A-Nabiu 2019 (Tesis) Histo Mata PDF
A-Nabiu 2019 (Tesis) Histo Mata PDF
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respons Tingkah Laku
Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepsis) terhadap Intensitas Cahaya Lampu
Putih dan Biru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2019
NUR LINA MARATANA NABIU. Respons Tingkah Laku Ikan Selar Kuning
(Selaroides leptolepsis) terhadap Intensitas Cahaya Lampu Putih dan Biru.
Dibimbing oleh MULYONO S BASKORO, ZULKARNAIN dan ROZA
YUSFIANDAYANI.
Ikan selar merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang cukup potensial di
Indonesia. Nelayan banyak menangkap ikan selar dengan metode light fishing
yang hingga saat ini masih terus dikembangkan teknologinya. Penggunaan cahaya
tidak dapat terlepas dari sifat fototaksis positif yang dimiliki ikan. Peranan retina
pada mata ikan menjadi penting untuk mengetahui kemampuan adaptasi ikan,
sehingga diperlukan penelitian yang lebih banyak mengenai adaptasi retina mata
ikan pada ikan hasil tangkapan light fishing guna menunjang pengembangan
teknologi penangkapan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkah laku ikan selar kuning
(Selaroides leptolepsis) terhadap warna cahaya dan intensitas yang berbeda,
menentukan adaptasi mata ikan selar (Selaroides leptolepsis) terhadap cahaya
lampu, menentukan intensitas cahaya yang menjadi preferensi ikan selar kuning
(Selaroides leptolepsis). Penelitian dilakukan di Laboratorium Tingkah Laku Ikan,
Sekolah Tinggi Perikanan, Banten dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen
Budidaya Perikanan, IPB untuk pengamatan retina mata ikan melalui metode
histologi sehingga dapat dilihat rasio penjuluran sel kon mata ikan pada setiap
intensitas cahaya, yaitu 10 lux, 20 lux, 35 lux dan 50 lux dengan dua warna
cahaya, yaitu putih dan biru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan selar kuning memiliki pola
tingkah laku yang hampir sama di setiap perlakuan cahaya putih dan biru dengan
intensitas berbeda. Pola yang dibentuk setelah ikan mengelilingi sumber cahaya
kemudian menyebar setelah mencapai titik jenuh. Ikan selar kuning sensitif
terhadap warna cahaya putih dan biru pada hampir semua intensitas yang
diujicobakan dengan kisaran penjuluran sel kon antara 79%-90%. Ikan selar
kuning lebih cepat bereaksi pada cahaya dengan iluminasi rendah karena
penjuluran ikan lebih maksimal terjadi pada pemaparan 10 lux hingga 35 lux.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
RESPONS TINGKAH LAKU IKAN SELAR (Selaroides
leptolepsis) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA LAMPU
PUTIH DAN BIRU
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Ari Purbayanto, MSc
Judul Tesis : Respons Tingkah Laku Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepsis)
terhadap Intensitas Cahaya Lampu Putih dan Biru
Nama : Nur Lina Maratana Nabiu
NIM : C451160121
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2017-Januari
2018 ini dengan judul Respons Tingkah Laku Ikan Selar Kuning (Selaroides
leptolepsis) terhadap Intensitas Cahaya Lampu Putih dan Biru. Tesis ini
merupakan hasil penelitian sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister
pada program studi Teknologi Perikanan Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan menempuh studi
di Program Studi Teknologi Perikanan Laut
2. Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro Msc, Dr Ir Zulkarnain Msi dan Dr Roza
Yusfiandayani SPi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu,
arahan, nasehat, saran, dan motivasinya dalam proses penyelesaian tesis
3. Dr Adi Susanto SPi MSi atas bantuan dan bimbingan selama penelitian
4. Prof Dr Ir Ari Purbayanto MSc sebagai Penguji luar komisi
5. Dr Yopi Novita SPi Msi sebagai komisi akademik
6. Kepala dan staf Sekolah Tinggi Perikanan, Banten atas bantuan dan izin
melakukan penelitian di laboratium Tingkah Laku
7. Bapak Ranta atas bantuan persiapan preparat histologi di Departemen
Budidaya Perikanan IPB
8. Bapak Agung, Nelayan Bagan di Banten atas bantuannya selama
pengambilan data lapangan
9. Keluarga tercinta atas doa, pengorbanan, nasehat, penyemangat, dan kasih
sayangnya
10. Teman-teman program studi TPL 2016 atas bantuan, semangat dan
kebersamaannya selama ini
11. Teman-teman PSM IPB Agria Swara yang telah memberi dukungan dan
semangatnya
12. Seluruh dosen pengasuh mata kuliah di Program Studi Teknologi Perikanan
Laut dan staf Tata Usaha TPL yang telah membantu proses administrasi
