nyata berdasarkan pengalaman hidup sehari-hari, misalnya
Aku berangkat ke sekolah, diriku, keluargaku, dan seterusnya.
b. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan yang belum tergambar secara spesifik atau yang masih
bersifat umum disebut tujuan pembelajaran umum. Tujuan ini
biasanya ada pada tujuan setiap pokok bahasan yang ada dalam
mata pelajaran.
c. Karakteristik Siswa (Learner Characteristic)
Untuk memperkirakan apakah tujuan pembelajaran bisa
dicapai oleh seorang siswa atau tidak bisa dengan menganalisis

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 51


atau mengidentifikasi karakteristik siswa. Selain faktor sosial,
juga perlu untuk mengetahui kemampuan awal siswa, karena
kedua hal tersebut juga menentukan cara belajar siswa dalam
proses pembelajaran.
Contoh:
Sasaran : Siswa Sekolah
Jumlah Objek : 25
Kemampuan Pemahaman : 8 dari 10
Kematangan : bisa memahami contoh
perintah soal dan bisa
mencari jawaban sendiri.
d. Tujuan Pembelajaran Khusus (Learning Objective)
Tujuan pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus
ini guna lebih menspesifikasikan tujuan pembelajaran umum
sehingga tingkat pencapaiannya dapat diukur dengan mudah.12
Adapun beberapa kriteria yang perlu diperhatikan agar tujuan
pembelajaran khusus bisa disusun secara baik, antara lain
menggunakan kata kerja operasional, merumuskan bentuk
hasil belajar, disetiap kegiatan siswa harus mengandung satu
kemampuan, serta memperhatikan ABCD (audience, behavior,
condition dan degree) seperti saat penyusunan indikator.
e. Klasifikasi Tujuan Pembelajaran
Adapun tiga skemata klasifikasi tujuan pembelajaran seperti
yang dikemukakan oleh Bloom dan Krathwohl serta Bloom
dan Maria, antara lain:13
1. Dominan Kognitif, yakni menekankan pada aspek
intelektual. Adapun 5 tingkatan dari jenjang rendah sampai
yang tinggi yang dimiliki oleh dominan kognitif, antara lain:
(1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis,
(5) sintesis.
12
Rusman, 2010, Model-model pembelajaran, hal 170.
13
Rusman, 2010, Model-model pembelajaran, hal 24-25.

52 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


2. Dominan Afektif, yakni ditekankan pada sikap, perasaan,
emosi, dan karakteristik moral yang diperlukan untuk
kehidupan dimasyarakat. Adapun 5 tingkatan dari jenjang
yang rendah sampai tinggi yang dimiliki oleh Dominan
Afektif, antara lain: (1) penerimaan, (2) responding, (3)
penilaian, (4) pengorganisasian, (5) karakterisasi.
3. Domain Psikomotorik, yakni menekankan pada gerakan-
gerakan fisik. Gerakan/keterampilan fisik baik motorik
halus maupun kasar merupakan bagian dari kecakapan
psikomotorik atau fisik.
f. Bahan Pelajaran (Subject Content)
Subject Content biasa disebut dengan materi atau isi pokok
bahasan. Bahan pelajaran harus spesifik dan berkaitan dengan
seperangkat tujuan. Demikian, jika fakta dan konsep diajarkan
kepada siswa, siswa tidak berhenti sampai prinsip, namun
praktik prinsip tersebut juga harus dilaksanakan. Adapun
contoh pertanyaan yang bisa dipakai untuk merancang materi
pokok bahasan adalah seperti berikut.
1. Apa spesifikasi dari pokok bahasan?
2. Fakta, konsep, dan prinsip apa saja yang relevan dengan
pokok bahasan?
3. Langkah-langkah apa yang perlu dilalui prosedur yang
berhubungan dengan pokok bahasan?
4. Saat melakukan suatu keterampilan, apasaja teknik yang
perlu dilakukan?
g. Penjajakan terhadap siswa (Preassessment)
Aktivitas penjajakan pada kemampuan siswa bertujuan guna
menguji apakah perencanaan yang sudah disusun dalam
empat langkah sebelumnya sudah bisa diteruskan kelangkah
selanjutnya, yaitu langkah aktivitas pembelajaran (teaching/
learning activities dan resource). Hal ini meliputi sudah mapu
dan siapkah siswa untuk menerima pelajaran dari materi yang

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 53


akan diajarkan. Dengan demikian, preassessment merupakan
proses uji coba perencanaan materi (pokok bahasan), dan
tujuan pembelajaran dari perencanaan konten.
h.
Kegiatan Belajar-mengajar dan Media (Teaching/Learning
Activities and Resource)
Ada tiga jenis proses pembelajaran (belajar-mengajar) yang bisa
diterapkan, antara lain:
1. Pembelajaran Klasikal (Group Presentation)
Bentuk kegiatan dalam pengajaran klasikal seperti guru
menyampaikan materi kepada sejumlah siswa. Biasanya
kegiatan ini identik dengan guru menggunakan metode
ceramah didepan kelas.
2. Belajar Mandiri (Individual Learning)
Bentuk belajar secara mandiri biasanya disebut dengan self
instruction (semacam modul).
3. Interaksi antar guru dan siswa
Penekanan pada interaksi ini adalah PTM antara guru dengan
siswa dalam sebuah kelompok. Bentuk pengajarannya disini
seperti berdiskusi, tukar pendapat, memecahkan masalah,
dan sebagainya.
i. Media Pembelajaran (instructonal Resource)
Bagaimana langkah memilih media? Adapun hal-hal yang perlu
dipertimbangkan untuk memilih media, antara lain:
1. Apakah media tersebut akan digunakan untuk pembelajaran
secara klasikal atau mandiri?
2. Apakah seperangkat media tersebut perlu dipresentasikan
secara grafis seperti design, flowchart, ataupun caption?
3. Apa media visual itu akan ditampilkan diam atau bergerak
(still atau motion picture)?
4. Apabila media visual ditampilkan secara diam akan di display
atau diproyeksikan?

54 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


5. Apabila media visual bergerak akan berbentuk film 16 mm,
8 mm, atau video tape?
6. Apakah media visual akan divariasiakan dengan bentuk voice
recorder yang terpadu atau terpisah?
7. Bagaimana cara menggunakan media jika menampilkan
lebih dari satu media dalam waktu yang sama?
8. Apakah media yang disediakan akan digunakan oleh guru
atau siswa?
9. Jika akan memutar film, proyektor yang akan digunakan
film 8 mm atau 16 mm?
10. Jangan lupa untuk mempertimbangkan biayanya juga.
j. Pelayanan penunjang (Support Services)
Contoh dari pelayanan penunjang biasanya seperti dana,
administrasi, peralatan, teknisi, fasilitas, petugas, staf, dan
sebagainya. Pelayanan penunjang digunakan mulau awal desain
disusun hingga pada pelaksanaan proses pembelajaran berakhir.
Untuk menuntaskan seluruh pelaksanaan program mulai
perancangan perencanaan diawal sampai selesai diperlukan
petugas guna menunjang kegiatan tersebut, sebagai berikut:
1. Tenaga ahli dan pembantu
2. Pengadaan bahan
3. Fasilitas
4. Peralatan
5. Jadwal Kegiatan
k. Evaluasi
Ukuran Pencapaian (Standart of Achievement)
Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa, kurang lebih
ada dua macam cara, yakni :
1. Norm Refenced Testing
Banyak yang mengkategorikan ini cebagai cara lama, hal
ini karena ukuran untuk pencapaian siswa sangat relatif,

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 55


serta belum bisa disebut baku sebab hasil belajar siswa
dibandingkan rata-ratanya dari teman sekelas atau satu
sekolah saja, belum dibandingkan dengan sekolah lain.
2. Criterion Referenced Testing
Cara ini banyak dikehendaki karena menggunakan desain
sistem instruksional pada pelaksanaan pembelajarannya. Hal
ini terjadi karena sebelum melaksanakan kegiatan belajar,
setiap siswa terlebih dahulu dituntut agar seperangkat tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan bisa dicapai.
I. Model ISD
Dick and Carry mengembangkan model desain pembelajaran
yang dirujuk dari pendekatan sistem yang ada, yaitu model ISD
(Instructional System Development). Landasan pengembangan
ISD tidak didapat dari penelitian dan teori saja, namun juga
didapatkan dari praktik penerapan. Model ini terdiri dari 10
tahap, di mana tahap ini digambarkan dengan 10 kotak yang
dihubungkan dengan garis-garis sebagai feedback dari satu kotak
ke kotak yang lain. Tiap kotak dalam tahap tersebut mengandung
teori, prosedur, tekhnik, yang digunakan untuk mendesain, mengem­
bangkan, mengevaluasi, serta merevisi kegiatan belajar-mengajar.
1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran
Yang pertama kali dilakukan pada model ini yaitu penentuan
kompetensi apa yang di harapkan bisa di lakukan oleh peserta
didik jika proses belajar mengajar sudah selesai. Mungkin
saja tujuan pembelajaran didapatkan dari rancangan tujuan,
analis tugas, assessment kebutuhan, pengalaman praktis tentang
kesulitan belajar siswa, analisis objek yang melakukan suatu
kegiatan, atau berasal dari syarat lain dari pembelajaran baru.
2. Menjalankan analisis pembelajaran
Jika tujuan pembelajaran selesai diidentifikasi, yang harus
dilaksanakan adalah menentukan prosedur guna mencapai

56 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


tujuan. Agar keterampilan, pengetahuan dan sikap dasar
peserta didik bisa diketahui sebagaimana yang dibutuhkan
peserta didik untuk memulai pembelajaran, bisa dilakukan
yang namanya analisis pembelajaran. Hasil dari identifikasi
kerelevansian semua keterampilan akan digambarkan dalam
sebuah diagram.
3. Menganalisa Peserta dan Konteks
Apabila analisis pembelajaran telah dilakukan, langkah yang
selanjutnya dilaksanakan adalah melakukan analisis paralel
yakni kerangka yang akan dipelajari keterampilannya bagi
peserta didik, serta kerangka yang akan di gunakan bagi siswa
merupakan pengertian analisis paralel dari siswa. Penentuan
keterampilan yang ada, referensi, dan sikap siswa disesuaikan
dengan indikator pengaturan belajar serta pengaturan di
mana keterampilan nantinya akan digunakan. Prosedur
dari pemodelan seperti strategi pembelajaran dibentuk
dan didapatkan dari informasi penting ini. Pendidik dapat
melakukan analisis tentang kemampuan kognitif siswa dalam
konten belajar yang diberikan. Pengetahuan dan keterampilan
prerekuisite untuk pengalaman belajar tertentu bisa diketahui
guna memprediksi tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
4. Menuliskan Tujuan Kerja
Setelah melalui beberapa prosedur diatas, langkah selanjutnya
yaitu menentukan keterangan tentang keterampilan apa yang
bisa dilakukan setelah mengikuti proses pembelajaran secara
spesifik. Keterangan tentang pada tahap ini boleh didapat
hasil identifikasi dalam analisis pembelajaran, karena dalam
analisis pembelajaran diidentifikasi keterampilan yang akan
dipelajari, kondisi yang perlu ada untuk mendukung kegiatan,
serta indikator dari terlaksananya kegiatan yang baik. Pada
pembelajaran jarak jauh, pendekatan tradisional dalam prosedur
ini juga efektif dapat digunakan. Selain itu, dalam menuliskan

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 57


tujuan perlu memperhatikan kesesuaian dengan kondisi saat
pembelajaran berlangsung, kinerja yang diinginkan, serta
sesuai standard.
5. Mengembangkan Instrumen Assessment
Langkah selanjutnya setelah menuliskan tujuan adalah
pengembangan assessment berupa mengukur kemampuan
siswa tentang seberapa jauh kemampuan yang telah dicapai
sesuai tujuan yang telah ditentukan. Sebaga syarat penilaian,
proses ini menekankan pada hubungan beberapa keterampilan
sesuai yang sudah dijelaskan dalam tujuan.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Menurut Dick dan Carry (1985), strategi pembelajaran berupa
penjelasan tentang prosedur sistematis proses dan pengaturan
isi, penentuan program pembelajaran, serta penentuan cara
konten tersebut bisa disampaikan. Strategi pembelajaran
berfungsi sebagai:
a. Rumusan pengembangan bahan ajar;
b. Seperangkat indikator dalam mengevaluasi bahan ajar;
c. Seperangkat kiat dalam merevisi bahan ajar.
7. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
Selanjutnya, strategi pembelajaran akan digunakan sebagai
penghasil pembelajaran, seperti cara membimbing siswa,
materi pembelajaran, serta penilaian. Yang dimaksud materi
pembelajaran meliputi segala sesuatu yang diperlukan dalam
pembelajaran, serti rekaman video, panduan instruktur, belajar
berbasis komputer, modul, transparansi, halaman web untuk PJJ
(Pembelajaran Jarak Jauh). Untuk menentukan pengembangan
materi disesuaikan dengan jenis hasil belajar, materi terkait
yang tersedia, serta pengembangan sumber belajar yang ada.
Sedangkan untuk pemilihan dari materi yang telah ada, sudah
disediakan kriteria tertentu.

58 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


8. Merancang dan menjalankan evaluasi formatif untuk pembelajaran
Sesudah melengkapi draft atau rencana belajar mengajar,
langkah selanjutnya adalah menjalankan evaluasi dalam rangka
mendapatkan data guna proses identifikasi cara pembelajaran
tersebut dapat dikembangkan. Evaluasi formatif ada 3 jenis,
yaitu one-to-one evaluation, small group evaluation, dan field-
trial evaluation. Perancang memperoleh jenis hasil data yang
berbeda dalam pengembangan pembelajaran dari setiap jenis
evaluasi. Demikian, teknik serupa bisa diterapkan dalam
evaluasi formatif pada pembelajaran di kelas ataupun materi
yang tersedia.
9.Revisi Pembelajaran
Revisi pembelajaran merupakan prosedur paling akhir saat
mendesain dan mengembangkan program. Dari hasil data
yang diperoleh, didapatkan kesimpulan dan interpretasi dari
evaluasi formatif tentang kesulitan yang dialami peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara rinci. Revisi
pembelajaran tidak dilangsungkan menggunakan data yang
didapat dari evaluasi informatif. Penggunaan data dari evaluasi
informatif guna menjabarkan kembali keabsahan dari data
yang diperoleh dari proses analisi serta hipotesis terkait karakter
peserta didik.
Data ini diperlukan guna menjabarkan kembali pernyataan
terkait tujuan program serta melakukan uji coba terhadap
data yang mendapat perhatian dari informasi yang terkumpul.
Seluruh rekomendasi dari hasil pengkajian ulang strategi
pembelajaran dikembangkan dan didesain menjadi revisi
pembelajaran agar dapat meningkatkan segi keefektifan dari
proses belajar mengajar.
10. Merancang dan menjalankan evaluasi sumatif
Untuk menentukan tingkat keefektifan dari suatu pembelajaran,
maka dilakukan sebuah evaluasi sumatif. Meskipun demikian,

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 59


evaluasi sumatif bukanlah bagian dari proses perencanaan.
Evaluasi sumatif adalah penilaian absolut/relatif yang hanya
terjadi sesudah belajar mengajar selesai dilaksanakan secara
informatif dan dilakukan revisi agar sesuai standar perancang.
Pada umumnya hanya evaluator independen yang ikut serta
dalam evaluasi sumatif ini, meskipun seorang perancang
pembelajaran tetap tidak diikut sertakan. Hal ini terjadi karena
komponen ini tidak dipertimbangkan sebagai bagian integral
dari proses pembelajaran.
J. Evaluasi Akhir Pembahasan
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
1. Bagaimanakah komponen-komponen Gerlach dan Ely?
Jelaskan!
2. Analisislah bagaimana tahap 5 pengembangan model ADDIE?
3. Analisislah perbedaan model Degeng dan PPSI?

60 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB 4
TEORI DAN KOMPONEN PERENCANAAN
PEMBELARAN

A. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian komponen perencanaan pembelajaran
dengan baik.
2. Menejelaskan komponen-komponen perencanaan menurut
para ahli.
3. Menjelaskan komponen-komponen perencanaan pembelajaran
yang baik.
B. Teori dalam komponen-komponen perencanaan pembelaran
Awal dari proses persiapan mengajar ditandai dengan
disusunnya program belajar mengajar, yang berisi komponen
dan proses apa saja dalam pelaksanaan kegiatan program
pembelajaran. Ketika tujuan/kompetensi serta metodologi sudah
selesai diidentifikasi, Cynthia Mulyasa dalam Abdul Majid
mengungkapkan bahwa dimulainya proses belajar mengajar
adalah dari tahap persiapan mengajar, di mana hal ini akan
memudahkan pendidik untuk mengorganisir bahan pelajaran
yang sesuai kompetensi dan masalah-masalah yang muncul dari
siswa atau mungkin dari pembelajaran bisa diantisipasi. Namun
hal ini berbanding terbalik dengan seorang pendidik yang pada
proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan akan mengalami
adanya hambatan.1
1
Abdul Majid, PerencanaanPembelajaran, (Bandung, PT RemajaRosdakarya, 2006), 95.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 61


Lebih lanjut Abdul Madjid menguraikan bahwasanya Gegne
dan Brigge (1974) mengungkapkan bahwa perencanaan kegiatan
belajar-mengajar yang baik seharusnya memiliki 3 komponen
yang biasa disebut dengan tachor point, antara lain:
1. Tujuan pengajaran;
2. Bahan ajar atau materi pelajaran, pendekatan dan metode
mengajar, media pengajaran serta pengalaman belajar; dan
3. Evaluasi keberhasilan.
Adapun struktur dari format perencanaan pembelajaran
menurut Kennet D. Moore antara lain:
1. Topik pembahasan,
2. Tujuan pembelajaran (komponen atau indikator kompetensi),
3. Bahan ajar,
4. Aktivitas belajar-mengajar,
5. Media/alat yang diperlukan, dan
6. Evaluasi hasil pembelajaran.2
C. Menjelaskan komponen-komponen dalam perencanaan
pembelajaran
Komponen rencana pembelajaran menurut Permendibud
No. 22 Tahun 2016 terdiri atas:
1. Identitas sekolah
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema
3. Kelas atau semester
4. Materi pokok
5. Alokasi waktu
6. Tujuan kegiatan belajar-mengajar
7. KD dan indikator agar tercapainya kompetensi
8. Pokok bahasan (materi pembelajaran)
2
Ibid., 96.

62 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


9. Metode pembelajaran
10. Media pembelajaran
11. Sumber belajar
12. Langkah-langkah pembelajaran adalah prosesdur
pendahuluan, inti, dan penutup.
13. Penilaian atau evaluasi hasil belajar.
Komponen-komponen diatas, diuraikan ke dalam bentuk
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Salah satu usaha
pencapaian KD adalah menjabarkan RPP dari silabus, hal ini
berguna dalam pengarahan aktivitas peserta didik saat belajar.
Salah satu kewajiban dari setiap pendidik adalah membuat RPP.
Rpp disusun secara lengkap dan sistemastis guna berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang aktif, menyenangkan, inspiratif,
interaktif, menantang, agar kemandirian, kreatifitas, dan prakarsa
dari siswa bisa diberikan ruang yang cukup sesuai dengan minat
dan bakat serta perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.3
Setiap RPP bisa dilaksanakan untuk satu kali atau lebih
pertemuan yang disusun berdasarkan Kompetensi Dasar. RPP
yang dilaksanakan untuk tiap pertemuan yang dirancang guru
dirancangkan dengan menyesuaikan jadwal dari satuan lembaga
pendidikan.

D. Mendeskripsikan komponen-komponen dalam perencanaan


pembelajaran
Adapun komponen-komponen dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar berikut deskripsinya:
1. Identitas Sekolah
Nama lembaga pendidikan merupakan identitas sekolah yang
akan menggunakan perencanaan belajar mengajar tersebut.
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema
3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Standar Proses, 16.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 63


Mencantumkan identitas tentang mata pelajaran atau subtema
berfungsi guna mengetahui RPP tersebut digunakan dalam
subtema yang terkait pada identitas mata pelajaran tersebut.
3. Kelas/semester
Agar RPP yang dirancang bisa diketahui untuk kelas dan
semester tertentu, maka akan dicantumkan kelas/semester
yang digunakan.
4. Materi pokok
Mempelajari materi pokok atau pokok-pokok dari materi perlu
dilakukan sebagai sarana pencapaian kompetensi.
5. Alokasi Waktu
Waktu yang diperlukan untuk mencapai beban dan kompetensi
dasar dari pembelajaran disebut dengan alokasi waktu. Silabus
atau kompetensi dasar bisa menjadi bahan pertimbangan
jumlah jam mata pelajaran pada tiap pertemuan.
6. Tujuan pembelajaran
KD yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
merupakan dasar dari rancangan sutau tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran disusun dengan kata kerja operasional
yang bisa diukur dan diamati.
7. Kompetensi dasar dan indicator pencapaian kompetensi
Yang dimaksud kompetensi dasar atau KD yaitu sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai siswa pada mata pelajaran
tertentu. Indikator kompetensi juga bisa disusun dari
kompetensi dasar. Indikator kompetensi merupakan perilaku
yang menunjukkan tercapainya suatu kompetensi dasar tertentu
yang bisa diukur dan diamati, yang bisa dijadikan rujukan
assessment mata pelajaran. Sama halnya dengan kompetensi
dasar, bahwa indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dan mencakup komponen yang sama dengan kompetensi
dasar.

