Pengarah
Dr. Rachmadi Widiharto, M.A. Direktur Guru Pendidikan Dasar
Penanggung Jawab
Dr. Nita Isaeni, M.Pd Koordinator Pokja Transformasi Pembelajaran
Penyusun
Riski, M.Pd. SD Negeri Sidotopo I48 Surabaya
Rizanudin, S.Pd. Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin
Dr. Meliyanti Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Dr. Nita Isaeni, M.Pd. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Ratna Nurlaila, S.Pd. M.Si. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Fellma Juniati Panjaitan, S.Kom. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Purnami Endrianingsih Soewardi, S.Si, M.Si. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Ita Utari, S.Pd. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Penelaah
Drs. Singgih Prajoga, M.Pd. Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP
Irwan Nurwiansyah, S. Pd. Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP
Drs. Jarwoto P. Priyanto Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP
Drs. Sujatmiko Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP
Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas izin dari-Nya modul ajar berjudul: Mengenal Disinformasi & Pengembangan
Literasi Media bagi Pendidik Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Modul ajar ini dikembangkan oleh Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendibudristek. Tujuan dari
penyusunan modul ajar ini di antaranya adalah untuk meningkatkan pengetahuan
pendidik tentang konsep-konsep kunci dalam upaya mengenali dan mengatasi
disinformasi serta mengembangkan literasi media tentang informasi, jenis-jenis
informasi, dan sebagainya.
Modul ajar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para pendidik
yang selanjutnya agar disampaikan secara luas kepada peserta didik tentang
informasi dan beberapa disinformasi teknologi digital yang terus menerus
berkembang secara dinamis. Setelah membaca modul ajar ini, pendidik dapat
mengenal lebih dekat tentang teknologi digital, berikut risiko-risiko dan
pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan.
Selamat membaca!
November 2022
ii | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Pengantar
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
segala kekurangan yang ada di dalamnya merupakan semata keterbatasan
penyusun dengan tanpa unsur kesengajaan tertentu.
Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I. Pendahuluan 2
A Latar Belakang 2
B Landasan Hukum 3
C Tujuan 5
D Penerima Manfaat 5
1. Pendidik 5
2. Peserta Didik 5
3. Pemangku Kepentingan Lainnya (Stakeholders ) 6
E Panduan Penggunaan Modul 6
iv | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
3. Pengembangan strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan
pesan media 16
4. Kesadaran atas konten media sebagai sebuah teks yang memberikan
pemahaman kepada budaya kita dan diri kita sendiri. 16
5. Pemahaman kesenangan, pemahaman dan apresiasi yang ditingkatkan
terhadap konten media. 16
Glosarium 59
Daftar Pustaka 60
Lampiran Tambahan 61
A Latar Belakang
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah agar para pendidik memiliki pengetahuan
dan kemampuan untuk mengenal serta mengidentifikasi berbagai jenis dan
bentuk disinformasi serta cara mengatasi pengaruh negatif akibat dari
disinformasi yang tersebar secara luas di media sosial atau media lainnya. Para
pendidik dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
mengenai bahaya dari disinformasi dan upaya mengatasi pengaruh negatif dari
disinformasi yang tersebar di media sosial. Para Pendidik dituntut untuk dapat
memahami dengan baik karakteristik para peserta didik serta meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memanfaatkan media sosial secara
bijak dan santun.
Hasil dari kegiatan ToT tersebut, peserta setiap negara diberikan sebuah modul
umum yang dapat digunakan sebagai acuan dan kerangka kerja untuk pelaksanaan
kegiatan di satuan pendidikan masing-masing. Setiap negara dapat mengadaptasi
dan menyesuaikan modul tersebut agar lebih kontekstual dengan kondisi negara
masing-masing dan dapat dimodifikasi dengan mudah oleh pendidik.
