Anda di halaman 1dari 9

MERDEKA BELAJAR DITENGAH GURU-GURU PRIMITIF

Oleh. Jenni Merlina Siregar

Di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum


sejak tahun 1947 yang berorientasi pada tujuan dan menganut
pendekatan integrative. Kurikulum 1984 berorientasi pada tujuan
instruksional dan materi dengan pendekatan Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA). Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi yang menitik
beratkan pada kemampuan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan atau KTSP . Kurikulum 2013 yang berorientasi pada
pengembangan kompotensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dan
saat ini pengembangan Kurikulum Merdeka, pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik
dengan penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Perkembangan Pendidikan Indonesia

Walaupun kurikulum selalu berganti - ganti, peraturan dan sistem


diubah, seperti adanya tunjangan sertifikasi pelatihan-pelatihan
mengenai kurikulum, pendidikan di Indonesia belum juga berada
pada lefel yang baik.
Salah satu penyebab pendidikan di negara ini sulit untuk maju
disebkan pelaku-pelaku pendidikan yang masih didominasi oleh
guru-guru primitif, guru-guru yang tidak mau membuka hati dan
fikirannya untuk berubah, guru-guru yang tidak mau tahu, tidak
peduli, dan tidak memiliki jiwa pendidik. Masih banyak guru yang
setengah hati menerapkan ilmunya kepada siswa, mengikuti
program pemerintah hanya untuk mendapatkan tambahan
penghasilan, mengikuti banyak pelatihan hanya untuk diri sendiri
terutama di Sekolah Dasar. Banyak pelatihan yang diikuti akan
tetapi hasil dari pelatihan itu hanya untuk diri sendiri tidak
dibagikan buat teman sejawat yang mungkin lebih membutuhkan
ilmunya dalam penerapan sehingga ilmu yang didapat diam di
tempat.

Pada masa serba digital seperti sekarang masih banyak dijumpai


guru-guru primitif menggunakan cara-cara mengajar dengan;
menyuruh siswa menyalin catatan di papan tulis maupun dikte
sementara guru tenang duduk pegang gawai menunggu siswa
menyelesaikan tugas yang diberikan. Menjadikan siswa seperti gelas
kosong yang siap untuk diisi apapun, pembelajaran yang hanya
menekankan keaktifan guru. Mengajar tanpa program dan
persiapan, bahkan kadang bingung mau mengajarkan apa saat
masuk ke dalam kelas. Mencela guru lain yang mau dan selalu siap
untuk berubah dan menerima perubahan.

Rutinitas guru sehari-hari yang monoton, mengajar dengan gaya


konvensional, seperti itu membuat siswa menjadi bosan, ngantuk,
tidak bersemangat untuk belajar membuat mereka menganggap
sekolah itu hanya menjadi rutinitas dan seremonial saja.

Hampir semua guru-guru di Indonesia telah memiliki sertifikat


pendidik. Mereka semua bisa dikatakan memiliki kompetensi yang
cukup bagus sebagai seorang pendidik. Karena mereka sudah teruji
dan terdidik dalam profesinya. Namun kenyataan yang terjadi masih
banyak guru-guru primitif yang tidak menunjukkan kreatifitasnya.
Proses pembelajaran yang dilakukan masih mewarisi cara belajar di
era 80 an. Mereka lebih banyak mengeluhkan perubahan bahkan
sudah lebih dahulu menolak perubahan kurikulum yang diadakan,
sehingga untuk selanjutnya hati dan jiwanya tertutup untuk berubah
dan menjadikannya menjadi guru primitif selamanya. Kelompok
guru primitif ini, biasanya selalu berpegang teguh pada aturan -
aturan lama yang sudah mendarah daging dalam kehidupannya.

Pendidikan yang baik haruslah dimulai sejak usia dini. Guru yang
primitif akan sulit berubah karena tidak ada keinginan mereka untuk
mengubah diri. Pengembangan diri bagi mereka hanya sebagai
kewajiban saja, segala pelatihan yang mereka ikuti hanya sekedar
dan untuk menambah angka kredit. Mengajar hanya sebagai
pemenuhan kebutuhan materi karena setiap ada perubahan mereka
sudah lebih dahulu menentang dengan berkata: ”kurikulum
berubah-ubah, yang satu belum paham, ganti lagi, percobaan saja
terus, ganti menteri ganti kurikulum, jadi yang biasa aja.” bahkan
cenderung mempengaruhi guru lain.

Sementara di era yang serba canggih sekarang ini langkah siswa


sudah lebih jauh dari sang guru, pelajaran dan ilmu yang ingin
mereka ketahui dan pelajari sudah dapat dicari dan ditemukan
sendiri. Guru tidak lagi sebagai sumber belajar yang dominan akan
tetapi hanya sebagai penuntun, pembawa arah untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan dan dicita-citakan bangsa sesuai
UUD. Karena itu, dibutuhkan guru-guru modern dan merdeka.

Perkembangan menuntut kita untuk terus belajar hal-hal baru,


demikian halnya dalam kurikulum yang selalu terus berubah sesuai
perubahan zaman. Terlebih dalam era globalissasi dan semakin
majunya tekhnologi terutama tekhnologi informasi, yang sangat
mempengaruhi dinamika kehidupan.Tekhnologi informasi yang
sangat mendukung berjalannya Pendidikan formal saat ini
membutuhkan guru-guru dan insan pendidik yang terkait di
dalamnya mampu mengembangkan dirinya sendiri sehingga bisa
bersaing dan menyesuaikan diri dengan zaman.

Tantangan terbesar saat ini ada pada guru, kepala sekolah, dan
tenaga pendidik lainnya, yang harus bergerak, tergerak dan
menggerakkan semua elemen yang berkaitan dengan pendidikan,
mengarahkan seluruh hati dan jiwa raganya dengan tulus ikhlas.
Peran pelaku-pelaku pendidikan yang harus selalu proaktif
menyikapi semua perubahan dengan koolaborasi yang baik dari
setiap jajaran dan saling mendukung. Seperti halnya untuk
memajukan pendidikan dan peluncuran Kurikulum Merdeka dalam
Merdeka Belajar.

Merdeka Belajar adalah suatu program inovatif untuk dunia


pendidikan Indonesia yaitu pemberian kebebasan kepada siswa,
guru dan sekolah untuk berinovasi dan melakukan kegiatan
pembelajaran yang mandiri dan kreatif didasari pola pemikiran Ki
Hajar Dewantara

Menurut Ki Hajar Dewantara Kemerdekaan dalam pendidikan


bermakna: tidak hidup terperintah, artinya seseorang bisa
menentukan arah tujuannya sendiri, cakap dan kuat dalam
memerintah diri sendiri.

Ki Hajar Dewantara menjelaskan tujuan pendidikan yakni


menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Dengan demikian, seorang pendidik hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada
diri anak-anak agar dapat memperbaiki diri. Secara sederhana
bahwa tugas seorang pendidik adalah menggali, menuntun, serta
mengembangkan bakat dan minat siswa, bukan merubah apa yang
siswa minati.

Guru merdeka dapat kita artikan sebagai, guru yang mampu dengan
segala kebebasannya menyampaikan segala kreatifitas dan
kecerdasannya. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Guru yang dapat memerintah dirinya sendiri dan menentukan


tujuan sendiri.
2. Guru yang dapat berdiri tegak karena usaha sendiri dalam
mengembangkan kapasitas dan potensi diri.
3. Guru yang memiliki rasa ingin tahu, tidak mudah mengeluh saat
menghadapi kesulitan, dan selalu semangat belajar untuk hal-hal
baru
4. Guru yang dapat menggali, menuntun, serta mengembangkan
bakat dan minat siswa.
5. Guru yang cakap dan terampil mengatur hidupnya sesuai norma
masyarakat.

Setiap guru haruslah memahami merdeka belajar yang


sesungguhnya, karena merekalah pelaku-pelaku pendidikan yang
harus mampu membuat perubahan secara menyeluruh dalam hal
mendidik dan mengajar yang menjadi modal penting dalam,
membimbing, mengarahkan, mempengaruhi dan menuntun siswa
dalam pencapaian kurikulum merdeka.

Jika guru merdeka belajar telah memiliki semangat belajar, rasa


ingin tahu yang tinggi, tidak mudah mengeluh karena kesulitan,
reflektif, mau menerima kritikan/saran, memperbaiki kesalahan,
mendengar dan bekerja sama akan mempengaruhi siswa dalam hal
berfikir, dan bertindak, karena guru sudah memberikan aksi nyata
yang sesungguhnya dalam mendidik.

Modal utama seorang guru sesungguhnya adalah Dirinya Sendiri,


jiwa raga dan hatinya. Karena secara umum siswa akan mengingat
dan selalu termotivasi oleh sosok gurunya. Media, inovasi
pembelajaran lainnya hanyalah sebagai pelengkap guru dalam
mempengaruhi siswa belajar. Yang paling kuat memotivasi siswa
dalam belajar adalah sosok gurunya: siapa gurunya, seperti apa
gurunya, bagaimana gurunya memperlakukan dia.

Guru yang diharapkan berhasil dalam mewujudkan kurikulum


merdeka adalah guru - guru yang ; Bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa : berhati tulus dan berjiwa melayani . Memiliki kepedulian
tinggi terhadap rekan kerja(guru) dan seluruh siswa tanpa
membedabedakan. Memiliki sikap mendorong dan memajukan
orang lain (motivator). Selalu bersemangat dan mencari ide-ide
baru dalam pengembangan karakter untuk keberhasilan siswa dan
peningkatan mutu pendidikan. Selalu konsisten dalam penerapan
disiplin. Selalu menjadi idola dan dirindukan setiap siswa, karena
mau mendengarkan, menerima umpan balik, berkolaborasi, selalu
semangat, melakukan koreksi dan instropeksi diri(reflektif). Selalu
jujur dalam setiap tindakan dan perbuatan untuk ketercapaian
tujuan terutama dalam hal penilaian anak maupun penilaian
sekolah melalui Assesmen Nasional (ANBK) seperti yang sedang
dilaksanakan saat ini. Tanpa kejujuran penilaian/ assesmen
perubahan akan sulit dicapai.

Keberhasilan kurikulum tidak luput dari kemauan, niat dan


ketulusan hati setiap pelaku-pelaku yang berkaitan degan
pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai kepada guru-guru yang
secara langsung berhadapan dengan siswa. Dan yang paling penting
dari semua itu, guru yang benar-benar bekerja dengan tulus dari
hati, memberikan seluruh jiwa dan raganya untuk mendidik dan
mengajar anak ke arah yang lebih baik. Memberikan segala daya
upaya dalam membangun diri siswa dengan sepenuh hati dalam hal
karakter dan ilmu pengetahuan. Mendidik dan mengajar siswa
tanpa lelah dan menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan jiwa
kebangsaan.

Pendidikan juga bukan semata-mata hanya untuk menuntut ilmu


tapi juga harus sejalan dengan kaarakter/ perilaku berbudi pekerti
luhur yang didukung oleh seluruh elemen masyarakat dan diawali
dari rumah sebagai keluarga kecil siswa.

Daftar pustaka:

Perkembangan kurikulum di Indonesia dari klasik ke modern


https://journal.ar-raniry.ac.id › article

https://www.kompasiana.com/adityaagustidivanto/
5ec2859ed541df5dc2786055/perbedaan-guru-tradisional-dengan-
guru-modern.

https://www.gurusiana.id/read/nurhamidah/article/guru-tidak-
kreatif-dan-inovatif-4065000

Guru Merdeka, Guru yang Heroik


https://retizen.republika.co.id/posts/91704/heroisme-guru-
merdeka

Anda mungkin juga menyukai