Payroll Schemes - Docx 2
Payroll Schemes - Docx 2
ILMU EKONOMI
TRISAKTI
www.stietrisakti.ac.id
2020
CHAPTER 6 - Skema Penggajian
Skema penggajian adalah salah satu bentuk pencairan penipuan. Skema ini mirip
dengan skema penagihan. Hal ini didasarkan pada klaim penipuan untuk pembayaran yang
menyebabkan perusahaan yang sebagai korban untuk secara tidak sadar melakukan
pembayaran yang sebenarnya adalah penipuan.
Dalam skema penagihan, kesalahan klaim biasanya didasarkan pada invoice dimana dalam
invoice tersebut menunjukan bahwa adanya hutang antara korban dengan vendor. Biasanya
dalam skema penggajian, hal yang sering muncul adalah kecurangan dalam time card/ jumlah
waktu kerja, bisa dari jam lembur dan bisa juga dari daftar gaji. Dengan banyak kemungkinan
dimana dalam daftar gaji ada beberapa karyawan yang ternyata tidak mendapatkan gaji yang
sesuai dalam daftar gaji. Atau bisa juga dari jumlah waktu karyawan bekerja, sehingga
perusahaan yang menjadi korban akan terlihat seperti berhutang pada karyawannya untuk
membayar uang lembur karna karyawan tersebut sudah bekerja di jam lembur, yang
sebenarnya tidak.
Skema penggajian dapat didefinisikan sebagai penipuan pekerjaan di mana seseorang
yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau bekerja dalam perusahaan, menyebabkan
perusahaan atau organisasi tersebut mengeluarkan pembayaran dengan membuat
klaim palsu atau bodong atau tidak benar untuk kompensasi kepada orang atau
karyawan tersebut.
Ada 3 kategori utama dalam kecurangan penggajian:
1. Ghost employee schemes
2. Falsified hours and salary schemes
3. Commission schemes
Ghost Employess
Istilah dalam ghost employess Schemes menunjukan bahwa
seseorang dalam daftar gaji yang sebenarnya tidak bekerja
dalam perusahaan yang menjadi korban tersebut. The ghost
employee bisa juga adalah orang yang dibuat buat atau orang
individual asli yang sebenarnya orang yang tidak bekerja pada
pemberi kerja. Ketika ghost employee tersebut memang orang
asli, biasanya orang tersebut adalah kerabat, sahabat, atau
saudara pelaku. karyawan hantu adalah kaki tangan si penipu
yang menguangkan gajinya yang curang dan membagi uang itu
dengan si pelaku. Agar skema karyawan hantu bekerja, empat
hal harus terjadi yaitu:
1. The ghost harus ditambahkan pada daftar gaji
2. Informasi tingkat ketepatan waktu dan upah harus dikumpulkan
3. Paycheck atau pembyaran harus diterbitkan untuk the ghost.
4. Check atau buktinya harus dikirim kepda pelaku atau si kaki tangan.
Adding the Ghost to the Payroll - Bagaimana cara membuat the ghost ke dalam daftar gaji?
Langkah pertama dalam skema ghost employee adalah, 1. Memasukan ghost employee ke
dalam daftar gaji/payroll. Contohnya seperti menejer yang mempunyai tanggung jawab
dalam menghire atau mempekerjakan dan membuat penjadwalan pekerjaan dan
menambahkan lebih dari 80 ghos employee dalam daftar gaji menejer tersebut.dalam kasus
ini the ghost adalah orang asli yang bekerja dalam kasus ini adalah orang-orang nyata yang
bekerja di pekerjaan lain untuk perusahaan yang berbeda. Menejer mengisi time sheet untuk
employee yang tdak nyata atau samaran. Dan selajutnya menejer akan mengambil hasil dri
pembayaran gaji tersebut dan memberikan ke ghost employee, dimana ghost employee akan
mencairkan gajinya dan membagi dngan menejer tersebut.
Ada area yang dapatada untuk menambah ghst employee yautu degan payroll accounting.