Serta semua pihak yang telah mengambil bagian dalam pemberian masukan dan
saran selama penyusunan tesis. Semoga tulisan ini nantinya dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak untuk mengembangkan keilmuan. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
METODE 6
Waktu dan Tempat Penelitian 6
Alat dan Bahan 6
Jenis dan Metode Pengambil Data 7
Tahapan Penelitian 7
Histologi Mata Ikan Selar Kuning 10
Analisis Data 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Laju dan Pola Respons Ikan Selar Kuning terhadap Cahaya dan Intensitas
Berbeda 14
Adaptasi Retina Mata Ikan Selar Kuning 18
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 25
RIWAYAT HIDUP 35
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka penelitian 5
2 Bak pemeliharaan ikan sampel 8
3 Ilustrasi bak perlakuan 9
4 Pengaturan bak perlakuan 9
5 Proses pemaparan cahaya pada ikan sampel 11
6 Pola potongan retina mata ikan selar kuning 11
7 Ilustrasi perhitungan nilai indeks kon 13
8 Pola tingkah laku ikan selar kuning ketika dipapar cahaya putih dan biru
pada 4 intensitas yang berbeda 14
9 Sel kon sebelum dipapar cahaya 19
10 Pergerakan sel kon yang terpapar cahaya putih pada intensitas cahaya
berbeda selama 30 menit 19
11 Pergerakan sel kon yang terpapar cahaya biru pada intensitas cahaya
berbeda selama 30 menit 19
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi penelitian 26
2 Hasil uji statistik laju respons ikan selar kuning menuju sumber cahaya 27
3 Hasil uji statistik laju respons ikan selar kuning berkumpul di
bawah sumber cahaya 28
4 Hasil uji statistik laju respons ikan selar kuning melakukan pola acak 29
5 Hasil uji statistik pengaruh cahaya dan perlakuan berbeda terhadap pola
respons ikan selar kuning 30
6 Data hasil perhitungan penjuluran sel kon dan kon indeks dengan 4
intensitas berbeda Parametric Independent Samples T- test 33
7 Hasil uji statistik penjuluran sel kon pada ikan selar kuning terhadap
cahaya dan intensitas berbeda 34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Salah satu tingkah laku ikan adalah tertarik pada sumber cahaya atau
disebut juga fototaksis positif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku
ikan terhadap cahaya antara lain intensitas, komposisi spektrum warna cahaya dan
lama penyinaran (Fitri 2008). Sejauh ini kegiatan penangkapan pada perikanan
tradisional lebih banyak dilakukan berdasarkan tradisi atau budaya nelayan sendiri.
Oleh sebab itu bila tingkah laku ikan serta faktor-faktor yang berkaitan dengannya
dapat diketahui dan dipahami maka akan terbuka jalan untuk mengetahui cara-
cara yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas suatu alat tangkap bahkan
dapat memacu dan memodifikasi suatu jenis alat penangkapan yang baru dan
lebih sesuai (Utami 2006).
Permasalahan sumberdaya maupun lingkungan yang sedang dihadapi saat
ini juga menjadi dasar dan alasan penting bahwa pengembangan teknologi
penangkapan ikan dimasa mendatang lebih dititikberatkan pada kepentingan
sumberdaya dan perlindungan lingkungan (Purbayanto dan Baskoro 1999).
Konsep pengembangan teknologi penangkapan ikan sekarang ini tidak hanya
menekankan pada peningkatan jumlah hasil tangkapan tetapi juga harus
memperhatikan dampak lingkungan. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan
misalnya perubahan kelimpahan dan distribusi dari sumberdaya perikanan
(Gislason 2003). Oleh sebab itu perlu percepatan penciptaan teknologi
penangkapan ikan yang ramah lingkungan (Gopakumar 2002).
3
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara garis besar sebagai upaya untuk pengoptimalan proses
penangkapan ikan, khususnya pada perikanan lampu (light fishing). Penelitian
dilakukan dengan skala laboratorium untuk pengamatan terhadap tingkah laku
ikan selar (Selaroides leptolepsis) dan adaptasi retina ikan selar (Selaroides
leptolepsis) dengan menggunakan lampu LED putih dan biru. Batasan dalam
penelitian ini, penggunaan warna cahaya dengan didasarkan pada penelitian
terkait yang pernah dilakukan sebelumnya serta tidak melakukan penelitian lapang
di perairan. Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Penelitian dilakukan di laboratorium dengan sampel ikan selar yang
diperoleh dari hasil tangkapan Sero. Pengamatan tingkah laku ikan dan
responsnya terhadap intensitas cahaya lampu putih dan biru diharapkan hasilnya
dapat dimanfaatkan dalam pengembangan perikanan tangkap dengan alat bantu
cahaya.
