Anda di halaman 1dari 9

EKSPLORASI BATUBARA (umi)

Penambangan
 Pertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan
galian sampai dengan pemasaran bahan galian. secara umum tahapan kegiatan pertambangan
terdiri dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan,
Pengangkutan, dan Pemasaran.

1.   Penyelidikan Umum (Prospeksi)


Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapan-endapan
mineral berharga. Atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk menemukan keberadaan
atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat atau memberikan harapan untuk diselidiki
lebih lanjut. Jika pada tahap prospeksi ini tidak ditemukan adanya cadangan bahan galian yang
berprospek untuk diteruskan sampai ke tahapan eksplorasi, maka kegiatan ini harus dihentikan.
Apabila tetap diteruskan akan menghabiskan dana secara sia-sia. Sering juga tahapan prospeksi
ini dilewatkan karena dianggap sudah ditemukan adanya indikasi atau tanda-tanda keberadaan
bahan galian yang  sudah langsung bisa dieksplorasi.
 Metoda prospeksi antara lain tracing float dan pemetaan geologi dan bahan galian.
metode tracing float ini digunakan terutama pada anak sungai, yang lebih mudah dilakukan pada
musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau menemukan float bahan galian yang
diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi yang melewati lereng bukit atau
terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai. Dengan melakukan tracing float dari
arah hilir ke hulu sungai, maka bisa diharapkan untuk menemukan adanya zone mineralisasi
yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat sebagian besar sudah
diketahui.
Kedua, metode pemetaan geologi dan bahan galian. Metode ini dilakukan apabila litologi
setempat pada umumnya tidak diketahui, atau diperlukan data yang rinci lagi.

2.   Eksplorasi
Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan
suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan
bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan
galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut.
Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini
juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap ekplorasi ini juga
sangat berperan pada tahan reklamasi nanti, melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan
mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya.
    
  A.   Metode eksplorasi

Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi,
yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi
dengan metode atau cara antara lain sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat dilakukan dengan cara membuat
parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.
2.        Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal dari titik
percontohan dan dianalisis di laboratorium.
3.        Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik seperti
seismic, SP, IP dan resistivity.
4.        Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui penyebaran
lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan bahan galian dan
dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.
5.        Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di lapisan
atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat  fisik dan keteknikannya.

Metode yang biasa dipakai dalam penyelidikan umum atau prospeksi adalah :

A.            Penelusuran Tebing-Tebing Di Tepi Sungai Dan Lereng-Lereng Bukit


Kegiatan ini berusaha untuk menemukan singkapan (outcrop) yang bisa memberi
petunjuk keberadaan suatu endapan bahan galian. Bila ditemukan singkapan yang menarik dan
menunjukkan tanda-tanda adanya mineralisasi, maka letak dan kedudukan itu diukur dan
dipetakan. Juga diambil contoh batuannya (rock samples) secara sistematis untuk diselidiki di
laboratorium agar dapat diketahui data apa yang “tersimpan” di dalam contoh batuan itu.

B.            Penelusuran Jejak Serpihan Mineral (Tracing Float)


Yaitu metode untuk menemukan letak sumber serpihan mineral (mineral cuts = float)
yang umumnya berupa urat bijih (vein) endapan primer di tempat-tempat yang elevasinya tinggi.
Caranya adalah dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral berharga (emas, intan,
kasiterit, dll) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa lemah dan memiliki berat
jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir sungai.
Pada kelokan sungai sebelah dalam (lihat Gambar 1.b.) diambil beberapa genggam
endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau lenggang (pan/batea/horn ; lihat Gambar 1.a.). Bila
dari dalam dulang itu ditemukan serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan
sungai diteruskan ke hulu sungai (lihat titik-titik A1, A2 dan A3 pada Gambar 1.b.) sampai
serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi.
Selanjutnya pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara
mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan ini diteruskan ke
lereng-lereng bukit disertai dengan penggalian sumur uji dan parit uji sampai serpihan itu
menghilang dan sumber serpihan yang berupa endapan primer itu ditemukan. Tetapi mungkin
juga sumber serpihan mineral berharga itu tidak ditemukan.
(b)
 
(a)
 
Gambar1.
(a)     Bentuk-bentuk dulang atau lenggang dan (b) Serpihan mineral pada kelokan sungai

Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan


bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini
ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir). Pada umumnya, float ini banyak
terdapat pada aliran sungai-sungai
Tracing (penjejakan » perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan
pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder
yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang
mengandung mineralisasi, maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai
tersebut. Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan
(float) tersebut.

Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi)


dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak floatterhadap sumbernya. Selain itu sifat
dan karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor
pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar
(besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang
berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip
dengan tracing float.

Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :


         Peta jaringan sungai.
         Titik-titik (lokasi) pengambilan float.
         Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.
         Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
         Lokasi dimana float mulai hilang.
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona
sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada
daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut
hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan (trenching) dan uji
sumuran (test pitting).

C.            Penyelidikan Dengan Sumur Uji (Test Pit)

Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan galian di bawah
tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya biasanya digali sumur uji (test pit)
dengan mempergunakan peralatan sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki, dsb.
Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau bulat
telur (ellip) yang kurang sempurna (lihat Gambar 2). Tetapi bentuk penampang yang paling
sering dibuat adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x
200 m. Sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau
batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa penyangga
kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m.
Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak endapan
bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang teratur seperti empat
persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan
jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya
tidak memungkinkan.
Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume
tanah yang digali juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
Gambar 2.
Macam bentuk penampang sumur uji

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian
kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan
kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah
jurus, sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji
ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan pelapukan dan
endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan
lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan
karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling (lihat
Gambar 6.5). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan
lapisan endapan yang dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).

Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau residual), pembuatan
sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona
lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan
sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
 Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan kedalaman
bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan lateritik atau residual,
kedalaman sumur ujidapat mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar. 
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
         ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
         ketinggian muka airtanah,
         kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
         kekuatan dinding lubang, dan
         kekerasan batuan dasar.

D.            Penyelidikan Dengan Parit Uji (Trench)

Pada dasarnya maksud dan tujuannya sama dengan penyelidikan yang mempergunakan
sumur uji. Demikian pula cara penggaliannya. Yang berbeda adalah bentuknya ; parit uji digali
memanjang di permukaan bumi dengan bentuk penampang trapesium (lihat Gambar 3) dan
kedalamannya 2-3 m, sedang panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan
bahan galian yang sedang dicari dan jumlah (volume) contoh batuan (samples) yang ingin
diperoleh. Berbeda dengan sumur uji, bila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan daerahnya
mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit uji dapat dilakukan
dengandragline atau hydraulic excavator (back hoe).
Gambar 3
Bentuk penampang parit uji

Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup sebaiknya
digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya agar kemungkinan untuk
menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan
singkapan urat bijihnya, maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk
menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit uji yang saling
sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya (lihat Gambar 4).
Gambar 4
Arah penggalian parit uji

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan


atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali
tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan
berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan,
ketebalan lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi
sampling.

Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan
arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut
dapat diketahui (lihat Gambar 6.4). Informasi yang dapat diperoleh antara lain ; adanya zona
alterasi, zona mineralisasi, arah relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi
sampling. Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
         Terbatas pada overburden yang tipis,
         Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan
menggunakan eksavator/back hoe),
         Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat terjadi
mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

E.            Metode Geofisika (Geophysical Prospecting)


Metode geofisika dipakai sebagai alat untuk menemukan adanya perbedaan (anomali)
yang disebabkan oleh adanya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan
bumi. Pada umumnya endapan bahan galian yang tersembunyi di bawah permukaan bumi itu
memiliki satu atau lebih sifat-sifat fisik yang berbeda dari sifat fisik batuan di sekelilingnya,
sehingga perbedaannya itu dapat dicatat (diukur) dengan peralatan geofisika. Metode geofisika
ini memang mahal dan hasilnya tidak selalu teliti dan meyakinkan, karena tergantung dari
kepiawaian dalam melakukan interpretasi terhadap anomali dan data geologi yang diperoleh.
Walaupun demikian metode ini bisa sangat membantu dalam mengarahkan kegiatan eksplorasi
di kemudian hari

F.             Metode Geokimia (Geochemistry Prospecting)

Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi kimia


yang sangat kecil, yaitu dalam ukuran part per million (ppm), pada contoh air permukaan (air
sungai), air tanah, lumpur yang mengendap di dasar sungai, tanah dan bagian-bagian dari
tanaman (pepohonan) seperti pucuk daun, kulit pohon dan akar yang disebabkan karena di
dekatnya ada endapan bahan galian atau endapan bijih (ore body). Pada dasarnya semua endapan
bahan galian pada saat terbentuk akan “merembeskan” sebagian kecil unsur kimia atau logam
yang dikandungnya ke lapisan batuan di sekelilingnya. ”Rembesan” unsur kimia atau logam
inilah yang ditelusuri dengan metode geokimia. Oleh sebab itu prospeksi geokimia biasanya
dilakukan di sepanjang aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS) serta di daratan.
Prospeksi geokimia hanya mampu membantu melengkapi data dan informasi untuk
mengarahkan di daerah mana prospeksi geofisika harus dilakukan. Tetapi prospeksi geokimia
sangat bermanfaat untuk penyelidikan di daerah yang bila diselidiki dengan geofisika tidak
efektif, terutama untuk pengamatan awal di daerah terpencil yang luas. Setiap contoh air, tanah
dan komponen tumbuh-tumbuhan yang diambil dengan teliti dan sistematis dari daerah yang
sedang diteliti, kemudian harus dianalisis secara kimiawi dengan reagen yang khas dan hanya
peka untuk unsur kimia atau logam tertentu (a.l. Cu, Pb, Zn, Ni dan Mo) walaupun kadar unsur
kimia atau logam itu sangat rendah. Hasil analisis kimia khusus itu dipetakan untuk dipelajari
adanya anomali geokimia yang antara lain disebut halos.
Prospeksi geokimia biasanya berlangsung tidak terlalu lama (0,5-1,0 tahun), sedangkan
jumlah contoh (sample) yang diambil dari setiap tempat tak banyak (1-2 kg).

Anda mungkin juga menyukai