Pada dasarnya setiap nama yang terdaftar dalam daftar gaji perushaan, dapat dilakukan
verifikasi karna ada catatan atau record yang sdah diarsipkan oleh perusahaan, dan jika ingin
memverifikasinya tnggal di cek saja. Pda saat pembayaran rekening, kita bsa cek nama
rekeningnya dan melihat apakah orang dan nama tersebutsama. Kemudian apakah orng
tersebut sudah berhenti atau tidak diperusahaan tersebut dan lain lain.
Collecting Timekeeping Information - Hal ke dua yang harus ada adalah mnerbitkan
pembyaran kepada ghost employee, dalam hal ini kasusnya kepada hourly employees,yaitu
pengumpulan dan perhitungan pada informasi ketepatan waktu datangnya ghost employee
tersebut. Si pelaku harus menyediakan akuntansi daftar gaji dengan kartu waktu sebagai bukti
atau sesuatu yang lain yg dpt dijadikan bukti yang menunjukan brapa lama waktu si
karyawan palsu bekerja. Salah satu kunci untuk menjalan kecurangan dalam hal ini adalah
dokumen timekeeping yang mendapatkan persetujuan dari kartu waktu. Biasanya persetujuan
dari timecard harus lewat supervisor terlebih dahulu. Jika memang supervisor nya adalah
pelaku yang memang menimbulkan ghost employee, maka supervisor tersebut dapat dengan
mudah memunculkan fraud jika tidak ada control.tambahan, seperti sesudah supervisor
menyetujui timecard ghost employee tersebut, itu harus disetujui kepada pihak departmen
yang laen dst. Tapi jika employee yang diberikan berupa gaji perbulan dibanding dengan
karyawan yang digaji perjam yang harus membutuhkan timecard. Maka untuk pelaku yang
ingin berbuat curang lebih mudah untuk membuat kecurangan dengan karyawan yng gajinya
dibyar dengan bulanan. Tapi terdapat kelemahan juga karna dengan seperti itu bahwa
karyawan palsu tersebut susah untuk di sembunyikan
Issuing The Ghost Paycheck - Ketika si karyawan samaran sudah memasuki daftar gaji dan
wkt bekerjanya/ time cardnyansudah disetujui, langkah ketiga dalam skema adalah
menerbitkan pembayaran atau paycheck
Kunc utama dalam skema ghost employee adalah pemalsuan yang ada dalam pencatatan
daftar gaji ataupayroll record dan timekeeping information. Ketika pemalsuan sudah terjadi,
maka si pelaku tidak mengambilnperan aktif dalam.melakukan penerbitan check atau
pembayaran. Karna payroll department akan menerbitkan oembyaran berdasrkan informasi
yang sudah disediakam oleh si pelaku pembuat itama tersebut.
Delivery of the paycheck - Langkah terakhir dalam skema karyawan hantu adalah distribusi
cek ke pelaku. Gaji bisa diserahkan kepada karyawan sitempat kerja, dialamat rumah mereka
atau langsung ke rekening bank karyawan yang dituju. Dalam system penggajian karyawan
baru tidak diperbolehkan untuk menditribusikan gaji karena seperti kasus 1738 “ karna
karyawan baru dapat menggelapkan gaji dengan membuat karyawan hantu dalam daftar gaji
yang bertujuan mendistribusikan gaji karyawan yang sudah berhenti atau lulus ditempat kerja
dimasukkan kedalam daftar gaji karyawan hantu atau kepada dirinya sendiri . jika karyawan
fiktif ditambahan kedalam gaji atau personil catatan oleh penipu, masalah distribusi biasanya
kecil.
dalam kasus 146 seperti contoh :supervisor dan karyawan yang sudah resign bersengkokol
dengan cara kartu absen karyawan yang sudah resign masih diajukan oleh supervisor ke
perusahaannya. Dan mengatakan bahwa karyawan tersebut masih aktif yang bertujuan agar
gaji karyawan yang sudah resign tetap dicairkan dan mungkin gaji tersebut dibagi 2 oleh
supervisor dan karyawan yang sudah resign tersebut.
Preventing and detecting Ghost employee schemes - Kebanyakan skema karyawan hantu
berhasil ketika pelaku memiliki wewenang untuk menambah daftar karyawan yang digaji dan
menyetujui kartu waktu karyawan. Maka dari itu perusahaan harus merekrut karyawan baru
melalui departemen sumber daya manusia yang terpusat agar dapat membatasi skema
karyawan hantu . departemen sumber daya manusia harus secara rinci mengecek dan
memverifikasi latar belakang semua calon karyawan sebelum diterima. Departemen sumber
daya manusia bisa menggunakan cara dengan melihat momor jaminan social pemotong
pajak atau asuransi karena biasanya penipu sering lalai dalam membuat daftar karyawan
hantu dibagian ini. Jika karyawan yang sudah berhenti dan gajinya masih menyangkut
dieperusahaan harus melapor ke departemen sumber daya manusia.
Ketika jam kerja karyawan dicatat secara manual biasanya karyawan mencatat jam
kerjanya sendiri dan diberikan kepada supervisor untuk menerima persetujuan dari
supervisor. Kemudia supervisor memverifikasi kartu waktu kerja tersebut untuk
menyetujui dan tidak menyetujui kartu jam setelah itu melaporkan kedepartemen
penggajian agar gaji dapat dikerluarkan .Biasanya cara penipuan ini harus dengan
menyetujui atau berkomplotan dengan supervisor.
Metode ini karyawan harus membohongi supervisor nya dengan cara memanipulasi
kartu jam kerja . biasanya pelaku tidak menyetor kartu jam tersebut dan setelah
menumpuk kartu jam kerja. “ jadi ga sadar gitu supervisornya kalo uda di manipulasi
kartu jam kerjanya.
Cara lainnya adalah pelaku meretas id dan pw supervisor dan dapat memanipulasi kartu
jam kerja pada computer supervisor.
7. Rates of Pay
Sementara diskusi sebelumnya berfokus pada bagaimana karyawan melebih-lebihkan
jumlah jam kerja mereka, harus diingat bahwa seorang karyawan juga dapat
menghasilkan gaji yang lebih besar dengan mengubah tingkat gajinya. Personil atau
catatan penggajian karyawan mencerminkan tingkat gajinya. Jika seorang karyawan
dapat memperoleh akses ke catatan-catatan ini, atau memiliki kaki tangan yang memiliki
akses ke catatan-catatan itu, ia dapat menyesuaikan tingkat upah untuk meningkatkan
kompensasinya.
Pejabat yang ditunjuk harus memverifikasi semua perubahan tingkat upah. Perubahan-
perubahan ini harus dikelola melalui departemen sumber daya manusia yang terpusat.
Setiap perubahan tingkat upah yang tidak diizinkan oleh pengawas dan dicatat oleh
sumber daya manusia harus ditolak.
Setelah supervisor menyetujui kartu waktu untuk karyawannya, kartu waktu itu harus
dikirim langsung ke departemen penggajian, dan karyawan tidak boleh memiliki akses
ke kartu waktu mereka setelah mereka disetujui.Supervisor harus hadir setiap kali kartu
waktu dicetak. Supervisor ini harus bekerja secara independen dari fungsi perekrutan dan
penggajian lainnya. Seorang supervisor yang berbeda harus menyetujui kartu waktu.
Commission Schemes
Komisi merupakan bentuk kompensasi tidak tetap bagi karyawan yang dihitung sebagai
persentase dari penjualan yang dilakukan oleh karyawan. Besarnya sebuah komisi bergantung
pada: jumlah penjualan yang seorang karyawan lakukan dan persentase komisi dari
penjualan-penjualan tersebut. Dengan kata lain, ada 2 cara yang dapat dilakukan oleh seorang
karyawan untuk melakukan kecurangan/ menaikkan komisinya yaitu dengan: (1)
memalsukan jumlah penjualan dan (2) meningkatkan persentase komisi.
1. Fictitious Sales
Seorang karyawan bisa memalsukan jumlah penjualan dengan menciptakan sejumlah
penjualan fiktif. Beberapa cara dilakukan karyawan untuk menciptakan penjualan fiktif yaitu:
Membeli sendiri produk yang dijual dengan syarat modal produk lebih kecil daripada
komisi yang diberikan. Contoh: seorang sales buku anak yang tidak bisa menjual
produknya akhirnya membagikan produknya ke sanak-saudara dengan syarat sanak
saudaranya mau berfoto dengan sang sales dan buku yang dijual untuk digunakan
sebagai bukti penjualan. Ketika ia mencatat penjualan dan memasukan duit penjualan,
ia memasukan duitnya sendiri sehingga sang sales pun berhasil mencapai target dan
mendapatkan komisi.
Menciptakan order penjualan, order pembelian, otorisasi kredit, slip pengemasan,
tagihan, dan lain-lain dengan curang.
Bagi karyawan yang melakukan fraud, yang penting bagi mereka adalah penjualan fiktif yang
mereka lakukan dianggap sah dan perusahaan yang menjadi korban dari penipuan ini tetap
membayarkan komisi mereka.
2. Altered Sales
Cara kedua bagi karyawan untuk memalsukan jumlah penjualan yang ia buat adalah dengan
mengubah harga yang tertera dalam dokumen penjualan; dengan kata lain, karyawan/ penjual
memberikan sebuah harga pada pembeli dan mencatat harga yang lebih tinggi daripada yang
diberikan dalam catatan perusahaan. Hal ini berakibat pada pembayaran komisi yang lebih
besar daripada yang seharusnya diterima. Dalam situasi ini, karyawan/ penjual akan
mengubah tagihan yang akan diterima pembeli agar fraud yang dilakukan tidak terdeteksi
oleh pembeli. karyawan juga akan meningkatkan pendapatan yang diterima dari pembeli,
karena jumlah komisi yang diterima bergantung pada jumlah pendapatan yang didapatkan
karyawan, maka karyawan tersebut akan menerima kompensasi yang berlebih. Ada jug acara
lainnya dengan meningkatkan persentase komisi yang akan diterima, namun hal ini
membutuhkan pengubahan jumlah gaji/ catatan staf, yang akan susah dilakukan oleh
karyawan tanpa kewenangan.
3. Detecting Commission Schemes
Secara umum, seharusnya ada korelasi linear antara jumlah penjualan dengan beban komisi
yang perlu diperiksa dengan membuat sebuah laporan secara periodik. Jika beban komisi
meningkat, hal ini bisa saja mengindikasikan adanya fraud dan memerlukan karyawan yang
tidak terikat pada bagian penjualan untuk menginvestigasi alasan di balik fraud.
Jika seorang sales terlibat dalam “Commission Schemes”, komisi yang didapatkannya
cenderung lebih tinggi dari pada anggota lainnya dalam departemen penjualan. Organisasi
perlu menguji secara rutin fraud jenis ini dengan melakukan analisis yang membandingkan
komisi yang diterima setiap orang, memverifikasi persentase komisi dan menghitung
keakuratan dari komisi yang diterima.
Sebagai tambahan, organisasi juga perlu melacak penjualan yang tidak menerima
pembayaran dari setiap anggota departemen penjualan dengan selalu mempertimbangkan
apakah transaksi tersebut termasuk penjualan fiktif atau tidak. Review dari penjualan yang
tidak diterima pembayarannya perlu dilakukan untuk memverifikasi bahwa transaksi tersebut
merupakan transaksi yang sah. Kelebihan penjualan/ penjualan fiktif juga bisa dideteksi
dengan melakukan random sampling dari pembeli. Seorang karyawan yang tidak terikat pada
departemen penjualan perlu (1) memverifikasi keberadaan pembeli, (2) memastikan bahwa
penjualan sah, dan (3) memastikan bahwa jumlah penjualan yang tercatat sama dengan
catatan pembeli.