Anda di halaman 1dari 49

KEWASPADAAN STANDAR

(STANDARD PRECAUTION)
PP PERDALIN - PROJECT HOPE
FEBRUARI 2023
•Mampu memahami
1 kewaspadaan isolasi di
pelayanan kesehatan
TUJUAN
PEMBELAJARAN •Mampu memahami
2 kewaspadaan standar
di pelayanan kesehatan
PENDAHULUAN

WHO
‘an infection occuring in a patient during the process of care in a
hospital or other healthcare facility which was not present or
incubating at the time of admission
HAIs Include infection acquired in the hospital but appearing after
discharge,and also occupational infections among the staff of the
facility’

Infeksi yg terjadi pada pasien selama perawatan dirumah sakit


atau Pelayanan Kesehatan lain, yang belum tampak atau tidak
Pengganti infeksi dalam masa inkubasi pada saat pasien masuk
nosokomial 2007
Termasuk juga infeksi yang didapatkan pasien selama masa
perawatan di RS atau pelayanan Kesehatan, yg baru muncul
setelah pasien keluar, maupun infeksi pada staf RS
KEWASPADAAN ISOLASI
1. KEWASPADAAN
STANDAR
KEWASPADDAN
ISOLASI Dilakukan saat melayani setiap pasien ,
tanpa melihat Jenis Infeksi atau penyakit
pasien
PENGGUNAAN
SURVEILANCE
AB YANG BIJAK

PROGRAM
PPI

2. KEWASPADAAN BERDASARKAN
TRANSMISI
PENCEGAHAN PENDIDIKAN
INFEKSI LATIHAN Harus dilakukan sebagai tambahan setelah
diketahui atau diduga ada infeksi
TUJUAN KEWASPADAAN ISOLASI

Memutus mata rantai infeksi

Pasien Pasien

Lingkungan

Pengunjung Petugas
SIAPA YANG MELAKSANAKAN
KEWASPADAAN ISOLASI ?

Semua individu
di FASYANKES

HH Penempatan pasien
APD Pemrosesan peralatan pasien
Lingkungan Semua Penanganan linen
Perlindungan kesehatan Karyawan
Etika batuk individu
Limbah Penyuntikan yang aman

Praktik lumbal punksi

Perawat dan Dokter


Dokter
Kewaspadaan Isolasi
Kewaspadaan Standar Kewaspadaan Transmisi

1. Hand hygiene
2. Respiratory hygiene and cough etiquette
3. Patient placement
4. Personal protective equipment
5. Aseptic technique
6. Safe injections and sharps injury prevention
7. Environmental cleaning
8. Handling of laundry and linen
9. Waste management
10. Decontamination and reprocessing of
reusable patient care items and equipment

WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022


1 Hand Hygiene
• Panduan: WHO
• 6 Langkah, 5 momen
• Dianjurkan untuk merawat tangan dengan memberi lotion atau krim pelembab
• Lakukan audit untuk menilai kepatuhan petugas dalam kebersihan tangan
• Jangan pakai kuku palsu/ kuku panjang, perhiasan (cincin, gelang)

1. Handrubbing
2. Handwashing
• mencuci tangan dengan larutan berbasis • mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
alcohol • Dilakukan kapan saja terutama saat tangan terlihat kotor
• Dilakukan saat tangan tidak tampak ada • Cuci tangan 6 Langkah dengan sabun dan 6 Langkah pada
kotoran saat membilas dengan air (40 – 60 detik)
• Tuangkan larutan handrub secukupnya • Keringkan tangan dengan kain/ paper towel sekali pakai
untuk seluruh permukaan tangan • Matikan kran air menggunakan kain/ paper towel
• Lakukan Gerakan cuci tangan sampai tersebut
larutan kering (20 – 30 detik)
WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022
Te-lapak tangan
Pung-gung tangan
Sela sela jari
Ci- kunci tangan
Pu-tar
Put-tar ujung jari

