Jenis Dan Design Penelitian
Jenis Dan Design Penelitian
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian adalah setiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur
yang sistematis dan terkontrol melalui data empiris (pengalaman), yang artinya dapat beberapa
kali diuji dengan hasil yang sama. Penelitian sangat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi kesejahteraan masyrakat dan
kemajuan bangsa. IPTEK membantu untuk menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan gejala
yang ada di sekeliling kita.
Pengembangan sendiri hendaknya endogen dan bukan merupakan impor teknologi dari luar.
Jadi haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki sendiri dan kultur ilmu pengetahuan
setempat. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang hal tersebut disara sangat
penting. Penelitian terus dikembangkan pemerintah untuk menemukan pemecahan masalah dan
pengelolaan sumber daya yang ada. Untuk itu, penting kiranya masyarakat mempelajari
bagaimana cara menyusun sebuah penelitian yang baik dan benar. Penulis ingin menjabarkan
secara lebih rinci mengenai metodologi penelitian sebagai langkah awal mengenal dan
mempelajari penelitian. Hal ini difokuskan agar masyarakat mengerti bagaimana metodologi
penelitian itu sendiri, yang penulis ambil dari beberapa literatur dan pendapat ahli mengenainya
utamanya mengenai jenis dan desain penelitian. Kedua hal tersebut secara lebih terperinci akan
dijelaskan pada bab pembahasan.[1]
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. JENIS-JENIS PENELITIAN
Berikut ini jenis penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian, baik penelitian yang
bersifat akademik (mahasiswa, S1, S2, S3), profesional (pengembangan ilmu, teknologi dan seni)
dan institusional (penelitian untuk perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan)
Penelitian akademik merupakan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam membuat
skripsi, tesis dan disertasi. Penelitian ini merupakan sarana edukatif. Penelitian profesional
merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti, misalnya
Dosen Perguruan Tinggi, Peneliti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan lain
sebagainya. Sedangkan penelitian institusional adalah penelitian yang bertujuan mendapatkan
informasi yang dapat digunakan untuk kepentingan kelembagaan. Hasil penelitian akan sangat
berguna bagi pimpinan, manajer, direktur untuk pengambilan keputusan.[2]
Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi (level of
explanation) dan analisis dan jenis data.
Penelitian menurut tujuan dapat dikelompokkan menjadi penelitian murni (pure researh) dan
penelitian terapan (applied research).
1. Penelitian Murni (pure research), yaitu penelitian yang hasil penemuannya untuk
memperdalam atau mengembangkan pemahaman terhadap suatu masalah tertentu. Tujuan utama
dalam penelitian ini yaitu menghasilkan pengetahuan dan pemahaman terhadap fenomena yang
terjadi dan membangun teori-teori berdasarkan hasil-hasil penelitian. Contoh: Eksperimen GE
berkaitan dengan penerapan energi listrik, bagaimana memperbaiki keefektifitasan sistem
informasi sebuah organisasi dan lain sebagainya.
2. Penelitian Terapan (applied research), yaitu penelitian yang hasil penemuannya digunakan
untuk memecahkan masalah dalam suatu organisasi. Misalkan sebuah perusahaan menghadapi
tiga alternatif strategi untuk memperbaiki produktifitasnya, yaitu: (1) continuous improvement,
(2) fokus hanya terhadap pengembangan produk dan (3) secara simultan meraih keduanya.
Strategi mana yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan? Mengingat kapabilitas dan
sumberdaya yang dimiliki perusahaan tersebut.[3]
2. Penelitian Ex Post Facto, yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang
telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kejadian tersebut. Contoh: penelitian untuk mengungkap sebab-sebab terjadinya
kebakaran di gedung suatu lembaga pemerintah, penelitian untuk mengungkap sebab-sebab
terjadinya kerusuhan di suatu daerah dan lain sebagainya.[5]
4. Penelitian Naturalistik. Sering disebut dengan metode kualitatif, yaitu penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah (sebagai lawannya adalah penelitian
eksperimen). Hasil penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi. Contoh:
penelitian untuk mengungkapkan makna upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu.
