03 Pedoman Kelembagaan Pambm
03 Pedoman Kelembagaan Pambm
PEDOMAN KELEMBAGAAN
PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT
MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI SPM
PEDOMAN KELEMBAGAAN
PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT
Editor :
Ir. Agus Sarwono
Sofiyan, A.Md.
Resha Febrian, ST.
PUSKIM. 2012
Hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam
bentuk dan dengan cara apapun termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN : 978-602-8330-67-1
PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT iii
PENGANTAR
A
ir merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak
dan sebagainya. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengakses air bersih dan
mendapatkan sanitasi yang memadai untuk kebutuhan hidup. Untuk mempercepat
pelayanan air minum, perlu digalakkan pembangunan partisipatif yang melibatkan
masyarakat sebagai subyek dalam penyelenggaraan air minum. Pemerintah secara
bertahap akan berubah dari penyedia prasarana menjadi peran pemberdaya dan
fasilitator.
Salah satu upaya pelibatan masyarakat dalam peningkatan pelayanan air minum
adalah Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM). Penyediaan Air Minum
Berbasis Masyarakat merupakan sistem penyediaan air minum yang diprakarsai, dipilih,
dibangun dan dibiayai oleh masyarakat dan atau dengan bantuan pihak lain, dikelola
secara berkelanjutan oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan kelompok pengguna
air minum yang bersangkutan.
Modul ini disusun sebagai acuan dalam kelembagaan sebagai upaya penyediaan air
minum berbasis masyarakat. Melalui sosialisasi atau pelatihan modul ini, diharapkan
pelayanan air minum semakin meningkat dalam rangka pemenuhan kebutuhan air
minum terutama untuk golongan kurang mampu.
DAFTAR ISI
1. Petunjuk Penggunaan
Definisi dan Istilah yang digunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
air minum
air yang memenuhi ketentuan baku mutu air minum yang berlaku (Permenkes No. 42 Tahun 2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum).
fasilitator
tenaga yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk mendorong,
memotivasi dan memfasilitasi prakarsa partisipasi masyarakat, dalam penyelenggaraan penyediaan
air minum berbasis masyarakat, yang diutamakan berasal dari lokasi setempat atau dari lokasi lain
yang dapat dipilih/diterima oleh masyarakat di lokasi sasaran.
masyarakat
perorangan atau kelompok orang atau badan pengguna layanan air minum.
pendamping teknis
tenaga khusus yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota yang bertugas mendampingi
masyarakat dalam hal teknis perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air
minum yang akan dibangun. Pendamping teknis diutamakan berasal dari dinas/instansi atau unit di
kabupaten/kota yang terkait dengan tugas penyelenggaraan air minum.
3. Alur Pikir
Dalam tahap pelaksanaan ini, mobilisasi kelembagaan di masyarakat memegang peranan penting.
Secara umum, kedudukan mekanisme pembentukan kelembagaan dalam proses penyelenggaraan
PAMBM dapat dilihat pada gambar berikut:
4. Tujuan
5. Sasaran Komunikan
Melalui modul ini, komunikan yang akan memperoleh sosialisasi Penyediaan Air Minum Berbasis
Masyarakat adalah:
a. Praktisi konsultan perencana, pelaksana dan pengelola PAMBM.
b. Penentu kebijakan seperti PEMDA dan DPRD.
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkaitan dengan penyediaan air minum berbasis
masyarakat.
d. Akademisi dari Perguruan Tinggi.
e. Pengelola PAM
6. Cek Kemampuan
Sebelum pelatihan ini dimulai, peserta perlu menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Apa yang menjadi prinsip dasar pembangunan berkelanjutan berbasis masyarakat?
2) Apa yang dimaksud “berbasis masyarakat”?
3) Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan penyediaan air minum berbasis masyarakat?
4) Sebutkan contoh-contoh kelembagaan berbasis masyarakat yang ada di sekitar bapak/ibu!
5) Cara-cara yang dapat dilakukan pada pembentukan kelembagaan di masyarakat!
7. Konten Modul
Dalam proses pembentukan badan pengelola telah memperhatikan kesetaraan gender dan
pelibatan kelompok miskin, serta mewujudkan nilai‐nilai demokrasi dan transparansi. Kelembagaan
yang ada harus mempunyai karakteristik lokal, aturan dan akuntabilitas. Equity/kesetaraan
mempertimbangkan suara semua golongan, terutama masyarakat miskin dan wanita didalam
organisasi yang akan mengelola dan mengontrol sistem. Selain itu dalam kaitannya dengan
pengembangan kemampuan melalui pelatihan juga harus melibatkan kelompok miskin dan
kesetaraan gender, baik dalam menentukan jenis pelatihan maupun peserta pelatihan.
Program Pengembangan Air Minum berdasarkan pada Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air pasal 40 yang dijabarkan dalam PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum, Bab I dan II pasal 1 sd 13 yang mempunyai tujuan :
- Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau
- Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan
- Tercapainya peningkatan efesiensi dan cakupan pelayanan air minum
Terkait dengan aspek teknis, diatur dalam Permen PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan
Sistem Penyediaan Air Minum yang mengatur perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan
pemeliharaan dan rehabilitasi SPAM dan pemantauan evaluasi.
2) Kelembagaan PAMBM
Berdasarkan fungsi dan peran kelembagaan awal di atas, organisasi di tingkat masyarakat dalam
penyelenggaraan PAMBM terdiri atas:
a. Badan Musyawarah Air Minum (Bamus AM);
b. Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM) sebagai pelaksana penyelenggaraan harian dari
PAMBM.
Secara umum, pembentukan kelembagaan penyediaan air minum berbasis masyarakat dapat
dibedakan atas dua tahapan yaitu tahap persiapan / pembangunan, serta tahap pasca pembangunan/
pengelolaan.
1) Penyiapan masyarakat :
Sosialisasi dilakukan kepada unsur-unsur yang terdapat di lingkungan masyarakat setempat
(tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh perempuan dll) aparat pemerintah
lokal serta unsur lainnya yang terdapat di lingkungan setempat yang diharapkan mampu
memotivasi masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup khususnya di dalam
memenuhi kebutuhan air bersih. Pada tahap ini akan terpilih tenaga motivator bagi masyarakat
di lingkungannya sendiri.
2) Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat.
Pembentukan organisasi kepanitiaan yang akan melakukan pembangunan maupun pengelolaan
prasarana dan sarana air bersih dan merumuskan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART).
Organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat yang terbentuk dapat disebut sebagai Panitia
Penyelenggara Air Minum yang akan merencanakan, dan menjadi mitra pemerintah dalam
pembiayaan investasi sampai dengan merealisasikan pembangunan. Panitia tersebut terdiri atas
perwakilan dari tokoh-tokoh masyarakat setempat yang dipilih melalui musyawarah warga.
Gambar 2. Proses pada tahap persiapan melalui penjajagan awal dan sosialisasi rencana kegiatan
kepada masyarakat dilakukan baik secara formal maupun informal
b. Wewenang:
- Menyelenggarakan rapat umum.
- Melakukan koordinasi antar pelaku dan pihak pihak luar yang terkait.
- Mempersiapkan pembentukan kelembagaan pengelolaan pasca pembangunan.
c) perwakilan pemerintah dan pelaku terkait lainnya, yang juga sebagai fasilitator/ mediator.
Peran fasilitator/ mediator dalam mekanisme keanggotaan di atas dapat berbentuk
pembinaan/ pendampingan, baik teknis maupun non-teknis/ manajemen dan hal-hal
administratif. Lebih lanjut, pelaku dalam kelompok ini dapat dilembagakan dalam bentuk Tim
Koordinasi Kabupaten/ Kotamadya (TKK) dan Tim Koordinasi Kecamatan (TKC) untuk fungsi
pembinaan, sedangkan fungsi pendampingan bisa dilengkapi dengan tenaga pendamping
lapangan (Field Officer/ FO).
Bamus merupakan forum demokrasi dan wadah proses pengambilan keputusan tertinggi di
tingkat masyarakat yang mencerminkan aspirasi masyarakat pengguna layanan air minum. Bamus
AM dibentuk menggunakan mekanisme yang demokratis dan menyerap aspirasi masyarakat
(pendekatan bottom-up). Pemilihan dan pemberhentian anggota Bamus AM berdasarkan
musyawarah dan kesepakatan yang dilakukan melalui rembug warga yang didasarkan tata cara
yang tertuang dalam AD/ART Bamus AM.
Gambar 3 Struktur organisasi formatur badan musyawarah air minum (Bamus AM)
1. Tahap perencanaan
Masyarakat bersama dengan Panitia Penyelenggara Air Minum dan atau dengan fasilitator dari
pemerintah / LSM, merencanakan aspek teknik dan perijinan antara lain :
- Menentukan lokasi dan jenis sumber air baku (baik setempat maupun kerjasama dengan PDAM)
- Menentukan luas daerah pelayanan
- Menentukan teknologi instalasi pengolahan air
- Menentukan jaringan distribusi
- Elemen lain yang diperlukan dalam perencanaan teknis seperti perijinan (ijin pengambilan air,
ijin lokasi penempatan prasarana dan sarana air minum dan lain-lain).
2. Tahap Mobilisasi Dana
Panitia merencanakan/menetapkan pembiayaan dan penggalangan dana pembangunan
prasarana sarana air minum baik yang bersumber dari swadaya masyarakat maupun sumber-
sumber lain.
3. Tahap Konstruksi
Panitia memobilisasi masyarakat dan pihak lain yang kompeten terhadap pekerjaan konstruksi,
dan sejauh mungkin dilaksanakan secara gotong royong, dalam bentuk tenaga / keahlian, bahan,
dan lain-lain.
Pada pasca pembangunan Panitia Penyelenggara Air Minum dapat ditingkatkan menjadi Badan
Pengelola Air Minum yang meliputi 2 fungsi utama yaitu:
a. Fungsi Pengambilan Keputusan dan Pembuat Aturan
• Fungsi Pembuat Aturan (Legislatif ) merupakan forum untuk menetapkan aturan dan norma
yang berlaku di lingkungan.setempat.
• Menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam pengelolaan sarana air minum
• Melaksanakan pengendalian/pengawasan terhadap pengelolaan sarana air minum
• Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air minum
• Bermitra dengan pihak eksternal dalam pembiayaan
b. Fungsi Pelaksana Operasional dan Pelayanan
• Fungsi pelaksana (eksekutif ) melaksanakan aturan atau norma yang telah ditetapkan bersama.
• Melaksanakan sistem pelayanan air minum dan melakukan tindakan yang perlu diambil dalam
batas kewenangan.
• Melaksanakan pemeriksaan secara berkala dan merawat seluruh sistem yang ada.
• Memonitor tingkat persediaan bahan yang diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan
sehubungan dengan kelancaran pelayanan.
• Melaksanakan pengalokasian dana iuran air minum, biaya pemeliharaan, operasional, honorium
pengurus.
• Melaksanakan pencatatan (recording) administrasi, pencatatan jumlah konsumen, buku
penerimaan dan pengeluaran.
• Menjaga dan memelihara keberadaan dan mengembangkan aset sarana dan prasarana air
minum.
• Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan sumber mata air, menjaga dan melestarikan
sumber air, antara lain melaksanakan penghijauan di sekitar sumber air.
• Melaksanakan pengawasan kualitas air.
• Menyiapkan dan menyusun rencana kegiatan pengembangan pengelolaan sarana air minum.
Bentuk Badan Pengelola Air Minum disepakati berdasarkan rembug pada pemakai air dan banyaknya
konsumen atau pemakai air. Bilamana konsumen semakin bertambah sehingga tingkat pelayanan
berkembang menuntut perubahan-perubahan dalam peningkatan kapasitas pengelola.
Alternatif bentuk bentuk kelembagaan organisasi pengelola air minum antara lain Mitra Air, BPABD,
BUMDES, LKMD, Desa, RW, RT, KUD, Yayasan, DKM, Koperasi Air Minum, Badan Musyawarah Air
Minum Dan Badan Pengelola Air Minum.
Bentuk organisasi berupa bagian dari unit usaha koperasi atau koperasi air yang berbadan hukum
lebih sesuai karena mempunyai kelebihan antara lain mempunyai kemudahan dalam mengelola
aset prasarana sarana air minum, sehingga lebih mudah mendapatkan akses pinjaman untuk
pengembangan investasi terhadap Lembaga Pendanaan/Perbankan.
membawahi seksi teknis/operator, seksi pelayanan, dan kolektor (pemungutan iuran air) dan
bertanggung jawab kepada Ketua. Tugas dan wewenang Manajer Operasional adalah:
a. Melaksanakan pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan sistem pelayanan air minum dan
melakukan tindakan yang perlu diambil dalam batas kewenangan.
b. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala dan merawat seluruh sistem yang ada.
c. Memonitor tingkat persediaan bahan yang diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan
sehubungan dengan kelancaran pelayanan.
d. Melaksanakan pengumpulan iuran air minum.
e. Melaksanakan pencatatan (recording) administrasi, pencatatan jumlah konsumen, buku
penerimaan dan pengeluaran.
f. Menyusun dan melaporkan kegiatan dan pertanggungjawaban bulanan kepada rapat
Anggota Badan Pengelola Air Minum dibentuk oleh Bamus AM.
Bapel AM bertanggung jawab kepada Bamus AM terhadap penyelenggaran PAMBM terdiri atas
Ketua, Sekertaris, Bendahara dan unit Operasional Pelayanan:
Gambar 4 Struktur Organisasi Pengelola Air Minum Berdasarkan Fungsi Kelembagaan Minimal
Anggota Badan Pengelola Air Minum diangkat dan diberhentikan oleh rapat anggota. Badan ini
menjalankan fungsi eksekutif penyediaan air minum berdasarkan aturan yang sudah dibuat oleh
rapat anggota dan bertanggung jawab kepada rapat anggota Badan Musyawarah.
dapat ditambahkan minimal 1 orang pada unit pelayanan terkecil (RT/dusun). Demikian juga staf
kolektor, dengan semakin bertambahnya pelanggan, maka perlu ditambah staf minimal 1 orang
pada setiap unit pelayanan RT/dusun.
Dikaitkan dengan beberapa kondisi yang diuraikan pada undang-Undang tersebut di atas,
beberapa perubahan mendasar mengenai mekanisme kelembagaan terjadi pada saat perubahan
status dari Bamus sebagai lembaga tertinggi yang disertai dengan Bapel sebagai institusi
pelaksana teknis, menjadi Bapel sebagai lembaga pembuat keputusan tertinggi, sementara
Bamus hanya berperan sebagai lembaga eksternal. Secara umum, perubahan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut:
Dari gambar di atas, jelas terlihat bahwa perubahan Bapel menjadi berbadan hukum juga
mengubah mekanisme penyelenggaraan air minum berbasis masyarakat ini, terutama pada
proses pengambilan keputusan dan mekanisme organisasi secara umum. Dengan mengubah
posisi Bapel menjadi berbadan hukum, maka kelembagaan ini bersifat mandiri dan tidak
membutuhkan intervensi lembaga lain, termasuk Bamus AM yang semula hanya memberi
wewenang pengelolaan teknis kepada Bapel ini. Untuk selanjutnya, Bamus hanya menjadi
institusi informal dan hanya bersifat eksternal. Input apapun yang dibawa Bamus ke dalam Bapel
tetap akan diputuskan oleh Rapat Anggota Bapel. Sebagai konsekuensi pembentukan badan
hukum, Bapel AM mempunyai kedudukan sebagai subjek yang dapat bertindak untuk dan atas
nama dirinya sendiri yang dalam menjalankan fungsinya dapat mengangkat Pengurus untuk
mencapai tujuan lembaga. Bapel memegang kekuasaannya tertinggi yang dijalankan melalui
mekanisme rapat anggota.
Selanjutnya, dalam melaksanakan fungsi legislatif dan fungsi pengawasan terhadap proses
penyelenggaraan penyediaan air minum di lingkungan masyarakat setempat, Bapel AM
bertanggung jawab kepada masyarakat dalam setiap rapat anggota.
3) Wewenang Bapel AM
a) Menyusun dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Unit Pengelola.
b) Memilih dan mengangkat Pengurus.
c) Memilih dan mengangkat Pengawas.
d) Menetapkan besarnya iuran air minum.
e) Menetapkan kebijakan penyelenggaraan air minum.
Mekanisme pengelolaan diatur oleh masyarakat dalam forum rapat anggota, pengurus dan Badan
Musyawarah. Melalui rapat ini ditetapkan cara-cara pemilihan dan pembagian hak dan kewajiban
yang jelas antara pengelola dan konsumen yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Pengaturan Hak dan Kewajiban
a. Ketentuan, Hak dan Kewajiban Konsumen
- tata cara pendaftaran sebagai konsumen
- tanggung jawab konsumen
8. Evaluasi
Setelah pelatihan ini, peserta diharapkan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:
1) Metoda dasar dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat.
2) Ceritakan langkah-langkah pembentukan kelembagaan berbasis masyarakat.
3) Sebutkan Perbedaan kelembagaan masyarakat sebelum dan sesudah berbadan hukum
4) Bentuk-bentuk kelembagaan yang ada di masyarakat.
5) Peran aparat yang terkait dalam pelaksanaan penyediaan air minum berbasis masyarakat.
9. Referensi