6 Langkah kebersihan tangan:


• Handrub dilakukan 1 x sehingga perlu waktu 20 – 30 detik
• Handwash dilakukan 2 x; saat memakai sabun dan saat membilas dengan air, sehingga perlu waktu 40
– 60 detik
Respiratory Hygiene
&
Cough Etiquette
• Etiket batuk diberlakukan untuk semua orang dengan gejala
bersin atau batuk walaupun sedang tidak berpenyakit infeksi
respirasi (contoh: kondisi asma atau alergi)
• Petugas dengan gejala respirasi, tidak melayani/ merawat pasien
terutama pada pasien dengan risiko tinggi. Jika terpaksa harus
merawat pasien, maka kenakan masker.
• Etiket batuk efektif mencegah penularan terhadap transmisi
droplet (influenza virus, adenovirus, B. pertussis & Mycoplasma
pneumoniae).
Respiratory Hygiene
&
Cough Etiquette
Rekomendasi CDC:

1) Edukasi petugas kesehatan, pasien dan pengunjung


2) Buat poster/ spanduk tentang etiketi batuk
3) Gunakan tissue atau masker saat ada gejala flu
4) Lakukan cuci tangan setelah kontak dengan batuknya
5) Atur penempatan pasien dengan infeksi Saluran
pernafasan, idealnya > 3 feet (1 meter)

Target:

• Pasien, pengunjung & petugas kesehatan


Yang harus dilakukan Faskes untuk PPI Respirasi:
1. Visual Alerts (Peringatan Visual)
• Buat tanda peringatan (poster, spanduk, dsb) di tiap pintu
masuk (IGD, poliklinik, dsb) yang meminta pasien
melaporkan gejala infeksi respirasi seperti batuk kepada
petugas kesehatan pada saat datang ke faskes agar segera
dilakukan Tindakan Kebersihan Pernafasan/ Etiket Batuk
• Kebersihan Respirasi/ Etika Batuk:

2. Tekhnik etika batuk dan kebersihan pernafasan 3. Beri Masker & Pisahkan Pasien dengan Gejala
• Tutup mulut dan hidung dengan tissue saat batuk atau bersin. bersin/ Batuk
• Buang tissue ke tong sampah terdekat
• Bersihkan tangan dengan metode Handwashing atau
handrubbing setelah kontak dengan sekret saluran napas atau 4. Kewaspadaan Droplet
menyentuh benda yang terkontaminasi Petugas kesehatan mengenakan masker jika merawat/
Ø Faskes menyediakan tissue dan tempat sampah injak melayani pasien dengan gejala bersin/ batuk, terutama
Ø Faskes menyediakan hand-rub/ wastafel dengan sabun dan jika disertai gejala demam
paper towel
3 Penempatan Pasien

• Menempatkan atau mengatur jarak pasien berdasarkan


kewaspadaan transmisi (kontak, udara dan droplet)
• Tujuan: mencegah infeksi silang antar pasien, pengunjung &
petugas akibat penempatan pasien yang tidak sesuai

WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022


Penempatan Pasien Rawat Inap

• Single-patient rooms untuk pasien dengan infeksi kontak,


droplet & airborne (dilengkapi dengan tata udara)
• Cohorting: menggabungkan beberapa pasien
berdasarkan:
o Kolonisasi atau infeksi oleh kuman yang sama
o Diagnosis klinik/ data epidemiologi/ mode transmisi yang sama
o Tidak diperbolehkan untuk pasien dengan gangguan imunitas
o Dapat digunakan untuk mengendalikan KLB MDRO: MRSA, ESBL,
Pseudomonas aeruginosa, methicillin-susceptible Staphylococcus
aureus, adenovirus keratoconjunctivitis, rotavirus, dan SARS.
• Dilakukan jika pengendalian infeksi lainnya tidak berhasil mengatasi
KLB

Guideline for Isolation Precautions: Preventing Transmission of Infectious Agents in Healthcare Settings, CDC, 2007
PENEMPATAN PASIEN BERDASARKAN TRANSMISI

