Data Buku:
Format : 17 x 24 cm
Halaman : xii + 50 halaman
Isi : HVS 70 gram
Cover : Ivory 260 gram
Finishing : Perfect Binding
e-ISBN : 978-623-376-167-3
Diterbitkan Oleh:
P
uji syukur penulis panjatkan pada Allah swt, yang telah meng-
anugerahkan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat mem-
peroleh kekuatan dan hidayah untuk menyelesaikan penulisan buku
ini.
Penulis juga ingin mengucapkan limpah terima kasih kepada alumni
Magister Teknologi Bahan Bangunan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
beserta teman-teman seangkatan 2006, dari sanalah ide dan materi buku
ini penulis peroleh melalui proses pembimbingan perkuliahan dari para
pengajar yang berdedikasi tinggi.
Buku ini memperkenalkan salah satu teknologi bahan beton ringan
yaitu beton non pasir atau beton yang tidak atau sedikit menggunakan
agregat halus (pasir) dalam campurannya, beton ini memiliki sifat dapat
melewatkan air yang besar (permeabilitas tinggi), berbobot ringan dengan
penggunaan semen yang minim. Karena lingkup aplikasinya yang luas yang
mencakup konstruksi perkerasan jalan, dinding penahan, rumah tinggal,
gedung bertingkat, buis beton sampai barang-barang kerajinan sehingga
diharapkan melalui buku ini dapat menjadi sumbangsih dan solusi untuk
menyebarkan teknologi bahan bangunan yang lebih ramah lingkungan
serta dapat menjadi jalan keluar bagi sejumlah permasalahan konstruksi di
Indonesia.
vi Beton Non-Pasir
Semoga buku ini bermanfaat bagi para praktisi teknik sipil maupun
masyarakat luas yang ingin menerapkan teknologi beton non pasir di
lingkungannya. Sumbang saran dari para pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan isi buku ini. Terima kasih.
Diarto Trisnoyuwono
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xi
BAB 1 BETON NON PASIR 1
1.1. Apa Itu Beton Non Pasir 1
1.2. Karakteristik Kekuatan Beton Non Pasir 2
1.3. Proporsi Campuran 4
1.4. Contoh Desain Campuran Beton Non Pasir (Raju, 1983) 4
BAB 2 APLIKASI SEBAGAI LAPIS PERKERASAN JALAN 7
2.1. Persoalan Genangan di Saat Musim Hujan 7
2.2. Mengapa Beton Non Pasir Bermanfaat dalam
Melestarikan Lingkungan 9
2.3. Contoh Proporsi Campuran Beton Non Pasir 11
2.4. Bagaimana Membuat Lapis Perkerasan dari
Beton Non Pasir 12
2.4.1. Lapisan Sub Grade 13
2.4.2. Lapisan Lembar Penyaring (Filter Fabric) 14
2.4.3. Lapisan Sub Base 15
2.4.4. Lapisan Permukaan Beton Non Pasir 15
viii Beton Non-Pasir
-oo0oo-
DAFTAR GAMBAR
-oo0oo-
DAFTAR TABEL
-oo0oo-
1 BETON NON PASIR
B
eton non pasir adalah bentuk sederhana dari beton ringan yang dibuat
dengan cara mengurangi penggunaan butiran halus (pasir). Beton non
pasir dapat dikenal dengan berbagai istilah seperti beton porous, no-
fines concrete, permeconcrete dan pervious concrete, dengan tidak digunakannya
pasir dalam campuran menyebabkan terciptanya rongga antar agregat kasar,
distribusi rongga dalam campuran merata dan saling terkoneksi (kadar
rongga berkisar antara 12%-25%) menyebabkan berkurangnya kepadatan
beton dan permukaan efektif butiran yang harus diselimuti oleh pasta
semen, umumnya kebutuhan semen per m³ beton berkisar antara 70-130
kg sehingga berdampak langsung terhadap porsi semen dalam campuran
dan menghemat biaya konstruksi. Kelebihan utama dari beton non pasir ini
adalah dapat meredam panas, proses pembuatannya yang cepat, kepadatan
yang rendah, porositasnya yang tinggi dan sifat penyusutan yang rendah.
Adonan beton non pasir tidak mudah bersegregasi (karena penggunaan
satu macam jenis/ukuran agregat) oleh sebab itu dapat dituangkan dari
ketinggian.
Kepadatan beton non pasir tergantung pada gradasi agregat kasar yang
digunakan, pada umumnya kepadatannya berkisar antara 60%-75% dari
beton normal. Ukuran agregat yang biasa digunakan 10-20 mm, meskipun
ukuran yang lebih besar masih juga dapat digunakan. Penggunaan agregat
ringan dapat mempengaruhi kepadatan beton hingga mencapai 70 kg/m³.