5. Penelitian Kebijaksanaan (Policy Research), yaitu suatu proses penelityian yang dilakukan
pada, atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temnuannya dapat
direkomendasikan kepada pembuat keoutusan untuk bertindak secara praktis dalam
menyelesaikan masalah. Policy research sangat relevan bagi prerencana dan perencanaan.
Contoh: penelitian untuk membuat undang-undang atau oeraturan tertentu.
7. Penelitian Evaluasi, yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena yang merupakan bagian
dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan
produk dari standart yang telah ditetapkan. Penelitian ini digunakan untyuk mendapat feed
back dari suatu aktifitas. Menurut Kidder (1981) ada dua jenis [penelitian dalam penelitian
evaluasi, yaitu penelitian evaluasi formatif yang menekankan pada proses dan penelitian evaluasi
sumatif yang menekankan pada produk. Contoh penelitian evaluasi formatif: penelitian untuk
mengevaluasi proses pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Contoh penelitian evaluasi
sumatif: penelitian hasil dari kebijakan Keluarga Berencana (KB).
8. Penelitian Sejarah, yaitu penelitian yang berkenaan dengan analisis logis terhadap kejadian
masa lampau, yang tidak mungkin lagi dapat diamati kejadian tersebut. Sumber data primernya
yaitu saksi yang terlibat langsung ataupun sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian
tersebut. Tujuan dari penelitian sejarah ini menuruit Isaac (1981) adalah untuk merekonstruksi
kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif melalui pengumpulan, evaluasi,
verifikasi dan sistesa dari data yang diperoleh sehingga dapat ditemukan fakta-fakta untuk
membuat kesimpulan. Contoh: penelitian untuk menentukan bagaimana manajemen pembuatan
candi Prambanan dan candi Borobudur.
Tingkat eksplanasi menurut David Kline (level of explanation) adalah tingkat penjelasan, yang
berarti bermaksud menjelaskan kedudukan variabel yang diteliti serta hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain.
1. Penelitian Deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara
satu variabel dengan variabel yang lain.[7] Tujuannya untuk menggambarkan suatu kondisi atau
fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau variabel tertentu.
[8] Contoh: penelitian mengenai bagaimana kualitas SDM di Indonesia.
2. Penelitian Komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Tipe penelitian ini
mirip seperti penelitian Ex Post Factoyang berarti bahwa data dikumpulkan setelah semua
fenomena /kejadian yang diteliti berlangsung sehingga tidak ada yang dikontrol. Bagaimanapun
juga, dalam penelitian ini diawali mencatat perbedaan diantara dua kelompok dan selanjutnya
mencari kemungkinan penyebab, efek atau konsekuensi.[9] Contoh: penelitian perbedaan
keuntungan antara BUMN dengan Perusahaan Swasta.
Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga hal. Yaitu:
1. Jenis Data Kuantitatif, yaitu jenis data yang berbentuk angka atau kualitatif yang
diangkakan, misal dalam skala pengukuran. Data kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu
data diskrit/nominal (diperoleh dari hasil menghitung) dan data kontinum (data menurut
tingkatan dari hasil pengukuran)
2. Jenis Data Kualitatif, yaitu jenis data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.
3. Jenis Data Campuran, yaitu jenis data yang berupa campuran antar data kualitatif dan
kuantitatif. [10]
B. DESAIN PENELITIAN
Sekaran (2003) mengungkapkan pengertian desain penelitian sebagai suatu rencana penelaahan
atau penelitian secara ilmiah dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian atau identifikasi
masalah. Sebagaimana halnya sebuah rencana atau rancangan, maka desain penelitian yang
dibuat oleh seorang peneliti dapat merupakan pilihan-pilihan yang menentukan kegiatan
penelitian tersebut. Misalkan, peneliti dalam merencanakan sebuah penelitian dapat saja
mempunyai rancangan dengan komposisi sebagai berikut: jenis penelitiannya survey, metode
pengambilan datanya wawancara, alat analisisnya chi-square. Atau mempunyai rancangan
dengan komposisi sebagai berikut: jenis penelitiannhya eksperimental, metode pengambilan
datanya menggunakan kuesioner, alat analisisnya adalah uji t.
