Anda di halaman 1dari 69

Modul Literasi Media

Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi


Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar

Pengarah
Dr. Rachmadi Widiharto, M.A. Direktur Guru Pendidikan Dasar

Penanggung Jawab
Dr. Nita Isaeni, M.Pd Koordinator Pokja Transformasi Pembelajaran

Penyusun
Riski, M.Pd. SD Negeri Sidotopo I48 Surabaya
Rizanudin, S.Pd. Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin
Dr. Meliyanti Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Dr. Nita Isaeni, M.Pd. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Ratna Nurlaila, S.Pd. M.Si. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Fellma Juniati Panjaitan, S.Kom. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Purnami Endrianingsih Soewardi, S.Si, M.Si. Direktorat Guru Pendidikan Dasar
Ita Utari, S.Pd. Direktorat Guru Pendidikan Dasar

Penelaah
Drs. Singgih Prajoga, M.Pd. Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP
Irwan Nurwiansyah, S. Pd. Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP
Drs. Jarwoto P. Priyanto Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP
Drs. Sujatmiko Pusat Kurikulum & Pembelajaran, BSKAP

Desain dan Layout


Romy Saputra, S.Pd. Nufus Studio

Copyright © 2022
Direktorat Pendidikan Profesi Guru
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Sambutan Direktur Guru Pendidikan Dasar

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas izin dari-Nya modul ajar berjudul: Mengenal Disinformasi & Pengembangan
Literasi Media bagi Pendidik Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Modul ajar ini dikembangkan oleh Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemendibudristek. Tujuan dari
penyusunan modul ajar ini di antaranya adalah untuk meningkatkan pengetahuan
pendidik tentang konsep-konsep kunci dalam upaya mengenali dan mengatasi
disinformasi serta mengembangkan literasi media tentang informasi, jenis-jenis
informasi, dan sebagainya.

Modul ajar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para pendidik
yang selanjutnya agar disampaikan secara luas kepada peserta didik tentang
informasi dan beberapa disinformasi teknologi digital yang terus menerus
berkembang secara dinamis. Setelah membaca modul ajar ini, pendidik dapat
mengenal lebih dekat tentang teknologi digital, berikut risiko-risiko dan
pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan.

Direktorat Guru Pendidikan Dasar Kemendikbudristek menyampaikan terima


kasih kepada para penulis dan para narasumber modul ajar, serta semua yang
telah berkontribusi dalam penyusunan modul ajar ini. Semoga modul ajar ini dapat
menjadi bahan referensi untuk mengenal sekaligus memahami betapa dahsyatnya
informasi digital ini berikut upaya-upaya pencegahan yang ditimbulkan, yang
secara bijak harus disikapi dengan baik .

Modul Literasi Media | i


Semoga modul ajar ini bermanfaat dan dapat memberikan pencerahan secara
komprehensif bagi para pendidik dalam rangka menyongsong dinamika laju
perkembangan teknologi informasi digital.

Selamat membaca!

November 2022

Direktur Guru Pendidikan Dasar,

Dr. Rachmadi Widdiharto, M.A.

ii | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Pengantar

Mengenal Disinformasi dan Pengembangan Literasi Media untuk Jenjang


Pendidikan Sekolah Dasar ini dibuat berdasarkan adaptasi dari Modul “Training Of
Trainers (ToT) Program to Address Disinformation and Promote Media Literacy -
Toolkit for Educators” yang diterbitkan oleh Sekretariat ASEAN pada bulan Januari
2022. Modul ini dibuat dalam rangka mengenalkan pada anak atau peserta didik
yang rentan terhadap disinformasi dan berbagai dampak negatif dari
perkembangan media sosial yang telah memengaruhi kehidupan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Modul ini sekaligus berguna untuk pengembangan media
literasi bagi peserta didik pada jenjang sekolah dasar (SD).

Pembuatan modul ini juga merupakan bentuk inisiasi dari Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berkolaborasi dengan Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menanggulangi dampak dari
adanya disinformasi di lingkungan media sosial. Fokus dalam modul ini adalah
disinformasi karena fenomena disinformasi di negara kita cukup
mengkhawatirkan. Hal ini dapat menjadi area untuk mengadu domba
antarmanusia sehingga perlu bagi anak usia sekolah dasar mengenal sejak dini
bentuk-bentuk disinformasi, dampak, serta cara mengatasinya. Hal-hal ini bisa
didapatkan jika kita menanamkan sejak dini literasi media.

Modul ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi pendidik untuk


menanamkan literasi media pada usia anak sekolah dasar baik melalui
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, ekstra kurikuler maupun bentuk
kegiatan lainnya.

Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
segala kekurangan yang ada di dalamnya merupakan semata keterbatasan
penyusun dengan tanpa unsur kesengajaan tertentu.

Modul Literasi Media | iii


Daftar Isi
Hlm.

Sambutan Direktur Guru Pendidikan Dasar i

Pengantar iii

Daftar Isi iv

BAB I. Pendahuluan 2
A Latar Belakang 2
B Landasan Hukum 3
C Tujuan 5
D Penerima Manfaat 5
1. Pendidik 5
2. Peserta Didik 5
3. Pemangku Kepentingan Lainnya (Stakeholders ) 6
E Panduan Penggunaan Modul 6

BAB II. Dasar Teori 7


A Definisi Informasi dan Kekuatannya 7
B Era Disinformasi 10
C Bagaimana Disinformasi Disebarkan 12
1. Peniruan Identitas: 12
2. Emosi dan kampanye yang menimbulkan kepanikan: 12
3. Polarisasi: 12
4. Mendiskreditkan: 13
5. Memprovokasi/trolling: 13
D Trend Disinformasi 14
E Literasi Media 15
1. Kesadaran akan dampak media pada individu dan masyarakat 15
2. Pemahaman atas proses komunikasi massa 16

iv | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
3. Pengembangan strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan
pesan media 16
4. Kesadaran atas konten media sebagai sebuah teks yang memberikan
pemahaman kepada budaya kita dan diri kita sendiri. 16
5. Pemahaman kesenangan, pemahaman dan apresiasi yang ditingkatkan
terhadap konten media. 16

BAB III. Perencanaan Pembelajaran 17


A Target Kompetensi Literasi Media 20
B Pembelajaran Literasi Media yang Diintegrasikan ke dalam Program
Intrakurikuler 23
1. Identifikasi dan analisis kebutuhan literasi media 23
2. Identifikasi, analisis dan pemetaan literasi media dengan program
intrakurikuler yang relevan 23
3. Penyusunan langkah dan kegiatan pembelajaran 25
4. Asesmen 30
C Perencanaan Pembelajaran di Luar Pembelajaran Intrakurikuler 31
1. MODUL 1 “ Kekuatan Informasi” 31
2. MODUL 2 “Memahami Disinformasi” 40
3. MODUL 3 “Bagaimana Disinformasi Disebarkan?” 45
4. MODUL 4 “Emotikon dan Pesan terkode dalam Media Sosial” 52

BAB IV. Penutup 57


A Kesimpulan 57
B Saran & Rekomendasi 58
1. Bagi Orang Tua 58
2. Bagi Pendidik 58
3. Bagi Komunitas Belajar 58

Glosarium 59

Daftar Pustaka 60

Lampiran Tambahan 61

Modul Literasi Media | v


BAB I. Pendahuluan

A Latar Belakang

Modul Mengenal Disinformasi dan Pengembangan Literasi Media untuk Jenjang


Pendidikan Sekolah Dasar ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Training Of
Trainers Program to Address Disinformation and Promote Media Literacy yang
dilaksanakan dari 17-27 Mei 2022 secara Daring dan diikuti oleh perwakilan para
pendidik dari level sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi dari negara
anggota ASEAN.

Tujuan dari kegiatan tersebut adalah agar para pendidik memiliki pengetahuan
dan kemampuan untuk mengenal serta mengidentifikasi berbagai jenis dan
bentuk disinformasi serta cara mengatasi pengaruh negatif akibat dari
disinformasi yang tersebar secara luas di media sosial atau media lainnya. Para
pendidik dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
mengenai bahaya dari disinformasi dan upaya mengatasi pengaruh negatif dari
disinformasi yang tersebar di media sosial. Para Pendidik dituntut untuk dapat
memahami dengan baik karakteristik para peserta didik serta meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memanfaatkan media sosial secara
bijak dan santun.

Hasil dari kegiatan ToT tersebut, peserta setiap negara diberikan sebuah modul
umum yang dapat digunakan sebagai acuan dan kerangka kerja untuk pelaksanaan
kegiatan di satuan pendidikan masing-masing. Setiap negara dapat mengadaptasi
dan menyesuaikan modul tersebut agar lebih kontekstual dengan kondisi negara
masing-masing dan dapat dimodifikasi dengan mudah oleh pendidik.

Dari uraian di atas, tim pengembang modul melakukan adaptasi dan modifikasi
sesuai dengan konteks yang berlaku di negara Indonesia. Modul ini berfokus pada
peserta didik kelas V dan VI di sekolah dasar. Hal ini didasarkan pada data bahwa

2 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
penggunaan internet di kalangan peserta didik semakin meningkat dari tahun ke
tahun.1 Selain itu, peserta didik usia kelas V dan VI dipilih karena anak sudah dapat
membuat hipotesis dan berpikir secara abstrak. Fase ini disebut dengan fase
operasional formal.2 Selain itu, anak usia kelas lima dan enam sudah sangat dekat
dengan media sosial bahkan sebagian dari mereka sudah memiliki akun media
sosial. Mereka merekayasa usia untuk memenuhi batas usia minimal untuk
mendaftar di media sosial. Hal ini berdampak bahwa peserta didik kelas V dan VI
memiliki potensi baik untuk memperoleh ilmu dasar tentang disinformasi dan cara
mengatasinya sehingga modul ini disiapkan untuk membekali peserta didik
melalui pendidik untuk siap menggunakan media sosial.

B Landasan Hukum

Landasan hukum dari pembuatan Modul Mengenal Disinformasi dan


Pengembangan Literasi Media untuk Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar ini antara
lain:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi


Elektronik (UU ITE) Pasal 28 ayat (1);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan;

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik;

1
“Penggunaan Internet di Kalangan Siswa Sekolah Semakin Meningkat | Databoks.” Databoks, 3 May 2021,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/03/tren-siswa-sekolah-menggunakan-internet-semakin-meningkat.
Accessed 27 July 2022.

2
Dian, Bujuri Andesta. “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar dan Implikasinya dalam Kegiatan Belajar

Mengajar.” Literasi, vol. IX, 2018, pp. 37-50, www.ejournal.almaata.ac.id/literasi. Accessed Rabu Juli 2022.

Modul Literasi Media | 3


5. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas


Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan;

8. Peraturan Badan Siber dan Sandi Negara Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Literasi Media dan Literasi Keamanan Siber;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2015 tentang


Penumbuhan Budi Pekerti;

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum;

11. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 16


Tahun 2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;

12. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor


262/M/2022 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman
Penerapan Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran.

4 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
C Tujuan

Tujuan dari Modul Mengenal Disinformasi dan Pengembangan Literasi Media


untuk Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar ini adalah:

1. Memperluas pengetahuan pendidik tentang konsep-konsep kunci dalam upaya


mengenali dan mengatasi disinformasi serta mengembangkan literasi media baik
media berbasis teknologi maupun nonteknologi seperti perkembangan teknologi
informasi, jenis-jenis informasi disorder, dan sebagainya.

2. Menjadikan modul ini menjadi salah satu alternatif rujukan untuk


menyelenggarakan kegiatan pembiasaan, pembudayaan, ekstrakurikuler atau
kokurikuler tentang literasi media.

3. Memperkuat kapasitas mengajar pendidik dengan menyediakan seperangkat modul


yang dapat disesuaikan dan digunakan sesuai konteks di mana pendidik berada.

D Penerima Manfaat

Manfaat dari penyusunan Modul Mengenal Disinformasi dan Pengembangan


Literasi Media untuk Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar ini di antaranya adalah
sebagai berikut.

1. Pendidik
Modul ini dapat digunakan sebagai panduan untuk menyelenggarakan
pembelajaran di kelas untuk mengenalkan disinformasi serta mengembangkan
keterampilan literasi media. Selain itu, modul ini berguna sebagai salah satu
sumber informasi mengenai disinformasi dan literasi media.

2. Peserta Didik
Memahami kekuatan informasi dalam pengambilan keputusan
Membedakan antara disinformasi dan misinformation

Modul Literasi Media | 5


Menemukan cara mencegah konten-konten tidak layak
Membuat media sosial lebih sehat

3. Pemangku Kepentingan Lainnya (Stakeholders )


Modul ini dapat dijadikan oleh orang tua dan unsur masyarakat lainnya sebagai
salah satu upaya untuk membantu proses percepatan pengenalan disinformasi
sejak dini serta membantu mencegah dampak negatif dari sebuah disinformasi
pada anak-anak. Modul ini dapat dijadikan sebagai rujukan panduan praktik dalam
pembelajaran atau bentuk kegiatan lainnya di sekolah/satuan pendidikan, di
rumah, dan di masyarakat.

E Panduan Penggunaan Modul

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Modul Mengenal


Disinformasi dan Pengembangan Literasi Media untuk Jenjang Pendidikan Sekolah
Dasar ini, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Memahami dasar teori setiap modul.


2. Membaca panduan pelaksanaan pada bagian perencanaan pembelajaran.
3. Mempersiapkan media dan bahan pembelajaran.
4. Mengikuti skenario pembelajaran.
5. Melakukan asesmen.

Modul ini juga digunakan di kelas awal (kelas I hingga IV) sekolah dasar
dengan melakukan penyederhanaan kedalaman dan keluasan materi serta
strategi, langkah dan konteks pembelajaran sesuai dengan kompleksitas
materi dan perkembangan belajar peserta didik. Pada tingkat kelas lebih
tinggi, pendidik dapat menggunakan modul ini dengan memperkaya,
melengkapi, atau bentuk penyesuaian lainnya dengan materi dan konteks
pembelajaran yang lebih kompleks dan menantang bagi peserta didik.

6 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
BAB II. Dasar Teori

A Definisi Informasi dan Kekuatannya

Kata informasi sering dikaitkan dengan teknologi. Misalnya, istilah “teknologi


informasi” sudah tidak asing lagi bagi kita. Namun demikian, informasi itu sendiri
memiliki arti yang luas dan tidak hanya terkait dengan bidang teknologi. Secara
etimologis, informasi berasal dari kata latin ”informationem”. Kata ini memiliki arti
konsep, ide, atau desain. Informasi adalah kumpulan data atau fakta yang diolah
dalam format yang berguna bagi penerima informasi.

Informasi ini dapat digunakan, misalnya, untuk memberikan informasi atau


pengetahuan. Hal ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Informasi ini meningkatkan tingkat pengetahuan Anda tentang
masalah yang bersangkutan. Artinya, ketidakpastian berkurang. Oleh karena itu,
dengan informasi tersebut, Anda dapat mengetahui keadaan objektif masalah dan
membuat keputusan yang tepat menurut deskripsi insiden yang diberikan oleh
informasi.

Kata “informasi” tidak mudah untuk didefinisikan. Salah satu cara untuk berpikir
tentang informasi adalah memberikan deskripsi atau jawaban atas ketidakpastian.
Informasi membantu kita membuat keputusan atas pertanyaan yang kita miliki
tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.

Modul Literasi Media | 7


Informasi dapat memiliki beberapa kegunaan, antara lain:3
1. Informasi dapat memberikan kita pengetahuan. Misalnya, informasi yang
terdapat dalam buku teks sains dapat memberi kita pengetahuan tentang
perubahan iklim.

2. Informasi juga dapat berupa data, seperti suhu di luar atau jumlah orang yang
mengemudi di jalan tertentu. Data tersebut akan membantu kita mengambil
keputusan seperti memutuskan pakaian apa yang akan dikenakan atau jalan
mana yang harus dihindari.

3. Informasi juga dapat memberi kita perspektif dan wawasan tentang tantangan
lokal dan global dan dapat membantu kita lebih memahami dunia di sekitar
kita.

Anton M. Moeliono juga mendefinisikan informasi sebagai data yang telah


diproses, namun pemrosesan tersebut dilakukan untuk suatu tujuan tertentu.
Selanjutnya Anton M. Moeliono juga menyatakan bahwa informasi merupakan
keterangan, kabar berita, pemberitahuan, penerangan, atau bahan nyata lainnya
yang dapat digunakan sebagai bahan kajian analisis untuk mengambil kesimpulan
atau keputusan tertentu. Sedangkan dalam KBBI salah satu pengertian informasi
adalah pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu.4

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam


menyampaikan informasi, media informasi untuk komunikasi massa. 5 Sebelum
internet, sumber informasi yang sangat populer adalah surat kabar, majalah,

3
The Asean Secretariat. Training of Trainers Program to Address Disinformation and
Promote Media Literacy Toolkit for Educators. Jakarta, ASEAN Secretariat, 2022.
4
Informasi. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 15 September 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/informasi
5
Notoatmodjo, Soekidjo. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta, Rineka CIpta,
2003.

8 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
jurnal, buku-buku dalam perpustakaan, televisi, tokoh masyarakat, orang tua,
teman, dan ujaran dari mulut ke mulut. Namun demikian, ketika internet
diluncurkan, sumber informasi semakin mudah ditemukan seperti beberapa
platform media sosial dan aplikasi pesan instan seperti Facebook, Youtube,
Whatsapp, Twitter, Instagram, dan lain sebagainya.

Perkembangan pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin


meningkat. Hal ini dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Gambar 1. 1 Jumlah Pengguna Aktif Media Sosial di Indonesia (Sumber: We are Social)

Dalam diagram di atas sebanyak 191 juta penduduk Indonesia atau tiga perempat
lebih penduduk Indonesia menggunakan media sosial secara aktif. Seperti yang
kita ketahui bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak positif dan negatif.

Media sosial dan platform digital telah memberi kita manfaat yang sangat besar.
Kita dapat mengakses informasi di ujung jari. Kemampuan kita untuk mengakses
sumber belajar, berkomunikasi dan berbagi pengalaman dengan teman dan
keluarga, dan mendapatkan informasi tentang sesuatu yang terjadi di dunia
sekitar tidak pernah semudah ini. Namun demikian, tidak semua yang kita
temukan di internet dan melalui saluran media sosial kita adalah akurat atau dapat
dipercaya.

Modul Literasi Media | 9


Popularitas media sosial yang meningkat memengaruhi para pengguna menjadi
lebih bergantung pada platform digital untuk mengakses informasi dalam
membuat keputusan kecil dan besar. Media sosial dapat memengaruhi dalam
menentukan pakaian apa yang akan dibeli, grup apa yang harus diikuti, dan siapa
yang harus dipilih. Beberapa informasi di media sosial berasal dari sumber
terpercaya, namun tidak sedikit informasi yang didapat adalah informasi yang
tidak akurat atau salah.

Dalam satu dekade ini, pemerintah di seluruh dunia mulai memberlakukan


undang-undang untuk mengatur internet dan media sosial. Pemerintah memiliki
kewajiban untuk melindungi warga negara, termasuk anak-anak, dari informasi
yang berbahaya dan untuk mengatasi pengaruh negatif penggunaan internet dan
media sosial.

Informasi memiliki kekuatan untuk memengaruhi seseorang secara positif atau


negatif. Informasi memiliki kekuatan untuk memberi pengetahuan, dan memiliki
kekuatan yang dapat menimbulkan kerancuan, mempertanyakan nilai diri, sistem
kepercayaan dan otoritas diri. Informasi memiliki kekuatan untuk memanipulasi
perilaku seseorang dan dapat memengaruhi dalam pengambilan keputusan.

B Era Disinformasi

UNESCO dalam Journalism, Fake News and Disinformation tahun 2018


mengkategorikan hoaks menjadi 3 (tiga) jenis: misinformation, disinformasi dan
malinformation.6 Misinformation adalah informasi yang memang tidak benar atau
tidak akurat, namun orang yang menyebarkannya berkeyakinan bahwa informasi
tersebut sahih dan dapat dipercaya. Sejatinya tidak ada tujuan buruk dari

6
Ireton, Cherilyn, and Julie Posetti. Journalism, 'fake News' & Disinformation: Handbook
for Journalism Education and Training. Edited by Cherilyn Ireton and Julie Posetti, United
Nations Educational, Science, and Cultural Organization, 2018. Accessed 27 July 2022.

10 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
penyebar konten misinformation. Disinformasi adalah informasi yang tidak benar,
namun merupakan informasi yang direkayasa (fabricated) oleh pihak-pihak yang
berniat membohongi masyarakat, memengaruhi opini publik, dan mendapatkan
keuntungan. Malinformation adalah informasi akurat, namun penyajiannya
dikemas sedemikian rupa untuk melakukan tindakan yang merugikan pihak lain
seperti mempublikasi informasi pribadi seseorang. Beberapa contoh yang
berkaitan dengan malinformation antara lain, bentuk ujaran kebencian dan
diskriminasi, serta penyebaran informasi hasil pelanggaran privasi dan data
pribadi.

Gambar 1. 2 Sumber: https://literata.id/kursus/hoax/ diakses pada tanggal 28 Juli 2022.

Modul Literasi Media | 11


C Bagaimana Disinformasi Disebarkan

Pembuat disinformasi seperti ahli teori konspirasi, influencer yang disponsori


negara, dan kelompok ekstrimis/teroris menggunakan berbagai taktik untuk
memperkuat kredibilitas mereka, meningkatkan pengikut mereka, dan membuat
konten mereka lebih mudah dipercaya dan dibagikan oleh pengguna. Hal ini dapat
memengaruhi perilaku masyarakat agar mendukung agenda tertentu dari
pembuat disinformasi.

Di bawah ini, ada enam taktik utama yang membantu pembuat disinformasi untuk
meningkatkan kredibilitas, pengikut agar tujuannya tercapai.7

1. Peniruan Identitas:
Disinformasi sengaja diciptakan seolah-olah dibuat oleh tokoh masyarakat seperti
politisi, orang-orang yang berkuasa, atau lembaga dan organisasi untuk
meningkatkan kredibilitasnya.

2. Emosi dan kampanye yang menimbulkan kepanikan:


Pembuat disinformasi memahami bahwa rasa takut dan panik membantu menarik
perhatian pada informasi yang dibuat. Secara emosional, hal ini dapat
memengaruhi pengguna untuk membagikan informasi dan mendiskusikannya
tanpa klarifikasi. Informasi yang menimbulkan ketakutan seringkali dibuat
sensasional untuk menarik minat pembaca.

3. Polarisasi:
Pembagian atas beberapa kelompok yang berlawanan. Seringkali komunitas kita
sudah terpolarisasi pada sejumlah isu. Pembuat disinformasi tahu bahwa jika
mereka dapat memanfaatkan pola pikir yang terpolarisasi dan kecenderungan

7
The Asean Secretariat. Training of Trainers Program to Address Disinformation and
Promote Media Literacy Toolkit for Educators. Jakarta, ASEAN Secretariat, 2022

12 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
pengguna sehingga lebih mempercayai dan membagikan informasi lain yang
berhubungan dengan pembuat disinformasi.

Contoh:
Si A adalah seorang influencer yang menyukai tokoh masyarakat tertentu yaitu
Si X. si B sebagai pengguna media sosial juga menyukai tokoh masyarakat X.
Semua konten yang disebarkan oleh si A langsung dipercayai oleh si B
walaupun faktanya tidak diketahui kebenarannya.

Teori konspirasi: Penjelasan atau teori yang salah tentang mengapa suatu
peristiwa atau aktivitas terjadi. Beberapa teori konspirasi banyak yang
menyalahkan kelompok terselubung atau kelompok elite yang berkuasa
sebagai dalang dari sebuah peristiwa. Pembuat disinformasi dapat
menciptakan, mengadaptasi, atau mempromosikan konspirasi yang ada
berdasarkan kredibilitas yang diperoleh dari para pengguna media sosial.

4. Mendiskreditkan:
Menyudutkan dan memperlemah kewibawaan seseorang atau pihak tertentu.
Ketika pembuat disinformasi dihadapkan pada berita dan informasi yang akurat,
mereka menyerang dengan mendiskreditkan sumber yang kredibel. Proses
mendiskreditkan dapat mencakup informasi palsu dan serangan dapat bersifat
pribadi.

5. Memprovokasi/trolling:
Pembuat disinformasi mengetahui bahwa jika orang yang mereka targetkan dapat
terprovokasi untuk merespons secara emosional, maka itu akan membantu
menarik perhatian, meningkatkan kredibilitas, dan menambah pengikut mereka.
Pembuat disinformasi menggunakan lima taktik sebelumnya untuk memancing
target mereka untuk melakukan aksi provokasi/trolling.

Modul Literasi Media | 13


D Trend Disinformasi

Bentuk dan rupa dari disinformasi dari waktu ke waktu terus menerus berubah. Di
awal modul, peserta didik kemungkinan merasa mudah mengenali dan
membedakan gambar, video, dan berita yang jelas dipalsukan karena
mengandung bahasa provokasi ataupun hal negatif lainnya. Para pelaku penyebar
disinformasi ini terus berinovasi dengan teknologi dan strategi baru untuk dapat
menyampaikan pesan dan memengaruhi target penggunanya yang rentan
terpengaruh. Mereka menggunakan semacam pesan terkode agar tidak disadari
oleh banyak orang, namun cukup populer dan menarik perhatian banyak orang.

Orang yang memiliki agenda politik dan bertujuan menyebarkan berita negatif
biasanya menggunakan simbol tertentu yang hanya dapat dipahami oleh kalangan
mereka. Namun demikian, simbol tersebut sering digunakan oleh banyak orang
tanpa menyadari bahwa ada pesan tertentu di balik simbol tersebut. Simbol
tersebut dapat berupa gambar, karakter kartun, warna, emotikon tertentu yang
populer digunakan. Secara umum contoh pesan terkode adalah sebagai berikut.

1. Simbol angka: angka 5758 dapat melambangkan kesuksesan.


2. Gambar atau simbol: karakter tertentu dari film atau kartun dapat
melambangkan aliran tertentu. Simbol pada emotikon juga dapat
melambangkan arti tertentu.
3. Frase: beberapa kata yang sebenarnya memiliki maksud tertentu.
4. Gestur: tanda dengan menggunakan anggota tubuh memiliki maksud tertentu.
5. Penyalahgunaan tanda tagar (hashtag) yang populer di media sosial namun
disalahgunakan menjadi sesuatu yang negatif.

Para peserta didik pada tingkatan sekolah dasar yang belum memiliki
pengetahuan tentang simbol-simbol tertentu dapat membahayakan mereka.
Kesadaran memahami simbol-simbol yang digunakan pada media sosial dapat

14 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
memberikan perlindungan bagi anak terhadap hal-hal negatif yang dapat
ditimbulkan dari disinformasi.

E Literasi Media

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) literasi dapat diartikan sebagai
kemampuan mengakses, menganalisis, dan menciptakan informasi untuk tujuan
tertentu.8 Selanjutnya, menurut (Hobbs, 1996: 20) Literasi media dapat dikatakan
sebagai suatu proses mengakses, menganalisis secara kritis pesan media, dan
menciptakan pesan menggunakan alat media.9 Selain itu Sonia Livingstone dalam
buku gerakan literasi media di Indonesia menjelaskan bahwa literasi media adalah
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuk medium.10

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi media adalah sekumpulan
kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan menciptakan pesan dalam
berbentuk media dengan tujuan tertentu.

Silverblatt mengidentifikasi lima elemen literasi media (Silverblatt,1995:2-3) yaitu:

1. Kesadaran akan dampak media pada individu dan masyarakat


Dampak dari media pada kehidupan individu dan masyarakat sangat besar.
Bahkan penggunaan media akan memengaruhi pengambilan keputusan seseorang
dalam hidup. Proses pengambilan keputusan terhadap sesuatu hal ini akan

8
Literasi. 2016. Dalam KBBI Daring. Diambil 15 September 2022.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi%20media
9
Hobbs, R. (1996). Media Literacy, Media Activist. Telemedium the Journal of Media
Literacy, 48 (1), hlm 20.
10
Guntarto, dkk. 2012. Gerakan Literasi Media di Indonesia. Yogyakarta: Rumah Sinema.

Modul Literasi Media | 15


memengaruhi munculnya dampak pengiring yang akan menentukan stabilitas
individu dan masyarakat.

2. Pemahaman atas proses komunikasi massa


Proses dalam komunikasi massa akan menentukan perilaku massa. Tentunya
media sosial merupakan suatu wadah yang sangat efektif dan efisien untuk
memengaruhi perilaku massa baik itu dalam konteks negatif maupun konteks
positif.

3. Pengembangan strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan


media
Strategi dalam analisis media terutama media sosial menjadi sangat berkembang
sejalan dengan perkembangan fungsi media sosial yang sangat efektif untuk
beberapa kepentingan di segala bidang.

4. Kesadaran atas konten media sebagai sebuah teks yang memberikan


pemahaman kepada budaya kita dan diri kita sendiri.
Dalam pembuatan konten media sosial terkadang kita tidak menyadari menjadi
sebuah keadaan diri, bagaimana penggambaran diri kita, dan bagaimana sosial
menilai budaya dan diri.

5. Pemahaman kesenangan, pemahaman dan apresiasi yang ditingkatkan


terhadap konten media. 11
Kesadaran masyarakat bahwa media sosial memiliki fungsi yang lebih lanjut dari
sekadar kesenangan semata menjadi sebuah hal yang perlu dipertimbangkan
untuk meningkatkan literasi media.

11
Silverblatt. 1995. Media Literacy: Key To Interpreting Media Messages. Publisher:
Preager. USA.

16 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
BAB III. Perencanaan Pembelajaran

Penyusunan perencanaan pembelajaran dimulai dengan identifikasi dan analisis


muatan dan kompetensi literasi media yang perlu dikuasai sesuai dengan
perkembangan usia, kebutuhan, konteks, karakteristik dan sumber daya dari
satuan pendidikan, peserta didik, orang tua dan daerah untuk dilaksanakan dalam
proses pembelajaran.

Pembelajaran literasi media dapat dilaksanakan secara terintegrasi ke dalam


program intrakurikuler atau mata pelajaran yang ada, sebagai suplemen
pembelajaran dan/atau melalui kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk
pengembangan diri atau program pembudayaan di satuan pendidikan. Muatan
literasi media tidak harus diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri agar tidak
menambah beban belajar peserta didik.

Pengintegrasian literasi media ke dalam kurikulum atau pembelajaran dilakukan


dalam bentuk pengayaan, suplemen, atau konteks yang melengkapi mata
pelajaran yang relevan sesuai dengan karakteristik kompetensi dan materi mata
pelajaran. Pengayaan untuk literasi media dimungkinkan dengan
mempertimbangkan beban belajar peserta didik, kapasitas dan sumber daya
sekolah.

Pengintegrasian mulai dari pemetaan literasi media yang relevan dengan


kompetensi/materi mata pelajaran, penyusunan perencanaan pembelajaran, dan
pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengintegrasikan literasi media pada
kompetensi dasar atau materi intrakurikuler, pendidik perlu merancang
pembelajaran sebagai berikut.

1. Membuat pemetaan capaian pembelajaran literasi media dengan mata


pelajaran/tema, kelas, dan kompetensi dasar (KD) yang relevan dengan literasi
media.

Modul Literasi Media | 17


2. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK) berdasarkan KD dan
capaian pembelajaran literasi media, yang bersifat kontekstual dengan
kehidupan sehari-hari di rumah, di sekolah, di masyarakat sekitar serta yang
menjadi isu aktual dalam konteks nasional.

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau bentuk


perencanaan pembelajaran lainnya berdasarkan KD dan capaian pembelajaran
literasi media (berbasis teknologi atau nonteknologi) sesuai kebutuhan dan
kondisi satuan pendidikan. Aktivitas pembelajaran yang terkait dengan literasi
media diberikan dan diintegrasikan dalam RPP dan proses pembelajaran.

4. Menyiapkan media, alat, sarana dan sumber belajar yang relevan untuk
mencapai KD dan capaian pembelajaran literasi media seperti buku teks
pelajaran, buku referensi, poster, perangkat audiovisual.

Pembelajaran literasi media dapat pula dilaksanakan dalam bentuk suplemen,


pengayaan atau tambahan materi pembelajaran sebagai bagian dari bahan ajar
seperti buku teks pelajaran, buku pengayaan dan dengan menggunakan modul
materi literasi media yang relevan sebagai sumber pembelajaran utama serta
bahan ajar lainnya yang relevan. Muatan ini disajikan secara menarik dan
sederhana. Penggunaan bahan ajar ini misalnya sebagai bahan bacaan pada
Gerakan Literasi Sekolah (15 menit membaca sebelum pelajaran dimulai).

Pembelajaran materi literasi media dapat juga diberikan dalam bentuk


pengembangan diri/ekstrakurikuler untuk mengembangkan dan membentuk
budaya di satuan pendidikan yang melandasi perilaku, kebiasaan dan tradisi yang
dipraktikkan oleh seluruh warga satuan pendidikan, sebagai ciri khas, karakter dan
citra satuan pendidikan di masyarakat. Pembudayaan dibentuk melalui
keteladanan, pembiasaan, pemberian penghargaan, program rutin dan program
insidental sebagai bagian dari program pendidikan yang komprehensif dan
berkelanjutan.

18 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Keteladanan adalah perilaku dan sikap pendidik dan tenaga kependidikan sebagai
orang pertama dan utama dalam memberikan contoh dan tindakan-tindakan
sebagai warga negara yang bijak sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
peserta didik untuk mencontohnya. Pembiasaan atau habituasi diciptakan dengan
situasi dan kondisi (persistent-life situation), dan penguatan (reinforcement) yang
memungkinkan peserta didik di satuan pendidikan, di rumah, di lingkungan dan di
masyarakat membiasakan diri dan mendorong perilaku dan karakter sesuai nilai-
nilai literasi media sejak dini yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui
proses intervensi.

Beberapa kompetensi literasi media yang diharapkan muncul untuk peserta didik
kelas V dan VI sesuai dengan pedoman ToT Disinformasi dari ASEAN adalah
sebagai berikut:

Modul Literasi Media | 19


A Target Kompetensi Literasi Media

Satuan Pendidikan : SD
Kelas/Semester : V dan VI

Kelas Kompetensi Literasi Media Indikator Kompetensi Sumber dan Media Pembelajaran

5 Menjelaskan informasi dan Mengidentifikasi jenis-jenis sumber informasi. 1) Buku Elektronik


dampak dari penggunaan Menggolongkan sumber informasi sebelum dan (https://www.letsreadasia.org/ )

internet. sesudah adanya internet. 2) Video (Youtube)


Menjelaskan dampak positif dan negatif dari
3) Gawai
perkembangan teknologi informasi
Menganalisis penggunaan teknologi dalam
pemerolehan informasi di kehidupan sehari-hari.
Mendeskripsikan dampak media sosial di kehidupan
sehari-hari.
Mengevaluasi kualitas sumber informasi untuk
mengambil keputusan.
·Menjelaskan pentingnya literasi informasi.

20 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Kelas Kompetensi Literasi Media Indikator Kompetensi Sumber dan Media Pembelajaran

5 Mengidentifikasi bentuk Menjelaskan disinformasi dengan istilah dan jenis yang 1) Video (Youtube)
disinformasi yang ada di tepat. 2) Gawai
media sosial. Menuliskan contoh disinformasi yang dapat ditemukan
di media sosial mereka.

Menjelaskan dampak dari disinformasi

Menemukan bagaimana cara membatasi penyebaran


disinformasi.

6 Memahami bagaimana Memahami disinformasi. 1) Video (Youtube)


disinformasi dibuat dan Memahami bias psikologi diri. 2) Gawai
dapat tersebar di media
Menjelaskan bagaimana bias dapat digunakan oleh
sosial.
pembuat disinformasi.

Menjelaskan tentang filter buble dan bagaimana keluar


dari filter tersebut.

Menjelaskan bagaimana cara iklan menjadi target


disinformasi.

Modul Literasi Media | 21


Kelas Kompetensi Literasi Media Indikator Kompetensi Sumber & Media Pembelajaran

6 Mengidentifikasi simbol Mengetahui berbagai bentuk pesan terkode (emotikon) 1) Video (Youtube)
(emotikon) yang ada di yang ada di media sosial. 2) Gawai
media sosial. Mengidentifikasi berbagai bentuk pesan terkode
(emotikon) yang ditemukan di media sosial yang mereka
gunakan.

Mengetahui arti dari berbagai bentuk pesan terkode


(emotikon) yang ada di dalam media sosial mereka.

Menggunakan emotikon dengan tepat dan bijak dalam


media sosial mereka

Penerapan kompetensi tersebut dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan integrasi intrakurikuler dan di luar
intrakurikuler. Berikut ini adalah contoh perencanaan pembelajaran literasi media yang diintegrasikan ke dalam program intrakurikuler.

22 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
B Pembelajaran Literasi Media yang Diintegrasikan
ke dalam Program Intrakurikuler

1. Identifikasi dan analisis kebutuhan literasi media

Tujuan pembelajaran:
Peserta didik dapat mengidentifikasi jenis-jenis sumber informasi.

Peserta didik dapat menggolongkan sumber informasi sebelum dan sesudah


adanya internet.

Peserta didik dapat menjelaskan dampak positif dan negatif dari


perkembangan teknologi informasi

2. Identifikasi, analisis dan pemetaan literasi media dengan program


intrakurikuler yang relevan
Literasi media yang diharapkan dicapai dan dimiliki terkait dengan jenis sumber
informasi yang berbasis teknologi dan nonteknologi, serta dampak perkembangan
teknologi informasi. Salah satu mata pelajaran yang relevan adalah bahasa
Indonesia atau IPS. Kita pilih mata pelajaran bahasa Indonesia.

Tema : Makanan
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Modul Literasi Media | 23
Kelas V

Kompetensi Dasar :
2.1 Memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap makanan dan rantai
makanan serta kesehatan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia.

3.1 Menggali informasi dari teks laporan buku tentang makanan dan rantai
makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan
pengaruh kegiatan manusia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan
dan rantai makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam
dan pengaruh kegiatan manusia secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan
dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

Indikator Ketercapaian Kompetensi Dasar:


2.1.1 Memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap peran makanan dan
rantai makanan pada makhluk hidup di lingkungan sekitar dari sumber
informasi berbasis teknologi dan nonteknologi.

2.1.2 Memiliki kepedulian dan tanggung jawab dalam membangun pola makan
dan gaya hidup sehat berdasarkan sumber informasi berbasis teknologi dan
non teknologi.

3.1.1 Menggali dan mengidentifikasi jenis-jenis informasi dari teks laporan buku
tentang makanan, rantai makanan dan kesehatan manusia menggunakan
sumber informasi berbasis teknologi dan nonteknologi, kosakata baku,
secara lisan dan tulisan.

3.1.2 Menggali dan mengidentifikasi jenis-jenis informasi dari teks laporan buku
tentang keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan
manusia menggunakan sumber informasi berbasis teknologi dan
nonteknologi, kosakata baku, secara lisan dan tulisan.

4.1.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang makanan,
rantai makanan dan kesehatan manusia secara lisan dan tulis dengan
memilih dan memilah kosakata baku dari sumber informasi berbasis
teknologi dan nonteknologi.

4.1.2 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan buku tentang


keseimbangan ekosistem, serta alam dan pengaruh kegiatan manusia
secara mandiri dengan memilih dan memilah kosakata baku (lisan dan tulis)
berbasis teknologi dan nonteknologi.

24 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
4.1.3 Mengidentifikasi dan menganalisis dampak positif dan negatif dari sumber
informasi berbasis teknologi tentang teks laporan buku berisi makanan, rantai
makanan, kesehatan manusia, keseimbangan ekosistem, serta alam dan
pengaruh kegiatan manusia.

3. Penyusunan langkah dan kegiatan pembelajaran

Persiapan
Pendidik menyiapkan berbagai wacana tentang:

Makanan dan rantai makanan


Keseimbangan ekosistem
Kesehatan manusia
Alam dan pengaruh kegiatan manusia

Pembelajaran 1 : Makanan dan Rantai Makanan

1) Mengidentifikasi makhluk hidup (hewan dan tumbuhan, ukuran kecil


dan besar) dari lingkungan setempat berdasar pengalaman atau
mengamati langsung

2) Mendiskusikan dan mendeskripsikan serta kelebihan dan kekurangan


berbagai jenis media penyampaian informasi terkini:

a) Elektronik seperti televisi, radio, internet, buku digital, dan


sejenisnya

b) Cetak seperti koran, majalah, buku cetak, pamflet, dan sebagainya

3) Mencari wacana, artikel atau tulisan berbagai makanan dan rantai


makanan yang terjadi pada makhluk hidup di lingkungan setempat
(misalnya, ayam, kambing, sapi, kucing, anjing, burung, tikus, semut,
dan sebagainya) dengan sumber informasi dari media elektronik
internet, media sosial. Pendidik bersama peserta didik mendiskusikan
hal-hal sebagai berikut.

Modul Literasi Media | 25


a) Cara memeriksa kebenaran atau keabsahan sumber informasi

b) Ketepatan isi informasi dengan tema atau topik pembelajaran yang


dicari

c) Kebenaran, kesesuaian atau kelogisan/masuk akalnya isi informasi


berdasarkan fakta-fakta yang diketahui.

4) Mendiskusikan dan menyimpulkan isi wacana, artikel atau tulisan


berbagai makanan dan rantai makanan yang terjadi pada makhluk
hidup di lingkungan setempat.

5) Menyusun dan menyajikan teks laporan (lisan atau tertulis) makanan


dan rantai makanan secara individual dan kelompok dari sumber
informasi internet atau media lainnya yang terpercaya menggunakan
kosakata baku.

6) Peserta didik mendiskusikan dampak dari isi wacana, artikel atau


tulisan berbagai makanan dan rantai makanan yang isinya memuat
disinformasi, misinformation atau yang bersifat hoaks.

Pembelajaran 2: Keseimbangan Ekosistem

1) Mengidentifikasi keseimbangan ekosistem di lingkungan setempat (misalnya,


sungai, sawah, kolam, halaman rumah, kompleks perumahan, dan sebagainya)

2) Peserta didik mencari wacana, artikel atau tulisan berbagai keseimbangan


ekosistem di lingkungan setempat, di wilayahnya atau wilayah lainnya dengan
sumber informasi dari media elektronik internet, media sosial. Pendidik
bersama peserta didik mendiskusikan:

a) Cara memeriksa kebenaran atau keabsahan sumber informasi.

b) Ketepatan isi informasi dengan tema atau topik pembelajaran yang


dicari.

26 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
c) Kebenaran, kesesuaian atau kelogisan/masuk akalnya isi informasi
berdasarkan fakta-fakta yang diketahui.

3) Mendiskusikan dan menyimpulkan isi wacana, artikel atau tulisan


berbagai keseimbangan ekosistem yang terjadi pada makhluk hidup di
lingkungan setempat.

4) Mendiskusikan peran yang dapat dilakukan manusia dalam menjaga


keseimbangan ekosistem pada makhluk hidup.

5) Menyusun dan menyajikan teks laporan (lisan atau tertulis)


keseimbangan ekosistem secara individual dan kelompok dari sumber
informasi internet atau media lainnya yang terpercaya menggunakan
kosakata baku.

6) Peserta didik mendiskusikan dampak dari isi wacana, artikel atau


tulisan berbagai keseimbangan ekosistem yang isinya memuat
disinformasi, misinformation atau yang bersifat hoaks.

Pembelajaran 3: Kesehatan Manusia

1) Mengidentifikasi kesehatan manusia yang sering ditemui sehari-hari


(memelihara/menjaga kesehatan/stamina sebagai upaya pencegahan sakit,
pengobatan dan sebagainya).

2) Peserta didik mencari wacana, artikel atau tulisan berbagai kesehatan manusia
sehari-hari, atau kesehatan tertentu lainnya dengan sumber informasi dari
media elektronik internet, media sosial. Pendidik bersama peserta didik
mendiskusikan hal-hal sebagai berikut.

a) Cara memeriksa kebenaran atau keabsahan sumber informasi.

b) Ketepatan isi informasi dengan tema atau topik pembelajaran yang


dicari.

Modul Literasi Media | 27


c) Kebenaran, kesesuaian atau kelogisan/masuk akalnya isi informasi
berdasarkan fakta-fakta yang diketahui.

3) Mendiskusikan dan menyimpulkan isi wacana, artikel atau tulisan


berbagai kesehatan manusia sehari-hari atau kesehatan lainnya.

4) Mendiskusikan peran yang dapat dilakukan manusia dalam menjaga


kesehatan manusia berdasar berbagai sumber informasi yang
terpercaya.

5) Menyusun dan menyajikan teks laporan (lisan atau tertulis) kesehatan


manusia secara individual dan kelompok dari sumber informasi
internet atau media lainnya yang terpercaya menggunakan kosakata
baku.

6) Peserta didik mendiskusikan dampak dari isi wacana, artikel atau


tulisan berbagai kesehatan manusia yang isinya memuat disinformasi,
misinformation atau yang bersifat hoaks.

Pembelajaran 4: Alam dan Pengaruh Kegiatan Manusia

1) Mengidentifikasi fenomena alam dan pengaruh kegiatan manusia sehari-hari


di lingkungan setempat (misalnya, hujan, kemarau, sampah, pembakaran,
berkendara, dan sebagainya)

2) Peserta didik mencari wacana, artikel atau tulisan berbagai fenomena alam
dan pengaruh kegiatan manusia di lingkungan setempat, atau secara global
dengan sumber informasi dari media elektronik internet, media sosial.
Pendidik bersama peserta didik mendiskusikan:

a) Cara memeriksa kebenaran atau keabsahan sumber informasi.

b) Ketepatan isi informasi dengan tema atau topik pembelajaran yang


dicari.

28 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
c) Kebenaran, kesesuaian atau kelogisan/masuk akalnya isi informasi
berdasarkan fakta-fakta yang diketahui.

3) Mendiskusikan dan menyimpulkan isi wacana, artikel atau tulisan


berbagai fenomena alam dan pengaruh kegiatan manusia di lingkungan
setempat.

4) Mendiskusikan peran yang dapat dilakukan manusia dalam menjaga


fenomena alam atau lingkungan hidup yang sehat.

5) Menyusun dan menyajikan teks laporan (lisan atau tertulis) fenomena


alam dan pengaruh kegiatan manusia secara individual dan kelompok
dari sumber informasi internet atau media lainnya yang terpercaya
menggunakan kosakata baku.

6) Peserta didik mendiskusikan dampak dari isi wacana, artikel atau


tulisan berbagai fenomena alam dan pengaruh kegiatan manusia yang
isinya memuat disinformasi, misinformation atau yang bersifat hoaks.

Modul Literasi Media | 29


4. Asesmen
Rubrik Asesmen

Aspek Kriteria Ketercapaian

Sikap 1. Memiliki sikap peduli kepada makhluk hidup di lingkungan


setempat.

2. Memiliki sikap dan tindakan bertanggung jawab kepada


makhluk hidup di lingkungan setempat untuk mendapatkan
makanan, menjaga ekosistem, hidup sehat.

Pengetahuan 1. Dapat menyebutkan berbagai media informasi berbasis


teknologi informasi dan nonteknologi.

2. Dapat menyebutkan ciri teks laporan.

3. Dapat menentukan jenis informasi dari teks laporan.

4. Dapat menjelaskan dampak positif dan negatif dari teks


laporan dari sumber berbasis teknologi informasi.

Keterampilan 1. Dapat menyusun dan mengolah berbagai jenis informasi


untuk teks laporan menggunakan kosakata baku.

2. Dapat menyajikan teks laporan secara lisan dan tertulis.

3. Dapat mengidentifikasi, menganalisis dan memberikan


alasan teks laporan yang absah dan yang memuat
disinformasi, misinformation atau hoaks.

Perencanaan pembelajaran literasi media dalam bentuk suplemen atau


penambahan materi pembelajaran secara mandiri adalah sebagai berikut.
Pelaksanaan pembelajaran ini dapat disisipkan atau tidak terintegrasi dengan
pembelajaran intrakurikuler. Berikut adalah beberapa modul yang dapat
digunakan untuk pembelajaran dalam bentuk suplemen atau di luar intrakurikuler.

30 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
C Perencanaan Pembelajaran di Luar
Pembelajaran Intrakurikuler

1. MODUL 1 “ Kekuatan Informasi”

Identitas Modul
Jenjang : Sekolah Dasar
Kelas : V dan VI
Alokasi waktu : 3 Pertemuan (6 x 35 menit)

Tujuan Pembelajaran

Pertemuan 1
1) Peserta didik dapat mengidentifikasi jenis-jenis sumber informasi.

2) Peserta didik dapat menggolongkan sumber informasi sebelum dan sesudah


adanya internet.

3) Peserta didik dapat menjelaskan dampak positif dan negatif dari


perkembangan teknologi informasi

Pertemuan 2
4) Peserta didik dapat menganalisis penggunaan teknologi dalam pemerolehan
informasi di kehidupan sehari-hari.

5) Peserta didik dapat mendeskripsikan dampak media sosial di kehidupan


sehari-hari.

Pertemuan 3
1) Peserta didik dapat mengevaluasi kualitas sumber informasi untuk mengambil
keputusan.

2) Peserta didik dapat menjelaskan pentingnya literasi informasi.

Modul Literasi Media | 31


Aktivitas Pembelajaran

Pertemuan 1
1) Peserta didik berdiskusi mengenai sesuatu yang mereka ketahui tentang
informasi.

2) Peserta didik mencari sebuah video tentang perkembangan media sebagai


sumber informasi.

Contoh:

https://www.youtube.com/watch?v=HJiKsYy9efI
https://www.youtube.com/watch?v=SXjuzl3-rZE

3) Peserta didik mendapat satu set kartu bergambar tentang jenis-jenis


sumber informasi

Gambar 3. 1 Contoh kartu kata yang dapat digunakan

32 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
4) Peserta didik menggolongkan kartu gambar menjadi dua yakni sumber
informasi sebelum dan setelah mengenal internet.

Gambar 3. 2 Kartu penggolongan informasi

5) Peserta didik menyimak cerita tentang pengaruh teknologi terhadap


perkembangan informasi, contohnya “Dunia Tanpa Roda”.

https://literacycloud.org/stories/895-the-world-without-wheels/

6) Setelah menyimak, peserta didik menjawab beberapa pertanyaan.

a) Coba bayangkan dunia tanpa roda.

b) Bagaimana sulitnya beraktivitas tanpa roda?

c) Begitu pula dengan teknologi di dalam informasi, apakah anak-anak dapat


membayangkan kita hidup tanpa teknologi dalam informasi?

Modul Literasi Media | 33


7) Peserta didik melakukan diskusi tentang dampak positif dan negatif dari
perkembangan teknologi informasi.

Pertemuan 2
1) Peserta didik menjelaskan pengalamannya dalam penggunaan teknologi
(gawai, laptop, dan lain sebagainya).

“Anak-anak, saat pertama kali membuka telepon genggam, aplikasi apa


yang anak-anak buka? Mengapa?”

“Anak-anak tolong sebutkan tiga aplikasi favorit yang paling sering dibuka
ketika memegang telepon genggam! Dapatkah kalian menceritakan
alasannya?”

2) Peserta didik membuat tabel tentang penggunaan media sosial sesuai dengan
pengalaman mereka.

Contoh pengisian tabel:

Alasan menggunakan Lama penggunaan


Jenis Aplikasi
aplikasi per hari

Aplikasi chat (Whatsapp, Mencari berita tentang 2 jam


telegram, line, dst.) sekolah, berbincang
dengan teman

Permainan daring Mendapatkan informasi 1 jam


permainan, melakukan
interaksi sosial dengan
teman baik daring atau
luring.

34 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Alasan menggunakan Lama penggunaan
Jenis Aplikasi
aplikasi per hari

Kelas daring (google Menyelesaikan projek 1 jam


classroom, microsoft sekolah, menyelesaikan
teams, moodle, dst.) tugas, mencari materi
sekolah

……………………. ……………………. …………………….

……………………. ……………………. …………………….

……………………. ……………………. …………………….

3) Peserta didik menentukan aplikasi favorit dan memberikan alasannya.

4) Peserta didik berdiskusi tentang dampak ketika menghabiskan waktu


menggunakan media sosial.

Gambar 3. 3 Contoh poster dampak media sosial

Modul Literasi Media | 35


Pertemuan 3
1) Pendidik bercerita tentang pengalaman mengambil keputusan dan bagaimana
memutuskan hal tersebut.

“Akhir-akhir ini saya pernah membuat keputusan yakni............ karena saya


berpikir bahwa . . . . . . Saya memutuskan hal tersebut karena setelah
menganalisis bahwa ........... Saya mendapat informasi tersebut dari ....... ,”

2) Pendidik memberikan kartu cerita.

Gambar 3. 4 Contoh kartu cerita

3) Peserta didik membacakan kartu ceritanya di depan kelas.

4) Peserta didik berdiskusi dengan panduan pertanyaan sebagai berikut.

a) Pengambilan keputusan apa yang yang pernah kalian ambil?

b) Bagaimana kalian menemukan informasi tersebut?

c) Apakah kalian percaya terhadap kebenaran informasi yang kalian temukan


di media sosial?

d) Menurut pendapatmu, apakah aman mencari informasi dari internet?


Mengapa?

e) Bagaimana kalian mencari informasi yang akurat dari internet?

5) Pendidik menekankan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

36 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
6) Pendidik bertanya kepada peserta didik tentang sumber informasi yang sering
digunakan.

7) Pendidik memberi tabel tentang sumber informasi yang digunakan dengan


memberikan beberapa contoh.

Contoh pengisian tabel:

Pertanyaan Sumber informasi

Bagaimana cara 1. Informasi dari pendidik.


menyelesaikan pekerjaan 2. Informasi dari mesin pencari (google,
rumah yang sulit yahoo,bing,dst)
diselesaikan? 3. Informasi dari orang tua.

1. Mesin pencarian (Google, yahoo, bing)


Sebutkan 10 film anime 2. Mencari di aplikasi streaming
terbaik untuk anak-anak? (netflix,disney+,viu, HBO,dst)
3. Bertanya kepada orang tua

1. Mencari di tiktok
Bagaimana cara mengedit 2. Mencari di youtube
video bagi pemula? 3. Mencari di instagram
4. dst.

…………………………………………

…………………………………………

8) Peserta didik berdiskusi tentang alasan mereka memilih sumber-sumber


informasi tersebut.

Modul Literasi Media | 37


9) Peserta didik mengurutkan peringkat kepada sumber-sumber yang telah
ditentukan.

Pertanyaan Sumber informasi Peringkat

Bagaimana cara 1. Informasi dari pendidik. Tinggi


menyelesaikan 2. Informasi dari mesin pencari (google,
pekerjaan rumah yahoo,bing,dst) Tinggi
yang sulit 3. Informasi dari orang tua
diselesaikan? Sedang

Sebutkan 10 film 1. Mesin pencarian (Google, yahoo, Tinggi


anime terbaik bing). Sedang
untuk anak-anak? 2. Mencari di aplikasi streaming Sedang
(netflix,disney+,viu, HBO,dst).
3. Bertanya kepada orang tua.

Bagaimana cara 1. Mencari di tiktok ………...


mengedit video 2. Mencari di youtube ………...
bagi pemula? 3. Mencari di instagram ………...
4. dst. ………...

………... ………... ………...

………... ………... ………...

10) Peserta didik berdiskusi tentang bagaimana cara mereka menentukan urutan
peringkat sumber informasi.

11) Pendidik menjelaskan keputusan yang diambil sangat dipengaruhi oleh


keterampilan memilih informasi dari media sosial.

38 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Asesmen
Peserta didik membuat poster, selebaran sederhana, atau produk komunikatif lainnya yang mempromosikan betapa pentingnya
meningkatkan keterampilan literasi media di era informasi teknologi yang semakin pesat.

Berikut rubrik asesmen yang dapat digunakan untuk menilai produk peserta didik.

Skor 4 3 2 1

Ide/konten Menggam- barkan alasan Menggam- Menggam- Belum


pentingnya literasi media dan barkan alasan pentingnya barkan alasan pentingya menggambarkan
bagaimana dampaknya terhadap literasi media dan bagaimana literasi media namun alasan pentingnya
kehidupan individu dan dampaknya terhadap belum menggam- literasi media.
masyaraka. Sesuai dengan kehidupan individu dan barkan dampaknya
konteks di lingkungan sehari-hari. masyarakat namun masih terhadap kehidpan
umum. individu dan masyarakat.

Tampilan Tampilan menarik dengan Tampilan menarik dengan Tampilan menarik namun Tampilan kurang
memadukan ide desain dan tata memodifikasi desain poster masih sederhana. menarik
letak yang orisinal. yang sudah ada.

Modul Literasi Media | 39


2. MODUL 2 “ Memahami Disinformasi”

Identitas Modul
Jenjang : Sekolah Dasar
Kelas : V dan VI
Alokasi waktu : 2 Pertemuan (4 x 35 menit)

Tujuan Pembelajaran

Pertemuan 1
1) Peserta didik dapat menjelaskan disinformasi dengan istilah dan jenis yang
tepat.
2) Peserta didik menuliskan contoh disinformasi yang dapat ditemukan di media
sosial mereka.

Pertemuan 2
1) Peserta didik dapat menjelaskan dampak dari disinformasi.
2) Peserta didik dapat menemukan bagaimana cara membatasi penyebaran
disinformasi.

Aktivitas Pembelajaran

Pertemuan 1
40 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar

Langkah kegiatan:
1) Pendidik memulai dengan menanyakan kepada peserta didik apa yang
terlintas di pikiran mereka ketika mendengar istilah ”berita bohong” dan
berdiskusi mengenai istilah ini.

2) Setelah berdiskusi, pendidik menjelaskan apa itu berita bohong dan


hubungannya dengan materi disinformasi. Kesalahan informasi ini terbagi
menjadi 3 kategori yaitu disinformasi, misinformation dan malinformation.

3) Pendidik membacakan cerita yang bertema disinformasi.


Ada tiga anak yang saling berteman di sekolah. Anita adalah seorang muslim
keturunan Tionghoa yang berjilbab, Rubi adalah anak Jawa yang beragama Kristen,
dan Made adalah anak Bali yang beragama Hindu.

Pada suatu siang yang terik, Anita sedang asyik melihat handphonenya. Tanpa
sengaja ia melihat pesan yang masuk sebagai berikut.

Anita secara spontan menyebarkannya kepada Rubi dan Made. Ternyata ketika
Rubi dan Made menekan tautan yang diberikan muncul gambar-gambar yang
kurang layak dilihat untuk anak-anak. Akibat isi pesan tersebut, Rubi dan Made
mendapat konsekuensi dari orang tuanya. Karena peristiwa ini Anita meminta maaf
kepada Rubi dan Made karena ia tidak sengaja melakukannya.

Beberapa hari kemudian, bapak pendidik mengenalkan seorang anak baru


bernama Jonas. Jonas berasal dari Papua, ia sangat pintar. Karena kepintarannya,
Rubi merasa tersaingi. Akhirnya ia mengarang cerita dan mengirimkan pesan itu
kepada teman-temannya.

Setelah pesan itu tersebar, keadaan kelas menjadi ribut keesokan harinya. Para
siswa menuduh Jonas telah berbuat curang. Jonas menangis sesenggukan. Jonas
bersama guru kemudian mengklarifikasi di depan kelas bahwa isi pesan yang sudah
tersebar itu tidak benar. Rubi merasa bersalah dan meminta maaf kepada Jonas.

Modul Literasi Media | 41


4) Setelah membacakan cerita di atas, pendidik menanyakan kepada peserta
didik, ”Bagian manakah dari cerita di atas yang termasuk disinformasi?
Mengapa?”

5) Pendidik kemudian menunjukkan beberapa contoh disinformasi. (dapat


mencari contoh sendiri yang berhubungan dengan peserta didik seperti berita
yang berhubungan dengan vaksin dan imunisasi untuk anak, perundungan,
perdagangan anak, radikalisme,dan sebagainya).

Sumber : https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/hoaks-penerima-
stiker-whatsapp-dibebankan-biaya-rp250/

42 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Sumber: https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4495053/cek-fakta-hoaks-
permen-susu-di-banyumas-mengandung-narkoba-simak-penelusurannya

6) Peserta didik berdiskusi tentang contoh berita yang disajikan dengan


menggolongkan berita tersebut apakah tergolong misinformation dan disinformasi.

a) Dari contoh berita di atas, termasuk dalam bentuk kategori yang mana?
b) Apakah kamu mempercayai berita tersebut? Kenapa?
c) Bagaimana kamu mengetahui bahwa berita yang kamu lihat ini salah?

7) Pendidik membimbing siswa untuk dapat menjelaskan apa itu kesalahan informasi.

8) Pendidik menanyakan kepada peserta didik tentang pengalaman pribadi mereka


apakah mereka pernah menerima pesan informasi yang salah (disinformasi).

a) Cerita apa yang kamu miliki tentang disinformasi?


b) Kapan itu terjadi?
c) Bagaimana kamu memperoleh berita tersebut?
d) Apa akibat atau dampak yang kamu terima ketika mendapatkan kesalahan
informasi tersebut?

9) Pendidik menyimpulkan pembelajaran mengenai disinformasi dan


memberikan beberapa contoh kembali untuk menguatkan.

Modul Literasi Media | 43


Asesmen
1) Peserta didik ditugaskan membuat poster edukasi atau infografis mengenai disinformasi. Peserta didik diusahakan membuat contoh
yang mereka dapat langsung dari media sosial mereka.

Skor 4 3 2 1

Konten Menampilkan 3 contoh Menampilkan 3 contoh Menampilkan 2 contoh Menampilan 1 contoh


disinformasi yang disinformasi yang did disinformasi yang di disinformasi yang di dari
didapat dari media sosial dari media sosial namun didapat di media sosial. media sosial.
di lingkungan sekitar masih berasal dari
(misal orang tua, kakak, pencarian situs.
keluarga, dls)

Tampilan Tampilan menarik Tampilan menarik Tampilan menarik Tampilan kurang


dengan memadukan ide dengan memodifikasi namun masih sederhana. menarik
desain dan tata letak desain poster yang
yang orisinal. sudah ada.

44 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
3. MODUL 3 “Bagaimana Disinformasi Disebarkan?”

Identitas
Jenjang : Sekolah Dasar
Kelas : V dan VI
Alokasi waktu : 3 Pertemuan (6 x 35 menit)

Tujuan Pembelajaran

Pertemuan 1
Peserta didik dapat memahami disinformasi.

Pertemuan 2
1) Peserta didik dapat memahami bias psikologi diri.
2) Peserta didik dapat menjelaskan bagaimana bias dapat digunakan oleh
pembuat disinformasi.

Pertemuan 3
1) Peserta didik dapat menjelaskan tentang filter buble dan bagaimana keluar
dari filter tersebut.
2) Peserta didik dapat menjelaskan bagaimana cara iklan menjadi target
disinformasi.
Modul Literasi Media | 45
Aktivitas Pembelajaran

Pertemuan 1
1) Peserta didik berdiskusi tentang apa yang mereka ketahui tentang disinformasi

2) Peserta didik mencari sebuah contoh tentang disinformasi yang mereka


temukan di media sosial.

3) Pendidik menunjukkan sebuah video tentang disinformasi.


https://www.youtube.com/watch?v=tAHnGChC7js
Sumber: https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/3868603/
cek-fakta-hoaks-pemerintah-blokir-game-online

4) Peserta didik menganalisis dan menentukan apakah informasi yang diberikan


merupakan kenyataan atau rekayasa.

5) Pendidik membagi menjadi dua kelompok yang diberi nama kelompok “fakta”
dan kelompok “rekayasa”

6) Setiap grup mendiskusikan dan menemukan alasan mengapa berita yang


diberikan pendidik itu kenyataan atau rekayasa.

7) Kelompok “fakta” berfokus mencari alasan dan bukti bahwa contoh yang
diberikan pendidik tersebut kenyataan

8) Kelompok “rekayasa” mencari alasan mengapa contoh yang diberikan adalah


rekayasa.

9) Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas

10) Pendidik menjelaskan bahwa di dunia nyata, ada sekelompok orang yang
percaya akan kebenaran dari disinformasi tanpa melalui proses kroscek.
Sebagai seorang pelajar, kalian harus melakukan proses berpikir dan
mengklarifikasi kebenaran suatu berita yang kalian dapatkan.

11) Pendidik menjelaskan bagaimana mengenali disinformasi

46 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
12) Pendidik menjelaskan tujuan mengapa disinformasi sengaja disebarkan.

13) Pendidik menjelaskan dampak dari sebuah disinformasi yang disebarkan.

Asesmen
Mintalah peserta didik menganalisis dua gambar di bawah ini kemudian
menentukan gambar mana yang merupakan disinformasi.

Sumber : https://equator.co.id/kinder-joy-pernah-dilarang-
di-amerika-tapi-bukan-karena-kanker/

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com/2016/10/13/beredar-pesan-
hoax-permen-jari-mengandung-narkoba-di-ponorogo?page=all

Modul Literasi Media | 47


Pertemuan 2
1) Peserta didik menceritakan permainan daring apa yang mereka sering
mainkan di gawai mereka.

2) Peserta didik berdiskusi fenomena permainan Free Fire yang sekarang ini
sedang diminati kalangan remaja.

3) Pendidik menunjukkan salah satu disinformasi di media sosial tentang


permainan online “Free Fire”

https://www.instagram.com/p/CN-
XuVLJsXO/?utm_source=ig_embed&ig_rid=27a72301-2014-4933-a901-
b8a6766495a7

4) Pendidik membagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang menyukai free
fire dengan kelompok yang tidak suka dengan freefire.

5) Setiap kelompok mendiskusikan berita tersebut sesuai dengan kelompoknya.

6) Peserta didik membandingkan respon dari kedua kelompok dengan panduan


pendidik.

7) Pendidik menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pendapat tentang informasi


tertentu dari beberapa orang yang menimbulkan bias. Bias ini dapat karena
kepercayaan, ras, kewarganegaraan, gender, usia, dan lain-lain.

Pertemuan 3

1) Pendidik bertanya kepada peserta didik berapa jam dihabiskan dalam


menggunakan media sosial (facebook, youtube, tiktok, dan lain-lain).

2) Peserta didik menceritakan apa yang biasa mereka lakukan di media sosial.
Misalkan: mengunggah foto, cerita, mencari berita, menonton video, dan lain
sebagainya)

48 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
3) Peserta didik membuka media sosial.

4) Peserta didik menganalisis media sosial mereka dengan mencari postingan


yang muncul walaupun mereka tidak mengikutinya.

Contoh pengisian tabel:

Alasan
Jenis mengapa Apa yang kalian lakukan
Apa kalian suka?
postingan muncul di terhadap postingan?
linimasa

Menekan tombol like


Permainan Permainan Menyebarkan postingan
Ya/Tidak
daring Favorit Mengabaikan
Melaporkan

Menekan tombol like


Beberapa
Tarian-tarian Menyebarkan postingan
jenis Ya/Tidak
kesukaan Mengabaikan
tarian
Melaporkan

Menekan tombol like


Menyebarkan postingan
Ya/Tidak
Mengabaikan
Melaporkan

Menekan tombol like


Menyebarkan postingan
Ya/Tidak
Mengabaikan
Melaporkan

Modul Literasi Media | 49


5) Peserta didik memilih salah satu iklan yang mereka tidak ikuti tetapi muncul di
linimasa media sosial.

Mengapa iklan
Kandungan tersebut Apakah kalian Apa yang kalian lakukan
dalam iklan muncul di menyukainya? terhadap iklan tersebut?
linimasa kita?

Mainan Saya pernah Ya/Tidak Menelusuri iklan lebih


menekan lanjut
karakter Mengikuti media sosial
mainan. iklan tersebut
Mengabaikan
Melaporkan

Menelusuri iklan lebih


Saya pernah lanjut
mencari Mengikuti media sosial
Makanan Ya/Tidak
beberapa jenis iklan tersebut
makanan Mengabaikan
Melaporkan

Menelusuri iklan lebih


lanjut
Saya pernah
Mengikuti media sosial
Baju mencari merek Ya/Tidak
iklan tersebut
brand tertentu
Mengabaikan
Melaporkan

……………….. ……………….. ……………….. ………………..

……………….. ……………….. ……………….. ………………..

50 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
6) Peserta didik menemukan kiriman iklan yang tidak diinginkan namun tetap
muncul dalam lini masa media sosial mereka.

7) Pendidik menjelaskan kepada peserta didik bagaimana hal ini terjadi dan
mencegah agar tidak terus menerus muncul.

a) Perhatikan siapa yang kalian ikuti. Jika kalian mengikuti hanya orang yang
kalian kenal dan percaya, maka kalian akan semakin tidak sering
mendapatkan postingan yang tidak diinginkan.

b) Ikuti apa saja yang hanya kalian ingin lihat.

c) Cari konten yang layak untuk kalian.

d) Hati-hati dalam menyukai dan memberikan komentar terhadap postingan


tertentu.

e) Kalian dapat melaporkan kiriman yang kalian tidak kehendaki.

f) Gunakan kontrol orang tua atau kontrol kelayakan konten.

Asesmen
Peserta didik diminta membuat kegiatan tentang kampanye berbentuk video
mengenai bagaimana kita selama ini terperangkap dalam gelembung yang dibuat
untuk kita. Video tersebut dibuat dengan sekreatif mungkin dan diunggah ke
media sosial.

Skor 4 3 2 1

Konten Konten Konten Konten hanya Konten


menggambarkan menggambarkan menggambarkan tidak
pengertian filter pengertian filter pengertian filter relevan
bubble dan bubble, namun bubble. dengan
memberikan belum filter
dampak dari memberikan bubble.

Modul Literasi Media | 51


keadaan filter dampak dari
bubble terhadap keadaan filter
diri sendiri dan bubble terhadap
lingkungan diri sendiri dan
sekitar. lingkungan
sekitar.

Tampilan Tampilan Tampilan Tampilan Tampilan


menarik dengan menarik dengan menarik, namun kurang
memadukan ide memodifikasi masih menarik
cerita dan ide cerita yang sederhana.
pengembalian sudah ada.
yang orisinal.

4. MODUL 4: “Emotikon dan Pesan terkode dalam Media Sosial”

Identitas

Jenjang : Sekolah Dasar


Kelas : V dan VI
Alokasi waktu : 2 Pertemuan (2 x 35 menit)

Tujuan pembelajaran:

Pertemuan 1
1) Peserta didik dapat mengetahui berbagai bentuk pesan terkode (emotikon)
yang ada di media sosial.

2) Peserta didik dapat mengidentifikasi berbagai bentuk pesan terkode


(emotikon) yang ditemukan di media sosial yang mereka gunakan.

52 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Pertemuan 2
1) Peserta didik dapat mengetahui arti dari berbagai bentuk pesan terkode
(emotikon) yang ada di dalam media sosial mereka.

2) Peserta didik dapat menggunakan emotikon dengan tepat dan bijak dalam
media sosial mereka.

Aktivitas Pembelajaran

Pertemuan 1
1) Pendidik memulai dengan menunjukkan trailer film “emoji the movie”.

https://www.youtube.com/watch?v=r8pJt4dK_s4

2) Peserta didik mendiskusikan tentang apa yang menarik dari emotikon dan
bagaimana penggunaannya dalam media sosial.

Modul Literasi Media | 53


3) Peserta didik diminta menuliskan satu pesan langsung yang digunakan dalam
media sosial menggunakan emotikon yang sering mereka gunakan.

4) Peserta didik ditugaskan menemukan bentuk emotikon lain yang ditemukan di


media sosial mereka. Setelah menemukan, mereka menuliskan arti dari
emotikon tersebut.

Pertemuan 2
1) Pendidik menunjukkan contoh kiriman di media sosial yang berisi emotikon
tertentu.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=0OpIZBjZFNs&t=5370s

54 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
2) Peserta didik ditugaskan menemukan emotikon yang ada di kiriman tersebut
dan menuliskan arti dari emotikon tersebut.

3) Pendidik menuliskan berbagai bentuk lain emotikon di media sosial dan


menunjukkan bahwa ada makna tertentu yang tersembunyi di dalam
emotikon tersebut.

4) Pendidik menunjukkan salah satu emotikon yang sering disalah artikan.

5) Peserta didik menuliskan dengan pemahaman mereka arti dari emotikon


tersebut dan menuliskan contoh pesan dengan menggunakan emotikon
tersebut.

6) Pendidik menjelaskan arti dari emotikon yang disalah artikan.

https://wolipop.detik.com/tech-gadget/d-4783527/11-arti-emoticon-whatsapp-
yang-sering-disalahgunakan

7) Pendidik menjelaskan kepada peserta didik bahwa emotikon itu salah satu
bentuk pesan terkode yang perlu diketahui dan dipergunakan dengan bijak.

Asesmen
1) Peserta didik dapat menuliskan arti dari emotikon tertentu.

2) Peserta didik dapat menuliskan contoh pesan atau tulisan di media sosial
dengan emotikon yang tepat.

3) Peserta didik dapat menuliskan kiriman atau komentar di media sosial dengan
penggunaan emotikon yang tepat.

Modul Literasi Media | 55


Rubrik asesmen yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Skor 4 3 2 1

Emotikon Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


dapat dapat dapat belum dapat
menuliskan menuliskan arti menuliskan menuliskan
minimal 3 arti 2 emotikon di arti 1 arti emotikon
emotikon di media sosial emotikon di dalam media
media sosial. media sosial. sosial.

Pesan Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


dalam dapat dapat dapat belum dapat
media membedakan membedakan menunjukkan menunjukkan
sosial penulisan penulisan pesan pesan dengan pesan dengan
pesan dengan dengan emotikon yang emotikon
emotikon yang emotikon yang tepat namun yang tepat
tepat dengan tepat dengan belum dapat maupun
yang kurang yang kurang menunjukkan kurang.
tepat serta tepat namun yang kurang
memberi belum mampu tepat.
contohnya. memberi
contohnya.

56 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
BAB IV. Penutup

A Kesimpulan

Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penjabaran Modul Mengenal


Disinformasi dan Pengembangan Literasi Media untuk Jenjang Pendidikan Sekolah
Dasar ini adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan komunikasi terutama peran internet dalam kehidupan sehari-


hari bagi manusia sudah sangat vital, termasuk bagi para peserta didik.

2. Peserta didik pada usia sekolah dasar usia 10-12 tahun bahkan pada usia
sebelumnya sudah mengenal dan menggunakan sosial media.

3. Penggunaan media sosial dari peserta didik perlu diberikan edukasi baik dari
orang tua dan pendidik di sekolah agar dapat digunakan dengan bijak dan
terhindar dari pengaruh negatif dari media sosial tersebut.

4. Pengambilan keputusan terhadap suatu kejadian sangat dipengaruhi oleh


informasi yang didapatkan. Konsekuensi dari hal itu adalah kualitas sumber
informasi memegang peranan penting terhadap kualitas keputusan yang
dihasilkan.

5. Informasi yang didapatkan dari media sosial rentan mengandung disinformasi


yang dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman yang memicu
timbulnya konflik.

6. Pengaruh media sosial pada anak kelas lima dan enam sangat besar karena
rata-rata mereka sudah mempunyai media sosial.

Modul Literasi Media | 57


B Saran & Rekomendasi

Dengan adanya Modul Mengenal Disinformasi dan Pengembangan Literasi Media


untuk Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar ini, diharapkan agar memberi panduan
dasar dan bisa dikembangkan lebih lanjut oleh peserta didik di dalam kelas.

1. Bagi Orang Tua


Mendampingi dan senantiasa mengawasi anak kita saat mereka
menggunakan gawai pintar. Pengawasan baik berupa pendampingan
langsung maupun melalui aplikasi kontrol orang tua.

Memberikan pemahaman kepada anak bahwa dunia maya adalah dunia


yang sangat rentan terhadap berbagai bentuk disinformasi yang dapat
memengaruhi kehidupan.

2. Bagi Pendidik
a. Meskipun tidak ada muatan khusus (bagi tingkatan sekolah dasar), peserta
didik perlu mendapat pengetahuan dan keterampilan bagaimana agar
mereka dapat menggunakan gawai pintar yang ada di tangan mereka
dengan bijak dan tepat.

b. Mengembangkan berbagai pendekatan dan pelaksanaan pembelajaran


yang dapat mengembangkan kemampuan literasi digital bagi peserta didik.

c. Mengajak peserta didik untuk dapat berpikir kritis dalam mencerna suatu
informasi yang mereka temukan di media sosial mereka.

3. Bagi Komunitas Belajar


Berperan serta ikut mengkampanyekan penggunaan media sosial dengan
bijak khususnya di lingkungan peserta didik.

Bersama dengan sekolah turut berkolaborasi untuk membantu peserta


didik meningkatkan kemampuan literasi digital peserta didik.

58 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Glosarium

Bias kecenderungan untuk mendukung atau menentang sesuatu hal,


orang, atau kelompok daripada yang lain dengan cara yang kurang
adil.

Ekstremis orang yang melampaui batas kebiasaan (hukum dan sebagainya)


dalam membela atau menuntut sesuatu.

Emotikon ilustrasi, ikon, atau kelompok karakter pada papan tombol yang
menunjukkan ekspresi wajah, sikap, atau emosi, biasa digunakan
dalam komunikasi elektronik, media sosial, dan sebagainya.

Gawai peranti elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis; gadget;


acang.

Gestur tanda dengan menggunakan anggota tubuh memiliki maksud


tertentu.

Hoaks informasi bohong.

Influencer pemengaruh, orang yang menggunakan media sosial untuk


mempromosikan atau merekomendasikan sesuatu

Internet jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan


komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh
dunia melalui telepon atau satelit.

Konspirasi komplotan, persekongkolan.

Provokasi perbuatan untuk membangkitkan kemarahan; tindakan


menghasut; penghasutan; pancingan.

Rekayasa rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dan


sebagainya pihak lain.

Modul Literasi Media | 59


Daftar Pustaka

Dian, Bujuri Andesta. “Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar.” Literasi, vol. IX, 2018, pp. 37-50,
www.ejournal.almaata.ac.id/literasi. Accessed Rabu Juli 2022.

Guntarto, dkk. 2012. Gerakan Literasi Media di Indonesia. Yogyakarta: Rumah Sinema.

Hobbs, R. (1996). Media Literacy, Media Activist. Telemedium the Journal of Media
Literacy, 48 (1), hlm 20.

Informasi. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 15 September 2022.


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/informasi

Ireton, Cherilyn, and Julie Posetti. Journalism, 'fake News' & Disinformation:Handbook for
Journalism Education and Training. Edited by Cherilyn Ireton and Julie Posetti,
United Nations Educational, Science, and Cultural Organization, 2018. Accessed 27
July 2022.

Literasi. 2016. Dalam KBBI Daring. Diambil 15 September 2022.


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi%20media

Notoatmodjo, Soekidjo. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta, Rineka CIpta,


2003.

Silverblatt. 1995. Media Literacy: Key To Interpreting Media Massages. Publisher:


Preager. USA.

The Asean Secretariat. Training of Trainers Program to Address Disinformation and


Promote Media Literacy Toolkit for Educators. Jakarta, ASEAN Secretariat, 2022.

-. “Penggunaan Internet di Kalangan Siswa Sekolah Semakin Meningkat | Databoks.”


Databoks, 3 May 2021,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/03/tren-siswa-sekolah-
menggunakan-internet-semakin-meningkat. Accessed 27 July 2022.

60 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Lampiran Tambahan

Berikut disajikan materi dan tujuan yang disarankan apabila diberikan kepada
tingkatan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.

Level /
No. Materi Tujuan Pembelajaran
Tingkatan

1 Kelas III- Contoh informasi Peserta didik dapat menemukan


IV dalam media sosial beberapa informasi dalam media
sosial.

2 Kelas III- Jenis-jenis informasi Peserta didik dapat menemukan


IV di media sosial informasi yang baik dan kurang baik.

3 Kelas VII- Analisis contoh Peserta didik dapat menganalisis


IX disinformasi sendiri suatu informasi itu fakta atau
hoaks melalui laman resmi.

4 Kelas VII- Pencarian informasi Peserta didik dapat menelusuri


IX dari sumber yang informasi di dunia maya dari sumber
terpercaya yang valid.

5 Kelas VII- Identifikasi hal-hal Peserta didik dapat menyaring dan


XII yang toxic di dunia menjauhi ujaran dan sikap toxic
maya yang ada di dunia maya.
Peserta didik dapat menyusun
teks/wacana berdasar sumber
media informasi yang akurat dan
sesuai ketentuan perundangan

Modul Literasi Media | 61


Level /
No. Materi Tujuan Pembelajaran
Tingkatan

6 Kelas VII- Analisis Influencer Peserta didik dapat menganalisis


XII dan menyaring hal-hal yang negatif
yang dapat dilakukan oleh influencer
yang diikutinya di dunia maya.

62 | Mengenal Disinformasi & Pengembangan Literasi Media bagi Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar

Anda mungkin juga menyukai