64 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


8. Materi Pembelajaran
Indikator ketercapaian kompetensi menjadi dasar untuk
menentukan butir-butir materi pembelajaran yang memuat
fakta, konsep, prinsip, serta tahap yang relevan.
9. Metode Pembelajaran
Pendidik menggunakan metode dalam belajar mengajar untuk
menciptakan iklim serta pengalaman dalam proses belajar
mengajar yang memungkinkan KD yang dicapai sesuai dengan
hasil dari analisis karakteristik siswa.
10. Media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan peralatan yang membantu
untuk menyampaikan materi pembelajaran.
11. Sumber belajar
Sumber media bisa berasal dari mana saja.
12. Langkah pembelajaran dilalui dengan tahap pendahuluan,
inti, dan penutup.
a. Pendahuluan
Di langkah awal, guru melakukan kegiatan pendahuluan
untuk proses pembelajaran. Memberikan semangat belajar
pada siswa, dengan memberi pertanyaan terkait kemampuan
awal dengan materi yang akan dipelajar
Memberi motivasi belajar peserta didik, Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, Menjelaskan
tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi.
b. Inti
Pelaksanaan kegiatan inti adalah pelaksanaan pencapaian
KD guna berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang
aktif, menyenangkan, inspiratif, interaktif, menantang
agar kemandirian, kretifitas, dan prakarsa dari siswa bisa
diberikan ruang yang cukup sesuai dengan minat dan bakat

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 65


serta perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
Dilakukan penyesuaian model, metode, media, dan sumber
kegiatan belajar mengajar terhadap mata pelajaran serta
karakteristik siswa. Adapun bentuk aktifitas pada kegiatan
inti yang telah sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, hal ini meliputi kegiatan eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
• Eksplorasi:
1. Untuk mendapatkan informasi yang luas serta dalam
maknanya juga, peserta didik juga dilibatkan untuk
menerapkan prinsip alam takambang. Dengan demikian,
beragam sumber menjadi sarana belajar bagi pendidik dan
siswa.
2. Bermacam pendekatan, media, serta sumber belajar bisa
digunakan.
3. Menyediakan fasilitas interaksi dalam proses pembelajaran
antara siswa dengan guru, lingkungan, ataupun sumber
belajar lainnya.
4. Peserta didik secara aktif dilibatkan dalam tiap aktivitas
belajar mengajar atau pembelajaran, dan
5. Menyediakan fasilitas seperti lapangan, studio, ataupun
bereksprerimen di ruangan lab.
• Elaborasi:
1. Membiasakan kegiatan menulis dan bermakna melalui
beragam tugas yang tentunya bermakna bagi siswa;
2. Menyediakan fasilitas diskusi, tugas, dan sebagainya guna
melatih siswa dalam mengungkapkan ide melalui lisan
ataupun tulisan.
3. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk membuat ide,
analisis, menyelesaikan masalah, serta bertindak tanpa rasa
takut;
4. Memfasilitasi pembelajaran kooperatif dan kolaboratif

66 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


bagi siswa;
5. Memfasilitasi siswa untuk bersaing secara sehat sebagai
upaya peningkatan prestasi belajar;
6. Memfasilitasi pembuatan laporan eksplorasi yang dibuat
oleh siswa secara berkelompok maupun individu, baik
laporan lisan maupun tertulis;
7. Memfasilitasi peserta didik guna menyajikan hasil kinerja
individu ataupun suatu kelompok;
8. Manfasilitasi siswa dalam upaya pengembangan minat
bakat siswa, seperti mengikutsertakan siswa pada acara-
acara lomba.
9. Memfasilitasi kegiatan yang memotivasi serta memberikan
rasa percaya diri siswa dari program yang dilaksanakan.
• Konfirmasi:
1. Memberikan penguatan serta feedback positif, berupa
wujud lisan tulisan, isyarat, ataupun hadiah bagi peserta
didik yangdinyatakan berhasil.
2. Memberikan pernyataan yang berasal dari berbagai sumber
yang berkaitan dengan hasil eksplorasi dan pengamatan
peserta didik.
3. Memberikan fasilitas bagi siswa untuk merefleksikan
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan sebagai
pengelaman belajar.
4. Memberikan fasilitas bagi siswa guna mendapatkan
pengalaman yang bermakna untuk pencapaian kompetensi
dasar:
a. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilita­ tor dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
be­nar;
b. Membantu penyelesaian masalah;
c. Memberi rujukan pada siswa agar bisa mendapatkan

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 67


hasil pengecekan eksplorasi.
d. Lebih jauhnya lagi, informasi ini berkaitan dengan hasil
eksplorasi.
5. Pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, maka
dilakukan proses pemberian motivasi.
c. Penutup
Refleksi dilakukan di setiap akhir kegiatan, baik individu
ataupun kelompok guna sebagai evaluasi hasil belajar.
1. Membuat kesimpulan pembelajarn;
2. Menilai atau merefleksikan kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
3. Pemberian umpan balik (feedback) terhadap hasil dan
proses pembelajarannya.
4. Melakukan rencana tindak lanjut.
5. Menyampaikan rencana pembelajarn pada pertemuan
berikutnya.4
13. Penilaian peserta didik
Penilaian autentik dilaksanakan pada kurikulum 2013.
Penilaian otentik ini dipilih karena bisa memberi gambaran
sejauh peningkatan hasil belajar peserta didik, dalam rangka
observasi, menalar, serta mencoba. Selain itu, data dari hasil
penilaian ini bisa dipakai untuk menyusun Laporan Hasil
Belajar, serta bisa membenahi pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
Teknik yang digunakan dalam tahap ini bisa dengan tes
ataupun nontes yang dilakukan secara konsisten, sitematis,
dan terprogram. Ada banyak bentuk dari penilain, berikut
merupakan beberapa bentuknya antara lain: lisan atau
tertulis; pengamatan kerja; pengukuran sikap, pengetahuan,
keterampilan; hasil karya berupa proyek, penugasan, penilaian
4
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Standar Proses,.26

68 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


diri, portofolio, dan masih banyak lagi. Standar yang digunakan
untuk menilai hasil pembelajaran adalah berpedoman pada
Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok
Mata Pelajaran.
E. Evaluasi Akhir Pembahasan
1. Sebutkan komponen-komponen dalam perencanaan
pembelajaran?
2. Mengapa dalam kegiatan inti diperlukan metode pembelajaran
yang menarik
3. Analisis perbedaan Elaborasi, Eksplorasi dan konfirmasi!

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 69


BAB 5
TEORI DAN CARA MERUMUSKAN
INDIKATOR KD

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu:
1. Menjelaskan arti dari KI dan KD dengan benar.
2. Menjelaskan tata cara merumuskan indikator KD dengan
benar.
B. Teori Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
1. Kompetensi Inti (KI)
Menurut Mulyasa, kompetensi inti diartikan sebagai
operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada
jenjang sekolah, kelas, maupun mata pelajaran dalam wujud
kualitas yang harus dimiliki siswa yang sudah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang mencakup
kompetensi utama berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang harus dipelajari siswa yang ditentukan berdasarkan jenjang
mata pelajaran, kelas, ataupun sekolah. Kompetensi inti harus
mengandung keseimbangan antara kualitas soft skills dengan
hard skills yang harus dicapai.1
Menurut Majid kompetensi inti adalah interpretasi atau
operasionalisasi SKL dalam wujud kualitas yang harus dimiliki
1
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), 174.

70 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


mereka yang sudah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu atau tingkat pendidikan tertentu, gambaran
tentang kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
inti merupakan penerapan SKL yang harus mengembangkan
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari
oleh siswa. Adapun yang harus dilakukan sebelum pendekatan
kompetensi lulusan dalam menjamin capaian yakni apa yang
ingin dibangun, dibentuk, diberdayakan dalam diri siswa setelah
selesai menempuh pendidikan pada jenjang tertentu, harus
diidentifikasi terlebih dahulu.2
Penekanan dalam pendekatan kompetensi lulusan yakni
terletak pada siswa yang harus memiliki kemampuan holistik. Hal
itu akan membawa dampak pada apa yang seharusnya dipelajari
siswa oleh tiap individu, bagaimana cara mengajarkannya, dan
kapan diajarkannya. Berikut merupakan tabel dari kompetensi
yang harus dicapai dalam kompetensi lulusan satuan pendidikan.3

2
Modul Pelatihan Kurikulum 2013, hal 84
3
Modul Pelatihan Kurikulum 2013, hal 84

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 71


Tabel 1. Capaian Kompetensi Lulusan

DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK


Menerima + Menjalankan + Menghargai
Proses
+ Menghayati + Mengamalkan
beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun), rasa
Individu ingin tahu, estetika, percaya diri, motiva-
si internal
toleransi, gotong royong, kerjasama, dan
Sosial
SIKAP musyawarah
pola hidup sehat, ramah lingkungan,
Alam
patriotik, dan cinta perdamaian
Mengamati + Menanya + Mencoba +
Proses Mengolah + Menyaji + Menalar + Men-
cipta
membaca, menulis, menghitung, meng-
Abstrak
KETER- gambar, mengarang
AMPILAN menggunakan, mengurai, merangkai,
Konkret
memodifikasi, membuat,mencipta
Mengetahui + Memahami + Menerapkan
Proses
+ Menganalisa + Mengevaluasi
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
Obyek
PENGETA- budaya
HUAN manusia, bangsa, negara, tanah air, dan
Subyek
dunia
Hasil pengembangan dari SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
tersebut, maka terbentuk Kompetensi Inti (KI). Fungsi dari
kompetensi inti adalah sebagai integrator horizontal antarmata
serta bersifat mengikat berbagai kompentensi dasar yang harus
ditentukan dengan mempelajari setiap mata pelajaran. Untuk
mencapai kompetensi lulusan yang diharapkan, kompetensi inti
diibaratkan sebagai jalur yang harus dilewati agar sampai pada
tujuan (kompetensi lulusan). Seiring meningkatnya jenjang
(usia, kelas) peserta didik, kompetensi inti juga ditingkatkan.

72 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Kompetensi inti bisa menjaga tingkat Integrasi vertikal dari segala
bentuk kompetensi dasar pada jenjang kelas yang berbeda. Karena
bersifat multidimensi, kompetensi inti juga bisa sebagai arah yang
mengarah ke kompetensi lulusan multidimensional.
Agar memudahkan sistem operasional, maka kompetensi
lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi 2 bagian, yakni
kompetensi lulusan berupa aspek sikap spiritual dan sikap sosial.
Sikap spiritual berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
membentuk generasi yang beriman dan bertaqwa. Sedangkan
sikap sosial berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
membentuk generasi yang mandiri, demokratis, bertanggung
jawab serta berakhlak mulia. Adanya kompetensi inti bukan
untuk diajarkan, namun untuk dibentuk. Hal ini dapat dibentuk
dari berbagai kompetensi dasar yang diterpadukan dari berbagai
sumber kompetensi yang relevan. Sumber kompetensi yang
dimaksud disini adalah mata pelajaran.
Kompetensi inti yang harus dimiliki siswa pada tingkat
tertentu merupakan hasil akhir dari segala yang diajarkan di mata
pelajaran dan jenjang kelas tersebut. Hasil rumusan kompetensi
merupakan pedoman yang harus diikuti oleh setiap mata pelajaran.
Dengan demikian, semua mata pelajaran yang dipelajari harus
ikut menyumbang gagasan untuk pengkontruksian kompetensi
inti.
Karena kompetensi inti tidak dibentuk dari mata pelajaran
tertentu, jadi kompetensi inti ini bebas digunakan dalam segala
jenis mata pelajaran. Dengan kata lain, mata pelajaran merupakan
pasukan dari kompetensi. Kompetensi dasar diorganisir oleh
komponen yang bernama kompetensi inti. Alasan mengapa
kompetensi inti disebut komponen pengorganisir adalah,
kompetensi inti mengikat organisasi vertikal dan horizontal
dari kompetensi dasar. Selain memahami bagaimana definitif
dari Komptensi Inti, yang perlu difahami adalah cara dalam

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 73


merumuskan kompetensi inti. Adapun notasi yang dipakai dalam
merumuskan kompetensi inti, yaitu:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan;
dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Berikut ini merupakan penjabaran dari KI di jenjang/tingkat
SMP/MTs sederajat.4
Tabel 2. Kompetensi Inti Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah

KOMPETENSI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI


INTI KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
1. Menghargai dan
1. Menghargai dan 1. Menghargai dan
menghayati ajaran
menghayati ajaran menghayati ajaran
agama yang
agama yang dianutnya agama yang dianutnya
dianutnya
2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan
menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggungjawab, tanggungjawab, tanggungjawab,
peduli (toleransi, peduli (toleransi, peduli (toleransi,
gotong royong), gotong royong), gotong royong),
santun, percaya diri, santun, percaya diri, santun, percaya diri,
dalam berinteraksi dalam berinteraksi dalam berinteraksi
secara efektif dengan secara efektif dengan secara efektif dengan
lingkungan sosial lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
dan alam dalam alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan
jangkauan pergaulan pergaulan dan pergaulan dan
dan keberadaannya keberadaannya keberadaannya

4
Permendikbud No. 68, 2013, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP, hal. 6.

74 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


3. Memahami
pengetahuan 3. Memahami 3. Memahami
(faktual, konseptual, dan menerapkan dan menerapkan
dan prosedural) pengetahuan pengetahuan
berdasarkan rasa (faktual, konseptual, (faktual, konseptual,
ingin tahunya dan prosedural) dan prosedural)
tentang ilmu berdasarkan rasa berdasarkan rasa ingin
pengetahuan, ingin tahunya tentang tahunya tentang ilmu
teknologi, seni, ilmu pengetahuan, pengetahuan, teknologi,
budaya terkait teknologi, seni, budaya seni, budaya terkait
fenomena dan terkait fenomena dan fenomena dan kejadian
kejadian tampak kejadian tampak mata tampak mata
mata
4. Mencoba,
mengolah, dan
4. Mengolah, menyaji,
menyaji dalam 4. Mengolah, menyaji,
dan menalar dalam
ranah konkret dan menalar dalam
ranah konkret
(menggunakan, ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, (menggunakan,
mengurai, merangkai,
merangkai, mengurai, merangkai,
memodifikasi,
memodifikasi, memodifikasi, dan
dan membuat)
dan membuat) membuat) dan ranah
dan ranah abstrak
dan ranah abstrak abstrak (menulis,
(menulis, membaca,
(menulis, membaca, membaca, menghitung,
menghitung,
menghitung, menggambar, dan
menggambar, dan
menggambar, dan mengarang) sesuai
mengarang) sesuai
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari
dengan yang dipelajari
dengan yang di sekolah dan sumber
di sekolah dan sumber
dipelajari di sekolah lain yang sama dalam
lain yang sama dalam
dan sumber lain yang sudut pandang/teori
sudut pandang/teori
sama dalam sudut
pandang/teori
2. Kompetensi Dasar (KD)
Mulyasa mengemukakan pengertian kompetensi dasar sebagai
berikut. Kompetensi dasar adalah dasar guna pengembangan
materi-materi pokok, aktivitas belajar, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk mecancapai tujuan pembelajaran. Agar bisa
mencapai tujuan pembelajarn yang diharapkan, minimal guru

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 75


harus mampu membuat rancangan dari kompetensi dasar.
Pembelajaran melalui kompetensi dasar bersifat keberlanjutan,
maksudnya perlu dilakukan pengecekan berkala , hasil
pencapaian siswa juga harus senantiasa dianalisis. Dalam K13,
kompetensi dasar yang diterapkan oleh Tim Depdikbud adalah
rujukan yang bisa dipakai oleh guru sebagai kilasan secara umum
guna pengembangan K13 dalam program pembelajaran masing-
masing.
3. Indikator KD
Menurut Mulyasa, indikator merupakan perbuatan dan
respon siswa (tingkah laku) laku siswa yang bisa diobservasi
dan diukur sebagai rujukan yang menunjukkan pencapaian
suatu kompetensi dasar serta penilaian pada mata pelajaran.
Agar suatu indikator dapat terumuskan dengan benar, maka
harus memperhatikan beberapa hal antara lain: wujud dari
kompetensi dasar yang lebih spesifik. Maksudnya, indikator
merupakan tingkah laku yang dilakukan oleh siswa sebagai hasil
dari pengembangan kompetensi dasar. Pengembangan indikator
disesuaikan dengan potensi daerah, karakter satuan pendidikan,
serta peserta didik, hal ini dirancang menggunakan kata kerja
operasional yang bisa diukur dan diobservasi sekaligus pedoman
dalam menyusun alat penilaian.
Dengan demikian, hal-hal yang perlu dipertimbangkan
pada indikator antara lain: 1) indikator adalah pengembangan
dari kompetensi dasar yang menunjukkan simbol-simbol,
perilaku mencakup perbuatan dan respon oleh peserta didik; 2)
Pengembangan indikator disesuaikan dengan karakteristik satuan
pendidikan, potensi daerah, serta peserta didik; 3) perumusan
indikator harus menggunakan kata kerja operasional agar bisa
diamati, sekaligus bisa dipakai guna merumuskan alat penilaian.5

5
Abdul Majid,Iimplementasi Kurikulum 2013, (Bandung : Interes Media,2014),hl 50.

76 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


C. Perumusan dan penyusunan Indikator KD
Indikator meliputi simbol-simbol, perbuatan, respon yang
terukur dan bisa diobservasi guna penunjukan tercapainya
kompetensi dasar tertentu sehingga bisa menjadi rujukan
penilaian mata pelajaran. Indikator adalah suatu ciri khas dari
kompetensi, jika dalam kompetensi belum memunculkan sebuah
indikator yang terjadi yaitu kompetensi belum bisa dikatakan
tuntas.
Adapun ketentuan yang perlu diperhatikan untuk
merumuskan suatu indikator, yaitu:
1. Minimal hasil dari pengembangan KD dijadikan 3 indikator.
2. Seluruh indikator memuat kata kerja dalam SK dan KD.
3. Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki
kompetensi
4. Rumusan indikator minimal memuat dua pelajaran sehingga
menggunakan kata kerja operasional yang sesuai.
5. Indikator harus mengakomodir karakteristik mata pelajaran
sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai
6. Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa
indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif,afektif, dan
psikomotor.
a) Penggunaan Teori Benyamin S. Bloom dalam Penyususnan
Indikator
Indikator dikembangkan dari Kompetensi Dasar. Sebab itu,
mengetahui jenis kompetensi harus terlebih dulu dilakukan
sebelum pengembangan suatu indikator. Teori pembagian
hasil belajar dari Bloom merupakan landasan mengembangkan
kompetensi yang berdasarkan 3 ranah domain, termasuk di
antara 3 ranah domain yaitu kognitif (pengetahuan, informasi,
mental), afektif (sikap dan perasaan), dan psikomotorik (fungsi
maipulatif dan kemampuan fisik).

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 77


Adapun aspek dari masing-masing ranah yaitu pada kognitif: 1)
pengetahuan (knowledge), 2) pemahaman (comprehension), 3)
penerapan (aplication), 4) penguraian (analysis), 5) memadukan
(synthesis), dan 6) evaluasi atau penilaian (evaluation). Pada
afektif: 1) penerimaan (receiving), 2) sambutan (responding), 3)
penerimaan nilai (valuing), 4) pengorganisasian (organization),
5) karakteristik (characterization). Kemudian pada ranah
psikomotorik: 1) kesiapan (set), 2) peniruan (imitation), 3)
pembiasaan (habitual), 4) penyesuaian (adaptation), dan 5)
penciptaan.
b) Teknik Penyusunan Indikator
Indikasi (ciri khas) tentang sesuatu yang seharusnya ada
adan dan tidak boleh ditinggalkan adalah arti dari indikator.
Misalnya ciri khas (indikator) meja, maka harus ada kaki dan
tempat datar di atas kaki untuk menaruh sesuatu, adapun itu
kakinya satu atau dua atau tiga tidak menjadi sesuatu yang
harus. Yang penting ada kakinya. Demikian pula halnya dengan
indikator sebuah kompetensi, jika dalam kompetnsi belum
memunculkan sebuah indikator maka kompetensi belum bisa
dikatakan tuntas.
Terdapat dua tehnik dalam pembuatan indikator dari
kompetensi; tehnik pertama yaitu dengan memecah KD
menjadi bagian yang lebih spesifik lagi, maksudnya dipecah ke
dalam bagian yang lebih kecil atau lebih detail. Sabagaimana
contoh berikut:

78 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Aktivitas/Kegiatan Teknik dan
Standar
Belajar Siswa Bentuk
Domain Kompetensi Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi
untuk Mencapai Instrumen
Lulusan
Kompetensi Penilaian
Sikap Memiliki perilaku Menghargai dan 1.1 Menghayati Meneladani para Nilai-nilai syukur
yang mencerminkan menghayati ajaran agama keteladanan para pemimpin dalam pada ciptaan Tuhan
sikap orang beriman, yang dianutnya pemimpin dalam mengamalkan ajaran YME berupa hasil
berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agamanya budaya praaksara di
percaya diri, dan agamanya Indonesia
bertanggung jawab Menghargai dan 2.1 Menunjukkan Sikap tanggung jawab, sikap tanggung jawab
dalam berinteraksi menghayati perilaku sikap tanggung jawab, peduli terhadap berbagai terhadap
secara efektif dengan jujur, disiplin, peduli terhadap hasil budaya pada zaman peninggalan hasil
tanggungjawab, peduli berbagai hasil praaksara, Hindu-Buddha budaya HindhuBuddha
lingkungan sosial
(toleransi, gotong budaya pada zaman dan Islam di Indonesia.
dan alam praaksara, Hindu- Sikap peduli
dalam jangkauan royong), santun,
Buddha dan Islam terhadap
pergaulan dan percaya diri, dalam peninggalan hasil
keberadaannya berinteraksi secara efektif budaya HindhuBuddha
dengan lingkungan di Indonesia
sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan
keberadaannya

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS)


79
Aktivitas/Kegiatan Teknik dan

80
Standar
Belajar Siswa Bentuk
Domain Kompetensi Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Lingkup Materi
untuk Mencapai Instrumen
Lulusan
Kompetensi Penilaian
Pengeta Memiliki Memahami pengetahuan 3.4 Menganalisis Tipologi hasil budaya Mengamati: Observasi:
huan - membaca buku teks
pengetahuan (faktual, konseptual, berdasarkan tipologi praaksara Indonesia dan melihat gambar-
Mengamati
Faktual, konseptual dan prosedural) hasil budaya Praaksara - Asal-usul nenek gambar tentang kegiatan
dan prosedural berdasarkan rasa ingin Indonesia termasuk Moyang bangsa aktifitas kehidupan peserta didik
masyarakat zaman
dalam tahunya tentang ilmu yang berada di Indonesia ( bangsa praaksara, peta dalam proses
Ilmu pengetahuan, pengetahuan, teknologi, lingkungan terdekat Proto Melayu atau persebaran asal-usul mengumpulkan,

Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


teknologi, seni, seni, budaya terkait Melayu Tua dan nenek moyang bangsa menganalisis
Indonesia
dan budaya fenomena dan kejadian bangsa Deutro dan peninggalan data dan
dengan wawasan tampak mata Melayu atau hasil kebudayaan membuat
kemanusiaan, Melayu Muda) pada zaman laporan
praaksara.
kebangsaan, - Kebudayaan zaman
kenegaraan, dan Praaksara (Zaman Menanya: Portofolio:
peradaban terkait Batu: Kebudayaan - Berdiskusi untuk Menilai
mendapatkan
fenomena dan Paleolithikum, klarifikasi tentang portofolio
kejadian yang Mesolithikum, kehidupan peserta didik
tampak mata Neolithikum, masyarakat zaman tentang zaman
praaksara, persebaran
Megalithikum dan asal-usul nenek praaksara di
Zaman Logam ) moyang bangsa Indonesia
Indonesia dan
peninggalan hasil
kebudayaan pada
zaman praaksara.
Hasil contoh diatas dapat dengan jelas, bahwa perencanaan
pembelajaran IPS salah satunya adalah merencanakan materi
sesuai KI dan KD, sehingga kegiatan pembelajaran dapat terarah
dan efektif. Selain KI dan KD, dalam perencanaan kegiatan
belajar mengajar IPS yang harus disiapkan adalah stretegi atau
metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran IPS.
D. Evaluasi Akhir Pembahasan
1. Bacalah substansi Standar Kompetensi Lulusan pada Tahun
2013!
2. Bacalah KI pada pelajaran IPS di kelas VII, VIII, IX dari silabus
3. Bacalah KD mata pelajaran Kelas VII, VIII, IX dari silabus
4. Analisislah keterkaitan SKL, KI, dan KD, dan terbentuk
materi. Buatlah seperti contoh diatas!