Beberapa hal yang biasanya dikemukanan dalam desain penelitian, dan satu dengan lainnya
merupakan komposisi yang berkaitan diantaranya adalah: tujuan penelitian, unit analisis, fokus
analisis, metode pengumpulan data, dimensi waktu dan kausalitas atau non kausalitas dan lain
sebagainya.[11]
Hal yang pertama yang harus ditetapkan oleh peneliti dalam merencanakan penelitiannya adalah
mentukan terlebih dahulu tujuan penelitiannya. Secara umum, tujuan atau jenis penelitian dapat
berupa exploratory, descriptive, explanatory. Sehingga hal pertama yang harus ditetpakan oleh si
peneliti adalah apakah dia akan melakukan penelitian exploratory, descriptive atau explanatory.
Beberapa hal yang dapat dikemukakan sebagai ciri-ciri khusus ditetapkannya tujuan penelitian
eksplanatory, eksploratory, dan diskriptive adalah sebagai berikut:
1. Eksplanatory dilakukan ketika peneliti menghadapi hal-hal sebagai berikut:
a. Bertujuan menghubungkan atau menjelaskan antara dua variabel, misalkan penelitian yang
bertema “hubungan antara motivasi dengan loyalitas karyawan”.
b. Bertujuan membuktikan hipotesis atau menguji sebuah teori, misalkan menguji teori
motivasi Herzberg melalui tema penelitian “pengaruh gaji dan suasana kerja terhadap motivasi”
a. Tidak banyak informasi atau penelitian yang sama mengenai situasi yang hendak ditelaah.
Misalnya “pengaruh wanita karir terhadap anak-anak nakal”
Peneliti seringkali harus berhadapan dengan pilihan penelitian yang menyangkut dimensi waktu.
Misalkan ketika peneliti tersebut melakukan penelitian eksperimental. Dalam penelitian
eksperimental, peneliti umumnya melakukan pengukuran terhadap objek yang sama lebih dari
satu kali, oleh karenanya peneliti tersebut harus memperhatiakan dimensi waktu yang terlibat
dalam penelitiannya tersebut.
Penelitian yang melakukan pengukuran berulang pada waktu yang berbeda yang dilakukan satu
kali pengukuran saja dinamakan penelitian longitudinal, sedangkan penelitian yang dilkukan satu
kali pengukuran saja pada waktu yang sama dinamakan sebagai penelitian cross section.
Sehingga secara umum jika ditinjau dari dimensi waktu, maka dapat dikatakan bahwa desain
penelitian terbagi menjadi desain penelian longitudinal dan cross section.[12]
Seorang peneliti dapan mendesain atau merencanakan penelitiannya dengan tujuan untuk
mendapatkan efek variabel independen terhadap variabel dependen sangat kuat atau tidak kuat.
Efek variabel independen terhadap variabel dependen bisa sangat kuat, ketika peneliti
mengontrol variabel-variabel lain yang secara teori dapat mempengaruhi variabel dependen yang
sedang diteliti.
Dalam penelitian perilaku umumnya variabel-variabel yang diteliti baik itu variabel independen
maupun dependen bergerak secara bebas seperti halnya meteor yang tidak beraturan. Misalkan,
seorang peneliti menelaah mengenai hubungan antara “kepuasan konsumen terhadap loyalitas”
ketika peneliti tersebut dapat membuktikan hubungan antara kepuasan konsumen dengan
loyalitas, maka dapat diperkirakan bahwa loyalitas yang terjadi pada konsumen tersebut bukan
hanya karena kepuasan saja, tetapi juga mungkin karena kepercayaan, harga, jarak rumah dengan
toko atau karena keramahan pemilik toko. Hanya saja dalam penelitian tersebut yang ditelaah
oleh penelaah hanya hubungan antara kepuasan dengan loyalitas saja, variabel lain tidak ditelaah.