KONTAK DROPLET AIRBORNE

• HSV, MRSA, VRE, ESBL, HIV • RSV, Adenovirus, H5N1, ,H1N1 • TBC, SARSCoV, Varicella, measles,
(kontak darah & cairan tubuh) • Penularan melalui bicara, batuk, chickenpox, smallpox, moneypox
• APD yang dikenakan: sarung bersin • Penularan melalui bicara, batuk,
tangan & gaun • Ukuran partikel: > 5 µm bersin & Tindakan aerosol
• Pisahkan alat medis yang dipakai, • APD pasien & petugas: masker • Ukuran partikel: 0,1 µm
tidak berbagi dengan pasien lain bedah • APD: pasien masker bedah.
• 1 patient 1 room atau kohorting • Penempatan pasien: 1 patient 1 Petugas: masker N95
dengan jarak antar pasien > 1 room atau kohorting dengan jarak • Penempatan pasien: ruang
meter antar pasien > 1 meter tekanan negatif, jarak > 2 meter
• Rutin lakukan dekontaminasi • Edukasi etika batuk dan • Rutin lakukan dekontaminasi
permukaan di kamar pasien Kebersihan Respirasi pada pasien permukaan di kamar pasien
• Batasi kunjungan pasien • Rutin lakukan dekontaminasi • Batasi kunjungan pasien
permukaan di kamar pasien
• Batasi kunjungan pasien
Penempatan pasien rawat jalan
• Lakukan skrining pasien dengan tanda-tanda infeksi
menular di pintu masuk
• Pasang poster penyakit infeksi menular sehingga pasien
atau keluarganya dapat memberitahu petugas jika ada
gejala tersebut pada diri pasien
• Percepat pelayanan pasien dengan infeksi menular agar
tidak sempat menularkan ke orang lain selama menunggu
pelayanan
• Percepat pelayanan pasien dengan gangguan imun agar
tidak tertular pasien lain selama menunggu pelayanan
• Di ruang tunggu, buat jarak antar pasien > 1 meter

Guideline for Isolation Precautions: Preventing Transmission of Infectious Agents in Healthcare Settings, CDC, 2007
Transportasi Pasien
• Prinsip saat transport pasien berdasarkan
kewaspadaan transmisi:
1. Batasi transport pasien untuk keperluan tertentu yang
tidak dapat dilakukan di kamar pasien (contoh: foto
roentgen, ct-scan, dsb/ terapi)
2. Jika harus dipindahkan, gunakan pelindung pada pasien
(seperti masker, gaun, wrapping luka atau sumber
penularan
3. Beritahu petugas lainnya untuk persiapan PPI di tempat
tersebut
4. Jika pasien harus dibawa ke luar faskes, beritahukan
petugas ambulans dan faskes yang dituju tentang
kondisi infeksi menular pasien..

Guideline for Isolation Precautions: Preventing Transmission of Infectious Agents in Healthcare Settings, CDC, 2007
4 Alat Pelindung Diri (APD)

Yang harus dipahami petugas:


• Gunakan APD berdasarkan risk assessment
• Latih petugas untuk mengenakan dan melepas APD dengan benar
• Pastikan kesediaan APD yang berkualitas di tempat pelayanan
• Lepaskan dan buang APD saat keluar dari kamar pasien & segera
lakukan kebersihan tangan
• Buang dan ganti APD jika rusak/ robek, kotor atau basah

WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022


4 unsur yang harus dipenuhi tentang APD
1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan:
• a. Besar risiko pajanan
b. Dinamika transmisi.
1) Transmisi penularan COVID-19 adalah droplet dan kontak.
• 2) Transmisi airborne bisa terjadi bila ada tindakan AGP

2. Cara “ memakai “dengan benar

3. Cara “melepas” dengan benar

4. Cara menempatkan disposal setelah di pakai dengan benar


• wadah /ember bertutup /dengan pijakan kaki 3 buah
• Reuse : gaun lengan panjang,apron lengan panjang
• Disposable : masker,topi,sarung tangan,apron
• Pro dekontaminasi : face shield/googles,boot
Juknis APD selama wabah covid .Kemenkes .April.2020
APD - Sarung Tangan

• Kenakan sarung tangan saat melakukan Tindakan yang potensi terkena


darah, cairan tubuh atau pada kondisi KLB
• Lepaskan sarung tangan setelah selesai dari pasien
• Saurng tangan HANYA boleh dikenakan untuk melayani SATU PASIEN saja:
• Ganti sarung tangan di antara tindakan jika berpindah dari badan yang
terkontaminasi ke bagian badan yang lain
• Pemakaian sarung tangan tidak menggantikan cuci tangan
• Kenakan sarung tangan steril untuk Tindakan aseptik, -> operasi,
pemasangan kateter
• TIDAK DIPERBOLEHKAN melakukan reuse sarung tangan
WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022
INDIKASI PENGGUNAAN SARUNG TANGAN

PENGGUNAAN SARUNG TANGAN STERIL


Prosedur pembedahan, pemeriksaan vagina, Prosedur invasif pada tindakan radiologi, prosedur
vaskular accses dan central line, mempersiapkan total parenteral nutrisi dan kemoterapi.