2 Beton Non-Pasir
Beberapa jenis agregat seperti batu pecah, kerikil alami, blast furnace slag (hasil
sampingan dalam pengolahan logam dalam tanur tegak) dan clinker (dari
bahan tanah liat yang dibakar-batu bekah) dapat menjadi bahan penyusun
beton non pasir. Agregat batu pecah menghasilkan kuat tekan yang lebih
tinggi dibanding jika menggunakan kerikil alami yang cenderung memiliki
permukaan rounded (Raju, 1983).
Beton non pasir telah luas digunakan di beberapa Negara. Umumnya
diaplikasikan sebagai area parkir, jalur jalan dengan lalu lintas ringan, trotoar
serta permukiman yang berwawasan lingkungan karena sifatnya yang
permeable (meneruskan air). Di Indonesia khususnya di kota Yogyakarta
(Fakultas Teknik-Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah
Mada) beton non pasir telah dicoba untuk pembuatan buis beton, perkerasan
jalan lingkungan, batako ringan, bangunan rumah sederhana sampai dengan
gapura.
Gambar 1.1 Karakteristik Utama dari Beton Non Pasir (Aoki, 2009)
Gambar 1.2 Hubungan Antara Kuat Tekan, w/c ratio, a/c ratio Untuk Beton Non
Pasir (Raju, 1983)
4 Beton Non-Pasir
Semen = 1
x 2050 = 236 kg
8,64
Agregat kasar = 7, 25
x 2050 = 1722 kg
8,64
Air = 0,39
x 2050 = 92 kg
8,64
-oo0oo-
2 APLIKASI SEBAGAI LAPIS
PERKERASAN JALAN
D
i saat musim hujan, terutama di kawasan perkotaan banyak
ditemukan pemandangan yang kurang baik karena terdapat
genangan di mana-mana, hal tersebut menyebabkan kualitas
lingkungan menurun karena terlihat kotor, tempat bersarangnya nyamuk
dan sumber penyakit. Genangan air tersebut merambah daerah pemukiman
penduduk dan jalan-jalan perkampungan. Sementara itu sebagian
penduduk berlomba-lomba meninggikan pekarangan halaman dan elevasi
lantai rumahnya karena khawatir menjadi pengalihan limpahan genangan
air. Kasus-kasus semacam ini, baik yang bersifat perorangan ataupun yang
bersama-sama dalam suatu kompleks perumahan, akan membuat bagian
yang lebih rendah makin banyak dan makin lama mendapat genangan air,
saluran-saluran drainase yang tidak normal juga memperlambat genangan-
genangan ini untuk mengalir kembali ke posisi semula meskipun air laut
sudah surut.
Persoalan genangan air ini menimbulkan dampak negatif yang
tidak bisa diabaikan karena menyangkut kerugian dan penderitaan yang
bersifat non fisik maupun fisik, sebagai contoh adalah dampak genangan
air terhadap sarana infrastruktur kota, sebagian besar ruas-ruas jalan yang
tergenang air mengalami kerusakan parah, sehingga mengganggu aktivitas
8 Beton Non-Pasir
lalu lintas di ruas jalan tersebut. Dari segi kesehatan jelas genangan air ini
memberi pengaruh negatif yang besar pula, seperti : penyakit gatal-gatal,
genangan air sebagai tempat bersarangnya nyamuk yang bisa menyebabkan
penyakit malaria ataupun demam berdarah. Buangan limbah masyarakat
di saluran terbuka menambah kekumuhan di daerah yang saluran-saluran
drainasenya tidak berfungsi penuh, belum lagi ditambah septictank yang
akan segera penuh air, sehingga tidak bisa berfungsi dan menimbulkan
pencemaran.
Keadaan yang seperti ini memerlukan upaya penanganan yang cukup
serius, ditambah lagi persoalan genangan air merupakan suatu persoalan
teknis dan non teknis yang sangat kompleks dan rumit, meskipun demikian
tentunya harus ada langkah kongkret untuk menangani permasalahan
di atas. Untuk itu harus dipikirkan bagaimana cara mengatasi banjir
dan genangan air sehingga tidak membawa dampak lebih buruk yaitu
terhambatnya perkembangan perekonomian dan sosial budaya masyarakat.
Gambar 2.2 Teknologi Beton Non Pasir Mendukung Konservasi Sumber Daya
Air (NRMC, 2004)
Beton non pasir dapat mengurangi genangan atau aliran air dari
permukaan lapisan yang kedap (lapis permukaan berbahan aspal dan
beton), sehingga dapat mengurangi kebutuhan terhadap saluran drainase
atau memungkinkan penggunaan saluran drainase dengan kapasitas yang
lebih kecil. Hal tersebut berdampak terhadap efisiensi biaya pengelolaan
limpasan air hujan.
Beton non pasir juga secara alami akan menyaring air hujan yang
telah bercampur dengan material polutan, melalui limpasan air permukaan
terbawa masuk ke dalam saluran drainase, waduk maupun aliran sungai
dapat dikurangi. Sifat beton yg dapat tembus air memungkinkan air hujan
untuk menyusup masuk ke tanah dalam wilayah yang luas, hal ini berdampak
baik untuk menjamin kelestarian ketersediaan air tanah masyarakat. Semua
manfaat ini akan berdampak pada penggunaan lahan yang lebih efektif.
Permukaan tanah yang tertutup oleh lapisan beton non pasir dapat
meningkatkan kesuburan tanaman khususnya di daerah perkotaan /
kawasan permukiman, seperti diketahui bersama bahwa pada wilayah-
wilayah tersebut hampir tidak tersisa permukaan tanah yang terbuka
Aplikasi Sebagai Lapis Perkerasan Jalan 11
sebagai daerah resapan karena telah tertutup rapat oleh lapisan aspal dan
beton yang kedap, dengan penggunaan beton non pasir, air maupun udara
dapat bebas beriflitrasi masuk ke sistem perakaran yang memungkinkan
tanaman mendapat pasokan air yang cukup. Selain itu, bakteri pengurai/
mikro-organisme yang berada dalam tanah dapat berkembang dengan baik
karena cukup mendapat pasokan oksigen, nutrisi dan kelembaban, bakteri
tersebut berfungsi membantu mengurai material polutan yang terbawa oleh
air yang meresap masuk dengan demikian kebersihan sumber air dapat
terjaga.
Gambar 2.3 Beton Non Pasir Dapat Meneruskan Air Ke Sistem Perakaran
Tanaman (NRMC, 2004)
Tabel 2.1 Desain Campuran Beton Non Pasir Menurut Standar ACI 522R-10
Bahan Penyusun Porsi Bahan Dalam Campuran (Kg/m³)
Semen 270-415
Agregat 1190-1480
Rasio (berat) Air : Semen 0,27-0,34
Rasio (berat) Pasir : Agregat Kasar 0-1 : 1
Bahan tambah kimiawi (retarder, untuk memperlambat waktu setting) biasanya
digunakan, penambahan pasir akan mengurangi kadar rongga tetapi sekaligus
dapat meningkatkan kekuatan beton
12 Beton Non-Pasir
Tabel 2.2 Desain Campuran Beton Non Pasir dengan Agregat Kasar
Ukuran 20 mm
Bahan Penyusun Porsi Bahan Dalam Campuran (Kg/m³)
Semen 580*
Agregat kasar (20 mm) 1026
Rasio (berat) Air : Semen 0,3
Rasio (berat) Pasir : Agregat Kasar 0
Digunakan bahan tambah kimiawi (high range, water reducing Rheobuild 1000,
untuk mengurangi penggunaan air dalam campuran beton) sebanyak 760mL
untuk setiap penggunaan 100 kg semen.
Catatan :
* (Diuji Di Fasilitas Laboratorium Holcim dengan Menggunakan Bahan-Bahan
Local)
Kuat tekan kubus beton pada umur 28 hari = 20,2 MPa
* penggunaan semen lebih banyak karena tidak digunakannya pasir dan ukuran
agregat yang lebih besar (20 mm)
Tabel 2.3 Desain Campuran Beton Non Pasir dengan Agregat Kasar
Ukuran 10 mm
Bahan Penyusun Porsi Bahan Dalam Campuran (Kg/m³)
Semen 300-400
Agregat kasar (20 mm) 1026
Rasio (berat) Air : Semen 0,3-0,4
Rasio (berat) Pasir : Agregat Kasar 0
Digunakan bahan tambah kimiawi (retarder, sebanyak 300mL dan super plasticizer
800mL untuk setiap penggunaan 100 kg semen).
Slump : < 75 mm
Catatan :
Kuat tekan kubus beton pada umur 28 hari = 20,2 MPa
telah diaplikasikan oleh holcim singapura pada proyek sesungguhnya.
beton non pasir terdiri atas lapisan slab beton yang terletak di atas lapisan
pondasi berbutir (sub base) dari bahan agregat dengan gradasi terbuka,
lapisan sub base ini terletak di atas sub grade yang dipisahkan dengan lembaran
geo membrane. Susunan material tersebut dipilih agar lapis perkerasan dapat
meneruskan air ke tanah dasar.
Slab Beton
hindari agregat yang berbentuk flaky (pada gambar berikut, yang dicetak
merah keterangannya) karena akan mengurangi kekuatan struktur secara
keseluruhan.
Tabel 2.4 Perbandingan Sifat Fisik Campuran Beton Non Pasir Terkait Porsi
Penggunaan Pasta Semen
-oo0oo-
3 APLIKASI SEBAGAI BAHAN
BANGUNAN GEDUNG
M
enurut Macintosh, et, al 1965 dalam Harber, Paul 2005 penggunaan
beton non pasir sebagai material struktur bangunan gedung telah
dimulai lebih dari 70 tahun di Eropa, Australia dan Kawasan
Timur Tengah. Penggunaan awal teknologi beton ini diketahui dimulai di
Inggris pada tahun 1852 untuk konstruksi 2 unit rumah tinggal dan dinding
penahan di tepi pantai yang berdimensi panjang 61 m dan lebar 2,15 m
(francis, 1965 dalam harber, 2005). Pemanfaatan teknologi beton non pasir
terus berkembang luas terutama setelah krisis material bahan bangunan
pasca perang dunia ke 2, jenis konstruksi yang sering ditemukan adalah
misalnya dinding struktur system cast in place untuk bangunan 1 lantai
maupun gedung bertingkat banyak.
Penggunaan Teknologi beton non pasir untuk elemen struktur utama
bangunan bertingkat awalnya dicoba untuk bangunan 2 lantai, yang
kemudian terus berkembang hingga di tahun 1950 berhasil diterapkan
untuk bangunan 5 lantai. Di saat ini beton non pasir sudah bisa digunakan
untuk komponen material pemikul beban bagi bangunan bertingkat banyak-
hingga 10 lantai. Pencapaian luar biasa tercatat di kota Stutgart, Jerman pada
saat itu dibangun gedung berlantai 19, yang terdiri dari konstruksi struktur
utama 6 lantai terbawah menggunakan beton normal, dan 13 lantai sisanya
menggunakan bahan beton non pasir (malholtra 1976 dalam harber, 2005).
36 Beton Non-Pasir
Produk beton non pasir memiliki kelebihan jika dipakai sebagai bahan
elemen bangunan seperti dinding karena berbobot ringan (alternative
material untuk konstruksi di daerah rawan gempa), teksturnya yang kasar
dapat meredam gema suara dalam ruangan (cocok untuk ruangan studio
rekaman atau siaran), karena mengandung pori yang banyak maka dapat
berfungsi sebagai isolator panas serta menghemat penggunaan semen dan
pasir.
Gambar 3.2 Pabrik Batako Beton Non Pasir di Bawuran, Pleret, Bantul
(foto : Tjokrodimuljo, 2004 dalam Tjokrodimuljo 2007)
Gambar 3.4 Rumah Contoh di Beran, Sleman (foto : Tjokrodimuljo, 2004 dalam
Tjokrodimuljo 2007)
Gambar 3.5 Buis Beton Dibuat Di Dusun Kemiri(foto : Rannu Nugraha T., 2007
dalam Tjokrodimuljo 2007)
40 Beton Non-Pasir
Gambar 3.9 Pot Bunga Dan Barang Kerajinan (foto : L. Bagas, F.D., 2007 dalam
Tjokrodimuljo 2007)
42 Beton Non-Pasir
3.5.2. Penelitian terhadap berat jenis dan kekuatan beton non pasir
Penelitian masih menggunakan dua jenis agregat yang berbeda
karakteristik, untuk melihat pengaruhnya terhadap berat jenis dan kekuatan
tekan beton non pasir. Selain itu dari variasi campuran yang ada akan
menunjukkan range mutu beton non pasir yang masih bisa digunakan
sebagai bahan bangunan.
44 Beton Non-Pasir
Tabel 3.2. Rasio Volume Dan Berat Jenis Beton Non Pasir
Tabel 3.3. Rasio Volume Dan Kuat Tekan Beton Non Pasir
Hasil uji tulangan menunjukan bahwa tegangan leleh 281 MPa, kuat
tarik 398 MPa, dan modulus elastis 194983 MPa.
Kedua dinding dibebani arah horisontal di tepi atasnya searah bidang
dindingnya dengan beban statis. Tampak bahwa retak pertama terjadi
pada beban 2,972 kN dan 15,716 kN berturut-turut untuk dinding tanpa
tulangan dan dinding dengan tulangan. Adapun beban maksimum
sebesar 28,8 kN untuk dinding tanpa tulangan dan 59,9 untuk dinding
dengan tulangan.
-oo0oo-
DAFTAR PUSTAKA
-oo0oo-