Dari uraian di atas, tim pengembang modul melakukan adaptasi dan modifikasi
sesuai dengan konteks yang berlaku di negara Indonesia. Modul ini berfokus pada
peserta didik kelas V dan VI di sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada data bahwa
2 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
penggunaan internet di kalangan peserta didik semakin meningkat dari tahun ke
tahun.1 Selain itu, peserta didik usia kelas V dan VI dipilih karena anak sudah dapat
membuat hipotesis dan berpikir secara abstrak. Fase ini disebut dengan fase
operasional formal.2 Selain itu, anak usia kelas lima dan enam sudah sangat dekat
dengan media sosial bahkan sebagian dari mereka sudah memiliki akun media
sosial. Mereka merekayasa usia untuk memenuhi batas usia minimal untuk
mendaftar di media sosial. Hal ini berdampak bahwa peserta didik kelas V dan VI
memiliki potensi baik untuk memperoleh ilmu dasar tentang disinformasi dan cara
mengatasinya sehingga modul ini disiapkan untuk membekali peserta didik
melalui pendidik untuk siap menggunakan media sosial.
B Landasan Hukum
1
“Penggunaan Internet di Kalangan Siswa Sekolah Semakin Meningkat | Databoks.” Databoks, 3 May 2021,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/03/tren-siswa-sekolah-menggunakan-internet-semakin-meningkat.
Accessed 27 July 2022.
2
Dian, Bujuri Andesta. “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar
Mengajar.” Literasi, vol. IX, 2018, pp. 37-50, www.ejournal.almaata.ac.id/literasi. Accessed Rabu Juli 2022.
8. Peraturan Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Literasi Media dan Literasi Keamanan Siber;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum;
4 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
C Tujuan
D Penerima Manfaat
1. Pendidik
Modul ini dapat digunakan sebagai panduan untuk menyelenggarakan
pembelajaran di kelas untuk mengenalkan disinformasi serta mengembangkan
keterampilan literasi media. Selain itu, modul ini berguna sebagai salah satu
sumber informasi mengenai disinformasi dan literasi media.
2. Peserta Didik
Memahami kekuatan informasi dalam pengambilan keputusan
Membedakan antara disinformasi dan misinformation
Modul ini juga digunakan di kelas awal (kelas I hingga IV) sekolah dasar
dengan melakukan penyederhanaan kedalaman dan keluasan materi serta
strategi, langkah dan konteks pembelajaran sesuai dengan kompleksitas
materi dan perkembangan belajar peserta didik. Pada tingkat kelas lebih
tinggi, pendidik dapat menggunakan modul ini dengan memperkaya,
melengkapi, atau bentuk penyesuaian lainnya dengan materi dan konteks
pembelajaran yang lebih kompleks dan menantang bagi peserta didik.
6 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
BAB II. Dasar Teori
Kata “informasi” tidak mudah untuk didefinisikan. Salah satu cara untuk berpikir
tentang informasi adalah memberikan deskripsi atau jawaban atas ketidakpastian.
Informasi membantu kita membuat keputusan atas pertanyaan yang kita miliki
tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.
2. Informasi juga dapat berupa data, seperti suhu di luar atau jumlah orang yang
mengemudi di jalan tertentu. Data tersebut akan membantu kita mengambil
keputusan seperti memutuskan pakaian apa yang akan dikenakan atau jalan
mana yang harus dihindari.
3. Informasi juga dapat memberi kita perspektif dan wawasan tentang tantangan
lokal dan global dan dapat membantu kita lebih memahami dunia di sekitar
kita.
3
The Asean Secretariat. Training of Trainers Program to Address Disinformation and
Promote Media Literacy Toolkit for Educators. Jakarta, ASEAN Secretariat, 2022.
4
Informasi. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 15 September 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/informasi
5
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta, Rineka CIpta,
2003.
8 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
jurnal, buku-buku dalam perpustakaan, televisi, tokoh masyarakat, orang tua,
teman, dan ujaran dari mulut ke mulut. Namun demikian, ketika internet
diluncurkan, sumber informasi semakin mudah ditemukan seperti beberapa
platform media sosial dan aplikasi pesan instan seperti Facebook, Youtube,
Whatsapp, Twitter, Instagram, dan lain sebagainya.
Gambar 1. 1 Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial di Indonesia (Sumber: We are Social)
Dalam diagram di atas sebanyak 191 juta penduduk Indonesia atau tiga perempat
lebih penduduk Indonesia menggunakan media sosial secara aktif. Seperti yang
kita ketahui bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak positif dan negatif.
Media sosial dan platform digital telah memberi kita manfaat yang sangat besar.
Kita dapat mengakses informasi di ujung jari. Kemampuan kita untuk mengakses
sumber belajar, berkomunikasi dan berbagi pengalaman dengan teman dan
keluarga, dan mendapatkan informasi tentang sesuatu yang terjadi di dunia
sekitar tidak pernah semudah ini. Namun demikian, tidak semua yang kita
temukan di internet dan melalui saluran media sosial kita adalah akurat atau dapat
dipercaya.
B Era Disinformasi
6
Ireton, Cherilyn, and Julie Posetti. Journalism, 'fake News' & Disinformation: Handbook
for Journalism Education and Training. Edited by Cherilyn Ireton and Julie Posetti, United
Nations Educational, Science, and Cultural Organization, 2018. Accessed 27 July 2022.
10 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
penyebar konten misinformation. Disinformasi adalah informasi yang tidak benar,
namun merupakan informasi yang direkayasa (fabricated) oleh pihak-pihak yang
berniat membohongi masyarakat, memengaruhi opini publik, dan mendapatkan
keuntungan. Malinformation adalah informasi akurat, namun penyajiannya
dikemas sedemikian rupa untuk melakukan tindakan yang merugikan pihak lain
seperti mempublikasi informasi pribadi seseorang. Beberapa contoh yang
berkaitan dengan malinformation antara lain, bentuk ujaran kebencian dan
diskriminasi, serta penyebaran informasi hasil pelanggaran privasi dan data
pribadi.
Di bawah ini, ada enam taktik utama yang membantu pembuat disinformasi untuk
meningkatkan kredibilitas, pengikut agar tujuannya tercapai.7
1. Peniruan Identitas:
Disinformasi sengaja diciptakan seolah-olah dibuat oleh tokoh masyarakat seperti
politisi, orang-orang yang berkuasa, atau lembaga dan organisasi untuk
meningkatkan kredibilitasnya.
3. Polarisasi:
Pembagian atas beberapa kelompok yang berlawanan. Seringkali komunitas kita
sudah terpolarisasi pada sejumlah isu. Pembuat disinformasi tahu bahwa jika
mereka dapat memanfaatkan pola pikir yang terpolarisasi dan kecenderungan
7
The Asean Secretariat. Training of Trainers Program to Address Disinformation and
Promote Media Literacy Toolkit for Educators. Jakarta, ASEAN Secretariat, 2022
12 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
pengguna sehingga lebih mempercayai dan membagikan informasi lain yang
berhubungan dengan pembuat disinformasi.
Contoh:
Si A adalah seorang influencer yang menyukai tokoh masyarakat tertentu yaitu
Si X. si B sebagai pengguna media sosial juga menyukai tokoh masyarakat X.
Semua konten yang disebarkan oleh si A langsung dipercayai oleh si B
walaupun faktanya tidak diketahui kebenarannya.
Teori konspirasi: Penjelasan atau teori yang salah tentang mengapa suatu
peristiwa atau aktivitas terjadi. Beberapa teori konspirasi banyak yang
menyalahkan kelompok terselubung atau kelompok elite yang berkuasa
sebagai dalang dari sebuah peristiwa. Pembuat disinformasi dapat
menciptakan, mengadaptasi, atau mempromosikan konspirasi yang ada
berdasarkan kredibilitas yang diperoleh dari para pengguna media sosial.
4. Mendiskreditkan:
Menyudutkan dan memperlemah kewibawaan seseorang atau pihak tertentu.
Ketika pembuat disinformasi dihadapkan pada berita dan informasi yang akurat,
mereka menyerang dengan mendiskreditkan sumber yang kredibel. Proses
mendiskreditkan dapat mencakup informasi palsu dan serangan dapat bersifat
pribadi.
5. Memprovokasi/trolling:
Pembuat disinformasi mengetahui bahwa jika orang yang mereka targetkan dapat
terprovokasi untuk merespons secara emosional, maka itu akan membantu
menarik perhatian, meningkatkan kredibilitas, dan menambah pengikut mereka.
Pembuat disinformasi menggunakan lima taktik sebelumnya untuk memancing
target mereka untuk melakukan aksi provokasi/trolling.
Bentuk dan rupa dari disinformasi dari waktu ke waktu terus menerus berubah. Di
awal modul, peserta didik kemungkinan merasa mudah mengenali dan
membedakan gambar, video, dan berita yang jelas dipalsukan karena
mengandung bahasa provokasi ataupun hal negatif lainnya. Para pelaku penyebar
disinformasi ini terus berinovasi dengan teknologi dan strategi baru untuk dapat
menyampaikan pesan dan memengaruhi target penggunanya yang rentan
terpengaruh. Mereka menggunakan semacam pesan terkode agar tidak disadari
oleh banyak orang, namun cukup populer dan menarik perhatian banyak orang.
Orang yang memiliki agenda politik dan bertujuan menyebarkan berita negatif
biasanya menggunakan simbol tertentu yang hanya dapat dipahami oleh kalangan
mereka. Namun demikian, simbol tersebut sering digunakan oleh banyak orang
tanpa menyadari bahwa ada pesan tertentu di balik simbol tersebut. Simbol
tersebut dapat berupa gambar, karakter kartun, warna, emotikon tertentu yang
populer digunakan. Secara umum contoh pesan terkode adalah sebagai berikut.
Para peserta didik pada tingkatan sekolah dasar yang belum memiliki
pengetahuan tentang simbol-simbol tertentu dapat membahayakan mereka.
Kesadaran memahami simbol-simbol yang digunakan pada media sosial dapat
14 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
memberikan perlindungan bagi anak terhadap hal-hal negatif yang dapat
ditimbulkan dari disinformasi.
E Literasi Media
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) literasi dapat diartikan sebagai
kemampuan mengakses, menganalisis, dan menciptakan informasi untuk tujuan
tertentu.8 Selanjutnya, menurut (Hobbs, 1996: 20) Literasi media dapat dikatakan
sebagai suatu proses mengakses, menganalisis secara kritis pesan media, dan
menciptakan pesan menggunakan alat media.9 Selain itu Sonia Livingstone dalam
buku gerakan literasi media di Indonesia menjelaskan bahwa literasi media adalah
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuk medium.10
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi media adalah sekumpulan
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan menciptakan pesan dalam
berbentuk media dengan tujuan tertentu.
8
Literasi. 2016. Dalam KBBI Daring. Diambil 15 September 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi%20media
9
Hobbs, R. (1996). Media Literacy, Media Activist. Telemedium the Journal of Media
Literacy, 48 (1), hlm 20.
10
Guntarto, dkk. 2012. Gerakan Literasi Media di Indonesia. Yogyakarta: Rumah Sinema.
11
Silverblatt. 1995. Media Literacy: Key To Interpreting Media Messages. Publisher:
Preager. USA.
16 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
BAB III. Perencanaan Pembelajaran
4. Menyiapkan media, alat, sarana dan sumber belajar yang relevan untuk
mencapai KD dan capaian pembelajaran literasi media seperti buku teks
pelajaran, buku referensi, poster, perangkat audiovisual.
18 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Keteladanan adalah perilaku dan sikap pendidik dan tenaga kependidikan sebagai
orang pertama dan utama dalam memberikan contoh dan tindakan-tindakan
sebagai warga negara yang bijak sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
peserta didik untuk mencontohnya. Pembiasaan atau habituasi diciptakan dengan
situasi dan kondisi (persistent-life situation), dan penguatan (reinforcement) yang
memungkinkan peserta didik di satuan pendidikan, di rumah, di lingkungan dan di
masyarakat membiasakan diri dan mendorong perilaku dan karakter sesuai nilai-
nilai literasi media sejak dini yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui
proses intervensi.
Beberapa kompetensi literasi media yang diharapkan muncul untuk peserta didik
kelas V dan VI sesuai dengan pedoman ToT Disinformasi dari ASEAN adalah
sebagai berikut:
Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester : V dan VI
Kelas Kompetensi Literasi Media Indikator Kompetensi Sumber dan Media Pembelajaran
20 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Kelas Kompetensi Literasi Media Indikator Kompetensi Sumber dan Media Pembelajaran
5 Mengidentifikasi bentuk Menjelaskan disinformasi dengan istilah dan jenis yang 1) Video (Youtube)
disinformasi yang ada di tepat. 2) Gawai
media sosial. Menuliskan contoh disinformasi yang dapat ditemukan
di media sosial mereka.
6 Mengidentifikasi simbol Mengetahui berbagai bentuk pesan terkode (emotikon) 1) Video (Youtube)
(emotikon) yang ada di yang ada di media sosial. 2) Gawai
media sosial. Mengidentifikasi berbagai bentuk pesan terkode
(emotikon) yang ditemukan di media sosial yang mereka
gunakan.
Penerapan kompetensi tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan integrasi intrakurikuler dan di luar
intrakurikuler. Berikut ini adalah contoh perencanaan pembelajaran literasi media yang diintegrasikan ke dalam program intrakurikuler.
22 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
B Pembelajaran Literasi Media yang Diintegrasikan
ke dalam Program Intrakurikuler
Tujuan pembelajaran:
Peserta didik dapat mengidentifikasi jenis-jenis sumber informasi.
Tema : Makanan
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Modul Literasi Media | 23
Kelas V
Kompetensi Dasar :
2.1 Memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap makanan dan rantai
makanan serta kesehatan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia.
3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai
makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan
pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan
dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam
dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan
dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
2.1.2 Memiliki kepedulian dan tanggung jawab dalam membangun pola makan
dan gaya hidup sehat berdasarkan sumber informasi berbasis teknologi dan
non teknologi.
3.1.1 Menggali dan mengidentifikasi jenis-jenis informasi dari teks laporan buku
tentang makanan, rantai makanan dan kesehatan manusia menggunakan
sumber informasi berbasis teknologi dan nonteknologi, kosakata baku,
secara lisan dan tulisan.
3.1.2 Menggali dan mengidentifikasi jenis-jenis informasi dari teks laporan buku
tentang keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan
manusia menggunakan sumber informasi berbasis teknologi dan
nonteknologi, kosakata baku, secara lisan dan tulisan.
4.1.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan,
rantai makanan dan kesehatan manusia secara lisan dan tulis dengan
memilih dan memilah kosakata baku dari sumber informasi berbasis
teknologi dan nonteknologi.
24 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
4.1.3 Mengidentifikasi dan menganalisis dampak positif dan negatif dari sumber
informasi berbasis teknologi tentang teks laporan buku berisi makanan, rantai
makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan
pengaruh kegiatan manusia.
Persiapan
Pendidik menyiapkan berbagai wacana tentang:
26 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
c) Kebenaran, kesesuaian atau kelogisan/masuk akalnya isi informasi
berdasarkan fakta-fakta yang diketahui.
2) Peserta didik mencari wacana, artikel atau tulisan berbagai kesehatan manusia
sehari-hari, atau kesehatan tertentu lainnya dengan sumber informasi dari
media elektronik internet, media sosial. Pendidik bersama peserta didik
mendiskusikan hal-hal sebagai berikut.
2) Peserta didik mencari wacana, artikel atau tulisan berbagai fenomena alam
dan pengaruh kegiatan manusia di lingkungan setempat, atau secara global
dengan sumber informasi dari media elektronik internet, media sosial.
Pendidik bersama peserta didik mendiskusikan:
28 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
c) Kebenaran, kesesuaian atau kelogisan/masuk akalnya isi informasi
berdasarkan fakta-fakta yang diketahui.
30 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
C Perencanaan Pembelajaran di Luar
Pembelajaran Intrakurikuler
Identitas Modul
Jenjang : Sekolah Dasar
Kelas : V dan VI
Alokasi waktu : 3 Pertemuan (6 x 35 menit)
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
1) Peserta didik dapat mengidentifikasi jenis-jenis sumber informasi.
Pertemuan 2
4) Peserta didik dapat menganalisis penggunaan teknologi dalam pemerolehan
informasi di kehidupan sehari-hari.
Pertemuan 3
1) Peserta didik dapat mengevaluasi kualitas sumber informasi untuk mengambil
keputusan.
Pertemuan 1
1) Peserta didik berdiskusi mengenai sesuatu yang mereka ketahui tentang
informasi.
Contoh:
https://www.youtube.com/watch?v=HJiKsYy9efI
https://www.youtube.com/watch?v=SXjuzl3-rZE
32 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
4) Peserta didik menggolongkan kartu gambar menjadi dua yakni sumber
informasi sebelum dan setelah mengenal internet.
https://literacycloud.org/stories/895-the-world-without-wheels/
Pertemuan 2
1) Peserta didik menjelaskan pengalamannya dalam penggunaan teknologi
(gawai, laptop, dan lain sebagainya).
“Anak-anak tolong sebutkan tiga aplikasi favorit yang paling sering dibuka
ketika memegang telepon genggam! Dapatkah kalian menceritakan
alasannya?”
2) Peserta didik membuat tabel tentang penggunaan media sosial sesuai dengan
pengalaman mereka.
34 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Alasan menggunakan Lama penggunaan
Jenis Aplikasi
aplikasi per hari
36 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
6) Pendidik bertanya kepada peserta didik tentang sumber informasi yang sering
digunakan.
1. Mencari di tiktok
Bagaimana cara mengedit 2. Mencari di youtube
video bagi pemula? 3. Mencari di instagram
4. dst.
…………………………………………
…………………………………………
10) Peserta didik berdiskusi tentang bagaimana cara mereka menentukan urutan
peringkat sumber informasi.
38 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Asesmen
Peserta didik membuat poster, selebaran sederhana, atau produk komunikatif lainnya yang mempromosikan betapa pentingnya
meningkatkan keterampilan literasi media di era informasi teknologi yang semakin pesat.
Berikut rubrik asesmen yang dapat digunakan untuk menilai produk peserta didik.
Skor 4 3 2 1
Tampilan Tampilan menarik dengan Tampilan menarik dengan Tampilan menarik namun Tampilan kurang
memadukan ide desain dan tata memodifikasi desain poster masih sederhana. menarik
letak yang orisinal. yang sudah ada.
Identitas Modul
Jenjang : Sekolah Dasar
Kelas : V dan VI
Alokasi waktu : 2 Pertemuan (4 x 35 menit)
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
1) Peserta didik dapat menjelaskan disinformasi dengan istilah dan jenis yang
tepat.
2) Peserta didik menuliskan contoh disinformasi yang dapat ditemukan di media
sosial mereka.
Pertemuan 2
1) Peserta didik dapat menjelaskan dampak dari disinformasi.
2) Peserta didik dapat menemukan bagaimana cara membatasi penyebaran
disinformasi.
Aktivitas Pembelajaran
Pertemuan 1
40 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Langkah kegiatan:
1) Pendidik memulai dengan menanyakan kepada peserta didik apa yang
terlintas di pikiran mereka ketika mendengar istilah ”berita bohong” dan
berdiskusi mengenai istilah ini.
Pada suatu siang yang terik, Anita sedang asyik melihat handphonenya. Tanpa
sengaja ia melihat pesan yang masuk sebagai berikut.
Anita secara spontan menyebarkannya kepada Rubi dan Made. Ternyata ketika
Rubi dan Made menekan tautan yang diberikan muncul gambar-gambar yang
kurang layak dilihat untuk anak-anak. Akibat isi pesan tersebut, Rubi dan Made
mendapat konsekuensi dari orang tuanya. Karena peristiwa ini Anita meminta maaf
kepada Rubi dan Made karena ia tidak sengaja melakukannya.
Setelah pesan itu tersebar, keadaan kelas menjadi ribut keesokan harinya. Para
siswa menuduh Jonas telah berbuat curang. Jonas menangis sesenggukan. Jonas
bersama guru kemudian mengklarifikasi di depan kelas bahwa isi pesan yang sudah
tersebar itu tidak benar. Rubi merasa bersalah dan meminta maaf kepada Jonas.
Sumber : https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/hoaks-penerima-
stiker-whatsapp-dibebankan-biaya-rp250/
42 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Sumber: https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4495053/cek-fakta-hoaks-
permen-susu-di-banyumas-mengandung-narkoba-simak-penelusurannya
a) Dari contoh berita di atas, termasuk dalam bentuk kategori yang mana?
b) Apakah kamu mempercayai berita tersebut? Kenapa?
c) Bagaimana kamu mengetahui bahwa berita yang kamu lihat ini salah?
7) Pendidik membimbing siswa untuk dapat menjelaskan apa itu kesalahan informasi.
Skor 4 3 2 1
44 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
3. MODUL 3 “Bagaimana Disinformasi Disebarkan?”
Identitas
Jenjang : Sekolah Dasar
Kelas : V dan VI
Alokasi waktu : 3 Pertemuan (6 x 35 menit)
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1
Peserta didik dapat memahami disinformasi.
Pertemuan 2
1) Peserta didik dapat memahami bias psikologi diri.
2) Peserta didik dapat menjelaskan bagaimana bias dapat digunakan oleh
pembuat disinformasi.
Pertemuan 3
1) Peserta didik dapat menjelaskan tentang filter buble dan bagaimana keluar
dari filter tersebut.
2) Peserta didik dapat menjelaskan bagaimana cara iklan menjadi target
disinformasi.
Modul Literasi Media | 45
Aktivitas Pembelajaran
Pertemuan 1
1) Peserta didik berdiskusi tentang apa yang mereka ketahui tentang disinformasi
5) Pendidik membagi menjadi dua kelompok yang diberi nama kelompok “fakta”
dan kelompok “rekayasa”
7) Kelompok “fakta” berfokus mencari alasan dan bukti bahwa contoh yang
diberikan pendidik tersebut kenyataan
10) Pendidik menjelaskan bahwa di dunia nyata, ada sekelompok orang yang
percaya akan kebenaran dari disinformasi tanpa melalui proses kroscek.
Sebagai seorang pelajar, kalian harus melakukan proses berpikir dan
mengklarifikasi kebenaran suatu berita yang kalian dapatkan.
46 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
12) Pendidik menjelaskan tujuan mengapa disinformasi sengaja disebarkan.
Asesmen
Mintalah peserta didik menganalisis dua gambar di bawah ini kemudian
menentukan gambar mana yang merupakan disinformasi.
Sumber : https://equator.co.id/kinder-joy-pernah-dilarang-
di-amerika-tapi-bukan-karena-kanker/
Sumber: https://surabaya.tribunnews.com/2016/10/13/beredar-pesan-
hoax-permen-jari-mengandung-narkoba-di-ponorogo?page=all
2) Peserta didik berdiskusi fenomena permainan Free Fire yang sekarang ini
sedang diminati kalangan remaja.
https://www.instagram.com/p/CN-
XuVLJsXO/?utm_source=ig_embed&ig_rid=27a72301-2014-4933-a901-
b8a6766495a7
4) Pendidik membagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang menyukai free
fire dengan kelompok yang tidak suka dengan freefire.
Pertemuan 3
2) Peserta didik menceritakan apa yang biasa mereka lakukan di media sosial.
Misalkan: mengunggah foto, cerita, mencari berita, menonton video, dan lain
sebagainya)
48 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
3) Peserta didik membuka media sosial.
Alasan
Jenis mengapa Apa yang kalian lakukan
Apa kalian suka?
postingan muncul di terhadap postingan?
linimasa
Mengapa iklan
Kandungan tersebut Apakah kalian Apa yang kalian lakukan
dalam iklan muncul di menyukainya? terhadap iklan tersebut?
linimasa kita?
50 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
6) Peserta didik menemukan kiriman iklan yang tidak diinginkan namun tetap
muncul dalam lini masa media sosial mereka.
7) Pendidik menjelaskan kepada peserta didik bagaimana hal ini terjadi dan
mencegah agar tidak terus menerus muncul.
a) Perhatikan siapa yang kalian ikuti. Jika kalian mengikuti hanya orang yang
kalian kenal dan percaya, maka kalian akan semakin tidak sering
mendapatkan postingan yang tidak diinginkan.
Asesmen
Peserta didik diminta membuat kegiatan tentang kampanye berbentuk video
mengenai bagaimana kita selama ini terperangkap dalam gelembung yang dibuat
untuk kita. Video tersebut dibuat dengan sekreatif mungkin dan diunggah ke
media sosial.
Skor 4 3 2 1
Identitas
Tujuan pembelajaran:
Pertemuan 1
1) Peserta didik dapat mengetahui berbagai bentuk pesan terkode (emotikon)
yang ada di media sosial.
52 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Pertemuan 2
1) Peserta didik dapat mengetahui arti dari berbagai bentuk pesan terkode
(emotikon) yang ada di dalam media sosial mereka.
2) Peserta didik dapat menggunakan emotikon dengan tepat dan bijak dalam
media sosial mereka.
Aktivitas Pembelajaran
Pertemuan 1
1) Pendidik memulai dengan menunjukkan trailer film “emoji the movie”.
https://www.youtube.com/watch?v=r8pJt4dK_s4
2) Peserta didik mendiskusikan tentang apa yang menarik dari emotikon dan
bagaimana penggunaannya dalam media sosial.
Pertemuan 2
1) Pendidik menunjukkan contoh kiriman di media sosial yang berisi emotikon
tertentu.
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=0OpIZBjZFNs&t=5370s
54 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
2) Peserta didik ditugaskan menemukan emotikon yang ada di kiriman tersebut
dan menuliskan arti dari emotikon tersebut.
https://wolipop.detik.com/tech-gadget/d-4783527/11-arti-emoticon-whatsapp-
yang-sering-disalahgunakan
7) Pendidik menjelaskan kepada peserta didik bahwa emotikon itu salah satu
bentuk pesan terkode yang perlu diketahui dan dipergunakan dengan bijak.
Asesmen
1) Peserta didik dapat menuliskan arti dari emotikon tertentu.
2) Peserta didik dapat menuliskan contoh pesan atau tulisan di media sosial
dengan emotikon yang tepat.
3) Peserta didik dapat menuliskan kiriman atau komentar di media sosial dengan
penggunaan emotikon yang tepat.
Skor 4 3 2 1
56 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
BAB IV. Penutup
A Kesimpulan
2. Peserta didik pada usia sekolah dasar usia 10-12 tahun bahkan pada usia
sebelumnya sudah mengenal dan menggunakan sosial media.
3. Penggunaan media sosial dari peserta didik perlu diberikan edukasi baik dari
orang tua dan pendidik di sekolah agar dapat digunakan dengan bijak dan
terhindar dari pengaruh negatif dari media sosial tersebut.
6. Pengaruh media sosial pada anak kelas lima dan enam sangat besar karena
rata-rata mereka sudah mempunyai media sosial.
2. Bagi Pendidik
a. Meskipun tidak ada muatan khusus (bagi tingkatan sekolah dasar), peserta
didik perlu mendapat pengetahuan dan keterampilan bagaimana agar
mereka dapat menggunakan gawai pintar yang ada di tangan mereka
dengan bijak dan tepat.
c. Mengajak peserta didik untuk dapat berpikir kritis dalam mencerna suatu
informasi yang mereka temukan di media sosial mereka.
58 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Glosarium
Emotikon ilustrasi, ikon, atau kelompok karakter pada papan tombol yang
menunjukkan ekspresi wajah, sikap, atau emosi, biasa digunakan
dalam komunikasi elektronik, media sosial, dan sebagainya.
Dian, Bujuri Andesta. “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar.” Literasi, vol. IX, 2018, pp. 37-50,
www.ejournal.almaata.ac.id/literasi. Accessed Rabu Juli 2022.
Guntarto, dkk. 2012. Gerakan Literasi Media di Indonesia. Yogyakarta: Rumah Sinema.
Hobbs, R. (1996). Media Literacy, Media Activist. Telemedium the Journal of Media
Literacy, 48 (1), hlm 20.
Ireton, Cherilyn, and Julie Posetti. Journalism, 'fake News' & Disinformation:Handbook for
Journalism Education and Training. Edited by Cherilyn Ireton and Julie Posetti,
United Nations Educational, Science, and Cultural Organization, 2018. Accessed 27
July 2022.
60 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Lampiran Tambahan
Berikut disajikan materi dan tujuan yang disarankan apabila diberikan kepada
tingkatan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.
Level /
No. Materi Tujuan Pembelajaran
Tingkatan
62 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar