32-Article Text-174-1-10-20200212
32-Article Text-174-1-10-20200212
Bagian Family Medicine, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
ABSTRAK
HIV merupakan suatu infeksi oleh retrovirus yang masih menjadi salah satu
Kata Kunci: permasalahan global hingga saat ini. Transmisi perinatal berperan sekitar 50-80%
Bayi, terjadinya penularan HIV baik intrauterin, melalui plasenta, selama persalinan
Ibu penderita HIV, melalui pemaparan dengan darah atau sekret jalan lahir, maupun yang terjadi
Zidovudine setelah lahir melalui ASI. Pada bayi sehat namun ibu terinfeksi HIV, dilakukan
uji virologi saat usia 6 minggu dan segera diberikan terapi zidovudine sebagai
profilaksis.
ABSTRACT
HIV is an infection by retroviruses that is still one of the global problems to this
Keywords: day. Perinatal transmission (about 50-80% of HIV transmission) either through
Babies, intrauterine, placenta, during delivery through exposure to blood or secretions
mothers with HIV, of the birth canal, as well as those that occur after birth through breast milk. In
zidovudine healthy infants but mothers infected with HIV, virological testing is done at the
age of 6 weeks and immediately given zidovudine therapy as prophylaxis.
H
terjadi sindrom retroviral akut semacam flu disertai
IV (Human Immunodeficiency Virus)
viremia hebat dan akan hilang sendiri setelah 1-3
merupakan suatu infeksi oleh retrovirus
minggu. Pada masa serokonveksi yang terjadi 1-3
yang menginfeksi dan mengganggu fungsi
bulan setelah infeksi, tidak dijumpai tanda – tanda
sel sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan
khusus karena penderita HIV tampak sehat dan tes
melemahnya sistem pertahanan tubuh manusia.1
HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini,
HIV menyerang sel - sel sistem kekebalan
tahap ini disebut juga periode jendela. Kemudian
tubuh manusia terutama sel-T CD4+ dan makrofag
dimulailah infeksi HIV asimtomatik yaitu masa
yang merupakan sistem imunitas seluler tubuh.
tanpa gejala. Dalam masa ini terjadi penurunan
HIV dapat merusak banyak sel CD4 sehingga
CD4+ sekitar 30-60 sel/tahun, tetapi pada 2 tahun
kekebalan tubuh semakin menurun dan tidak dapat
berikutnya penurunan menjadi cepat, 50-100 sel/
melawan infeksi dan penyakit sama sekali, infeksi
tahun, sehingga tanpa pengobatan, rata – rata
ini akan berkembang menjadi AIDS (Acquired
masa infeksi HIV menjadi AIDS membutuhkan waktu
Immunodeficiency Syndrome).2-4
sekitar 8 – 10 tahun, dimana jumlah CD4+ akan
HIV masih menjadi salah satu permasalahan
mencapai <200 sel/ml. Setelah masa tanpa gejala
global hingga saat ini. Data World Health Organization
akan timbul gejala pendahuluan yang kemudian
(WHO) hingga akhir tahun 2017 melaporkan terdapat
diikuti oleh infeksi oportunistik, dengan adanya
sekitar 36,9 juta orang dengan HIV/AIDS, 940.000
infeksi oportunistik maka perjalanan penyakit HIV
kematian karena HIV, dan 1,8 juta orang terinfeksi
telah memasuki stadium AIDS.7
baru HIV atau sekitar 5000 infeksi baru per harinya.
Mengingat jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia
meningkat sesuai dengan estimasi Departemen PENULARAN HIV
Kesehatan Republik Indonesia, setiap tahun terdapat Transmisi HIV secara umum dapat terjadi
9000 hamil HIV positif yang melahirkan di Indonesia. melalui 4 jalur, yaitu sebagai berikut
Berarti jika tidak ada intervensi, diperkirakan akan 1. Kontak seksual. HIV terdapat pada cairan mani
lahir sekitar 3000 bayi dengan HIV positif setiap dan secret vagina yang akan ditularkan virus
tahunnya di Indonesia.5,6 ke sel, baik pada pasangan homoseksual atau
heteroseksual.
PATOFISIOLOGI 2. Transfusi. HIV ditularkan melalui transfusi darah
baik itu whole blood, trombosit, plasma maupun
HIV masuk ke dalam tubuh manusia. RNA
fraksi sel darah lainnya
virus berubah menjadi DNA intermediet atau DNA
3. Jarum yang terkontaminasi. Transmisi dapat
pro virus dengan bantuan enzim transcriptase,
terjadi karena tusukan jarum yang terinfeksi atau
dan kemudian bergabung dengan DNA sel yang
bertukar pakai jarum di antara sesama pengguna
diserang. Virus HIV akan menyerang Limfosit T yang
obat psikotropika.
mempunyai marker permukaan seperti sel CD4+,
4. Transmisi vertikal (perinatal). Yaitu sekitar 50-
yaitu sel yang membantu mengaktivasi sel B, killer
80% baik intrauterin, melalui plasenta, selama
cell dan makrofag saat terdapat antigen target utama
persalinan melalui pemaparan dengan darah atau
HIV. HIV menyerang CD4+ baik secara langsung
sekret jalan lahir, maupun yang terjadi setelah
maupun tidak langsung. HIV yang mempunyai efek
lahir melalui ASI.8
toksik akan menghambat fungsi sel T. Lapisan luar
protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti gp41
berinteraksi dengan CD4+ yang akan menghambat TRANSMISI DARI IBU KE ANAK
aktivasi sel dan mempresentasikan antigen.7 Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada
| J. Ked. N. Med | VOL. 1 | NO. 4 | Desember 2018 | 33
penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu, bayi/ sehingga bayi disarankan diberikan susu formula
anak, dan tindakan obstetrik.9 untuk asupan nutrisinya.
1. Faktor Ibu 2. Faktor bayi
a. Jumlah virus (viral load) a. Usia kehamilan dan berat badan bayi saat
Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat lahir
menjelang atau saat persalinan dan jumlah virus Bayi lahir prematur dengan BBLR lebih rentan
dalam air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya tertular HIV karena sistem organ dan sistem
sangat mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan
anak. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika baik.
kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml) dan b. Periode pemberian ASI
sebaliknya jika kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml. Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan
b. Jumlah Sel CD4 HIV ke bayi akan semakin besar.
Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko c. Adanya luka dimulut bayi
menularkan HIV ke bayinya. Semakin rendah jumlah Bayi dengan luka di mulutnya lebih berisiko
sel CD4 risiko penularan HIV semakin besar. tertular HIV ketika diberikan ASI.
c. Status gizi selama hamil 3. faktor obstetrik
Berat badan rendah serta kekurangan asupan Pada saat persalinan, bayi terpapar darah
seperti vitamin D, zat besi, kalsium, asam folat, dan lendir ibu di jalan lahir. Faktor obstetrik yang
dan mineral selama kehamilan berdampak dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke
bagi kesehatan ibu dan janin akibatnya dapat anak selama persalinan adalah
meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit a. Jenis persalinan
infeksi yang dapat meningkatkan jumlah virus dan Risiko penularan persalinan per vagina lebih
risiko penularan HIV ke bayi besar daripada persalinan melalui bedah sesar.
d. Penyakit infeksi selama hamil b. Lama persalinan
Penyakit infeksi seperti sifilis, infeksi menular Semakin lama proses persalinan berlangsung,
seksual,infeksi saluran reproduksi lainnya, risiko penularan HIV dari ibu ke anak semakin tinggi,
malaria,dan tuberkulosis, berisiko meningkatkan karena semakin lama terjadinya kontak antara bayi
jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi. dengan darah dan lendir ibu.
e. Gangguan pada payudara c. Ketuban
Gangguan pada payudara ibu seperti Ketuban yang pecah lebih dari 4 Jam sebelum
mastitis, abses dan luka di puting payudara dapat persalinan meningkatkan risiko penularan hingga dua
meningkatkan risiko penularan HIV melalui ASI, kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang
Tabel 1. Faktor yang berperan dalam penularan HIV dari ibu ke bayi.9
Faktor Ibu Faktor Bayi Faktor Obstetrik
Kadar HIV (viral load) Prematuritas dan berat bayi saat lahir Jenis persalinan
Kadar CD4 Lama menyusu Lama persalinan
Status gizi hamil Lama di mulut bayi Adanya ketuban pecah dini
(jika bayi menyusu)
Penyakit infeksi saat hamil - Tindakan episiotomy,
ekstraksi vacuum dan forceps
Masalah dipayudara - -
(jika menyusui)
dari 4 jam. panjang, risiko penularan HIV dari ibu ke anak dapat
d. Tindakan episiotomiE diturunkan lagi hingga 1-5%, dan ibu yang menyusui
Ekstraksi vakum dan forceps meningkatkan secara eksklusif memiliki risiko yang sama untuk
risiko penularan HIV karena berpotensi melukai ibu. menularkan HIV ke anaknya dibandingkan dengan
ibu yang tidak menyusui. Dengan pelayanan PPIA
yang baik, maka tingkat penularan dapat diturunkan
WAKTU DAN RESIKO PENULARAN HIV DARI menjadi kurang dari 2%.9
IBU KE ANAK
Pada saat hamil, sirkulasi darah janin dan DIAGNOSA HIV
sirkulasi darah ibu dipisahkan oleh beberapa Pemeriksaan Fisik
lapis sel yang terdapat di plasenta. Plasenta Transmisi vertikal pada 50-70% terjadi sewaktu
melindungi janin dari infeksi HIV. Tetapi, jika kehamilan tua atau pada saat persalinan sehingga
terjadi peradangan, infeksi ataupun kerusakan pada waktu lahir bayi tidak menunjukkan kelainan.
pada plasenta, maka HIV bisa menembus plasenta, Jadi bila saat lahir tidak ditemukan kelainan fisik
sehingga terjadi penularan HIV dari ibu ke anak. belum berarti bayi tidak tertular. Pemantauan
Penularan HIV dari ibu ke anak pada umumnya terjadi perlu dilakukan secara berkala, setiap bulan
pada saat persalinan dan pada saat menyusui. Risiko untuk 6 bulan pertama, 2 bulan sekali pada 6
penularan HIV pada ibu yang tidak mendapatkan bulan kedua, selanjutnya setiap 6 bulan. Kelainan
penanganan PPIA saat hamil diperkirakan sekitar 15- yang dapat ditemukan antara lain berupa gagal
45%. Risiko penularan 15-30% terjadi pada saat hamil tumbuh, anoreksia, demam yang berulang atau
dan bersalin, sedangkan peningkatan risiko transmisi berkepanjangan, pembesaran kelenjar, hati dan
HIV sebesar 10-20% dapat terjadi pada masa nifas limpa serta ensefalopati progresif. Gejala juga
dan menyusui.9 dapat berupa infeksi pada organ tubuh lainnya
Apabila ibu tidak menyusui bayinya, berupa infeksi saluran nafas yang berulang, diare
risiko penularan HIV menjadi 20-30% dan akan yang berkepanjangan, piodermi yang berulang
berkurang jika ibu mendapatkan pengobatan maupun infeksi oportunistik antara lain infeksi
anti retrovirus (ARV). Pemberian ARV jangka dengan jamur seperti kandidiasis, infeksi dengan
pendek dan ASI eksklusif memiliki risiko penularan protozoa seperti Pneumocystis carinii, toxoplasma
HIV sebesar 15-25% dan risiko penularan yang dapat memberi gejala pada otak. Bayi juga
sebesar 5-15% apabila ibu tidak menyusui. mudah menderita infeksi dengan miko-bakterium
Akan tetapi, dengan terapi antiretroviral jangka tuberkulosa.11
| J. Ked. N. Med | VOL. 1 | NO. 4 | Desember 2018 | 35
Tabel 3. Skenario pemeriksaan HIV12
Bayi sehat, ibu Uji virologi umur Mendiagnosa HIV Mulai ARV bila terinfeksi HIV
terinfeksi HIV 6 minggu
Bayi pajanan HIV Serologi ibu atau Untuk identifikasi atau Memerlukan tes virologi bila
tak diketahui bayi memastikan pajanan HIV terpajan HIV
Bayi sehat terpajan Serologi pada Untuk mengidentifikasi Hasil positif harus diikuti
HIV, umur 9 bulan imunisasi 9 bulan bayi yang masih memiliki dengan uji virologi dan
antibody ibu atau sero- pemantauan lanjut. Hasil
reversi negatif, harus dianggap tidak
terinfeksi, ulangi tes bila masih
mendapat ASI
Bayi atau anak serologi Memastikan infeksi Lakukan uji virologi bila umur
dengan gejala dan < 18 bulan
tanda sugestif
infeksi HIV
Bayi umur >9-<18 Uji virologi Mendiagnosa HIV Bila positif terinfeksi segera
bulan dengan uji masuk ke tatalaksana HIV dan
serologi positif terapi ARV
Bayi yang sudah Ulangi uji serologi Untuk mengeksklusi Anak < 5 tahun terinfeksi
berhenti ASI atau virologi setelah infeksi HIV setelah HIV harus segera mendapat
berhenti minum ASI pajanan dihentikan tatalaksana HIV dan mendapat
6 minggu terapi ARV
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi berupa pemeriksaan tertular, oleh karena antibody IgG dari ibu dapat
hemoglobin, leukosit hitung jenis, trombosit, melalui plasenta dan baru akan hilang pada usia
dan jumlah sel CD4. Pada bayi yang terinfeksi HIV kurang lebih 15 bulan. Bila setelah 15 bulan di
dapat ditemukan anemia serta jumlah leukosit dalam darah bayi masih ditemukan antibodi IgG
CD4 dan trombosit rendah. HIV baru dapat disimpulkan bahwa bayi tertular.
Untuk dapat mengetahui bayi kurang dari 15 bulan
b. Pemeriksaan kadar immunoglobulin. Ini
terinfeksi atau tidak diperlukan pemeriksaan lain
dilakukan untuk mengetahui adanya hipo atau
yaitu pemeriksaan IgM antibody HIV, biakan HIV
hipergammaglobulinemia yang dapat menjadi
dari sel mononuklear darah tepi bayi, mengukur
pertanda terinfeksi HIV.
antigen p24 HIV dari serum dan pemeriksaan
c. Pemeriksaan antibody HIV. Terdapatnya IgG provirus (DNA HIV) dengan cara reaksi rantai
antibodi HIV pada darah bayi belum berarti bayi polimerase (polymerase chain reaction = PCR).11