Untuk hal tersebut peneliti dapat mendesain suatu penelitian yang efek variabel independennya
sangat kuat terhadap variabel dependennya.
Jenis investigasi adalah hal yang hendak dijelaskan oleh peneliti dalam sebuah penelitian. Jenis
investigasi dapan dibagi menjadi dua kategori, yaitu investigasi kausal dan investigasi non kausal
(Sekaran, 2003)
Penelitian yang beresain kausal adalah ketika peneliti bermaksud menjelaskan penyebab suatu
masalah, dan mempunyai ciri ketika penyebab dihilangkan maka masalah dengan sendirinya
akan terpecahkan. Penelitian yang berdesain non-kausal, (Sekaran, 2003) mengungkaopkan
penelitian ini sebagai penelitian korelasional. Yaitu penelitian yang bermaksud menjelaskna
beberapa variabel penting yang saling terkait dengan masalah.[13]
Cakupan penelitian adalah menyangkut keluasan atau kedalaman peneliti dalam menganalisis
masalah yang diteliti. Terdapat dua jenis desain penelitian jika ditinjau dari cakupan penelitian
yaitu statistical studies dan case studies.
Penelitian case studies adalah penelitian yang lebih menekan pada kedalaman analisis (full
contextual analysis) terhadap beberapa kejadian (fewer event) atau kondisi dan keterkaitan
mengenai “pengaruh merokok terhadap kanker” diatas dilakukan pada mahasiswa saja, dan
dengan berbagai macam situasi yang dianalisis. Misalkan analisis dilakukan pada 30 orang
mahasiswa, yang masing-masing dianalisis perilaku merokok mereka dari mulai mahasiswa
tersebut bangun tidur sampai mahasiswa tersebut tidur kembali.
Bedasarkan lingkungan, penelitian dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penelitian yang
dilakukan dilapangan dan penelitian yang dilakukan di dalam laboratorium.Penelitian yang
berdesain lingkungan lapangan adalah ketika peneliti melakukanya dalam kondisi yang
sebenarnya. Misalkan penelitian “pengaruh merokok terhadap kanker” dilakukan oleh peneliti
terhadap responden yang memang sehari-harinya merokok, dan dilakukan tanpa mempengaruhi
perokok terlebih dahulu, jadi dilakukan salam kondisi yang tidak sebenarnya (manipulated).
Misalkan dalam penelitian “pengaruh merokok terhadap kanker”, dilakukan terhadap orang-
orang yang merokok maupun yang tidak merokok, lalu dibandingkan hasilnya, atau dilakukan
didalam kondisi yang disengaja, misalkan dalam ruangan yang ber-AC dan tidak ber-AC, lalu
dibandingkan hasil merokok tersebut.[14]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut tujuan, pendekatan, tingkat eksplanasi (level of
explanation) dan analisis dan jenis data.
d. Penelitian menurut jenis data dan analisis. Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat
dikelompokkan menjadi tiga hal. Yaitu: jenis data kuantitatif, jenis data kualitatif dan jenis data
campuran, yaitu jenis data yang berupa campuran antar data kualitatif dan kuantitatif.
b. Desain penelitian berdasarkan dimensi waktu. Dapat dikatakan bahwa desain penelitian
terbagi menjadi desain penelian longitudinal dan cross section.[15]
d. desain penelitian berdasarkan jenis investigasi. Jenis investigasi adalah hal yang hendak
dijelaskan oleh peneliti dalam sebuah penelitian. Jenis investigasi dapan dibagi menjadi dua
kategori, yaitu investigasi kausal dan investigasi non kausal (sekaran, 2003)