INDIKASI PENGGUNAAN SARUNG TANGAN DI PELAY PERAWATAN :


Potensial terpajan darah, sekresi, ekskresi, cairan tubuh.
TINDAKAN KONTAK LANGSUNG :
Kontak dengan darah, mukosa membran dan kulit tidak utuh, pasien infeksius dan organisme berbahaya, insersi IV
dan removal, off infus, pemeriksaan vaginal
TINDAKAN KONTAK TIDAK LANGSUNG :
membersihkan waskoms; membersihkan instruments; mengelola limbah membersihkan cairan tubuh.

BUKAN INDIKASI PENGGUNAAN SARUNG TANGAN


Tidak potensial atau terpapar cairan tubuh
TINDAKAN KONTAK LANGSUNG :
Mengukur tensi ; suhu, Nadi; melakukan injeksi SC and IM, mengganti sprei atau baju pasien, transport patient; merawat mata atau hidung (tanpa sekresi);
Memperbaiki cairan infus atau tetesan infus.
TINDAKAN KONTAK TIDAK LANGSUNG: Penggunaan telephone, menulis status pasient; memberikan obat
oral, Distribusi diit pasiens; mengganti linen for patient bed; Tindakan non-invasive

WHO Glove Use Pyramid Diagram


APD - Gaun
• Kenakan gaun untuk melindungi kulit dan
mencegah baju terkontaminasi darah atau
cairan tubuh pasien
• Jika gaun tidak fluid-resistant, tambahkan apron yang
waterproof
• Lepaskan gaun segera setelah Tindakan selesai,
untuk yang disposibel, buang ke tempat sampah
medis. Jika gaun dari kain, tempatkan di linen
infeksius
• Lakukan cuci tangan

WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022


APD – Masker Medis
• Masker medis = masker bedah = masker
Tindakan
• Tujuan pemakaian:
• Untuk melindungi membrane mukosa terhadap
percikan cairan tubuh, sekresi pernafasan dan bahan
kimia
• Untuk melindungi pasien pada saat melakukan
Tindakan aseptik (saat Tindakan bedah atau lumbal
punksi)

WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022


APD – Masker Respirator
• Jenis masker: N95, FFP2
• Tujuan pemakaian:
• Melindungi dari inhalasi partikel airborne dan/atau pada
saat melakukan tindakan Aerosol Generating Procedure
(AGP)
• Intubasi trachea, non-invasive ventilation (e.g., BiLevel
positive airway pressure, continuous positive airway
pressure), trachesotomy, cardiopulmonary resuscitation, Fit Test Mask Kuantitatif
manual ventilation before intubation, bronchoscopy, sputum
induction by using nebulized hypertonic saline, dentistry and
autopsy procedures
• Lakukan FIT TEST saat pemakaian pertama kali dan
cek kerapatannya setiap saat akan memakainya
• Ganti masker jika tampak rusak, kotor, basah atau
jika nafas terasa sesak
Fit Test Mask Kualitatif

WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022


APD – Eye Protection
• Kacamata, goggles atau faceshield
• Untuk melindungi membrane mukosa mata selama tindakan yang
menghasilkan percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi
• Pastikan goggles yang dikenakan fit di sekitar mata atau sesuai dengan
ukuran kacamata pribadi
• Pastikan faceshield menutupi dahi sampai bawah dagu dan melindungi
seluruh wajah
• Faceshield lebih nyaman dikenakan untuk petugas berkacamata
Penggunaan Kembali dan
Dekontaminasi APD
APD Rekomendasi

• N95 tidak boleh di jemur bawah sinar matahari akan merusak material polypropylene.
• Dekontaminasi:menggantung di atas uap air panas dari air mendidih selama 10 menit,penetrasi baik, dapat
Masker N95 menurunkan fungsi filtrasi
• Sabun,Alkohol dan klorin TIDAK dianjurkan karena dapat menurunkan kapasitas penyaringan masker.
• Tidak rekomendasi untuk dire-use