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 81


BAB 6
PEKAN EFEKTIF, SILABUS, PROGRAM
SEMESTER DAN TAHUNAN

A. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian pekan efektif dengan benar.
2. Menjelaskan pengertian silabus dengan benar.
3. Menjelaskan pengertian program tahunan dengan benar
4. Menjelaskan pengertian program semester dengan benar
B. Pengertian Rincian Pekan Efektif (RPE)
Rincian Pekan Efektif (RPE) merupakan kegiatan
menghitung jumlah hari efektif dalam tahun pelajaran yang
sedang berlangsung. Dengan adanya kalender akademik pada
tahun pelajaran yang sedang berlangsung bisa dijadikan rujukan
dalam membuat RPE sekaligus sebagai dasar penetapan jumlah
pekan/minggu efektif oleh satuan pendidikan. Adapun beberapa
tahap dalam penyusunan RPE, antara lain:1
1. Cara Menghitung Pekan Efektif
Menghitung jumlah hari efektif terlebih dulu pada 1 semester
dengan bantuan kalender akademik akan memudahkan
hitungan pekan efektif pada 1 semester.
2. Banyak Pekan Tidak Efektif
1
http://bambang-blogmbarang.blogspot.co.id/2011/04/rencana-pekan-efektif-rpe.html,
diunduh, Sabtu, 07-09-2019, 07.21 WiB.

82 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Banyaknya pekan yang tidak dapat digunakan dalam kegiatan
PTM terstruktur pada aktivitas belajar mengajar dalam satu
semester disebut pekan tidak efektif.
3. Banyak Pekan Efektif
Pekan efektif merupakan banyaknya minggu efektif yang bisa
digunakan untuk kegiatan pembelajaran terstruktur, di mana
cara mudah dalam menghitungnya adalah dengan mengurangi
jumlah pekan dalam satu semester dengan jumlah pekan tidak
efektif dalam satu semester.
4. Distribusi Alokasi Waktu
Pembagian waktu-waktu pembelajaran ke dalam hari dalam
pekan efektif untuk memudahkan mempersiapkan kegiatan
selama satu semester berjalan. Komponen yang menjadi cakupan
oleh distribusi alokasi waktu yaitu: PTM (Pembelajaran Tatap
Muka), Ulangan Harian, UTS, UAS, Remidi, dll. Adapun
prosedur untuk distribusi alokasi waktu, sebagai berikut.
a. Penentuan awal dan akhir semester awal dan akhir atau ganjil
dan genap.
b. Menentukan jumlah ekan efektif.
c. Menentukan jumlah hari efektif dalam seminggu. Contohnya
seperti sekolah yang m
d. Tentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 83


Tabel 3. Pekan Efektif dan Distribusinya

Mata Peljaran IS
Kelas/ Semester IX/ GANJIL
Tahun Pelajaran 2021/2022
1 Jumlah Pekan Dalam 1
semester :Ganjil
NO. BULAN JUMLAH PEKAN
1 Juli 4
2 Agustus 4
3 September 4
4 Oktober 4
5 Nopember 4
6 Desember 4
7 Januari 4
  JUMLAH 28

2 Jumlah Pekan yang tidak efektif :


JUMLAH
NO. BULAN KETERANGAN
PEKAN
1 Juli 2 LS Genap
2 Agustus 1 PHBN
3 September 1 KTS
4 Oktober 0  
5 Nopember 0  
6 Desember 2 Natal dan UAS
7 Januari' 2012 2 LS Ganjil

  JUMLAH 8  

84 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Jumlah Pekan Efektif dalam 1
= 20 Pekan
semester :
Jumlah Jam Efektif Efektif dalam 1
= 20 x 4 Jam 80 Jam
semester :
Tabel 4. Distribusi Alokasi Waktu

4 Distribusi Alokasi Waktu :


BANYAKNYA
NO KI/ KD   JAM PELAJA-
RAN
1. Memahami kondisi perkembangan
   
negara di dunia.
1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri negara
  8
berkembang dan negara maju
1.2 Mendes-krepsikan Perang Dunia II
  8
(termasuk
penduduk-an Jepang) serta pengaruhnya
   
terhadap keadaan
  sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia 1
  UH 1    
       
2. Memahami usaha mempertahankan
   
kemerdekaan
2.1. Mengidentifikasi usaha perjuangan
  8
mempertahankan kemerdekaan
  Indonesia    
2.2. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa
  8
politik dan ekonomi
  Indonesia pasca pengakuan kedaulatan  
  UH 2   1
       
  3. Memahami perubahan sosial budaya.  
3.1.Mendeskripsikan perubahan so-
  6
sial-budaya pada masyarakat.
3.2.Menguraikan tipe-tipe perilaku mas-
  8
yarakat dalam menyikapi
  perubahan    

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 85


  UH 3   1
4. Memahami Lembaga Keuangan dan
  12
Perdagangan.
4.1.Mendeskripsi-kan uangdan lembaga
  8
keuangan
4.2. Mendeskripsikan perdagangan inter-
   
nasional dan
dampaknya terhadap perekonomian
   
Indonesia
  UH 4   1
      8
  Cadangan   2
      80

C. Perencanaan Progam Tahunan


Arti dari Program Tahunan ialah kegiatan perencanaan
yang menetapkan kegiatan atau alokasi waktu pada satu tahun
pelajaran agar tujuan (Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar) yang sudah ditentukan bisa tercapai. Jadi, merancang
ketersediaan waktu yang digunakan untuk mencapau tiap
kompetensi dasar disebut dengan perencanaan program tahunan.
Berikut merupakan contoh program tahunan.
Tabel 5. Tabel Program Tahunan (PROTA)

NO ALOKASI KETERAN-
MATERI POKOK
KI/KD WAKTU GAN
1. Memahami kondisi
1:00 perkembangan negara di  
dunia.
1.1 Mengidentifikasi ciri-ci-
1:01 ri negara berkembang dan 8
negara maju
1.2 Mendes-krepsikan
  8
Perang Dunia II

86 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


penduduk-an Jepang ser-
ta pengaruhnya terhadap
  1
keadaan sosial, ekonomi, dan
politik di Indonesia
2. Memahami usaha mem-
   
pertahankan kemerdekaan
2.1.Mengidentifikasi usaha
  perjuangan mempertahankan  
kemerdekaan Indonesia
2.2. Mendeskripsikan peris-
  tiwa-peristiwa politik dan 8
ekonomi
Indonesia pasca pengakuan
  8
kedaulatan
3. Memahami perubahan
   
sosial budaya.
3.1.Mendeskripsikan peru-
  bahan sosial-budaya pada 1
masyarakat.
3.2.Menguraikan tipe-tipe
  perilaku masyarakat dalam  
menyikapi Perubahan
4. Memahami Lembaga
  6
Keuangan dan Perdagangan.
4.1.Mendeskripsi-kan uang-
  8
dan lembaga keuangan
4.2. Mendeskripsikan per-
dagangan internasional dan
   
dampaknya terhadap pere-
konomian Indonesia
  Jumlah 80

D. Perencanaan Progam Semester


Progam Semester adalah progam tahunan yang dikembangkan.
Jika penyusunan progam tahunan agar kompetensi dasar dapat
tercapai jadi diperlukan perkiraan berapa banyak jumlah jam,

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 87


MATA PELAJARAN IPS Semester: GANJIL

88
KELAS smp
ALO- BULAN/ MINGGU KE
KOMPETENSI KASI Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
DASAR WAK-
TU 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Memahami
kondisi perkem-
                                                 
bangan negara di

Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


dunia.
1.1 Mengiden-
tifikasi ciri-ciri
negara berkem- 8   4                                            
bang dan negara
maju
1.2
menyusun rencana program semester.

Mendes-krep-
sikan Perang       4                                          
Dunia II (ter-
masuk
penduduk-an
Jepang) serta
8       4                                        
pengaruhnya ter-
hadap keadaan
sosial, ekonomi,
dan politik di           4 P                                    
Indonesia
maka untuk menentukan puncak tema atau minggu keberapa
untuk kompetensi dasar itu dapat tercapai diarahkan untuk
UH 1 1           H 1                                  
              B                                    
2. Memahami
usaha mem-
            N                                    
pertahankan
kemerdekaan
2.1. Mengiden-
tifikasi usaha
perjuangan 8             3 4 1                              
mempertahank-
an kemerdekaan
Indonesia 6                 3 3                            
2.2.
Mendeskripsikan
peristiwa-peris-                                                  
tiwa politik dan
ekonomi
Indonesia
pasca pengakuan                       K                          
kedaulatan
UH 2 1                   1 T                          
                        S                          
3. Memahami

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS)


perubahan sosial                                                  
budaya.

89
3.1.Mendeskripsikan
perubahan sosial-bu-                                                  
daya pada masyarakat.
3.2.Menguraikan

90
tipe-tipe perilaku
                                                 
masyarakat da-
lam menyikapi
perubahan                                                  
UH 3                                                  
4. Memaha-
mi Lembaga
                                                 
Keuangan dan

Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Perdagangan.
4.1.Mendeskrip-
si-kan uangdan
                                                 
lembaga keuan-
gan
4.2.
Mendeskripsikan
                                                   
perdagangan
internasional dan
dampakn-
ya terhadap
                                                   
perekonomian
Indonesia
UH 4                                                    
                                                     
                                                     
Cadangan 2                                                  
KTS 2                                                 0
UAS 2                                                  
  34                                                  
E. Silabus
Menurut BSNP, silabus merupakan seperangkat perencanaan
pembelajaran yang disusun berdasarkan tema atau kelompok
pelajaran tertentu. Komponen dari silabus antara lain: standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, kegiatan,
indikator yang digunakan dalam penilaian. Dari bentuk dan
komponen yang terlibat di dalamnya, silabus dinilai lebih aplikatif
dibanding Prota dan Prosem, karena di dalamnya terdapat
pedoman berupa praktik-praktik nyata dalam pembelajaran.2
Tabel 7. Format Silabus

Kom- Kegiatan Materi Alokasi


Sumber/
petensi Pembela- Pembela- Indikator Penilaian Waktu/
Bahan
Dasar jaran jaran Minggu

F. Penetapan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


tentang Hari Sekolah
Pasal 2 :
1. Hari Sekolah dilaksanakan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari
atau 40 (empat puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu)
minggu.
2. Ketentuan 8 (delapan) jam dalam 1 (satu) hari atau 40 (empat
puluh) jam selama 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk waktu istirahat
selama 0,5 (nol koma lima) jam dalam 1 (satu) hari atau 2,5
(dua koma lima) jam selama 5 (1lima) hari dalam 1 (satu)
minggu.
3. Dalam hal diperlukan penambahan waktu sebagaimana
Wina Sanjaya, 2017, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana),
2

52-55.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 91


dimaksud pada ayat (2), Sekolah dapat menambah waktu
istirahat melebihi dari 0.5 (nol koma lima) jam dalam 1 (satu)
hari atau 2,5 (dua koma lima) jam selama 5 (lima) hari dalam
1 (satu) minggu.
4. Penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tidak termasuk dalam perhitungan jam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
Pasal 5:
1. Hari Sekolah digunakan bagi Peserta Didik untuk melaksanakan
kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler
2. Kegiatan intrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat ()
merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk pemenuhan
kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3. Kegiatan kokurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk penguatan
atau pendalaman kompetensi dasar atau indikator pada mata
pelajaran/bidang sesuai dengan kurikulum.
4. Kegiatan kokurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi kegiatan pengayaan mata pelajaran, kegiatan ilmiah,
pembimbingan seni dan budaya, dan/atau bentuk kegiatan lain
untuk penguatan karakter Peserta Didik
5. Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan kegiatan di bawah bimbingan dan bertujuan
Sekolah untuk pengawasan yang mengembangkan potensi,
bakat, minat, kemampuan kepribadian, kerjasama, dan
kemandirian Peserta Didik secara optimal untuk mendukung
pencapaian tujuan pendidikan
6. Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) termasuk kegiatan krida, karya ilmiah, latihan olah-bakat/
olah-minat, dan keagamaan sesuai dengan ketentuan peraturan

92 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


perundang-undangan.
Kegiatan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
meliputi aktivitas keagamaan meliputi madrasah diniyah,
pesantren kilat, ceramah keagamaan, katekisasi, retreat, baca
tulis Al Quran dan kitab suci lainnya.
Setelah menghitung pekan efektif, silabus, program tahunan
dan program semester, dilanjutkan dengan menghitung beban
belajar. Yang disebut beban belajar adalah seluruh aktivitas pada
satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran yang wajib
diikuti oleh siswa. Berikut merupakan contoh prosedur dalam
membuat beban belajar.
1. Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu.
2. Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38
jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah
40 menit.
3. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester
paling sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
Adapun beban belajar dan alokasi waktu pada mata pelajaran
IPS sebagai berikut.3
Tabel 8. Alokasi Waktu Matapelajaran Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah

Alokasi Waktu Per


Mata pelajaran Mingggu
VII VIII IX
Kelompok A
Pendidikan Agama dan Budi
1 3 3 3
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan Kewar-
2 3 3 3
ganegaraan
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
3
Permendikbud No. 68 Tahun 2013, kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP, 7.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 93


4 Matematika 5 5 5
5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
7 Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok A
1 Seni Budaya 3 3 3
Pendidikan Jasmani, Olah Raga
2 3 3 3
dan Kesehatan
3 Prakarya 2 2 2
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER-
38 38 38
MINGGU

G. Evaluasi Akhir Pembahasan


1. Jelaskan pengertian pekan efektif dengan benar!.
2. Jelaskan pengertian silabus dengan benar!.
3. Jelaskan pengertian program tahunan dengan benar!
4. Jelaskan pengertian program semester dengan benar!

94 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB 7
MERUMUSKAN TUJUAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian tujuan pembelajaran dengan benar.
2. Menjelaskan persyaratan teknis penyusunan tujuan pembe­
lajaran dengan benar.
3. Menjelaskan taksonomi dalam tujuan pembelajaran dengan benar.
4. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan tujuan pembelajaran
dengan benar.
B. Definisi Tujuan Pembelajaran
Dalam perencanaan sebuah kegiatan belajar mengajar
ada salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu tujuan
pembelajaran, karena semua aktivitas dalam pembelajaran
bermuara pada pencapaian tujuan. Tujuan pembelajaran
berdasarkan sejarahnya dicetuskan pada tahun 1950 oleh
B.F. Skinner yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, sera penerapan pertama kali pada pelajaran ilmu
perilaku (behavioral science). Kemudian pada tahun 1962 diikuti
oleh Robert Mager dengan karyanya yang berjudul Preparing
Instructional Objective.
Selanjutnya, pada tahun 1970 mulai diterapkan secara luas di
seluruh lembaga pendidikan tidak terkecuali di Indonesia. Tujuan

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 95


Pembelajaran ini tidak hanya diterapkan untuk memperjelas arah
yang hendak dicapai pada suatu aktivitas pembelajaran, namun
juga efisien karena hasil yang maksimal bisa didapatkan.
Fred Percival fan Henry Ellington (1984) mengemukakan
bahwa tujuan pembelajaran merupakan pernyataan jelas yang
terkait dengan hasil belajar berupa kompetensi bagi siswa
yang telah ditetapkan agar bisa tercapai.1 Jadi, yang dimaksud
tujuan pembelajaran adalah rancangan secara rinci tentang
kompetensi-kompetensi yang harus berhasil dikuasai siswa setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran tertentu.

C. Persyaratan Teknis Penyusunan Tujuan Pembelajaran


Adapun teknik dalam prosedur penyusunan tujuan
pembelajaran yang dinamai format ABCD yang kemukakan oleh
Hamzah B. Uno (2008), antara lain:
A = Audience (murid, siswa, mahasiswa, serta peserta didik /
sasaran didik lainnya)
Audience merupakan aktor/kelompok yang menjadi sasaran
kegiatan belajar mengajar, yakni siswa. Siapa saja yang mengikuti
pembelajaran harus dipaparkan dalam TPK. Kelompok yang akan
menjadi kelompok sasaran belajar mengajar harus di nyatakan
secara spesifik. Misalnya jenjang apa, kelas berapa, semester
berapa, ataupun mungkin pengklasifikasian siswa berdasarkan
kategori tertentu. Pentingnya memberi batasan-batasan semacam
ini guna menyadarkan peserta didik yang sejak awal bukan
merupakan bagian dari batasan tersebut mengerti bahwa belum
tentu program yang dirancang atas dasar TPK sudah sesuai
dengan kondisi karakteristik peserta didik tersebut. Mungkin saja
terlalu mudah atau sulit bahan ajarnya, bahkan bisa saja tidak
sesuai dengan kebutuhannya.
Pada pembelajaran berwawasan gender, terkadang ada
1
Fred Percival dan Henry Ellington, 1984, A Hand Book of Education Technology, edisi ke 1.

96 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


penekanan pada batasan yang menyebutkan siswa perempuan
dan siswa laki-laki dalam TPK, khususnya saat jenis kegiatan
yang menjadi sasaran pembelajaran berbeda levelnya bagi kedua
jenis kelamin, contohnya seperti pada pelajaran olahraga terdapat
batasan untuk kesulitan level bagi perempuan dan laki-laki.
Demikian halnya pada pembelajaran dikelas, atas dasar bahan
ajarnya pengelompokan siswa bisa diklasifikasikan berdasarkan
kemampuan masing-masing siswa. sehingga bisa dikatakan
bahwa pengklasifikasian atau pemberian batasan tersebut perlu
dicantumkan dalam TPK masing-masing.
B = Behavior (perilaku yang bisa dikatakan sebagai hasil
belajar)
Merupakan spesifikasi kegiatan secara khusus, yang
diharapkan setelah melalui kegiatan belajar siswa bisa terbentuk
suatu perilaku. Ada 2 hal penting pada perilaku, yakni kata kerja
dan objek. Kata kerja menunjukkan cara peserta didik mem-
present sesuatu, misalnya: menyusun, menyebut, menganalisa,
dan lain sebagainya. Sedangkan objek menunjukkan apa yang
akan dipertunjukkan itu, seperti mendeskripsikan gambar seri,
kesalahan tanda baca pada suatu kalimat, contoh kalimat pasif,
dan lain sebagainya. Komponen perilaku pada TPK merupakan
landasan TPK secara keseluruhan. Komponen lain tidak akan
bermakna bila tanpa adanya perilaku yang jelas.
C = Condition (syarat-syarat yang perlu dilengkapi guna
tercapainya kegiatan yang ditargetkan) merupakan suatu kondisi
atau keadaan yang dijadikan alat atau syarat yang dipakai untuk
menguji kinerja belajar siswa. Selain mengandung komponen
penyebutan audiens dan perilaku, TPK yang baik seharusnya
juga memuat komponen memberi penyusun tes suatu petunjuk
berkenaan kondisi cara siswa untuk dapat menunjukkan perilaku
yang dikehendaki saat diuji.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 97


D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)
Merupakan tingkat keberhasilan yang diharapkan bisa
tercapai oleh sswa saat menunjukkan perilaku hasil belajar.
Sasaran perilaku yang diharapkan bisa seperti: menyelesaikan
tanpa kesalahan, dalam batas waktu tertentu, serta ukuran
derajat keberhasilan lainnya. Perilaku bisa diterima atau dianggap
berhasil jika dapat mencapai batas minimal dari perilaku yang
diharapkan. Jika kemampuan dibawah batas minimal yang telah
ditetapkan, maka dianggap belum tuntas dalam mencapai tujuan
pembelajaran khusus yang diharapkan.2

D. Taksonomi Tujuan Pembelajaran


Hal yang sepatutnya dipahami bahwa, antara tujuan
pendidikan dan tujuan pembelajaran adalah dua konsep yang
berbeda. Tujuan pendidikan berbeda dengan tujuan pembelajaran.
Sebaiknya pengertian dari pendidikan dan pembelajaran harus
diketahui terlebih dahulu.
Adapun beberapa faktor agar bisa membedakan kedua istilah
tersebut, namun dalam kesempatan ini hanya akan dijabarkan
masing-masing ruang lingkupnya. Ruang lingkup dalam
pengertian pendidikan lebih luas dari pada yang ada di dalam
pembelajaran. Hal ini relevan dengan perbedaan strategi dari dua
pengertian tersebut untuk menyusun kurikulum.
Ruang lingkup yang berlaku pada sistem pendidikan bersifat
nasional, sehingga sistem ini memiliki tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan, sistem pembelajaran hanya berlaku dilingkup
kelas ataupun sekolah serta memiliki tujuan instruksional
(pembelajaran). Adapun lingkup tujuan yang dapat dipahami
berdasarkan perbedaan tujuan pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Tujuan Pendidikan nasional. Tujuan ini dirumuskan dalam
GGBH Negara dan berlaku di seluruh sistem pendidikan di
2
Hamzah D. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 40.