5
METODE
Penelitian yang dilakukan memerlukan alat dan bahan untuk membantu proses
penelitian. Selain ikan sampel, ikan selar kuning, peralatan yang digunakan dalam
penelitian laboratorium, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Daftar alat yang digunakan selama penelitian
No Alat Kegunaan
1 Ember plastik Media transportasi ikan sampel dari laut ke
laboratorium dan media pemaparan cahaya
2 Bak fiber 200x150x100 cm Media pengamatan tingkah laku
3 Data sheet dan alat tulis Mencatat hasil pengamatan
4 Lampu LED Alat uji terhadap cahaya
5 Alat bedah Pengambilan sampel retina mata ikan
6 Termometer Mengukur suhu air
7 pH meter Mengukur pH air
8 Refraktometer Mengukur salinitas air
9 Larutan Bouink dan alkohol 70% Fiksasi sampel retina ikan
10 Kamera infra red Dokumentasi pengamatan tingkah laku ikan
sampel
Ikan selar kuning (Selaroides leptolepsis) yang telah diamati laju dan respons
selanjutnya akan diberi paparan cahaya untuk pengambilan sampel retina mata.
Menurut Purbayanto et al. (2010), metode histologi merupakan salah satu metode
untuk menganalisis penglihatan ikan sehingga diketahui kemampuan ikan dalam
membedakan kekontrasan objek benda terhadap keadaan di sekelilingnya. Ikan
selar kuning hidup diberi istirahat satu hari sebelum diberi perlakuan untuk
histologi. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah ikan mengalami stres.
Tahap histologi akan memperlihatkan respons ikan selar kuning pada skala
laboratorium melalui analisis pergerakan sel kon. Tahapan pengambilan sampel
mata ikan selar kuning meliputi:
1. Ikan selar kuning dipindahkan ke dalam bak terpisah berisi air laut yang telah
disesuaikan kondisinya. Bak yang digunakan berbentuk silinder dengan
diameter bawah 40 cm, diameter 50 cm, tinggi 43 cm dan tinggi air laut 15 cm;
2. Ikan selar kuning dikondisikan tanpa cahaya untuk aklimatisasi di wadah baru
selama 30 menit;
3. Pengambilan sampel mata dilakukan setelah ikan dipapar cahaya selama 30
menit. Proses pemaparan cahaya putih dan biru dapat dilihat pada Gambar 5;
4. Proses pengambilan mata dilakukan ditempat yang tidak terlalu terang. Ikan
diambil dan ditusuk pada bagian otaknya hingga mati dan diambil bagian
matanya (Jeong et al. 2013; Susanto et al. 2017). Mata yang digunakan untuk
histologi hanya salah satu sisi (mata kanan) saja.
5. Sampel mata ikan selar kuning kemudian langsung difiksasi dengan Larutan
Bouin agar mengurangi risiko kerusakan retina.
11
Gambar 6 Pola potongan pengambilan sampel retina mata ikan selar kuning
Prosedur histologi yang digunakan merupakan metode standar pada
Laboratorium Kesehatan Ikan BDP IPB. Sampel retina mata ikan selar kuning
selanjutnya diobservasi sel konnya di bawah mikroskop untuk mengetahui
adaptasi retina mata ikan tersebut terhadap warna putih dan biru.Urutan perlakuan
histologi adalah sebagai berikut (Fitri 2008 dan Arimoto T 2010):
12
a. Fiksasi (fixation)
- individu yang masih hidup akan disorot oleh lampu yang memiliki
intensitas yang sama dengan intensitas perlakuan, kemudian dimasukkan
ke dalam botol sampel yang berisi formalin 10% selama 24 jam;
- mata ikan dipisahkan dari tubuhnya kemudian dimasukkan ke dalam
sample net untuk dilarutkan ke dalam larutan Bouink selama 24 jam
kemudian dilarutkan decaltifikasi selama 48 jam;
- direndam pada larutan netralisasi 5% selama 24 jam.
b. Dehidrasi (Dehydration)
- menggunakan alat otomatis dalam proses dehidrasi yaitu tissue processor
yang kerjanya meliputi proses dehidrasi dan infiltrasi;
- sampel mata yang telah kaku akibat proses fiksasi dimasukkan ke dalam
tissue teck, kemudian ditata dalam tissue holder agar jaringan tidak jatuh
dan alkohol dapat keluar masuk dalam dehidrasi;
c. Penjernihan (Clearing)
- menggunakan cara yang sama dengan proses dehidrasi kemudian
dimasukkan ke dalam larutan xylol;
d. Infiltrasi (Infiltration)
- menggunakan cara yang sama dengan proses dehidrasi kemudian
dimasukkan ke dalam larutan parafin;
e. Penanaman Jaringan (Embedding) dan Blocking
- sampel diambil dari tissue holder dan ditata pada tempat pemblokan
(cetakan aluminium) di atas hotplate dengan pinset kemudian diberi
tanda;
- setelah ditata, parafin cair dituangkan dari wax dispenser ke tempat
pemblokan;
- parafin ditempatkan pada bantalan es agar cepat beku dan padat serta
tidak pecah saat penyayatan;
f. Penyayatan (Section) dan peletakan pada gelas obyek
- blok jaringan diletakkan pada mikrotom dan skalanya diatur agar jaringan
terpotong 4 µm
- pemotongan dilakukan dengan perlahan. Bila irisan dianggap baik, irisan
sampel dipindahkan ke dalam baskom berisi air dingin dan ditempelkan
pada gelas obyek yang telah diberi kode, kemudian dicelupkan ke dalam
waterbath agar sampel mengembang;
- preparat dikeringkan pada hotplate;
g. Pewarnaan (Staining) dan Mounting
- preparat histologi yang telah kering ditempatkan pada keranjang
pewarnaan dan dimasukkan ke dalam larutan pewarna hermatoxylin dan
eosin;
- preparat ditutup dengan kaca penutup;
- keringkan dan siap diamati di bawah mikroskop;
- pemotretan.