Sepatu pelindung • Cuci dengan deterjen pada suhu 20 – 30 oC,disinfektan klorin ,bilas dengan air bersih,jemur.
Pelindung wajah dan • Dapat digunakan kembali setelah dibersihkan dengan lap dg air dan deterjen kemudian dengan larutan
mata disinfektan (klorin),bilas dengan air bersih,keringkan dengan dijemur/di lap bersih

• Tidak direkomendasikan oleh WHO. penggunaan kembali sarung tangan sekali pakai
Sarung tangan
• Sarung tangan diganti tiap berganti pasien.
• Gaun (kain atau yang sekali pakai) dapat dikenakan oleh petugas kesehatan saat merawat pasien terkonfirmasi
COVID-19 ;harus diganti bila akan merawat pasien non-COVID-19,pindah Gedung lain
Gaun • Gaun yang tampak kotor atau terkontaminasi cairan tubuh harus dicuci sesuai standard
• Pencucian gaun dilakukan pada suhu 52,7 – 71°C selama minimal 25 menit.
• Disinfektan yang digunakan adalah klorin dengan konsentrasi 1 : 99
PPI DASAR_2022 28
CDC Reverses Guidance on Testing for Fully Vaccinated People
Ralph Ellis
July 29, 2021
Even if they're not showing symptoms, fully vaccinated people should "get tested 3-5 days after exposure
to someone with suspected or confirmed COVID-19 and wear a mask in public indoor settings for 14 days
after exposure or until they receive a negative test result,"
• The following principles should be applied:
• Perform hand hygiene before putting on and after removing PPE.
• Use appropriate PPE: medical mask, eye protection (googles or face shield),
long-sleeved gown and medical gloves.(7, 40) .
• It is not necessary for health workers to wear boots, coveralls and aprons
during routine care.(7)
• Extended use of medical masks, respirators, gowns and eye protection can be
applied during the care of COVID- 19 patients in the context of PPE shortages,
as described in the WHO’s rational use of personal protective equipment.(40)
A new set of gown and gloves are needed after caring for a COVID-19 patient
who is additionally colonized or infected with a multi-drug resistant organism.
5 Teknik Aseptik
• Gunakan instrument steril untuk melakukan Tindakan aseptic
• Lakukan teknik aseptic pada:
• Insersi & perawatan peralatan invasive
• Tindakan bedah
• Perawatan luka
• Buat SOP tentang pengumpulan, pengiriman dan penanganan
instrument perawatan pasien yang terkontaminasi darah atau
cairan tubuh
• Hilangkan kotoran pada instumrn kritkal dan semi kritikal
menggunakan sabun sebelum dilakukan Disinfeksi Tingkat
Tinggi (DTT) & sterilisasi)
• Kenakan APD (sarung tangan dan gown) untuk mencegah
kontaminasi saat menangai instrumen
Penyuntikan yang Aman &
6 Pencegahan Tertusuk Jarum

http://www.depts.washington.edu/edgh/app-ipc/web/injection_safety.html
6 Penyuntikan yang Aman &
Pencegahan Tertusuk Jarum
• Tujuan: untuk mencegah penularan penyakit
Hepatitis B, Hepatitis C & HIV (bloodborne
pathogen)
• Satu jarum, satu syringe, satu kali tusuk
• Hindarkan vial dengan banyak dosis, jika
terpaksa, gunakan untuk 1 pasien saja dengan
jarum baru untuk aspirasi obatnya
• Tandai vial multidose dengan tanggal saat
dibuka. Buang sesuai masa kadaluarsa atau
setelah dibuka 28 hari
• Tindakan aseptic saat penyuntikan
• Sediakan safety box saat penyuntikan
• Tidak boleh re-caping, mematahkan atau
memanipulasi atau melepas jarum
• Buang safety box jika telah terisi ¾ nya, tutup
rapat dan kirim ke incinerator.
• Lumbal punksi/ injeksi spinal/ subdural:/
http://www.depts.washington.edu/edgh/app-ipc/web/injection_safety.html
epidural: kenakan masker medis
WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022
Pencegahan Tertusuk Jarum
• Jangan recapping jarum bekas pakai
• Jangan mematahkan jarum, melepaskan, membengkokkan
jarum bekas pakai.
• Gunakan cara yang aman bila memberikan benda tajam
7 Kebersihan Lingkungan
• Bersihkan dan disinfeksi area yang banyak disentuh pasien
minimal 1 x/ hari (bed rail, meja, pegangan pintu, toilet)
• Bersihkan dan disinfeksi segera darah & cairan tubuh
secepatnya sesuai dengan SOP
• Pembersihan permukaan (pengelapan, pengepelan) gunakan
disinfektan.
• Cara membersihkan:
• Dari area bersih ke kotor,
• Dari area atas ke bawah
• Dekontaminasi permukaan dilakukan setiap saat pergantian
pasien
WHO/UHL/IHS/IPC/2022.1 © World Health Organization 2022
Membersihkan lingkungan