98 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Indonesia.
2. Tujuan Institusional (kelembagaan). Dalam rangka penyusunan
tujuan, hal ini menjadi tanggung jawab bagi setiap lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan.
3. Tujuan kurikulum. Tujuan ini dibebankan pada isi kurikulum
atau biasa disebut dengan bidang studi di sekolah.
4. Tujuan Instruksional (Pembelajaran). Tujuan ini harus dicapai
oleh guru setiap kali mengajar satu atau beberapa pokok
bahasan.
Dalam pembuatan tujuan pembelajaran harus jelas, sehingga
saat dilakukan evaluasi dapat terlihat pencapaian tujuan tersebut.
Umumnya, tujuan pembelajaran terfokus pada satu lingkup
taksonomi. Taksonomi pembelajaran merupakan sebuah upaya
pengklasifikasian berdasarkan lingkup indikator tertentu,
serta harus dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Adapun tiga kawasan yang pilih oleh Benyamin S.
Bloom dan D. Krathwohl (1964), yakni kawasan kognitif, afekti,
dan psikomotorik.
1. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif merupakan tujuan yang berkaitan dengan
mental yang berasal dari tingkat pengetahuan diawal hingga
evaluasi sebagai tingkatan yang lebih tinggi. Secara hierarkis, ada
6 tingkatan kawasan kognitif yang beruntut dari pengetahuan
(paling rendah) hingga evaluasi (paling tinggi), yaitu:
a. Tingkat pengetahuan (Knowledge)
Arti dari pengetahuan adalah kemampuan memuat ulang
informasi yang pernah diterimanya.
Contohnya seperti:
1. Peserta didik bisa menyebutkan kembali komponen dari
rantai makanan.
2. Siswa bisa menggambar salah satu bangun datar geometri.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 99


b. Tingkat pemahaman (Comprehension)
Arti dari pemahaman adalah kemampuan memahami sesuatu
yang pernah diterimanya dengan caranya sendiri.
Contohnya seperti:
1. Peserta didik bisa menjelaskan perbedaan populasi,
komunitas, dan ekosistem dengan kata-katanya sendiri.
2. Peserta didik mampu menafsirkan sandi-sandi pramuka dari
regu lain.
c. ingkat penerapan (Application)
Arti dari penerapan adalah kemampuan menyelesaikan
permasalahan yang muncul di kehidupan sehari-hari dengan
memanfaatkan pengetahuan.
Contohnya seperti:
1. Peserta didik bisa menentukan nilai salah satu hambatan dari
sebuah rangkaian listrik jika sudah diketahui nilai hambatan-
hambatan yang lain.
2. Peserta didik bisa menggunakan rumus phitagoras untuk
menetukan nilai salah satu sisi segitiga yang tidak diketahui.
d. Tingkat analisis (Analysis)
Arti dari analaisis adalah kemampuan menelaah suatu
permasalahan menjadi beberapa bagian kecil guna memudahkan
suatu pemahaman.
Contohnya seperti:
1. Peserta didik bisa merubah bentuk data mentahan menjadi
statiska, guna memperoleh kesimpulan dari data.
2. Peserta didik mampu menelaah kegiatan apa saja yang telah
dilalui dalam kelas.
e. Tingkat sintesis (Synthesis)
Arti dari sintesis adalah kemampuan menerjemahkan serta
menggabungkan bermacam unsur/elemen yang ada sehingga
bisa memebentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

100 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Contohnya seperti:
1. Peserta didik bisa membuat jadwal kegiatan belajar masing-
masing sesuai dengan kebijakan yang berlaku di sekolah.
2. Peserta didik bisa mempresentasikan konsep baru guna
mnyelesaikan suatu masalah.
f. Tingkat evaluasi (Evaluation)
Arti dari evaluasi adalah kemampuan membuat prediksi yang
tepat berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya.
Contohnya seperti
1. Peserta didik bisa menilai unsur kepadatan isi, materi yang
dicakup, kualitas analisis serta gaya bahasa yang digunakan
seorang penulis tertentu.
2. Siswa bisa menilai kualitas kemampuan temannya terhadap
kemampuan dirinya.
Selain kawasan kognitif tersebut, juga dianalisis kawasan
afektif dan psikomotor sebagai pedoman prosedur kegiatan
pada mata pelajaran tertentu di program rencana pembelajaran.
Berikut merupakan penjelasan dari dua kawasan tersebut.
2. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)
Kawasan afektif merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan nilai, sikap, apresiasi serta penyesuaian perasaan sosial.
Afeksi memiliki lima tingkat dari yang sederhana hingga yang
kompleks, antara lain:
a. Kemauan menerima
b. Kemauan menanggapi
c. Berkeyakinan
d. Ketekunan dan ketelitian.
3. Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor merupakan kemampuan tentang skill/
kemampuan. Kawasan psikomotor juga memiliki tingkatan

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 101


yang diurutjan dari yang sederhana hingga yang kompleks,
yaitu kesiapan melakukan suatu kegiatan, mekanisme, respons
terbimbing, kemahiran, dan adaptasi.3

E. Langkah-langkah Tujuan Pembelajaran


Berikut merupakan langkah-langkah yang disusun untuk
rencana pembelajaran adalah:
1. Perumusan tujuan khusus
Tugas paling pertama seorang guru pada proses perancangan
pembelajaran adalah membuat rumusan tujuan pembelajaran
khusus dalam materi pelajarannya. Bloom (1964)
mengungkapkan bahwa ada 3 aspek penting yang dimuat
dalam rumusan pembelajaran, yakni kognitif, afektif, dan
psikomotor.
a. Domain kognitif
Dalam domain ini, tujuan pada proses belajar mengajar
yang berhubungan dengan aspek intelektual peserta didik,
melalui penguasaan pengetahuan dan infromasi tentang,
fakta, konsep, prinsip, serta generalisasi.
b. Domain afektif
Domain ini berkaitan mental yang berkembang dalam diri
siswa.
c. Domain psikomotor
Domain ini merupakan penggambaran kapasitas siswa yang
didapat dari hasil performance atau unjuk kerja, berwujud
keterampilan fisik ataupun non-fisik.
2. Pemilihan pengalaman belajar
Belajar tidak sekedar mencatat dan menghafal, namun juga
proses pengalaman. Sehingga pencarian, penemuan sendiri
fakta, serta aktivitas tertentu yang dilakukan siswa perlu di
dorong secara aktif. Bukan hanya sekedar mengingat tujuan
3
Ibid., 35.

102 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


yang ingin dicapai, namun bisa pula memainkan peran terkait
perkembangan emosi serta mental peserta didik.
3. Penentuan program belajar mengajar.
Rancangan program kegiatan, atau aktivitas mengajar yang
sesuai bisa ditentukan dengan pendekatan individu ataupun
kelompok.
4. Penentuan orang yang terlibat pada proses belajar mengajar
Yakni keterlibatan orang-orang pada kegiatan belajar mengajar
serta mempunyai peran sebagai sumber belajar, meliputi
pendidik, guru, instruktur, ataupun tenaga profesional.
5. Memilih bahan dan alat
Berikut merupakan pertimbangan dalam menentukan alat dan
bahan, yaitu:
a. Karakteristik kemampuan dan keterampilan siswa yang
beragam.
b. Banyaknya dan jenis tujuan pembelajaran khusus yang harus
tercapai oleh siswa.
c. Jenis-jenis media yang digunakan dan dirancang secara
khusus
d. Bermacam alternati pengalaman belajar guna tercapainya
tujuan dalam proses belajar mengajar.
e. Pemanfaatan bahan dan alat yang akan digunakan.
f. Sarana dan prasarana fisik yang ada.4

F. Evaluasi Akhir Pembahasan


1. Analisislah perbedaan tujuan pendidikan dan tujuan
pembelajaran!
2. Bagaimana langkah membuat tujuan pembelajaran?
3. Jelaskan enam kawasan Kognitif!

4
http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/langkah-langkah-penyusunan-
perencanaan.html?m=1

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 103


BAB 8
MEMILIH DAN MENYUSUN PERENCANAAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajarai bab ini diharapkan mampu:
1.
Menjelaskan konsep perencanaan kegiatan pembelajaran
dengan benar.
2.
Menjelaskan syarat-syarat dalam perencanaan kegiatan
pembelajaran dengan baik.
3.
Menjelaskan teknis penyusunan perencanaan kegiatan
pembelajaran dengan baik.
B. Konsep Penyusun Perencanaan Kegiatan Pembelajaran
Konsep perencanaan pembelajaran bisa membantu pendidik
meningkatkan konsep pembuatan perencanaan pembelajaran
secara efektif. Terdapat dua pokok pikiran untuk konsep tersebut,
yakni proses pengambilan pengetahuan dan keputusan secara
profesional. Berbagai sudut pandang tentang konsep perencanaan
pembelajaran adalah:
1. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi merupakan
perencanaan yang menggunakan teknik dalam pengembangan
perilaku kognitif serta teori konstruktif mengenai solusi serta
problem yang dihadapi dalam pengajaran.
2. Perencanaan pembelajaran sebagai sistem merupakan basis
dan langkah-langkah yang disusun guna menggerakkan proses

104 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


belajar mengajar. Sistem pengajaran yang dikembangkan
dengan prosedur yang sistematik kemudian diterapkan
merujuk pada sistem perencanaan.
3. Perencanaan sebagai sebuah disiplin merupakan cabang dari
pengetahuan yang selalu memperhatikan hasil penelitian dan
teori yang berkaitan dengan strategi pengajaran.
4. Perencanaan pembelajaran sebagai sains merupakan
melakukan desain secara spesifik pada implementasi, evaluasi,
dan pemeliharaan yang dikembangkan, serta tentang kondisi
ataupun sarana prasana dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses merupakan
upaya mengembangkan secara sistematis terkait kegiatan
mengajar yang digunakan secara khusus atas landasan teori-
teori belajar mengajar sebagai penjamin kualitas pembelajaran.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, diperlukan analisis
kebutuhan proses belajar melaui langkah yang sistematik pada
proses perencanaan.
6. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas merupakan
pemberian pembelajaran melalui pengembangan ide pengajaran
seiring berjalannya waktu.1
C. Syarat-Syarat Dalam Perencanaan Kegiatan Pembelajaran
1. Alokasi waktu (jam tatap muka pembelajaran)
2. Buku catatan pembelajaran
3. Guna peningkatan pembelajaran secara efektif dan efesien
a. Pengelolahan kelas
b. Mengatur tempat duduk yang sesuai oleh guru
c. Volume dan intonasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
bisa didengar secara baik oleh siswa.
d. Bahasa yang santun, baku, serta mudah dipahami waji
1
abdulmajid, perencanaanpembelajaranmengembangkan standard guru, (bandung,: remaja
rosdakarya, 2011), hal 16-17.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 105


digunakan oleh guru.
e. Mampu memberi feedback kepada respon dan hasil belajar
siswa dalam pelaksanaan program yang berlangsung.
f. Guru berpakaian rapi dan sopan
g. Dengan alokasi yang telah direncanakan, guru harus bisa
memulai dan mengakhiri proses pembelajaran.
RPP diimplementasikan pada proses pelaksanaan
pembelajaran yang berupa kegiatan pendahuluan, inti, penutup.
1. Kegiatan pendahuluan
a. Mempersiapkan fisik dan psikis siswa dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
b. Motivasi belajar disajikan secara kontekstual sesuai penerapan
materi.
c. Memancing keaktifan siswa dengan cara memberi pertanyaan
untuk mengingat pelajaran yang telah dilaksanakan
sebelumnya dengan pelajaran yang akan berlangsung.
d. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
hendak dicapai.
e. Menyajikan muatan isi materi serta penjelasan uraian
kegiatan yang sesuai dengan silabus.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan ini mencakup model, media, serta sumber belajar
yang sudah sesuai dengan mata pelajaran serta karakteristik
siswa.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup dilakukan refleksi sebagai umpan
balik terhadap proses dan hasil belajar guna evaluasi seluruh
rangkaian aktivitas belajar baik secara individu maupun
berkelompok dan menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.2
2
Nanasujadna, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rodaskarya,
2009), hal 35.

106 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Komponen dan Sistematika RPP sekurang-kurangnya yaitu
memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii)
mtode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian atau
assessment. Format untuk komponen-komponen tersebut adalah
sebagai berikut:3
Sekolah :
Matapelajaran :
Kelas/Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti (KI)


B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. _____________ (KD pada KI-1)
2. _____________ (KD pada KI-2)
3. _____________ (KD pada KI-3)

Indikator: __________________
4. _____________ (KD pada KI-4)

Indikator: __________________
Catatan:
KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan
dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses
pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya
untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran
langsung.

3
Permendikbud, No 81 A. 2013.hal 8

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 107


C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)
E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
2. Alat/Bahan
3. Sumber Belajar
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Kesatu:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (…menit)

2. Pertemuan Kedua:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)
b. Kegiatan Inti (...menit)
c. Penutup (…menit), dan seterusnya.
H. Penilaian
1. Jenis/teknik penilaian
2. Bentuk instrumen dan instrumen
3. Pedoman penskoran

D. Teknis Menyusun Kegiatan Pembelajaran dalam Perencanaan


Kegiatan Pembelajaran
Pada rencana penggunaan metode pembelajaran
mencerminkan apa yang sudah guru rencanakan. Metode
pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif merujuk
pada konsep pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar
siswa. Namun, bentuk, dan materi pembelajaran yang akan
dilakukan menjadi dasar penyesuaian "keaktifan" tersebut, tetap
dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai. Contohnya,
jika tujuan pembelajaran yang dikehendaki adalah agar siswa
dapat mengetahui rumus cara mencari luas dan keliling bangun

108 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


datar, maka kegiatan apa yang akan dilakukan perlu dipikirkan
dan direncanakan oleh guru, guna tujuan tersebut dapat
tercapai. Jadi, bukan hanya metode pembelajaran saja yang akan
dirumuskan oleh guru, tetapi kegiatan yang akan dilaksanakan
guna tercapainya tujuan juga perlu dirumuskan.
Guna memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran,
usaha yang bisa dilakukan guru adalah merumuskan kegiatan.
Agar pembelajaran yang akan dilaksanakan akan berjalan secara
efektif dan efisien, guru perlu memfilter kegiatan yang perlu dan
tidak untuk dilaksanakan pada perumusan Kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Proses tersebut bisa dilaksanakan dengan
prosedur:
1. Seluruh kegiatan yang mungkin akan dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran harus dirumuskan terlebih dahulu.
2. Dari segi efisiensi, perlu dilakukan penetapan kegiatan yang
tidak perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Agar tujuan dapat tercapai, perlu dilakukan penetapan kegiatan
yang perlu untuk dilaksanakan guna saat mempelajari materi
pembelajaran.4
Berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan
saat proses perencanaan kegiatan pembelajaran.
1) Metode
Metode merupakan cara melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Metode dengan pendekatan kelompok dimaksudkan
agar materi pembelajaran dapat disampaikan pada sekelompok
siswa dalam waktu yang sama atau untuk mengajar kelompok
belajar siswa. Sedangkan, untuk kelas individu dilaksanakan agar
siswa bisa belajar sesuai kemampuan masing-masing. Namun,
dalam pendekatan kelompok juga harus mengetahui tentang
perbedaan tiap individu peserta didik. Hal ini dicerminkan dalam
4
Drs Lukman Hakim M.Pd. Perencanaan pembelajara.(Bandung: CV Wacana Prima,2007),
hlm. 147.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 109


penetapan variasi metode yang akan digunakan sesuai dengan
materi dan tujuan pembelajaran.
Interaksi pembelajaran (interaksi edukatif ) perlu dilakukan
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Agar pembelajaran
dapat dikatakan berhasil, maka guru harus bijak dalam memilih
dan menentukan jenis program yang paling tepat. Walaupun
sudah melakukan perencanaan pembelajaran, jika kegiatan
pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai maka hasilnya tidak
akan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Karena
itulah perlunya menguasai yang namanya pengetahuan dan
keterampilan pembelajaran bagi guru.
Untuk melakukan variasi pembelajaran, perlu dilakukan
metode seperti problem based learning, problem solving, discovery
learning, widyawisata, diskusi, sosiodrama, dan lain-lain agar
motivasi belajar siswa bisa meningkat. Dengan demikian bisa
meningkatkan segi efektif dari pembelajaran. Tidak ada metode
yang sempurna untuk segala jenis keadaan dalam kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu, kekuatan dan kelemahan berbagai
meto pembelajaran perlu dikenali, serta guru harus menguasai
keterampilan penggunaan dari salah satu metode yaang dinilai
paling tepat agar materi dapat tersampaikan secara optimal
sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pendekatan inkuiri
dan student active learning diperkenalkan agar pendidik bisa
meningkatkan keaktifan belajar siswa guna peningkatan kualitas
pembelajaran.
2) Alat dan sumber belajar
Perlu merencanakan sumber dan alat belajar untuk
metode active learning guna mendukung usaha tercapainya
tujuan pembelajaran melalui materi yang di sajikan guru. Agar
aktivitas belajar mengajar bisa dikatakan efektif, maka alat dan
sumber belajar perlu disesuaikan dengan komponen-komponen

110 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


pembelajaran yang ada. Perlu adanya variasi sumber belajar agar
siswa dapat belajar dengan pengalaman-pengalaman yang luas.
Sumber belajar dari suatu metode tertentu dituntut harus tepat
demi terwujudnya kegiatan pembelajaran yang efektif. Sumber
belajar merupakan komponen dari lingkungan belajar yang bisa
meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Selain sumber belajar, alat atau media pembelajaran juga
berpengaruh terhadap berjalannya proses pembelajaran. Alat
atau media berfungsi memudahkan pelaksanaan pembelajaran
agar tujuan dapat lebih mudah dicapai oleh siswa. Keterampilan
menggunakan alat belajar diperlukan dalam memilih
metode pembelajaran yang tepat. Adapun penyelidikan yang
mengungkapkan bahwa pengaruh keberhasilan peserta didik
semakin besar jika semakin banyak interaksi antara indera dengan
kegiatan pembelajaran. Materi akan mudah dipahami oleh siswa
melalui media visual (pandang) dalam pembelajaran, contohnya
seperti gambar, model, benda sebenarya atau benda tiruan,
bagan dan lain-lain. Seorang guru yang menguasai penggunaan
alat media belajar audio visual (pandang dengar) akan bisa
menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, contohnya
video, slide filmstrip, tape recorder, dan lain sebagainya.
3) Alokasi Waktu
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh
aktivitas belajar mengajar perlu diperhitungkan dalam perencanaan
pembelajaran. Tujuan yang diharapkan seringkali belum tercapai
karena pendidik kurang tepat dalam mengalokasikan waktu saat
proses perencanaan pembelajaran.
Dengan demikian alokasi waktu yang dibutuhkan harus
disesuaikan dengan banyaknya tujuan yang ingin dicapai dan
materi pelajaran yang akan dilaksanakan5 waktu selalu menjadi
5
Drs Lukman Hakim M.Pd. Perencanaan pembelajara.(Bandung: CV Wacana
Prima,2007), hlm. 148.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 111


penghambat kegiatan (time is always a constraint), hal ini berlaku
untuk kegiatan yang tanpa memperhatikan alokasi waktu dalam
perencanaannya. Banyaknya kegiatan harus dipertimbangkan
dalam menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan. Tujuan harus
menjadi dasar dalam menentukan alokasi waktu.
Yang perlu diperhatikan saat menentukan alokasi waktu
adalah banyaknya tujuan yang ingin dicapai serta berapa banyak
waktu untuk mencapai masing-masing tujuan tersebut. Sehingga
waktu bisa dimaksimalkan sebaik mungkin dalam kegiatan belajar
mengajar yang sedang berlangsung.
Adapun pertimbangan dalam kecermatan mengatur waktu
pada perencanaan dengan sebaik-baiknya, yaitu:
1. Banyaknya tujuan yang hendak dicapai.
2. Prediksi lamanya masing-masing tujuan pada proses belajar
mengajar bisa dicapai.
3. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam entry behaviour.
4. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan evaluasi.
5. Lamanya waktu yang tersedia dan dimiliki.
6. Apakah lama pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakan
sesuai dengan waktu yang tersedia.6
E. Evaluasi Akhir Pembahasan
1. Analisislah faktor – faktor apa saja yang mendorong keberhasilan
proses pembelajaran?
2. Mengapa alokasi waktu menjadi pertimbangan penting dalam
proses pembelajaran?