Adaptasi retina ikan dilihat dari perubahan sel kon tiap intensitas warna cahaya
yaitu rasio/proporsi naiknya sel kon (cone index). Rasio adaptasi retina diperoleh
dari nilai indeks cone, dihitung berdasarkan pola pergerakan cone (Gambar 7).
13
Analisis Data
Laju dan Pola Respons Ikan Selar Kuning terhadap Cahaya dan Intensitas
Berbeda
Pengamatan tingkah laku juga dilihat pergerakan dominan ikan selar kuning
pada saat ikan membentuk pola acak di bawah sumber cahaya. Pengamatan
tersebut dilakukan pada setiap ulangan di setiap perlakuan. Dari hasil pengamatan
tersebut, pergerakan rata-rata ikan selar pada saat pola acak (pola transisi) adalah
10-15 cm pada setiap intensitas berbeda. Secara dominan, ikan bergerak ke arah
kanan sebelum berputar dan kembali berkelompok untuk bergerak menuju zona
gelap. Pergerakan tersebut terjadi untuk kedua warna cahaya yang dipaparkan,
putih dan biru. Ikan selar lebih dominan berada pada zona terang untuk menjaga
jarak terhadap sumber cahaya sehingga karakteristik schooling yang terbentuk
dapat bertahan (Susanto et al. 2018).
Pergerakan ikan terkonsentrasi melingkar di pusat cahaya berlangsung cepat
dan setelah itu ikan akan membentuk pola acak sebagai transisi untuk bergerak
menuju zona gelap. Saat ikan berenang menuju zona gelap, besar kemungkinan
bahwa ikan telah mencapai titik jenuh. Pola gerakan tersebut terjadi secara
berulang selama 30 menit pengamatan. Woodhead 1966; Martin & Perez 2006
menjelaskan bahwa sesekali ikan berada di luar zona pencahayaan (zona redup)
untuk kemudian kembali ke zona terang sebagai bentuk penyesuaian orientasi
penglihatan terhadap perubahan iluminasi cahaya disekitarnya. Laju rata-rata
respons ikan selar kuning bereaksi terhadap cahaya putih dan biru dapat dilihat
pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3 Rata-rata waktu yang dibutuhkan ikan berenang menuju cahaya putih
Perlakuan (detik)
Ulangan
10 Lux 20 Lux 35 Lux 50 Lux
1 2.21 3.27 3.21 2.24
2 3.40 4.25 2.42 1.36
3 3.85 3.82 1.27 3.57
Rata-rata 3.15 2.50 3.58 2.39
Tabel 4 Rata-rata waktu yang dibutuhkan ikan berenang menuju cahaya biru
Perlakuan (detik)
Ulangan
10 Lux 20 Lux 35 Lux 50 Lux
1 3.52 1.32 3.31 2.73
2 4.61 2.72 3.54 2.1
3 2.80` 4.32 2.52 2.25
Rata-rata 2.81 2.79 3.12 3.20
Semakin tinggi intensitas cahaya yang dipaparkan pada ikan selar kuning,
waktu yang dibutuhkan ikan selar untuk melingkari sumber cahaya cenderung
lebih cepat. Hal yang sama juga terjadi pada pemaparan cahaya putih dan biru,
tetapi berdasarkan hasil pengamatan, ikan selar lebih cepat menuju zona gelap
pada cahaya putih bahkan pada intensitas rendah. Ikan selar lebih lama bertahan
pada cahaya biru. Laju rata-rata respons ikan selar kuning berkumpul di bawah
sumber cahaya dan laju respons rata-rata ikan selar kuning melakukan pola acak
sebelum menuju zona gelap dapat dilihat pada Tabel 5, Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel
8.
16
Tabel 7 Rata-rata waktu ikan berada di pola acak pada cahaya putih
Perlakuan (detik)
Ulangan
10 Lux 20 Lux 35 Lux 50 Lux
1 1.21 2.62 1.54 1.31
2 2.57 1.23 1.32 1.27
3 1.86 1.05 1.4 1.65
Rata-rata 1.88 1.63 1.42 1.41
Tabel 8 Rata-rata waktu ikan berada di pola acak pada cahaya biru
Perlakuan (detik)
Ulangan
10 Lux 20 Lux 35 Lux 50 Lux
1 1.48 2.31 1.92 2.32
2 2.23 1.88 2.31 2.21
3 1.51 1.72 2.43 1.72
Rata-rata 1.74 1.97 2.22 2.08
Cahaya lampu menjadi stimulus yang dapat direspons oleh ikan selar kuning
sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Respons tersebut seperti bergerak
menuju cahaya berkaitan dengan waktu reaksi ikan selar kuning terhadap cahaya.
Utami (2006) melakukan penelitian dengan tema yang sama pada ikan pepetek,
menyebutkan bahwa cahaya biru adalah cahaya urutan kedua yang dapat menarik
ikan setelah warna hijau karena swimming layer ikan pepetek sesuai dengan
17
panjang gelombang cahaya biru yang dapat menembus perairan dalam dibanding
cahaya putih. Susanto et al. (2017) melakukan penelitian pada ikan teri dan
mendapat hasil yang serupa, yaitu ikan teri bereaksi lebih cepat terhadap cahaya
putih namun ikan teri bertahan lebih lama di area pencahayaan pada cahaya biru.
Hal ini sangat berhubungan dengan proses adaptasi sel fotoreseptor pada retina
mata dan adaptasi tingkah laku ikan teri. Owen et al. (2010), penggunaan cahaya
putih selama satu minggu pada juvenil ikan Tinca tinca menyebabkan kandungan
kortisol yang lebih tinggi dibandingkan dengan cahaya biru. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam durasi waktu yang sama cahaya putih memicu
tingkat stress yang lebih besar dibandingkan dengan cahaya biru.
Laju respons merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tingkah laku
ikan. Laju menjadi salah satu indikator untuk mengindikasikan kemampuan ikan
selar kuning dalam menerima cahaya berbeda. Secara statistik, pengaruh laju
respons ikan selar kuning terhadap perlakuan cahaya dapat diketahui dari uji t
(Tabel 9 dan Tabel 10).
Tabel 9 Uji T (One Samples Test) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
laju respons ikan selar kuning pada cahaya putih
Perlakuan
Pola Respons Sig
10 Lux 20 Lux 35 Lux 50 Lux
Berdasarkan hasil uji statistik yang ditunjukkan oleh Tabel 9 dan Tabel 10,
dapat diketahui hasil uji statistik (uji T) menunjukkan bahwa secara keseluruhan
baik cahaya putih maupun biru tidak memiliki pengaruh nyata terhadap laju
respons ikan selar kuning (α>0.05). Hasil tersebut diduga karena sifat lampu LED
yang cahayanya menyebar luas, sehingga pada saat lampu dinyalakan, ikan selar
kuning tidak mendapat cukup wilayah gelap. Selain itu, cahaya biru dan putih
merupakan cahaya yang memiliki intensitas yang tinggi. Menurut Hasly (2019)
Lampu LED biru memiliki intensitas tertinggi dibandingkan dengan lampu lain,
18
dengan nilai sebesar 5,E-03 watt/cm2 pada jarak 25 cm dari sumber lampu. Lampu
LED yang memiliki intensitas tinggi selanjutnya adalah warna putih, dengan nilai
sebesar 2,E-03 watt/cm2 pada jarak 25 cm dari sumber cahaya. Susanto (2019)
dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa lampu LED biru dan putih
merupakan salah satu lampu yang disarankan sebagai lampu pemikat (attractant
lamp) untuk penangkapan ikan selar dengan intensitas minimum (threshold)
sebesar 3-23 μW/cm². Oleh karena itu, pada perkembangan perikanan lampu saat
ini, dalam pengoperasiannya diperlukan rekayasa lampu LED dengan membuat
cahaya yang dikeluarkan oleh lampu LED menjadi lebih fokus sehingga
penggunaan lampu LED dapat lebih maksimal.
.
Adaptasi Retina Mata Ikan Selar Kuning
Retina merupakan salah satu dari bagian mata pada ikan yang berfungsi
sebagai reseptor penglihatan. Matsuoka (1999) menjelaskan bahwa retina ikan
umumnya terdiri dari tiga tipe lapisan indera penglihat (visual cell layer), yaitu sel
kon tunggal (single cone), sel kon ganda (twin cone), dan sel rod. Sel kon
merupakan reseptor penglihatan untuk color vision dan ketajaman penglihatan
(visual acuity). Setiap spesies ikan memiliki nilai adaptasi sel kon yang berbeda
tergantung pada tingkat adaptasi cahaya yang diterima oleh masing-masing
spesies ikan yang dipengaruhi oleh proses adaptasi terhadap cahaya (Purbayanto
et al. 2010). Hasil penelitian pengaruh intensitas warna cahaya terhadap adaptasi
retina mata selar kuning (Selaroides leptolepsis) melalui proses adaptasi pada
percobaan skala laboratorium dengan analisis histologi didapatkan bahwa pada
pemaparan cahaya putih, sel kon telah mencapai adaptasi penuh (full adapted)
pada intensitas cahaya sebesar 10 lux, ditandai dengan sel kon yang sudah
mencapai membran pembatas luar. Nilai indeks kon terbagi menjadi dua yaitu
ikan dengan indeks kon 50% atau dalam fase transisi hingga adaptasi (Susanto
2019). Sel kon sebelum dipapar dengan cahaya terletak di dekat epitelium
berpigmen (Gambar 9). Apabila ikan mempunyai sifat fototaksis positif maka sel
kon akan bergerak naik menuju membran pembatas luar (outer limiting
membrane) saat mata ikan tersebut terpapar cahaya.
Pergerakan sel kon tetap terjadi seiring dengan peningkatan intensitas
cahaya yang dipaparkan akan tetapi peningkatan pergerakan sel kon menuju
membran pembatas luar untuk tiap warna cahaya berbeda. Hasil tersebut juga
sependapat dengan Gunarso (1985) yang menyebutkan terjadinya tingkatan
adaptasi mata ikan atau respon ikan terhadap cahaya ditandai dengan naiknya sel
kon (cone cell) yang terdapat pada retina mata ikan. Pergerakan tetap terjadi pada
pemaparan cahaya 20 lux, 35 lux dan 50 lux. Pergerakan sel kon pada retina ikan
selar dengan paparan cahaya putih dapat dilihat pada gambar potongan histologi
(Gambar 10).
19
Lapisan fotoreseptor
Epitelium berpigmen
Gambar 10 Pergerakan sel kon yang terpapar cahaya putih pada intensitas cahaya
berbeda selama 30 menit
Pada pemaparan cahaya biru, sel kon juga telah mencapai adaptasi penuh
(full adapted) pada intensitas cahaya sebesar 10 lux. Pergerakan sel kon tetap
terjadi pada intensitas cahaya lainnya, yaitu 20 lux, 35 lux dan 50 lux (Gambar
11). Fujaya (2002) menyebutkan sensitivitas retina terhadap warna cahaya
tergantung dari pigmen yang terdapat pada sel kon dan sel rod. Seperti halnya
pada semua hewan vertebrata, ukuran sel kon (sel kerucut) menunjukkan
kesensitifan retina terhadap spektrum cahaya.
Gambar 11 Pergerakan sel kon yang terpapar cahaya biru pada intensitas cahaya
berbeda selama 30 menit
20
Tabel 11 Hasil analisis rata-rata ukuran panjang penjuluran sel kon (C’) dan Cone
Index retina ikan selar kuning
terhadap cahaya putih dan lampu biru, sehingga dapat dikatakan ikan merespons
positif terhadap kedua cahaya.
Hasil pengamatan menunjukkan selar kuning lebih bereaksi pada cahaya
dengan iluminasi rendah karena penjuluran ikan lebih maksimal terjadi pada
pemaparan 10 lux hingga 35 lux. Sudirman (2003) melakukan penelitian dengan
ikan pelagis kecil dengan spesies ikan layang memberikan hasil yang serupa.
Tingkat adaptasi retina ikan layang pada simulasi memperlihatkan bahwa ikan
layang telah beradaptasi sempurna pada intensitas cahaya yang rendah, yaitu 14
lux. Ikan layang, selar dan tembang adalah jenis ikan pelagis yang memiliki
swimming layer kurang dari 10 meter sehingga dengan intensitas cahaya yang
lebih rendah, ikan-ikan pelagis, dalam hal ini ikan selar dapat memperlihatkan
reaksi adaptasi pada retina matanya.
Kemampuan selar kuning yang dapat beradaptasi sempurna pada intensitas
rendah dapat berimplikasi baik pada penangkapan. Implikasi tersebut dapat
berupa efisiensi secara ekonomis penggunaan lampu LED saat melakukan proses
penangkapan. Dengan iluminasi rendah, nelayan tidak membutuhkan lampu LED
dalam jumlah banyak, sehingga hal tersebut dapat mengurangi biaya operasi.
Simpulan
Saran
Hasil penelitian terkait tingkah laku ikan Selaroides leptolesis yang telah
dilakukan masih memerlukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan
perhitungan terhadap kecepatan renang ikan saat dipapar cahaya untuk
menentukan waktu efektif yang dibutuhkan dalam proses penangkapan.
Diperlukan penelitian uji terap pada lingkungan sebenarnya. Uji terap dilakukan
untuk proses verifikasi dan validasi terhadap aspek teknis dan kinerja teknologi
pencahayaan yang dihasilkan sehingga dapat digunakan pada perikanan lampu.
22
DAFTAR PUSTAKA
Arimoto T, Glass CW and Zhang X. 2010. Fish Vision and Its Role in Fish
Capture dalam Behavior of Marine Fishes: Capture Processes and
Conservation Challenges. He P, editor. Iowa (USA): Blackwell Scientific.
P25-44.
Ayodhyoa AU.2001.Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.90 hal.
Boujard T. Yann M. & Pierre L. 1992. Diel cycles in Hoplosternum littorale:
entrainment of feeding activity by low intensity colored light. Kluwer
Academic Publishers. Netherlands: 301- 309 hlm.
Fitri ADP. 2008. Respons Penglihatan dan Penciuman Ikan Kerapu terhadap
Umpan Terkait dengan Efektivitas Penangkapan. [Disertasi]. Institut
Pertanian Bogor: Bogor
FujayaY.2002. Fisiologi Ikan, Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.
ProyekPeningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional. 146 hlm
Gislason H. 2003. The Effects Of Fishing on Non-target Species and Ecosystem
Structure and Function. In: Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem.
Ed by M Sinclaid & G Valdimarsson. CABI Publishing & CAB
International. Inggris. Hlm 255-274.
Gopakumar K. 2002. Current State Of Overfishing and Its Impact on Sustainable
Fisheries Management in The Asia-Pasific Region. In: Sustainable Fishery
Management In Asia. Ed. by Robert ARO. Asian Productivity Organization.
Tokyo. hlm. 37-57.
Gunarso W. 1985.Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan Metode dan Taktik
Penangkapan. Diktat Kuliah. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan IPB.Bogor. 281 hal.
Hanafiah KA. 2005. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Ed ke 3. Jakarta
(ID) : PT Raja Grafindo Persada.
Jeong H, Yoo S, Lee J, An YI. 2013. The retinular responses of common squid
Todarodes pacificus for energy efficient fishing lamp using LED.
Renewable Energy. 54:101-104.
Kawamura G, W. Nishimura, S. Ueda and T. Nishi. 1981. Vision in Tunas and
Marlins.Mem. Kagoshima.Univ. Res.Center S.Pac.,Vol 2.No.1.p:4-26.
Marchesan M, Spoto M, Verginellab L, Ferreroa EA. 2005. Behavioral effects of
artificial light on fish species of commercial interest. Fisheries Research.
73:171-185.
Martin RS, Perez JAA. 2006. Cephalopods and fish attracted by night lights in
coastal shallow-waters, off Southern Brazil, with the description of squid
and fish behavior. Revista de Etologia. 8(1): 27-34.
Matsui H, Takayama G, Sakurai Y. 2016. Physiological respons of the eye to
different colored light emitting-diodes in Japanese Flying squid Todares
pacificus. Fish Sci. 82(2):303-309. doi: 10.1007/s12562-015-0965-5.
Matsuoka M.1999. Histological Characteristics and Development of The Retinal
Basis of Vision. Amsterdam: Elsivier
23
LAMPIRAN
26
Lampiran
Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 2 Hasil uji statistik laju respons ikan selar kuning menuju sumber
cahaya
1. Tabel Anova untuk mengetahui pengaruh LED berwarna putih terhadap waktu
respons ikan menuju sumber cahaya
ANOVA
Waktu
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 2.818 3 .939 .957 .458
Within Groups 7.855 8 .982
Total 10.673 11
2. Tabel Anova. untuk mengetahui pengaruh LED berwarna biru terhadap waktu
respons ikan menuju sumber cahaya
ANOVA
Waktu
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups .405 3 .135 .117 .947
Within Groups 9.199 8 1.150
Total 9.604 11
28
Lampiran 3 Hasil uji statistik laju respons ikan selar kuning berkumpul di bawah
sumber cahaya
1. Tabel Anova. untuk mengetahui pengaruh LED berwarna putih terhadap waktu
respons ikan berkumpul di bawah sumber cahaya
ANOVA
Waktu
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups .356 3 .119 .207 .889
Within Groups 4.598 8 .575
Total 4.954 11
2. Tabel Anova untuk mengetahui pengaruh LED berwarna biru terhadap waktu
respons ikan berkumpul di bawah sumber cahaya
ANOVA
Waktu
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups .249 3 .083 .163 .918
Within Groups 4.087 8 .511
Total 4.336 11
29
Lampiran 4 Hasil uji statistik laju respons ikan selar kuning melakukan pola acak
1. Tabel Anova. untuk mengetahui pengaruh LED berwarna putih terhadap waktu
respons ikan melakukan pola acak
ANOVA
Waktu
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups .371 3 .124 1.109 .401
Within Groups .893 8 .112
Total 1.264 11
2. Tabel Anova untuk mengetahui pengaruh LED berwarna biru terhadap waktu
respons ikan melakukan pola acak
ANOVA
Waktu
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups .442 3 .147 .468 .712
Within Groups 2.514 8 .314
Total 2.955 11
30
Lampiran 5 Hasil uji statistik pengaruh cahaya dan perlakuan berbeda terhadap
pola respons ikan selar kuning
1. Uji T (one simple t-test) pada saat ikan menuju sumber cahaya untuk lampu
putih dan biru
Levene's Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
Sig. (2-
6F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Lux 10
Equal variances .243 .648 .543 4 .616 .34667 .63827 -1.42546 2.11879
assumed
Equal variances not .543 3.881 .617 .34667 .63827 -1.44707 2.14040
assumed
Lux 20 Equal variances .054 .828 -.249 4 .816 -.28333 1.13786 -3.44254 2.87587
assumed
Equal variances not -.249 3.900 .816 -.28333 1.13876 -3.44254 2.90813
assumed
Lux 35 Equal variances .079 .792 .991 4 3.780 .45333 .45723 -.81613 1.72280
assumed
Equal variances not .991 3.970 .378 .45333 .45723 -.81995 1.72661
assumed
Lux 50 Equal variances .136 .731 -.836 4 .450 -.80667 .96499 -3.48592 1.87258
assumed
Equal variances not -.836 3.949 .451 -.80667 .96499 -3.49965 1.88632
assumed
31
2. Uji T (one simple t-test) pada saat ikan berkumpul di bawah sumber cahaya
untuk lampu putih dan biru
Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95% Confidence
Interval of the
Mean Std. Error Difference
Sig. (2-
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Lux 10
Equal variances ,288 ,620 -,384 4 ,720 -,28000 ,72851 -2,30268 1,74268
assumed
Equal variances not -,384 3,523 ,723 -,28000 ,72851 -2,41546 1,85546
assumed
Lux 20 Equal variances 1,741 ,257 1,538 4 ,199 ,45933 ,29869 -,36997 1,28864
assumed
Equal variances not 1,538 2,682 ,232 ,45933 ,29869 -,55820 1,47687
assumed
Lux 35 Equal variances 2,920 ,163 -,278 4 ,795 -,18000 ,64783 -1,97868 1,61868
assumed
Equal variances not -,278 2,299 ,804 -,18000 ,64783 -2,64725 2,28725
assumed
Lux 50 Equal variances 4,705 ,096 ,506 4 ,639 ,32333 ,63858 -1,44966 2,09633
assumed
Equal variances not ,506 2,515 ,654 ,32333 ,63858 -1,94973 2,59640
assumed
32
3. Uji T (one simple t-test) pada saat ikan melakukan pola acak untuk lampu putih
dan biru
Levene's Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95% Confidence
Interval of the
Sig. Mean Std. Error Difference
(2-
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Lux 10
Equal variances .322 .601 .302 4 .777 .14000 .46296 -1.14539 1.42539
assumed
Equal variances not .302 3.353 .780 .14000 .46296 -1.24933 1.52933
assumed
Lux 20 Equal variances 5.297 .083 -.640 4 .557 -.33667 .52641 -1.79822 1.12489
assumed
Equal variances not -.640 2.497 .576 -.33667 .52461 -2.22027 1.54694
assumed
Lux 35 Equal variances 3.108 .153 -4.795 4 .009 -.80000 .16683 -1.26320 -.33680
assumed
Equal variances not -4.795 2.677 .002 -.80000 .16683 -1.36908 -.23092
assumed
Lux 50 Equal variances 1.055 .362 -3.056 4 .038 -.67333 .22033 -1.28506 -.06160
assumed
Equal variances not -3.056 3.445 .046 -.67333 .22033 -1.28506 -.02074
assumed
33
Lampiran 6 Data hasil perhitungan penjuluran sel kon dan kon indeks dengan 4
intensitas berbeda
CON PENJULURAN
WARNA INDEX PIGMENT INDEX SEL KON
SAMPEL LUX
CAHAYA
% % (cm)
10 90 76 1.5
20 81 73 1.5
1
35 86 74 1.3
50 88 74 1.4
Putih
10 80 70 1.5
20 73 63 0.9
2
35 84 76 1.7
50 77 67 0.8
10 80 70 1.8
20 86 78 1.8
1
35 90 80 1.6
50 79 72 1.7
Biru
10 83 73 1.7
20 85 67 1.1
2
35 83 63 1.2
50 89 75 1.5
34
Lampiran 7 Hasil uji statistik penjuluran sel kon pada ikan selar kuning terhadap
cahaya dan intensitas berbeda
Group Statistics
Std. Error
C Equal variances .153 .702 -1.540 14 .146 -.2250 .1461 -0.5383 .0883
assumed
Equal variances not -1.540 13.637 .146 -.2250 .1461 -0.5391 .0891
assumed
35
RIWAYAT HIDUP