Lingkungan pasien dibersihkan dengan air dan detergen secara teratur 2 kali/hari dan bila
tampak kotor/kena kotoran /cairan tubuh, termasuk meja dan keyboard komputer petugas

Tidak boleh kemoceng, hanya memindahkan debu, bukan membersihkan.


Pembersihan dinding, tirai,jendela bila tampak kotor/ kena kotoran

Sapu hanya boleh,digunakan untuk sudut ruangan dan tangga


Gunakan lobby duster atau mop,bahan microfiber
Tanaman hidup atau hiasan tidak direkomendasikan, dapat menjadi reservoir
PPI DASAR_2022 36
Rekomendasi dekontaminasi permukaan
Lakkukan 2 X/ hari atau kapan saja saat kotor

PEL LAP 2 atau 3 EMBER


Kuning = kamar pasien 1. Air bersih
Biru = koridor Gunakan bahan microfiber 2. Air deterjen
Merah = kamar mandi Lap dibasahi disinfektan 3. Cairan disinfektan
Hijau = dapur Mop dibersihkan & keringkan,
ganti mop yang lain sambal
Gunakan bucket (ember + menunggu kering
pemeras)
Permukaan yang sering disentuh banyak orang

Lakukkan setiap saat atau setiap


pergantian pasien

Cara membersihkan:
• Dari area bersih ke kotor
• Dari atas ke bawah

Ariyani Perdalin Pusat


8 Penanganan Linen & Laundry
• Linen pasien mungkin terkontaminasi kuman
• Faktor risiko penularan dari linen: saat menangani, mengirim dan
mencucinya
• Prinsip penanganan linen:
1. Tidak mengibaskan linen sehingga kuman di linen dapat menyebar di udara
2. Hindari menyentuh orang lain atau pakaiannya dengan linen kotor
3. Letakkan linen kotor dalam suatu kantong laundry
• Kenakan APD saat menangani linen dengan kotoran (c/: feses) atau darah.
Bersihkan feses terlebih dahulu baru kemudian masukkan dalam kantong
linen kotor
• Simpan linen bersih dalam lemari tertutup
Guideline for Isolation Precautions: Preventing Transmission of Infectious Agentsin Healthcare Settings, CDC, 2007
Penatalaksanaan Linen
Penanganan & transport
• Linen diganti 2 hari sekali,atau setiap kotor
• Transportasi dengan troley bersih dan kotor terpisah (warna berbeda ? tulisan identifikasi),
tertutup
• Linen terkena cairan tubuh, darah atau kotoran pasien = linen infeksius.
• Kirim linen bersih ke ruangan dalam kemasan tertutup dan trolley khusus untuk linen bersih

2-41
Pengelolaan Linen
• Pencucian linen dilakukan berdasarkan jenis linen; kotor & infeksius
• Mesin cuci untuk linen kotor berbeda dengan linen infeksius
• Pencucian linen infeksius:
• Mesin cuci dengan air hangat 60 – 90 0C dengan deterjen
• Kemudian rendam dalam 0,5% klorin selama + 30 menit
• Bilas dan keringkan
• Dibedakan dalam unit laundry, alur linen kotor dan linen bersih
• Buat tempat untuk pencucian trolley
• Usahakan tidak ada tempat penjemuran. Keringkan linen dengan mesin
pengering. Setrika dengan mesin dan lakukan pelipatan serta dikemas dengan
rapi
• Lakukan uji kualiltas mutu pencucian dengan uji mikrobiologi
Permenkes No. 27 tahun 2017
9 Penanganan Limbah
• Pisahkan tempat sampah berdasarkan jenis limbahnya

