Pemodelan Ketidakstabilan Kamera Dan Gerakan Pesawat Pada Saat Pemotretan Foto Udara Format Kecil
Pemodelan Ketidakstabilan Kamera Dan Gerakan Pesawat Pada Saat Pemotretan Foto Udara Format Kecil
INTISARI
Foto Udara Format Kecil (FUFK) memiliki beberapa keunggulan, antara lain: biaya
operasional yang murah, peralatan mudah diperoleh, dan cepat untuk mendapatkan data. Pada
batasan tertentu, FUFK potensial dimanfaatkan untuk penyediaan data spasial, antara lain
berupa: foto udara, ortofoto, mosaik ortofoto, dan peta garis. Tetapi FUFK memiliki kelemahan
utama pada sistem pencitraan atau sistem kameranya yang menggunakan kamera non metrik.
Sistem kamera FUFK sangat potensial memiliki distorsi geometrik dan ketidakstabilan
parameter instrinsik kamera. Ketidakstabilan kamera berarti perubahan nilai instrinsik kamera,
sedangkan gerakan pesawat adalah perubahan posisi dan orientasi pusat proyeksi kamera setiap
pemotretan. Gerakan pesawat yang relatif tidak konstan ini disebabkan oleh penggunaan
pesawat ultralight. Pada makalah ini dikaji pemodelan ketidakstabilan kamera menggunakan
cara kalibrasi kamera, sedangkan gerakan kamera menggunakan algoritma perpotongan
kebelakang atau space resection (SR).
Tahapan studi mencakup kalibrasi sistem kamera FUFK dan hitungan SR. Jika hasil in-
field calibration tidak berbeda signifikan dengan hasil in-flight calibation maka kamera non
metrik yang digunakan memiliki stabilitas baik. Hitungan SR dapat dilakukan mandiri untuk
setiap foto atau serempak (simultan) untuk muti foto. SR untuk foto tunggal memerlukan
minimal 3 TKT 3D (Titik Kontrol Tanah Tiga Dimensi). Untuk 1 blok daerah yang terdiri
banyak foto, maka akan efisien jika dilakukan hitungan SR secara simultan atau triangulasi
udara.
Hasil kajian menunjukkan bahwa nilai instrinsik kamera dalam 1 sesi pemotretan
cenderung tetap, tetapi antar sesi yang berbeda (sesi in-field dan in-flight) nilainya dapat
berbeda. Rata-rata variasi beda tinggi pemotretan terhadap tinggi pemotretan adalah 1,7%.
Untuk arah absis (X) atau sepanjang jalur terbang kecepatan pesawat stabil sepanjang jalur
terbang, untuk arah ordinat (Y) jalur terbang tidak konstan/lurus dan sangat potensial
menyebabkan gap antar jalur terbang, sehingga toleransi sidelap harus diperbesar pada tahap
perencanaan pemotretan.
Kata kunci: Foto Udara Format Kecil (FUFK), kamera non metrik, space resection (SR),
kalibrasi kamera, ketidakstabilan (instability) kamera, gerakan pesawat.
PENGANTAR
Pada dasarnya, teknologi FUFK adalah menghasilkan foto udara dengan
menggunakan kamera non metrik/kamera amatir (kamera yang tidak didesain untuk
keperluan pemotretan udara) dan menggunakan pesawat ringan (ultralight). Warner et
al (1996) mengklasifikasikan jenis kamera berdasarkan ukuran film/frame dan panjang
fokus kamera dalam 3 golongan, yaitu: kamera format standar, format medium, dan
format kecil. Kamera format kecil memiliki ukuran film/frame sekitar 24 mm x 36 mm
dengan panjang fokus 35 mm, dapat berupa kamera analog atau digital. Kamera format
kecil ini sistem lensanya tidak didesain untuk keperluan pemetaan sehingga disebut
kamera non metrik dan harganya relatif murah, tetapi sangat potensial memiliki distorsi
geometri.
Distorsi geometrik pada FUFK cenderung lebih kompleks daripada foto udara
standar (foto udara metrik), dan secara spesifik dapat dikelompokkan dalam 2 kondisi,
yaitu kondisi intrinsik dan kondisi proses. Kondisi intrinsik disebabkan oleh nilai
intrinsik dan stabilitas sistem lensa. Dalam komunitas fotogrametri, nilai intrinsik lebih
dikenal sebagai parameter orientasi dalam (IOP, interior orientation parameter). Dan
umumnya ditentukan dengan cara kalibrasi kamera.
Kondisi proses yang disebabkan oleh operasional penggunaan pesawat ringan
untuk pemotretan. Jenis pesawat ini sangat dipengaruhi oleh kondisi angin dan
ketidaksinkronan antara saat pemotretan dan kecepatan pesawat yang menyebabkan
posisi (X, Y, Z) dan orientasi (ω, ϕ, κ) kamera pada saat pemotretan yang dapat sangat
bervariasi antar foto. Kondisi proses pemotretan ini dapat menyebabkan: variasi skala
yang beragam antar foto, ketidakteraturan pertampalan (overlap) foto udara baik ke arah
jalur terbang dan antar jalur terbang, dan rasio B/H (Base/Height Ratio).
METODOLOGI
Kalibrasi kamera
Kalibrasi kamera ditujukan untuk memodelkan dan menentukan nilai distorsi
dan konstanta sistem optik yang ada pada kamera. Pada terminologi fotogrametri,
parameter distorsi dan konstanta tersebut disebut parameter orientasi dalam, yang terdiri
atas (Wolf, 1983): panjang fokus, distorsi radial, distorsi tangensial, dan posisi titik
utama (principal point) yang diukur terhadap origin sumbu x dan y sistem koordinat
foto/citra.
Terdapat berbagai macam teknik kalibrasi kamera, secara operasional teknik
kalibrasi kamera dilakukan dengan 3 cara (Stensaas, 2007): in-laboratory, in-field, dan
in-flight. Teknik kalibrasi in-laboratory menggunakan peralatan multikolimator atau
goniometer. Teknik kalibrasi in-field menggunakan target dan parameter kalibrasi
kamera dihitung menggunakan metode Bundle Adjustment, Plumb Line, atau DLT
(Direct Linear Transform). Teknik kalibrasi in-flight dilakukan pada saat pemotretan
udara di lapangan dan parameter kalibrasi kamera dihitung menggunakan metode BASC
(Bundle Adjustment with Self Calibration). Algoritma teknik BASC pada dasarnya
merupakan perluasan dari persamaan kolinier:
dan
∆x = ∆x Distorsi _ Radial + ∆x Distorsi _ Decentring
∆y = ∆y Distorsi _ Radial + ∆y Distorsi _ Decentring ________________________________ (2)
Z 0 (Tx,Ty,Tz)
-f Bidang Foto
c b
a (xb,yb,-f)
Y Tz
B
C (XB,YB,ZB)
Tx
Permukaan Bumi
A Ty
X
Jika nilai offset pusat proyeksi foto dan distorsi lensa sama dengan nol, maka inversi
persamaan kolinier (persamaan (1)) adalah (JARS, 1993):
Pelaksanaan
Peralatan yang dipergunakan pada penelitian ini terdiri dari: pesawat ultralight
single engine, kamera digital tipe SLR fixed zoom beserta dudukannya, dan alat ukur
terestris Total Station. Adapun bahan yang dipergunkan terdiri atas: titik target premark
yang terbuat dari kayu yang dicat putih dan target yang dipasang pada dinding.
Secara detail, pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Pertama-tama
didesain target untuk kalibrasi kamera. Target untuk kalibrasi ada 2 macam, target yang
ditempatkan di dinding untuk kalibrasi in-field (Gambar 3.b) dan target yang berupa
premark (Gambar 3.a) yang akan digunakan untuk kalibrasi in-flight.
Untuk kalibrasi in-field, dilakukan 3 sesi pemotretan. Konfigurasi target dan
visualisasi posisi kamera saat pemotretan dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk kalibrasi
in-flight, dari serangkaian foto diambil 2 foto untuk proses kalibrasi. Visualisasi
kedudukan kamera saat pemotretan dapat dilihat pada Gambar 5.b.
Model IOP
Desain dan kalibrasi Sistem FUFK in-field
a b c
Gambar 3. Pemasangan target untuk in-flight (a) dan in-field calibration (b), serta alat
TS untuk pengukuran posisi premark (c).
Gambar 4. Target untuk in-field (a) dan visualiasi kamera saat pemotretan (b).
a a b
Gambar 5. Distribusi target premark untuk in-flight (a) dan visualisasi posisi kamera
saat pemotretan (b)
20 20
15 15
10 10
-0.0513 0.0270
-0.0701 -0.0291
5 5 0.0270
-0.0513 0.0270 -0.0291
0 -0.0701 0 -0.0291
-5 -5
f (mm) f (mm)
xo (mm) xo (mm)
yo (mm) a yo (mm) b
Gambar 6. Nilai instrinsik kamera pada teknik kalibrasi in-flight (a) dan in-field (b)
463,500
463,000
462,500
Absis (X) (m)
462,000
461,500
461,000
460,500
460,000
0 5 10 15 20 25
Nomor Foto
(a). Posisi absis (X) pusat proyeksi setiap foto pada 6 jalur terbang
9,140,400
9,140,200
9,140,000
9,139,800
Ordinat (Y) (m)
9,139,600
9,139,400
9,139,200
9,139,000
9,138,800
9,138,600
9,138,400
9,138,200
0 5 10 15 20 25
Nomor Foto
(b). Posisi ordinat (Y) pusat proyeksi setiap foto pada 6 jalur terbang
1,060
1,040
1,020
Tinggi Terbang (m)
1,000
980
960
940
920
0 5 10 15 20 25
Nomor Foto
(c). Posisi ketingian (Z) pusat proyeksi setiap foto pada 6 jalur terbang
Gambar 7. Posisi (X,Y,Z) pusat proyeksi semua foto per- jalur terbang
Orientasi Setiap Foto pada Jalur Terbang 1 Orientasi Setiap Foto pada Jalur Terbang 2
120 120
100 100
80 80
Orientasi (deg)
Orientasi (deg)
60 60
40 40
20 20
0 0
0 5 10 15 20 25 20 25 30 35 40 45
-20 -20
Nomor Foto Nomor Foto
Sumbu X (ɷ) Sumbu Y (Φ) Sumbu Z (κ) Sumbu X (ɷ) Sumbu Y (Φ) Sumbu Z (κ)
20 140
0 120
40 42 44 46 48 50 52 54 56 58 60
100
-20
Orientasi (deg)
Orientasi (deg)
80
-40
60
-60
40
-80
20
-100 0
60 62 64 66 68 70 72 74 76 78
-120 -20
Nomor Foto Nomor Foto
Sumbu X (ɷ) Sumbu Y (Φ) Sumbu Z (κ) Sumbu X (ɷ) Sumbu Y (Φ) Sumbu Z (κ)
120 40
100 20
0
80
95 100 105 110 115 120
Orientasi (deg)
Orientasi (deg)
-20
60
-40
40
-60
20
-80
0 -100
75 77 79 81 83 85 87 89 91 93 95
-20 -120
Nomor Foto Nomor Foto
Sumbu X (ɷ) Sumbu Y (Φ) Sumbu Z (κ) Sumbu X (ɷ) Sumbu Y (Φ) Sumbu Z (κ)
DAFTAR PUSTAKA
Harintaka, 2003, Penggunaan Persamaan Kolinier Untuk Rektifikasi Citra Satelit SPOT
Secara Parsial, Media Teknik, Edisi Mei, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada
JARS, 1993, Remote Sensing Note, Japan Association on Remote Sensing, Nihon
Printing Co. Ltd, Japan.
Stansaas, G. L., 2007, US Geological survey Digital aerial mapping camera
certification and quality assurance plan for digital imagery, Photogrammetric
Week 2007, http://www.ifp.uni-stuttgart.de/publications, diakses tanggal 10
Januari 2008
Warner, W. S., Graham, R. W., and Read, R. E., 1996, Small Format Aerial
Photography, ISBN 1-870325-56-7, Whittles Publishing, Scotland, UK.
Wolf, P.R., 1983, Elements of Photogrammetry, 2nd edition, McGraw-Hill Book
Company, USA