Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Hlm.

353-364, Desember 2013

KARAKTERISASI EKSTRAK KASAR ENZIM POLYPHENOLOXIDASE


DARI UDANG WINDU (Penaeus monodon)

CHARACTERIZATION OF CRUDE EXTRACT POLYPHENOLOXIDASE


ENZYME FROM BLACK TIGER SHRIMP (Penaeus monodon)

Made Suhandana1, Tati Nurhayati1*, dan Laksmi Ambarsari2


1
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
*
Email: tnurhayati@apps.ipb.ac.id; nurhayati7870@yahoo.com
2
Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRACT
Shrimp is a very important export commodity with high market value world wide. However, it
is still facing problem related to the waste and deterioration quality as main issues for the
shrimp industry. In this experiment, polyphenoloxidase from the carapace of Penaeus monodon
was extracted and characterized. The research was carried out to obtain the optimum
extraction condition and to evaluate the properties of enzyme i.e., pH, optimum temperature for
activating enzyme, kinetic enzyme, and chelating on metal ion. The best method for PPO enzyme
extraction used buffer with 1:3 proportion. The optimum activity of enzyme was at pH 7 and
temperature of 35°C. The kinematic enzyme (Km) value and the maximum substrate
concentration were 5.42 mM and 7.5 mM, respectively. Na+, Ca2+, Zn2+, and EDTA with
concentration 5 and 10 mM inhibited enzyme activity. Cu2+at concentration of 10 mM and
Mn2+ at concentration 5 mM also inhibited enzyme activity

Keywords: carapace, characterization, polyphenoloxidase, shrimp

ABSTRAK
Udang merupakan komoditas ekspor yang penting, namun tidak luput dari permasalahan limbah
dan kemunduran mutu yang dihadapi oleh hasil perikanan lainnya. Pada penelitian ini enzim
polyphenoloxidase diekstraksi dan dikarakterisasi dari karapas Penaeus monodon. Penelitian
dilakukan dengan menentukan optimasi ekstraksi, pH optimum dan suhu optimum aktivitas
enzim, kinetika enzim, dan pengaruh pemberian ion logam. Metode terbaik untuk ekstaksi
enzim PPO menggunakan perbandingan buffer 1:3 secara bertingkat. pH optimum kerja enzim
PPO adalah 7 dengan suhu optimum 35 °C. Konsentrasi substrat untuk memperoleh aktivitas
optimum enzim adalah 7,5 mM. Penghitungan kinetika enzim menunjukkan Km enzim PPO
sebesar 5,42 mM. Na+, Ca2+, Zn2+, serta EDTA dengan konsentrasi 5 dan 10 mM menghambat
kerja enzim PPO, demikian juga dengan. Cu2+ 10 mM dan Mn2+ 5 mM menghambat kerja enzim
PPO.

Kata kunci: karapas, karakterisasi, polyphenoloxidase, udang

I. PENDAHULUAN mencapai US$ 1.056.399.000 (KKP,


2011). Ekspor udang ke negara-negara
Udang merupakan komoditas Eropa dalam beberapa tahun terakhir
ekspor yang menjanjikan bagi Indonesia. mengalami penurunan. Penurunan ini
Tingkat ekspor udang ke luar negeri yang disebabkan oleh adanya residu senyawa-
tinggi menjadi sumber pendapatan yang senyawa antibiotik yang ditemukan pada
tinggi pula bagi Indonesia. Ekspor udang udang. Selain adanya bahan kimia,
Indonesia pada tahun 2010 mencapai penurunan ekspor udang ke luar negeri
volume 145.092 ton dengan nilai juga disebabkan oleh penurunan kualitas

©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 353
Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim...