Jenis Limbah Warna Tempat Simbol Gambar


Sampah
Infeksius Kuning

Non- Infeksius Hitam

Sitotoksik Ungu

Radioaktif Merah

Limbah kimia & farmasi Coklat

Limbah benda tajam


PENYIMPANAN LIMBAH
Pasal 8 ayayat (2) huruf a Pasal 8 ayat (2) huruf b

• Untuk limbah dengan karaklteristik infeksius, benda tajam • Untuk bahan limbah bahan kimia kadaluarsa , tumpahan, atau sisa
kemasan; radioaktif; farmasi; sitotoksik; peralatan medis yang
dan patologis, disimpan di tempat penyimpanan Limbah B3
memiliki kandungan logam berat tinggi dan tabung gas atau
sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan
container bertekanan disimpan ditempat Penyimpanan Limbah B3
Limbah B3 dan atau Penimbunan Limbah B3 paling lama : sebelum duilakukan pengangkutan Limbah B3, Pengolahan limbah
B3, dan atau Penimbunan Limbah B3 paling lama :
1. 2 hari (dua) hari , pada temperature lebih besar dari

0ºC 1. 90 (Sembilan puluh) hari, untuk limbah B3 yg dihasilkan


sebesar 50 kg per hari atau lebih
2. 90 (Sembilan puluh) hari pada temperature sama
2. 180 (Seratus delapan puluh) hari limbah B3 yang dihasilkan
dengan atau lebih kecil dari 0º C sejak limbah B3
kurang dari 50 kg perhari. Sejak limbah B3 dihasilkan
dihasilkan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2019 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
10
Dekontaminasi Peralatan Kesehatan

Level Dekontaminasi

Cleaning Menghilangkan kotoran dari permukaan instrumen. Proses disinfeksi dan


sterilisasi tidak dapat dilakukan tanpa proses cleaning terlebih dahulu karena
kuman dapat bersembunyi di balik kotoran.

Disinfeksi Proses membunuh atau menghilangkan kuman namun tidak spora bakteri

Sterilisasi Proses membunuh kuman termasuk spora bakteri

Decontamination and reprocessing of medical devices for health-care facilities, WHO, 2016
Kategori instrumen
• Berdasarkan klasifikasi Spaulding, instrument dibagi menjadi:
Kategori Risiko Level Dekontaminasi Contoh instrumen

High (Kritikal) sterilisasi Instrumen bedah, implant/


Instrumen yang menembus prosthesis, endoskop rigid,
kulit atau membrane mukosa syringe, jarum
atau masuk ke dalam organ
steril
Intermediate (Semi Kritikal) Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) Instrumen respiratori, flexible-
Instrumen menyentuh endoscope non-invasive, botol
membrane mukosa atau cairan urin
tubuh
Low (non-kritikal) Cleaning Manset tensi, stetoskop
Instrumen menyentuh kulit
Decontamination and Reprocessing of Medical Devices for Health-care Facilities, WHO, 2016
KESIMPULAN

• Kewaspadaan isolasi: kewaspadaan petugas kesehatan terhadap


kemungkinan penularan penyakit infeksi oleh kuman.
• Isolasi dilakukan untuk kumannya agar tidak menular kepada orang
lain di faskes.
• Dalam melaksanakan kewaspadaan isolasi, lakukan 10 hal
Kewaspadaan Standar dengan melihat cara penularan penyakit dalam
Kewaspadaan Transmisi.
• Kewaspadaan Standar adalah kegiatan standar yang harus dilakukan
di faskes untuk mencegah & mengendalikan penyakit infeksi.
REFERENSI
• Standard Precaution Guideline, WHO, 2022
• Isolation Precaution Guidelines, CDC, update 2021
• Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities, CDC,
2008 Update: May 2019
• Decontamination and reprocessing of medical devices for health-care
facilities, WHO, 2016
• Minimum requirements for infection prevention and control programmes,
WHO, 2016
• WHO guideline on the use of safety-engineered syringes for intramuscular,
intradermal and subcutaneous injections in health care settings, WHO, 2016
• Permenkes Nomor 27 tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai