Anda di halaman 1dari 4

Undang-Undang (UU) Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) yang disahkan

oleh Presiden Joko Widodo pada 15 Agustus 2017, terdiri atas 573 pasal, penjelasan, dan 4
lampiran. UU ini telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H.
Laoly pada 16 Agustus 2017.

Dalam UU ini telah ditetapkan, bahwa jumlah kursi anggota DPR sebanyak 575 (lima ratus tujuh
puluh lima), dimana daerah pemilihan anggota DPR adalah provinsi, kabupaten/kota, atau
gabungan kabupaten/ kota, dan jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPR paling sedikit
3 (tiga) kursi dan paling banyak 10 (sepuluh) kursi.

“Daerah pemilihan sebagaimana dimaksud pada dan jumlah kursi setiap daerah pemilihan
anggota DPR sebagaimana dimaksud  tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini,” bunyi Pasal 187 ayat (5) UU ini.

Adapun jumlah kursi DPRD provinsi, menurut UU ini, ditetapkan paling sedikit 35 (tiga puluh
lima) dan pding banyak 120 (seratus dua puluh) mengikuti jumlah penduduk pada provinsi yang
bersangkutan.

Daerah pemilihan anggota DPRD provinsi adalah kabupaten / kota atau gabungan kabupaten /
kota. Sementara j umlah kursi setiap daerah pemilihan anggota DPRD provinsi paling sedikit 3
(tiga) kursi dan paling banyak 12 (dua belas) kursi.

“Daerah pemilihan sebagaimana dimaksud dan jumlah kursi setiap daerah pemilihan anggota
DPR provinsi sebagaimana dimaksud  tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini,” bunyi Pasal 189 ayat (5) UU ini.

Untuk jumlah kursi DPRD kabupaten/kota, menurut UU ini, ditetapkan paling sedikit 20 (dua
puluh) kursi dan paling banyak 55 (lima puluh lima) kursi, didasarkan pada jumlah penduduk
kabupaten/kota.

Ditegaskan dalam UU ini, KPU menyusun dan menetapkan daerah pemilihan anggota DPRD
Kabupaten/Kota berdasarkan ketentuan UndangUndang ini. Dalam penyusunan dan penetapan
daerah pemilihan anggota DPRD KabupatenlKota sebagaimana dimaksud, KPU melakukan
konsultasi dengan DPR.

Adapun jumlah kursi anggota Dewan Perwakilan daerah (DPD) untuk setiap provinsi, menurut
UU ini, ditetapkan  4 (empat), dengan daerah pemilihannya adalah provinsi.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 ini menyebutkan, Warga Negara Indonesia yang pada
hari pemungutan suara sudah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin,
atau sudah pernah kawin mempunyai hak memilih. Warga Negara Indonesia sebagaimana
dimaksud didaftar 1 (satu) kali oleh Penyelenggara Pemilu dalam daftar Pemilih. Adapun Warga
Negara Indonesia yang telah dicabut hak politiknya oleh pengadilan tidak mempunyai hak
memilih.

“Untuk dapat menggunakan hak memilih, warga Negara Indonesia harus terdaftar sebagai
Pemilih kecuali yang ditentukan lain dalam Undang-Undang ini,” bunyi Pasal 199 UU ini.

Sementara  anggota Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, menurut UU ini, tidak menggunakan haknya untuk memilih.

Pengusulan dan Penetapan Bakal Calon Presiden dan Wakil Presiden

UU ini menegaskan, bahw calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan dalam 1 (satu)
pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, yang memenuhi persyaratan
perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoLeh
25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR
sebelumnya.

“Partai Politik atau Gabungan Partai Politik sebagaimana dimaksud hanya dapat mencalonkan 1
(satu) Pasangan Calon sesuai dengan mekanisme internal Partai Politik dan/atau musyawarah
Gabungan Partai Politik yang dilakukan secara demokratis dan terbuka, ” bunyi Pasal 223 ayat
(2) UU No. 7/2017 ini.

Partai Politik atau Gabungan Partai Politik, menurut UU ini, dapat mengumumkan bakal calon
Presiden dan/atau bakal calon Wakil Presiden sebelum penetapan calon anggota. DPR, DPD,
dan DPRD.

Adapun pendaftaran bakal Pasangan Calon oleh Partai Politik ditandatangani oleh ketua umum
atau nama lain dan sekretaris jenderal atau nama lain serta Pasangan Calon yang
bersangkutan. Pendaftaran bakal Pasangan Calon oleh Gabungan Partai Politik, menurut UU ini,
ditandatangani oleh ketua umum atau nama lain dan sekretaris jenderal atau nama lain dari
setiap Partai Politik yang bergabung serta Pasangan Calon yang bersangkutan.

“Masa pendaftaran bakal Pasangan Calon paling lama 8 (delapan) bulan sebelum hari
pemungutan suara,” bunyi Pasal 226 ayat (4) UU ini.

Ditegaskan dalam UU ini, Partai Politik dilarang menerima imbalan dalam bentuk apa pun pada
proses pencalonan Presiden dan Wakil Presiden. Dalam hal Partai Politik terbukti menerima
imbalan sebagaimana dimaksud, Partai Politik yang bersangkutan dilarang mengajukan calon
pada periode berikutnya.

Dalam hal salah satu calon dari bakal Pasangan Calon atau kedua calon dari bakal Pasangan
Calon berhalangan tetap sampai dengan 7 (tujuh) hari sebelum bakal Pasangan Calon
ditetapkan sebagai calon Presiden dan Wakil Presiden, menurut UU ini, Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik yang (mengusung) bakal calon atau bakal Pasangan Calonnya
berhalangan tetap diberi kesempatan untuk mengusulkan bakal Pasangan Calon pengganti.

Selanjutnya, KPU menetapkan dalam sidang pleno KPU tertutup dan mengumumkan nama
Pasangan Calon yang telah memenuhi syarat sebagai Peserta Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, 1 (satu) hari setelah selesai verifikasi.

“Penetapan nomor urut Pasangan Calon sebagaimana dimaksud dilakukan secara undi dalam
sidang pleno KPU terbuka dan dihadiri oleh seluruh Pasangan Calon, 1 (satu) hari setelah
penetapan dan pengumuman sebagaimana dimaksud,” bunyi Pasal 235 ayat (2) UU ini.

UU ini juga menegaskan, Partai politik atau Gabungan Partai Politik sebagaimana dimaksud
dilarang menarik calonnya dan/atau Pasangan Calon yang telah ditetapkari oleh KPU. Selain itu,
salah seorang dari bakal Pasangan Calon atau bakal Pasangan Calon sebagaimana dimaksud
dilarang mengundurkan diri terhitung sejak ditetapkan sebagai Pasangan Calon oleh KPU.

“Salah seorang dari bakl Pasangan Calon atau bakal Pasangan Calon sebagaimana dimaksud
dilarang mengundurkan diri terhitung sejak ditetapkan sebagai Pasangan Calon oleh KPU, ”
bunyi Pasal 236 ayat (2) UU ini.

Menurut UU ini, dalam rangka pendidikan politik, KPU wajib memfasilitasi penyebarluasan materi
Kampanye Pemilu Presiden dan Wakit Presiden yang meliputi visi, misi, dan program Pasangan
Calon melalui laman KPU dan lembaga penyiaran publik.
Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud, menurut UU ini, dilaksanakan selama 21 (dua puluh
satu) hari, dan berakhir sampai dengan dimulainya Masa Tenang.

“Masa Tenang sebagaimana dimaksud berlangsung selama 3 (tiga) hari sebelum hari
pemungutan suara,” bunyi Pasal 278 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2017.

Mengenai Dana Kampanye , menurut UU ini, dapat diperoleh dari: a. Pasangan Calon yang
bersangkutan; b. Partai Politik dan/atau Gabungan partai politik yang mengusulkan pasangan
Calon; dan  c. sumbangan yang sah menurut hukum dari pihak lain.

Selain didanai oleh dana kampanye sebagaimana dimaksud , dalam UU ini disebutkan,
kampanye Pemilu Presiden dan wakil presiden dapat didanai dari APBN. Dana Kamparrye
sebagaimana dimaksud dapat berupa uang, barang, dan/atau jasa. (Pusdatin/ES)

Read more: https://setkab.go.id/inilah-undang-undang-nomor-7-tahun-2017-tentang-pemilihan-
umum-2/

Integritas adalah sikap yang berpedoman pada prinsip jujur, mandiri, adil, akuntabel

ZQ
Visi misi KPU

Visi dan Misi KPU


 HOME
 
 Visi dan Misi KPU

VISI
 
Menjadi Penyelenggara Pemilihan Umum yang Mandiri, Professional, dan
Berintegritas untuk Terwujudnya Pemilu yang LUBER dan JURDIL

MISI
1. meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu yang efektif dan efisien,

transparan, akuntabel, serta aksesibel; 


2. meningkatkan integritas, kemandirian, kompetensi dan profesionalisme

penyelenggara Pemilu dengan mengukuhkan code of conduct penyelenggara


Pemilu; 
3. menyusun regulasi di bidang Pemilu yang memberikan kepastian hukum,

progesif, dan partisipatif; 


4. meningkatkan kualitas pelayanan Pemilu untuk seluruh pemangku

kepentingan; 
5. meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam Pemilu, Pemilih

berdaulat Negara kuat; dan 


6. mengoptimalkan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam

penyelenggaraan Pemilu.

Hukum etik

Etika keberadaannya tidak tertulis, sedangkan hukum dalam bentuk tertulis atau


terbukukan sebagai hukum negara. Etika bersifat subjektif dan fleksibel,
sedangkan hukum bersifat objektif dan tegas

Hukum pidana
Hukum pidana merupakan hukum bagi orang-orang yang melakukan kriminalitas

Hukum Administrasi

Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang aparatur


pemerintah dalam melakukan berbagai aktivitas atau tugas-tugas negara

Anda mungkin juga menyukai