dari udang yang akan diekspor terkait Oleh karena itu perlu dilakukan usaha
dengan kemunduran mutu. untuk mengekstraksi PPO dari udang.
Penampakan, bau, tekstur, dan Fakta menunjukkan bahwa PPO
nilai gizi adalah empat parameter yang diperlukan untuk substrat pengujian, dan
dinilai oleh konsumen dalam memilih juga merupakan enzim yang penting bagi
makanan. Penampakan dipengaruhi oleh udang terutama dalam hal pembentukan
warna, dan merupakan parameter pertama cangkang baru. Selain itu enzim tersebut
yang dinilai untuk mengevaluasi terlibat dalam hal penyembuhan luka.
makanan. Warna dapat dipengaruhi oleh PPO juga berperan dalam pertahanan diri
beberapa komponen, yaitu pembentukan dan perlindungan terhadap serangan
pigmen, khlorofil, karotenoid, antosianin, patogen. Penelitian lebih lanjut diperlukan
dan lain-lain, atau pembentukan warna untuk menguak potensi PPO tersebut.
melalui reaksi enzimatis dan Polyphenoloxidase pada udang
nonenzimatis. Salah satu reaksi warna banyak ditemukan pada bagian karapas
yang penting adalah terbentuknya udang (Montero et al., 2001). Zamorano
browning pada buah-buahan, sayur- et al. (2009) menyebutkan bahwa PPO
sayuran, dan seafood khususnya krustasea tertinggi ditemukan pada karapas, diikuti
(Kim et al., 2000). Pembentukan black abdominal eksoskeleton, cephalothorax,
spot pada udang merupakan salah satu pleopod, dan telson. Berdasarkan hasil
contoh pembentukan warna yang penelitian yang telah dilakukan
disebabkan oleh aktivitas enzim sebelumnya, ekstraksi PPO dapat
polyphenoloxidase (PPO) (Martinez and dilakukan menggunakan karapas udang.
Whitaker, 1995). Karapas udang merupakan salah satu jenis
Montero et al. (2001) menyatakan limbah yang dihasilkan dari proses
bahwa melanoisis adalah proses yang pengolahan udang. Berdasarkan fakta
dipicu oleh mekanisme biokimia akibat tersebut ekstraksi enzim polyphenol-
oksidasi fenol menjadi quinon melalui oxidase dapat berperan sebagai alternatif
kompleks enzim yang disebut pemanfaatan limbah udang. Penelitian ini
polyphenoloxidase. Proses ini diikuti oleh bertujuan untuk mengekstraksi dan
polimerasi nonenzimatik quinon sehingga mengkarakterisasi enzim PPO yang
menimbulkan senyawa pigmen dengan dihasilkan dari karapas udang.
berat molekul tinggi dan sangat gelap.
Proses kemunduran mutu pada udang II. METODE PENELITIAN
terjadi saat post mortem. Walaupun
timbulnya warna tidak berbahaya bagi 2.1. Bahan dan Alat
konsumen, namun secara drastis Bahan yang digunakan pada
mengurangi nilai jual produk dan penelitian ini adalah karapas udang windu
menyebabkan kerugian yang cukup tinggi. yang diperoleh dari pasar di daerah Bogor.
Penghambatan proses pemben- Bahan-bahan lain yang digunakan adalah
tukan blackspot dapat dilakukan akuades, buffer sodium fosfat (Merck),
menggunakan senyawa inhibitor. Senyawa NaCl (Merck), Brij 35 (Merck), Buffer
inhibitor digunakan saat penanganan Tris-HCl (Applichem), L-DOPA (Sigma).
udang sehingga proses enzimatis sebagai Alat-alat yang digunakan pada penelitian
tahap awal pembentukan melanin dapat ini adalah sentrifuse (Sorvall),
dihambat. Penentuan senyawa inhibitor spektrofotometer (Yamato), pipet mikro
yang efektif dilakukan menggunakan uji (Axygen), inkubator (Thermoline), dan
aktivitas penghambatan secara in vitro Freezer.
dengan enzim PPO sebagai substratnya.

354 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Suhandana et al.

2.2. Ekstraksi Enzim Polyphenoloxidase yang dilarutkan dengan 0,05 M buffer


Ekstraksi dilakukan dengan fosfat pH 5, 6, 7, 8, 9. Campuran
mengacu modifikasi metode Simpson et kemudian diinkubasi pada suhu optimum
al., (1987). Sampel dibuat dalam bentuk yang telah diperoleh sebelumnya selama 5
bubuk menggunakan nitrogen cair dalam menit.
waring blender. Sampel (50 g) dicampur
dengan 150 mL buffer (0,05 M buffer 2.5. Penentuan Kinetika Enzim
sodium fosfat, pH 7,2; yang mengandung Kinetika enzim ditentukan menggu-
1,0 M NaCl dan 0,2% Brij 35. Campuran nakan metode Bono et al. (2010).
diaduk secara kontinu pada suhu 4 oC Sebanyak 0,2 mL enzim ditambahkan
selama 30 menit, diikuti dengan dengan 2,8 mL L-DOPA yang dilarutkan
sentrifugasi dengan kecepatan 8000 x g dalam 0,05 M buffer fosfat dengan pH
pada suhu 4 oC selama 30 menit sesuai pH optimum. Konsentrasi L-DOPA
menggunakan sentrifuse dingin. yng digunakan adalah 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5
mM. Campuran tersebut kemudian
2.3. Penentuan Metode Ekstraksi diinkubasi pada suhu optimum yang telah
Terbaik diperoleh sebelumnya selama 5 menit.
Penentuan metode ekstraksi Sampel yang telah diinkubasi diukur pada
terbaik dilakukan dengan memodifikasi panjang gelombang 475 nm.. Aktivitas
perbandingan sampel dengan buffer enzim ditunjukkan dalam satuan U. Nilai
ekstraksi yang digunakan. Perbandingan 1U menunjukkan peningkatan absorban
yang digunakan antara lain 1:1, 1:2, 1:3, 0,001/ menit. Konstanta Michaelis-
dan 1:3 secara bertingkat. Metode ektraksi Menten (Km) dan Kecepatan maksimum
terbaik ditentukan dari nilai aktivitas (V maks) ditentukan dengan plot
spesifik enzim. Aktivitas enzim Lineweaver-Burk.
ditunjukkan dalam satuan U. Nilai 1U
menunjukkan peningkatan absorban 2.6. Pengaruh Ion Logam dan Inhibitor
0,001/ menit. Optimasi assay dilakukan terhadap Enzim
dengan menguji waktu inkubasi saat Pengaruh ion logam dan inhibitor
pengujian. Suhu yang digunakan adalah terhadap enzim ditentukan menggunakan
30 dan 35 oC. Pengujian aktivitas enzim modifikasi metode Bono et al. (2010).
berdasarkan metode Bono et al. (2010) Sampel enzim 0,2 mL ditambahkan
dengan 0,2 mL larutan Cu2+, Ca2+, Zn2+,
2.4. Penentuan Suhu dan pH Optimum Mn2+, Na, Co2+, ethylene diamine
Suhu dan pH optimum ditentukan tetraacetic acid (EDTA) dilarutkan dalam
menggunakan metode Bono et al. (2010). 20 mM buffer Tris-HCl (pH 7,1). Masing-
Sampel enzim sebanyak 0,2 mL masing campuran diprainkubasi selama 20
ditambahkan dengan 2,8 mL 0,01 M L- menit pada suhu ruang. Sebanyak 2,6 mL
DOPA yang dilarutkan dalam 0,05 M 0,01 M L-DOPA yang dilarutkan dalam
buffer fosfat pH 6,5. Campuran tersebut 0,05 M buffer fosfat ditambahkan ke
diinkubasi pada suhu 30, 35, 40, 45, 50, dalam campuran. Campuran kemudian
55 oC selama 5 menit. Sampel yang telah diinkubasi pada suhu optimum yang telah
diinkubasi diukur pada panjang diperoleh sebelumnya selama 5 menit, dan
gelombang 475 nm. pH optimum diukur absorbansinya pada panjang
ditentukan dengan melarutkan sampel gelombang 475 nm.
enzim dalam 2,8 mL 0,01 M L-DOPA

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 355
Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim...

2.7. Pengujian Aktivitas Enzim (Bono optimasi. Tahapan ini merupakan


et al., 2010) modifikasi dari metode yang dilakukan
Aktivitas polyphenoloxidase diten- oleh Simpson et al. (1987). Metode
tukan dengan mereaksikan 0,2 mL enzim tersebut menggunakan perbandingan
ditambahkan dengan 2,8 mL 0,01 M L- sampel banding buffer sebesar 1:3. Pada
DOPA yang dilarutkan dalam 0,05 M penelitian ini dilakukan beberapa
buffer fosfat pH 6,5. Campuran reaksi modifikasi perbandingan buffer, yaitu
kemudian diinkubasi pada suhu 35 oC menggunakan perbandingan 1:3 secara
selama 5 menit. Kemudian sampel yang bertingkat (SP1), 1:1 (SP2), 1:2 (SP3), 1:3
telah diinkubasi diukur pada panjang (SP4).
gelombang 475 nm. Aktivitas enzim Hasil penelitian menggambarkan
ditunjukkan dalam satuan U, dengan 1U ekstrak dengan perbandingan sampel :
berarti peningkatan absorban 0,001/menit. buffer sebesar 1:3 yang dilakukan secara
bertingkat menghasilkan aktivitas spesifik
2.8. Penentuan Kadar Protein yang lebih besar dibandingkan dengan
Kadar protein ditentukan meng- yang lain (Gambar 1). Hal ini diduga
gunakan metode Bradford (1976). karena dengan metode bertingkat jumlah
Coomassie blue digunakan untuk pewarna protein yang terekstrak lebih banyak
dan bovine serum albumin digunakan dibandingkan yang lain. Diduga pelet
sebagai standar. hasil ekstraksi tahap pertama masih
menyisakan protein dan protein ini yang
III. HASIL DAN PEMBAHASAN terekstrak pada tahap ekstraksi
berikutnya.
3.1. Ekstraksi Enzim
Polyphenoloxidase
Tahapan ekstraksi enzim kasar
dilakukan melalui beberapa tahap

Gambar 1. Aktivitas spesifik dari beberapa ekstrak enzim polyphenoloxidase


menggunakan perbandingan buffer yang berbeda

356 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Suhandana et al.

Ekstrak enzim polyphenoloxidase 3.2. Optimasi Assay


SP1 selanjutnya diuji untuk mengetahui Optimasi assay dilakukan untuk
aktivitas spesifik dari masing-masing mengetahui waktu konversi substrat L-
ekstrak. Ekstraksi bertingkat pada sampel DOPA menjadi produk. Pada tahap ini
SP1 dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi. juga diberikan perbandingan suhu
Hasil uji ini memperlihatkan bahwa dari inkubasi antara suhu 30 dan 35 °C. Hasil
masing-masing tahap ekstraksi aktivitas penelitian menunjukkan bahwa semakin
spesifik yang diperlihatkan masih tinggi. lama waktu inkubasi nilai absorban akan
Hal ini menunjukkan bahwa pada semakin besar. Namum rasio perubahan
ekstraksi tahap pertama belum terekstrak absorbansi dengan waktu (dA/dt) semakin
seluruh protein dalam hal ini enzim pada lama semakin menurun, yang berarti
sampel. Sehingga pada ekstraksi tahap bahwa jumlah substrat yang bisa
kedua dan ketiga masih ditemukan dikonversi menjadi produk semakin kecil.
aktivitas enzim.

Gambar 2. Peningkatan absorbansi sampel yang diinkubasi pada suhu 30 °C.

Gambar 3. Peningkatan absorbansi sampel yang diinkubasi pada suhu 35 °C.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 357
Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim...

Suhu inkubasi berpengaruh inkubasi, maka jumlah produk yang


terhadap peningkatan absorbansi sampel. dihasilkan juga akan semakin menurun.
Suhu 35 °C memberikan laju peningkatan
yang lebih besar dibandingkan suhu 30 3.3. Penentuan Suhu Optimum
°C. Laju peningkatan absorbansi di dua Pengaruh suhu pada reaksi
menit pertama untuk suhu 35 °C adalah enzimatis merupakan suatu fenomena
0,004 sedangkan pada suhu 30 °C sebesar yang kompleks. Bertambahnya suhu
0,003. Suhu yang lebih tinggi akan sampai dengan suhu tertentu akan
meningkatkan gerakan rotasi, vibrasi, menyebabkan kenaikan kecepatan reaksi
translasi ataupun bentuk gerakan lain, enzim karena bertambahnya energi kinetik
sehingga terjadi transfer elektron yang mempercepat gerak vibrasi, translasi
(Suhartono, 1989). Hal ini yang dan rotasi enzim serta substrat, sehingga
menyebabkan inkubasi menggunakan memperbesar peluang keduanya untuk
suhu 35 °C memberikan laju perubahan bereaksi. Suhu yang lebih besar dari suhu
substrat yang lebih besar. Montero et al. maksimum akan menyebabkan protein
(2001) menyebutkan polyphenoloxidase enzim mengalami perubahan konformasi
menunjukkan aktivitas tertinggi antara 40 yang bersifat detrimental. Substrat juga
dan 60 oC, tetapi stabil pada suhu 35 oC. dapat mengalami perubahan konformasi
Semakin lama waktu inkubasi laju sehingga gugus reaktifnya mengalami
peningkatan absorbansi akan semakin hambatan dalam memasuki sisi aktif
kecil. Hal ini terjadi karena laju perubahan enzim (Suhartono, 1989).
substrat akan menurun seiring dengan Suhu inkubasi berpengaruh pada
penambahan waktu inkubasi. Kecepatan enzim polyphenoloxidase. Peningkatan
pembentukan kompleks enzim substrat aktivitas enzim terlihat ketika suhu
sama dengan kecepatan penguraiannya. dinaikkan menjadi 35 °C. Penurunan
Kecepatan ini sama dengan kecepatan aktivitas terlihat ketika enzim diinkubasi
maksimum reaksi enzim yang dicapai diatas suhu 35 °C (Gambar 4). Hal senada
pada konsentrasi substrat tertentu juga disebutkan oleh Benjakul et al.
(Suhartono, 1989). Ketika jumlah substrat (2005) yang menyebutkan phenoloxidase
mengalami penurunan selama waktu (PO) dari cephalothorax kuruma prawn
memiliki aktivitas maksimum pada suhu
35 oC.

Gambar 4. Suhu optimum aktivitas enzim polyphenoloxidase.

358 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Suhandana et al.

Penelitian lain menyebutkan suhu 3.4. Penentuan pH Optimum


optimum beberapa enzim PPO dari Penentuan pH optimum dilakukan
sumber yang berbeda. Gimenez et al. menggunakan variasi pH buffer yang
(2010) menyatakan aktivitas polypheno- berbeda (Gambar 5). Buffer merupakan
loxidase yang ditemukan pada karapas salah satu komponen penting pada reaksi
dan ekstrak jeroan Norway lobster enzimatis karena kemampuannya untuk
meningkat sebanding dengan peningkatan menjaga pH. pH buffer yang digunakan
suhu hingga 60 oC. Ekstrak karapas bervariasi mulai dari pH 5-9. Pengujian
menunjukkan kestabilan pada suhu 45 oC. aktivitas enzim pada rentang pH tersebut
Zamorano et al. (2009) melaporkan tidak menunjukkan bahwa aktivitas optimum
ada kisaran maksimum yang jelas pada enzim polyphenoloxidase berada pada
suhu 15-60 oC tetapi stabilitas yang tinggi nilai pH 7. Ketika pH dinaikkan dari 5-7
dicapai pada suhu 30-35 oC. Cong et al. aktivtas enzim mengalami peningkatan,
(2005) menyatakan phenoloxidase dari namun ketika pH dinaikkan lagi diatas 7
hemolymph Ruditapes philippinarum aktivitas enzim mengalami penurunan.
memiliki aktivitas tertinggi pada suhu 40 Benjakul et al. (2005) menyebutkan
°C. Fan et al. (2011) menyatakan PO phenoloxidase (PO) dari cephalotho-
Artemia sinica optimal pada suhu 50 °C. raxkuruma prawn memiliki aktivitas
Penelitian yang dilakukan oleh Manheem maksimum pada pH 6,5. dan stabil pada
et al. (2012) menunjukkan bahwa kisaran pH 3-10.
kehilangan aktivitas PPO tertinggi Semua reaksi enzim dipengaruhi
ditemukan ketika enzim dipanaskan pada oleh pH medium tempat reaksi terjadi.
suhu 80 °C dan 90 °C. Ketika suhu yang Oleh karena itu pada setiap percobaan
digunakan berkisar antara 50-70 °C dengan enzim diperlukan buffer untuk
penurunan aktivitas yang terjadi tidak mengontrol pH reaksi. Percobaan yang
berbeda nyata. Namun peningkatan menggunakan enzim murni hasil isolasi,
aktivitas terjadi ketika enzim dipanaskan biasanya dipergunakan buffer buatan atau
pada suhu 40 °C. buffer artifisial misalnya buffer fosfat,
asetat, buffer tris dan HEPES.

Gambar 5. pH optimum aktivitas enzim polyphenoloxidase.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 359
Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim...

Pada umumnya enzim aktif pada substrat diatas konsentrasi tersebut


pH netral, yaitu pada pH cairan makhluk kecepatan reaksi menjadi tidak tergantung
hidup. Akan tetapi kisaran keaktifan pada konsentrasi substrat (Suhartono,
enzim dapat mencapai pH 5-9 (Suhartono, 1989).
1989). Substrat yang digunakan untuk
Montero et al. (2001) polypheno- pengujian kinetika enzim adalah L-DOPA
loxidase menunjukkan aktivitas spesifik dengan berbagai konsentrasi. L-DOPA
yang berbeda pada beberapa lokasi di memiliki kemampuan berikatan yang
tubuh tiger prawn serta aktif pada pH 5 lebih baik dibandingkan dengan substrat
dan 8. Zamorano et al. (2009) melaporkan lain. Cong et al. (2005) menyebutkan
karakterisasi dan distribusi jaringan bahwa afinitas L-DOPA dengan enzim
polyphenoloxidase (PPO) pada deepwater lebih tinggi dibandingkan dengan substrat
pink shrimp (Parapenaeus longirostris) lain, yaitu tirosin. Hal ini dibuktikan dari
setelah mati. Enzim memiliki aktivitas nilai Km untuk substrat L-DOPA lebih
tertinggi pada pH 4,5 serta stabil pada pH kecil dibandingkan dengan tirosin.
4,5 dan 9,0. Cong et al. (2005) Polyphenoloxidase (1,2-benzene-
menyatakan phenoloxidase dari diol : Oxygen Oxidoreductase; EC.
hemolymph Ruditapes philippinarum 1.10.3.1) merupakan enzim yang
optimum pada pH 7. Fan et al. (2011) mengandung Cu, yang juga dikenal
menyatakan PO Artemia sinica optimal dengan catechol oxidase, catecholase,
pada pH 7. diphenol oxidase, o-diphenolase,
phenolase, dan tyrosinase (Martinez dan
3.5 Kinetika Enzim Polyphenoloxidase Whitaker, 1995). Polyphenoloxidase
Aktivitas enzim PPO diuji bertanggung jawab untuk mengkatalis
menggunakan konsentrasi substrat (L- terjadinya dua reaksi dasar. Enzim
DOPA) yang berbeda mulai dari 2,5 mM mengkatalis hidroksilasi ke posisi O yang
sampai dengan 12,5 mM. Aktivitas berdekatan dengan hidroksil yang lain
ditunjukkan dalam satuan aktivitas relatif menggunakan substrat berupa fenol dan
(%). Konsentrasi substrat yang O2. Reaksi kedua adalah oksidasi dari
memberikan aktivitas enzim optimum diphenol menjadi o-benzoquinon, yang
adalah sebesar 7,5 mM. Konsentrasi selanjutnya teroksidasi menjadi melanin
enzim dibawah 7,5 mM menunjukkan (produk berwarna coklat) biasanya
aktivitas enzim yang terus meningkat, melalui mekanisme non enzimatis (Kim et
namun ketika konsentrasi substrat al., 2000).
dinaikkan diatas konsentrasi 7,5 mM Kinetika enzim berdasarkan
aktivitas enzim mengalami penurunan persamaan Lineweaver-Burk menunjukan
(Gambar 6). bahwa Km enzim PPO dari Penaeus
Pembentukan kompleks enzim monodon sebesar 5,42 mM (Gambar 7).
substrat membatasi kecepatan reaksi Nilai Km ini masih lebih rendah
enzimatis. Kecepatan maksimum reaksi dibandingkan dengan beberapa penelitian
enzim dicapai pada tingkat konsentrasi lain, seperti enzim pada Ruditapes
substrat yang sudah mampu mengubah philippinarum sebesar 2,2 mmol/L (Cong
seluruh enzim menjadi kompleks enzim et al., 2005), Charybdis japonica sebesar
substrat pada keadaan lingkungan yang 2,90 mM (Fan et al., 2009), Penaeus
memungkinkan. Konsentrasi substrat vannamei sebesar 1,47 mM (Garcia-
dibawah konsentrasi ini, reaksi enzim Carreno et al., 2008), Parapenaeus
tergantung pada konsentrasi substrat yang longirostris sebesar 1,85 mM (Zamorano
ditambahkan, sedangkan pada konsentrasi et al., 2009). Nilai Km yang rendah ini

360 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Suhandana et al.

disebabkan karena ekstrak enzim PPO pemurnian dapat digunakan untuk


masih kasar sehingga diduga pengotor di meningkatkan aktivitas spesifik enzim
dalamnya masih banyak. Metode PPO.

Gambar 6. Konsentrasi substrat optimum untuk aktivitas enzim polyphenoloxidase.

Gambar 7. Kinetika enzim polyphenoloxidase.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 361
Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim...

3.6 . Pengaruh Ion Logam terhadap logam Cu2+, Zn2+, Ca2+ menghambat
Enzim aktivitas kerja enzim PO. Zn2+
Ion logam mempengaruhi aktivitas menghambat aktivitas PO Ruditapes
enzim polyphenoloxidase (PPO). Ion tertinggi pada konsentrasi 1 mM.
logam dapat meningkatkan atau Demikian halnya dengan EDTA
menurukan aktivitas enzim setelah menghambat aktivitas PPO sebesar 100%
berinteraksi dengan enzim. Ion logam pada konsentrasi 10 mM. Penelitian yang
yang meningkatkan aktivitas enzim dilakukan oleh Fan et al., (2009)
disebut dengan aktivator sedangkan yang menyatakan bahwa Cu, Zn, Ca, Mg, dan
menurunkan aktivitas enzim disebut EDTA juga menghambat enzim PPO.
dengan inhibitor. Ion logam yang EDTA dengan konsentrasi 10 mM
mempengaruhi kerja aktivitas enzim PPO menghambat enzim sampai 100%. Hasil
dapat dilihat pada Gambar 8. tersebut menyatakan bahwa PPO
Kontrol menunjukkan aktivitas merupakan jenis metaloenzim.
PPO yang tidak ditambahkan ion logam, Selain beberapa ion logam, enzim
ditunjukkan dengan aktivitas relatif 100%. PPO juga bisa dihambat oleh beberapa
Gambar menunjukkan bahwa Na+, Ca2+, inhibitor protease. Protease sendiri bisa
Cu2+, Zn2+, dan EDTA dengan konsentrasi dihambat oleh beberapa ion logam. Ferrer
10 mM menurunkan aktivitas enzim PPO. et al. (1989) menyatakan ekstrak PO kasar
Demikian halnya dengan Na+, Ca2+, Mn2+, umumnya memiliki aktivitas yang rendah.
Zn2+, dan EDTA dengan konsentrasi 5 Semua protease inhibitor mencegah
mM. Namun Cu dengan konsentrasi 5 aktivasi phenoloxidase. Benjakul et al.
mM, Mn2+ dengan konsentrasi 10 mM, (2006) menyatakan sistein dan glutathione
dan Co dengan konsentrasi 5 dan 10 mM menunjukkan aktivitas penghambatan
meningkatkan aktivitas enzim PPO. pada PO kuruma prawn.
Penelitian yang dilakukan oleh
Cong et al. (2005) menyebutkan bahwa

Gambar 8. Pengaruh beberapa logam terhadap enzim polyphenoloxidase konsentrasi


logam 5 mM konsentrasi logam 10 mM

362 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52
Suhandana et al.

IV. KESIMPULAN Bradford, M.M. 1976. A rapid and


sensitive method for quantification
Metode terbaik untuk mengeks- of microgramquantities of protein
traksi enzim adalah menggunakan utilizing the principle of protein
perbandingan buffer 1:3 secara bertingkat. dye binding. Anal. Biochem.,
Suhu untuk pengujian enzim adalah 35 72:234-254.
°C. pH optimum kerja enzim PPO adalah Cong, R, W. Sun, G. Liu, T. Fan, X.
7 dengan suhu optimum 35 °C. Meng, L. Yang, and Zhu. 2005.
Konsentrasi L-DOPA yang digunakan Purification and characterization of
untuk memperoleh aktivitas optimum phenoloxidasefrom clam Ruditapes
enzim adalah 7,5 mM. Penghitungan philippinarum. J. FSI., 18:61-70.
kinetika enzim menunjukkan bahwa nilai Fan, T., Y. Zhang, L. Yang, X. Yang, G.
Km enzim PPO sebesar 5,42 mM. Jiang, M. Yu, and R. Cong. 2009.
Beberapa ion logam digunakan untuk Identification and characterization
melihat pengaruh enzim terhadap ion of a hemocyanin-derived phenol-
logam. Na+, Ca2+, Cu2+, Zn2+, dan EDTA oxidase from the crab Charybdis
dengan konsentrasi 10 mM menghambat japonica. J.CBPB., 152:144–149.
aktivitas enzim PPO. Selain itu Na+, Ca2+, Fan, T., J. Zhao, X. Fan, M. Yu, and G.
Mn2+, Zn2+, dan EDTA dengan Jiang. 2011. Purification and
konsentrasi 5 mM juga menghambat kerja characterization of phenoloxidase
enzim PPO. from brine shrimp Artemia sinica.
Acta Biochim Biophys Sin.,43:
DAFTAR PUSTAKA 722–728
Ferrer, O.J, J.A. Koburger, W.S. Otwell,
Benjakul, S., W. Visessanguan, and M. R.A. Gleeson, B.K. Simpson, and
Tanaka. 2005. Properties of M.R. Marshall. 1989. Phenol-
phenoloxidase isolated from oxidase from the cuticle of florida
theCephalothorax of kuruma spiny lobster (Panulirus argus):
prawn (Penaeus japonicus). J. of mode of activation and characteri-
Food Biochem., 29:470–485 zation. J. of Food Science,
Benjakul, S. W. Visessanguan, and M. 54(1):63-67
Tanaka. 2006. Inhibitory effect of Garcia-Carreno, F.L., K. Cota, and
cysteine and glutathione on M.A.N.D. Toro. 2008. Phenol-
phenoloxidasefrom kuruma prawn oxidase activity of hemocyanin in
(Penaeus japonicus). Food Chem., whiteleg shrimp Penaeus
98:158–163. vannamei: conversion, characteri-
Bono, G., C. Badalucco, A. Corrao, S. zation of catalytic properties, and
Cusumano, L. Mammina, and G.B. role in Postmortem melanosis. J.
Palmegiano. 2010. Effect of Agric. Food Chem., 56:6454–
temporal variation, gender and size 6459.
on cuticle polyphenol oxidase Kim, J., M.R. Marshall, and C.Wei. 2000.
activity in deep-water rose shrimp Polyphenoloxidase. Dalam: Haard
(Parapenaeus longirostris). Food N.F. and B.K. Simpson (eds.).
Chem., 123:489–493. Seafood enzymes: utilization and
influence on postharvest seafood
quality. New York: Marcel
Dekker, Inc. hlm.:271-316.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No. 2, Desember 2013 363
Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim...

[KKP] Kementerian Kelautan dan Simpson B.K., M.R. Marshall, and W.S.
Perikanan. 2011. Statistik ekspor Otwell. 1987. Phenoloxidase from
hasil perikanan. Pusat Data, shrimp (Penaeus setiferus):
Statistik, dan Informasi, Sekre- purification and some properties. J.
tariat Jenderal, Kementerian Agric. Food Chem., 35:918-921
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan
Manheem, K., S. Benjakul, K. Kijroong- bioteknologi. Bogor: Departemen
rojana, and W. Visessanguan. Pendidikan dan Kebudayaan,
2012. The effect of heating Direktorat Jenderal Pendidikan
conditions on polyphenol oxidase, Tinggi Antar Universitas
proteases and melanosisin pre- Bioteknologi, Institut Pertanian
cooked Pacific white shrimp Bogor.
during refrigerated storage. Food Zamorano, J.P., O. Martinez-Alvarez, P.
Chem., 131:1370–1375 Montero, and M.C.Gomez-Guillén.
Martinez, M.V. and J.R. Whitaker. 1995. 2009. Characterisation and tissue
The biochemistry andcontrol of distribution of polyphenol oxidase
enzymatic browning. Trends in of deepwaterpink shrimp (Parape-
Food Science & Technology, naeus longirostris). Food
6:195-200. Chemistry, 112:104–111.
Montero, P, A. Avalos, and M. Perez-
Mateos. 2001. Characterization of Diterima :7 Oktober 2013
polyphenoloxidase of prawns Direvisi :8 Desember 2013
(Penaeus japonicus). Alternatives Disetujui :17 Desember 2013
to inhibition: additives and high-
pressure treatment. Food Chem.,
75:317–324.

364 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt52

Anda mungkin juga menyukai