6
Drs Lukman Hakim M.Pd. Perencanaan pembelajara.(Bandung: CV Wacana
Prima,2007), hlm. 149.

112 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB 9
PERENCANAAN MEDIA, BAHAN, DAN
SUMBER BELAJAR DALAM PERENCANAAN
PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu:
1. Menjelaskan perencanaan media pembelajaran dalam
perencanaan pembelajaran dengan benar.
2. Menjelaskan perencanaan bahanajar dalam perencanaan
pembelajaran dengan benar.
3. Menjelaskan perencanaan sumber belajar dalam perencanaan
pembelajaran dengan benar.
B. Perencanaan Media Pengajaran
1. Latar Belakang Perencanaan Media Pengajaran
Media pengajaran adalah suatu hal yang bisa mengoptimalkan
proses pembelajaran dengan menyampaikan isi atau pesan yang
terdapat dalam pelajaran, merangsangkan perhatian, pikiran,
rasa, serta kemampuan siswa. Menggunakan media sebagai
upaya membuat pengajaran menjadi nyata banyak dilakukan
orang. Berbagai macam media memiliki jenis kegunaan masing-
masing. Ada baiknya jika kita bisa memahami berbagai jenis
pengelompokan media berdasarkan masing-masing nilai yang
dimiliki untuk memahami kegunaan berbagai macam jenis media
yang ada.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 113


Penting untuk bisa memahami hakikat nilai dari masing-
masing media yang digunakan dalahm proses pembelajaran, sebab
guru harus memilih dan menggunakan media secara tepat agar
tujuan yang hendak dicapai bagi siswa bisa terwujud. Akan selalu
terjadi interaksi antar guru, siswa, dan media pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang sedang terjadi.1
2. Jenis-Jenis Media Yang Dapat Digunakan
Adapun ciri-ciri tertentu untuk menggolongkan berbagai
macam media pengajaran. Ada 3 ciri yang diklasifikasikan oleh
Brets, yakni suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion).
Berpedoman pada pendapat tersebut, berikut merupakan jenis
media yang diklasifikasikan oleh Brets, yaitu:
a. Media audio (suara), motion (gerak), visual, yaitu media
yang menghadirkan suara, gerak serta bentuk objek yang bisa
dilihat. Media yang termasuk pada jenis kelompok ini yaitu
video, televisi, dan lain-lain.
b. Media audio-still-visual, yaitu media yang menghadirkan suara,
objek yang bisa dilihat, namun tidak ada gerakan. Jenis media
yang termasuk dalam kelompok ini adalah slide bersuara, film
strip bersuara, dll.
c. Media audio semi motion, yaitu media yang menghadirkan
suaradan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suara
gerak secara utuh. Jenis media yang termasuk dalam kelompok
ini adalah telebard, dan lain-lain.
d. Media motion-visual, yaitu media yang menghadirkan gambar
objek bergerak, namun tidak mengeluarkan suara, jenis media
yang termasuk dalam kelompok ini adalah film bisu, dan lain-
lain.
e. Media still-visual, yaitu media yang menghadirkan suatu
bentuk objek namun tanpa gerakan, jenis media yang termasuk
dalam kelompok ini adalah film strip dan slide tanpa suara, dan
1
R. Ibrahimi, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 112

114 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


lain-lain.
f. Media audio, yaitu media yang hanya menampilkan suara,
misalnya radio, audio tape, dll.
g. Media cetak, yaitu media dalam wujud tertulis/tercetak,
misalnya buku, pamflet, dll.2
3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Memilih Media
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk memilih media yang
tepat untuk tujuan pembelajaran. Dasar untuk memilih media
adalah adanya beberapa faktor yang saling terhubung satu dengan
lain, hal ini yang membuatnya menjadi komplek. Dalam memilih
media yang paling tepat, perlu memperhatikan beberapa faktor
berikut:
a. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan
pengajaran.
b. Tujuan pengajaran memuat daerah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pertimbangan dalam pemilihan media
pengajaran yaitu sampai berapa jauh level media tersebut dalam
meningkatkan keterampilan dan perilaku yang dimuat dalam
tujuan yang hendak dicapai.
c. Kegunan dari berbagai jenis media itu sendiri.
Dalam pemilihan jenis media yang akan dipakai perlu
mempertimbangkan nilai kegunaan dari masing-masing media
tersebut.
d. Kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media.
Tingginya nilai kegunaan suatu media tidak akan berarti apa-
apa serta tidak akan optimal penggunaannya apabila guru
belum bisa menguasai keterampilan menggunakan media
tersebut. Sebab itulah, guru sering memanfaatkan media yang
simple cara menggunakannya, yang merupakan faktor penentu
pemilihan media bagi guru.
Ibid., 113
2

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 115


e. Keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaannya.
Berapa jauh media dapat praktis digunakan pada berbagai situasi
serta mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain
merupakan faktor keluwesan/fleksibilitas dari pertimbangan
pemilihan media.
f. Kesesuaian antara alokasi waktu dan sarana pendukung yang
ada.
Kurang atau Terbatasnya waktu yang tersedia merupakan salat
satu penghambat kegiatan pengajaran yang sering dialami
oleh guru. Oleh karena itu dalam pemilihan media, alokasi
waktu menjadi salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan.
Selain itu, apakah sarana yang ada ikut berkontribusi dalam
mendukung penggunaan media juga perlu diperhatikan saat
pemilihan media mengajar.
g. Ketersediaannya.
Seringkali guru memilih media yang mudah penyediannya dari
pada media terbaik yang sulit didapatkan.
h. Biaya.
Sama halnya dengan faktor ketersediaan, media yang paling
top jarang dipakai karena mahal, sehingga guru menggunakan
media yang murah dan ekonomis dalam pemilihannya.3
4. Manfaat Memilih Perencanaan Media Pengajaran
Diungkapkan oleh para ahli tentang kesetujuannya bahwa
media pendidikan bisa menignkatkan proses belajar bagi siswa
dan pada saatnya bisa meningkatkan pencapaian hasil belajarnya.
Adapun beberapa alasan mengapa media pendidikan mampu
berkaitan dengan manfaat dari media pendidikan dalam
pembelajaran peserta didik, yaitu:
a. Materi atau bahan ajar akan lebih mudah diinterpretasikan
terhadap siswa, sehingga kemungkinan tercapainya tujuan
3
Ibid., 120

116 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


pembelajaran akan semakin besar.
b. Metode pengajaran menjadi bervariasi, tidak hanya sekedar
komunikasi lisan dengan pengucapan kalimat-kalimat oleh
guru, agar siswa tidak mudah bosan sera guru tidak kehabisan
tenaga (apalagi kalau semua mata pelajaran ditempuh oleh
guru tersebut).
c. Aktivitas pembelajaran akan lebih banyak dilakukan oleh
siswa, karena siswa tidak hanya mendengarkan guru, tetapi
juga melakukan pengamatan, demonstrasi dan lain-lain.
d. Motivasi belajar akan tumbuh, karena kegiatan pembelajaran
dapat menarik perhatian siswa.4
C. Perencanaan Bahan Ajar dalam Perencanaan Pembelajaran
1. Aspek-Aspek Materi
a. Konsep, merupakan suatu ide, gagasan, ataupun suatu
pernyataan umum.
b. Prinsip, merupakan sebuah titik tolak atau kebenaran sebagai
dasar dalam berpikir atau petunjuk dari dalam diri untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
c. Fakta, merupakan sebuah kebenaran yang terjadi dan dialami
oleh suatu objek, hal, ataupun keadaan.
d. Proses, merupakan suatu rangkaian prosedur dalam rangka
perubahan, perkembangan, yang disadari atau tidak disadari.
e. Nilai, suatu standar, ukuran, tipe. Biasanya hasilnya berupa
pengakuan baik atau buruknya sesuatu.
f. Keterampilan, merupakan kemampuan berbuat sesuatu
secara baik, baik secara jasmani maupun rohani.
2. Kreteria Pemilihan Materi Pelajaran
Salah satu ruang lingkup dari kurikulum adalah materi
pelajaran. Oleh karenanya dalam memilih materi pelajaran
harus disesuaikan dengan kriteria dalam kurikulum yang dipilih.
4
Hajanto, Perencanaan Pengajaranm (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 243

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 117


Dasar menentukan strategi pembelajaran adalah materi pelajaran
yang dipilih berdasarkan pengembangan kriteria pada sistem
instruksional sebagai berikut:
a. Kriteria tujuan instruksional
Suatu bahan ajar yang terpilih dengan maksud agar tujuan
instruksional khusus dapat tercapai. Itu sebabnya materi
perlu sesuai dengan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan.
b. Pengembangan materi pelajaran
Rincian Materi pelajaran dirumuskan secara spesifik dengan
tuntutan di mana TIK bisa teramati dan terukur.
c. Relevan dengan kebutuhan siswa
Keinginan berkembang sesuai potensi yang dimiliki
merupakan pokok dari kebutuhan siswa. Setiap mata
pelajaran yang akan disuguhkan sebaiknya disesuaikan
dengan upaya pengembangan pribadi siswa secara utuh dan
bulat.
d. Sesuai dengan kondisi masyarakat
Siswa diperuntukan menjadi masyarakat yang bisa berguna.
Pemilihan materi pelajaran sebaiknya memberi pengalaman
edukasi yang bermakna dan dapat membantu menjadi
manusia yang mudah beradaptasi.
e. Etika yang terkandung pada materi pelajaran
Pemilihan materi pelajaran sebaiknya dilakukan dengan
pertimbangan perkembangan moral peserta didik di masa
depan. Pemerolehan materi pelajaran ditujukan dalam
pengembangan diri peserta didik sebagai manusia yang
beretika serta mampu menjungjung tinggi sistem nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat.
f. Materi pelajaran disusun pada ruang lingkup serta diurutkan
secara logis dan sistematis.
Penyusunan materi pelajaran dilakukan secara bulat dan
menyeluruh, terbatas pada raung lingkup dan terpusat pada

118 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


satu topik maslah tertentu.
g. Materi pelajaran berasal dari buku sumber yang baku,
keahlian guru, dan masyarakat.
Pemilihan materi pelajaran memperhatikan ketiga faktor
tersebut. Penyusunan buku sumber yang baku berpedoman
pada GBPP yang berlaku, meskipun belum pasti lengkap
sesuai harapan, guru yang ahli itu penting. Itu sebabnya guru
merupakan sumber utamanya. Guru bisa memperhatikan
semua hal yang dianggap perlu untuk disuguhkan kepada
siswa sesuai kapasitasnya. Selain itu, masyarakat menjadi
salah satu sumber yang luas, bahkan bisa dikatakan sebagai
sumber bahan ajar yang paling besar.5
D. Perencanaan Sumber Belajar dalam perencanaan
pembelajaran
Menurut Miarso, belajar adalah suatu aktivitas berupa edukasi
oleh tenaga kependidikan ataupun secara mandiri. Maksud dari
menghadirkan tenaga pendidikan adalah agar kegiatan belajar
menjadi lebih mudah, menyenangkan, berjalan lancar, serta lebih
berhasil. Sedangkan belajar bagi peserta didik merupakan kegiatan
mendapat pengetahuan, keterampilan, dan sikap darimana saja,
karena belajar bisa darimana saja sumbernya dan jenisnya juga
bermacam-macam. Dengan demikian, akan ada perbedaan besar
antara peserta didik yang memiliki ketekunan tinggi dan rendah
dalam memanfaatkan sumber belajar.
1. Hakekat sumber belajar
Dageng mengungkapkan bahwa sumber belajar dapat berupa
benda atau orang yang bisa mendukung aktivitas pembelajaran
yang berarti segala bentuk sumber yang dimanfaatkan oleh
pendidik untuk menciptakan perilaku belajar. Sedangkat
Januszweski dan Molenda berpendapat bahwa segala sumber
(bahan, alat, orang, latar, tekhnik, pesan) yang bisa digunakan
5
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 220

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 119


oleh siswa secara mandiri ataupun dalam bentuk gabungan sebagai
fasilitas serta upaya peningkatan kinerja belajar siswa. Sejalan
dengan ungkapan tersebut, Seels dan Richey mengungkapkan
bahwa segala sesuatu yang mendukung aktivitas belajar seperti
materi ajar, lingkungan pembelajaran, serta sistem pendukung
lainnya disebut sebagai sumber belajar. Tidak hanya alat dan
bahan/materi pembelajaran saja yang disebut sebagai sumber
belajar, melainkan fasilitas, orang, dan anggaran juga bisa disebut
sebagai sumber belajar.
2. Klasifikasi Sumber Belajar dan Contoh Penerapannya dalam
Pembelajaran IPS
a. Berdasarkan Jenisnya
Sumber belajar yang diklasifikasikan berdasarkan jenisnya
meliputi sumber belajar untuk upaya seseorang dalam belajar
atau proses perubahan tingkah laku yang digolongkankan berupa
tempat atau lingkungan alam sekitar. Contohnya: sungai, pasar,
perpustakaan, museum, gunung, dll. Contoh penerapannya
seperti ketika kita ingin mempelajari aktivitas jual beli untuk
mengetahui produsen, konsumen, dan distributor kita bisa
mendatangi pasar atau lokasi yang terdapat aktivitas jual beli
yang terjadi. atau saat kita ingin belajar tentang barang-barang
peninggalan sejarah kita bisa mendatangi bangunan-bangunan
bersejarah seperti tugu, candi, dan sebagainya.
b. Berdasarkan sumber materi belajar
Adapun 2 macam sumber belajar IPS, antara lain:
1) Sumber Bacaan
a. Buku, baik bukut teks, buku paket, modul pembelajaran,
surat kabar, sering dipakai untuk mengelaborasi problems
faktual yang sedang terjadi.
b. Buku ensiklopedia, dan kamus sering dipakai untuk
menginterpretasikan suatu kata atau istilah.

120 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


c. Buku biografi para tokoh, sering digunakan untuk
mengetahui tokoh-tokoh yang berpengaruh di ranah
nasional maupun internasional.
d. Buku kumpulan puisi serta masterpiece para sastrawan
sering dipakai untuk bahan ajar pada pembelajaran Bahasa
Indonesia.
2) Sumber Pembacaan
a. Media elektronik (televisi, radio, internet, dan lain-lain).
b. Lingkungan alam sekitar (manusia, maupun alam).
c. Pendidik dan peserta didik itu sendiri.
E. Evaluasi Pembelajaran
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan baik:
1. Menjelaskan perencanaan media pembelajaran dalam
perencanaan pembelajaran dengan benar.
2. Menjelaskan perencanaan bahanajar dalam perencanaan
pembelajaran dengan benar.
3. Menjelaskan perencanaan sumber belajar dalam perencanaan
pembelajaran dengan benar.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 121


BAB 10
KONSEP PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mampu:
1. Menjelaskan penilaian pembelajaran IPS;
2. Penilaian Formatif
3. Penilaian Sumatif
B. Penilaian Pembelajaran IPS
Adapun yang dimaksud penilaian (assessment) dalam
pembelajaran adalah aktivitas untuk mendapat data tentang
capaian kompetensi atau hasil belajar siswa. Hakikat penilaian hasil
belajar mengacu pada cara guru untuk memonitor peningkatan
belajar siswa dari proses belajar mengajar yang telah diselesaikan.
Guru perlu mengenali sudah sampai mana siswa dalam
memahami pelajaran atau sudah sampai mana tingkat pencapaian
tujuan dari kompetensi materi yang telah diajarkan tersebut.
Hasil dari tujuan istruksional tersebut tingkat pencapaian
kompetensinya diukur berdasarkan nilai dari masing-masing
peserta didik. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar nasional Pendidikan juga dicantumkan konsep
dari penilaian. Terdapat 4 konsep penilaian yang digunakan
dalam mengukur keberhasilan peserta didik sebagai berikut:
1. Pengukuran
2. Pengujian

122 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


3. Penilaian
4. Evaluasi
Stiggins (1994: 2) mengartikan assessment adalah penilaian
sebuah alur, peningkatan, serta hasil dari pembelajaran
(outcomes) yang telah ditempuh peserta didik. Kumano (2001:
2) juga mengungkapkan pendapatnya tentang penilaian yaitu
“The Process of collectiong data which shows the development of
learning”. Adapun Endang Purwanti (2008: 3) menyatakan
bahwa umumnya arti dari assessment adalah landasan mengambil
keputusan (terkait kurikulumnya, iklim lembaga pendidikan,
ataupun kebijakan dari lembaga pendidikan tersebut) terhadap
siswa, yang didapat dari prosedur memperoleh data dalam bentuk
apapun. Akhmad Sudrajat (2008) juga memberikan pendapatnya
tentang assessment atau penilaian adalah prosedur pemerolehan
data tentang tingkat ketercapaian kemampuan atau kompetensi
siswa dengan segala cara yang diterapkan dengan menggunakan
berbagai macam alat penilaian.
Tentang pertanyaan sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang siswa bisa dijawab dengan hasil olahan dari penilaian
hasilnya bisa berbentu pernyataan berupa narasi (nilai kualitatif ),
atau bisa dengan yang berbentuk angka (nilai kuantitatif ).
Berdasarkan pendapat beberapa pakar teori, kesimpulannya
bahwa yang dimaksud penilaian dalam pembelajaran adalah
usaha membandingkan dan menerapkan hasil pengukuran.
Adapun 5 jenis-jenis penilaian pada pembelajaran yang dapat
membuat penilaian secara efektif dan secara standarisasi terhadap
objek penilaian, di antaranya:
a. Penilaian Formatif
Yang dimaksud dengan penilaian formatif, adalah assessment hasil
pembelajaran dengan tujuan mendapatkan informasi tentang
sejauh mana kemampuan siswa yang sudah terbangun atau

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 123


tercipta proses yang dijalaninya melalui sebuah pembelajaran
tersebut yang cocok dengan arah dari konsep pengajaran. Yang
dalam hal ini menurut Sudijono (2005 : 71), menyatakan
bahwa “formatif ” tersebut asal mulanya dari kata form yang
artinya bentuk. Demikian makna hasil belajar peserta didik
yang telah terbentuk.
b. Penilaian Sumatif
Yang dimaksud penilaian sumatif yaitu assessment yang
dilaksanakan di akhir periode pembelajaran (mencakup lebih
dari satu materi) guna memperoleh informasi dari siswa
bahwa telah sejauh mana ia telah berpindah dari unit satu ke
unit berikutnya. Menurut Winkel (2007), penilaian sumatif
artinya tes yang digunakan diakhir periode pembelajaran, yang
mencakup semua mata pelajaran di dalam pembelajaran satu
semester.
Sesudah adanya sebuah penyelesaian materi terhadap mata
pelajaran. Penilaian sumatif juga merupakan sebuah pelaksanaan
penilaian sesudah adanya penyelesaian dari seperangkat
program studi yang diajarkan. Dengan kata lain, adalah
pelaksanaan penilaian sesudah selesai dilaksanakannya seluruh
bagian pelajaran. Penilaian sumatif ini bertujuan sebagai nilai
berupa lambang keberhasilan siswa yang ditentukan dari proses
penilaian. sesudah peserta didik dapat menyelesaikan sebuah
program studi pada jangka waktu yang telah ditentukan, hal
ini dikemukakan oleh (Sudijono, 2007 : 23).
c. Penilaian Diagnostik
Maksud dari penilaian diagnostik yaitu suatu assessment dengan
tujuan mendapatkan informasi tentang kelemahan serta faktor
penyebab kelemahan dari peserta didik. Adapun tujuan dari
dilaksanakannya penilai model ini adalah digunakan pada
pengejaran remedial, penemuan kasus, bimbingan belajar, dan
sebagainya. Terdapat soal–soal yang tersusun dengan demikian

124 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


rupa guna menemukan kesulitan yang dihadapi peserta didik
dalam belajar.
d. Penilaian Selektif
Dalam rangka melakukan penyeleksian maupun penyaringan,
pelaksanaan penilaian ini dengan memilih para peserta didik
untuk mewakili lembaga pendidikannya untuk mengikuti
suatu perlombaan merupakan salah satu contoh dari penilaian
selektif. Contohnya : “rekrutmen tenaga kerja”.
e. Penilaian penempatan
Penilaian penempatan merupakan assessment yang dilakukan
dalam rangka mengetahui pembatasan kemampuan yang
perlu dimiliki oleh suatu kegiatan belajar maupun apa saja
yang harus dikuasai dalam kegiatan pembelajaran sesuai yang
telah direncanakan sebelum aktivitas pembelajaran dimulai.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa penilaian ini berpusat
pada kesanggupan siswa akan adanya kegiatan baru yan
perencanaannya langsung dari pusat.
Pelaksanaan penilaian ini diperlukan apabila ada kesulitan
penempatan siswa berdasarkan kemampuan pada program
pendidikan maupun pembelajaran. Agar tujuan yang telah
berlangsung dapat tercapai, maka dalam penyusunan dan
pelaksanaan pembelajaran terdapat program penilaian formatif
dan sumatif. Untuk mendapatkan informasi berupa level
tujuan pembelajaran bisa dikatakan tercapai, maka memerlukan
prosedur yang disebut evaluasi. Apabila kesimpulan hasil program
dinyatakan belum tercapai, jadi harus menemukan problem guna
bisa direvisi.
Ada banyak instrumen yang isa dilakukan untuk prosedur
evaluasi, yakni meliputi test dan non test. Bentuk kegiatan
pada teknik test antara lain lisan, tulisan, ataupun perbuatan.
sedangkan pada teknik non-test bisa menggunakan bentuk
pemngamatan, wawancara, dan lain-lain. Pada pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 125


IPS, mengingat tujuan pembelajarannya bersifat komprehensif
dalam berbagai bidang kemampuan serta interdisiplin ilmu,
maka hendaknya dilakukan pemilihan evaluasi yang paling tepat
dengan menggunakan penguasaan keterampilan dalam berbagai
jenis tekhnik dan alat evaluasi.
Perumusan tujuan menjadi yang paling awal dari penyusunan
program pembelajara terait metode dan media yang akan dipakai,
sampai pembelajaran tersebut mencapai teknik evaluasi. Ibaratnya
ketika menyusun program pembelajaran seakan-akan melalui
tahapan yang putus-putus seperti menaiki anak tangga.
Keadaan tidak selalu sesuai dengan realitasnya, sebab saat
perumusan tujuan kegiatan belajar mengajar sudah terdapat
angan-angan tentang isi, cara penyampaian, alat, serta tekhnik
dalam menyatakan suatu ketuntasan siswa. Demikian juga saat
pemilihan metode, dan alat pelajaran selalu diingatkan tujuan
yang hendak dicapai, konten pelajaran, serta cara menilai
(evaluasi). Pemahaman seperti itu sesuai dengan hakikat sistem,
bahwa antar komponen yang satu dengan yang lain tidak bisa
dipisahkan bahkan terdapat hubungan interdependensi saling
tergantung, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan
dalam rangka kegiatan mencapai tujuan pembelajaran. Adapun
contoh yang akan diberikan adalah menggunakan teknik test
sebagai berikut:

126 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Tes objektif Tes Subjektif
A. Butir Soal Benar-Salah (True-False) A. Bentuk Uraian Terbatas
Petunjuk: Lingkarilah huruf B di 1. Jelaskan perbedaan antara candi
belakang pernyataan tersebut apabila Jawa Tengah dengan candi Jawa
pernyataan itu benar, dan huruf S bila
pernyataan itu salah. Timur !
1. Candi merupakan salah satu Jawaban:
peninggalan kebudayaan Materiil Langgam Jawa Langgam Jawa
Tengah Timur
Hindu-Budha di Indonesia.
B S a. Bentuk a. Bentuk
bangunannya b. bangunannya
Jawaban: B tambun ramping
b. Atapnya Atapnya
berundak-undak c. merupakan
A. Butir Soal Piliha Ganda c. Puncaknya perpaduan
 Jenis jawaban benar berbentuk stupa tingkatan
atau ratna Puncaknya
1. Corak kebudayaan asli Indonesia d. Gawang pintu d. berbentuk kubus
yang nampak pada bangunan candi berhiaskan e. Gawang pintu
kalamakara f. diberi kepala
Borobudur adalah........ e. Umur candi kala
a. Arsitek candi adalah bangsa
f. lebih tua g. Umur candi
Indonesia Berfungsi lebih muda
sebagai tempat h. Berfungsi
b. Relief pada dinding candi
g. pemujaan sebagai kuburan
menggambarkan kehidupan Menggambarkan raja-raja
susunan i. Menggambarkan
bangsa Indonesia
masyarakat yang j susunan
c. Bangunan candi Borobudur h.
feodal masyarakat yang
berbentuk limas dan berundak- Reliefnya timbul federal
agak menonjol Reliefnya timbul
undak i.
dari lukisannya hanya sedikit
d. Adanya bangunan-bangunan j. naturalis dan lukisannya
megalith pada sekeliling candi Letak candi di simbolis
tengah halaman menyerupai
Jawaban: C Kebanyakan wayang kulit
menghadap ke Letak candi di
timur bagian belakang
Kebanyakan halaman
 jenis jawaban yag paling tepat terbuat dari batu
hitam (andesit)

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 127


1. Perbedaan kegunaan antara Kebanyakan
candi yang bercorak Hindu dan menghadap ke
barat
bercorak Budha adalah....... Kebanyakan
a. Candi Hindu berguna sebagai terbuat dari batu
bara
tempat makam raja dan candi
Budha sebagai tempat
pemujaan terhadap Dewa
Syiwa B. Bentuk Uraian Bebas
b. Candi Hindu berguna sebagai 1. Apa pengaruh kebudayaan Hindu-
tempat pemujaan Dewa dan Budha terhadap perubahan pada
Candi Borobudur sebagai masyarakat Indonesia?
tempat tinggal raja Jawaban:
berkembangnya kebudayaan
c. Candi Hindu berguna sebagai Hindu-Budha mempengaruhi
tempat tinggal raja dan candi perubahan pada masyarakat
Indonesia asli dalam berbagai
Borobudur berguna sebagai bidang di antaranya :
tempat pemujaan Dewa a. Bidang Religi
Masyarakat Indonesia asli
d. Candi Hindu berguna sebagai mempunyai kepercayaan
tempat makam raja dan candi Animisme dan Dinamisme.
ketika pengaruh kebudayaan
Borobudur berguna sebagai India masuk, masyarakat
tempat pemujaan bagi Budha. Indonesia mengenal
kepercayaan baru yakni Agama
Jawaban: D Hindu dan Agama Budha.
b. Bidang Sosial
Munculnya organisasi soisal di
 jenis pertanyaan tak masyarakat sebagai hasil sentuh
sesuai/tak lengkap budaya Indonesia-India yang
sebelumnya tidak dikenal oleh
1. Dibawah ini adalah karya sastra masyarakat menjadi dikenal.
yang bercorak Hindu ialah kitab Hal ini mengakibatkan
berubahnya bentuk kehidupan
Ramayana dan kitab ........... masyarakat yang bersifat
a. Kitab Arjunawijaya komunal menjadi bentuk
masyarakat yang menganut
b. Kitab Sang Hyang sistem kasta.
Kamahayanikan c. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ini
c. Kitab Pararaton mempengaruhi cara berfikir

128 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


d. Kitab Karowasrama masyarakat, sehingga
mengalami perubahan. Ilmu
Jawaban: A
pengetahuan tersebut diperoleh
melalui kitab Weda. Ilmu
pengetahuan yang diperoleh
 jenis jawaban negatif melalui kitab-kitab, cerita-
1. Dibawah ini yang bukan kerajaan cerita dan bidang pendidikan
diwujudkan melalui bangunan-
bercorak Hindu adalah...... bangunan suci seperti candi,
a. Kerajaan Kutai stupa, kesusastraan dan
kesenian seperti seni pahat, ukir
b. Kerajaan Tarumanegara dan patung.
c. Kerajaan Sriwijaya
d. Kerajaan Majapahit
Jawaban: C

 jenis kombinasi
1. Perhatikan ciri-ciri candi Jawa
Tengah berikut:
(1) Umur candi lebih tua
(2) Letak candi ditengah halaman
(3) Atapnya berundak-undak
(4) Kebanyakan menghadap ke
barat
Dari ciri-ciri diatas yang termasuk
ciri-ciri candi Jawa Tengah
ialah...
a. 1), 2) dan 3) benar
b. 1), 3) dan 4) benar
c. 2) dan 4) benar
d. 1) dan 3)
Jawaban : A

 jenis kompleks
Petunjuk: Berilah Tanda silang
pada huruf :

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 129


a. jika pernyataan benar,
alasan benar, dan
keduanya memiliki
hubungan sebab-akibat
b. jika pernyataan benar,
alasan benar, dan
keduanya tidak memiliki
hubungan sebab-akibat
c. jika penyataan benar,
tetapi alasan salah
d. jika keduanya salah
1. Candi Muara Takus di Jambi
sudah banyak yang rusak. Sebab,
candi tersebut bangunannya hanya
terbuat dari batu bata.
Jawaban: A

 jenis alternatif tak lengkap


1. Perkembangan kebudayaan
Hindu-Budha salah satunya ialah
kebudayaan Inmateriil.
Kebudayaan Inmateriil
merupakan.....
a. Kebudayaan yang mengacu
pada ciptaan manusia
b. Kebudayaan yang mengacu
pada ciptaan mausia yang
konkret
c. kebudayaan yang bersifat jelas
dan tampak

130 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


d. kebudayaan yang bersifat
abstrak
Jawaban: D

Distracters
1. Perhatikan gambar berikut !

Dari gambar di atas, yang merupakan kasta


Waisya ialah nomor.....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
Jawaban: C

Analisis hubungan antara hal


Petunjuk: Berilah Tanda
silang pada huruf :
e. jika pernyataan benar,
alasan benar, dan
keduanya memiliki
hubungan sebab-akibat
f. jika pernyataan benar,
alasan benar, dan

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 131


keduanya tidak memiliki
hubungan sebab-akibat
g. jika penyataan benar,
tetapi alasan salah
h. jika keduanya salah
1. Agama Hindu merupakan
campuran dari kebudayaan bangsa
Arya dan bangsa Dravida. Sebab,
Agama ini merupakan lanjutan
dari Agama Weda (Brahmanisme)
yaitu kepercayaan bangsa Indo-
Iran (Arya).
Jawaban: A

Variasi negatif
1. Berikut ini adalah candi-candi
yang mendapat pengaruh
agama Budha, kecuali.......
a. Candi Asu, Candi Sewu,
dan Candi Sari
b. Candi Ngawen, Candi
Plaosan dan Candi Bubrah
c. Candi Perot, Candi
Gebang dan Candi
Argopuro
d. Candi Sojawan, Candi
Lumbung dan Candi
Pawon
Jawaban: C

Variasi berganda

132 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


1. Berikut ini ciri-ciri candi dari
candi Jawa Timur adalah
.........
a. Bentuk bangunannya
ramping
b. Puncaknya berbentuk
kubus
c. Umur candi lebih muda
d. Puncaknya berbentuk
kubus, bentuk
bangunannya ramping dan
umur candi lebih muda.
Jawaban: D

Variasi yang tidak lengkap


1. Dalam sistem kasta tidak
terjadi mobilitas vertikal atau
closed sosial stratification.
Artinya.................
a. terbukanya komunikasi
antar anggota masyarakat
dari berbagai strata
b. tidak terbukanya
komunikasi antar anggota
masyarakat dari berbagai
strata
c. saling bekerjasama antar
anggota masyarakat dari
berbagai strata

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 133


d. tidak bekerjasama antar
anggota masyarakat dari
berbagai strata
Jawaban: B
B. Butir Soal Isian Singkat
1. Indonesia sejak dahulu dikenal
sebagai bangsa maritim. Hal ini
dapat dibuktikan dari relief
perahu di candi Borobudur. Jenis
perahu yang terdapat pada relief
tersebut
adalah..............................
Jawaban: Perahu Bercadik

C. Butir Soal Menjodohkan


1. Candi yang merupakan makam Ken
Arok....... a. Badut
2. Candi yang terletak di Malang dan
dibangun b.
Kagengenan
3. oleh Raja Gajayana.....
c. Jawi
Jawaban: 1 = B
2=A

134 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


C. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan
Pembelajaran
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan agar proses
perencanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif serta
efisien, yaitu sebagai berikut :
a. Kurikulum
Saat membuat desain dari suatu program pengajaran, hal yang
paling pertama perlu diperhatikan yaitu kurikulum, terutama
perangkat pembelajarannya. Adapun perangkat pembelajaran
yang dicantumkan pada kurikulum yaitu:
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Materi Pokok
4. Tujuan Pembelajaran
5. Indikator
6. Alokasi Waktu
Alokasi waktu juga perlu diperhatikan pada rincian standard
kompetensi dan kompetensi dasar saat menyusun program
semester. Sebab indikator pembelajaran akan lebih banyak
tersampaikan apabila waktu yang disediakan cukup banyak,
sebaliknya indikator pembelajaran yang disampaikan akan
sedikit apabila waktu yang tersedia kurang atau terbatas. Selain
itu, alokasi waktu juga perlu di lakukan penyesuaian dengan
cakupan luas materi serta banyaknya aktifitas pembelajaran dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau yang biasa disebut RPP
saat penyusunan bahan ajar.
b. Kondisi Sekolah
Dalam membuat rencana kegiatan pembelajaran, kondisi
atau keadaan sekolah seperti sarana dan prasarana serta alat
yang digunakan dalam pembelajaran juga perlu diperhatikan,

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 135


sebab kedua hal tersebut merupakan sarana pendukung segala
aktifitas pembelajaran peserta didik bisa terlaksana. Saat praktek
komputer, pendidik yang berada di lembaga pendidikan tertentu
tidak memungkinkan untuk melaksanakan proses pembelajaran
tersebut apabila tidak tersedia sarana pendukung berupa komputer
di lembaga pendidikan tersebut. Demikian pula seorang guru
tidak akan memberi tugas peserta didiknya berupa mengamati
tanaman apabila tidak terdapat tanaman dilingkungan sekolah.
c. Kemampuan dan Perkembangan Peserta Didik
Kegiatan pembelajaran seperti program harian, program
semester, dan program tahunan merupakan suatu alur yang dibuat
oleh pendidik terkait kompetensi yang harus oleh dipelajari
peserta didik beserta cara mempelajarinya. Dalam perencanaan
pembelajaran, materi dan cara belajar harus disesuaikan dengan
kondisi peserta didik, dengan cara penyesuaian antara RPP
dengan kapasitas (kemampuan dan perkembangan) dari peserta
didiknya.
Perencanaan luasnya dan pendalaman tentang bahan ajar
serta aktifitas pembelajaran oleh seorang pendidik disesuaikan
dengan kapasitas maupun perkembangan peserta didiknya.
Umumnya ada tiga klasifikasi siswa di dalam kelas, antara lain:
1. Kelompok pandai atau cepat.
2. Kelompok sedanga atau cepat maupun lamban dalam belajar.
3. Kelompok kurang atau lambat belajar.
Guru perlu mengadakan variasi pembelajaran berupa strategi
dan metode untuk mengatasi adanya berbagai macam variasi
pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didiknya.
d. Keadaan Guru
Dalam mendidik maupun mengajar, guru harus menguasai
segala keterampilan. Guru harus segera belajar untuk

136 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


meningkatkan keterampilannya, jika terdapat kekurangan di
suatu saat. Sedangkan, bagi guru yang pengalamannya masih
sangat sedikit dan memerlukan perhatian bisa dengan mengikuti
kompetensi pelatihan agar bisa meningkatkan kemampuannya.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 137


DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad. 2011. Perencanaan Pembelajaran.Bandung:


Alfabeta.
Amiruddin. 2016. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Parama
Ilmu Press.
Fred Percival dan Henry Ellington.1984.A Hand Book of
Educational technology, edisi ke 1
Harjanto. 1997. Perencanaan Pengajaran.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hakim, Lukmanul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
CV Wacana Prima.
Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta; Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendejatan Sistem (Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah D. Uno, 2006. Perencanaan Pembelajaran.Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Ibrahim. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Karim, Abdul. 2015. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan IPS.
Pribadi, A. Benny. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Dian Rakyat.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses.
Permendikbud No. 68.2013. Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMP.
Majid, Abdul. 2006. PerencanaanPembelajaran. Bandung, PT
Remaja Rosdakarya.

138 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Majid, Abdul. 2014. Iimplementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Interes Media
Modul Pelatihan Kurikulum 2013
Mulyasa. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah, konsep, strategi, dan
Implementasi. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ratumanan. 2019. Perencanaan Pembelajaran Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Robertus Laipaka, Utin Kasm,. 2017. Penerapan Teknologi
Informasi Pembelajaran ELearning Menggunakan ADDIE
Model. Pontianak: Seminar Nasional Teknologi Informasi,
Komunikasi dan Industri (SNTIKI) STMIK: Pontianak.
Rosardi,RG dan Supandi. 2021. Perencanaan Pembelajaran IPS
Integratif. Sumatra Barat : Insan Cendekia Mandiri.
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan
Prefesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rusman. 2010. Mode-model pembelajaran.
Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Senie Destya. 2016. Penyusunan Guideline Desain Pembelajaran
Pada E-Learning Pembelajaran Al-Qur’an. STMIK Amikom:
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia.
Sugeng Listyo. 2010. Prabowo dan Faridah Nurmaliyah. Malang:
UIN-Maliki
Sumatmadja, N. 2006. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas
Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
Wina Sanjaya. 2015. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta, Kencana.
http://bambang-blogmbarang.blogspot.co.id/2011/04/rencana-
pekan-efektif-rpe.html, di unduh, Sabtu, 07-09-2019,
07.21 WIB.
http://andinurdiansah.blogspot.com/2011/11/langkah-langkah-
penyusunan-perencanaan.html?m=1

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 139


LAMPIRAN

140 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 141
142 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 143
144 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 145
146 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 147
148 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 149
150 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 151
152 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 153
154 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 155
156 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd
SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 103 TAHUN 2014

TENTANG

PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka implementasi kurikulum sebagaimana


telah diatur dalam Pasal 77O ayat (2) huruf c dan Pasal 77P
ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Pedoman Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 157


-2-

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54


Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar
dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 57
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 58
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 59
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 60
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya disebut dengan RPP
adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada silabus;
3. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah
Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah/ Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB),
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa
(SMK/MAK/SMKLB).

Pasal 2
(1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik:
a. interaktif dan inspiratif;
b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif;

158 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


-3-

c. kontekstual dan kolaboratif;


d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian peserta didik; dan
e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
(2) Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode yang
mengacu pada karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan
tercapainya kompetensi yang ditentukan.
(4) Strategi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
langkah-langkah sistematik dan sistemik yang digunakan pendidik untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.
(5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama,
ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
(6) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
cara atau teknik yang digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu
kegiatan pembelajaran yang mencakup antara lain ceramah, tanya-jawab,
diskusi.
(7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan.
(8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) merupakan pengorganisasian pengalaman belajar
dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi/mencoba;
d. menalar/mengasosiasi; dan
e. mengomunikasikan.
(9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dikembangkan
dan digunakan dalam satu atau lebih pertemuan.
(10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) dilaksanakan dengan menggunakan modus
pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai landasan dalam
menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.

Pasal 3
(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan RPP.
(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh guru dengan
mengacu pada silabus dengan prinsip:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan;
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan;

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 159


-4-

c. memperhatikan perbedaan individual peserta didik;


d. berpusat pada peserta didik;
e. berbasis konteks;
f. berorientasi kekinian;
g. mengembangkan kemandirian belajar;
h. memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran;
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau
antarmuatan; dan
j. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
(3) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwujudkan dalam bentuk
pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.
(4) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester,
dan alokasi waktu;
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator pencapaian
kompetensi;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup;
e. penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan; dan
f. media, alat, bahan, dan sumber belajar.
(5) Indikator pencapaian kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b merupakan:
a. kemampuan yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai
pemenuhan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi
Inti 2; dan
b. kemampuan yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
disimpulkan sebagai pemenuhan Kompetensi Dasar pada Kompetensi
Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
(6) Kegiatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d
mengacu pada pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) sampai dengan ayat (9).

Pasal 4
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dilaksanakan
sesuai pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum
Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

160 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


-5-

Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1506

Salinan sesuai dengan aslinya.


Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Ani Nurdiani Azizah


NIP 195812011986032001

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 161


SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 103 TAHUN 2014
TENTANG
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN

Kurikulum 2013 dilaksanakan mulai tahun 2013. Dalam rangka


implementasi Kurikulum 2013 disusun perangkat kurikulum yang
meliputi:
1. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
2. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah.
3. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
4. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan.
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
6. Muatan Lokal.
7. Kegiatan Ektrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
8. Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
9. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
10. Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
11. Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
12. Evaluasi Kurikulum.
13. Peminatan pada Pendidikan Menengah.
14. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah.
15. Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

Lampiran ini khusus mengenai Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan


Pendidikan Menengah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (1)

162 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan,
menantang, inspiratif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.

II. TUJUAN PEDOMAN

Tujuan pedoman ini untuk menjadi acuan bagi:


1. Tenaga pendidik (guru mata pelajaran, guru kelas, dan guru pembina
kegiatan ekstrakurikuler) secara individual atau kelompok dalam
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan
model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya;
2. Pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali
kelas) dalam fasilitasi dan supervisi pembelajaran; dan
3. Dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dalam melaksanakan
supervisi pembelajaran.

III. PEMBELAJARAN

A. Pengertian
Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman ini
sebagai berikut.
1. Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara
peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
2. Indikator pencapaian kompetensi adalah: (a) perilaku yang dapat
diukur dan/atau diobservasi untuk kompetensi dasar (KD) pada
kompetensi inti (KI)-3 dan KI-4; dan (b) perilaku yang dapat
diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan KD pada KI-1
dan KI-2, yang kedua-duanya menjadi acuan penilaian mata
pelajaran.

B. Konsep
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan
pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi
antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan
yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan
sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk
hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada
kesejahteraan hidup umat manusia.
Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap (spiritual
dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena
itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah.

-2-

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 163


Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang
dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata
pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya
tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk
proyek atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak
terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan,
palang merah remaja, festival seni, bazar, dan olahraga.
Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang jenisnya beragam dan
pada umumnya sulit diselaraskan antara satu sama lain, misalnya
media massa, bisnis dan industri, organisasi kemasyarakatan, dan
lembaga keagamaan. Untuk itu para tokoh masyarakat tersebut
semestinya saling koordinasi dan sinkronisasi dalam memainkan
perannya untuk mendukung proses pembelajaran. Singkatnya,
keterjalinan, keterpaduan, dan konsistensi antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus
menerus karena tripusat pendidikan tersebut sekaligus menjadi sumber
belajar yang saling menunjang.
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar. Peserta didik mengembangkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi, di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut
berlangsung melalui kegiatan tatap muka di kelas, kegiatan terstruktur,
dan kegiatan mandiri.
Terkait dengan hal tersebut, maka pembelajaran ditujukan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan
masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia.
Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara
aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan
pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik
perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan
segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-
idenya.

C. Prinsip
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen
kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai
berikut:
1. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
2. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar;
3. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah;
4. pembelajaran berbasis kompetensi;

-3-

164 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


5. pembelajaran terpadu;
6. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang
memiliki kebenaran multi dimensi;
7. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan
antara hard-skills dan soft-skills;
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat;
12. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
13. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik; dan
14. suasana belajar menyenangkan dan menantang.

D. Lingkup
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik
atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat
menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual.
Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery
learning, project-based learning, problem-based learning, inquiry learning.
Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct
instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran
langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan
peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang
dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung
peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak
pembelajaran (instructional effect).
Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama
proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan
dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung
dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai
dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai
proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata
pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan
masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum
2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler

-4-

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 165


baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam
rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai
dan sikap.
Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 1: Deskripsi Langkah Pembelajaran *)


Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Mengamati (observing) mengamati dengan perhatian pada waktu
indra (membaca, mengamati suatu
mendengar, objek/membaca suatu
menyimak, melihat, tulisan/mendengar
menonton, dan suatu penjelasan,
sebagainya) dengan catatan yang dibuat
atau tanpa alat tentang yang diamati,
kesabaran, waktu (on
task) yang digunakan
untuk mengamati
Menanya (questioning) membuat dan jenis, kualitas, dan
mengajukan jumlah pertanyaan
pertanyaan, tanya yang diajukan peserta
jawab, berdiskusi didik (pertanyaan
tentang informasi faktual, konseptual,
yang belum dipahami, prosedural, dan
informasi tambahan hipotetik)
yang ingin diketahui,
atau sebagai
klarifikasi.
Mengumpulkan mengeksplorasi, jumlah dan kualitas
informasi/mencoba mencoba, berdiskusi, sumber yang
(experimenting) mendemonstrasikan, dikaji/digunakan,
meniru bentuk/gerak, kelengkapan
melakukan informasi, validitas
eksperimen, membaca informasi yang
sumber lain selain dikumpulkan, dan
buku teks, instrumen/alat yang
mengumpulkan data digunakan untuk
dari nara sumber mengumpulkan data.
melalui angket,
wawancara, dan
memodifikasi/
menambahi/mengem-
bangkan
Menalar/Mengasosiasi mengolah informasi mengembangkan
(associating) yang sudah interpretasi,
dikumpulkan, argumentasi dan
menganalisis data kesimpulan mengenai
dalam bentuk keterkaitan informasi
membuat kategori, dari dua fakta/konsep,
mengasosiasi atau interpretasi
menghubungkan argumentasi dan
fenomena/informasi kesimpulan mengenai
yang terkait dalam keterkaitan lebih dari
rangka menemukan dua

-5-

166 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Langkah Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
suatu pola, dan fakta/konsep/teori,
menyimpulkan. menyintesis dan
argumentasi serta
kesimpulan
keterkaitan
antarberbagai jenis
fakta/konsep/teori/
pendapat;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi,
dan kesimpulan yang
menunjukkan
hubungan
fakta/konsep/teori
dari dua sumber atau
lebih yang tidak
bertentangan;
mengembangkan
interpretasi, struktur
baru, argumentasi dan
kesimpulan dari
konsep/teori/penda-
pat yang berbeda dari
berbagai jenis sumber.
Mengomunikasikan menyajikan laporan menyajikan hasil
(communicating) dalam bentuk bagan, kajian (dari mengamati
diagram, atau grafik; sampai menalar)
menyusun laporan dalam bentuk tulisan,
tertulis; dan grafis, media
menyajikan laporan elektronik, multi
meliputi proses, hasil, media dan lain-lain
dan kesimpulan secara
lisan
*) Dapat disesuaikan dengan kekhasan masing-masing mata
pelajaran.

E. Mekanisme
1. Perencanaan
Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
a. Hakikat RPP
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan
secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan
buku panduan guru. RPP mencakup: (1) identitas
sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2)
alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4)
materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian;
dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.

-6-

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 167


28
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar
(guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang
diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.
Pengembangan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal
tahun pelajaran dimulai, namun perlu diperbaharui sebelum
pembelajaran dilaksanakan.
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri
dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi,
difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah.
Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara
berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi,
difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor
kementerian agama setempat.

b. Prinsip Penyusunan RPP


1) Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar
sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2),
pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).
2) Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih.
3) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma,
nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
4) Berpusat pada peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada
peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar,
menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi,
dan mengomunikasikan.
5) Berbasis konteks
Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya
sebagai sumber belajar.
6) Berorientasi kekinian
Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa
kini.
7) Mengembangkan kemandirian belajar
Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar
secara mandiri.
8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik
positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

-7-

168 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


9) Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi
dan/atau antarmuatan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan
keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian
kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
10) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

c. Komponen dan Sistematika RPP


Komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam
bentuk format berikut ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/Semester :
Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti (KI)


B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI-1
2. KD pada KI-2
3. KD pada KI-3
4. KD pada KI-4
C. Indikator Pencapaian Kompetensi*)
1. Indikator KD pada KI-1
2. Indikator KD pada KI-2
3. Indikator KD pada KI-3
4. Indikator KD pada KI-4
D. Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan
buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi
kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang
dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler,
pengayaan, dan remedial)
E. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama: (...JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti **)
 Mengamati
 Menanya
 Mengumpulkan informasi/mencoba
 Menalar/mengasosiasi
 Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan Kedua: (...JP)
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti **)
 Mengamati
 Menanya
 Mengumpulkan informasi/mencoba

-8-

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 169


 Menalar/mengasosiasi
 Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup
3. Pertemuan seterusnya.
F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Teknik penilaian
2. Instrumen penilaian
a. Pertemuan Pertama
b. Pertemuan Kedua
c. Pertemuan seterusnya
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian.
G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media/alat
2. Bahan
3. Sumber Belajar

*) Pada setiap KD dikembangkan indikator atau penanda.


Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2
dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan
nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai dampak
pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. Indikator untuk KD
yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam
bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur.
**) Pada kegiatan inti, kelima pengalaman belajar tidak harus
muncul seluruhnya dalam satu pertemuan tetapi dapat
dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, tergantung cakupan
muatan pembelajaran. Setiap langkah pembelajaran dapat
digunakan berbagai metode dan teknik pembelajaran.

d. Langkah Penyusunan RPP


1) Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi
pembelajaran; (3) proses pembelajaran; (4) penilaian
pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar;
2) Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-3,
dan KI-4;
3) Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran
dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan
lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari
lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi
untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial;
4) Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus
dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan
saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan
satuan pendidikan termasuk penggunaan media, alat,
bahan, dan sumber belajar;
5) Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan
berdasarkan alokasi waktu pada silabus, selanjutnya dibagi
ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup;
6) Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara
menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta
membuat pedoman penskoran;
7) Menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah
dilakukan penilaian; dan
8) Menentukan Media, Alat, Bahan dan Sumber Belajar
disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah
penjabaran proses pembelajaran.

-9-

170 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pembelajaran meliputi:
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan;
2) mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan
dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi
yang akan dipelajari dan dikembangkan;
3) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari;
4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang
akan dilakukan; dan
5) menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.

b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta
didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan
sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2
antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama,
toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain
yang tercantum dalam silabus dan RPP.

c. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup terdiri atas:
1) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu: (a) membuat
rangkuman/simpulan pelajaran; (b) melakukan refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; dan (c)
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran; dan
2) Kegiatan guru yaitu: (a) melakukan penilaian; (b)
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan (c)
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.

- 10 -

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 171


3. Daya Dukung
Proses pembelajaran memerlukan daya dukung berupa ketersediaan
sarana dan prasarana pembelajaran. Sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi,
dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

IV. PIHAK YANG TERLIBAT

Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran antara lain:


1. Peserta didik;
2. Pendidik (guru mata pelajaran, guru kelas, dan guru pembina kegiatan
ekstrakurikuler);
3. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik,
pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran,
dan teknisi sumber belajar;
4. Pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali
kelas); dan
5. Dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

V. PENUTUP

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi guru untuk mengembangkan RPP
dan mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MOHAMMAD NUH

Salinan sesuai dengan aslinya.


Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

TTD.

Ani Nurdiani Azizah


NIP 195812011986032001

- 11 -

172 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


SALINAN
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 22 TAHUN 2016
TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I
PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 173


Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softskills);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup


perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

174 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB II
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada


Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan
memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus
dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan
belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang
lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran
mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses
psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui
aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta
mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan
ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik
(dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong
kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut


Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- Mencipta

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 175


Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B
disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran
di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi
yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan
tematik terpadu pada IPA dan IPS.
Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/
Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun
pendekatan tematik masih dipertahankan.
Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna
netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal.
Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara
umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian
pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif,
affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di
berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak
bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran
secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

176 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat
penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus
dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk
setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran;
d. kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau
mata pelajaran;
e. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 177


b. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.
Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana
pelaksanaan pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun
berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih.
Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan
jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang
harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

178 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik,
alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.

3. Prinsip Penyusunan RPP


Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal,
tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan
kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas
mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
7
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 179


BAB IV
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran


1. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
a. SD/MI : 35 menit
b. SMP/MTs : 40 menit
c. SMA/MA : 45 menit
d. SMK/MAK : 45 menit

2. Rombongan belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah
maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar dinyatakan
dalam tabel berikut:

Jumlah
Jumlah Maksimum
Satuan
No Rombongan Peserta Didik Per
Pendidikan
Belajar Rombongan
Belajar
1. SD/MI 6-24 28
2. SMP/MTs 3-33 32
3. SMA/MA 3-36 36
4. SMK 3-72 36
5. SDLB 6 5
6. SMPLB 3 8
7. SMALB 3 8

3. Buku Teks Pelajaran


Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik.

180 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


4. Pengelolaan Kelas dan Laboratorium
a. Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dalam
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta
mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bersama.
b. Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
c. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan
sumber daya lain sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses
pembelajaran.
d. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus
dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
e. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik.
f. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan
kemampuan belajar peserta didik.
g. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan
keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.
h. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons
dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung.
i. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
j. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
k. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik
silabus mata pelajaran; dan
l. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan
waktu yang dijadwalkan.

10

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 181


B. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi
kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
b. memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,
dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang
peserta didik;
c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai; dan
e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri
dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang
dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang
mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.

11

182 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


b. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta.
Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini
memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam
domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik,
tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya
kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok,
disarankan yang menghasilkan karya berbasis pemecahan
masalah (project based learning).
c. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik
dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan
harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses
pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan
tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus
belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung;
b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok; dan
d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

12

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 183


BAB V
PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik


(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) pada aspek
pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect) pada aspek sikap.
Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program
perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian
Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya,
rekaman, catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran
dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan
menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil
evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil
pembelajaran.

13

184 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB VI
PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN

Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,


supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan
berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala
satuan pendidikan dan pengawas.

1. Prinsip Pengawasan
Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan.

2. Sistem dan Entitas Pengawasan


Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas,
dan dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
a. Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan mutu.
b. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk
supervisi akademik dan supervise manajerial.

3. Proses Pengawasan
a. Pemantauan
Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan
melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan,
pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
b. Supervisi
Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui
antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi,
konsultasi, atau pelatihan.
c. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak
lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.

14

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 185


d. Tindak Lanjut
Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
1) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar; dan
2) pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program
pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

ANIES BASWEDAN

Salinan sesuai dengan aslinya,


plh. Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Kepala Biro Kepegawaian,

TTD.

Dyah Ismayanti
NIP 196204301986012001

15

186 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


CETAK KE-3

PANDUAN
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT


JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH ME NENGAH PERTAMA
2017

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 187


PANDUAN
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENULIS :

NAMA UNITKERJA EMAIL NO.HP


Ninik Purwantini, M.Pd SMPN3Banguntapan ninik-purwantini@yahoo.com 085643533003,
081390476345
Dr. Teguh Dalyono, MS Universitas
FPIPS Sanata Dharma constteguh@gmail.com 087739657555
Ratna Dyah SMPN 1 Sidoarjo ratna.said@gmail.com 081233714885,
081332620414

ii PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

188 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemampuan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama.

Panduan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama


dimaksudkan untuk mendukung pemberlakuan Kurikulum 2013 di semua SMP di Seluruh
wilayah Indonesia.

Panduan ini terdiri atas tiga bab. Bab I Pendahuluan, Bab II Penyusunan RPP di SMP untuk
pelaksanaan Kurikulum 2013, dan Bab III Penutup.

Kami menyadari bahwa panduan ini masih perlu penyempurnaan, baik dalam isi sistematika,
maupun bahasanya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan panduan ini.Akhirnya, kami mengharapkan semoga panduan ini dapat
memberikan manfaat, khususnya bagi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran SMP.

Direktur
Pembinaan Sekolah Menengah Pertama

Dr. Supriano, M.Ed


NIP. 196208161991031001

PANDUAN PENYUSUNAN RPP iii


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 189


DAFTAR ISI

Halaman
Hal judul ..................................................................................................................... i
Identitas Penulis ................................................................................................................. ii
Kata Pengantar ................................................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iv

BABI PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 2
C. Sasaran ...................................................................................................... 2
D. Dasar Hukum .............................................................................................. 2

BABII PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 4


A. Pengertian RPP .......................................................................................... 4
B. Prinsip Penyusunan RPP ........................................................................... 4
C. Komponen dan Format RPP .................................................................... 6
D. Penulisan Isi Setiap Komponen ............................................................. 8

BABIII PENUTUP ........................................................................................................ 19

DaftarPustaka ..................................................................................................................... 20

iv PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

190 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Tahapan terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses


pembelajaran yang diselenggarakan di dalam dan/atau di luar kelas untuk membantu
peserta didik mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam
Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengahdisebutkan bahwa salah satu prinsip pembelajaran yang penting dalam
Kurikulum 2013 adalah peserta didik mencari tahu bukan diberi tahu. Prinsip ini
merujuk pada konsep pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student active
learning). Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif
mencari, mengolah, mengonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong
untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan
berupaya keras mewujudkanide-idenya.

Untuk menjamin terlaksananya prinsip di atas, guru perlu mempersiapkan proses


pembelajaran dengan sebaik-baiknya.Dalam hal ini, guru harus merencanakan
pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran pada Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan.
Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi pembelajarandan model-
model pembelajaran yang mengembangkan pembelajaran siswa aktif. Model
pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri,
sintak, pengaturan, dan budaya misalnyacproject-based learning, problem-based
learning,dancinquiry/discovery learning. Dengan model-model ini gurucdiharapkan
dapat mengarahkan peserta didik untuk aktif mencari tahu dan membangun
pengetahuan baru yang dipelajari.

Ada berbagai kegiatan persiapan yang wajib dilakukan guru sebelum memulai
proses pembelajaran, mulai dari membaca buku-buku referensi untuk memperluas
wawasan, mengidentifikasi sumber-sumber belajar yang relevan, dan menentukan
langkah-langkah pembelajaran, sampai dengan menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).

Penyusunan RPP bukan hanya sekedar urusan persiapan administratif seperti yang
diyakini sebagian guru, melainkan kegiatan yang melekat pada pembelajaran sebagai
sebuah proses.Dalam perspektif manajemen, kegiatan perencanaan selalu
mendahului kegiatan pencapaian tujuan.Penyusunan dan pengembangan RPP dapat
dilakukan oleh guru secara mandiri maupun secara berkelompok.Acuan pertama dari
penyusunan RPP adalah silabus dan standar isi.

RPP dikembangkan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran.Ini
dimaksudkan agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan
pembelajaran.Sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu untuk menerbitkan
panduan penyusunan RPP yang secara rinci dapat menjadi petunjuk operasional
bagaimana komponen-komponen RPP disusun dalam format yang tertatalengkap.

PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 191


B. TujuanPanduan

Panduan ini disusun agar dapat digunakan sebagai rujukan operasional bagi:
1. Guru secara individual dan kelompok dalam mengembangkancRPP;
2. Kepala sekolah untuk kepentingan mengarahkan guru-guru dalam menyusunxRPP;
3. Pengawas untuk memantau dan mengontrol kualitas RPP yang disusun olehxguru;
4. Dinas Pendidikan atau Kantor Kementerian Agama Provinsi dan Kabupaten/Kota
sesuai dengan kewenangannya dalam melaksanakan supervisipembelajaran.

C. Sasaran
Sasaran panduan ini mencakup pihak-pihak sebagai berikut:
1. Guru secara individual ataukelompok.
2. Pimpinan satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, walikelas).
3. Pengawas.
4. Dinas Pendidikan atau Kantor Kementerian Agama Propinsi dan Kabupaten/Kota.

D. DasarHukum

Panduan ini dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan di bawah ini sebagai


dasar hukumnya.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4301);
2. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen;
3. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Nasional Tahun2005-2025;
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
5. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2005, tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 5410); dan telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar danMenengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar
dan PendidikanMenengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62
Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler
Wajib pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan PendidikanMenengah.

PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

192 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2015 Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik, Penyelenggaraan Ujian Nasional,
dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada
SMP/MTs atau yang Sederajat dan SMA/MA/SMK atau yangSederajat
13. Surat Edaran Mendikbud Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tanggal 08 November
2013 Tentang Implementasi KURIKULUM2013;
14. Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri RI dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor: 420/176/SJ dan Nomor: 0258/MPK.A/KR/2014, Hal:
Implementasi Kurikulum2013.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang
Standar Penilaian Pendidikan
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 Tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar
dan Menengah.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 193


BAB II
PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016


Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka
untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
RPP yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan
buku panduan guru.

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis sebagai langkah awal dari proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan efisien dalam rangka mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat
tinggi. RPP disusun berdasarkan serangkaian KD yang dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Penyusunan RPP ini dilakukan pada setiap awal semester atau
awal tahun pelajaran, namun perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan.

Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok melalui
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di sekolah/madrasah.Sebaiknya hal ini
dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah atau guru
senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah/madrasah.Pengembangan RPP yang
dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau
antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau Dinas Pendidikan
atau Kantor Kementerian Agama setempat.

B. Prinsip PenyusunanRPP

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan serangkaian prinsip yang
harus diperhatikan guru dalam menyusun RPP.

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat


intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik. Sebagai contoh guru menggunakan secara
bergantian penayangan video klip, poster, aktivitas fisik, dramatisasi atau bermain
peran sebagai teknik pembelajaran karena gaya belajar setiap siswa berbeda-beda.

PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

194 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


2. Berpusat pada peserta didik
Guru yang menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik pertama-
tama memperlakukan siswa sebagai subyek didik atau pembelajar. Dilihat dari
sudut pandang peserta didik, guru bukanlah seorang intruktur, pawang, komandan,
atau birokrat. Guru bertindak sebagai pembimbing, pendamping, fasilitator,
sahabat, atau abang/kakak bagi peserta didik terutama dalam mencapai tujuan
pembelajaran yakni kompetensi peserta didik. Oleh karena itu guru seyogyanya
merancang proses pembelajaran yang mampu mendorong, memotivasi,
menumbuhkan minat dan kreativitas peserta didik. Hak ini dapat berjalan jika
seorang guru mengenal secara pribadi siapa (saja) siswanya, apa mimpi-mimpinya,
apa kegelisahannya, passion-nya, dan sebagainya.

3. Berbasis konteks
Pembelajaran berbasis konteks dapat terwujud apabila guru mampu
mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai sumber belajar lokal (setempat), guru
mengenal situasi dan kondisi sosial ekonomi peserta didik, mengenal dan
mengedepankan budaya atau nilai-nilai kearifan lokal, tanpa kehilangan wawasan
global. Sebagai contoh nilai gotong royong di Jawa atau pela gandong di Maluku
dapat dijadikan inspirasi mengembangkan proses dan kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran juga dapat dimulai dari apa yang sudah diketahui oleh peserta didik
sesuai dengan konteksnya dan baru pada konteks yang lebih luas.

4. Berorientasi kekinian
Ini adalah pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan nilai-nilai kehidupan masa kini.Guru yang berorientasi kekinian
adalah guru yang “gaul”, tidak “gaptek”, “melek informasi”, bahkan sebaiknya
well informed, selalu meng-update dan meng-up grade ilmu pengetahuan yang
menjadi bidangnya, termasuk teori-teori dan praktik baik di bidang
pendidikan/pembelajaran. Dengan demikian rancangan pembelajaran yang
dikembangkan guru dapat menjadi inspirasi bagi siswa dana abagi guru-uru yang
lain.

5. Mengembangkan kemandirian belajar


Guru yang mengembangkan kemandirian belajar (siswa) selalu akan berusaha agar
pada akhirnya siswa berani mengemukakan pendapat atau inisiatif dengan penuh
percaya diri. Di samping itu guru tersebut juga selalu mendorong keberanian siswa
untuk menentukan tujuan-tujuan belajarnya, mengeksplorasi hal-hal yang ingin
diketahui, memanfaatkan berbagai sumber belajar, dan mampu menjalin kerja sama,
berkolaborasi dengan siapa pun. Idealnya semuau ini tercermin dalam rencana
kegiatan pembelajaran siswa.

6. Memberi umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran


RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.

7. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atauantarmuatan


RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.RPP disusun dengan mengakomodasi pembelajaran tematik,

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 5


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 195


keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

8. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi


Kegiatan pembelajaran dalam RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif
sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagai contoh ketika guru menugasi siswa
mengeksplorasi sumber-sumber pengetahuan lewat internet, guru harus bias
menunjukkan kepad siswa alamat situs-situs web atau tautan (link) yang
mengarahkan siswa pada sumber yang jelas, benar, dan bertanggungjawab.

C. Komponen dan Format RPP

Komponen dan sistematika RPP berikut mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.

1. KomponenRPP

a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;


b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi;
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti,
dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.

2. Format RPP

Komponen-komponen yang sudah disebutkan di atas secara operasional


diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.

6 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

196 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP...)
Sekolah :
Mata Pelajaran :
Kelas/ Semester :
Materi Pokok :
Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
C. Tujuan Pembelajaran
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran reguler
2. Materi pembelajaran pengayaan
3. Materi pembelajaranp remedial
E. Metode Pembelajaran
F. Media dan Bahan
G. Sumber Belajar
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan pertama
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan Kedua
….
Dst…

I. Penilaian
1. Teknik penilaian
a. Sikap spiritual
b. Sikap sosial
c. Pengetahuan
d. Keterampilan
2.Pembelajaran Remedial
3. Pembelajaran Pengayaan

………, ......, .......................


Mengetahui
Kepala SMP Guru Mata Pelajaran

______________________________ ______________________
NIP. ... NIP. ...

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 7


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 197


D. Penulisan Isi Setiap Komponen

Pada bagian awal sudah ditekankan bahwa RPP dikembangkan secara rinci
mengacu pada KI-KD, silabus dan bahan ajar. RPP terdiri atas komponen KI,
KD, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, media,
sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.Masing-masing komponen saling berhubungan secara logis
sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Sebagian besar komponen silabus
dapat langsung digunakan dalam pengisian komponen-komponen RPP. Berikut
ini adalah petunjuk penyusunan RPP untuk setiap komponen sesuai dengan
format di atas.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : … (Isilah dengan nama sekolah)


Mata Pelajaran : ... (Isilah dengan nama mata pelajaran)
Kelas/Semester : … (Isilah dengan jenjang kelas dan semester)
Materi Pokok : ... (Isilah dengan pokok bahasan)
Alokasi Waktu : … (Misal: 3 Pertemuan (6 JP))

A. Kompetensi Inti
Petunjuk: Tulis keempat KI dari Permendikbud No.24 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013.

CONTOH

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri,
peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret
dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang teori.

8 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

198 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Petunjuk:
1. Tuliskan Kompetensi Dasar sesuai dengan yang tertera Permendikbud No.24
Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013.
2. Rumuskan 2 (dua) atau lebih indikator pencapaian kompetensi untuk setiap
KD.
3. Indikator pencapaian kompetensi berupa: (a) perilaku (tercermin dalam kata
kerja) yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk kompetensi dasar (KD)
pada kompetensi inti (KI)-3 dan KI-4; dan (b) perilaku yang dapat diobservasi
untuk disimpulkan sebagai pemenuhan KD pada KI-1 dan KI-2.
4. Pola atau rumus menuliskan indikator adalah “kata kerja (menjelaskan,
membedakan, menganalisis, dan sebagainya) + kata benda (pengetahuan atau
isi, atau materi pembelajaran)”. Contoh: Membedakan makhluk hidup dan
mahkluk tidak hidup; menganalisis fenomena perpindahan penduduk dari desa
ke kota; mengevaluasi (menilai) interaksi sosial warga masyarakat di daerah
tertentu”, dan sebagainya.
5. Kendati indikator merupakan jabaran dari KD, guru dapat merumuskan
indikator dengan kata kerja (proses kognitif atau kecakapan berpikir) yang
lebih kompleks daripada KD. Misalnya KD 3 menggunakan kata
kerja“memahami”, maka guru dapat merumuskan indikatornya dengan kata
kerja antara lain “menjelaskan, membedakan, memberi contoh,
mengklasifikasikan, membuat ikhtisar, menuliskan dengan kata-kata sendiri”.
6. Di samping berisi kata kerja yang mencerminkan “perilaku”, Indikator KD
juga berisi kata benda yakni pengetahuan, atau materi, atau isi pembelajaran.
Contoh, “siswa dapat membedakan ciri-ciri makhluk hidup dan tidak
hidup”. Dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), pengetahuan
pembelajaran ini dibedakan menjadi pengetahuan faktual, konseptual,
procedural, dan metakognitif.
CONTOH
KD Indikator
KD dari KI-1 (bila ada) Tulis 2 (dua) atau lebih indikator pencapaian
kompetensi (bila ada KD-nya).
KD dari KI-2 (bila ada) Tulis 2 (dua) atau lebih indikator pencapaian
kompetensi (bila ada KD-nya).
KD dari KI-3 Tulis 2 (dua) atau lebih indikator pencapaian
kompetensi.
KD dari KI-4 Tulis 2 (dua) atau lebih indikator pencapaian
kompetensi.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Sama seperti indikator, tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan KD,
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, danketerampilan.
2. Pola atau rumusan tujuan pun pada pokoknya sama dengan indikator (kata
kerja + kata benda). Lengkapnya sering disebut dengan rumus ABCD. A

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 9


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 199


adalah audience atau peserta didik, B adalah behaviour atau perilaku (kata
kerja), C adalah Condition atau keadaan yang harus dipenuhi, dan D adalah
degree atau batas minimal tingkat keberhasilan.
3. Biasanya C (conditioning) diletakkan di awal rumusan tujuan, diikuti dengan
unsur-unsur lain yakni Audience, Behaviour, dan Degree. Contoh rumusan
tujuan pembelajaran “Setelah menyelesaikan serangkaian kegiatan
pembelajaran, peserta didik dapat menjelaskan konsep fotosintesis dengan
menggunakan bahasanya sendiri”
4. Dalam hal indikator pencapaian kompetensi sangat spesifik dan tidak dapat
diuraikan lagi, rumusan tujuan pada pokoknya sama dengan rumusan
indikator.
5. Tujuan pembelajaran dirumuskan untuk tiap-tiap pertemuan.

CONTOH:
Pertemuan pertama
Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
1. ...
2. ...
3. ...
Dst.

Pertemuan kedua

Setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:


1. ...
2. ...
3. ...
Dst…

Fokus penguatan karakter:


(Tulis satu, dua, atau tiga nilai sikap utama yang hendak secara terencana
ditanamkan/ditumbuhkan melalui pembelajaran yang direncanakan melalui
RPP ini.Nilai-nilai sikap utama yang dimaksud adalah nilai-nilai sikap
sebagaimana terkandung dalam kompetensi inti sikap spiritual dan sikap
sosial serta nilai-nilai utama yang diprioritaskan oleh pemerintah dan satuan
pendidikan yang bersangkutan.Nilai-nilai yang dijadikan fokus dipilih
berdasarkan kesesuaiannya dengan materi/kompetensi yangdibelajarkan
dan/atau metode pembelajaran yang diterapkan.Butir nilai sikap dituliskan
dalam kata benda).

Contoh: kejujuran, kekedulian

D. Materi Pembelajaran

Petunjuk:

1. Tulis tema/sub-tema/jenis teks dan/atau butir-butir materi yang dicakup untuk


materi pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial.

10 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

200 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


2. Butir-butir materi yang dimaksud harus relevan dengan indikator pencapaian
kompetensi yang dapat berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
atau metakognitif sesuai tuntutan KD.

CONTOH (Bahasa Inggris)


1. Materi pembelajaran reguler
Tulis tema/sub-tema/jenis teks dan/atau butir-butir materi sebagaimana
dicakup oleh KD.
a. Teks ... (contoh teks terlampir)
b. Fungsi sosial teks ... (uraian singkat terlampir)
c. Struktur teks ... (uraian singkat terlampir)
d. Grammar: ... (uraian singkat terlampir)
e. Kosakata terkait dengan tema ... (contoh daftar kata terlampir)
f. Tanda baca/pengucapan/intonasi ... (uraian singkat terlampir)

2. Materi pembelajaran pengayaan


Tulis sejumlah butir materi (kompetensi) pengayaan/perluasan/pendalaman
dari yang dicakup oleh materi pembelajaran reguler.
a. Grammar: ... (uraian singkat terlampir)
b. Kosa kata terkait dengan tema ... (contoh daftar kata terlampir)
c. Tanda baca/pengucapan/intonasi ... (uraian singkat terlampir)

3. Materi pembelajaran remedial


Tulis sejumlah butir materi reguler yang diperkirakan sulit dikuasai oleh
sebagian/seluruh peserta didik.
a. Grammar: ...
b. Kosakata terkait dengan tema ...

E. Metode Pembelajaran

Petunjuk:
1. Tulis satu atau lebih metode pembelajaran yang diterapkan.
2. Metode pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran aktif yang efektif dan efisien
memfasilitasi peserta didik mencapai indikator-indikator KD beserta kecakapan abad
21.

CONTOH
Pembelajaran dengan METODE SAINTIFIK.

F. Media dan Bahan

Petunjuk:
1. Media
Tulis spesifikasi semua media pembelajaran (video/film, rekaman audio, model,
chart, gambar, realia, dsb.).

CONTOH
a. Video klip/film: Judul. Tahun. Produser. (Tersedia di situs internet lengkap
dengan tanggal pengunduhan)

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 11


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 201


b. Rekaman audio: Judul. Tahun. Produser. (Tersedia di situs internet lengkap
dengan tanggal pengunduhan)
c. Model: Nama model yang dimaksud
d. Gambar: Judul gambar yang dimaksud
e. Realia: Nama benda yang dimaksud

2. Bahan
Tulis spesifikasi (misalnya nama, jumlah, ukuran) semua bahan yang diperlukan.

G. Sumber Belajar

Petunjuk:
Tulis spesifikasi semua sumber belajar (buku siswa, buku referensi, majalah, koran, situs
internet, lingkungan sekitar, narasumber, dsb.).

CONTOH
1. Buku siswa: Nama pengarang. Tahun penerbitan. Judul buku. Kota penerbitan:
Penerbit (halaman)
2. Buku referensi: Nama pengarang. Tahun penerbitan. Judul buku. Kota penerbitan:
Penerbit (halaman).
3. Majalah: Penulis artikel. Tahun terbit. Judul artikel. Nama majalah, Volume, Nomor,
Tahun, (halaman).
4. Koran: Judul artikel, Nama koran, Edisi (tanggal terbit), Halaman, Kolom
5. Situs internet: Penulis. Tahun. Judul artikel. (Tersedia di situs internet lengkap dengan
tanggal pengunduhan)
6. Lingkungan sekitar: Nama dan lokasi lingkungan sekitar yang dimaksud
7. Narasumber: Nama narasumber yang dimaksud beserta bidang keahlian dan/atau
profesinya
8. Lainnya (sesuai dengan aturan yang berlaku)

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Petunjuk:
1. Tulis kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan yang mencakup kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
2. Kegiatan pembelajaran pada KEGIATAN PENDAHULUAN dan KEGIATAN
PENUTUP ditulis dalam rumusan kegiatan yang dilakukan oleh guru yang DAPAT
dilengkapi dengan rumusan kegiatan peserta didik secara terintegrasi – tidak dalam
kalimat terpisah.
3. Kegiatan pembelajaran pada KEGIATAN INTI ditulis dalam rumusan kegiatan peserta
didik YANG DAPAT dilengkapi dilengkapi dengan rumusan kegiatan guru – dalam
kalimat terpisah.
4. Langkah-langkah dan aktivitas pembelajaran pada KEGIATAN INTI menyesuaikan
sintaks dan prinsip-prinsip belajar dari metode yang diterapkan.
5. Tulis jumlah JP untuk setiap pertemuan dan alokasi waktu untuk kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup.

12 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

202 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


CONTOH

1. Pertemuan Pertama: 2 JP

a. Kegiatan Pendahuluan (8 menit)

CONTOH

1) Guru … untuk mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.


2) Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya,
yaitu … dengan cara ….
3) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu … dan
menunjukkan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ….
4) Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan, yaitu ….
5) Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu … dan teknik penilaian yang
akan digunakan, yaitu ….

b. Kegiatan Inti (60 menit)

Contoh metode pembelajaran dengan METODE SAINTIFIK:

 Mengamati
Misal: Peserta didik mengamati gunung Merapi yang meletus yang disajikan
melalui tayangan video dan mencatat apa saja yang belum diketahui terkait
dengan fenomena meletusnya gunung Merapi (IPS); menyaksikan video
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan mencatat apa saja yang belum
diketahui terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman (untuk
IPA), …

Catatan:

Fenomena yang diamati oleh peserta didik dapat berupa fenomena


sebagaimana adanya di alam (pada situasi alami) dan/atau dalam bentuk
model, gambar/foto, teks, grafik/tabel, diagram, charta, audio, video, dan/atau
animasi.

 Menanya
Misal: Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang hal-hal yang belum
diketahui terkait dengan meletusnya gunung Merapi (untuk IPS), pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (untuk IPA), …

Pertanyaan 1: … (pengetahuan faktual)


Pertanyaan 2: … (pengetahuan faktual)
Pertanyaan 3: … (pengetahuan faktual)
Pertanyaan 4: … (pengetahuan konseptual)
Pertanyaan 5: … (pengetahuan konseptual)
Pertanyaan 6: … (pengetahuan konseptual)

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 13


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 203


Pertanyaan 7: … (pengetahuan prosedural)
Pertanyaan 8: … (pengetahuan metakognitif)
Pertanyaan …

 Mengumpulkan informasi/data/mencoba – menalar/mengasosiasi –


mengomunikasikan 1 (MISALNYA untuk pertanyaan 1, 2, dan 3)

Misal IPS: Peserta didik mewawancarai ahli kegunungapian dan/atau


membaca buku siswa halaman … untuk mengetahui kapan gunung Merapi
meletus (tahun berapa saja dan dalam periode berapa tahunan), korban letusan
terdahsyat, dan tanda-tanda gunung Merapi akan meletus (fenomena gunung
meletus). Kemudian peserta didik menuliskannya pada selembar kertas untuk
ditempelkan pada papan pajang pekerjaan peserta didik.

c. Kegiatan Penutup (12 menit)


 Guru memfasilitasi peserta didik membuat butir-butir simpulan mengenai ….
 Guru bersama-sama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran (yaitu kegiatan mengamati …,
merumuskan pertanyaan, mengumpulkan informasi dengan cara …, menjawab
pertanyaan dengan informasi yang diperoleh, dan mengomunikasikan jawaban
dengan cara ….
 Guru guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil
pembelajaran dengan cara ….
 Guru menyampaikan kegiatan belajar yang dikerjakan sebagai PR yaitu ….
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya, yaitu ….

2. Pertemuan Kedua: 2 JP
a. Kegiatan Pendahuluan (8 menit)

CONTOH

1) Guru mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan ….


2) Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya,
yaitu … dengan cara ….
3) Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran dan penilaian yang akan
dilakukan, yaitu ….

b. Kegiatan Inti (60 menit)

CONTOH (LANJUTAN DENGAN METODE SAINTIFIK):

 Mengumpulkan informasi/data/mencoba – menalar/mengasosiasi –


mengomunikasikan 2 (MISALNYA untuk pertanyaan 4 dan 5)

 Mengumpulkan informasi/data/mencoba – menalar/mengasosiasi –


mengomunikasikan 3 (MISALNYA untuk pertanyaan

 Dst.

14 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

204 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


c. Kegiatan Penutup (12 menit)

 Guru memfasilitasi peserta didik (a) membuat butir-butir simpulan mengenai


….
 Guru bersama dengan peserta didik mengidentifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran (yaitu kegiatan mengumpulkan informasi
dengan cara …, menjawab pertanyaan dengan informasi yang diperoleh
dengan …, dan mengomunikasikan jawaban dengan cara ….
 Guru memberiumpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran
dengan cara ….
 Guru melakukan melakukan penilaian dengan teknik ….
 Guru menyampaikan kegiatan belajar yang dikerjakan sebagai PR yaitu ….
 Guru memberitahukan kegiatan belajar yang akan dikerjakan pada pertemuan
berikutnya, yaitu ….

3. Pertemuan Ketiga: 2 JP

a. Kegiatan Pendahuluan (8 menit)

CONTOH

1) Guru mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan dengan ….


2) Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya,
yaitu … dengan cara ….
3) Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran dan penilaian yang akan
dilakukan, yaitu ….

b. Kegiatan Inti (60 menit)

CONTOH (pembelajaran dengan pendekatan saintifik):

 Mengumpulkan informasi/data/mencoba – menalar/mengasosiasi –


mengomunikasikan 4 (MISALNYA untuk pertanyaan 7 dan 8)

 Mencipta
Misal: Peserta didik membuat petunjuk tindakan menjelang, saat, dan paska
letusan gunung api (IPS); merumuskan gagasan pembudidayaan tanaman yang
cepat pertumbuhan dan perkembangannya (IPA); …

c. Kegiatan Penutup (12 menit)

 Guru bersama-sama peserta didik membuat butir-butir simpulan terkait ….


 Guru bersama-sama peserta didikmelakukan identifikasi kelebihan dan
kekurangan kegiatan pembelajaran (yaitu kegiatan mengumpulkan informasi
dengan cara …, menjawab pertanyaan dengan informasi yang diperoleh
dengan …, dan mengomunikasikan jawaban dengan cara …; serta mencipta

 Guru melakukan penilaian dengan teknik ….

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 15


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 205


 Guru memberitahukan pembelajaran remedi, yaitu …
 Guru memberitahukan pembelajaran program pengayaan, yaitu …
 Guru memberitahukan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya,
yaitu ….

I. Penilaian

1. Teknik penilaian

a. Sikap spiritual
Tulis satu atau lebih teknik penilaian sikap spiritual dan tuangkan dalam tabel.

CONTOH

No. Teknik Bentuk Contoh Butir Waktu Keterangan


Instrumen Instrumen Pelaksanaan
Observasi Jurnal Lihat Lampiran ... Saat Penilaian untuk
pembelajaran dan pencapaian
berlangsung pembelajaran
(assessment for
and of learning)
Penilaian Lihat Lampiran ... Saat Penilaian sebagai
diri pembelajaran pembelajaran
usai (assessment as
learning)
Penilaian Lihat Lampiran ... Setelah Penilaian sebagai
antar pembelajaran pembelajaran
teman usai (assessment as
learning)

b. Sikap sosial
Tulis satu atau lebih teknik penilaian sikap sosial dan tuangkan dalam tabel.

CONTOH

No. Teknik Bentuk Contoh Butir Waktu Keterangan


Instrumen Instrumen Pelaksanaan
Observasi Jurnal Lihat Lampiran ... Saat Penilaian untuk
pembelajaran dan pencapaian
berlangsung pembelajaran
(assessment for
and of learning)
Penilaian Lihat Lampiran ... Saat Penilaian sebagai
diri pembelajaran pembelajaran
usai (assessment as
learning)

16 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

206 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


Penilaian Lihat Lampiran ... Setelah Penilaian sebagai
antar pembelajaran pembelajaran
teman usai (assessment as
learning)

c. Pengetahuan

No. Teknik Bentuk Contoh Butir Waktu Keterangan


Instrumen Instrumen Pelaksanaan
Lisan Pertanyaan Lihat Lampiran Saat Penilaian
(lisan) dengan ... pembelajaran untuk
jawaban berlangsung pembelajaran
terbuka (assessment for
learning)
Penugasan Pertanyaan Lihat Lampiran Saat Penilaian
dan/atau ... pembelajaran untuk
tugas tertulis berlangsung pembelajaran
berbentuk (assessment for
esei, pilihan learning) dan
ganda, benar- sebagai
salah, pembelajaran
menjodohkan, (assessment as
isian, learning)
dan/atau
lainnya
Tertulis Pertanyaan Lihat Lampiran Setelah Penilaian
dan/atau ... pembelajaran pencapaian
tugas tertulis usai pembelajaran
berbentuk (assessment of
esei, pilihan learning)
ganda, benar-
salah,
menjodohkan,
isian,
dan/atau
lainnya

d. Keterampilan

No. Teknik Bentuk Contoh Butir Waktu Keterangan


Instrumen Instrumen Pelaksanaan
Praktik Tugas Lihat Lampiran Saat Penilaian untuk,
(keterampilan) ... pembelajaran sebagai,
berlangsung dan/atau
dan/atau pencapaian
setelah usai pembelajaran
(assessment for,
as, and of
learning)

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 17


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 207


Produk Tugas Lihat Lampiran Saat Penilaian untuk,
(keterampilan) ... pembelajaran sebagai,
berlangsung dan/atau
dan/atau pencapaian
setelah usai pembelajaran
(assessment for,
as, and of
learning)
Proyek Tugas besar Lihat Lampiran Selama atau Penilaian untuk,
... usai sebagai,
pembelajaran dan/atau
berlangsung pencapaian
pembelajaran
(assessment for,
as, and of
learning)
Portofolio Sampel Saat Penilaian untuk
produk terbaik pembelajaran pembelajaran
dari tugas atau usai dan sebagai
proyek data untuk
penulisan
deskripsi
pencapaian
keterampilan

2. Pembelajaran Remedial
Tulis kegiatan pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
• pembelajaran ulang
• bimbingan perorangan
• belajar kelompok
• pemanfaatan tutor sebaya
bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis
penilaian.

3. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan
belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman
materi (kompetensi) antara lain dalam bentuk tugasmengerjakan soal-soal dengan
tingkat kesulitan lebih tinggi, meringkas buku-buku referensi dan mewawancarai
narasumber.
………., ......, .......................
Mengetahui
Kepala SMP

______________________________
NIP. ...

18 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

208 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


BAB III
PENUTUP

Salah satu indikator utama keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 adalah


tercapainya efektivitas pembelajaran, yakni tercapai tujuan pembelajaran oleh peserta
didik secara optimal. Hal ini terlaksana apabila guru mampu menyusun persiapan
pelaksanaan pembelajaran secara sungguh-sungguh.

Panduan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi para pendidik agar dapat
menyusun RPP beserta lampiran-lampiran kelengkapannya.Dih arapkan panduan ini
juga dapat dijadikan bahan diskusi di antara para pendidik agar dapat memberi masukan
bagi penyusun agar panduan ini menjadi lebih operasional atau lebih mudah untuk
dipahami para pendidik. Lebih lanjut diharapkan panduan ini dapat membantu
meningkatkan kompetensi pedagogis para pendidik.

Semoga para pendidik diberi kemudahan dalam memahami panduan ini dan
menerapkannya untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran. Pada akhirnya, peserta
didik dapat mencapai kompetensi setiap mata pelajaran secara bermakna, luas, dan
mendalam serta dapat menerapkannya pada berbagai konteks kehidupan sesuai dengan
semangat Kurikulum 2013. Dengan demikian, upaya peningkatan mutu pendidikan yang
berkeadilan dapat tercapai.

PANDUAN PENYUSUNAN RPP 19


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 209


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil
Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013.

20 PANDUAN PENYUSUNAN RPP


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

210 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd


TENTANG PENULIS

Moh Sutomo, adalah dosen tetap pada


Universitas Negeri (UIN) Kiai Haji Ahmad
Siddiq Jember. lahir di Desa Kebonsari,
Yosowilangun, Lumajang. Anak ke-5 dari 6
bersaudara dari pasangan suami-istri almarhum
Bapak Saturi dan almarhum ibu Jamisih.
Pendidikan dasar dilalui pada Sekolah dasar Negeri (SDN) 01
Kebonsari lulus tahun 1984, melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Negeri (SMPN) 01 Yosowilangun lulus tahun 1987,
kemudian melanjutkan pada Sekolah Pendidikan Guru Negeri
(SPGN) Lumajang lulus 1991. Keinginan untuk melanjutkan
pendidikaan memang kuat, tetapi topangan ekonomi memang
berat tetap mampu menguatkan tekadnya. Tahun 1991 di
Jurusan Pendidikan Sejarah program S1 dan lulus tahun 1996.
Tahun 2004 melanjutkan pendidikan pada program Magister
pendidikan (MPd) pada program studi Teknologi Pembelajaran
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan lulus tahun 2006.
Tahun 2012 melanjutkan pendidikaan pada program doktor (Dr)
pada prodi Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang
dan lulus tahun 2015.
Pengalaman kerja dimulai sebagai guru pegawai negeri sipil
(PNS) pada tahun 1998 di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 02 Candipuro sampai tahun 2003. Pada tahun 2003
sampai 2016 pindah tugas sebagai guru di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 02 Yosowilangun. Kemudian tahun

Perencanaan Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) 211


2016 pindah tugas ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember
yang sekarang sudah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN)
Kiai Haji Ahmad Siddiq Jember sampai sekarang. Pengalaman
mengajar tersebut, juga aktif mengajar dibeberapa Perguruan
Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) antara lain IAIS
Wonorejo lumajang sejak tahun 2006-2015, INAIFAS Kencong
sejak tahun 2008 sampai sekarang, dan STAI Bustanul Ulum
Yosowilangun Lumajang tahun 22008 sampai sekarang. Sejak
tahun 2019 menjadi tenaga pengajar di program pascasarjana
Universitas Terbuka Jember.
Buku Perencanaan Pembelajaran IPS merupakan sebagaian
buku yang di tulis untuk referensi dari mata kuliah perencanaan
pembelaajaran IPS pada prodi Tadris IPS. Buku lainnya yang sudah
ditulis adalah Pengembangan Kurikulum IPS yang merupakan
buku referensi dari mata kuliah pengembangan kurikulum pada
prodi tadris IPS di UIN Khas Jember.

212 Dr. Moh. Sutomo, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai