Anda di halaman 1dari 154

Keterampilan

Membaca

Buku Ketiga dari Seri

Keterampilan Berbahasa
Keterampilan Membaca
Dr. Elvi Susanti, M. Pd

Hak Cipta ©2022 Penulis


Diterbitkan oleh : Penerbit IN MEDIA
Telp/Faks. : (021) 82425377/(021) 82425377
Website : http//www. penerbitinmedia. co. id
E-mail : penerbitinmedia@gmail. com
Office : Vila Nusa Indah 3 Blok KD 4 No 1
Bojongkulur-Gunung Putri-Bogor

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk
memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya,
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak
suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Cetakan: Pertama

Penerbit IN MEDIA
Anggota IKAPI No. 250/JBA/2014
1 jil., 17 × 24 cm, 146 hal.

ISBN : 978-623-7218-65-4

1. Bahasa 2. Keterampilan Membaca


Halaman Persembahan

Buku ini saya persembahkan buat gadis kecil saya Aini Viditra Rahmadani
yang telah beranjak remaja, di mana membaca adalah dunianya sedari kecil.
Teruslah membaca, Nak, sampai kapan pun dan genggamlah dunia impianmu
dengan bacaan.
Juga buat suamiku Budi Putra, si kutu buku, yang bisa melakukan banyak hal,
tak terkecuali hal-hal baru secara otodidak lewat membaca. Terima kasih telah
mengajariku banyak hal lewat bacaanmu. Aku sungguh sayang kalian berdua….
Teristimewa terima kasihku yang mendalam terhadap almarhum Papa yang
memperkenalkan bacaan kepadaku sedari kecil dengan berlangganan majalah
“Bobo” dan “Si Kuncung” hingga tumpukannya memenuhi gudang rumah kami.
Rasa sayang juga kusampaikan kepada almarhum Kakek Syarif yang telah
mengajarkanku cara membaca koran (mencari sambungan berita ke halaman
berikutnya) saat aku kelas 4 SD. Papa dan Abak akan selalu hidup dalam diriku.
Kata
Pengantar

Halaman Persembahan
Keterampilan Membaca
Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita membuka pintu
gerbang menuju segala penjuru dunia. Dengan membaca pun, kita seolah
menjelajah ke berbagai tempat, menembus ruang dan waktu. Membaca merupakan
bentuk penghargaan kita terhadap masa lalu, memperkaya masa kini, dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan. Membaca juga bisa diibaratkan
dengan menyimak tulisan dan merasuk ke hati jika ada yang berkesan. Membaca
juga diibaratkan dengan menangkap hasil pikiran orang lain, yang nantinya bisa
disampaikan kembali melalui keterampilan berbicara.
Membaca adalah sebuah keajaiban yang bisa dipelajari. Sungguh ajaib ketika
kita bisa menyerap pokok-pokok pikiran, bentangan informasi, inti sari dari ideide,
ekspresi rasa dan kreativitas, dan menjadikannya pemahaman-pemahaman dalam
pikiran kita. Bayangkan begitu mudahnya kita menyalin siraman data dan

iv
pengetahuan dengan membaca. Membaca adalah kunci untuk memasuki keriuhan
informasi.
Membaca merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang berada pada
tataran ketiga, setelah menyimak dan berbicara. Membaca merupakan suatu
tindakan yang tidak sekadar menafsirkan tulisan, tetapi juga melibatkan banyak hal,
antara lain: aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca
bersifat reseptif karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi,
ilmu, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru, serta memungkinkan
seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan
memperluas wawasannya.

Kata Pengantar
Namun meskipun banyak manfaat membaca, masih sedikit orang yang tertarik
menekuni dengan serius kegiatan ini. Terbukti dari survei Program for International
Student Assessement (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70
negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang
memiliki tingkat literasi rendah.
Tingkat literasi masyarakat Indonesia, baik kalangan anak-anak maupun orang
dewasa terpuruk di level terbawah. Minat masyarakat Indonesia untuk membaca
dinilai sangat memprihatinkan, yakni dengan persentase hanya mencapai 0,001%.
Itu artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dalam
bidang literasi.
Tentu saja data tersebut sangat memprihatinkan. Ada berbagai cara dan
metode yang bisa dilakukan, baik oleh orang tua, maupun pendidik untuk
meningkatkan minat baca anak dan peserta didik. Hal tersebut saya tulis di dalam
buku Keterampilan Membaca ini. Buku ini adalah seri ketiga dari buku keterampilan
yang saya tulis, setelah buku Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara.
Setelah melewati berbagai perjalanan yang penuh liku, buku ketiga saya yang
berjudul Keterampilan Membaca tersaji di hadapan Anda. Mudah-mudahan ini akan
menjadi sumber bacaan (rujukan) yang renyah untuk Anda. Ucapan terima kasih
saya tujukan kepada keluarga kecil saya, Budi Putra dan Aini Viditra Rahmadani.
Tabik buat temen baik saya Hamzah Purnama- teman SMA Don Bosco saya-
bos hebat yang mempunyai anak-anak pintar dan paham kalau buku adalah hal
penting untuk dunia pendidikan. Terimakasih telah menjadi donatur untuk buku
saya ini. Semoga Tuhan akan membalasnya dengan rezeki berlimpah.
Kemudian buat Riry Agnes Amaliya yang sudah membantu saya menyatukan
berkas-berkas dan membuat tabel studi kasus kecepatan membaca mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam buku ini. Selanjutnya saya juga berterima kasih
kepada Syihaabul Hudaa karena telah membantu saya mencarikan bahan untuk
melengkapi tulisan ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Ibu Neneng
Nurjanah, M.Hum. dosen pengampu kelas ‘Penyuntingan Naskah’ – yang bersedia
membaca dan menyunting buku ini sebelum diserahkan ke penerbit.

Pondok Aren, 2 Februari 2022


Halaman Persembahan
Daftar
Isi

iii
v
Kata Pengantar
DAFTAR ISI vii
Bab 1 Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam
Keterampilan Membaca 1
A. Pengertian Membaca 3

B. Manfaat Membaca 5

C. Aspek-Aspek Membaca 6

D. Pengembangan Keterampilan Membaca 10

Bab 2 Tahapan Perkembangan dan Cara Meningkatkan Minat Membaca 15


A. Tahap-Tahap Perkembangan Membaca 15

B. Faktor yang Menghambat dan Mendorong Perkembangan


viii Keterampilan Membaca vii
Membaca 20
Daftar IsiHalaman Persembahan

C. Manfaat Membaca Sejak Usia Dini 21


D Mengenal Ragam Bacaan Anak 22

E Cara untuk Meningkatkan Minat Membaca 22


F Strategi Pembelajaran Keterampilan Membaca 23

Bab 3 Peningkatan Membaca Nyaring 25


A. Pengertian Membaca Nyaring 25

B. Tujuan Membaca Nyaring 28

C. Manfaat Membaca Nyaring 29

D. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Membaca Nyaring 30

E. Kelebihan dan Kelemahan Membaca Nyaring 31

F. Peningkatan Membaca Nyaring 31

Bab 4 Membaca dalam Hati: Ekstensif dan Intensif 33


A. Pengertian Membaca dalam Hati 33

B. Bentuk-Bentuk Membaca dalam Hati 34

C. Karakteristik Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif 38

D. Tujuan Membaca dalam Hati 39

E. Manfaat Membaca dalam Hati 41

F. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan saat Membaca dalam Hati 41

G. Hambatan dalam Kegiatan Membaca 42

H. Perbedaan Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif 43

I. Cara Meningkatkan Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif 44

Bab 5 Metode Membaca SQ3R 47


A. Pengertian Metode SQ3R 47
B. SQ3R dalam Membaca Studi 49
C. Langkah-Langkah Membaca Metode SQ3R 49

D. Manfaat Metode SQ3R 53

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode SQ3R 55

Bab 6 Metode Membaca SAS dan PQ3R 57


A. Pengertian Metode Membaca SAS 57
B. Tahap Metode SAS 59

C. Pengertian Metode Membaca PQ3R 60

D. Tahapan Metode PQ3R 61

Bab 7 Teori Skema Membaca 63


A. Pengertian dan Konsep Teori Skema 63
B. Metode Skema 66

C. Jenis-Jenis Skema 68

D. Penerapan Teori Skema dalam Proses Belajar-Mengajar 69

Bab 8 Membaca Cepat, Efektif, dan Efisien 75


A. Pengertian Membaca Cepat 75

B. Tujuan dan Kegunaan Membaca Cepat 78

C. Faktor-Faktor Penghambat Membaca Cepat 79

D. Langkah-Langkah untuk Melatih Kemampuan Membaca Cepat 81

E. Studi Kasus Kecepatan Membaca dan Faktor-Faktor Penghambat

Membaca Cepat Mahasiswa PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 83

Bab 9 Membaca Kritis 87


A. Pengertian Membaca Kritis 87
B Tujuan dan Manfaat Membaca Kritis 89

C. Ragam Membaca Kritis 90


D. Ciri-Ciri Pembaca Kritis 92
E. Keterampilan Membaca Kritis 93

F. Cara Meningkatkan Membaca Kritis 94

x Keterampilan Membaca
G. Teknik dan Tahapan Membaca Kritis 95

Bab 10 Membaca Kreatif 97


A. Pengertian Membaca Kreatif 97

B. Ciri-Ciri Membaca Kreatif 99

C. Tujuan Membaca Kreatif 101


D. Manfaat Membaca Kreatif 103

F. Latihan Membaca Kreatif 104

Bab 11 Membaca untuk Kepentingan Studi 105


A. Pengertian Membaca Studi 105

B. Prinsip dalam Membaca Studi 106


C. Tujuan Membaca Studi 109

D. Jenis Membaca Untuk Kepentingan Studi 109

E. Pelaksanaan Membaca Pemahaman untuk Kepentingan Studi 110


F. Membaca Karangan Secara Efektif 111
Daftar IsiHalaman Persembahan
Bab 12 Teknik Membaca Sastra 113
A. Pengertian Membaca Sastra 113
B. Manfaat Membaca Karya Sastra 116
C. Jenis-Jenis Karya Sastra 117
D. Teknik Membaca Karya Sastra 119
E. Cara Meningkatkan Minat dan Keterampilan Membaca Sastra 126

DAFTAR PUSTAKA 129

ix
Bab
1

Aspek-Aspek Membaca
dan Pengembangan dalam
Keterampilan Membaca
Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita membuka pintu
gerbang menuju segala penjuru dunia. Dengan membaca pun, kita seolah menjelajah
ke berbagai tempat, menembus ruang dan waktu. Membaca juga merupakan bentuk
penghargaan kita terhadap masa lalu, memperkaya masa kini, dan mempersiapkan
diri untuk menghadapi masa depan. Membaca pun bisa diibaratkan dengan
menyimak tulisan dan merasuk ke hati jika ada yang berkesan. Membaca juga
diibaratkan dengan menangkap hasil pikiran orang lain, yang nantinya bisa
disampaikan kembali melalui keterampilan berbicara.
Membaca adalah sebuah keajaiban yang bisa dipelajari. Sungguh ajaib ketika
kita bisa menyerap pokok-pokok pikiran, bentangan informasi, inti sari dari ide-ide,

xii Keterampilan Membaca


ekspresi rasa dan kreativitas, dan menjadikannya pemahaman-pemahaman dalam
pikiran kita. Bayangkan begitu mudahnya kita menyalin siraman informasi dan
pengetahuan dengan membaca. Membaca adalah kunci untuk memasuki keriuhan
informasi.
Membaca merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang berada pada
tataran ketiga, setelah menyimak dan berbicara. Membaca merupakan suatu
tindakan yang tidak sekadar menafsirkan tulisan, tetapi juga melibatkan banyak hal,
antara lain: aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca
bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi,
ilmu, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru, serta memungkinkan
seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan
memperluas wawasannya.
Namun meskipun banyak manfaat membaca, masih sedikit orang yang tertarik
menekuni kegiatan ini dengan serius. Terbukti dari survei Program for International
Student Assessement (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70
negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang
memiliki tingkat literasi rendah.
Hal tersebut dikatakan oleh staf ahli Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dalam
rapat Kordinasi Nasional Bidang Perpustakaan pada tahun 2021. Rendahnya
tingkat literasi bangsa Indonesia ditengarai karena selama berpuluh-puluh tahun
bangsa Indonesia hanya berkutat pada sisi hilir. Sisi hilir yang dimaksud yakni
masyarakat yang terus dihakimi sebagai masyarakat yang rendah budaya bacanya.
Perlu adanya perbaikan di sisi hulu, termasuk peran negara yang dapat
menghadirkan buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari Sabang sampai
Merauke, termasuk yang di pelosok daerah yang terpencil.1
Tingkat literasi masyarakat Indonesia, baik kalangan anak-anak maupun
orang dewasa terpuruk di level terbawah. Minat masyarakat Indonesia untuk
membaca dinilai sangat memprihatinkan, yakni dengan persentase hanya mencapai
0,001%. Itu artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin
membaca. UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari
bawah dalam bidang literasi.
Sejumlah data penelitian tentang literasi lainnya pun menunjukkan bahwa
minat baca Indonesia menempati level bawah di antara negara-negara lain di dunia.
Beberapa data penelitian tersebut bersumber dari penelitian Program for

1
https://perpustakaan.kemendagri.go.id/?p=4661, Maret 2021

2 Keterampilan Membaca
International Student Assesment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-
Operation and Developmnet (OECD) pada 2015. Penelitian bertajuk “World’s
Most Literate Nations Ranked” yang digagas oleh Central Connecticut State
University (CCSU) pada tahun 2016 menunjukkan hal demikian. Begitu pula
dengan penelian Skills Matter yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-
Operation and Development (OECD) pada tahun 2016.2
Di sisi lain, dalam riset bertajuk “World’s Most Literate Nations Ranked” yang
dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity (CCSU) pada Maret 2016,
Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat
membaca. Kalah dari negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, dan
Thailand.3
Tambahan lagi, akibat pandemi, sebanyak 58,2 persen penerbit mengalami
penurunan penjualan. Mengacu pada data ikapi.org, hanya 4,1 persen yang
penjualan buku yang stabil selama pandemi COVID-19 setahun terakhir. Kondisi
minat baca masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Karenanya, pada periode
kedua Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM) menjadi salah satu prioritas.

A. Pengertian Membaca
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki lima makna dan
maksud di antaranya: melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati); Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis;
mengucapkan; mengetahui atau meramalkan; memperhitungkan atau memahami.4
Selain itu, membaca juga merupakan proses berpikir sehingga dapat memahami
maksud dari tulisan yang dibaca. Berdasarkan hal itu, membaca pada hakikatnya
adalah suatu tindakan yang tidak sekadar menafsirkan tulisan, tetapi juga
melibatkan banyak hal, antara lain: aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif.
Membaca menjadi sebuah kegiatan penalaran yang dikaitkan dengan sebuah
tugas bahasa. 5 Dengan demikian dapat dikatakan membaca adalah suatu proses

2
https://www.wartaekonomi.co.id/read346432/minat-baca-orang-indonesia-serendah-ini-benar-gak-sih ,
Juni 2021.
3
https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/minat-baca-masyarakat-indonesia-rendah-dpr-
mintapemerintah-permudah-akses-literasi/, Mei 2021.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
5
Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h.203.

Bab 1. Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam Keterampilan Membaca 3


yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.6 Oleh
karena itu. membaca disebut sebagai kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif.
Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi,
ilmu, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh
melalui bacaan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya.7
Menurut Y. Budi Artati, membaca merupakan proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh sebuah pesan. Pesan tersebut dapat berupa media
kata-kata. Proses tersebut menuntut agar kelompok kata dapat diketahui maknanya.
Jika hal ini tidak terpenuhi, pesan tidak dapat dipahami. Oleh karena itu, proses
membaca tidak dapat terlaksana. Jadi, kita harus dapat memahami apa yang telah
dibaca. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi (decoding). Sebuah aspek pembacaan sandi adalah
menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup
pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.8
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Membaca bukan
hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata,
kalimat, paragraf dan wacana saja, tetapi membaca juga merupakan kegiatan
memahami dan menginterprestasikan lambang atau tanda tulisan yang bermakna
sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.9 Membaca
bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum faktor-faktor
tersebut dapat diidentifikasikan seperti guru, siswa, kondisi lingkungan; materi
pelajaran; teknik mempelajari pelajaran. Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam membaca adalah penguasaan teknik-teknik membaca.
Menurut Henry Guntur Tarigan, membaca adalah suatu proses yang
dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.10 Sependapat
dengan Tarigan, Suwaryono juga mengatakan bahwa membaca merupakan dua

6
Ria Kristia Fatmasari dan Husniyatul Fitriyah, Keterampilan Membaca, (Bangkalan: STKIP PGRI
Bangkalan, 2018), h. 9.
7
Retno Utami, Panduan Terampil Membaca, (Surakarta: CV Teguh Karya, 2018), h. 1.
8
Y. Budi Artati, Terampil Membaca, (Klaten: PT Intan Pariwara, 2018), h. 2.
9
Meliyawati, Pemahaman Dasar Membaca, (Yogyakarta: Dee Publish, 2016), h. 2.
10
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h.7.

4 Keterampilan Membaca
tingkat proses dari penerjemah dan pemahaman. Pengarang menulis pesan berupa
kode (tulisan) dan pembaca mengartikan kode itu. Selanjutnya, membaca juga
mencakup tiga komponen yaitu:
1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; pada komponen ini
merupakan suatu kemampuan atau keterampilan untuk mengenal
bentukbentuk yang tersurat dalam suatu bacaan.
2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik
yang formal; kemampuan dan keterampilan untuk menghubungkan
antara bentuk, lambang, bahkan bunyi dengan bahasa. Kegiatan membaca
berawal dari belajar mengenal suatu bahasa.
3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning;
kemampuan dan keterampilan yang berkualitas yaitu meliputi
intelektualitas dan kognitif.11
Berdasarkan beberapa pengertian membaca dari para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang tidak hanya melihat
dan mengenal kata, namun melibatkan pikiran untuk memahami kata tersebut agar
pesan yang ingin disampaikan tercapai. Jadi, membaca merupakan aktivitas
memahami makna dari sebuah bacaan untuk memperoleh pesan, informasi atau
berita.

B. Manfaat Membaca
Membaca buku merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Salah satunya
adalah kita akan mendapat banyak ilmu dengan membaca. Manfaat lain yang dapat
kita ambil dengan membaca adalah sebagai berikut.
1) Merangsang Sel-Sel Otak
Membaca merupakan proses berpikir positif. Melalui membaca, kita akan
menyerap ide dan pengalaman orang lain. Kegiatan membaca akan
merangsang sel-sel otak. Sel-sel otak akan mengatur kegiatan manusia.
2) Menumbuhkan Daya Cipta
Dengan membaca kita akan memperoleh wawasan, pandangan, dan
pengalaman orang lain. Setelah kita membaca, kita akan merenungkan
hasil bacaan kita dan memikirkan untuk dipraktikkan. Cara membaca
inilah merupakan cara membaca yang baik. Orang yang pandai biasanya

11
Muhsyanur, Membaca: Suatu Keterampilan Berbahasa Reseptif, (Yogyakarta: Buginese Art, 2014), h. 21-
22.

Bab 1. Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam Keterampilan Membaca 5


kemampuan membacanya tinggi, karena setelah membaca terbesit
keinginan untuk menciptakan hal yang baru. Orang-orang yang rajin
membaca akan membawa perubahan.
3) Meningkatkan Perbendaharaan Kata
Membaca dapat menambah kosa kata yang kita belum ketahui, selain itu
seseorang akan lancar berkomunikasi baik komunikasi lisan maupun
tulisan.12

C. Aspek-Aspek Membaca
Kaitan antara tujuan membaca dengan proses dan kemampuan membaca.
yaitu menunjukkan bahwa kecepatan gerakan bola mata sewaktu membaca sejalan
dengan perubahan tujuan membacanya. Selain itu, kemampuan seseorang dalam
memahami bahan bacaan secara nyata dipengaruhi oleh tujuan membacanya.
Tujuan aspek membaca yang dirumuskan secara jelas akan mempengaruhi
pemerolehan pemahaman bacaan. Seseorang yang mempunyai daya bacaan tinggi,
mampu memanfaatkan teknik membaca yang bervariasi sejalan dengan tujuan
membaca13
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca dapat disarikan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan kedua faktor tersebut
faktor internal seseorang lebih dominan mempengaruhi keberhasilan membaca
daripada faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
membaca adalah sesuatu yang ada pada diri si pembaca, seperti kesehatan fisik,
terutama kesehatan mata, minat dan motivasi membaca, niat dan tujuan membaca,
kebiasaan dalam membaca, dan skemata pembaca terdapat bacaan yang tersedia.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi hasil membaca adalah seperti bacaan
yang digemari, keterbacaan wacana yang dibaca, dan lingkungan tempat membaca,
seperti keberhasilan, kenyamanan, ketersediaan alat pelengkap ruangan tempat
membaca, dan cahaya matahari atau lampu ruangan.14
Menurut Hairudin, dkk. (2007:3-22) bahwa proses membaca melibatkan
kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri dari delapan aspek. Aspek
tersebut sebagai berikut:
1) aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis;

12
Artati, op. cit., h. 3.
13
Downing and Leong. 33 h.254-255.
14
Darmabudi, Membaca Yuk: Strategi Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak Usia Dini, (Jakarta:
Guepedia, 2018), h. 114-115.

6 Keterampilan Membaca
2) aspek perseptual, yaitu aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa
yang dilihatnya sebagai simbol atau kata;
3) aspek sekuensial, yaitu kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika,
dan gramatikal teks;
4) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara
simbol dan bunyi, dan antara kata-kata yang dipresentasikan;
5) aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata
dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna;
6) aspek berpikir, yaitu kemampuan untuk membuat interferensi dan
evaluasi dari materi yang dipelajari;
7) aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah
dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru
dipelajari;
8) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang
berpengaruh terhadap keingingan pembaca.
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca
dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan
dan berbicara. Tetapi pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah
berkembang, keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan
keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-keterampilan mikro yang
terkait dengan proses membaca antara lain
1) mengenal sistem tulisan yang digunakan;
2) mengenal kosakata;
3) menentukaan kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan
utama;
4) menentukan makna kata-kata, termasuk kosa kata kulit, dari konteks
tertulis;
5) mengenal kelas gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
6) menetukan konstituen-konstituen dalam kalimat seperti subyek, predikat,
objek, dan preposisi;
7) mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
8) merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipasi;
9) membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;

Bab 1. Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam Keterampilan Membaca 7


10) menggunakan strategi membaca yang berbeda tujuan-tujuan membaca
yang berbeda seperti mencari ide utama atau melakukan studi secara
mendalam.15
Setiap guru haruslah menyadari dan memahami benar bahwa membaca
adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang mencakup serangkaian
keterampilan yang lebih kecil. Sebagai garis besarnya, menurut Broughteen ada dua
aspek penting dalam membaca, yaitu:
1) keterampilan yang bersifat mekanis yang dianggap berada di urutan lebih
rendah, di dalamnya mencakup pengenalan huruf, pengenalan unsurunsur
linguistik (fonem, kata, frasa, klausa, kalimat, dll.), dan pengenalan
hubungan pola ejaan bunyi, dan kecepatan membaca bertaraf lambat;
2) keterampilan bersifat pemahaman yang dianggap berada pada urutan yang
lebih tinggi, aspek ini mencakup dalam memahami secara signifikan
makna atau maksud dan tujuan pengarang, mengevaluasi penilaian (isi
dan bentuk), dan kecepatan membaca bertaraf fleksibel yang
memudahkan penyesuaian dengan keadaan.16
Menurut Burns, dkk. ada dua tipe pemahaman yang penting dalam aspek
keterampilan membaca. Pertama, pemahaman literal atau harfiah sebagai jenis
pemahaman yang paling dasar.17 Kedua, pemahaman urutan yang lebih tinggi yang
meliputi pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.
Syafi’ie membagi level membaca pemahaman, yaitu pemahaman literal,
pemahaman interpretatif, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.18
Jenis-jenis membaca pemahaman tersebut, secara ringkas diuraikan seperti
berikut ini.
1. Pemahaman Literal
Pemahaman literal adalah jenis pemahaman yang paling dasar untuk
mrncapai pemahaman yang lebih tinggi, yaitu membaca untuk
memperoleh detail-detail isi bacaan secara efektif. Pemahaman literal
adalah pemahaman terhadap apa yang disebutkan dalam teks bacaan.19

15
Andi Sriwahyuni, “Aspek-Aspek dalam Keterampilan Membaca”, https://www.academia.edu/32315073/
Menganalisis_Aspek_Aspek_Dalam_Keterampilan_Membaca diakses pada tanggal 19 September 2020
pada pukul 06.36 WIB.
16
Ica Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat pendidikan Islam Depag RI, 2009), h.
127-128.
17
Burns, Paul C, dkk, Teaching Reading in Todays Elementery Schools. (Boston: Houghton Mifflin Company,
1996), h. 255.
18
Syafi’ie, Terampil Berbahasa Indonesia I. (Jakarta: Depdiknas, 1993), h. 48.
19
Ibid.

8 Keterampilan Membaca
Burns, dkk. menyatakan pemahaman literal adalah pemahaman yang
diperoleh dengan membaca apa yang dinyatakan secara langsung dalam
teks bacaan. Khususnya, bagian dari paragraph atau bab yang dinyatakan
secara eksplisit yang memuat informasi dasar, seperti rincian yang
mendukung gagasan utama, hubungan sebab akibat, menarik kesimpulan,
dan sebagainya. Dengan demikian, pemahaman literal merupakan
pemahaman yang ditafsirkan pada bagian-bagian yang langsung tertulis
pada bacaan atau pemahaman bacaan secara tersurat. Pemahaman literal
melibatkan proses penguasaan informasi dasar dari teks atau penentuan
apa yang dikatakan oleh penulis, sehingga pelaksanaannya tidak
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.19
2. Pemahaman Interpretatif
Pemahaman interpretatif, yaitu proses untuk memperoleh ide-ide yang tidak
dinyatakan secara langsung dalam bacaan. Pemahaman interpretatif
antara lain mencakup kemampuan (1) membuat kesimpulan, (2) membuat
generalisasi, (3) mencari hubungan sebab akibat, (4) membuat
perbandingan, dan (5) menemukan hubungan antarproposi.20
Menurut Burns, dkk. membaca interpretatif adalah membaca di antara baris
untuk membuat kesimpulan. Membaca interpretatif merupakan proses
pelacakan gagasan yang disampaikan secara tidak langsung. Membaca
interpretatif meliputi membuat kesimpulan tentang gagasan utama
bacaan, hubungan sebab akibat yang tidak langsung dinyatakan dalam
bacaan, serta analisis bacaan seperti menemukan tujuan pengarang
menulis bacaan, dan penginterpretasian bahasa figuratif.21
Oleh sebab itu, semua jenis keterampilan dalam membaca interpretatif
menurut kemampuan pembaca untuk menyimpulkan jawaban dengan
cara yang lain dari apa yang tertulis. Melalui membaca interpretatif,
pembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun makna dari apa
yang dinyatakan dalam teks. Dalam hal ini, pembaca akan membuat
simpulan dari informasi yang implisit dalam teks yang dikombinasikan
dengan pengetahuan latar yang telah dimilikinya.
3. Pemahaman Kritis

19
Burns, dkk., Loc. Cit.
20
Syafi’ie, Loc. Cit.
21
Burns, dkk., Op. Cit. 263.
23
Syafi’ie, Op.Cit. 49.

Bab 1. Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam Keterampilan Membaca 9


Pemahaman jenis ini ditandai kemampuan (1) membandingkan isi bacaan
dengan pengalaman siswa sendiri, (2) mempertanyakan maksud penulis,
dan (3) mereaksi secara kritis gaya penulis dalam menyampaikan
gagasangagasannya.23
Menurut Burns, dkk. membaca kritis adalah mengevaluasi materi tertulis,
yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan
standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan,
kesesuaian, dan garis waktu.22
Oleh karena itu, dalam membaca kritis, pembaca hendaknya
menggunakan pengetahuan yang sudah ada untuk menilai isi bacaan, atau
menelaah informasi yang diperoleh berdasarkan pengalaman terdahulu
untuk membuat simpulan dan penilaian tentang materi bacaan.
4. Pemahaman Kreatif
Syafi’ie menyatakan membaca kreatif adalah membaca untuk memahami
bacaan yang dilakukan melalui kegiatan berpikir secara interpretatif dan
kritis untuk memperoleh pandangan-pandangan baru, gagasan-gagasan
baru, dan pemikiran yang murni. Membaca kreatif menuntut kemampuan
berimajinasi, merenungkan kemungkinan-kemungkinan baru yang
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyainya serta
informasi yang diolah dari bacaan.23
Membaca kreatif adalah membaca yang melibatkan pencarian makna dibalik
materi yang dinyatakan oleh pengarang. Membaca kreatif merupakan
tingkatan membaca pemahaman yang paling tinggi. Seperti halnya
membaca kritis, membaca kreatif menuntut pembaca untuk berpikir ketika
mereka membaca dan menuntut mereka menggunakan imajinasi mereka.
Oleh karena itu, membaca seperti ini, pembaca akan menghasilkan
gagasan-gagasan baru.24
Jadi, membaca pemahaman tingkat kreatif tidak hanya memahami makna
tersirat (implisit) yang terdapat dalam bacaan, tetapi dalam kegiatannya
melibatkan imajinasi pembaca. Selalin itu, pembaca berusaha

22
Burns, dkk. Op. Cit. 278.
23
Syafi’ie, Op. Cit., 49.
24
Burns, dkk, Op. Cit., 293.

10 Keterampilan Membaca
menemukan solusi atau alternatif baru berdasarkan solusi yang
dikemukakan penulis.25

D. Pengembangan Keterampilan Membaca


Kegiatan membaca meliputi tiga keterampilan dasar, yaitu recording, decoding,
dan meaning. Recoding merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian
mengasosiakannya dengan bunyi-bunyian sesuai dengan sistem tulisan yang
digunakan. Proses decoding merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke
dalam kata-kata. Sementara itu, meaning merupakan proses memahami makna yang
berlangsung dari tingkat pemahaman, baik pemahaman yang bersifat interpretatif,
kreatif, dan evaluatif. Pengembangan keterampilan membaca, ada beberapa
subpokok pembahasan sebagai berikut.
1. Membaca sebagai Suatu Keterampilan
Sebagai pembaca atau seorang guru bahasa, haruslah disadari bahwa
membaca merupakan hal yang kompleks (hubungan yang menyatu), yang
rumit (keseimbangan antar lambang dan makna) yang mencakup dan
melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil.
Berdasarkan hal tersebut, membaca mencakup tiga komponen, yaitu pertama
sebagai pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, komponen ini
merupakan suatu keterampilan untuk mengenal bentuk-bentuk tersurat.
Kedua korelasi aksara dengan tanda-tanda baca dengan unsur linguistik
yang formal, kemampuan dan keterampilan untuk menghubungkan
antara bentuk, lambang, dengan bunyi dengan bahasa. Kegiatan membaca
berawal dari belajar mengenal suatu bahasa. Ketiga hubungan lebih lanjut
dari A dan B dengan makna atau meaning, kemampuan dan keterampilan
yang berkualitas meliputi intelektualitas dan kognitif.
Sesuatu yang dituliskan oleh seseorang disebut tulisan atau karangan.
Dikatakan sebagai orang, tulisan mengacu pada ide ilmiah, sedangkan
karangan menyatu pada ide non-ilmiah. Karya ilmiah atau karangan
ilmiah adalah karya tulis yang di dalamnya menyajikan ilmu pengetahuan
yang bersifat fakta umum dan proses penyusunan atau penulisannya
berdasar pada metodologi yang baik dan benar. Keilmiahan suatu tulisan
atau karya terletak pada proses penuangan isi.26

25
Herlinyanto, Membaca Pemahaman dengan Strategi KWL Pemahaman dan Minat Membaca, (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 10-13.
26
Muhsyanur. loc. cit.

Bab 1. Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam Keterampilan Membaca 11


2. Keterampilan Membaca Karya Ilmiah Terikat
Karya ilmiah terikat yang dimaksud di sini ialah karangan ilmiah yang lebih
cenderung ditujukan kepada masyarakat tertentu (profesional) yang
bersifat ilmiah tinggi, yaitu akademisi, praktisi, atau sesuai tingkatan dan
golongan sosialnya. Secara umum, kita dapat mengurutkan kerangka
karya ilmiah yang lengkap seperti berikut.
a. pembuka: terdiri atas judul, pernyataan khusus, daftar isi, kata
pengantar, abstrak;
b. isi: (batang tubuh); pendahuluan, teori/bahan dan metode, data hasil
penelitian, diskusi atau analisis, alat pendukung, dan simpulan;
c. penutup: daftar pustaka, lampiran, indeks, dan curiculum vitae atau
riwayat penulis.
Unsur-unsur kerangka ilmiah terikat di atas hanya terdapat pada skripsi,
tesis, disertasi, dan laporan ilmiah. Beberapa proses dapat dilakukan
untuk pengembangan keterampilan membaca karya ilmiah terikat ini.
Langkah awal yang perlu diperhatikan sebagai pembaca ialah pembaca
dan memahami judul, abstrak, perumusan masalah, teori-teori yang
disajikan, kerangka pikir, metode penyusunan sebagai bagian keilmiahan,
kesimpulan, saran, dan lampiran yang merupakan bahan pendukung.27
3. Keterampilan Membaca Karya Ilmiah Populer
Karya ilmiah ini lebih cenderung ditujukan kepada masyarakat umum.
Pembeda utama antara karya ilmiah terikat dengan karya ilmiah populer
adalah jenis karya dan penyajiannya. Jenis karya ilmiah populer, yaitu
buku, opini, artikel, majalah, dan koran.
Sementara itu, dari segi penyajiannya meliputi penggunaan gaya dan bahasa
yang lebih bebas, diksi atau pilihan kata cenderung lebih lentur seolah-
olah meluncur baris demi baris. Selain dari penyajiaanya, kepopulerannya
dapat juga dilihat dari isi, yaitu lebih menyesuaikan keadaan, waktu, dan
bahkan kalangan pembaca, baik genre, maupun tingkatan sosial.
Berikut ini contoh pengembangan keterampilan membaca karya ilmiah
populer dengan menggunakan jenis buku, yaitu:
a. penyesuaian antara pembaca dan jenis bacaan;
b. merumuskan arah dan tujuan;
c. kenalilah terlebih dahulu buku tersebut yang meliputi identitas; judul,
pengarang;

27
Ibid, h. 22-23.

12 Keterampilan Membaca
d. sponsor buku; penerbit, editor, layouter, dll;
e. ketahui kode dan jenis buku; genre, dan nomor seri atau ISBN;
f. membaca bagian-bagian buku, prakata, persembahan, daftar isi, dll;
g.
berlatihlah sejenak untuk memilih wacana yang akan dibaca dan
kegiatan membaca baru segera dimulai;
Sementara itu, contoh pengembangan keterampilan membaca karya ilmiah
populer jenis koran, sebagimana yang diuraikan oleh Saddhono dan
Slamet sebagai berikut.
a) bacalah nama koran, liriklah tanggal penerbitan;
b) jatuhkan pandangan mata Anda pada judul yang bercetak tebal,
berhentilah sejenak;
c) gerakkan mata Anda untuk memandang judul yang masih bercetak
tebal dengan gerakan berirama, seperti pada saat pelatihan membaca
frasa;
d) lanjutkan memandang judul yang bercetak tipis;
e) berlatihlah sejenak untuk memilih wacana yang akan dibaca dan
kegiatan membaca baru bisa dimulai.28
Membaca bukan hanya sekadar melafalkan kata, namun melibatkannya
dengan banyak hal, salah satunya berpikir dan memahami isi bacaan.
Melalui berpikir dan memahami kita sudah menjadi pembaca yang baik.
Jika pembaca tidak memahami isi bacaan, maka tidak akan sampai pesan
atau ilmu yang ada dalam bacaan tersebut. Untuk menjadi pembaca yang
baik, kita harus mengembangkan keterampilan membaca. Secara lebih
singkat, pengembangan keterampilan membaca dapat dilakukan dengan
cara
a) melatih kemampuan membaca ide pokok sebuah wacana;
b) melatih kemampuan untuk memahami bagian isi sebuah wacana;
c) melatih kemampuan mengenal kalimat yang tidak ada hubungan
dengan wacana;
d) melatih kemampuan untuk kritis dalam sebuah bacaan;

Keterampilan membaca ini melibatkan tiga unsur, yaitu aspek kognitif,


emotif, dan evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan
intelektual pembaca dalam usaha memahami unsur-unsur yang

28
Ibid., h. 23-24.

Bab 1. Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam Keterampilan Membaca 13


terkandung dalam teks baik intrinsik maupun ekstrinsik. Unsur intrinsik
meliputi (tema, amanat, tokoh, sudut pandang, latar, dan bahasa)
sedangkan unsur ekstrinsik (latar belakang pengarang, konteks sosial dan
budaya, latar masyarakat dan lain-lain).
Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan pembaca dalam upaya
menghayati nilai estika teks. Aspek ini berperan dalam upaya
menginterpretasi teks yang bersifat subyektif. Sementara aspek evaluatif
berkaitan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baik-
buruknya, indah tidaknya sebuah karya. 29 Kemudian, seseorang akan
dapat melakukan
tiga hal ketika ia melakukan proses pengembangan keterampilan
membaca ini, mulai dari mempertanyakan, memvisualisasikan, dan
menyimpulkan.30
Hal yang pertama adalah mempertanyakan dan memikirkan atau bahkan
timbul dengan sendirinya pertanyaan tentang isi sebuah tulisan, siapakah
penulisnya, apa saja peristiwa-peristiwa yang disajikan, bagaimana
susunan argumentasinya, isu-isu, dan ide-ide dalam teks. Kemudian
memvisualisasikan, visualisasi juga merupakan komponen kunci dari
pemahaman yang baik, pembelajar perlu diajarkan bagaimana untuk
“melukis sebuah gambar dalam pikiran mereka” saat mereka membaca
untuk memvisualisasikan, pengaturan, dan tindakan dari sebuah teks/
wacana. 31 Selanjutnya, keterampilan lain yang harus dikembangkan

29
Ahmad Bahtiar, “Apresiasi dan Kreasi Sastra”, https://www.academiaedu/27748136/APRESIASI_DAN
KREASI_SASTRA?source=swp_share diakses pada Selasa, 8 September 2020 pada pukul 09.05 WIB, h. 1-
2.
30
Bambang Sulistyo, “Proses Pengembangan Keterampilan Membaca Pemahaman (Reading
Comprehension) Mahasiswa”, https://media.neliti.com/media/publications/129752-ID-proses-
pengembangan-keterampilanmembaca.pdf, (Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), h. 32
diakses pada tanggal 12 September 2020 pada pukul 08.16 WIB.
31
Sulistyo. loc. cit.
34
Ibid., h. 33.

14 Keterampilan Membaca
adalah kemampuan untuk membuat kesimpulan tentang apa yang mereka
baca dan kemampuan untuk memilah-milah informasi penting.34

Bab 1. Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam Keterampilan Membaca 15


Bab
2

Tahapan Perkembangan dan


Cara Meningkatkan Minat
Membaca
A. Tahap-Tahap Perkembangan Membaca
Sebelum masuk pada tingkat keterampilan membaca, tentu kemahiran ini
akan diawali pada tingkat perkembangan bahasa, yaitu dari masa kanak-kanak
terutama hingga usia sekolah (0-7 tahun) dalam usaha mengembangkan minat dan
kebiasaan membaca. Menurut Piaget, sejak lahir hingga dewasa pikiran anak
berkembang melalui jenjang-jenjang berperiode sesuai dengan tingkatan
kematangannya secara keseluruhan dan juga melalui interaksi-interaksinya dengan
lingkungannya.
Selanjutnya, Piaget mengemukakan empat jenjang utama perkembangan
pikiran anak, dan masing-masing jenjang itu terbagi pula atas beberapa sub-jenjang
sebagai berikut.
1) Jenjang Sensorimotoris (sejak lahir hingga 18-24 bulan). Pada periode ini
perkembangan pikiran logis belum ada sama sekali. Pikiran anak hanya
terikat dan terbentuk oleh gerakan-gerakan yang dilakukannya secara aktif
(gerakan-gerakan motoris), mulai dari gerakan refleks dan berkembang
sampai gerakan yang lebih terkoordinasi dan terkendali.
2) Jenjang Praoperasional (18-24 bulan hingga 6-7 tahun). Pada periode ini
ciri yang paling khas yaitu berkembangnya kemampuan berpikir dengan
bantuan simbol-simbol (lambang-lambang). Simbol yang dimaksud di sini
ialah sesuatu yang dipergunakan mewakili suatu objek dan dapat berupa
mimik, gambar, citra mental, atau kata (bahasa). Melalui bantuan simbol
tersebut, anak pada usia ini sudah mampu memikirkan objek tanpa
kehadiran objek itu. Selain daya berpikir mulai ada, juga pikiran abstrak
dan bernalar telah berkembang.
3) Jenjang Operasi Konkret (6-7 hingga 11-12 tahun). Pada jenjang ini
pikiran bernalar dan logis tentang objek-objek yang dihadapi secara nyata
(konkret) telah berkembang pada anak. Pada jenjang ini pula kemampuan
memikirkan lebih dari satu ciri dalam suatu ketika dan memusatkan
pikiran pada perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lainnya telah
berkembang. Hal ini bisa dikatakan bahwa tingkat kemampuan membaca
pada anak tersebut sudah berkembang tetapi tingkat pemahaman terhadap
bacaan masih minim.
4) Jenjang Operasi Formal (12 hingga 15 tahun). Jenjang ini memberikan
identitas bahwa kematangan pikiran bernalar dan logis tidak hanya
berkenaan dengan objek-objek atau data-data konkret, tetapi juga
berkenaan dengan hubungan-hubugan yang mungkin terdapat antara
objek-objek itu. Kemampuan membuat dan menguji hipotesis juga
berkembang. Dari jenjang ini hingga jenjang yang lebih dewasa, tingkat
kemampuan membaca semakin berkembang dan terampil. Begitu juga
dengan tingkat pemahaman terhadap bacaan semakin mengarah sesuai
arah dan tujuan ide, pesan, dan tujuan yang hendak disampaikan penulis
atau pengarang dalam tulisannya (bacaan).32

Chall mengemukakan ada enam tahap dalam perkembangan membaca di


antaranya dari tahap 0 sampai dengan tahap 5. Tahap 0, yaitu tahap pre-reading
(sejak lahir sampai usia 6 tahun). Tahap ke-1, yaitu tahap decoding (usia 6-7 atau
kelas 1 atau kelas 2 SD). Tahap ke-2, yaitu tahap konfirmasi, kelancaran dan “ungluing
from print” (usia 7-8 atau kelas 2 atau kelas 3 SD). Tahap ke-3, yaitu membaca untu
mempelajari hal baru. Tahap keempat adalah tahap beragam sudut pandang (usia

32
Muhsyanur, op. cit., h. 28-29.

Bab 2. Tahapan Perkembangan dan Cara Meningkatkan Minat Membaca 17


14-18 atau sekolah menengah). Tahap ke-5, yaitu konstruksi dan rekonstruksi (usia 18
tahun ke atas atau masa perguruan tinggi).33
Kemampuan membaca anak berlangsung pada beberapa tahap
perkembangan. Menurut Steinberg mengemukakan bahwa, kemampuan membaca
anak usia dini dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut.34
1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa
buku ini penting, melihat-lihat buku dan membalik-balik buku kadang-
kadang anak membawa buku kemana-mana atau ke tempat
kesenangannya.
2) Tahap membaca gambar
Anak usia TK sudah bisa memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai
melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku,
memberi makna gambar, membaca buku dengan menggunakan bahasa
buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak TK sudah
menyadari bahwa buku sebuah buku memiliki karakteristik khusus,
seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat serta tanda baca walaupun
anak belum paham semuanya.
3) Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa, seperti
fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau
kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan
bacaan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya. Anak
mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di
lingkungannya.
4) Tahap membaca lancar
Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenis buku
yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.38
Teori lain mengenai tahap belajar membaca dikemukakan Stuart dan
Coltheart (1988). Menurut mereka, ada tiga tahap pemerolehan membaca, yaitu
tahap logografik (pemantapan pembedaan visual dari penglihatan spintas terhadap

33
Singgih D. Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Anak, (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2004), h. 46.
34
Ahmad Sunanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 90. 38 Ibid.

18 Keterampilan Membaca
kosa kata); tahap alfabetik (belajar hubungan sederhana antara grafem-fonem dan
fonemgrafem); dan tahap ortografik (memahami fungsi-fungsi morfemik dari
pengerjaan, dan menggunakan analogi leksikal membaca kata-kata baru).35
Pembelajaran membaca perlu mempertimbangkan aspek perkembangan
bahasa tulis setiap anak, yakni pada tingkatan mana anak sudah memunculkan
bahasa tulis. Penelitian yang dilakukan di Barat menunjukkan adanya tingkatan
membaca pada anak. Tingkatan tersebut bersifat hierarkis. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Barat, perkembangan membaca anak-anak dapat dikategorikan
ke dalam lima tingkatan, yakni tahap magic, konsep diri, pembaca antara, lepas
landas, dan independen. Menurut Cochorane, setiap anak mengalami lima
tingkatan membaca tersebut.36
Kelima tingkatan atau tahapan perkembangan membaca itu adalah sebagai
berikut.
1) Tahap Magic
Pada tahap ini, anak belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku
adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku, membawa-bawa
buku, dan sering memiliki buku-buku favorit.
2) Tahap Konsep Diri
Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan
“pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan
buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.
3) Tahap Pembaca Antara
Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka
mungkin memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang
berkaitan dengan dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis,
dapat membaca puisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap silabel
sebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan
bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.
4) Tahap Lepas Landas
Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda atau ciri,
yakni grafofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah
membaca, mulai mengenali huruf dari konteks, memperhatikan
lingkungan huruf cetak dan membaca apapun di sekitarnya, seperti tulisan

35
Ibid., h. 47.
36
Tadkiroatun Musfiroh, Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini, (Jakarta: Grasindo, 2009), h.
8-9.

Bab 2. Tahapan Perkembangan dan Cara Meningkatkan Minat Membaca 19


pada kemasan, tanda-tanda. Risiko bahasa dari tahap ini akan timbul jika
anak diberikan terlalu banyak perhatian pada setiap huruf.
5) Tahap Independen
Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri,
mengkonstruksi makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya serta
isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi
bacaan. Materi yang berhubungan langsung dengan pengalaman adalah
bahan yang paling mudah untuk dibaca. Akan tetapi, anak-anak dapat
memahami struktur dan genre yang dikenal, serta materi ekpositoris yang
umum.37
Pada tahap ini menurut Schirmer guru memilih beberapa strategi
untuk membaca materi termasuk membaca nyaring, membaca dalam
hati, dan membaca terbimbing. Pada tahap membaca bisa dilakukan
dengan kegiatan;
a. membaca diulang secara bersama-sama;
b. membuat prediksi;
c. konfirmasi prediksi;
d. membahas tentang cerita bacaan (pertanyaan estetis dan
mendorong);
e. menghubungkan ide-ide untuk digarisbawahi.38
Pembelajaran membaca tidak akan berhasil apabila tidak didasarkan pada dua
hal, yakni kemunculan literasi anak (emergency literacy) dan kebermaknaan belajar
membaca bagi anak. Ini berarti, pembelajaran membaca akan efektif ketika
diberikan pada saat anak membutuhkan dan menginginkan. Oleh karena itu,
langkah terbaik adalah menstimulasi anak agar mereka tertarik membaca, senang
terhadap tulisan, dan memiliki kesadaran fonem dan leksikal. Menurut Jalongo
dkk. (2002) bukubuku yang penuh gambar dengan sedikit tulisan justru efektif
untuk mendorong anak senang membaca
Menurut beberapa ahli, kemunculan bahasa tulis pada anak dapat dirangsang
melalui berbagai macam kegiatan, antara lain melalui rekonstruksi cerita dari buku
bergambar. Menurut penelitian Kraayenoord & Paris (1996), kegiatan
mengkonstruksi cerita dari buku bergambar dapat membangkitkan bahasa tulis
anak, terutama karena berkaitan dengan aktivitas memaknai dan mengkonstruksi

37
Ibid.
38
Dedy Irawan, Mengembangkan Buku Teks Pelajaran Membaca Berbasis Pendekaran Proses untuk SD,
(Purwokerto Selatan: Pena Persada, 2020), h. 40-41. 43 Ibid., h. 16.

20 Keterampilan Membaca
pemahaman. Kegiatan ini dapat dipergunakan untu mengukur kemampuan anak
mendekoding makna teks.43
B. Faktor yang Menghambat dan Mendorong
Perkembangan
Membaca
Secara genetik, gangguan perkembangan membaca memiliki korelasi dengan
masalah disleksia pada salah satu anggota keluarga seorang anak dan
keterlambatan perkembangan fisik terutama pada perkembangan otak dan
hambatan psikis, seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, kelemahan mengingat,
dan menganalisis bentuk, huruf, atau kata.39
Berikut ini ada beberapa kebiasaan kurang baik dalam membaca yang perlu
dihilangkan, terutama membaca pada tingkat lanjut. Adapun kebiasaan-kebiasaan
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Membaca dengan menyuarakan isi bacaan (vokalisasi dan subvokalisasi).
2) Membaca dengan menonjolkan gerakan bibir atau berkomat-kamit.
3) Membaca menunjuk garis bacaan dengan menggunakan jari, pensil, atau
alat lain.
4) Membaca kata demi kata, atau kalimat demi kalimat sehingga dapat
menimbulkan keterlambatan kesinambungan pemahaman makna.
5) Membaca dengan menggerakkan kepala mengikuti baris bacaan dari kiri
ke kanan.
6) Membaca dengan terlalu banyak memperhatikan butir demi butir
informasi sehingga terkadang memberikan makna secara utuh dan
berkelanjutan.
7) Membaca dengan terlalu cepat sehingga terkadang terdapat kesalahan
pengucapan terhadap kata atau kalimat.
8) Membaca hanya sebatas pengenalan topik dan pengalaman.
Untuk mendorong perkembangan membaca, ada kebiasaan baik yang perlu
dijaga dan dimiliki dalam kegiatan membaca antara lain sebagai berikut.
1) Memiliki penalaran terhadap arah dan tujuan kegiatan membaca.
2) Berkonsentrasi secara penuh terhadap kegiatan membaca dan bacaan.

39
Herri Zen Pietter, dkk., Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional,
2011), h. 165.

Bab 2. Tahapan Perkembangan dan Cara Meningkatkan Minat Membaca 21


3) Sebelum membaca, sebaiknya menyiapkan alat tulis, catatan kecil, atau
rangkuman dengan maksud alat bantu sebagai pemberi tanda dan
memudahkan memahami isi bacaan.
4) Membaca secara berencana, teratur dan sistematis.
5) Menjaga sikap dan kode etik ketika membaca, yaitu mengatur jarak mata
dan buku kurang lebih 25-30 cm, hal ini berhubungan dengan kesehatan
fisik.
6) Rajin memanfaatkan jasa perpustakaan baik umum maupun koleksi
pribadi.
7) Setiap kali membaca 1-2 jam, sebaiknya meluangkan waktu untuk
beristirahat.
8) Membaca sesuai kebutuhan pada saat-saat tertentu.
Kebiasaan-kebiasaan baik dan kurang baik sebagaimana yang diuraikan di
atas, tidaklah bersifat mutlak, akan tetapi bergantung kepada pelaku atau
pembaca.40

C. Manfaat Membaca Sejak Usia Dini


Penelitian-penelitian di atas, menunjukkan bahwa anak-anak bisa diajarkan
membaca sejak usia sedini mungkin. Adapun tingkat kesuksesannya tergantung
pada metode yang diterapkan dan ketekunan dalam menjalani proses tersebut. Ada
beberapa poin penting mengenai manfaat mengajarkan membaca pada anak usia
dini, di antaranya sebagai berikut.
1. Membaca adalah sumber kebahagiaan bagi anak-anak, karena membaca
memberi kepuasan tersendiri dan menstimulasi rasa ingin tahu anak-anak
secara alami. Sebagai sumber pengetahuan, membaca dapat memperkaya
wawasan anak. Semakin dini usia anak menguasai membaca semakin
kaya pengetahuannya dan semakin dalam ketertarikannya pada
membaca.
2. Suka membaca harus dibiasakan. Selain itu, suasana hangat keluarga
memberikan situasi yang sangat kondusif bagi anak untuk belajar. Pada
situasi seperti ini anak-anak menemukan rasa nyaman dan mendapat
contoh yang baik dari orang-orang terdekat yang berada di lingkungan
rumah. Ini akan membuatnya lebih cepat belajar, menerapkan
kecintaannya kepada buku. Dengan demikian, membaca harus dimulai

40
Muhsyanur, op. cit., h. 17-19.

22 Keterampilan Membaca
dari dalam rumah karena ini lebih mudah diterapkan pada anak daripada
ketika diterapkan di sekolah.
3. Anak-anak belajar lebih cepat dan lebih mudah karena mereka
mempunyai akar ingatan yang kuat dan dengan mudah menerima
bermacam-macam tulisan.
4. Anak-anak akan tumbuh menjadi pembelajar yang lebih baik. Mereka
akan mampu untuk membaca cepat dan memiliki pemahaman yang lebih
baik daripada mereka belajar membaca nanti.41
D. Mengenal Ragam Bacaan Anak
Untuk mendukung anak agar suka membaca semenjak dini, orang tua perlu
mengetahui apa saja ragam bacaan yang bisa diberikan kepada anak. Hal tersebut
dirangkum dalam buku Murti Bunanta sebagai berikut.42
1. Buku fiksi yang terdiri atas :
a. Buku bacaan bergambar (picture book), pengalaman pertama
membaca anak-anak sebaiknya lewat buku jenis ini, karena memang
dibuat khusus untuk anak usia 0-7 atau 8 tahun. Buku jenis ini terdiri
dari buku bacaan bergambar yang menyuguhkan informasi seperti
buku abjad dan buku cerita bergambar yang lebih berupa buku cerita.
b. Komik (setiap halaman terdapat banyak gambar yang disusun
vertikal dan horizontal dengan balon-balon teks untuk menunjukkan
berbagai maksud).
c. Sastra tradisonal (cerita rakyat seperti legenda, mitos, dan dongeng).
d. Fantasi modern (cerita yang ditulis oleh seorang pengarang),
e. Fiksi Realistis (cerita yang terjadi pada kehidupan manusia),
f. Fiksi sejarah (menceritakan tentang rakyat biasa, di mana sejarah
menjadi latar belakang dan inspirasinya),
g. Puisi (melalui sajak kanak-kanak, seperti pok ame-ame, belalang
kupukupu, tepok rame-rame).
2. Buku non-fiksi, jenisnya adalah:
a. Buku informsi (ada foto, ilustrasi, dibungkus dengan cerita yang
akurat; otentik; menggunakan fakta-fakta, bisa membicarakan
lingkungan; bagian dari tubuh manusia; dsb.

41
Imas Mastoah, “Keterampilan Membaca”, (Primary Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember), 2016), h. 181-182.
42
Murti Bunanta, Buku, Mendongeng, dan Minat Membaca, (Jakarta: Kelompok Pencinta Bacaan Anak,
2008), h.29.

Bab 2. Tahapan Perkembangan dan Cara Meningkatkan Minat Membaca 23


b. Buku biografi (mengisi kebutuhan anak untuk identifikasi dengan
seseorang yang lebih besar dai mereka, seperti pahlawan di bidang
seni music, olahraga, seni lukis, dsb.)

E. Cara untuk Meningkatkan Minat Membaca


Seperti diketahui bahwa kegiatan membaca merupakan aktivitas yang
dilakukan untuk mencari informasi dan memahami suatu ide yang hendak
disampaikan oleh penulis. Untuk mendapatkan pemahaman yang optimal terhadap
isi bacaan, tentunya dibutuhkan konsentrasi yang terencana. Namun, pada
kenyataan di lapangan dan di kalangan masyarakat yang sangat kurang, yaitu
menurunnya minat untuk membaca.
Secara garis besar, para pakar memberikan solusi yang efektif untuk mengatasi
kurangnya minat membaca tersebut yaitu;
1) menciptakan kondisi cinta ilmu pengetahuan, belajar, hingga kondisi
cinta baca;
2) penyediaan bahan bacaan;
3) pemilihan bahan bacaan yang baik;
4) membiasakan membaca secara rutin atau continue;
Selain cara di atas, dikemukakan delapan cara efektif untuk menumbuhkan
minat membaca, yaitu sebaiknya menentukan tujuan membaca, membuat
perencanaan dalam membaca (kesiapan membaca), memulai membaca secara
bertahap, menumbuhkan jiwa kesungguhan, memanfaatkan sarana yang ada, dan
mengulang atau menyampaikan kembali apa yang telah dibaca.43
Selain itu, membaca juga harus diperkenalkan semenjak dini, seperti di Taman
Kanak-Kanak. Sebab murid TK mempunyai antusiasme membaca, terutama jika
tenaga pengajar membacakan cerita.44 Anak TK mempunyai 100 persen antusisme
dan keriangan saat ingin belajar membaca. Dalam lima tahun berikutnya, saat kelas
4 SD hanya 54 persen yang membaca buku setiap hari, di kelas delapan tinggal, 30
persen, dan pada kelas 12 tinggal 19 persen melakukan hal yang sama.

43
Ibid., h. 42-43.
44
Jim Trelease, Read-Aloud Handbook (Mencerdaskan Anak dengan Membacakan Cerita Sejak Dini).
(Hikmah: Jakarta, 2008), h.19.

24 Keterampilan Membaca
F. Strategi Pembelajaran Keterampilan Membaca
Strategi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dibuat dan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan pembelajaran banyak ditentukan
oleh beberapa faktor salah satunya adalah penentuan pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat. Guru bertindak sebagai fasilitator hendaknya mampu
memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
dengan melakukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Dalam buku Iskandarwass masyarakat negara berkembang ditandai dengan
rendahnya kemampuan baca, serta budaya baca yang belum tertanam dengan baik.
Hal ini juga bisa merujuk ke dalam kata pengantar dalam buku ini. Lebih lanjut
dikatakan oleh Iskandarwassid, bahwa Indonesia, Venezuela, dan Trinidad-
Tobago, kemampuan baca penduduknya berada pada urutan terakhir dari 27
negara yang diteliti (IEA, 1992; Asia’s Weeks, 1997).45
Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang terlihat secara kasat mata –
dalam hal ini siswa atau mahasiswa melihat sebuah teks, membacanya, dan setelah
itu diukur dengan kemampuan menjawab sederet pertanyaan yang disusun
mengikuti teks tersebut sebagai alat evaluasi. Hal itu juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari dalam, maupun luar pembaca. Tes kemampuan membaca adalah sebuah
tes keterampilan berbahasa yang bisa dilakukan dalam pengajaran bahasa, baik
dalam pengajaran bahasa pertama, maupun kedua (asing).
Strategi pembelajaran keterampilan membaca juga ditandai dengan pemberian
sejumlah tes. Ada banyak cara yang distandarkan untuk mengukur kemampuan
membaca. Sejumlah teknik pengukuran kemampuan membaca yang sering
digunakan adalah:51

1) Bentuk betul-salah,
2) Melengkapi kalimat,
3) Pilihan ganda
4) Pembuatan ringkasa atau rangkuman,
5) Cloze test, 6) C-test

Teknik yang paling umum dipakai adalah format bentuk tes pilihan ganda.
Format ini sering dikritik karena jawaban benar bisa ditebak dari lebih satu cara. Di
samping itu, juga diragukan kemampuan membaca wacana siswa dengan

45
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (PT Remaja Rosdakarka, 2008),
h.245. 51Ibid, h.247

Bab 2. Tahapan Perkembangan dan Cara Meningkatkan Minat Membaca 25


pemahaman yang sungguh-sungguh. Makanya teknik cloze juga dipakai sebagai tes
pendamping. Teknik cloze ini cukup popular dan banyak digunakan untu
mengukur kemamuan membaca, khususnya dalam pengajaran Bahasa kedua
(asing).
Strategi pengajaran membaca berkembang cukup pesat, meskipun strategi
maupun Teknik tradisonal masih digunakan oleh sebagian besar pengajar.
Kebiasaan pengajar meminta peserta didik untuk membaca teks selama waktu
tertentu, kemudian mengajukan pertanyaan. Strategi lain adalah menggunakan
teknik pemberian tugas (dilakukan dengan membaca dan membuat ringkasan), dan
membaca karya sastra.

26 Keterampilan Membaca
Bab
3

Peningkatan Membaca
Nyaring
A. Pengertian Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau
kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup
keras. Membaca nyaring juga diharapkan memperhatikan bahan bacaan dan
menggunakan intonasi yang tepat dan jelas. Membaca nyaring adalah suatu
aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau
memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang.
Adapun pengertian lainnya, membaca nyaring adalah kegiatan membaca
dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang
tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan
oleh penulis baik berupa pikiran, perasaan, sikap ataupun pengalaman
penuli.46Membaca merupakan interaktif antara keterlibatan pembaca dengan teks
dan bergantung pada konteks orang yang membaca.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, di antaranya:
1) membaca dengan terang dan jelas;
2) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif;
3) membaca dengan tidak terbata-bata;
4) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya;
5) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya; 6) membaca
dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan; 7) membaca dengan
penuh kepercayaan pada diri sendiri.

Membaca nyaring atau bersuara adalah cara membaca dengan bersuara atau
membaca yang dilakukan secara lisan. Cara ini dilakukan ketika belajar membaca
sewaktu di Sekolah Dasar. Perlu dipahami bahwa membaca nyaring pertama-tama
haruslah mengerti makna dan perasaan yang terkandung dalam bacaan sehingga
penyusunan dan penekanan kata-kata sesuai dengan ujaran pembicaraan yang
hidup. 47 Membaca nyaring juga akan kita gunakan pada saat kita membacakan
puisi atau teks pidato di depan kelas, membacakan pengumuman, membacakan
cerita, membacakan dongeng, membacakan cerita pengalaman pribadi yang
berkesan, dan lain sebagainya. Pembaca nyaring yang baik biasanya ingin sekali
agar pendengarnya memahami apa yang ia sampaikan. Oleh sebab itu, pembaca
hendaklah mengetahui keinginan serta kebutuhan pendengarnya, serta
menginterpretasikan bahan bacaan
secara tepat.
Dengan demikian, membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan
yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pembaca bersama-sama dengan orang
lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan
perasaan seorang pengarang. 48 Membaca nyaring juga merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang begitu rumit, komplek dan penuh dengan seluk-beluk.
Pertama-tama, seorang pembaca harus mengetahui pengertian aksara di atas
halaman kertas dan sebagainya, kemudian memproduksikan suara yang tepat dan
bermakna. jangan juga diabaikan bahwa membaca nyaring itu pada hakikatnya

46
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 124.
47
Herlinyanto, op. cit., h. 7-8.
48
Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008),
h.23.

28 Keterampilan Membaca
merupakan suatu masalah dalam bentuk lisan atau moral matter. Oleh karena itu,
dalam pengajaran bahasa asing, ucapan lebih diutamakan daripada pemahaman.49
Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca memiliki kecepatan
mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat
pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar.
Pembaca juga harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas
maknanya bagi para pendengar. Pendek kata, pembaca harus mempergunakan
segala keterampilan yang telah dipelajarinya pada membaca dalam hati sebagai
tambahan bagi keterampilan lisan untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan
pada orang lain.
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta
memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan
serta minat. Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan membaca nyaring,
sang guru harus memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi
belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya
terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh si pembaca. Tanggapan
tersebut mungkin hanya dalam hati, tetapi bersifat apresiatif, mempunyai nilai
apresiasi yang tinggi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring
adalah suatu kegiatan menyuarakan kalimat-kalimat dalam bacaan dengan intonasi
dan lafal yang tepat serta dapat memperoleh pesan atau informasi dari bacaan.50
Membaca nyaring terdiri dari berbagai kemampuan, di antaranya adalah;
1) menggunakan ucapan yang tepat;
2) menggunakan frasa yang tepat;
3) menggunakan intonasi suara yang wajar;
4) dalam posisi sikap yang baik; 5) menguasai tanda-tanda baca;
6) membaca dengan terang dan jelas;
7) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif;
8) membaca dengan tidak terbata-bata;
9) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya;
10) kecepatan tergantung dari bahan bacaan yang dibacanya; 11) membaca
dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan; 12) membaca dengan
penuh kepercayaan pada diri sendiri.

49
Andi Sahtiani Jahir, Membaca, (Pasuruan: Qiara Media, 2020), h. 48.
50
Henry Guntur Tarigan, Membaca Ekspresif, (Bandung: Angkasa, 1994), h. 23.

Bab 3. Peningkatan Membaca Nyaring 29


Kegiatan membaca nyaring merupakan kegiatan lisan yang memiliki manfaat
begitu tinggi bagi anak-anak jika maksud serta tujuannya diarahkan ke hal yang
bersifat positif dan berguna bagi mereka. Menurut Tarigan Kegiatan membaca
nyaring harus dibarengi dengan adanya kemampuan menyimak yang baik dari
pendengar khususnya para siswa.51
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring
merupakan jenis metode membaca dengan menyuarakan bacaan dengan suara
yang keras dan lantang. metode ini sangat penting karena akan tetapi dalam
membaca nyaring juga memerlukan keterampilan khusus agar proses membaca
dapat berjalan lancar.

B. Tujuan Membaca Nyaring


Pada dasarnya, kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh
pesan atau memahami makna melalui bacaan. Tujuan membaca tersebut akan
berpengaruh ke pada jenis bacaan yang dipilih. Membaca untuk menemukan atau
mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan. Membaca seperti ini
disebut membaca untuk memperoleh fakta dan perincian, membaca untuk
memperoleh gagasan utama, membaca untuk mengetahui urutan atau susunan
struktur karangan, membaca untuk menyimpulkan, membaca untuk
mengelompokkan atau mengklasifikasikan, membaca untuk menilai,
mengevaluasi, membaca untuk memperbandingkan.52
Tujuan membaca nyaring, yaitu agar seseorang mampu mempergunakan
ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata, membaca dengan
tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan menggunakan
intonasi yang tepat dan jelas.
Adapun tujuan membaca nyaring, sebagai berikut;
1) dapat memuaskan dan memenuhi berbagai tujuan serta mengembangkan
sejumlah keterampilan dan minat;
2) dapat menyampaikan informasi yang penting kepada para
pendengarnya; 3) membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata,
lafal dan intonasi. Membaca nyaring bertujuan agar pembaca mampu
59

mengucapkan kata/kalimat dengan tepat dan jelas. Tujuan membaca

51
Andi Sahtiani Jahrir, Membaca, (Jawa Timur: Penerbit Qiara Media, 2020), h. 58-59.
52
Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Hak Cipta, 2012), h. 19.
59
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 65.

30 Keterampilan Membaca
nyaring ialah agar seseorang mampu menggunakan ucapan yang tepat,
membaca dengan tidak terus menerus melihat pada bahan bacaan,
membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.53
Selain itu, tujuan membaca nyaring adalah agar pembaca atau
pendengar secara bersama-sama dapat memahami isi bacaan. Dengan
demikian, pembaca harus melihat bahan bacaan dan memelihara kontak
mata dengan para pendengar.
Secara terperinci membaca nyaring memiliki lima tujuan, yaitu:
1) Membaca untuk tujuan studi. Tujuan membaca ini berguna apabila kita
ingin memahami secara detail dan menyeluruh isi buku, menangkap ide
pokok atau gagasan utama buku secara tepat, dan mendapatkan informasi
tentang sesuatu.
2) Membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan. Tujuan membaca
ini menggunakan teknik membaca skimming berguna Apabila kita ingin
menemukan informasi dari surat kabar, buku, dan ensiklopedia.
3) Membaca untuk menikmati karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan
drama. Membaca yang mempunyai tujuan menikmati biasanya dilakukan
dengan santai.
4) Pembaca untuk mengisi waktu luang dilakukan untuk mencari informasi
dalam surat kabar.
5) Membaca untuk mencari keterangan tentang sesuatu istilah dalam
kamus.54

Berdasarkan beberapa tujuan tersebut, dapat diketahui bahwa sebelum


membaca orang perlu merumuskan tujuan membaca dengan jelas, semakin besar
tujuan membaca yang akan dicapai maka semakin besar pula kemampuan
membaca seseorang.55

C. Manfaat Membaca Nyaring


Manfaat membaca nyaring, pertama dapat memuaskan dan memenuhi
berbagai ragam tujuan serta mengembangkan keterampilan dan minat membaca.

53
Ibid., h. 23.
54
Noreka Elisabet, Keterampilan Membaca Nyaring, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2019), h. 8.
55
Sumriana, Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring dengan Menggunakan Metode Latihan Siswa
Kelas III SDN 5 Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara, (E-Jurnal Bahasantodea, 2015), 3(2), 50-58.
10.22487/ j23022000, h. 52.

Bab 3. Peningkatan Membaca Nyaring 31


Manfaat yang kedua, dapat menyampaikan informasi penting kepada para
pendengar.56
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan
melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca, memperoleh pengetahuan
dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya, sehingga
mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa akan datang.
Kegiatan membaca pun sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa yang
dapat merasakan manfaat dari kegiatan membaca akan termotivasi untuk terus
belajar.
Membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang cepat dan valid untuk
mengevaluasi kemajuan keterampilan membaca yang utama, khususnya
pemenggalan kata, frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang
spesifik. Membaca nyaring memberikan latihan komunikasi lisan untuk pembaca
dan bagi yang mendengar untuk meningkatkan keterampilan menyimaknya.
Membaca nyaring juga bisa melatih siswa untuk mendramatisasi cerita dan
memerankan pelaku yang terdapat dalam cerita. Membaca nyaring menyediakan
suatu media di mana guru dengan bimbingan yang bijaksana. Lebih rinci manfaat
dan pentingnya membaca nyaring untuk anak-anak dijelaskan sebagai berikut
memberikan siswa informasi baru, memberi siswa kesempatan menyimak dan
menggunakan daya imajinasinya.57 Selain itu, seperti yang dikemukakan Gruber,
1993 (melalui Farida Rahim, 2009) mengemukakan lebih rinci manfaat dan
pentingnya membaca nyaring untuk siswa adalah sebagai berikut.
1) Memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif.
2) Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakatanya.
3) Memberi siswa informasi baru.
4) Mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda.
5) Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya
imajinasinya (Sari, 2014).58

56
Dalman, op. cit., h, 65.
57
Ibid., h. 1.
58
Vicky Alvianto, Keterampilan Membaca Nyaring, https://files.osf.io/v1/resources/nj5qk/providers/osfst
orage/5cde35a935f2580019a339ec?action=download&direc&version=1, diakses pada 25 September 2020
pukul 20.39 WIB.

32 Keterampilan Membaca
D. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam
Membaca Nyaring
1. Pembaca harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam
bahan bacaan.
2. Pembaca harus mempelajari kesimpulan penafsiran atau lambang-
lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekana sesuai
dengan ujaran.
3. Pembaca harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan
mata yang jauh.
4. Pembaca harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar
jelas maknanya bagi para pendengar.59

E. Kelebihan dan Kelemahan Membaca Nyaring


Kelebihan yang terdapat pada membaca nyaring adalah sebagai berikut:
1) Membaca nyaring dapat membiasakan para pembelajar dalam
menghadapi para pendengar yang jumlahnya banyak.
2) Membaca nyaring dapat dijadikan sebagai latihan para pembelajar dalam
menghadapi suasana tatap muka, seperti : membaca berita, mengajar,
kuliah umum, dan membaca di radio atau televisi.
Selain mempunyai beberapa kelebihan, kegiatan membaca nyaring juga
mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya:
1) Kegiatan membaca nyaring memerlukan kesungguhan yang lebih dan
dapat melelahkan pembaca.
2) Dalam membaca nyaring pembaca disibukkan dengan pengucapan.
3) Kegiatan membaca nyaring hanya dilakukan dalam beberapa kesempatan
saja.
4) Dalam beberapa kesempatan, membaca nyaring dapat mengganggu orang
lain.60

F. Peningkatan Membaca Nyaring


Peningkatan keterampilan membaca nyaring dapat dilakukan dengan cara
menguasai keterampilan-keterampilan persepsi sehingga pembaca mengenal dan

59
Alvianto, op. cit., h. 23.
60
Muhammad Ali Al-Khuliy, Model Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Royyan Pres, 2016), h. 85-86.

Bab 3. Peningkatan Membaca Nyaring 33


memahami kata-kata dengan cepat dan tepat. Dengan demikian, untuk membantu
pendengar memahami maksud pengarang, maka pembaca menggunakan beberapa
cara, antara lain
1) menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas; 2)
menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya;
3) menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik;
4) menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya
agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai;
5) menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yag baik dan
tepat.61
Rendahnya kemampuan membaca nyaring akan berdampak terhadap
penguasaan berbagai bidang studi serta psikologisnya. Dampak psikologis yang
timbul seperti hilangnya motivasi, rasa percaya diri dan hal ini akan menimbulkan
dampak negatif juga terhadap membaca.62

61
Ibid., h. 24.
62
Membaca Nyaring, diakses pada 2 Oktober 2020, pukul 14.45 WIB.

34 Keterampilan Membaca
Bab
4

Membaca dalam Hati:


Ekstensif dan Intensif
A. Pengertian Membaca dalam Hati
Sebelum memulai pada pembahasan inti mengenai membaca dalam hati dan
cabang-cabangnya, kita akan sama-sama membahas dan mengingat kembali
mengenai pengertian membaca secara umum. Membaca yang memiliki kata dasar
“baca” berarti memahami arti tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang
sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa kemampuan
membaca, manusia dapat dikatakann tidak bisa hidup di zaman sekarang ini karena
hidup manusia sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.63
Menurut Tarigan, membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang
rumit, yang mencakup dan melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan
yang lebih kecil. Kemampuan membaca yang baik akan menunjang keberhasilan

63
Femi Olivia, Toolss for Study Skills: Teknik Membaca Efektif, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008),
h.3.
hal-hal lainnya. Pepatah mengatakan “Buku gudang ilmu, membaca adalah
kuncinya”. Membaca merupakan kunci gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam
buku harus digali dan dicari melalui membaca. Keterampilan membaca
menentukan hasil penggalian ilmu itu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia modern saat ini.64
Membaca dalam hati adalah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis
membaca ini lebih menekankan terhadap pemahaman isi bacaan. Finocchiaro
mengemukakan bahwa pelajar harus dapat menemukan dari bahan bacaan
jawaban terhadap beberapa kata atau sesuatu ide, pendapat, atau pikiran
utama/pikiran pokok, dan sebagainya.

B. Bentuk-Bentuk Membaca dalam Hati


Setelah meninggalkan bangku sekolah, biasanya pelajar yang kemudian akan
menjadi mahasiswa atau pekerja akan lebih banyak membaca di dalam hati. Secara
garis besar, membaca dalam hati dapat dibagi atau terdiri atas bentuk-bentuk di
bawah ini.
1. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca dengan jangkauan objek baca sebanyak-
banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatya. Tujuan membaca
ekstensif adalah untuk memahami isi atau informasi bacaan yang penting
dengan cepat, tepat (efektif), dan hemat (efisien). Membaca ekstensif
berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Isi bahan bacaan yang menjadi
tujuan dan tuntutan dari kegiatan membaca ekstensif adalah untuk
memahami isi yang penting-penting dengann cepat dan dengan demikian
membaca secara efisien dapat terlaksana. Seperti halnya membaca surat
kabar.
Membaca ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas
antara lain bahan bacaan yang digunakan beraneka ragam dan dibaca
dalam waktu yang singkat. Membaca ekstensif dibagi menjadi tiga, yaitu
membaca survei, membaca sekilas dan membaca dangkal.72
Sementara itu, Tarigan mengungkapkan bahwa membaca ekstensif adalah
membaca keseluruhan isi teks dari bacaan dalam waktu yang sesingkat

64
Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama, 2008),
h.24. 72 Catarina Kurnia Setyawati, “Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Membaca melalui
Penerapan Teknik Tari Bambu”, (Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XVI/November 2011).

36 Keterampilan Membaca
mungkin dengan tujuan untuk memahami isi yang penting dalam bacaan
agar membaca secara efisien dapat terlaksana. Hal ini merupakan salah
satu alat yang dimanfaatkan oleh orang asing yang hendak mempelajari
suatu hal tanpa harus pergi ke negara bahasa.65
Dalam Dictionary of Reading disebutkan membaca ekstensif merupakan
program membaca yang dilakukan secara luas. Para siswa diberikan
kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup
bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ekstensif ini
sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang
sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya. Karena membaca
ekstensif merupakan program membaca secara luas, implikasinya antara
lain, pertama, bahan-bahan bacaan, baik jenis teks maupun ragamnya
haruslah luas dan beraneka. Dengan demikian, siswa akan banyak
memiliki kekuasaan dalam menentukan pilihan terhadap bahan bacaan
tersebut. Meskipun demikian, yang harus diperhatikan oleh guru adalah
faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Jangan sampai bahan bacaan
terlalu sulit untuk dicerna. Kedua, waktu yang dipergunakan untuk
membaca pun harus sesingkat mungkin. Pada membaca ekstensif
pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai.
Mengapa demikian? Karena dalam program membaca ekstensif tuntutan
dan tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang
penting saja dari bahan bacaan yang dibaca tersebut dengan menggunakan
waktu secepat mungkin.74

Broughton mengelompokkan membaca ekstensif menjadi 3 macam, yaitu:


a. Membaca survei (survey reading) merupakan kegiatan membaca yang
dilakukan sebelum pembaca memulai membaca, biasanya meneliti
terlebih dahulu apa yang akan ditelaah. Untuk mensurvei bahan
bacaan yang akan dibaca dengan cara: Bila yang dibaca adalah buku,
yang lebih dahulu adalah indeksnya untuk melihat judul bab, bagan
buku tersebut. Membaca survei untuk pembelajar bahasa kedua
sangat berguna dalam pilihan materi bacaan sesuai dengan apa yang
diminatinya (Nurhadi, 2010).

65
Fahrudin Ramadhan, Keterampilan Membaca Intensif, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2019).
74
Dondian, Bachrudin, Yanty, “Program Membaca Ekstensif: Meningkatkan Motivasi Membaca Siswa”.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196401221989031
KHOLID_ABDULLAH_HARRAS/Bahan2_Kuliah/Makalah/Membaca_Intensif_dan_Membaca_Ekstensif
. pdf. (Jurnal Penelitian Pendidikan, ISSN 1412-565 X), h. 325, diakses pada10 Oktober 2020 pukul 23.07
WIB.

Bab 4. Membaca dalam Hati: Ekstensif dan Intensif 37


b. Membaca sekilas (skimming) menurut Tarigan merupakan jenis
membaca yang membuat mata agar bergerak lebih cepat untuk
melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mendapatkan sebuah
informasi penting. Jika tidak mengerti cara membaca sekilas dan
kapan harus melaksanakannya, maka kita tidak bisa menghadapi
kerumitan serta menyelesaikan bacaan yang diharapkan. Teknik
membaca skimming digunakan dengan lima tujuan, yaitu mengenal
topik bacaan, opini, bagian penting organisasi bacaan, penyegaran,
dan memperoleh kesan umum (Harjasujana dan Mulyati, 1997;
Soedarsono, 2004; Widyamartaya, 2004 dan Tarigan 1994).
c. Membaca dangkal (superfisial reading) adalah kegiatan membaca yang
bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat
luaran. Maksudnya, proses membaca yang tidak mendalam.
Membaca dangkal biasanya dilakukan di waktu senggang demi
memperoleh sebuah kesenangan atau kebahagiaan (Broughton dalam
Nurhadi, 2010).66
2. Membaca Intensif
Membaca intensif rnerupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara
saksama, yaitu hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan
yang ada untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca
secara kritis.76 Tujuan utama membaca intensif adalah untuk memperoleh
sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis,
untuk memperoleh ide-ide yang terdapat dalam suatu bacaan, untuk
mengetahui serta menelaah isi suatu bacaan secara mendalam,
mempebanyak kata-kata yang dimiliki, dan mengembangkan kosakata.
Dalam Dictionary of Reading (1983:160) disebutkan bahwa membaca intensif
merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama.
Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa
pilihan dari bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif
merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah
kemampuan membaca secara kritis.
Membaca intensif membutuhkan beberapa pemahaman agar bisa
mendapatkan tujuan atau informasi yang diinginkan. Ada tiga proses
yang terjadi saat kita membaca intensif, yaitu pemahaman arti,
pemahaman interpretasi, dan pemahaman kritis. Pemahaman arti

66
Fahrudin Ramadhan. loc. cit
76
Setyawati. loc. cit.

38 Keterampilan Membaca
memiliki makna bahwa dalam membaca tentu yang kita butuhkan adalah
pemahaman akan bacaan tersebut agar kita bisa menerima informasi yang
diinginkan. Selanjutnya adalah pemahaman interpretasi, yaitu saat
membaca kita akan memberikan kesan terhadap suatu bacaan, seperti
reaksi-reaksi yang diharapkan apabila kita membaca informasi tersebut.
Terakhir adalah pemahaman kritis di mana kita harus memiliki pemikiran
yang kritis agar bisa menyerap informasi yang dibutuhkan secara cepat
dan tepat.67
Menurut Brook sebagaimana dikutip oleh Tarigan bahwa intensive reading
merupakan studi saksama, telaah teliti serta penanganan terperinci
terhadap suatu tugas yang pendek yang kira-kira hanya 2-4 halaman pada
setiap harinya. Menurutnya, secara garis besar intensive reading terbagi
dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah
bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi
membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for
understanding), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading
for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing
(foreign language reading) dan membaca telaah sastra (literary reading).68
Menurut Brook sebagaimana dikutip oleh H.G. Tarigan, secara garis besar
intensif reading terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading)
dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi
dibagi lagi menjadi membaca teliti (close reading), membaca pemahaman
(reading for understanding), membaca kritis (critical reading), dan membaca
ide (reading for ideas).69
a. Membaca Teliti
Secara sederhana, membaca teliti dapat dikatakan sebagai kegiatan
membaca secara seksama yang bertujuan untuk memahami secara
detail gagasan-gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut atau
untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan
oleh si penulis.
b. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman menurut Tarigan merupakan sejenis membaca
yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma

67
Tarigan, op. cit., h. 37.
68
Dondian. loc. cit.
69
Dondian. loc. cit.

Bab 4. Membaca dalam Hati: Ekstensif dan Intensif 39


kesastraan (literary standards), resensi kritis (critical review), drama tulis
(printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of fiction).
c. Membaca Kritis
Menurut Albert sebagaimana dikutip oleh Tarigan membaca kritis adalah
sejenis kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya
mencari kesalahan.
d. Membaca Ide
Menurut Tarigan membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang
bertujuan untuk mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide
yang terdapat dalam bacaan. Kemudian menurut Anderson (1972)
sebagaimana dikutip oleh H.G. Tarigan membaca ide merupakan
kegiatan membaca yang bertujuan untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut dari suatu bacaan.
1) Mengapa hal itu merupakan judul atau topik yang baik
2) Masalah apa saja yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan
tersebut
3) Hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh.70

C. Karakteristik Membaca Ekstensif dan Membaca


Intensif
Berikut ini adalah karakteristik membaca ekstensif.
1) Membaca sebanyak mungkin wacan tulis (dilakukan di luar kelas).
2) Topik dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi.
3) Pembaca memilih apa yang ingin dibaca (memperlihatkan minat).
4) Tujuan membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi,
dan pemahaman umum terhadap isi teks/wacana.
5) Dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri.
6) Pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar
terhadap yang dibaca.
7) Bersifat individual dan bersifat membaca senyap.
8) Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan
dipilih).
9) Kecepatan membaca cukup (tidak cepat dan tidak lambat).

70
Dondian. loc. cit.

40 Keterampilan Membaca
10) Menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang
sulit).
11) Pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan
respons personal/komentar terhadap apa yang dibaca).
12) Membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi
teks dan cara pengorganisasian teks.71

Adapun, karakteristik membaca intensif sebagai berikut.


1) Tujuan membaca intensif adalah untuk mengembangkan keterampilan
membaca dengan detail yang menekankan pada memahami kata-kata,
mengembangkan kosa kata, kalimat, dan memahami seluruh isi wacana.
2) Dalam kegiatan ini, siswa belajar membaca kalimat dalam teks dengan
cermat dan dengan konsentrasi penuh untuk menentukan apakah mereka
akurat sehingga mereka dapat menemukan kesalahan struktural, kosa
kata, dan penggunaan ejaan atau tanda baca.
3) Kegiatan ini juga dapat melatih siswa untuk berpikir lebih kritis, kreatif
dan inovatif.
4) Baca untuk tingkat pemahaman yang tinggi, berharap untuk mengingat
untuk waktu yang relatif lama.
5) Baca dengan cermat untuk sepenuhnya memahami konten dan bagian
teks.
6) Jenis bacaan ini adalah dasar untuk pemahaman yang lebih baik dan
memori yang lebih lama.
7) Membaca intensif tidak menggunakan metode membaca tunggal,
melainkan banyak teknik membaca, yaitu pemindaian, membaca
ekstensif, membaca sekilas dan teknik lainnya.72

D. Tujuan Membaca dalam Hati


Broughton dalam Tarigan berpendapat bahwa membaca dalam hati dengan
lancar sangat berguna bagi setiap orang yang ingin mencapai jenjang setiap
pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan utama dari membaca adalah unuk mencari
serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Sama
halnya dengan membaca dalam hati juga memiliki tujuan untuk memperoleh

71
Samhis Setiawan, “Penjelasan Membaca Ekstensif Beserta Tujuannya”, https://www.gurupendidikan.co.id/
membaca-ekstensif/#ftoc-heading-9 diakses pada 10 Desember 2020 pukul 17.20 WIB.
72
Saptura Yogi, “Membaca Intensif dan Ekstensif”, https://majalahpendidikan.com/membaca-intensif-
danekstensif/#Karakteristik_Membaca_Intensif diakses pada 10 Desember 2020 pukul 17.24 WIB.

Bab 4. Membaca dalam Hati: Ekstensif dan Intensif 41


informasi. Dapat disimpulkan bahwa membaca dalam hati adalah teknik membaca
tanpa ada anggota tubuh yang bergerak kecuali bola mata.
Di samping itu, tujuan utama dari membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna, arti (meaning) erat sekali
hubungannya dengan maksud tujuan kita dalam membaca. Tujuan membaca
mempunyai kedudukan yang sangat penting karena akan berpengaruh pada proses
membaca dan pemahaman membaca. Oleh karena itu, membaca harus mempunyai
tujuan yang jelas.73

1. Tujuan Membaca Ekstensif


Dalam program membaca ekstensif tuntutan dan tujuannya pun memang
hanya sekadar untuk memahami isi yang penting saja dari bahan bacaan
dengan menggunakan waktu secepat mungkin. Sementara itu, Tarigan
mengungkapkan bahwa membaca ekstensif adalah membaca keseluruhan
isi teks dari bacaan dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan tujuan
untuk memahami isi yang penting dalam bacaan agar membaca secara
efisien dapat terlaksana. Hal ini merupakan salah satu alat yang
dimanfaatkan oleh orang asing yang hendak mempelajari suatu hal tanpa
harus pergi ke negara bahasa. 74 Tuntutan kegiatan membaca ekstensif
menurut Tarigan adalah untuk memahami isi yang penting-penting
dengan cepat sehingga dengan demikian membaca secara efisien dapat
terlaksana.75
Dalam kondisi yang mendesak di mana kita dituntut untuk mengetahui suatu
isi wacana maka kita dapat menggunakan teknik membaca ekstensif,
membaca dengan teknik ini selain untuk dapat mengetahui gambaran
suatu wacana, juga memiliki tujuan lain antara lain:
a) Untuk memahami isi buku dengan singkat dan dengan hanya
mengetahui garis besarnya.
b) Untuk menemukan isi teks wacana dalam waktu yang singkat.
c) Untuk mengetahui kesan pembaca mengenai teks bacaan.
d) Untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dengan mengetahui
inti bacaan.
e) Untuk menemukan referensi yang tepat.

73
Guru - Penulis Writing Camp 1 Gresik, Guru (bukan) Tersangka, (Kulon Gresik: Caremedia
Communication, 2017), h. 33-34.
74
Guru - Penulis Writing Camp 1 Gresik. loc. cit.
75
Tarigan, Loc. cit.

42 Keterampilan Membaca
f) Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi/informasi
bacaan yang penting dengan cepat, tepat (efektif), dan hemat
(efisien).76

2. Tujuan Membaca Intensif


Tujuan utama dari dari membaca intensif adalah yang pertama untuk
memperoleh pemahaman yang diperoleh dari bacaan teks yang dibaca,
seseorang membaca pasti mempunyai tujuan, yaitu untuk memahami
infomasi yang ingin didapatkan. Selanjutnya tujuan seseorang membaca
intensif adalah dapat menemukan pola-pola teks secara terstruktur,
apabila seseorang memiliki pengetahuan mengenai struktur teks pastinya
jika membaca secara intensif akan langsung mengetahui struktur teks yang
dibaca. Selanjutnya adalah dengan membaca intensif bisa juga kita dapat
mengetahui maksud dan tujuan pengarang membuat teks bacaan tersebut
bukan hanya secara tersurat namun secara tersirat juga. Yang terakhir
adalah tujuan membaca intensif adalah sarana linguistik untuk mencapai
tujuan, linguistik dikaji dalam beberapa pokok seperti mempelajari
tentang bahasa, kalimat, frasa, dan lain-lain. Hal ini menurut Tarigan
merupakan sarana untuk menganalisis struktur linguistik yang ada.77

E. Manfaat Membaca dalam Hati


Berikut ini adalah manfaat membaca ekstensif
a) Memahami objek bacaan secara umum dalam waktu yang singkat.
b) Terhindar dari kejenuhan.
c) Waktu yang diperlukan relatif lebih cepat.
d) Mengetahui kesan orang lain terhadap suatu karya dengan singkat.
Sementara itu, manfaat membaca intensif adalah. a)
Pembaca menguasai isi teks.
b) Dapat mempunyai daya ingat yang lebih lama yang berhubungan dengan
isi teks.
c) Serta mengetahui dan memahami ide-ide pengarang.

76
Asul Wiyanto, Mampu Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 58.
77
Destia Ramadanti Putri, “Keterampilan Berbahasa Membaca Intensif”, https://osf.io/m5p64/
download/?format=pdf diakses pada 2 Oktober 2020 pukul 10.20 WIB.

Bab 4. Membaca dalam Hati: Ekstensif dan Intensif 43


d) Menganalisis para tokoh78

F. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan saat Membaca


dalam Hati
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca ekstensif adalah sebagai
berikut.
a) Bacalah secara keseluruhan bahan yang tersedia.
b) Catatlah gagasan penting dari bahan yang telah dibaca.
c) Identifikasi gagasan yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas.79
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca intensif, yaitu,
membaca dengan jeli, persiapan diri, dan mempertimbangkan referensi.80 Adapun
penjelasannya sebagai berikut.
a) Membaca dengan jeli
Hal ini dimaksudkan agar tidak ada kesalahpahaman dalam informasi yang
disampaikan atau ketidaklengkapan informasi yang didapatkan karena
tidak membaca secara jeli. Seringkali apabila sedang membaca buku atau
referensi, seseorang tidak pernah jeli alhasil infromasi yang dibaca tidak
didapatkan secara maksimal. Karena membaca ini termasuk dalam jenis
membaca intensif, untuk itu sangat perlu membaca secara jeli agar
informasi didapatkan dengan benar.
b) Persiapan diri
Persiapan diri merupakan hal yang penting karena membaca tanpa persiapan
yang matang akan menghasilkan banyak kekurangan. Kemungkinan kita
harus siap secara mental menerima infomasi yang ada apabila belum siap
informasi yang akan didapatkan tidak akan maksimal.
c) Mempertimbangkan referensi

78
Sri Rahayu, M. Ali Sidiqin, “Pengaruh Teknik Membaca Intensif terhadap Kemampuan Menemukan Ide
Pokok Paragraf dalam Artikel ‘Kpk Batman yang Lelah’ pada Siswa Kelas Xii SMA Swasta Paba Secanggang
Kapupaten Langkat”, Jurnal Serunai Bahasa Indonesia. Vol 16, No. 2, Oktober 2019, e-ISSN 2621-5616,
h. 105-106 diakses pada 3 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB.
79
Tim Guru Eduka, Ulangan Harian SMP/MTs Kelas IX, (Jakarta: Cmedia Imprint Kawan Pustaka, 2018),
h. 239.
80
Saddhono, dkk., Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. (Bandung: Karya Putra Darwati,
2012), h. 104.

44 Keterampilan Membaca
Saat membaca, kita membutuhkan banyak referensi agar dapat memahami
bacaan secara tepat.81

G. Hambatan dalam Kegiatan Membaca


Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan membaca sebagai
berikut.
1) Vokalisasi atau berguman ketika membaca.
2) Membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara.
3) Kepala bergerak searah tulisan yang dibaca.
4) Subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita.
5) Jari tangan selalu menunjuk tulisan yang sedang kita baca.
6) Gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.
H. Perbedaan Membaca Ekstensif dan Membaca
Intensif
Membaca intensif dan ekstensif termasuk ke dalam membaca pemahaman,
yakni sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau
norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi. Meskipun
sama-sama termasuk ke dalam membaca pemahaman, keduanya memiliki
beberapa perbedaan, di antaranya sebagai berikut.
Hal Membaca Intensif Membaca Ekstensif

Pengertian Membaca intensif merupakan Membaca sebanyak mungkin teks dalam


teknik membaca saksama. Teknik waktu yang sesingkat mungkin.
membaca intensif memerlukan
ketelitian dan kecermatan.

Dengan ketelitian tersebut, Membaca sebanyak mungkin teks dalam


seseorang dapat memahami isi waktu yang sesingkat mungkin.
bacaan dengan benar.

Tujuan Pembaca memahami semua hal Memahami isi bacaan yang penting-penting
yang disajikan dalam bacaan. dengan cepat.

81
Tarigan, op. cit., h. 43.

Bab 4. Membaca dalam Hati: Ekstensif dan Intensif 45


Cara 1. Membaca dengan cermat 1. Mencari topik yang sama dari berbagai
setiap kalimat dari awal hingga media.
akhir bacaan.
2. Mengumpulkan beberapa bacaan yang
2. Mencatat hal-hal yang penting bertopik sama.
bacaan dan permasalahan yang
3. Membaca sekilas judul bacaan tersebut.
ada dalam bacaan.
4. Membaca paragraf pertama dan terakhir.
3. Merumuskan masalah yang
Biasanya pada kedua paragraf tersebut
diperoleh untuk bahan diskusi.
mengemukakan masalah utama.
5. Meneliti secara sekilas petunjuk-petunjuk
lain mengenai informasi yang dibicarakan
dalam bacaan tersebut.

Jenis Membaca survei adalah membaca dengan


Membaca telaah isi adalah meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita
membaca dengan penuh telaah dengan melihat judul yang terdapat
ketelitian, pemahaman, kekritisan dalam buku-buku yang ada hubungannya,
berpikir, serta keterampilan untuk kemudian memerikasa atau meneliti bagan
menangkap ide-ide yang tersirat skema yang bersangkutan.
dalam isi bacaan. Membaca sekilas adalah membaca yang
Membaca telaah isi mencakup membuat kita bergerak dengan cepat melihat,
membaca teliti, membaca kritis, memperlihatkan bahan tertulis untuk mencari
dan membaca ide. arti, mendapatkan informasi penerangan.
Membaca telaah bahasa bertujuan
untuk memperbesar daya kata
serta mengembangkan kosakata.

I. Cara Meningkatkan Membaca Ekstensif dan


Membaca Intensif
Menurut Krashen perilaku gemar membaca dapat ditingkatkan dengan
adanya prasyarat minat atau keterkaitan berupa adanya dorongan motivasi yang
kuat, sehingga hal tersebut memungkinkan munculnya perilaku membaca dan lebih
lanjut lagi apabila aktivitas membaca dilakukan terus-menerus akan tumbuh suatu
kebiasaan gemar membaca (1996).
Motivasi ini dipengaruhi salah satunya oleh faktor internal seseorang.
Motivasi dari individu, dapat diartikan juga sebagai motif individu dalam
melakukan kegiatan membaca, karena memang semua tingkah laku manusia dalam
melakukan sesuatu dilandasi adanya motif tertentu. Motif dan motivasi membaca
didefinisikan hampir sama yaitu penggerak individu dalam melakukan kegiatan
membaca. Motivasi yang ada pada diri individu menurut Sugihartati mewakil
proses-proses psikologikal, sehingga menyebabkan timbulnya sikap antusias dan
persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang ditunjukan ke arah pencapaian tujuan,

46 Keterampilan Membaca
dalam hal ini untuk mencapai perilaku gemar membaca.82 Ada beberapa gagasan
penulis tawarkan sebagai upaya meningkatkan minat baca dan budaya literasi
peserta didik dan masyarakat secara luas.
Pertama, tanamkan gemar membaca sejak dini. Keterampilan membaca ataupun
menulis bukanlah faktor keturunan, melainkan kebiasaan yang ditirukan dan
dilakukan secara kontinu. Oleh karena itu, budaya membaca haruslah
ditumbuhkan sejak usia dini. Dalam hal ini, faktor keluarga memang sangat
berperan penting. Dibutuhkan kesadaran dan dorongan para orang tua yang sejak
dini selalu menyisihkan waktu untuk melakukan aktivitas membaca bersama
dengan anak.
Kedua, ciptakan lingkungan ramah buku. Minat pada hakikatnya dapat diubah,
berubah, atau bahkan menghilang. Begitu juga dengan minat seseorang membaca
buku juga dapat dibentuk, dapat menguat, melemah, atau bahkan hilang sama
sekali. Minat baca akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh lingkungan
yang ramah dengan buku. Terutama bagi para mahasiswa, sebaiknya bergaullah
dengan orang-orang yang gemar membaca.
Ketiga, lembaga pendidikan harus berperan. Di lembaga pendidikan, guru dosen,
dan pustakawan berperan penting meningkatkan minat baca peserta didik dan
masyarakat sekitar. Guru atau dosen dan pustakawan tentu harus terlebih dulu
memiliki minat baca yang tinggi. Keteladanan haruslah ditunjukkan kepada peserta
didik dan masyarakat sekitar. Apabila guru atau dosen dan pustakawan tidak
memiliki minat baca yang tinggi, mustahil dapat diikuti oleh para peserta didik.
Sekolah sebaiknya juga konsisten menentukan alokasi waktu untuk kegiatan-
kegiatan literasi, seperti yang tertuang dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Keempat, berkolaborasi melakukan inovasi kreasi literasi. Dalam mewujudkan
masyarakat cerdas dan literat, semua pihak sebaiknya berkolaborasi dalam
menjalankan program-program literasi yang inovatif dan dirancang secara kreatif.
Pelaksanaan program-program literasi yang ada sebaiknya juga dijalankan secara
kontinu dan komprehensif. Untuk itu, masing-masing pihak, baik keluarga,
lembaga pendidikan, dan masyarakat umum, harus mendukung gerakan literasi
dalam mewujudkan masyarakat yang literat dan berkarakter sehingga adaptif
terhadap perkembangan zaman.
Kelima, memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan. Hampir di semua lembaga
pendidikan telah memiliki sarana perpustakaan yang memadai. Maka dari itu, yang
dibutuhkan tinggal memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan sebagai sarana dan
sumber belajar peserta didik. Dalam hal ini, perpustakaan harus dijadikan sebagai

82
Dondian, Bachrudin, op.cit., h. 325.

Bab 4. Membaca dalam Hati: Ekstensif dan Intensif 47


wahana belajar yang menarik dan menyenangkan. Selain itu, pemanfaatan
perpustakaan di sekolah dan perguruan tinggi harus diintegrasikan denga n kegiatan
83
pembelajaran, khususnya bagi para guru dan dosen Bahasa Indonesia.

Untuk dapat mengembangkan kecepatan membaca, lakukanlah hal-hal


berikut ini!
Biasakan membaca pada kelompok-kelompok kata.
1) Jangan mengulang-ulang kalimat yang telah dibaca.
2) Jangan selalu berhenti lama di awal baris atau kalimat.
3) Cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama
sebuah kalimat.
4) Abaikan kata depan yang sifatnya berulang-ulang. Misalnya, kata yang, di,
dari, dan pada.94

83
Umar Mansyur, “Gempusta: Upaya Meningkatkan Minat Baca”, (Universitas Muslim Indonesia, 2019),
https://www.researchgate.net/publication/337671871_Gempusta_Upaya_Meningkatkan_Minat_Baca,
(Makassar : Universitas Muslim Indonesia, 2019), diakses pada 10 Desember 2020 pukul 16.20 WIB. 94
Sumi Minasih, Sri Wahyuni, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA 2009 Bahasa Indonesia Program
IPA/IPS, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 13.

48 Keterampilan Membaca
Bab
5

Metode MembacaSQ3R

A. Pengertian Metode SQ3R


Keterampilan Membaca
Metode dapat menjadikan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah. Semakin
baik metode yang digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan. Ada beberapa
metode membaca yang telah dikembangkan dan diterapkan dalam berbagai
penelitian, salah satunya adalah metode SQ3R. SQ3R adalah singkatan dari survey –
question – read – recite - review (Survei-Pertanyaan-Membaca-Menceritakan-Meninjau).
Metode SQ3R merupakan suatu sistem belajar yang terkenal secara luas yang
mudah diadaptasikan dengan tugas-tugas membaca. Metode SQ3R dikembangkan
oleh Francis P. Robinson pada tahun 1946 di Universitas Uhio Amerika Serikat.
Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan
belajar. Metode ini memberikan langkah-langkah yang konkret dalam berinteraksi
dengan informasi yang menghasilkan pada tingkat pemahaman yang
tinggi.84Tampubolon menuturkan bahwa SQ3R merupakan metode studi membaca

84
Zulhidah, Strategi Pembelajaran Reading Comprehension, (Pekanbaru: Pusaka Riau, 2010), h. 34.

46
yang mencakup lima tahap yaitu, survey atau penelitian atau pendahuluan, question
atau tanya, read atau baca, recite atau menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri,
review atau meninjau kembali. Pada teknik SQ3R menurut Mulyati itu terdiri dari
survey, yaitu melakukan peninjauan, setelah itu membuat pertanyaan dari hasil
peninjauan tersebut, kemudian melakukan kegiatan membaca, selanjutnya
menceritakan hasil bacaan yang telah dibaca, dan diakhiri dengan review artinya
meninjau atau memeriksa kembali bagian-bagian hasil bacaan tersebut.85
Selain itu, Susanti dan Yulita menjelaskan bahwa metode SQ3R juga merupakan
model pembelajaran yang menuntun mahasiswa untuk memahami materi pelajaran
secara sistematis, meningkatkan keaktifan, dan kemandirian mahasiswa serta
memudahkan mahasiswa belajar, karena model ini terarah langsung pada intisari yang
ada pada pokok kajian.86 Kemudian pembelajaran SQ3R juga menjadi bagian dari
model membaca yang dapat mengembangkan metakognitif murid, yaitu dengan
menugaskan murid untuk membaca bahan belajar secara cermat dan saksama.
Menurut pendapat Yuliani, SQ3R ini akan menjadi suatu strategi membaca untuk
menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebih
tahan lama melalui 5 langkah kegiatan, yaitu survey, question, read, recite, dan review.87
Selain itu, metode membaca SQ3R menurut Suandi juga dapat meningkatkan
perolehan nilai membaca karena metode ini menuntun siswa untuk menyelidiki; judul
dan subjudul, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan ide-ide pokok yang sudah
dibaca dan mengulang kembali bacaan tersebut.88
Metode SQ3R juga telah dikembangkan oleh Francis P. Robinson yang secara
spesifik dirancang untuk memahami isi teks yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah
dan laporan penelitian. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam
berbagai pendekatan belajar.89
Kemudian hal-hal yang sering dilakukan untuk pembelajaran membaca cepat
adalah siswa disuruh membaca dalam hati, kemudian menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Guru belum pernah mengukur seberapa
besar kecepatan membaca yang dimiliki oleh siswa serta seberapa besar persentase

85
Andi Sahtiani Jahir, Membaca, (Pasuruan: Qiara Media, 2020), h. 71.
86
Rini Agustina, dan Hariyadi, “Penerapan Metode SQ3R dan Metode PQ3R terhadap Keterampilan Membaca
pada Mahasiswa”, (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 2 No. 1), h. 71-72.
87
Agus Krisno Budiyanto, SINTAKS 45 Metode Pembelajaran dalam Student Centered Learning (SCL),
(Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), h. 132.
88
Ibid.
89
Masykur, Siti Khanafiyah, Langlang Handayani, “Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Kooperatif
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Tata Surya pada Siswa Kelas VII SMP”, Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol. 4 No. 2, h. 76.
50 Keterampilan Membaca
pemahaman isi yang dicapai siswanya, guru beranggapan bahwa yang penting
setelah membaca, siswa dapat menjawab pertanyaan yang tersedia. Upaya untuk
menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat menghambat kecepatan membaca dan
untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat adalah dengan menerapkan
metode survei, question, read, recite, dan review (SQ3R)
Penerapaan metode SQ3R seharusnya diawali dengan membangun gambaran
secara umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, lalu siswa membuat
pertanyaan dari judul atau subjudul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca untuk
mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Salah satu kelebihan metode SQ3R
menurut Soedarso adalah dengan metode ini siswa cenderung lebih mudah
menguasai isi bacaan. Hal ini terjadi karena sebelum membaca, pembaca
melakukan survei bacaan terlebih dahulu untuk mendapatkan gagasan umum apa
yang akan dibaca. Kemudian ia mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri
yang jawabannya terdapat dalam bacaan tersebut.90

B. SQ3R dalam Membaca Studi


Membaca untuk studi ialah membaca untuk memahami isi buku secara
keseluruhan baik pikiran pokok, maupun pikiran penjelas. Membaca untuk studi
berbeda dengan membaca untuk sekadar menemukan informasi tertentu atau
membaca untuk kesenangan. Buku atau bahan bacaan itu dapat dibandingkan
dengan sebuah supermarket tempat menjual berbagai bahan kebutuhan. Setiap
barang ditempatkan pada tempat tertentu, ketika kita berbelanja, tidak semua
barang itu harus kita beli. Kita hanya membeli barang tertentu sesuai dengan
kebutuhan kita. Demikian juga halnya dengan buku atau bahan bacaan. Semua
informasi dalam bahan bacaan merupakan pengetahuan. Tidak semua informasi itu
kita butuhkan pada kesempatan membaca tertentu. SQ3R merupakan suatu metode
membaca yang sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan
rasional. Metode membaca ini baik untuk keperluan studi.

C. Langkah-Langkah Membaca Metode SQ3R


Langkah-langkah membaca SQ3R, sistemnya itu pertama, sebelum membaca
kita survei bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang sedang kita baca.

90
Edy Suryanto, dkk, “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode SQ3R pada Siswa SD”,
https://jurnal.uns.ac.id/paedagogia/article/download/16594/pdf diakses pada 21 Oktober 2020 pukul 16.34
WIB.

Bab 5. Metode Membaca SQ3R 51


Selanjutnya, dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri. Setelah
membaca pada bacaan tersebut kita akan berharap jawabannya. Menurut Tarigan
langkah-langkah dalam tahap membaca SQ3R yaitu:

1. Survey (Peninjauan)
Langkah pertama yang dilakukan dalam metode SQ3R ialah survey. Dalam bahasa
Indonesia, survey merupakan padanan kata dari survei yang berarti teknik riset
dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan, dan peninjauan.
Survey (menyelidiki) atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan
sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi
dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1) mempercepat
menangkap arti, 2) mendapat abstrak, 3) mengetahui ide-ide yang penting, 4)
melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, 5) mendapatkan minat
perhatian yang seksama terhadap bacaan, dan 6) memudahkan mengingat
lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Dalam kegiatan survey (prabaca) ini dilakukan dalam beberapa menit tujuannya
untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka
buku secara cepat dan menyeluruh yang langsung tampak oleh mata. Kegiatan
survey tersebut bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum
tentang isinya. Kegiatan survey ini selain dilakukan terhadap sebuah buku yang
akan dibaca, juga dapat dilakukan untuk melihat suatu artikel di koran atau
majalah. Ada beberapa macam survey, yaitu survey buku, survey bab, survey
artikel, survey kliping91
Sebelum membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk
mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku
secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Anatomi buku meliputi
(1) bagian pendahuluan, seperti halaman judul (judul, nama pengarang,
penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman
ucapan terima kasih, daftar, tabel, dan daftar gambar (jika ada daftar tabel,
grafik, dan gambar), barang kali juga halaman yang berisi persetujuan yang
berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang
menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku,
yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks.103

91
Nurhayati Pandawa, dkk, Pembelajaran Membaca, (Jakarta: Departemen Pendiidkan Nasional), h. 11. 103
Lilis Siti Sulistyaningsih. “Metode SQ3R”, http://repository.ut.ac.id/4816/1/PBIN4329-M1.pdf, diakses
pada 1 November 2020, pukul 19.25 WIB. h. 1.5.

52 Keterampilan Membaca
Langkah-langkah dalam survey menurut Tarigan, yaitu periksalah keseluruhan
tugas yang diberikan kepada Anda. Perhatikanlah judul-judul serta
subjudulsubjudul bab utama. Perhatikanlah organisasi bab tersebut. Bacalah
secara sekilas paragraf pertama; mungkin merupakan suatu pendahuluan yang
bermanfaat bagi tugas itu. Bacalah sekilas paragraf terakhir, yang mungkin saja
merupakan ringkasan atau rangkuman yang berharga. Lihat dan perhatikanlah
gambar-gambar, fotografi-fotografi, lukisan-lukisan para seniman, peta, grafik,
diagram yang ada; semuanya itu telah direncanakan untuk menolong pembaca
memahami bab tersebut.92

2. Question (Tanya)
Langkah kedua dalam metode SQ3R, yaitu question. Dalam bahasa Indonesia,
question berarti pertanyaan atau tanya. Question dapat diartikan sebagai
mengajukan pertanyaan tentang yang dibaca dengan mengubah subjudul
menjadi pertanyaan. 93 Bersamaan pada saat survey, ajukan
pertanyaanpertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul
dan subjudul menjadi sebuah pertanyaan. Kita dapat menggunakan 5W+1H
(What, Who, Where, When, Why, dan How). Pada waktu survey buku,
pertanyaan kita mungkin masih terlalu umum, tetapi pada waktu survei bab,
pertanyaan kita akan lebih khusus. Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah membuat (pembaca lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan
yang ada. Selain itu, pertanyaanpertanyaan tersebut akan membangkitkan
keingintahuan kita, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan
mempercepat penguasaan seluruh isi bab.106
Sering kali di saat seseorang dihadapkan oleh sebuah bacaan, terjadi timbulnya
pertanyaan pada diri sendiri yang berkaitan dengan bacaan tersebut.
Pertanyaanpertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan dan
mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga dapat
bersikap aktif, tidak hanya mengikuti saja apa yang dikatakan pengarang. Kita
boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil
nanti melihat buktinya.94 Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila kita
membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka kita membaca lebih

92
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015),
h. 56.
93
Subadiyono, Pembelajran Membaca, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2014), h. 107. 106
Pandawa, op. cit., h. 12.
94
Sulistyaningsih. loc. cit. 108
Tarigan. loc. cit.

Bab 5. Metode Membaca SQ3R 53


hati-hati serta saksama dan kita akan mengingat lebih baik apa yang kita
baca.108
3. Read (Membaca)
Langkah ketiga dalam metode SQ3R, yaitu read. Kata read dalam bahasa Indonesia
diartikan sebagai baca atau membaca. Pada langkah ketiga ini membaca
mencari jawaban berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap ini
konsentrasikan pada penguasaan ide pokok. Kita dapat sedikit memperlambat
cara membaca pada bagian-bagian yang kita anggap penting dan
mempercepatnya pada bagian yang kurang atau tidak penting. Konsentrasikan
diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.95
Setelah Anda menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, Anda mulai
melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat, Anda dapat
membaca dengan dituntun oleh pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat
cara membaca Anda pada bagian-bagian yang penting atau yang Anda anggap
sulit dan percepat kembali pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang
telah Anda ketahui. Dengan demikian, kegiatan membaca Anda relatif lebih
cepat dan efektif, tetapi pemahaman yang menyeluruh tentang bacaan atau
buku tersebut telah Anda dapatkan. Pada langkah ini konsentrasi diri
sangatlah penting.96

4. Recite (Menceritakan Kembali)


Langkah keempat dalam metode SQ3R, yaitu recite yang berarti pula sebagai tahap
menjawab pertanyaan. Pada kegiatan ini apa yang telah diperoleh
dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya dan kita bersiap
diriuntuk pembacaan selanjutnya. Pada kesempatan ini kita juga dapat
membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi
membaca bab itu sekali lagi. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti, tahap
mengutarakan kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah
dilupakan. Pada tahap ini disediakan waktu setengah dari waktu untuk
membaca. Hal ini bukan berarti pemborosan waktu, melainkan memang
penting untuk tahap ini.111
Menurut Tarigan recite berarti ceritakan kembali dengan kata-kata sendiri. Berhenti
dan renungkan kembali apa yang telah ditelaah sebelumnya. Yakinilah diri
sendiri bahwa kita dapat membayangkan atau memvisualisasikan organisasi,

95
Pandawa. loc. cit.
96
Sulistyaningsih, op. cit., h. 1.6 111
Pandawa, op. cit., h. 12.

54 Keterampilan Membaca
dasar bab tersebut. Lihat kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat dan
ingat ide-ide utama yang disarankannya kepada kita. Periksa kembali bab itu
dan haruslah dapat meyakini diri sendiri bahwa kita dapat menyatakan dengan
tepat isi setiap bagian-bagiannya. Jawablah segala pertanyaan yang telah kita
buat
pada tahap/langkah kedua (question) yang telah diutarakan di atas.
Selanjutnya, kita alihkan perhatian pada setiap proses, atau hal-hal lain yang
menarik yang harus diingat atau tercakup dalam catatan-catatan kita. Kita
harus yakin bahwa kita dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pada
akhir bab, dan mencoba meramalkan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan oleh bapak/ ibu guru dalam kuis atau ulangan sehari-hari, pada
diskusi kelas ataupun dalam ujian akhir.97

5. Review (Memeriksa Kembali)


Langkah terakhir atau langkah kelima dalam metode SQ3R adalah review. Review
dapat diartikan sebagai tinjauan kembali. Review atau mengulangi merupakan
kegiatan untuk melihat kembali keseluruhan isi buku. Kegiatan ini bertujuan
untuk menelusuri kembali judul dan subjudul-subjudul atau bagianbagian
penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk
diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas
pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita
terlewati sebelum ini.98
Setelah Anda selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal
penting yang telah Anda baca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu
untuk diingat kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau
digarisbawahi. Pengulangan kembali ini akan membantu daya ingat Anda
untuk memperjelas pemahaman terhadap bacaan, juga membantu
menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya. Selain itu, kita
juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan.99

D. Manfaat Metode SQ3R


Bagi seorang pelajar atau mahasiswa, kegiatan membaca bukanlah sekadar
mengisi waktu luang atau bersantai, melainkan kegiatan yang harus dilakukan

97
Tarigan, op. cit., h. 57.
98
Pandawa. loc. cit.
99
Sulistyaningsih. loc. cit.

Bab 5. Metode Membaca SQ3R 55


dengan sungguh-sungguh karena untuk kepentingan studi. Membaca untuk studi
ialah membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pikiran pokok
maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga pemahaman yang komprehensif
(mendalam dan utuh) tentang isi buku tercapai. Untuk mencapai hal tersebut,
pembaca perlu melakukan persiapan tertentu dan mengetahui metode yang efektif
dan efisien. Salah satu di antara metode tersebut adalah metode SQ3R.
Salah satu syarat penting membaca untuk studi ialah konsentrasi atau
pemusatan pikiran. Tanpa adanya konsentrasi maka pemahaman yang diharapkan
pun tidak akan tercapai. Terdapat tiga kondisi yang harus dipersiapkan agar dapat
membaca dengan penuh konsentrasi, yaitu (1) kesehatan, ketenangan rohani dan
jasmani, (2) kesegaran dan ketenangan tempat, serta (3) keteraturan waktu.
Ketiadaan salah satu dari ketiga kondisi tersebut dapat mengganggu konsentrasi
pembaca. Membaca untuk studi memerlukan ketenangan dan kesegaran tempat.
Kebersihan, kerapian, dan keteraturan ruang studi menimbulkan kesegaran dan
ketenangan. Selain itu, ketenangan dan kebersihan lingkungan juga perlu ada
karena berpengaruh juga pada konsentrasi, memang ada juga orang yang dapat
membaca (belajar) sambil mendengarkan musik (radio, tape, dan lain-lain), tetapi
ini pun jika diteliti ternyata akan mengganggu konsentrasi pikiran. Sebaiknya,
suara-suara yang mengganggu dihindarkan. Di dalam ruang belajar harus tersedia
alat-alat tulis yang diperlukan termasuk meja tulis yang baik. Penerangan yang
cukup perlu ada dalam ruangan belajar agar mata tidak menjadi sakit, tidak baik
hanya memakai lampu meja yang hanya menyorot buku bacaan karena dapat
mengurangi daya tahan mata. Selain itu, usahakanlah ruangan belajar bersuhu
segar, tidak lembab ataupun panas.
Membaca juga perlu ditentukan waktunya, apakah pagi hari, sore, atau
malam. Pemilihan waktu ini tentu tidak mungkin sama bagi setiap orang. Banyak
faktor yang memengaruhinya, seperti cuaca, situasi kerja, dan yang penting bahwa
waktu untuk belajar perlu teratur dan tetap. Jika keteraturan waktu ini telah terbina
dan telah menjadi kebiasaan maka kebiasaan membaca yang baik ini telah menjadi
miliknya. Setiap orang sudah tentu dapat membina suatu kebiasaan tertentu yang
berbeda dengan orang lain. Akan tetapi, persiapan-persiapan yang dikemukakan di
atas adalah kondisi-kondisi umum yang biasanya membuat pembaca mencapai
hasil yang maksimal. Langkah selanjutnya dalam membaca untuk studi ialah
menentukan metode yang efektif dan efisien. Salah satu metode untuk kepentingan
membaca studi ialah SQ3R. Tentu pemilihan metode ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa metode SQ3R merupakan metode membaca yang semakin
populer digunakan.

56 Keterampilan Membaca
Oleh karena itu, kita akan lebih mudah mencari referensi tentang hal itu.
Membaca dengan SQ3R harus kita lakukan dengan mengikuti langkah-langkah
yang tersurat dalam singkatan SQ3R tersebut. Ada beberapa keuntungan atau
manfaat yang kita peroleh dengan menggunakan metode tersebut.
1) Dengan menyurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi
tulisan dan memperoleh kesan umum dari buku. Hal ini akan
mempercepat pemahaman terhadap buku tersebut.
2) Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang kita baca
akan membangkitkan keingintahuan dan membantu untuk membaca
dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), serta
akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan
seluruh isi buku.
3) Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu
oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu menyurvei buku dan menyusun
pertanyaan tentang bacaan.
4) Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu kita
memahami secara cepat dan membantu ingatan kita. Mencatat fakta-fakta
serta ide-ide yang penting akan menanamkan kesan yang mendalam pada
ingatan kita.
5) Melalui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan
memperoleh penguasaan bulat dan menyeluruh atas bahan yang kita
baca.100

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode SQ3R


Metode pembelajaran SQ3R memiliki beberapa kelebihan maupun
kekurangan. Ratnasari mengungkapkan bahwa kelebihan SQ3R adalah (1) alokasi
waktu yang digunakan relatif singkat (2) siswa dapat memecahkan suatu masalah
sendiri tanpa bimbingan guru (3) terjadi pembelajaran aktif dan terarah pada intisari
masalah sehingga siswa lebih mudah mengingat materi yang telah dipelajari, dan
(4) terjadi pengulangan membaca. Sementara itu, kekurangannya adalah (1) tidak
bisa melihat langsung hubungan satu konsep dengan konsep lainnya (2)
membutuhkan lembar kerja yang banyak, dan (3) membutuhkan konsentrasi yang
tinggi.101 Selain itu, menurut Masykur metode ini mempunyai kelebihan antara lain

100
Sulistyaningsih, op. cit., h. 1.11-1.12.
101
Boni Alep, dkk., “Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Internet terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik Unsur di SMA Labschool Palu”,

Bab 5. Metode Membaca SQ3R 57


dapat lebih konsentrasi dalam membaca dan memahami isi materi dengan lebih
baik. Metode SQ3R pun dalam pandangan Pujana, dkk. merupakan metode
membaca yang efektif dalam merangsang siswa untuk berpikir dan menemukan
sendiri ide-ide pokok dalam bacaan dan merekonstruksikannya menjadi
pengetahuan yang utuh.117
Selanjutnya menurut Sagala yang dikutip oleh Trie Utami, Setiawan, dan
Hafdarani, kelebihan metode SQ3R adalah:
1) Lebih memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang
terdapat didalam buku teks tersebut,
2) Membuat siswa menjadi lebih aktif,
3) Membuat terarah langsung pada intisari atau kandungan-kandungan
pokok materi yang tersirat dan tersurat dalam teks. Sehingga tidak
menutup kemungkinan mencapai proses pembelajaran yang efektif sesuai
tujuan yang diharapkan.
Sementara itu, kekurangan metode SQ3R menurut Apriani adalah:
1) sulitnya menentukan ide gagasan dalam teks,
2) kurangnya waktu belajar, serta
3) kesulitan dalam membuat pertanyaan dalam bahasa asing.
Dari kelebihan dan kekurangan metode SQ3R di atas yang paling penting
dalam menggunakan metode ini, guru dapat meminimalisasi kekurangan-
kekurangan tersebut dengan malakukan upaya-upaya sehingga tujuan dari
pembelajaran akan tercapai secara optimal.102

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index. php/JAK/article/view/7855/6204, (Jurnal Akademika Kimia,Vol 4, No


1, 2015), h. 47-48. 117 Ibid., h. 45.
102
Dede Fadilah, “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan MetodeSQ3R
pada Siswa Kelas V MIN Pesawaran pada Tahun Ajaran 2016/2017”,
http://repository.radenintan.ac.id/375/1/ Skripsi_Full_Dede_Fadilah.pdf diakses pada 21 Oktober 2020
Pukul 22.10 WIB.

58 Keterampilan Membaca
Bab
6

Metode MembacaSAS dan


PQ3R

A. Pengertian Metode Membaca SAS


Metode SAS adalah suatu metode yang menampilan struktur kalimat secara utuh
terlebih dahulu lalu dianalisis dan dikembalikan pada bentuk semula. Teknik
pelaksanaan pembelajaran metode SAS, yakni keterampilan menulis kartu huruf,
kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat. Sementara itu, sebagian siswa
mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan Sebagian siswa menempel kata-kata
yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti.103
Metode Struktur Analisis Sintesis (SAS) merupakan metode yang
dikembangkan oleh PKMM (Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974.
Metode ini terutama dikembangkan dalam membaca dan menulis di Sekolah Dasar

103
Supriyadi, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2, Buku II, (Jakarta: Depdikbud. 1992), h. 182.
meskipun dikembangkan pula di tingkat sesudahnya dan dalam mata pembelajaran
lainnya.
Dalam proses oprasionalnya, metode SAS mempunyai Langkah-langkah dengan
urutan sebagai berikut: (a) struktur, menampilkan keseluruhan; (b) analisis,
melakukan proses penguraian; (c) sintesis, melakukan pengembangan kembali pada
struktur semula.
Linda Puspita dalam Maguna Eliastuti dan Nur Irwansyah menyatakan
bahwa metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk
proses pembelajaran membaca bagi siswa pemula. Pembelajaran membaca dengan
metode ini mengawali pembelaharan dengan dua tahap, yakni menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Di dalam prinsip metode SAS ada beberapa
prinsip-prinsip dalam pembelajaran menggunakan metode SAS. Prinsip tersebut
adalah:
1) kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan
menggunakan metode ini harus menampilkan kalimat secara utuh dan
lengkap berupa kalimat-kalimat dasar;
2) struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas
dalam pikiran/pemikiran murid. Hal ini dapat dilakukan dengan
menampilkannya secara berulang-ulang sehingga merangsang murid
untuk mengetahui bagian-bagiannya;
3) adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur
struktur kalimat yang ditampilkan;
4) unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentu
semula (sintesis). Pada taraf ini murid harus mampu menemukan fungsi
setiap unsur serta hubungannya satu dan lain sehingga terbentuk unsur
semula;
5) struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa
murid.104

Metode (SAS) didasarkan pada teori ilmu jiwa Gestalt (keseluruhan). Dalam
model ini, anak pertama kali memaknai segala sesuatu secara keseluruhan.
Keseluruhan memiliki makna yang lebih bila dibandingkan dengan unsur-
unsurnya. Kedudukan setiap unsur, hanya berarti jika memiliki kedudukan
fungsional dalam suatu keseluruhan. Misalnya unsur “a” hanya bermakna dalam

104
Maguna Eliastuti dan Nur Irwansyah, “Keefektifan Membaca Menggunakan Metode Struktural Analitik
Sintetik (SAS) pada Siswa yang Kesulitan Membaca”, Vol.10, No.01, Dieksis, Universitas Indraprasta
PGRI, 2018, h. 34.

60 Keterampilan Membaca
jika “a” ini fungsional dalam kata atau kalimat, misalnya “apel”, “ayam” atau “apel
itu merah”, “ayam itu lima ekor”.
Berdasarkan pengertian tersebut, model SAS memperkenalkan membaca
permulaan kepada anak dengan memperkenalkan “kata” atau “kalimat
sederhana”.
Menurut Seefeldt dan Wasik dalam Basuki dijelaskan bahwa kata-kata tidak
dianalisis menjadi bagian-bagian, tetapi dipelajari sebagai unit-unit utuh sebagai
bagian dari seluruh teks. Membaca diajarkan dengan cara menjaga keutuhan
bahasa atau tidak terbagi-bagi. Belajar untuk mengerti kata-kata terjadi lewat
proses induksi. Jika anak telah memahami tentang kata atau kalimat, kemudian
kata atau kalimat tersebut diurai ke dalam bagian-bagiannya.
Urutan pembelajaran model SAS ini umumnya guru mengenalkan kata yang
ditulis di papan tulis tanpa atau disertai gambar. Kemudian guru menerangkan
bahwa kata itu dapat diuraikan menjadi suku kata dan suku kata diuraikan menjadi
hurufhuruf. Huruf-huruf digabung menjadi suku kata, dan suku kata digabung
menjadi kata. Demikian pula jika mengajarkan kalimat.105

B. Tahap Metode SAS


Dalam pelaksanaannya metode SAS dibagi dalam dua tahap, yakni (1) tahap
tanpa buku, dan (2) tahap menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1) Merekam bahasa siswa. Bahasa yang digunakan oleh siswa direkam
digunakan sebagai bahan bacaan;
2) Menunjukkan gambar sambal bercerita. Guru memperlihatkan gambar
pada siswa sambal bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat
dalam cerita guru tadi dijadikan bahan bacaan;
3) Membaca gambar. Cara ini hampir sama dengan di atas, hanya saja lebih
singkat;
4) Membaca gambar dengan kartu huruf/kartu kata. Guru menempelkan
kartu huruf atau kartu kata di bawah gambar. Untuk itu diperlukan
papan tempel, kartu hururf, kartu kata, dan gambar;
5) Membsca kalimat secara struktural. Sedikit demi sedikit gambar
dihilangkan, sehingga anak dapat membaca tanpa bantuan gambar ;

105
Basuki, Pengembangan Model Pembelajaran Membaca dengan Pelabelan Objek Sekitar (POS) untuk
Murid Taman Kanak-Kanak, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2021), h. 4.

59
6) Proses akademik. Siswa diajak menganalisis kalimat menjadi kata, kata
menjadi suku kata, dan kemudian menjadi huruf;
7) Proses sintesis. Huruf-huruf itu disentesiskan kembali menjadi suku kata,
kata dan kalimat.106
Mulyono dalam Apri mengungkapkan, dengan mengacu dari teori-teori para
ahli tentang metode pembelajaran untuk membaca dan menulis permulaan, metode
yang sesuai dengan pembelajaran membaca dan menulis permulaan di Indonesia
adalah metode SAS. Metode SAS didasarkan pada asumsi bahwa pengalaman awal
mulai dari keseluruhan dan kemudian ke bagian-bagian. Anak diajak untuk
memecahkan kode tulisan kalimat pendek sebagai unit bahasa yang utuh.
Selanjutnya diajak menganalisis menjadi kata, kata menjadi suku, dan suku kata
menjadi huruf. Kemudian mensistensakan kembali dari huruf menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.107
Menurut Solchan dkk., bahwa ada beberapa manfaat yang dianggap sebagai
kelebihan dari metode SAS, di antaranya sebagai berikut: metode SAS sejalan
dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil
untuk berkomunikasi adalah kalimat, metode ini mempertimbangkan pengalaman
berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran akan lebih bermakna bagi anak karena
bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Metode SAS sesuai dengan
prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Peserta didik mengenal dan memahami
sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri.108

C. Pengertian Metode Membaca PQ3R


Metode PQ3R (Prepare, Question, Reading, Recite, and Review) merupakan
metode membaca buku studi yang meliputi tahap prepare, question, reading, recite dan
review. Metode ini dicetuskan Joffe yang hampir sama dengan SQ3R. perbedaannya
hanya terletak pada langkah awalnya saja. SQ3R didahului dengan survei,
sedangkan PQ3R didahului dengan prepare. Prepare adalah tahap mula dalam
membaca sebuah buku dengan cara melihat secara sekilas terhadap keseluruhan
sebuah buku. Tahap ini diperlukan untuk pemanasan atau persiapan tahap

106
Sri Sunarti, Pembelajaran Membaca Nyaring di Sekolah Dasar, (Penerbit NEM, 2021), h. 31-32.

Bab 6. Metode Membaca SAS dan PQ3R


107
Apri Damai Sagita Krissandi, Sastra Anak Indonesia, (Yogyakarta: Sanata Dharma University Press,
2020), h. 100.
108
T.W Solchan, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), h.6.23.
125
Hamiduloh Ibda, Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut untuk Mahasiswa (Dilengkapi Caturtunggal
Keterampilan Berbahasa), (Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2020), h. 86-87.
62 Keterampilan Membaca
berikutnya dan untuk penjajakan terhadap isi buku. Metode SQ3R dikenalkan
Robinson, sedangkan PQ3R dikenalkan Joffe. Pada hakikatnya, kedua metode ini
hampir sama, yang berbeda adalah pada istilah saja, yaitu prepare dan survey125
Menurut Ellen Lamar Thomas dan H. Alan Robinson dalam Anggun
mengungkapkan bahwa pencetus metode PQRST (Preview, Question, Read,
Summarize, Test) mengembangkan metode tersebut menjadi metode PQ3R
(Preview, Questian, Read, Recite, Review) ini menyatakan bahwa proses belajar
dengan menggunakan metode ini akan meningkatkan kemampuan pemahaman
yang tinggi yang dilandasi oleh konsentrasi yang baik pada saat membaca, dan
mampu digunakan untuk mengingat informasi dalam jangka waktu yang cukup
lama. Metode ini dapat digunakan untuk membaca semua jenis wacana. Sesuai
dengan namanya, metode PQ3R dilaksanakan dalam lima tahapan yakni:
1) membaca sekilas;
2) membuat pertanyaan;
3) membaca dalam hati; 4) menceritakan kembali;
5) meninjau ulang wacana.

D. Tahapan Metode PQ3R


Tahapan pelaksana pembelajaran dengan menggunakan metode PQ3R
adalah sebagai berikut:
1) Tahap Prabaca
a. Mempersiapkan bahan bacaan. Guru mempersiapkan wacana yang
akan dibaca siswa. Selanjutnya, guru secara sepintas
memperkenalkan wacana tersebut. Guru juga harus
memperkenalkan metode ini kepada siswa melalui penjelasan dan
pembagian kopian langkah-langkah
PQ3R kepada masing-masing siswa;
b. Siswa membaca sekilas wacana yang diberikan guru
c. Menyusun Pertanyaan. Berdasarkan hasil membaca sekilas yang
dilakukannya, siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan
dicari jawabannya melalui proses membaca.
2) Tahap Membaca
a. Membaca dalam hati. Guna menjawab pertanyaan yang
diajukanny, siswa membaca dalam hati wacana yang diberikan
guru. Kegiatan membaca sebaiknya dilakukan dengan cara
membaca cepat. Jika menemukan jawaban, siswa membaca

61
lambat wacana dan diperbolehkan sambil menulis jawaban
tersebut.
b. Menceritakan kembali pada tahap ini siswa menyusun jawaban
pertanyaan sebagai hasil perpaduan antara pengetahuan lama
yang dimilikinya dengan 30 informasi baru yang diperoleh dari
kegiatan membaca. Selanjutnya menceritakan kembali isi wacana
tanpa melihat wacana.

Bab 6. Metode Membaca SAS dan PQ3R


3) Tahap Pascabaca meninjau ulang, pada tahap ini siswa menceritakan
kembali pemahaman isi wacana dan untuk meyakinkan siswa dapat
membaca sekilas kembali wacana yang diberikan guru atau sebaiknya
hanya melihat catatan yang dihasilkannya pada tahap menjawab
pertanyaan.109
Menurut Mulipah kelebihan strategi Preview Question Read Recite Review
yaitu:
1) Mengaktifkan siswa;
2) Sistematis;
3) Praktis;
4) Tidak menjenuhkan;
5)Menimbulkan kedekatan antara guru dan siswa;
6)Bermakna, yaitu siswa tidak hanya hafal dengan bacaan tapi
mampu memahami isi bacaan.110
Selain memiliki kelebihan, strategi Preview Question Read Recite Review juga
memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1) Jika PQ3R digunakan sebagai strategi pembelajaran pada setiap
materi pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa;
2) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang
ditentukan;
3) Menuntut pada guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi
dari standar yang telah ditetapkan.

109
Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Refika Aditama.
2016), h. 100-101.
110
Mulipah, Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Bacaan dengan Strategi PQ4R di Kelas III SDN
Ngijo I Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang, (Semarang: UNNES, 2011), h. 56.
64 Keterampilan Membaca
Keterangan singkat dari metode PQ3R (Preview Question Read Recite
Review):
1) Preview: Membaca cepat meliputi = topik, kalimat utama, dan
gagasan pokok.
2) Question: Mengajukan pertanyaan berdasarkan jawaban
3) Read: Membaca dengan cermat, mencari jawaban berdasarkan
pertanyaan yang telah disusun.
4) Recite: Mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.
5) Review: Meninjau kembali.111
Istilah “skema” sebenarnya bukan hal yang baru. Kata skema sudah lama
menjadi kosakata bahasa Indonesia (merupakan kata serapan yang berasal dari
bahasa Inggris ‘schema’). Berdasarkan informasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
daring, skema memiliki makna bagian, rangka, kerangka (rancangan dan
sebagainya).112 Dewasa ini, frekuensi penggunaan kata skema cukup meluas.

111
Siti Anisatun Nafi’ah, Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI, (Yogyakarta: Media
Perkasa, 2018), h.77.
112
November 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
Bab
7

Teori Skema Membaca

A. Pengertian dan Konsep Teori Skema


Skema merupakan latar belakang yang dapat muncul atau membayang
kembali pada saat seseorang melihat atau membaca sebuah kata, frasa, atau
kalimat. Maka, skema sangat membantu pemahaman sesuatu yang didengar atau
dibaca. Dapat pula dikatakan bahwa skema adalah abstraksi pengalaman yang
secara tetap mengalami pemantapan sesuai dengan informasi baru yang diperoleh.
Maka, semakin banyak pengalaman seseorang semakin bertambah pula skemanya.
Pengembangan skema pada anak dapat dilakukan dengan memberikan
pengalaman sebanyak-banyaknya. Pengalaman tersebut dapat berupa kegiatan
membaca atau kegiatan lain, seperti karya wisata, mengunjungi museum, kebun
binatang, atau tempat-tempat lainnya.113
Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget ini juga memiliki tiga
fungsi yaitu;

113
Sulistyaningsih, loc. cit.

66 Keterampilan Membaca
1) Memberikan kerangka untuk membantu dalam memahami informasi
baru
2) Bertindak sebagai pemandu untuk aktivitas yang bertujuan dan pencarian
lingkungan
3) Mengisi celah informasi yang diterima dari lingkungan.114
Teori skema juga mengikuti Rumelhart (1981) yang menyatakan bahwa skema
merupakan teori tentang pengetahuan. Teori ini menerangkan bagaimana
pengetahuan digambarkan dan gambaran itu dapat membantu penggunaan
pengetahuan dalam keadaan atau cara yang tertentu. Mengikuti teori skema ini,
semua pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang digambarkan dalam satu unit.
Unit ini dinamakan skemata. Oleh karena itu, skema ialah struktur data yang
menggambarkan konsep umum yang ada dalam ingatan seseorang. Seseorang itu,
mungkin mempunyai skemata yang menggambarkan pengetahuannya tentang
semua konsep seperti benda,keadaan, peristiwa, urutan perisitwa, perlakuan, dan
urutan perlakuan.115
Selanjutnya teori skema menekankan pada bagaimana pembelajar
memperoleh, menyimpan, dan mempergunakan pengetahuannya dalam bentuk
skema, seperti scaffolding, struktur bagaimana pengetahuan diorganisasikan di
dalam otak. Pembaca harus membuat hubungan makna antara informasi baru
dengan informasi sebelumnya (skemata), dengan menggunakan strategi pribadi,
yakni mengembangkan dan mencocokkan setiap tujuan individu dalam membaca
di samping mengonstruksi makan dari teks. Pembaca dikatakan memahami bacaan
ketika dapat memahami skema ke dalam pesan.133
Skema dan membaca adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena
itu, untuk dapat menerima informasi baru dari sebuah bacaan perlu adanya skema
tentang informasi lama yang berkenaan dengan informasi baru tersebut, sehingga
terjalin interaksi dan timbulah pemahaman. Terdapat asumsi bahwa sebuah teks
yang dibaca atau didengar, tidak dapat dengan sendirinya menyampaikan makna
kepada

114
Hasanuddin, Biopsikologi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press
Darussalam, 2017), h. 153-154
115
Marohaini Yusoff, Strategi Pengajaran Bacaandan Kefamahan, (Malaysia: PTS Akademia, 2014), h. 37.
133
Tadkiroatun Musfiroh, Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini, (Jakarta: Grasindo, 2009), h.
19.
pembaca atau pendengar. Sebuah teks hanya memberikan petunjuk kepada
pembaca atau pendengar untuk menyusun pemahaman berdasarkan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.116
Teori skema menjadi dasar dalam model membaca interaktif, memandang
kegiatan membaca sebagai interaksi antara pembaca dan teks. Teori skema
menekankan pada bagaimana pembelajar memperoleh, menyimpan, dan
mempergunakan pengetahuannya dalam bentuk skema, seperti scaffolding.
Pengetahuan diorganisasikan di dalam otak. Akan terjalinnya hubungan makna
antara informasi baru dengan informasi sebelumnya (skemata), pembaca
menggunakan strategi pribadi, yakni mengembangkan dan mencocokan setiap
tujuan individu membaca di samping mengonstruksi makna dari teks. Pembaca
dikatakan memahami bacaan ketika dapat membawa skema ke dalam pesan.
Makna sebuah bacaan tidak terletak pada cetakan tertulis, akan tetapi terletak
pada pikiran pembaca. Maka, sebuah makna akan berubah sesuai pembacanya.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Anderson (1972) bahwa makna itu akan berubah
karena setiap pembaca mempunyai pengalaman yang berbeda-beda yang dia
pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasi kata-kata tersebut. Pemberian
makna tersebut akan terjadi dengan baik apabila pembaca mempunyai skema yang
cukup baik. Dapat dikatakan bahwa, keberhasilan seseorang dalam membaca
bergantung pada kekayaan skema yang dimilikinya. Kurangnya skema akan
menjadi hambatan bagi keberhasilan membaca.135
Menurut teori skema, memahami suatu teks merupakan suatu proses interaktif
antara latar belakang pengetahuan membaca dengan teks. Pemahaman yang efisien
mempersyaratkan kemampuan pembaca yang menghubungkan materi teks dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman suatu teks tidak hanya
sematamata memahami makna kata-kata dan kalimat dalam suatu teks saja, tetapi
juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang
dibacanya.117
Skema merupakan struktur kognitif yang terdiri dari pengetahuan yang
terorganisasi tentang situasi dan individual yang terabstraksikan dari
pengalamanpengalaman sebelumnya. Teori ini digunakan untuk memproses
informasi baru dan menelusuri kembali data yang telah tersimpan. Skema
merupakan abstraksi pengalaman yang secara konstan mengalami pemantapan
sesuai dengan informasi baru yang diperoleh. Dengan demikian, semakin banyak

116
Sulistyaningsih, loc. cit.
135
Sulistyaningsih, loc. cit.
117
Meliyawati, Pemahaman Dasar Membaca, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), h. 25.

68 Keterampilan Membaca
pengalaman seseorang semakin bertambah pulalah penyempurnaan skemanya.
Skema adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu
hal, menemukan jalan keluar, ataupun memecahkan persoalan. Orang harus
mengisi atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk
kerangka pemikiran yang benar. Kerangka pemikiran inilah yang akan membentuk
pengetahuan struktural seseorang, di mana pengetahuan struktural tersebut terdiri
dari skema-skema yang dipunyai dan hubungan antara skema-skema itu.118
Kegiatan membaca merupakan proses memahami bahasa tulisan. Gillet dan
Temple menyatakan pemahaman tersebut adalah proses pemaknaan kata-kata,
kalimat, dan hubungan dalam teks. Inti dari membaca adalah untuk memahami
apa yang kita baca, yang melibatkan pengetahuan sebelumnya, pengetahuan
tentang struktur teks, dan pencarian informasi aktif. Sejalan dengan hal tersebut,
Martin (1991) mengatakan bahwa membaca berarti membangun kerangka kerja
untuk menghubungkan kata-kata untuk pikiran. Dengan kata lain, tujuan membaca
adalah untuk menghubungkan ide-ide dalam teks ke latar belakang pengetahuan
pembaca.

B. Metode Skema
Metode merupakan persamaan kata dari cara. Metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana. Ada beberapa sumber yang
menjelaskan pengertian metode skema. Keterangan yang cukup lengkap
dikemukakan oleh Chaplin J.P (2006) yang terdapat dalam Dictionary of Psychology
mengemukakan empat macam keterangan tentang metode skema itu, ialah:
1) Metode skema sebagai suatu cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang
tersusun rapi.
2) Metode skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai
peristiwa atau data.
3) Metode skema sebagai suatu model.
4) Skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respons-respons
yang pernah diberikan, kemudian menjadi standar bagi respons-respons
selanjutnya.

118
Yohana Magdalena Gamung, “Penerapan Teknik Skema dalam Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman
Siswa Kelas X Ilmu Bahasa dan Budaya SMA Negeri 3 Sidoarjo”, (Laterne Vol. VI No. 1 Tahun 2017), h.
3. diakses pada 6 November 2020 Pukul 16.48 WIB.

Bab 7. Teori Skema Membaca 69


Kamus A Dictionary of Reading dalam Endang Rochayati & Zainal Alimin.
(2005) dijelaskan tentang makna metode skema sebagai berikut:
1) Metode skema adalah suatu pemberian yang digeneralisasikan, suatu
rencana atau struktur, seperti yang digunakan dalam kalimat “skema
proses membaca setiap orang boleh dikatakan tidak pernah sama”.
2) Metode skema adalah suatu teknik yang konseptual yang perlu untuk
memahami sesuatu.
3) Metode skema adalah suatu cerita yang melahirkan kenyataan yang
disimpan dalam pikiran, tetapi tidak ditransformasikan lewat pikiran
(Piaget).
Menurut Bartlett, orang yang pertama memperkenalkan istilah skema, skema
merujuk kepada suatu organisasi aktif tentang aktivitas dan pengalaman di masa
lalu (1922:201). Lebih lanjut Alwi dkk. menjelaskan bahwa skema merupakan
struktur data yang mewakili konsep-konsep generik (asli) yang tersimpan dalam
memori (1994:499). Hal ini berarti skema merupakan struktur pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang, tersimpan dalam ingatan, dan dapat dibangkitkan jika
mendapat stimulus dari luar. Sederhananya seperti ketika seseorang pernah
berkenalan dengan sebuah nama di masa lalu, kemudian dilupakan, namun suatu
ketika akan teringat kembali ketika ada kejadian yang memaksa untuk mengingat
kembali nama di masa lalu tersebut, misalnya dengan pertanyaan yang terkait.
Dalam pembelajaran membaca, skema digunakan sebagai alat untuk
mengaktifkan latar belakang pengetahuan (prior knowledge) yang telah dimiliki oleh
seseorang. Latar belakang pengetahuan itu kemudian dapat diistilahkan dengan
advance organizers; alat untuk memudahkan belajar dan mengingat rangkaian materi
atau ilmu pengetahuan. Advance organizer memungkinkan seseorang untuk lebih
mudah dalam mempelajari hal baru terlebih yang memiliki keterkaitan jelas.
Dalam membentukan pemahaman membaca, skema dibedakan atas dua jenis,
yaitu skema formal (pengetahuan latar belakang dari organisasi formal struktur
teks) dan skema isi (content), yaitu pengetahuan latar belakang dari isi area teks.
Dengan istilah lain, seorang pembaca perlu memiliki tipe skema formal untuk
mampu memahami suatu teks dan pengetahuan latar belakang tentang organisasi
retorikal, seperti variasi dalam struktur pada setiap tipe teks (text type) yang berbeda:
fabel, cerita pendek, koran, majalah, artikel, ataupun tipe teks ekspositori. Skema
lain yang perlu dimiliki oleh pembaca adalah latar belakang pengetahuan tentang

70 Keterampilan Membaca
isi teks (content area) yang terkait dengan bidang studi / disiplin ilmu yang yang
diusung dan diminati oleh pembaca.119
Dari sejumlah pengertian metode skema di atas, kita dapat simpulkan
pengertian yang sederhana tentang metode skema, yaitu cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana asosiasi-asosiasi yang dapat bangkit dan muncul
atau membayang kembali pada saat seseorang melihat atau membaca kata, frasa,
atau kalimat. Dengan demikian, metode skema sangat membantu terhadap cara
pemahaman sesuatu yang didengar atau dibaca.120

C. Jenis-Jenis Skema
a. Peta Konsep
Novak (1984) dan via Dahar (1989) dalam bukunya Learning How to Learn
salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengungkapkan skema
pemikiran maupun kerangka pemikiran seseorang seseorang akan suatu
hal, adalah dengan menuliskan skema pemikirannya dalam suatu peta
konsep (concept maps). Di bawah ini akan dijelaskan tentang peta konsep
yang dicetuskan oleh Novak.
Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Karena itu,
hendaknya setiap siswa pandai menyusun peta konsep. Hal ini untuk
meyakinkan bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna.
Beberapa langkah menyusun peta konsep yang harus diikuti ialah
a) Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran (bisa juga bahan bacaan
yang lain).
b) Tentukan konsep-konsep yang relevan.
c) Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling
tidak inklusif atau contoh-contoh.
d) Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang
paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif.

119
Tristan Rokhmawan, “Konteks, Tema, Skemata, Memori, dan Pikiran : Mendukung Pembelajaran Bahasa
sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan”, (Hasta Wiyata: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2018,
Vol. 001, No. 02), h. 11, diakses pada 6 November 2020 Pukul 22.16 WIB.
120
Defi Ari Suryani, “Pembelajaran Membaca Gambar dengan Metode Skema pada Siswa Tunagrahita
Ringan Kelas III Sekolah Luar Biasa Bhakti Kencana I, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2014), h. 22-23.

Bab 7. Teori Skema Membaca 71


e) Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata
penghubung.121

b. Mind Mapping (Pemetaan Pikiran)


Pada dasarnya, teknik ini adalah bentuk alternatif dari metode yang
digunakan sebagian besar orang dalam membuat catatan, yaitu membuat
daftar pokok pikiran. Mind mapping jugs bisa disebut dengan spidergram
atau spidergraph (bagan laba-laba), recall tree (pohon ingatan), atau bisa
disebut dengan catatan-catatan bercabang.
Peta pikiran (Mind mapping) adalah metode mencatat kteatif yang
memudahkan mengingat informasi. Mind mapping terbaik adalah peta
pikiran yang berwarna-warni dengan menggunakan banyak gambar dan
simbol, sehingga biasanya nampak seperti karya seni. Metode Mind
Mapping ini biasanya digunakan untuk mengingat materi.122

c. Outline (Garis Besar)


Menurut Widyamartaya, membuat catatan merupakan salah satu bentuk
langkah tersendiri dalam metode membaca yang dikemukakan oleh
Walter Pauk. Salah satu bentuk catatan dari pembacaan ragam studi
adalah garis besar atau outline. Garis besar atau outline bersifat
“overzichtelick”, memberikan pandangan menyeluruh secara tepat. Garis
besar menunjukkan koordinasi dan subordinasi gagasan dengan jelas;
menunjukkan pikiran utama dan pikiran-pikiran pendukungnya, serta
jenis dan jalan pengembangan paragraf. Garis besar atau outline terbagi
lagi menjadi tiga jensi yakni:
a) Garis besar topik atau garis besar pokok soal, merupakan garis besar
yang butir-butirnya berupa frasa.
b) Garis besar kalimat, yakni garis besar yang butir-butirnya berupa
kalimat.
c) Garis besar alinea merupakan garis besar yang butir-butirnya berupa
paragraf.123

121
Herlinda Mipur Marindang, “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Fakta dan Opini pada
Editorial dengan Menggunakan Teknik Skema untuk Siswa Kelas XI IPS 1, Semester II SMA Kolase De
Britto Yogyakarta 2010/2011, (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Skripsi S1 Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2011). h. 34.
122
Ibid., h. 35.
123
Ibid., h. 36.

72 Keterampilan Membaca
D. Penerapan Teori Skema dalam Proses Belajar-
Mengajar
Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah
ditentukan oleh kemampuannya dalam membaca. Telah diketahui bersama bahwa
sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis sehingga menuntut
siswa melakukan aktivitas membaca agar dapat memperoleh pengetahuan.
Kemampuan membaca ini tidak didapat secara alamiah, akan tetapi melalui proses
pembelajaran yang sebagiannya merupakan tanggung jawab guru.
Dengan demikian, guru harus bisa membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan membacanya. Banyak informasi yang dapat diambil dari kegiatan
membaca. Orang yang banyak membaca akan memiliki pengetahuan yang jauh
lebih luas daripada orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca. Selain
itu, kemampuan membaca sangat penting peranannya dalam membantu siswa
untuk mempelajari berbagai hal. Aktivitas membaca yang baik dan benar dapat
membantu siswa mengambil intisari dari bacaannya. Semakin banyak intisari yang
dapat dipahami, semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh.124
Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran, hal ini
membuktikkan betapa pentingnya penguasaan keterampilan membaca. Karena
pada dasarnya membaca adalah sumber belajar yang paling mudah didapat dan
paling lengkap. Selain itu, dengan membaca seseorang akan mempelajari banyak
hal sekaligus dan dapat mengembangkan diri serta daya pikir yang dimiliki. Banyak
permasalahan dalam pengajaran membaca di dalam kelas, di antaranya kurang
adanya pemahaman pembelajar terhadap tema bacaan yang dipelajarinya karena
terbatasnya latar belakang pengetahuan awal atau skemata sebelum mempelajari
suatu tema. Akibatnya siswa kurang aktif dalam memberdayakan kemampuan
mereka dan lebih cenderung mendapatkan informasi yang terbatas dari guru.
Kegiatan membaca akan terasa lebih menarik, jika si pembaca memiliki gambaran
dan pengetahuan sebelumya tentang tema suatu bacaan.144
Untuk mendorong pemahaman terhadap aktivitas membaca siswa, guru dapat
memberikan prioritas tentang teks yang akan dibaca. Di samping itu, guru perlu
mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan menghubungkannya
dengan teks yang akan dibaca. Menurut Burns, Roe, dan Ross dalam pemahaman

Marlina Saiful, “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Teknik Skema pada Siswa
124

Kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Watampone Kabupaten Bone”, (JIKAP PGSP: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kependidikan Vol. 2, No. 1, Tahun 2018), h. 32, diakses pada 6 November 2020 Pukul 16.32 WIB. 144
Gamung, op. cit., h. 2.

Bab 7. Teori Skema Membaca 73


literal yang penting adalah mengenal dan mengingat yang tertulis dalam bacaan.
Untuk membangun pemahaman literal pembaca dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan arahan dengan menggunakan kata tanya (1) siapa, untuk menanyakan
orang atau binatang atau tokoh dalam wacana, (2) apa, untuk menanyakan barang,
benda atau peristiwa, (3) di mana, untuk menanyakan tempat, (4) kapan, untuk
menanyakan waktu, (5) bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu
peristiwa atau alasan untuk sesuatu, dan (6) mengapa, untuk menanyakan alasan
untuk sesuatu sebagaimana disebutkan dalam bacaan.125
Sementara Syafi’ie menyatakan bahwa kriteria yang dapat digunakan dan
memperoleh pemahaman literal antara lain dengan menggunakan pertanyaan yang
berhubungan dengan ingatan seperti (1) pertanyaan tentang fakta-fakta dan detail
bacaan, (2) peristiwa dan urutan kejadian, (3) mengenali ha1 penting yang sering
diulang dalam bacaan, (4) mengecek makna yang sesuai, dan (5) pertanyaan
tentang ide pokok kalimat dan paragraf.126
Dengan demikian, pembelajaran membaca pemahaman menggunakan teknik
skema merupakan salah satu upaya tepat karena dengan teknik skema merupakan
salah satu upaya tepat. Hal ini dikarenakan dengan teknik skema, siswa harus
menghubungkan pengalamannya dengan pengalaman yang terdapat dalam buku
teks. Menurut Sujana (1995) langkah-langkah menggunakan teknik skema adalah
1) Bersikap positif terhadap apa yang diketahui siswa. Jadikanlah apa yang
telah diketahui siswa itu sebagai batu loncatan atau jembatan dalam usaha
menolong mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan.
2) Menggunakan analogi, perbandingan, bahkan kalau perlu, perbandingan
metaforis untuk menjembatani apa yang telah mereka ketahui dengan
halhal baru atau asing.
3) Memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai konsep yang baru
itu.
4) Metaforis untuk menjembatani apa yang telah mereka ketahui dengan
halhal baru atau asing, dan
5) Memberikan contoh sebanyak-banyaknya mengenai konsep yang baru
tersebut.127

125
Ibid., h. 255.
126
Elfia Sukma, Peningkatan Kemampuan Pemahaman Literal dalam Membaca melalui Penerapan Teori
Skema bagi Siswa Kelas III SD Negeri Percobaan Kota Padang, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2002),
h. 14.
127
Saiful. loc. cit.

74 Keterampilan Membaca
Pengajaran dengan wacana yang tepat, akan memungkinkan pembaca (siswa)
untuk mengembangkan skema dengan sebaik-baiknya. Menurut Sujana dalam
Herlinda (2011) langkah-langkah membuat skema yang harus diperhatikan oleh
guru dalam usaha mengidentifikasi skemata siswa adalah sebagai berikut:
1) Mendaftar semua kata-kata yang diperkirakan tidak atau kurang akrab
dengan siswa. Tempat paling baik untuk mendaftar kata-kata tersebut
adalah papan tulis.
2) Selanjutnya, siswa diminta untuk mengatakan apa yang tampil dalam
ingatannya, ketika membaca dan memikirkan kata-kata yang terdaftar di
papan tulis tersebut.
3) Guru dapat menuliskan topik bacaan yang dipilih murid, di tengah-tengah
papan tulis.128
Teori skema menyatakan bahwa informasi baru dibangun atas kesesuaian
informasi yang tengah berada dalam benak. Ketika seorang guru memperkenalkan
topik, setiap siswa memiliki skema yang berbeda satu sama lainnya atau gambaran
mental sebagai hasil pengetahuan awal dan pengalaman. Informasi baru harus
dihadirkan agar siswa dapat menyesuaikan pembelajaran baru dengan skema
mereka. Gagasan yang muncul dalam benak siswa mengorganisasi dan
menciptakan makna dari pengalaman baru. Inilah alasan mengapa mengetahui dan
menggunakan pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki siswa sangat
penting dalam merancang pembelajaran baru secara efektif (Champman dan King,
2003).129
Marilee Sprenger (1999) menunjukkan bahwa informasi baru masuk ke dalam
otak melalui perasaan (senses). Ia mengidentifikasi paling tidak ada lima jalur masuk
yang membawa informasi menuju ke dalam memori. Penjelasan tiap jalur masuk
berikut diadaptasi untuk mengajar membaca pada seluruh tingkatan dengan strategi
yang digunakan untuk mengingat informasi.
1) Semantik: memahami makna dan tujuan.
2) Episodik: mengingat kembali peristiwa, episode tertentu, dan kejadian.
3) Prosedural: menggunakan langkah atau urutan-urutan.
4) Automatik: praktis, belajar, dan menguasai.
5) Emosional: perasaan.

128
Gamung, op. cit., h. 4.
Hastuti, dkk, “Pelatihan Model dalam Pembelajaran Membaca”, (Adiguna: Jurnal Pengabdian dan
129

Pemberdayaan Masyarakat Vol. 1, No. 2, 2016), h. 8, diakses pada 7 November 2020, Pukul 07.05 WIB.

Bab 7. Teori Skema Membaca 75


Dalam proses belajar mengajar, terdapat beberapa hal yang dibutuhkan agar
baik siswa maupun guru dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang
maksimal. Begitu pula dalam proses membaca, ada beberapa hal yang dibutuhkan
oleh siswa dan guru. Beberapa hal yang dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran
membaca antara lain adalah sebagai berikut:
1) Organisasi informasi sebelum membaca, yaitu mengidentifikasi apa yang
mereka ketahui, mengajukan pertanyaan tentang apa yang tidak mereka
ketahui, memprediksi apa yang terdapat dalam teks.
2) Organisasi informasi selama membaca, yaitu memprediksi informasi apa
yang ditemukan, memantapkan atau menyesuaikan prediksi,
menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan awal yang dimiliki.
3) Organisasi informasi setelah membaca, yaitu respon atau tanggapan
terhadap teks dalam beberapa cara, di antaranya mengidentifikasi konsep
dan gagasan pokok, memikirkan antar konsep atau gagasan, memikirkan
hubungan dengan pengetahuan awal, serta memahami gagasan penting.
4) Menyintesis dan mengaitkan pembelajaran baru mencapai pemahaman
baru, mengintegrasikan pemahaman baru dengan pengetahuan awal,
menemukan seberapa banyak yang telah dipelajari, memantapkan dasar
untuk pembelajaran lebih lanjut.
5) Mempelajari kosakata yang berhubungan dengan konsep penting, elemen,
dan jalinan mengidentifikasi kata dan istilah popular dalam konteks baru
secara bermakna, menghubungkan kata baru dengan pengetahuan awal.
6) Menciptakan sesuatu yang baru dan mengaplikasikan informasi baru,
bekerja mewujudkan gagasan baru dalam menulis, yaitu membangun,
membuat, atau mencipta sesuatu yang baru; unjuk kinerja.130

Adapun kebutuhan guru dalam mengarahkan siswa padaa kegiatan belajar


mengajar adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan sarana bagi siswa untuk mengorganisasi informasi sebelum
membaca, yaitu mengarahkan siswa dalam mengartikulasikan
pengetahuan awal, menemukan apa yang telah diketahui siswa,
menentukan perbedaan antara apa yang telah diketahui siswa dan yang
akan dipelajari.
2) Menyediakan sarana bagi siswa untuk mengorganisasikan informasi
selama membaca dan memfokuskan perhatian siswa, melibatkan siswa

130
Ibid., h. 9.

76 Keterampilan Membaca
dalam siklus prediksi/membaca/menyesuaikan prediksi/membaca lagi,
mengembangkan kaitan antara pengetahuan awal dan informasi baru.
3) Menyediakan sarana bagi siswa untuk mengorganisasikan informasi
setelah membaca, memantapkan berbagai sarana bagi siswa untuk
merespon teks, melibatkan siswa dalam diskusi mendalam dan aktivitas
penyerta, mendorong dan mengajarkan berbagai pengaturan untuk
mencatat informasi.
4) Menyediakan sarana bagi siswa untuk menyintesis dan menghubungkan
pembelajaran baru, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara
dan menuliskan apa yang telah dipelajari, mengembangkan lebih jauh lagi
hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi baru,
mengidentifikasi hubungan antara informasi baru dengan apa yang akan
datang.
5) Mengidentifikasi dan mengajarkan kosakata yang menggambarkan
konsep penting, elemen, dan jalinan, memperkenankan siswa
mengidentifikasi kosakata dan istilah yang perlu mereka ketahui,
menemukan kata-kata dan istilah yang telah diketahui siswa,
mengembangkan hubungan antara katakata baru dan istilah serta
pengetahuan awal, mengembangkan aktivitas agar siswa menggunakan
kata-kata dan istilah secara bermakna.
6) Menyediakan kesempatana bagi siswa untuk menghasilkan atau
menciptakan sesuatu yang baru, mengajukan kegiatan elaboratif,
menemukan sesuatu yang telah dipelajari, mengevaluasi tingkat
keberhasilan belajar.131

131
Ibid., h. 9-10.

Bab 7. Teori Skema Membaca 77


Bab
8

Membaca Cepat, Efektif, dan


Efisien

A. Pengertian Membaca Cepat


Membaca cepat menurut Nurhadi merupakan membaca yang mengutamakan
kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. 132 Selanjutnya menurut
Tarigan membaca cepat diistilahkan dengan to scan. Menurutnya pula membaca cepat
adalah membaca segala sesuatu secara cepat untuk mencari hal tertentu yang
diinginkan. Membaca cepat yang baik rata-rata 800-1000 kata dalam satu menit.153
Sementara itu, menurut St. Y. Slamet pelaksanaan membaca cepat dilakukan
secara zig-zag atau vertikal, dan mempunyai prinsip melaju terus. Ia hanya
mementingkan kata-kata kunci atau hal-hal yang penting saja, ditempuh dengan jalan

132
Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 39. 153
Tarigan, op. cit., h. 122.
melompati kata-kata dan ide-ide penjelas.133 Orang akan membaca cepat jika tujuan
membacanya hanya untuk mengetahui atau mendapatkan gagasan besar atau ide
pokok atau informasi umum dari sebuah teks bacaan.155
Berdasarkan informasi lainnya, menurut Hernowo dalam Aizid (2011: 40),
membaca cepat adalah suatu kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau
lambang tulis dengan perhatian yang tepat dan cepat. Membaca cepat adalah
kemampuan membaca dengan kecepatan yang telah terukur guna mencari sebuah
informasi. Kecepatan membaca tentu harus fleksibel. Selanjutnya Soedarso (2005:13)
menjelaskan bahwa kecepatan membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi ada
kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan Anda dalam membaca yang
berbeda-beda.
Membaca cepat sebagai sebuah kegiatan membaca dengan kecepatan tertentu
yang sudah ditentukan dan mencakup hampir seluruh materi bacaan dibaca. Menurut
Listiyanto dalam Aizid (2011), membaca cepat termasuk aktivitas yang melibatkan
kerja otak dan gerak mata.134 Dengan demikian, kegiatan ini adalah sebuah kegiatan
yang sangat kompleks karena melibatkan kerja fisik dan mental.
Menurut Fitria membaca cepat bukan berarti asal membaca cepat saja, sehingga
setelah selesai membaca tidak ada yang diingat dan dipahami.157 Dua hal pokok yang
harus dicamkan dalam membaca cepat adalah tingkat kecepatan dan persentase
pemahaman bacaan yang tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca cepat
adalah sistem membaca yang menggunakan kecepatan dengan tidak mengabaikan
pemahaman.
Selanjutnya membaca efektif merupakan kegiatan membaca yang diikuti pula
oleh peningkatan pemahaman agar tercapai tujuan membaca itu sendiri. Jadi, bukan
hanya mengandalkan peningatan kecepatan membaca tapi juga peningkatan
efektifitas pemahaman terhadap bacaan tersebut. Membaca efektif ialah jenis
membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman
terhadap aspek bacaannya. 135 Membaca cepat secara efektif tidak hanya membaca
dengan lebih cepat, namun cara membaca dengan lebih cerdik. Cara ini merupakan
penggabungan kegiatan yang saling berkaitan antara konsentrasi, kemampuan
memahami secara menyeluruh, dan mengingat dengan membaca cepat.

133
St.Y.Slamet, Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Surakarta: UNS Press, 2008), h. 87. 155 Ade
Asih Susiari Tantri, “Cara Memaksimalkan Kemampuan Membaca Cepat”. https://ejournal.undiksha.
ac.id/index.php/AP/article/download/10051/6379, diakses pada 11 Oktober 2020 Pukul 15.20 WIB.
134
Vidya Kamalasari, “Latihan Membaca Cepat sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat
dan Pemahaman Bacaan”, https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/view/189 (Jurnal
Basastra, Vol. 1 No. 1 tahun 2012), h. 2, diakses pada 11 Oktober 2020 Pukul 16.15 WIB. 157 Ibid., h. 3.
135
Nurhadi. loc. cit.

Bab 8. Membaca Cepat, Efektif, dan Efisien 79


Berkaitan dengan tersebut, membaca cepat dan membaca efektif memiliki
hubungan yang sangat kompleks dengan membaca efisien. Sebab membaca secara
efisien, bukan sekadar membaca cepat. Namun, tujuan membaca yang efisien adalah
untuk memahami apa yang dibaca dan belajar dari sana, tanpa harus membuang
waktu sia-sia. Jadi kecepatan hanya merupakan salah satu bagian dari membaca
secara efisien.136
Dengan demikian membaca cepat akan sangat berdampak terhadap waktu yang
dibutuhkan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan dapat
dengan cepat berpindah ke hal yang lebih penting lainnya. Kecepatan membaca
seseorang dapat diukur, hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui sejauh mana
kecepatan kita dalam membaca. Membaca cepat bukan hanya menyelesaikan bacaan
sebanyak-banyaknya dengan waktu yng singkat, melainkan juga dituntut untuk
memahami isi bacaannya. Rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan
membaca menurut Ahmad Slamet dan Tampubulon adalah sebagai berikut.

Jumlah kata yang terdapat dalam bacaan


KM =
Jumlah waktu tempuh (dalam hitungan menit)

Dengan standarisasi menurut jenjang pendidikan yaitu: SD/SMP (200 kata per
menit), SMA (250 kata per menit), Mahasiswa (325 kata per menit), mahasiswa
Pascasarjana (400 kata per menit), dan orang dewasa/yang tidak sekolah (200 kata per
menit). Berikut adalah kualifikasi kecepatan membaca sesuai hasil kecepatan
membaca.
1. Kecepatan membaca rendah jika kecepatannya antara 200-300 kpm.
2. Kecepatan membaca sedang atau cukup jika kecepatannya antara 300-450
kpm.
3. Kecepatan membaca cepat dan efektif jika kecepatannya antara 450-600
kpm.
Disimpulkan bahwa membaca cepat, efektif dan efisien merupakan adalah
kegiatan membaca yang saling berhubungan dengan tujuan untuk peningkatan
efektifitas pemahaman sehingga dengan cepat mendapatkan gagasan utama yang
diinginkan dan berusaha memahami apa yang dibaca tanpa harus membuang waktu
sia-sia.

136
Steve Moidel, Kiat Membaca Cepat. (Jakarta: Arcan, 1998), h. 4-5.

80 Keterampilan Membaca
B. Tujuan dan Kegunaan Membaca Cepat
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi dan memahami makna bacaan. Arti atau makna memiliki hubungan
yang sangat erat dengan tujuan dan maksud kita dalam membaca. Ada tujuh tujuan
membaca menurut Tarigan di antaranya.
1. Membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta.
2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.
4. Membaca untuk menyimpulkan isi secara menyeluruh.
5. Membaca untuk mengelompokan atau mengklasifikasikan.
6. Membaca untuk memberikan penilaian atau mengevaluasi.
7. Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan.137

Sementara itu, beberapa tujuan atau hal-hal yang akan diperoleh dengan
membaca cepat, menurut Subyantoro antara lain sebagai berikut.
1) Membaca cepat menghemat waktu.
2) Membaca cepat menciptakan efesiensi.
3) Semakin sedikit waktu yang diperlukan, akan banyak waktu yang tersedia
untuk mengerjakan hal penting lainnya.
4) Membaca cepat memiliki nilai yang menyenangkan dan menghibur.138

Berkaitan dengan membaca cepat, Listiyanto Ahmad juga menjelaskan beberapa


tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut.
1. Memperoleh kesan umum dari satu buku, artikel, atau tulisan singkat.
2. Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
3. Menemukan dan menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
4. Mencari informasi yang Anda perlukan dari sebuah bacaan secara tepat dan
efektif.
5. Menelusuri bahan halaman buku atau bacaan dalam waktu singkat.
6. Tidak banyak waktu yang terbuang karena tidak perlu memperhatikan atau
membaca bagian yang tidak diperlukan.139

137
Mohammad Hosen, “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas V
SDN Gili Anyar Kamal Bangkalan”, (Jurnal Widyagogik. Vol. 4 No. 1, 2016).
138
Subyantoro, Pengembangan Keterampilan Membaca Cepat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 26-27.
139
Listiyanto Ahmad, Spread Reading, Teknik Membaca Cepat dan Metode Membaca Cepat, (Yogyakarta: A
Plus Books, 2010), h. 46.

Bab 8. Membaca Cepat, Efektif, dan Efisien 81


Menurut Subyantoro ada beberapa kegunaan yang terkandung dari kemampuan
membaca cepat, di antaranya.
1. Membaca cepat menghemat waktu.
2. Membaca cepat menciptakan efisiensi.
3. Semakin sedikit waktu diperlukan untuk hal-hal rutin, semakin banyak waktu
tersedia untuk mengerjakan hal penting lainnya.
4. Membaca cepat memiliki nilai yang menyenangkan/menghibur.
5. Membaca cepat memperluas cakrawala mental.
6. Membaca cepat membantu berbicara secara efektif.
7. Membaca cepat membantu anda menghadapi ujian/tes.
8. Membaca cepat meningkatkan pemahaman Anda.
9. Membaca cepat menjamin Anda selalu mutakhir.
10. Membaca cepat dapat dikatakan sebagai tonikum mental.140
Dengan membaca cepat akan sangat berdampak terhadap waktu yang
dibutuhkan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang cukup panjang, dan dapat
dengan cepat berpindah ke hal yang lebih penting lainnya.

C. Faktor-Faktor Penghambat Membaca Cepat


Dalam melakukan kegiatan membaca cepat, ada beberapa hal yang dapat
menghambat kegiatan tersebut. Penghambat membaca cepat ini biasanya diturunkan
karena kegiatan membaca yang dilakukan sewaktu masih kecil. Kebiasaan-kebiasaan
membaca waktu kecil menjadi sebuah kebiasaan yang terbawa hingga dewasa.
Soedarso menjelaskan lebih rinci tentang hambatan-hambatan membaca sebagai
berikut:
1. Vokalisasi
Vokalisasi atau membaca dengan bersuara adalah salah satu hal yang mampu
menghambat kecepatan dalam membaca cepat. Jika seseorang membaca
dengan bersuara, seseorang melakukan dua pekerjaan sekaligus sehingga hal
tersebut akan menghambat kecepatan membaca sekaligus pemahaman yang
diperoleh. Hal tersebut mengartikan bahwa kita telah mengucapkan kata
demi kata secara lengkap.
2. Gerakan Bibir
Menggerakkan bibir ketika sedang membaca akan membuat kecepatan
membaca kita melambat. Hal tersebut sejatinya sama saja dengan kita membaca

140
Subyantoro. loc. cit.

82 Keterampilan Membaca
dengan bersuara. Soedarso menambahkan bahwa kecepatan seseorang yang
membaca dengan bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari
kecepatan seseorang yang membaca secara diam.
3. Gerakan Kepala
Kebiasaan menggerakkan kepala saat membaca merupakan kebiasaan yang timbul
pada sejak masa kanak-kanak. Kebiasaan tersebut timbul karena jangkauan mata
kita sewaktu masih kecil, kurang mencukupi. Setelah dewasa walaupun
jangkauan mata kita sudah mencukupi, kita sulit meninggalkan kebiasaan
menggerakkan kepala karena sudah sering dilakukan.
4. Menunjuk dengan Jari
Kegiatan membaca dengan menunjukkan jari ini juga merupakan kebiasaan
membaca yang dibawa sejak dini. Dahulu kita melakukan hal tersebut karena
untuk menjaga agar tidak ada kata yang terlewatkan. Akan tetapi, setelah dewasa
sudah barang tentu kemampuan membaca kita semakin meningkat dan kebiasaan
tersebut tetaplah dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan. Padahal membaca
dengan menggunakan telunjuk jari atau benda lain dapat menghambat kecepatan
membaca kita. Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain
tentu sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada
gerakan mata.
5. Regresi
Regresi ialah terjadinya pengulangan-pengulangan gerak mata pada unitunit bahasa
yang telah dibaca. Hal tersebut biasanya terjadi karena kurang memahami
kalimat yang dibacanya. Kebiasaan tersebut menjadi hambatan yang sangat serius
dalam membaca. Regresi sering diiringi oleh beberapa sebab berikut.
a) Kurang percaya diri terhadap apa yang sedang dibaca
b) Merasa ada sesuatu yang tertinggal.
c) Salah persepsi.
d) Terpaku pada detail.
e) Mempersoalkan tentang salah cetak, yakin ada salah ejaan, dan kata sulit.
Menurut Soedarso, melamun merupakan penyebab kebiasaan regresi.Melamun
disebabkan karena kurang konsentrasi saat membaca. Hal tersebut menyebabkan kita
ingin kembali mengulang kata atau kalimat yang telah dibaca.141
Di sisi lain, menurut Nurhadi faktor-faktor yang menghambat membaca cepat
yang umum terjadi pada setiap orang adalah sebagai berikut:

141
Soedarso, Speed Reading : Sistem Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2002), h. 5-7.

Bab 8. Membaca Cepat, Efektif, dan Efisien 83


a) Rendahnya tingkat kecepatan membaca.
b) Minimnya pemahaman yang diperoleh.
c) Kurangnya minat baca.
d) Minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif, dan
e) Adanya gangguan-gangguan fisik yang secara tak sadar menghambat
kecepatan membaca.142

D. Langkah-Langkah untuk Melatih Kemampuan


Membaca Cepat
Latihan membaca cepat adalah pelatihan yang dibuat untuk memaksimalkan
potensi baca seseorang dalam memahami sebuah bacaan. Setelah menerapkan latihan
membaca cepat bukan saja pemahaman kita semakin bertambah tetapi secara
langsung kecepatan kita dalam membaca juga bertambah. Saat seseorang membaca
lambat atau membaca terlalu santai maka ia tidak akan mendapatkan pemahaman
yang tidak maksimal karena ia akan lupa dengan ide-ide penting yang terdapat di
dalam teks bacaan. Untuk mendapat kecepatan dan efisiensi membaca dapat
diusahakan dengan latihan-latihan membaca cepat sebagai berikut.
1. Melihat dengan Otak
Menurut Soedarso kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan
otak. Mata bekerja seperti kamera, yaitu memotret. Hasilnya, film negatif.
Selanjutnya, proses dilakukan di otak, hasilnya gambar positif. Mata melihat
dan otak menginterprestasikan saat itu juga sehingga “apa yang Anda lihat,
itulah yang Anda dapat”. Otak menyerap apa yang dilihati mata. Apabila
persepsinya kuat (berkat informasi yang dimiliki).166
2. Latihan Mempercepat Gerakan Mata
Dalam proses membaca, seringkali seseorang melakukannya dengan menangkap
kata per kata. Kecepatan gerak mata sangat diperlukan dalam
jenis atau cara baca ini. Semakin cepat gerakan mata Anda, maka kecepatan
membaca akan semakin meningkat pula.
3. Melebarkan Jangkauan Mata
Menurut Soedarso pada saat mata berhenti, jangkauan mata kita dapat
menangkap berbagai kata sekaligus. Kata-kata dalam jangkauan mata itu
dapat dikenali sekalipun pembaca tidak memfokuskannya pada setiap kata

142
Nurhadi, op. cit., h. 17-26. 166
Soedarso, op. cit., h. 21.

84 Keterampilan Membaca
itu. Apabila membaca baris yang terdiri dari 12 kata, Anda berhenti 3-4 kali,
jangkauan mata Anda 2-5 kata. Jangkauan mata tidak persis/diagonal,
kadang-kadang pada suatu kata atau huruf, dan menjangkau pada pias kiri
dan pias kanan, serta kadang-kadang antara dua kata.jangkauan mata lebih
banyak ke pias kanan daripada ke pias kiri. Untuk itu, latihan melebarkan
jangkauan mata ini sangat penting guna melatih kecepatan gerakan mata
anda dalam membaca.143
4. Pahami gerakan mata
Saat membaca, mata Anda akan terus bergerak dan terkadang berhenti di
beberapa kata atau melewatkannya. Anda hanya bisa membaca saat mata
berhenti. Jika Anda mampu membatasi gerakan mata setiap membaca satu
baris, kecepatan baca Anda akan meningkat. Namun, hati-hati, penelitian
menunjukkan batas jangkauan mata dalam sekali pandang
5. Latih Mata untuk Membatasi Gerakan
Otak biasanya memutuskan arah pergerakan mata berdasarkan pada seberapa
panjang atau seberapa kenal Anda dengan kata-kata berikutnya. Anda bisa
membaca lebih cepat jika mata sudah terlatih untuk bergerak menjelajah
bagian-bagian tertentu pada sebuah halaman.
6. Latihan Otot Mata
Latihan otot mata ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot mata Anda agar
tidak kelelahan saat membaca cepat. Adapun cara untuk melatih otot mata
ini adalah dengan menggerakkan bola mata dari atas ke bawah dalam
keadaan mata terpejam, lalu dari samping kiri ke kanan. Latihan ini
hendaknya dilakukan secara rutin dan terus menerus. Setiap hari, minimal
dilakukan selama lima menit tanpa terputus. Jika Anda tidak berlatih satu
hari saja, Anda akan gagal, sebab otot mata Anda akan kembali pada
keadaan semula, yaitu keadaan normal sebelum Anda latihan. Oleh karena
itu, teruslah berlatih hingga batas waktu yang ditentukan (14 hari).
7. Latihan Pernapasan
Pernapasan sangat bermanfaat bagi ketenangan, relaksasi, dan kenyamanan
Anda ketika membaca. Jika pernapasan Anda baik, cara membaca Anda
pun juga baik. Untuk melatih pernapasan dapat dilakukan dengan cara
menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan.
Lakukan hal tersebut berulang-ulang hingga pernapasan Anda terasa lancar
dan teratur.

143
Kamalasari, op. cit., h. 6-8.

Bab 8. Membaca Cepat, Efektif, dan Efisien 85


8. Meningkatkan Konsentrasi
Sulitnya berkonsentrasi menjadi salah satu faktor utama yang menghambat
dalam membaca cepat. Jika susah berkonsentrasi saat membaca sebuah
buku, kita tidak akan memperoleh manfaat dari aktivitas membaca tersebut.
Untuk itu, kesulitan berkonsentrasi ini harus segera diatasi.144

E. Studi Kasus Kecepatan Membaca dan Faktor-


Faktor Penghambat Membaca Cepat Mahasiswa
PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bagian ini memuat tentang riset awal yang dilakukan penulis untuk melihat
kecepatan membaca mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta semester III kelas A, B, dan C. Langkah-langkah untuk
mengukur kecepatan membaca:145
1) Memilih wacana yang sesuai atau cocok untuk dibaca.
2) Menandai wacana–permulaan membaca dimulai dari judul bacaan dan
diakhiri dengan tanda stop pada kalimat terakhir.
3) Mencatat waktu mulai membaca (jam… menit… detik…)
4) Membaca wacana
5) Mencatat waktu berakhirnya membaca (jam… menit… detik…)
6) Mencatat waktu yang diperlukan untuk membaca wacana tersebut dalam
menit.
7) Membagi jumlah total kata dengan waktu tempuh baca dalam menit, yang
akan menghasilkan satuan kecepatan membaca “kata per menit” (kpm).

Jumlah total kata


Kecepatan Membaca =
Jumlah waktu tempuh (dalam hitungan menit
Hal ini juga telah disinggung sebelumnya di bab VIII ini pada bagian A
(kecepatan membaca)
NO IDENTIFIKASI Kelas A Kelas B Kelas C
A. Kualifikasi
1 Kecepatan membaca sangat rendah (<200 kpm) 8 orang 18 orang 17 orang

144
Ibid., h. 8.

145
Yunus Abidin, Strategi Membaca (Teori dan Pembelajarannya), (Bandung: Rizqi Press, 2010), h.20.

86 Keterampilan Membaca
2 Kecepatan membaca rendah (200-300 kpm) 16 orang 12 orang 14 orang
3 Kecepatan membaca sedang atau cukup (300-450 kpm) 9 orang 4 orang 4 orang
4 Kecepatan membaca cepat dan efektif (450-600 kpm) - - -
5 Kecepatan membaca sangat cepat dan sangat efektif - - 1 orang
(>600 kpm)
B. Faktor-Faktor Penghambat
1 Vokalisasi 4 orang 14 orang 4 orang
2 Gerakan Bibir 1 orang - -
3 Gerakan Kepala - - -
4 Menunjuk dengan Jari - 1 orang -
5 Regresi (Kurang percaya diri terhadap apa yang sedang
di baca, Merasa ada sesuatu yang tertinggal, Salah
persepsi, Terpaku pada detail, Mempersoalkan tentang 24 orang 29 orang 27 orang
salah cetak, yakin ada salah ejaan, dan kata sulit.
6 Rendahnya tingkat kecepatan membaca - - 1 orang
7 Minimnya pemahaman yang diperoleh 9 orang 8 orang 7 orang
8 Kurangnya minat baca 2 orang 2 orang 3 orang
9 Minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat
dan efektif - 1 orang 1 orang

10 Adanya gangguan-gangguan fisik yang secara tak sadar


menghambat kecepatan membaca. 18 orang 10 orang 12 orang

*Tabel diolah oleh: Riry Agnes Amalia

Dari tabel di atas tidak jauh berbeda dengan penelitian kecepatan membaca yang
penulis lakukan sebelumnya terhadap mahasiswa PBSI semester 4 A, dan 4 B.146 Di
mana mereka membaca beragam buku, mulai dari buku kebahasaan, novel, cerpen,
buku pelajaran, dan teen lit.
“From previous research and discussion, several things can be used as conclusions,
from 2 PBSI student classes in Jakarta Syarif Hidayatullah UIN 4A and 4B totaling 76
people. For Class 4 A, Only one person can meet the standard reading criteria according to
Tampubolon. The student 7 speed of 360 kpm. For Class 4 B, none of them meet the criteria
for achieving student reading standards of at least 325 kpm. By the results of research on
the level of reading ability of PBSI students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Students
must begin to require themselves to read and make it necessary. Furthermore, educators

146
Elvi Susanti, “Reading Speed of PBSI Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, (Jurnal Arbitrer Vol.6.
No.1 2019),h.7, file:///Users/elvisusanti/Downloads/119-431-1-PB.pdf, diakses Kamis, 7 Oktober 2021,
pukul.00:12.

Bab 8. Membaca Cepat, Efektif, dan Efisien 87


(teachers and lecturers), parents, friends, relatives provide motivation to students, children,
friends to diligently read in various interesting and educative ways.
Dari penelitian dan pembahasan sebelumnya, beberapa hal yang dapat dijadikan
kesimpulan, dari dua angkatan mahasiswa PBSI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4A dan 4B berjumlah 76 orang. Untuk Kelas 4 A, hanya satu orang yang dapat
memenuhi kriteria membaca standar menurut Tampubolon. Sebanyak tujuh
mahasiswa membaca kecepatan 360 kpm. Untuk kelas 4B tidak ada satu pun yang
memenuhi kriteria pencapaian standard membaca minimal 325 kpm. Dengan hasil
penelitian tentang tingkat kemampuan membaca mahasiswa PBSI UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, mahasiswa harus mulai mewajibkan diri untuk membaca dan
menjadikannya kebututuhan. Selanjutnya pendidik (guru dan dosen), orang tua,
sahabat, kerabat memberikan motivasi kepada mahasiswa/siswa, anak, sahabat untuk
rajin membaca dengan berbagai cara yang menarik dan edukatif.
Kriteria kecepatan membaca menurut Soedarso dalam Abidin dapat dirinci lagi
sebagai berikut: 147
1) Rendah berkisar antara 200-300 kpm atau kurang.
2) Sedang atau cukup memadai berkisar 300-450 kpm
3)Cepat atau efektif antara 450-600 kpm
4)Kecepatan membaca layap atau memindai berkisar antara 800 sampai 1.000
kpm atau lebih.
Sementara itu, kecepatan membaca siswa dianggap memadai jika memenuhi
kriteria di bawah ini:
1) Kecepatan siswa SD kelas 4 sampai kelas 6 minimal berkisar 250-300 kata
per menit.
2) Siswa SMP kelas 7 sampai kelas 9 minimal 300-400 kata per menit.
3) Siswa SMA kelas 10 sampai kelas 12 minimal 400-500 kata 4) Mahasiswa
minimal berkisar 500-800 kata per menit.
Kriteria di atas belum memperhitungkan pemahaman atas isi bacaan.

147
Yunus Abidin, Op.Cit, h.21.

88 Keterampilan Membaca
Bab
9

Membaca Kritis

A. Pengertian Membaca Kritis


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca berasal dari kata “baca”
artinya melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau
hanya dalam hati, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, mengucapkan
mengetahui, meramalkan, dan memperhitungkan. 148 Sementara itu, menurut
Albert sebagaimana dikutip oleh Tarigan (1982:89), membaca kritis adalah sejenis
kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati,
mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka.
Selanjutnya, Harjasujana juga mengemukakan bahwa membaca kritis
merupakan suatu strategi membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan
berdasarkan penilaian yang rasional lewat keterlibatan yang lebih mendalam
dengan pikiran penulis yang merupakan analisis yang dapat diandalkan.149 Di sisi

148
http://kbbi.web.id/baca diakses pada 1 November 2020 pukul 21.14 WIB.
149
Fatmasari. op. cit., h. 120.
lain, menurut Ediwarman (2015:53), membaca kritis adalah perbuatan membaca
yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan dan
kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya
menyerap yang ada, tetapi ia bersama sama penulis berpikir tentang masalah yang
dibahas.
Berikutnya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Ahuja dan Ahuja (2010),
bahwa membaca kritis adalah penerapan proses berpikir kritis terhadap bacaan.
Aktivitas membaca kritis melibatkan proses kognitif tingkat tinggi. Pembaca
dituntut menerapkan proses berpikir analitik, sintetik, dan evaluatif.150 Sementara
itu, membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan bijaksana,
penuh tenggang rasa, mendalam, intensif, serta analitis dan bukan ingin mencari
kesalahan penulis (Ngalimun dan Alfulaila, 2013:64). Jadi, jika seorang dapat
membaca kritis maka, apa yang disimpulkan adalah hasil dari pada penilaian yang
telah dilakukan. Melalui membaca kritis pembaca memiliki sebuah tujuan untuk
memahami sebuah bacaan yang lebih mendalam serta dapat mengkritisi hal-hal
yang belum dapat dipahami.
Selain itu, membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan
bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik
makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami,
menganalisis, menyintesis dan menilai. Membaca kritis tingkatannya lebih tinggi
daripada membaca literal. Mengolah secara kritis artinya dalam proses membaca
seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat (makna baris-baris
bacaan), atau istilahnya (reading the lines), tetapi juga menemukan makna antar baris
(reading between the lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines). 151
Dengan demikian, membaca kritis adalah membaca dengan berusaha
memahami isi bacaan serta berusaha menemukan kesalahan-kesalahan atau
kekeliruan yang kritis pada prinsipnya, yaitu mensyaratkan pembacanya bersikap
cermat, teliti terdapat di dalam bacaan baik dari segi kekeliruan penyusunan kata
atau kerangka dan pola kalimat, penyusunan tata bahasa, dan juga makna yang
tersurat dan tersirat. Lebih jauh dari sekedar membaca, yaitu korektif dan
memahami ide-ide bacaan atau tulisan pada buku dengan baik dan detail, sampai
merespons (ditanggapi), bahkan menganalisis.

150
Sultan, Membaca Kritis Mengungkap Ideologi Teks dengan Pendekatan Literasi Kritis, (Yogyakarta:
Baskara Media, 2018), h. 4.
151
Setyawan Pujiono, “Kunci Sukses Membaca Kritis”,
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318127/pendidikan/ Membaca+Kritis+n+Kreatif.pdf, Yogyakarta :
Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta. diakses pada 13 November 2020 pukul 16.00 WIB.

90 Keterampilan Membaca
Objek bacaan membaca kritis ini tidak begitu dibatasi. Objeknya bisa saja
karyakarya ilmiah yang terdiri dari buku-buku ilmu, buku-buku filsafat, buku-buku
agama, buku-buku sastra yang terdiri dari novel, cerpen, antologi puisi, naskah
drama, dan sebagainya. Namun, membaca kritis di sini, pembaca dan penulis
dituntut selalu menegakkan sikap objektif dan sportivitas, serta cukup mempunyai
keterbukaan dan kedinamisan (Saddhono dan Slamet, 2012). 152 Demikian
membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari
kesalahan yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam
bacaan dan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu.153

B Tujuan dan Manfaat Membaca Kritis


Salah satu bentuk membaca pemahaman ialah membaca kritis yang dapat
mengembangkan wawasan dan kemampuan berpikir. Tujuan membaca kritis, yaitu
untuk mendalami isi bacaan berdasarkan penilaian yang rasional melalui
keterlibatan yang lebih mendalam.154
Berikut adalah tujuan membaca kritis.
1) Memahami maksud penulis.
2) Memahami organisasi penyajian penulis.
3) Menilai penyajian penulis.
4) Menerangkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari.
5) Meningkatkann minat baca, kemampuan baca,dan berpikir kritis.
6) Mengetahui prinsip pemilihan bahan bacaan.
7) Membaca publikasi periodik yang serius.179

Pada dasarnya, dalam membaca kritis, pembaca sangat sensitif terhadap


konteks dan kedwimaknaan, terhadap sindiran dan pengertian, terhadap asumsi
dan implikasi, mereka memahami serta merasakan warna kata-kata, bentuk frasa-
frasa, dan bobot kalimat, bahkan mereka mungkin sangat memperhatikan tanda-
tanda baca. Dengan kata lain, pada tahap membaca kritis ini seorang pembaca
selain mampu memahami isi bacaan secara literal dan interpretatif. Pembaca juga
mampu memahami isi bacaan secara kritis. Artinya, pembaca di sini dituntut untuk

152
Meliyawati, op. cit., h. 40.
153
Fajariani. loc. cit.
154
Esti Junining, Membaca Kritis Membaca Kreatif, (Malang; Universitas Brawijaya Press, 2017), h. 4.
179
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta : Grasindo, 2017), h.133.

Bab 9. Membaca Kritis 91


menganalisis atau menelaah secara mendalam dan mengevaluasi isi teks yang
dibacanya. Dengan demikian, mereka pun menerapkan membaca kritis.155 Melalui
membaca secara kritis, pembaca harus mampu membaca secara analitis dan
penilaian-penilaian kualitas bacaan yang dibaca. Artinya membaca kritis haruslah
dipahami benar-benar dan menggali lebih mendalam sampai ke akar. Dengan
kemampuan berpikir kritis itulah, pembaca dapat memperoleh sebuah informasi,
menilai, serta menyimpulkan informasi yang sudah didapatkan secara detail. Kritik
yang disampaikan bisa berupa tanggapan kritis yang dituangkan dalam media tulis
atau teks.156
Selain mendapatkan manfaat memahami isi bacaan, melalui kegiatan
membaca kritis dapat melatih dan meningkatkan cara berpikir kritis setiap orang.
Hasil membaca kritis juga dapat berupa dicapainya komunikasi pikiran dan
perasaan penulis dengan pembaca. Komunikasi itu terjadi karena terdapat
kesamaan pengetahuan antara pembaca dan penulis. Komunikasi yang terjadi
tergantung terhadap pemahaman yang dirasakan setelah melewati proses membaca.
Oleh karena itu, membaca sering disebut proses konstruksi bahwa pembaca sebagai
hasil, yang berupa tercapainya komunikasi pikiran dan perasaan pembaca dengan
penulis yang diperoleh pembaca melalui proses membaca. Komunikasi yang terjadi
karena terdapat kesesuaian pengetahuan dan asumsi antara pembaca dengan
penulis. Pengetahuan dan pengalaman pembaca baik dari kebahasaan maupun
nonkebahasaan menentukan keberhasilan kegiatan membaca. Sebab pada
hakikatnya penulis pun mengungkapkan gagasannya menggunakan alur berpikir
dan kaidah bahasa yang berlaku.157

C. Ragam Membaca Kritis


Ada berbagai ragam membaca kritis menurut Anshari dkk. (2011:74-75), yang
bergantung pada jenis informasi yang diinginkan, yaitu:
1. Membaca cepat atau sekilas untuk mencari topik
Membaca jenis ini dilakukan ketika kita ingin mengetahui suatu informasi
dengan tidak terlalu rinci. Kita hanya ingin mengetahui bagian-bagian
penting dari bahan bacaan tersebut. Untuk itu, kita hanya memfokuskan

155
Fatmasari. op. cit., h. 121-127.
156
Irdawati, Yunidar, dan Darmawan, “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min Buol”, http://doi:10.13140/RG.2.2.33194.26567, (Jurnal
Kreatif Tadulako Online, 5(4), 2016), diakses pada 13 November 2020 pukul 16.00 WIB.
157
K. Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Teori Dan Aplikasi,
(Yogyakarta. Graha ilmu, 2014), h. 108.

92 Keterampilan Membaca
pikiran pada ide-ide pokok tiap paragraf dan tidak terlalu memberikan
perhatian pada kalimat-kalimat penjelasnya. Dengan demikian, kita bisa
membaca tulisan dengan cepat dari awal hingga akhir.
2. Membaca cepat untuk informasi khusus
Membaca cepat secara kritis juga dapat diterapkan jika kita menginginkan
informasi khusus dari sebuah bacaan. Perhatian hanya dipusatkan pada
informasi-informasi yang diinginkan dan bagian lain yang tidak
mengandung informasi yang diinginkan tidak mendapat perhatian kita.
3. Membaca teliti untuk informasi rinci
Membaca teliti dilakukan ketika kita ingin mengetahui suatu informasi
dengan rinci dari suatu bacaan. Bahan bacaan dibaca dari awal hingga
akhir. Ketika kita telah sampai pada informasi yang diinginkan, maka kita
akan membaca dengan saksama dan teliti sampai informasi tersebut
didapat secara rinci.158

Selanjutnya Sultan merinci macam-macam membaca kritis sebagai berikut.


1) Membaca kritis teks berita merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
menganalisis teks secara tekstual dan kontekstual. Dalam membaca,
pembaca hendaknya memberikan perhatian pada pilihan bahasa yang
digunakan penulis, seperti kosakata dan kalimat. Pilihan bahasa itu dapat
menggambarkan pihak tertentu yang tersudutkan, terpinggirkan, atau
tercitrakan secara buruk. Aspek lain yang perlu mendapat perhatian
adalah sajian data, fakta, dan informasi dari penulis. Keberpihakan atau
ketidakobjektifan menyebabkan pengabaian terhadap data, fakta, dan
informasi tertentu. Bagian terakhir dari aktivitas membaca kritis teks berita
adalah menentukan sikap. Berdasarkan aktivitas membaca kritis yang
dilakukan, pembaca dapat mengambil sikap untuk meyakini, menerima,
atau menolak informasi yang disajikan.159
2) Membaca teks editorial memerlukan sikap kritis. Pembaca dituntut untuk
cermat dan hati-hati dalam mencerna informasi yang diberikan. Penyajian
informasi, fakta, dan kesimpulan dalam teks editorial dapat bersifat
subjektif. Editorial media massa menjadi wahana perjuangan ideologi,
dominasi, dan propaganda kepada publik. Pembaca dituntut untuk tidak
mudah mengambil simpulan dan meyakini informasi yang dibaca.
Membaca secara kritis teks editorial dilakukan dengan menganalisis

158
Jahrir, op. cit., h. 82-83.
159
Sultan, op. cit., h. 64.

Bab 9. Membaca Kritis 93


struktur teks yang disajikan. Arah opini yang hendak dibentuk oleh media
kepada pembaca tecermin dari argumentasi yang dikemukakan, sajian
fakta yang digunakan untuk mendukung argumentasi, dan simpulan yang
diberikan. Membaca kritis teks media massa dapat dilakukan dengan
mengevaluasi posisi media terhadap masalah yang dibahas. Mengungkap
nilai-nilai ideologis dan dominasi yang tersembunyi di balik sebuah teks
editorial dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur bahasa, data,
fakta, informasi, dan argumentasi yang disajikan.160
3) Membaca teks advertorial harus secara kritis. Dalam posisinya yang
dominan, pengiklan memiliki kendali untuk mengontrol informasi bagi
pembaca. Teks advertorial menyerang secara persuasif dan provokatif
pembaca. Karakteristik yang bombastis, bahkan cenderung manipulatif
menjadikan teks advertorial sebagai media pengembangan kemampuan
membaca kritis yang baik. Membaca secara kritis teks editorial dilakukan
terhadap tiga aspek utama yang digunakan untuk memengaruhi pembaca,
yakni isi pesan, mekanisme persuasi, dan penggunaan bahasa. Analisis
dan evaluasi secara kritis akan mengungkap isi dan strategi pencitraan
yang berada di balik teks advertorial.161
4) Membaca kritis teks opini dilakukan dengan mengevaluasi struktur teks
dan fitur-fitur bahasa yang digunakan. Argumen dan bukti yang diajukan
penulis untuk mendukung tesisnya merupakan elemen analisis yang
penting. Fitur bahasa yang penting menjadi objek analisis mencakup
kosakata, kalimat, pernyataan emotif, generalisasi, modalitas, hubungan
sebab-akibat, dan angka/persentase. Pilihan argumen dan bahasa yang
digunakan dapat diarahkan untuk melegitimasi pandangannya.187

D. Ciri-Ciri Pembaca Kritis


Firman menyatakan beberapa ciri dari pembaca kritis sebagai berikut.
1) Membaca dengan kritis dan selalu melibatkan tingkat berpikir kritis
2) Pembaca tidak langsung menyetujui pendapat pengarang
3) Membaca karena ingin mencari suatu kebenaran

160
Ibid., h. 97.
161
Ibid., h. 130.
187
Ibid., h. 161.

94 Keterampilan Membaca
4) Selalu terlibat dengan permasalahan gagasan utama dalam sebuah bacaan
5) Membaca kritis berarti mengolah bacaan.162
Selanjutnya Tarigan menyatakan bahwa pembaca kritis berarti mampu
mengubah sikap serta tingkah laku atau kebiasaan setelah selesai membaca buku
dengan melanjutkan menilai, memahami dan mendalami isi buku atau sebuah
bacaan yang dibaca. Kemudian mampu menilai dan kreatif dalam menilai juga
mengajarkan siswa kreatif. Kreatif yang dimaksud adalah kreatif dalam berpikir
kritis. Misalnya siswa mampu dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-harinya. Hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan
membaca kritis maka siswa memiliki berbagai informasi dan pengalaman
bagaimana cara memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri. Selain itu,
pembaca kritis dapat menentukan dengan tepat hubungan antara kecepatan
membaca dengan tujuan membaca yang ingin dicapai, serta menghubungan bacaan
dengan hal-hal lain di luar bacaan yang masih ada kaitannya atau hal yang sama.
Pembaca kritis juga dapat menggolongkan bahan bacaan atas bagian yang pokok
dan bagian yang merupakan penjelas saja. 163 Dengan demikian pembaca kritis
memiliki karakteristik berikut.
1) Saat membaca sepenuhnya melibatkan kemampuan berpikir kritis.
2) Tidak begitu saja menerima, apa yang dikatakan pengarang.
3) Membaca kritis adalah usaha mencari kebenaran yang hakiki.
4) Membaca kritis selalu terlibat dengan permasalahan gagasan dalam
bacaan kritis.
5) Membaca kritis adalah mengolah bahan bacaan, bukan mengingat atau
menghafal.
6) Hasil membaca untuk diingat dan diterapkan, bukan untuk dilupakan(long
term memory).

E. Keterampilan Membaca Kritis


Membaca kritis adalah membaca secara aktif dengan upaya mengajak pikiran
untuk berpikir secara kritis dengan melibatkan kemampuan analisis untuk
memahami sebuah bacaan. Keterampilan membaca kritis berdasarkan level kognitif
dalam kemampuan untuk berpikir secara kritis dibagi menjadi;
1. Keterampilan menginterpretasi

162
Firman, Terampil Menulis Karya Ilmiah, (Makassar: Aksara Utama, 2015), h. 3.
163
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung,
1979), h. 38.

Bab 9. Membaca Kritis 95


Keterampilan menginterpretasi adalah keterampilan yang digunakan untuk
memahami dan mengungkap makna atau arti secara luas dari berbagai situasi,
data, atau peristiwa. Keterampilan ini terdiri dari subketerampilan, yaitu
mengategorikan, menjelaskan arti, dan mengklasifikasikan makna.
2) Keterampilan menganalisis
Keterampilan menganalisis adalah keterampilan untuk mengidentifikasi dan
menghubungkan pernyataan, pertanyaan, konsep, atau deskripsi untuk
mengekspresikan keyakinan, penilaian, alasan, atau opini. Keterampilan ini
memiliki subketerampilan, yaitu mendeteksi gagasan, mendeteksi argumen,
dan menganalisis argumen.
3) Keterampilan menginferensi
Keterampilan menginferensi adalah keterampilan mengidentifikasi elemen yang
diperlukan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal, membuat dugaan dan
hipotesis, dan mempertimbangkan informasi yang relevan. Keterampilan ini
memiliki subketerampilan, yaitu menarik kesimpulan, mempertimbangkan
bukti, dan mengajukan alternatif.
4) Keterampilan mengevaluasi
Keterampilan mengevaluasi adalah keterampilan untuk menilai kredibilitas
pernyataan yang didasarkan persepsi, situasi, keyakinan, atau pendapat.
Keterampilan ini memiliki subketerampilan, yaitu menilai klaim dan menilai
argumen.
5) Keterampilan mengeksplanasi
Keterampilan mengeksplanasi adalah keterampilan untuk menyatakan atau
memberikan penjelasan tentang informasi (data) atau gagasan berbasis bukti,
konsep, metode, dan kriteria. Keterampilan ini memiliki subketerampilan,
yaitu menyatakan hasil, membenarkan prosedur, dan menyajikan argumen.
6) Keterampilan meregulasi diri
Keterampilann meregulasi diri adalah keterampilan untuk memantau kegiatan
kognitif melalui analisis dan evaluasi terhadap diri sendiri. Keterampilan ini
memiliki subketerampilan. yaitu penilaian diri dan koreksi diri.164

F. Cara Meningkatkan Membaca Kritis


Nurhadi memberikan cara untuk meningkatkan sikap kritis sebagai seorang
pembaca sebagai berikut:

164
Sultan, op. cit., h. 6-8.

96 Keterampilan Membaca
1. Kemampuan mengingat dan mengenali.
a. Kemampuan mengenali ide pokok paragraf.
b. Menyatakan kembali ide pokok paragraf.
c. Menyatakan kembali gagasan utama yang terdapat dalam bacaan.
2. Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat.
a. Membedakan ide-ide penunjang.
b. Membedakan fakta-fakta bacaan.
c. Memahami bacaan kritis hubungan sebab-akibat.
d. Memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.
3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan.
a. Kemampuan mengikuti petunjuk yang terdapat dalam bacaan.
b. Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dan situasi yang
dihadapi.
4. Kemampuan menganalisis isi bacaan.
a. Kemampuan memberi gagasan utama bacaan.
b. Memberikan detail atau data penunjang.
c. Mengklasifikasikan fakta-fakta.
5. Kemampuan membuat sintesis.
a. Kemampuan membuat kesimpulan bacaan.
b. Mengorganisasaikan gagasan utama bacaan.
c. Membuat ringkasan atau ikhtisar.
6. Kemampuan menilai isi bacaan.
a. Kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf
atau bacaan secara keseluruhan.
b. Kemampuan untuk menentukan relevansi antara tujuan dengan
pengembangan gagasan.
c. Kemampuan untuk menentukan tujuan pengarang dalam menulis.
d. Kemampuan menilai keakuratan penggunaan bahasa yang dilakukan oleh
pengarang baik pada kata, frasa, kalimat, maupun pada paragraf.165

G. Teknik dan Tahapan Membaca Kritis


Menurut Sudarso ada empat teknik yang dapat digunakan dalam membaca
kritis.

165
Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1989), h. 14.

Bab 9. Membaca Kritis 97


1. Mengerti Isi Bacaan
Mengenali fakta dan menginterprestasikan apa-apa saja yang dibaca dengan
kata lain mengerti ide pokok, mengetahui fakta penting dan dapat
membuat kesimpulan serta menginterprestasikan ide-ide tersebut. Fakta
berguna untuk menambah informasi sedangkan ide bermanfaat untuk
menambah pemahaman. Mendapat informasi bertujuan mengetahui
sesuatu itu fakta sebaliknya pemahaman bertujuan mengetahui segalanya
tentang fakta.
2. Menguji Sumber Penulis
Tidak semua penulis dapat dipercaya. Pembaca harus mencari tahu
kebenarannya misalnya mengetahui bidang apa yang dikuasi penulis,
dalam hal ini termasuk uji pandangan, tujuan dan asumsi penulis yang
terdapat dalam tulisannya untuk membedakan apakah tulisan itu fakta
atau opini.
3. Interaksi antara Penulis dengan Pembaca
Pembaca tidak hanya mengetahui maksud penulis tetapi juga
membandingkan dengan pengetahuan yang dimilikinya dari penulis-
penulis lain. Pembaca juga perlu menilai dan membandingkan isi bacaan
dengan pengetahuan yang ada padanya.
4. Terbuka terhadap Gagasan Penulis
Pembaca hendaknya menghargai pendapat yang dikemukakan oleh penulis
kemudian pembaca juga mengevaluasi teknik penulisannya. Akhirnya
penulis mempertimbangkan dan mengujinya alasannya dengan alasan
yang logis dan interprestasi yang berdasar. 166
Selanjutnya Nurhadi menjelaskan teknik-teknik yang digunakan untuk
meningkatkan sikap kritis adalah kemampuan mengingat dan mengenali bahan
bacaan, kemampuan menginterpretasi makna tersirat, kemampuan
mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan, kemampuan menganalisis isi
bacaan, kemampuan menilai isi bacaan, kemampuan membuat bacaan atau
mencipta bacaan, sikap kritis tersebut sejalan dengan ranah kognitif.167
Sebelumnya sudah dijelaskan mengenai teknik dalam membaca kritis. Berikut
ini ada beberapa tahap yang dilakukan untuk membaca kritis.
1) Pastikan apa tujuan Anda membaca teks tersebut.

166
Fajariani, op. cit., h. 2-3.
167
Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca Suatu Teknik Memahami Literatur yang
Efisien, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), h. 145-181. 194 Junining, op. cit., h. 4-6.

98 Keterampilan Membaca
2) Perhatikan dan pahami judul bacaan.
3) Pikirkan sebelum membaca apakah sudah memahami topik apa yang
akan dibahas dalam bacaan tersebut.
4) Perhatikan sistematika dalam bacaan tersebut.
5) Lakukan skimming.
6) Bacalah seluruh bacaan dengan hati-hati dan teliti.
7) Identifikasi argumen yang diungkapkan oleh penulis dalam bacaannya. 8)
Buat ringkasan yang dianggap penting, dsb.194

Bab 9. Membaca Kritis 99


Bab
10

Membaca Kreatif

A. Pengertian Membaca Kreatif


Keterampilan membaca kreatif adalah tingkat tertinggi dari kemampuan
membaca seseorang. Artinya, seorang pembaca yang baik dalam hal penerapannya.
Pembaca pada tingkat ini tidak hanya sekedar menangkap makna surat. Istilah
kreatif berarti tindak lanjut setelah seseorang melakukan kegiatan membacanya,
jika seseorang membaca lalu berhenti pada saat setelah ia menutup bukunya, maka
dirinya tidak dikatakan sebagai pembaca kreatif, sebaliknya jika setelah membaca
dia melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kehidupan bagi dia
dikatakan sebagai pembaca yang kreatif.168
Pratiwi dan Subyantoro mengatakan bahwa membaca kreatif adalah tindakan
tertinggi dari kemampuan membaca seseorang dan kemampuan membaca kreatif.
Dengan kata lain, seorang pembaca yang baik adalah pembaca yang tidak hanya
sekadar menangkap makna tersurat (reading the lines), tetapi juga mampu secara

168
Nurhadi. loc. cit.
kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. 169 Dalam
membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan
penulis, kemudian membandingkannya. Proses yang lebih penting dari kegiatan
membaca kreatif itu tidak sekadar menangkap makna dan maksud bahan bacaan,
tetapi juga menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, meliputi bacaan di
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga
diharapkan dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas
hidupnya berdasarkan informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi yang
diharapkan.
Sementara itu, Syafi’ie menyatakan bahwa membaca kreatif adalah membaca
untuk memahami bacaan yang dilakukan melalui kegiatan berpikir secara
interpretatif dan kritis untuk memperoleh pandangan-pandangan baru, gagasan-
gagasan baru, dan pemikiran baru. Membaca kreatif menuntut kemampuan
berimajinasi, merenungkan kemungkinan-kemungkinan baru yang telah
dipunyainya serta informasi yang diolah dari bacaan.170
Selanjutnya menurut Dalman membaca kreatif, yaitu proses membaca untuk
mendapat nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara
mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan pengetahuan yang
sebelumnya pernah didapatkan. Dalam hal ini, pembaca harus memahami ciri-ciri
membaca kreatif, bentuk latihan-latihan membaca kreatif, tujuan membaca kreatif,
dan manfaat membaca kreatif. Setelah itu, seorang pembaca menyelesaikan
bacaannya pembaca tentu saja memiliki daya inisiatif dan kreatif untuk
mengembangkan pemahaman membacanya dengan menghasilkan ide baru yang
inovatif.171
Membaca kreatif merupakan proses membaca yang mendapatkan
pengetahuan dari apa yang dibacanya, termasuk dapat memunculkan ide-ide baru
yang dapat dikembangkan atau disimpulkan dari hasil membaca itu sendiri. Dalam
hal ini, ketika seseorang selesai membaca ia dapat mengaplikasikan atau dapat
menyimpulkan isi dari bacaannya, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai
pembaca yang kreatif. Menurut Ruseffendi manusia yang kreatif adalah manusia
yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas, dan sensitif terhadap reaksi dan kekeliruan,
mengemukakan pendapat dengan teliti dan penuh keyakinan, tidak tergantung pada
orang lain, berpikir ke arah yang tidak diperkirakan, berpandangan jauh, cukup
menghadapi persoalan, tidak begitu saja mau menerima suatu pendapat, dan

169
Pratiwi dan Subyantoro, Membaca II, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), h. 70.
170
Herlinyanto, op. cit., h. 13.
171
Dalman, op. cit., h. 70.

Bab 10. Membaca Kreatif 101


kadang-kadang susah diperintah. 172 Dalam membaca kreatif, membaca dituntut
mencermati ide-ide yang dikemukakan penulis, kemudian membandingkannya.
Proses lebih penting dari kegiatan membaca kreatif itu tidak sekadar menangkap
makna dan maksud bahan bacaan, tetapi juga menerapkan makna dan maksud
dalam bahan bacaan termasuk bacaan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
kualitas hidupnya. Pembaca juga diharapkan dapat melakukan aktivitas yang
bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidupnya berdasarkan informasi dari bacaan
dengan menerapkan informasi yang diharapkan.173
Dengan menerapkan informasi, diharapkan kualitas hidup pembaca akan
lebih terarah dan meningkat. Jika ternyata tidak ada tindak lanjut setelah selesai
membaca, berarti ia bukan pembaca kreatif. Setelah selesai membaca, dalam diri
seorang pembaca kreatif, secara otomatis, akan tampak sejumlah kemajuan, baik
dalam kognitif, efektif, maupun psikomotorik. Dengan kata lain, tingkatan kreatif
lebih tinggi dari pada membaca literal atau membaca kritis.174
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca
kreatif adalah sebuah proses membaca yang tidak hanya menangkap suatu makna,
tetapi setelah membaca, seorang harus dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat mengombinasikan pengetahuan sebelumnya pernah
didapatkan. Membaca kreatif adalah suatu kegiatan membaca yang tidak sekadar
membaca namun diselaraskan dengan pemahaman mendalam dan praktik dalam
kehidupan sehari-hari, untuk mamajukan standard intelektual diri dan cara bersikap
terhadap suatu persoalan.

B. Ciri-Ciri Membaca Kreatif


Menurut Nurhadi, sebagai seorang pembaca kreatif harus dapat memenuhi
ciri-ciri berikut.
1) Kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku.
2) Mampu menerapkan hasilnya untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3) Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca
selesai.
4) Hasil membaca berlaku sepanjang masa.

172
Meliyawati, op. cit., h. 49.
173
Made Sri Indriyani, “Membaca Kreatif Salah Satu Upaya untuk Mengembangkan Pemahaman Membaca”,
(Prosiding Seminar Nasional V: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya), h. 106.
174
Agus Trianto, Bahasa Indonesia: - Jilid 1, (Jakarta: Erlangga 2007), h. 8.

102 Keterampilan Membaca


5) Mampu menilai membaca secara kritis dan kreatif bahanbahan baca.
6) Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil
175
bacaan yang dibaca.
Menurut Burdansyah banyak hal akan terjadi pada seorang pembaca kreatif.
Beberapa di antaranya adalah:
1) Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan atau minatnya.
2) Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu
masalah.
3) Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara berpikir.
4) Tampak wawasan semakin jauh ke depan dan mampu membuat analisis
sederhana terhadap suatu persoalan.
5) Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.
6) Semakin berpikir praktis dan pragmatis dalam segala persoalan.176

Banyak hal yang menjadi ciri-ciri soerang pembaca kreatif. Beberapa di


antaranya adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan membaca yang dilakukan tidak berhenti sampai selesai
membaca buku saja, perlu tindak lanjut.
2) Mampu menerapkan hasil membaca untuk kehidupan sehari-hari.
3) Muncul perubahan sikap serta tingkah laku setelah proses membaca
dilakukan.
4) Hasil membaca akan berlaku dan diingat sepanjang masa.
5) Mampu memilih atau menentukan bahan bacaan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan atau minat.
6) Tampak kemajuan dalam cara berpikir atau cara pandang terhadap suatu
masalah.
7) Mampu memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang sedang
dihadapi dengan menggunakan bacaan sebagai pegangan. azodfiltlm
8) Terbentuk kematangan dalam cara pandang, sikap, dan cara pikir.
9) Wawasan tampak semakin jauh ke depan dam mampu membuat analisis
sederhana terhadap suatu persoalan.
10) Ada peningkatan dalam prestasi atau profesionalisme kerja.204

175
Pratiwi, op. cit., h. 75.
176
Fatmasari, op. cit., h. 131-132. 204
Trianto, op. cit., h. 8.

Bab 10. Membaca Kreatif 103


C. Tujuan Membaca Kreatif
Tingkatan membaca kreatif melibatkan kemampuan berimajinasi dan
berkreasi untuk memproduksi ide. Secara umum, tujuan membaca kreatif terutama
agar pembaca dapat cakap dan terampil berkreasi dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Dramatisasi, yaitu agar pembaca dapat memberikan ekspresi dramatik
terhadap ide-ide dan tokoh dalam bacaan. Kemudian dapat
menghubungkan apa yang ditangkap dari bacaan dengan pengalaman-
pengalaman pribadi pembaca.
2) Interpretatif lisan atau musik, yaitu agar pembaca dapat membandingkan
dan mengontraskan aneka ragam penggalan sastra melalui interpretasi
lisan dan musik.177
3) Narasi pribadi, yaitu pembaca ditintut dan diberi kesempatan untuk
menciptakan dan menghubungkan cerita-cerita berdasarkan alur,
gagasan, peristiwa, atau tokoh-tokoh dari bacaan. Pembaca dapat
menciptakan ceritacerita berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka,
tetapi dirangsang oleh sesuatu yang berasal dari bacaan mereka.
Singkatnya, pembaca dituntut agar banyak membaca cerita serta dapat
menceritakannya kembali dengan kata-kata sendiri, dan dengan gaya
bahasanya sendiri.206
4) Ekspresi tulis, yaitu agar pembaca dapat mengekspresikan diri mereka
dalam karya tulis. Misalnya pembaca dituntut terampil menulis cerita dan
lakon, menulis kembali pengalaman-pengalaman sastra dengan cara
merubah aspek-aspek yang ada kaitannya dengan suasana hati, nada, dan
dampak cerita dalam bacaan.
5) Ekspresi visual, yaitu mengarahkan pembaca agar kreatif dalam
menciptakan suatu karya atau produk visual (misalnya gambar, patung
tanah liat, atau sesuatu yang berbentuk benda lainnya). Produk tersebut
mencerminkan adegan, peristiwa, tindakan, tokoh, atau gagasan yang
berasal dari bacaan.207
Menurut Tarigan dengan kegiatan-kegiatan membaca kreatif ini ada beberapa
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan-tujuan ini terbagi atas tiga tingkatan, seperti
tertera di bawah ini.
1. Tujuan Tingkat A-C (kelas 1-2 Sekolah Dasar) adala agar para siswa dapat:

177
Muhsyanur, op. cit., h. 64.
206
Fatmasari, op. cit., h. 136.
207
Muhsyanur, op. cit., h. 65.

104 Keterampilan Membaca


a. Mendramatisasi tokoh-tokoh, perasaan-perasaan dan gerakan-gerakan
dari karya sastra yang dibacanya.
b. Memberikan interpretasi-interpretasi lisan dan musik dari karya sastra
yang dibacanya.
c. Mengisahkan atau menuturkan cerita-cerita berdasarkan tokoh-tokoh
atau tema-tema dari karya sastra yang dibacanya.
d. Menulis (mendiktekan) cerita-cerita berdasarkan tokoh-tokoh atau
tematema dari karya sastra yang dibacanya.
e. Menciptakan gambaran visual dari suatu adegan, objek, tokoh, atau
gagasan dari karya sastra yang dibacanya.
2. Tujuan Tingkat D-E (kelas 3-4 Sekolah Dasar) adalah agar siswa dapat:
a. Mendramatisasi tema-tema dari karya sastra dalam hubungannya dengan
pengalaman-pengalaman pribadi ataupun dengan situasi-situasi
kontemporer.
b. Menyajikan interpretasi-interpretasi lisan dan musik dari karya sastra
yang dibacanya serta yang ada hubungnnya dengan itu.
c. Menciptakan cerita-cerita asli mengenai pengalaman-pengalaman pribadi
ataupun situasi-situasi kontemporer berdasarkan karya sastra.
d. Menulis cerita-atau lakon-lakon yang menghubungkan beberapa aspek
sastra dengan pengalaman-pengalaman pribadi ataupun situasi-situasi
kontemporer.
e. Menciptakan gambaran-gambaran visual yang menerapkan tema-tema
tertentu dari karya sastra kepada pengalaman-pengalaman pribadi
ataupun situasi-situasi kontemporer.
3. Tujuan Tingkat F-G (kelas 5-6 Sekolah Dasar) adalah agar para siswa dapat
mampu:
a. Memanfaatkan drama untuk mengubah isi sastra menjadi mode-mode,
suasana-suasana hati, atau sudut-sudut pandangan yang berbeda.
b. Mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan sastra melalui
interpretasi-interpretasi lisan dan musik.
c. Menciptakan cerita-cerita denga cara mentransformasikan atau
mengubah mode, suasana hati, atau sudut pandangan karya sastra yang
dibacanya.
d. Menuliskan kembali sepenggal karya sastra dengan mengubah mode,
suasana hati, atau sudut pandangan seperlunya.

Bab 10. Membaca Kreatif 105


e.
Menciptakan gambaran visual beberapa aspek sastra yang dibacanya yang
mengubanya menjadi mode, suasana hati, atau sudut pandangan yang
berbeda dari yang semula.178
Tujuan membaca kreatif, yaitu agar para pembaca terampil berkreasi dalam
hal-hal berikut:
1) Dramatisasi, yaitu para pembaca mampu memberikan ekspresi dramatic
terhadap tokoh serta ide-ide.
2) Interpretatif isan atau musik, yaitu para pembaca dilatih dan dibimbing
untuk memperbandingkan serta mengontaskan aneka ragam penggalan
sastra melalui penggunaan interpretasi lisan dan musik. Selain itu, para
pembaca juga dilatih mengadakan eksprimen dengan penafsiran-
penafsiran lisan dan music untuk merubah suasana hati atau nada sastra.
Otto & Chester (Tarigan, 1984:99).
3) Narasi pribadi, yaitu para pembaca dituntut dan diberikan kesempatan
untuk menciptakan dan menghubungkan cerita-cerita berdasarkan alur,
gagasan, ide, peristiwa, atau tokoh-tokoh dari bacaan.179

D. Manfaat Membaca Kreatif


Dengan melakukan tindak lanjut setelah membaca atau melakukan
pemahaman membaca kreatif, maka akan didapatkan manfaat sebagai berikut.
1. Diterapkannya berbagai knowledege yang diperoleh untuk
mengembangkan karir. Hal ini disebabkan dalam buku terdapat banyak
ilmu pengetahuan, maka hasil bacaan yang didapat dari banyak buku
akan bermanfaat untuk mengembangkan kualitas hidup dan karir
pembaca.
2. Meningkatkan kemampuan pembaca terhadap berbagai bidang dan
kebutuhan masing-masing. Pengetahuan yang didapat dari kegiatan
membaca akan meningkatkan wawasan pembaca dan dapat diterapkan
dalam bidang-bidang tersebut. Misalnya pengetahuan tentang tanaman
akan berguna untuk orang yang senang membudidayakan tanaman hias,
pengetahuan tentang resep makanan akan berguna untuk para juru masak
dan orang yang menyukai kegiatan memasak, begitu juga dengan kegiatan
dalam bidang-bidang lainnya.

178
Tarigan. op. cit., h. 50.
179
Muhsyanur, op. cit., h. 82.

106 Keterampilan Membaca


3. Mendukung kemampuan menulis. Semakin banyak pengetahuan yang
didapat dari bacaan maka kemampuan menulis seseorang akan semakin
baik dalam hal kemampuan menulis. Hal ini disebabkan karena beragam
aktivitas membaca pasti melibatkan proses berpikir dan menulis
merupakan sebuah proses melahirkan pikiran, pikiran yang berkualitas
dapat diproduksi dari kegiatan membaca bacaan yang berkualitas pula.
4. Menambah pengetahuan, misalnya bacaan tentang membuat bangunan
dan menatap ruangan agar terlihat artistik dan memberikan kenyamanan
begitu penggunanya.180

F. Latihan Membaca Kreatif


Berikut adalah serangkaian latihan keterampilan dalam membaca kreatif.
1) Keterampilan mengikuti petunjuk dalam bacaan kemudian
menerapkannya.
2) Keterampilan membuat resensi buku.
3) Keterampilan memecahkan masaiah sehari-hari melalui teori yang
disajikan dalam buku.
4) Keterampilan mengubah buku cerita prosa (cerpen, novel) menjadi bentuk
naskah drama atau sandiwara.
5) Keterampilan mengubah buku cerita prosa.
6) Keterampilan mementaskan naskah drama yang telah dibaca.
7) Keterampilan mengubah bentuk puisi menjadi prosa (cerpen atau novel).
8)
Keterampilan melakukan teori celup, misalnya setelah membaca cerpen,
pembaca akan membuat cerpen, dan lain-lain (Nurhadi, 2004).181
Sementara itu. menurut Meliyati, latihan serangkaian keterampilan dalam
membaca kreatif dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan berikut:
1) Kemampuan membuat ringkasan;
2) Kemampuan membuat kerangka bacaan;
3) Kemampuan menyusun resensi;
4) Kemampuan menerapkan isi bacaan dalam konteks kehidupan sehari-
hari; 5) Kemampuan membuat esai balikan.212

180
Meliyawati, op. cit., h. 59
181
Fatmasari, op. cit., h. 132-133.
212
Meliyawati, op. cit., h. 50-52.

Bab 10. Membaca Kreatif 107


Bab
11
Membaca untuk Kepentingan Studi
A. Pengertian Membaca Studi
Tampubolon (dalam Laksnono, dkk. 2008) menyatakan bahwa membaca untuk
keperluan studi bukan sekadar menemukan informasi tertentu dari bahan bacaan,
melainkan lebih dari itu. Membaca untuk keperluan studi adalah membaca untuk
memahami isi buku secara keseluruhan, baik pokok-pokok pikiran maupun pikiran-
pikiran penjelas sehingga pembaca memiliki pemahaman yang komprehensif. Dengan
membaca pemahaman, pembaca dapat memanfaatkan hasil bacanya untuk keperluan
studinya, yaitu menyelesaikan tugas-tugas baca dan tulis yang diberikan dosen.213
Proses membaca untuk studi juga pemberian gagasan dimulai dengan
penggunaan sensori dan perseptual dengan latar belakang pengalaman dan
tanggapan efektif serta membangun makna teks yang dibacanya secara pribadi.
Makna yang dibangun berdasarkan pada teks yang dibacanya, tapi tidak seluruhnya
ditemui dalam teks. Pembaca akan menghasilkan makna yang berbeda dari teks
yang sama jika pengalaman dan reaksi afektif dari pembaca tersebut berbeda. 214
Demikian faktor pengalaman akan mempengaruhi kesuksesan membaca untuk
studi. Serta hasil dari
213
Agustinus Gereda, Keterampilan Berbahasa Indoneisa: Menggunakan Bahasa Indonesia Secara
Baik dan Benar, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), h. 94.
214
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 14.
membaca studi setiap anak akan berbeda. Kemampuan membaca adalah kecepatan
membaca dan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan.182
Kemampuan membaca juga diperlukan dalam membaca untuk studi.
Kaitannya membaca untuk studi dengan kemampuan membaca adalah akan
menghasilkan pemahaman bacaan yang bagus. Setiap tingkat pendidikan juga
memerlukan membaca studi. Membaca untuk studi biasanya akan mampu berjalan
dengan baik saat peran guru mampu membimbing murid. Guru berperan untuk
mengajak atau mengedukasi anak didiknya bahwa membaca itu penting untuk
belajar. Biasanya akan ada perintah beberapa latihan yang harus guru berikan untuk
anak didiknya. Hal ini akan mendorong peserta didik untuk membaca teks bacaan.
Guru atau pendidik akan diuntungkan dalam kegiatan studi jika berhasil
menerapkan kegiatan membaca untuk anak didiknya.
Membaca untuk kepentingan studi ialah membaca untuk menemukan
informasi-informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah-masalah studi
untuk memperkaya pengetahuan dalam bidang ilmu atau disiplin yang ditekuninya.
Membaca untuk studi disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman
dalam memperoleh makna dan menerapkan informasi dari bacaan dengan
melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Membaca untuk studi
adalah kegiatan yang bertujuan untuk pengajaran dengan menjadikan bahan
bacaan sebagai informasi yang bisa dipelajari atau dikaji. Membaca untuk studi
akan selalu ada dalam proses belajar. Membaca untuk studi biasanya menggunakan
mata pelajaran atau objek sebagai kajian bahan bacaannya. Dengan demikian,
diperoleh fungsi dari membaca dan tercipta tujuan untuk studi. Pemahaman
menjadi tolak ukur kesuksesan membaca studi.

B. Prinsip dalam Membaca Studi


Memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman tentang materi yang
dibaca maka perlu dikaji dasar-dasar membaca yang tepat, sebagai berikut:
1) Membaca adalah suatu peristiwa psikologis dan fisiologis yang bersifat
individual. Proses fisiologis tentang peristiwa membaca secara mendasar
dialami oleh setiap individu, yaitu melibatkan kerja otak dan mata.

182
D.P. Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung: Angkasa,
1990) h. 7.

Bab 11. Membaca untuk Kepentingan Studi 109


Aktivitas membaca tentu dipengaruhi oleh faktor umur dan konsentrasi
berpikir setiap individu.
2) Pendidikan dibangun di atas keterampilan membaca. Artinya tingkat
intelektual seseorang ditentukan oleh faktor sikap membaca, baik berupa
kecepatan, minat, frekuensi, maupun tingkat komprehensif membacanya.
3) Mendiagnosis kemampuan membaca seseorang sejak dini. Oleh karena
itu, siswa, mahasiswa, orang tua, dan masyarakat umum sangat
diharapkan keterlibatannya dalam membudayakan dan membiasakan
membaca, khususnya diera globalisasi saat ini.183

Menurut McLaughlin & Allen dalam Rahim (2011: 4), prinsip-prinsip membaca
yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman
membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.
1. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
Dalam membaca, konsep ini direfleksikan pada perkembangan belajar yang
didasarkan skema, yang meyakini bahwa belajar terjadi apabila informasi
baru diintegrasikan dengan apa yang diketahuinya. Seorang siswa yang
mempunyai lebih banyak pengalaman dalam satu topik tertentu, lebih
mudah membuat hubungan antara apa yang diketahuinya dengan apa
yang akan dipelajarinya.
2. Keseimbangan kemahiraksaraan merupakan kerangka kerja yang
membantu perkembangan pemahaman.
Keseimbangan kemahiraksaraan memilih dimensi kognitif dan afektif serta
mempromosikan urutan berpikir, interaksi tanggapan pribadi, dan
pemahaman yang lebih tinggi. Meletakkan belajar mengajar dalam
kerangka kerja kurikulum berarti menciptakan suatu lingkungan yang
optimal untuk pelaksanaan belajar.
3. Guru membaca yang profesional memengaruhi belajar siswa
Peran guru dalam proses membaca, antara lain menciptakan pengalaman
yang memperkenalkan, memelihara atau memperluas kemampuan siswa
untuk memahami teks.
4. Pembaca yang Baik Memegang Peranan yang Strategis dan Berperan
Aktif dalam Proses Membaca
Pembaca yang baik ialah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses
membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan

183
Muhammad Asdam, Bahasa Indonesia (Pengantar Pengembangan Kepribadian dan Intelektual),
(Makassar: LIPa, 2016), h. 143.

110 Keterampilan Membaca


membaca mereka dari teks yang mereka baca. Pembaca yang baik
menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun
makna. Strategi ini mencakup tinjauan, membuat pertanyaan sendiri,
membuat hubungan, memvisualisasikan, mengetahui bagaimana kata-
kata membentuk makna, memonitor, meringkas, dan mengevaluasi.
5. Membaca Hendaknya Terjadi dalam Konteks yang Bermakna
Siswa perlu setiap hari mengakrabi teks dalam berbagai tingkat kesukaran.
Ketika tingkat teks yang sedang digunakan maka guru membantu siswa
meningkatkan pengalaman belajar dan siswa menerima berbagai tingkat
dukungan, tergantung pada tujuan dan latar pengajaran.184
6. Siswa menemukan Manfaat Membaca yang Berasal dari Berbagai Teks
pada Berbagai Tingkat
Bertransaksi dengan berbagai jenis materi bacaan akan meningkatkan
pemahaman siswa. Pengalaman membaca berbagai jenis materi bacaan
memberikan siswa pengetahuan sejumlah struktur teks dan meningkatkan
proses memahami suatu teks serta meningkatkan kinerja membaca siswa.
7. Perkembangan Kosakata dan Pembelajaran Memengaruhi Pemahaman
Membaca
Awal proses perkembangan bahasa, siswa belajar membedakan antara
antonim, sinonim, makna ganda, definisi abstrak, dan seterusnya.
Pengajaran kosakata secara langsung dan belajar dari konteks sebaiknya
seimbang, bermakna bagi siswa, mencakup kata-kata dari bacaan siswa
dan memfokus pada berbagai strategi untuk menentukan makna kata-kata
yang tidak dikenal siswa.
8. Pengikutsertaan adalah Satu Faktor Kunci pada Proses Pemahaman
Keterlibatan pembaca bertransaksi dengan cetakan membangun pemahaman
berdasarkan pada hubungan antara pengetahuan sebelumnya dengan
informasi baru. Guru dapat mempertahankan dan mengembangkannya
dengan mendorong siswa membaca untuk tujuan yang jelas dan nyata dan
merespon dengan cara-cara yang bermakna, selalu memusatkan pada
pemahaman, hubungan pribadi, dan tanggapan pembaca.
9. Strategi dan Keterampilan Membaca Dapat Diajarkan
Penelitian terakhir mendemonstrasikan bahwa ketika siswa mengalami
strategi pengajaran pemahaman langsung, strategi tersebut meningkatkan
pemahaman teks tentang topik baru. Meningkatkan keterampilan dan
strategi-strategi dapat mempermudah siswa memahami strategi

184
Herlinyanto, op. cit.,h. 16.

Bab 11. Membaca untuk Kepentingan Studi 111


pemahaman yang umumnya lebih kompleks dari keterampilan
pemahaman.
10. Asesmen yang Dinamis Menginformasikan Pembelajaran Membaca
Pemahaman
Asesmen merupakan koleksi data, seperti nilai tes dan catatan-catatan
informal untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi adalah
interpretasi dan analisis data. Menilai kemajuan siswa penting karena
memungkinkan guru menemukan kelebihan dan kekurangan,
merencanakan pembelajaran dengan tepat, mengomunikasikan kemajuan
siswa kepada orang tua, dan untuk mengevaluasi keefektifan strategi
mengajar.185

C. Tujuan Membaca Studi


Setiap orang melakukan pekerjaan umumnya mempunyai kecenderungan
yang sama, yakni salah satunya untuk mencapai tujuan. Begitu pula dengan
pekerjaan membaca. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Tujuan
membaca tertentu menuntut teknik membaca tertentu pula. Ada beberapa macam
variasi tujuan membaca, yaitu: (1) membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah): (2)
membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan; (3) membaca untuk
menikmati karya sastra; (4) membaca untuk mengisi waktu luang; (5) membaca
untuk mencari tentang suatu istilah.186
Tujuan membaca untuk studi biasanya peserta didik akan memberikan output
berupa pengalaman, wawasan, pengetahuan dan perilaku yang baru. Bisa juga
mengutarakan atau aktivitas bahasa yang berupa memproses dan melisankan suatu
secara proaktif. Tujuan membaca untuk kepentingan studi:
1) Kegiatan membaca yang dilakukan pembaca untuk menunjang
kepentingan studinya.
2) Memperkaya pengetahuan dan memperluas wawasan tentang bidang
kehidupan.187

185
Ibid., h. 17
186
Dalman, op. cit., h. 12.
187
Leony Lesmana, “Membaca untuk Kepentingan Studi”, Modul Universitas Terbuka https://slideplayer.
info/slide/13534419/, diakses pada 29 November 2020 Pukul 00.21 WIB.

112 Keterampilan Membaca


D. Jenis Membaca Untuk Kepentingan Studi
Penjenisan yang didasarkan pada perbedaan tujuan yang hendak dicapai
dikemukakan oleh Tarigan. Tarigan membedakan kegiatan membaca bersuara atau
membaca nyaring (oral reading) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca
bersuara atau membaca nyaring dipandang tepat untuk mencapai tujuan yang
terkandung dalam keterampilan mekanis, seperti pengenalan bentuk huruf dan
unsur linguistik. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan yang bersifat pemahaman
maka yang paling tepat adalah membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri
atas membaca ekstensif dan membaca intensif. Kegiatan membaca nyaring dan
membaca dalam hati sudah dijelaskan pada Bab III dan IV.

E. Pelaksanaan Membaca Pemahaman untuk


Kepentingan Studi
Pendidik perlu mengefektifkan pembelajaran membaca pemahaman dengan
cara memperhatikan tahap-tahap pembelajaran membaca. Tahap pembelajaran
membaca yang dimaksud, yaitu tahap prabaca, saat baca, dan pascabaca. Para
pakar pendukung pembagian aktivitas membaca antara lain adalah Burns, dkk.
(1996:224) dan Cox (1999:282). Menurut mereka, aktivitas membaca pemahaman
meliputi kegiatan tahap prabaca, tahap saat baca, dan tahap pascabaca. Setiap
tahapan membaca memerlukan teknik-teknik dan aktivitas pembelajaran yang
sesuai dengan tahapan itu.
Setiap tahapan membaca menuntut aktivitas yang berbeda-beda, tetapi saling
menunjang dan saling memengaruhi. Dengan kata lain, pelaksanaan suatu tahap
akan menentukan keberhasilan tahapan berikutnya. Kenyataan tersebut menuntut
perencanaan yang matang, terutama pada konteks pembelajaran membaca
pemahaman di dalam kelas. Rancangan aktivitas yang dilakukan pada setiap
tahapan membaca hendaknya direncanakan cermat dan sistematis. Adapun
aktivitas yang dapat dilaksanakan pada setiap tahapan tersebut diuraikan di bawah
ini:
1. Tahap Prabaca
Tahapan prabaca merupakan tahap berlangsungnya dua proses kognititf, yaitu
proses pengaktifan dan proses pemusatan. Proses pengaktifan mengacu pada
proses pengerahan dan penataan pengetahuan pembaca yang relevan dengan
topik. Proses pemusatan merupakan kegiatan penetapan tujuan membaca.
Dengan berpegang pada tujuan membaca, pembaca dapat memilih informasi
yang cocok dengan topik bacaan. Selain itu, pembaca dapat melakukan

Bab 11. Membaca untuk Kepentingan Studi 113


koordinasi antara latar belakang pengetahuan dengan strategi membaca yang
relevan.
Kegiatan pembelajaran pada tahap prabaca dimulai dari kegiatan curah pendapat
untuk membangkitkan skemata siswa yang berhubungan dengan topik yang
akan diajarkan. Upaya membangkitkan skemata siswa, guru dapat
menampilkan gambar yang berhubungan dengan teks bacaan yang nantinya
akan dibaca siswa. Melalui media gambar ini guru dapat mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan topik bacaan sehingga skemata siswa
akan muncul. Misalnya, “Apa yang kamu tahu tentang gambar tersebut? Dari mana
kamu mengetahui hal itu?” atau dengan model pertanyaan lain. Selain gambar,
guru dapat pula menampilkan topik atau judul bacaan untuk membangkitkan
skemata siswa. Setelah skemata siswa terbentuk, kegiatan selanjutnya adalah
memprediksi isi bacaan berdasarkan gambar dan topik bacaan yang
ditampilkan guru. Untuk memprediksi isi bacaan guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti, “Dengan mencermati gambar dan judul bacaan,
menurut kamu apa yang dikemukankan penulis dalam bacaan tersebut?” Atau
dengan pertanyaan lain yang dapat mengarahkan siswa untuk memprediksi isi
bacaan. Dari hasil prediksi tersebut guru akan menentukan tujuan membaca.
2. Tahap Saat Baca
Tahapan saat baca merupakan fase berlangsungnya proses seleksi dan organisasi.
Pada tahap seleksi, pembaca mengidentifikasi informasi dalam teks yang
disesuaikan dengan tujuan membaca. Ketetapan hasil seleksi terlihat dari
kemampuan pembaca dalam mengembangkan hubungan antara pengetahuan
yang telah dimiliki dengan informasi baru yang diperoleh dari bacaan. Dalam
proses organisasi, pembaca mengetahui hubungan logis antara struktur teks
dengan gagasan yang terkandung dalam teks. Inti dari kegiatan tahap saat baca
adalah membaca dalam hati dan menemukan hal-hal yang penting yang
menjadi tujuannya dalam membaca. Misalnya, jika pada tahap prabaca,
pembaca telah menentukan tujuan membacanya adalah menentukan unsur-
unsur 5W + 1H teks bacaan, maka pada tahap saat baca sasaran utama yang
harus ditemukan adalah unsur-unsur 5W + 1H.
3. Tahap Pascabaca
Pada tahapan pascabaca, pembaca (a) mengorganisasikan informasi yang terdapat
dalam teks, (b) mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki dengan informasi baru yang terdapat dalam teks, (c) mengevaluasi
kegiatan membaca, dan (d) menerapkan pengetahuan yang baru mereka
peroleh dari teks bacaan. Dengan memerhatikan tahapan-tahapan tersebut,

114 Keterampilan Membaca


guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca harus mewujudkan ketiga
tahapan
tersebut.188

F. Membaca Karangan Secara Efektif


Tahapan membaca ini lebih bersifat popular yang dapat memanfaatkan hasil
laporan atau karangan ilmiah sebagai sumbernya, lalu disusun kembali dalam
format yang lebih bebas, bahasa yang lebih umum, dan jumlah halaman yang lebih
sedikit. Hal-hal tersebut bisa memandu seseorang untuk membaca dan sebaliknya
bisa juga dijadikan panduannya untuk menulis. Hal-hal yang ditulis ulang dari hasil
membaca tersebut adalah:189
1) Dari segi tujuan membaca, terdiri:
a. Mencari fakta tersurat dan detail penunjang, unsur-unsurnya, seperti
fakta, detail, kejadian, topik.
b. Mencari pokok pikiran, baik tersirat maupun tersurat.
c. Membedakan fakta penalaran dan opini untuk menjadi pembaca kritis.
d. Membedakan laporan (report), inference (menarik kesimpulan dari
faktafakta tertulis atau hal yang diketahui dari suatu bacaan), dan
judgement (pernyataan yang berisi pendapat, keputusan, atau
pertimbangan).
2) Dari segi jenis bacaan, meliputi:
a. Dari bacaan pengetahuan sosial (fakta apa yang diinginkan, pendapat
penulis, kenyataan yang diketahui pembaca sendiri, hubungan pendapat
penulis dengan pembaca).
b. Dari bacaan sejarah (latar belakang penulisan, sumber, bias/keraguaan,
pokok bahasan, kapan peristiwa terjadi dan kapan ditulis, kebenaran lain
buku itu, bagaimana urutan kronologis; pengelompokkan geografis,
kaitan dengan politik; ekonomi; sosial; budaya; dsb.)
c. Dari bacaan geografi (alasan buku ditulis, bagaimana sikap penulis
terhadap topik bahasan, sumber informasi dan rujukannya lengkap atau
tidak).

188
Herlinyanto, op. cit., h. 20-23.
189
Syamsuddin A.R, M.S., Dari Ide, Bacaan, Simakan Menuju Menulis Efektif (Teori, Teknik, Redaksi),
(Bandung: Geger Sunten, 2011), h.89.

Bab 11. Membaca untuk Kepentingan Studi 115


d. Dari bacaan sains (apa pokok bahasannya, faktanya tersurat, hal-hal yang
bias/meragukan, hipotesis, prosedur, data; metode; dan teknik, hipotesis,
simpulan; saran; dan rekomendasi).
3) Dari segi jenis membaca, seperti:
a. Timbangan buku (diawali dengan mencatat identitas buku yang dibaca:
judul, pengarang, penerbit, jumlah halaman, ciri spesifikasi).
b. Ringkasan buku (dimulai dengan mencatat identitas buku, judul,
pengarang, penerbit, kota, dan tahun penerbitan).
c. Rangkuman.

116 Keterampilan Membaca


Bab
12

Teknik Membaca Sastra

A. Pengertian Membaca Sastra

Kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu awalan kata sas- artinya
mengarahkan kepada alat dan suasana, mengajar, dan memberikan arahan atau
petunjuk. Sementara itu, akhiran -tra artinya mengarah. Maka pengertian sastra secara
umum adalah alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, dan pengajaran.190
Menurut Sumardjo dan Saini, sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang
berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam bentuk
suatu gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. 191 Jadi,
berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa sastra merupakan alat untuk
memberi petunjuk dalam karangan yang menggunakan bahasa yang indah dan
memiliki fungsi tertentu bagi pembacanya.

190
http://repository.unsada.ac.id/485/1/Bab%20I.pdf diakses pada 6 Desember 2020 pukul 21.37 WIB.
191
Alfian Rokhamansyah, Studi dan Pengkajian Sastra; Perkenalaan Awal terhadap Ilmu Sastra, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2014), h. 2.
Karya sastra pada hakikatnya adalah pengejawantahan kehidupan, hasil
pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Pengarang dalam menciptakan
karya sastra didasarkan pada pengalaman yang telah diperolehnya dari realitas
kehidupan di masyarakat yang terjadi pada peran tokoh di dunia nyata dan
dituangkan ke dalam bentuk karya sastra. Sebuah karya sastra tercipta berdasarkan
imajinasi pengarang. Suatu hal yang tidak dapat dimungkiri adalah suatu kenyataan
bahwa pengarang senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Di
dalamnya, ia senantiasa terlibat dalam suatu permasalahan. Sebuah karya sastra
merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial
pengarangnya. Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan sastrawan.
Kehidupan di dalam karya sastra merupakan kehidupan yang telah diwarnai dengan
sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya dan sebagainya.
Karena itu kenyataan atau kebenaran dalam karya sastra tidak mungkin disamakan
dengan kenyataan atau kebenaran yang ada di sekitar kita.192
Membaca sastra adalah membaca estetis atau membaca indah yang utamanya
adalah agar pembaca dapat menikmati, menghayati, dan sekaligus menghargai
unsurunsur keindahan yang terpapar dalam teks sastra. Membaca merupakan
prasyarat utama untuk memahami karya sastra, baik itu prosa fiksi, naskah drama,
maupun puisi. 193
Aktivitas membaca sastra merupakan kegiatan yang sifatnya apresiatif. Istilah
apresiasi berasal dari bahasa Latin appreciatio yang berarti “mengindahkan” atau
“menghargai”. Konteks yang lebih luas dalam istilah apresiasi, menurut Gove,
mengandung makna (a) pengenalan menurut perasaan atau kepekaan batin dan (b)
pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
pengarang. Dengan demikian, aktivitas membaca sastra menyertakan keterlibaan
emosi dan kognitif selama berinteraksi dengan karya sastra. Seorang pembaca sastra
berusaha untuk memahami, menimbang, menilai, dan menghargai karya sastra yang
dibacanya. Secara ringkas, mengapresiasi karya sastra berarti mengenali, memahami,
dan menikmati pengalaman dan menikmati bahasa yang menjadi jelmaan
pengalaman tersebut.194

192
Nuriana Istiqomah dkk, “Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari”,
(Universitas Negeri Semarang: Jurnal Sastra Indonesia JSI 3 (1), 2014), h.1-2.
193
https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/218/membaca-untuk-memahami-karya-sastra.html, diakses
pada 6 Desember 2020 pukul 21.56 WIB.
194
Else Liliani dan Dwi Budiyanto, “Modul Membaca Sastra Berwawasan Ekoliterasi”, (Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY, 2020), h. 7.

118 Keterampilan Membaca


Penjelasan di atas sejalan dengan pendapat Squire dan Taba yang menyimpulkan
bahwa apresiasi sebagai suatu proses yang melibatkan tiga unsur inti, yaitu (a) aspek
kognitif, (b) aspek emotif, dan (c) aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan
keterlibatan intelektualitas pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan
yang bersifat objektif. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi
pembicara dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang
dibaca. Selain itu, unsur emosi juga sangat berperanan dalam upaya memahami
unsur-unsur yang bersifat subjektif. Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan
memberikan penilaian terhadap baik-buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai,
serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik,
tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca.195
Menurut pendapat E.E. Kellet, pada saat membaca karya sastra, seseorang
semestinya selalu berusaha menciptakan sikap serius, tetapi dengan suasana batin
yang tetap riang. Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu terjadi
karena sastra lahir dari daya kontemplasi batin pengarang sehingga untuk
memahaminya juga membutuhkan daya kontemplatif dari pembaca.196
Aktivitas membaca sastra merupakan kegiatan yang sifatnya apresiatif. Dalam
aktivitas membaca sastra menyertakan emosi dan kognitif selama berinteraksi dengan
karya sastra. Seorang pembaca sastra berusaha untuk memahami, menimbang,
menilai, dan menghargai karya sastra yang dibacanya. Secara ringkas, mengapresiasi
karya sastra berarti mengenali, memahami, dan menikmati pengalaman dan
menikmati bahasa yang menjadi jelmaan pengalaman tersebut. 197 Membaca karya
sastra membutuhkan keterampilan khusus, yaitu harus berkonsentrasi penuh dan
melibatkan penalaran. Hal tersebut disebabkan bahasa yang digunakan dalam karya
sastra bercampur, terkadang konotatif dan denotatif sehingga maknanya tersurat dan
tersirat. Oleh karena itu, proses membaca sastra digolongkan ke dalam membaca
estetis, yaitu berhubungan dengan seni atau keindahan. Dalam membaca sastra,
pembaca dituntut untuk mengaktifkan kekuatan imajinsinya dan kreativitasnya agar
dapat memahami menghayati isi bacaan.198
Sastra berfungsi menghibur dan sekaligus juga mendidik, sehingga paling sedikit
ada dua nilai yang diperoleh dari sastra, yaitu memahami kebutuhan akan kepuasan
pribadi dan pengembangan kemampuan berbahasa. Kepuasan pribadi yang diperoleh
setelah membaca karya sastra sangat penting artinya, sebelum seseorang diminta

195
Ibid., h. 8-9.
196
Ibid., h.11.
197
Ibid., h. 7.
198
Muhsyanur, op. cit., h. 34.

Bab 12. Teknik Membaca Sastra 119


untuk menguasai keterampilan membaca. Keberhasilan kegiatan membaca tidak
mungkin dapat dicapai apabila seseorang tidak tertarik pada bacaan yang mereka baca
karena tidak memberikan pengalaman yang menyenangkan.
Selanjutnya karya sastra juga berfungsi memberikan penguatan pada
kemampuan berpikir naratif, karena pada umumnya karya sastra berbentuk cerita
bersifat naratif. Karya sastra juga berfungsi mengembangkan wawasan. Wawasan
inilah yang mengembangkan pemahaman akan kehidupan, yang benar-benar dapat
membuat pembaca mencapai kehidupan, yang benar-benar dapat membuat pembaca
mencapai kematangan pribadi. Karya sastra juga membuat pembaca memperoleh
pengalaman universal. Dengan membandingkan cerita yang dibaca dengan cerita-
cerita yang lain atau dengan pengalaman hidup sebenarnya, dan dengan menemukan
cara hidup bersama dalam berbagai fenomena kehidupan, pembaca dapat
memperoleh pengalaman yang bersifat universal (Huck dan Scott).
Fungsi karya sastra dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dapat
disebut sebagai nilai pendidikan. Banyak hasil pendidikan yang menunjukkan
keefektifan karya sastra dalam mengembangkan kemahiran berbahasa. Misalnya
Sokolski, dkk., menemukan bahwa buku bergambar yang baik dapat merangsang
pengungkapan pikiran dan perasaan anak secara lisan. Lehman juga menemukan
bahwa pembelajaran berdasarkan karya sastra membina hubungan sosial antarmurid
dan guru.
Banyak sekali penelitian mengenai pembelajaran membaca menggunakan karya
sastra. Ditemukan bahwa anak-anak memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam tes
kosakata dan pemahaman membaca dibandingkan dengan anak-anak yang
memperoleh pembelajaran membaca yang tidak berdasarkan karya sastra.

B. Manfaat Membaca Karya Sastra


Setiap karya sastra yang benar-benar dibaca akan membekas di dalam diri
pembaca, sehingga pembaca terpengaruh dengan apa yang telah dibacanya. Agustian
mengemukakan bahwa “Begitu banyak paham, teori dan paradigma yang ditawarkan
oleh orang-orang pintar lewat buku-buku di pasaran. Kadang ucapan ataupun
pemikiran tersebut begitu mempengaruhi alam bawah sadar kita”.199 Pandangan ini
mengharuskan pembaca untuk memahami dengan baik apa yang dibaca, sehingga

199
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ (Emotional
Spiritual Quotient), (Jakarta: Arga, 2001), h. 186.

120 Keterampilan Membaca


pengaruh dari hasil bacaan yang dihasilkan merupakan pengaruh positif, bukan
negatif. Manfaat membaca karya sastra, antara lain:
1) Memperoleh kesenangan.
2) Memperkaya daya khayal.
3) Menanamkan kedisiplinan dan moral lainnya.
4) Mempertinggi pemahaman.

C. Jenis-Jenis Karya Sastra


Ciri karya seni sastra yang menurut adanya nilai-nilai seni boleh dikatakan tidak
ada permasalahan karena karya sastra, apapun genrenya harus memiliki nilai-nilai
seninya. Namun, dalam dua hal yang lain, yakni sifat khayali dan pengguna bahasa,
ada perbedaan-perbedaaan yang mencolok sehingga perlu adanya penggolongan
genre sastra. Penggolongan tersebut dapat dikelompokkan menjadi karya sastra
imajinatif dan sastra non imajinatif. Teori genre adalah suatu prinsip keteraturan,
sastra dan sejarah sastra diklasifikasikan tidak berdasarkan waktu atau tempat, tetapi
berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu.200
1. Jenis Sastra Imajinatif:
a. Puisi
Puisi merupakan penghayatan kehidupan manusia dan lingkungan
sekitarnya. Tempat puisi itu diciptakan tidak terlepas dari proses
berpikir penyair. Menurut Luxemburg bahasa puisi tidak lugas dan
objektif, melainkan berperasaan dan subjektif.
Sebuah puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur
pembangun. Unsur-unsur pembangun tersebut dinyatakan bersifat padu
karena tidak dapat berdiri sendiri tanpa mengaitkan unsur yang satu
dengan unsur yang lainnya. Unsur–unsur dalam sebuah puisi bersifat
fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap
unsur lainnya (Waluyo, 1995:25). Puisi terdiri atas dua unsur pokok
yakni struktur fisik dan struktur fisik dan struktur batin (Waluyo,
1995:28-29).
b. Prosa
Menurut Nurgiyantoro, prosa sebagai cerita rekaan bukan berati prosa
adalah lamunan kosong seorang pengarang. Prosa adalah perpaduan
atau kerja sama antara pikiran dan perasaan. Prosa dalam pengertian

200
Jacob Sumardjo, dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1988), h. 16.

Bab 12. Teknik Membaca Sastra 121


kesusastraan juga disebut fiksi (fiction). Istilah fiksi dalam pengertian ini
berarti cerita rekaan atau cerita khayalan.201
Ciri-ciri prosa adalah bahasanya terurai, dapat memperluas pengetahuan
dan menambah pengetahuan, terutama pengalaman imajinatif. Prosa
dapat menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian dalam
kehidupan. Maknanya dapat berarti ambigu. Prosa melukiskan realita
imajinatif karena imajinatif selalu terikat pada realitas, sedangakan
realitas tak mungkin lepas dari imajinasi.
c. Drama
Menurut Jacob Sumardjo dan Saini KM, drama adalah karya sastra yang
mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Pokok drama
adalah cerita yang membawakan tema tertentu, diungkapkan oleh dialog
dan perbuatan para pelakunya. Drama juga mengenal drama panjang dan
drama pendek. Drama panjang biasanya terdiri dari tiga atau lima babak,
mengandung cerita yang panjang, karakter yang beragam, dan juga setting
yang beragam pula. Drama pendek, terdiri dari satu babak saja. Sehingga
sering disebut drama satu babak.
Drama berarti perbuatan, tindakan atau beraksi. Drama berarti tindakan, atau
action. Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas
ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra ataukah drama itu
sebagai cabang kesenian yang mandiri. Drama naskah merupakan salah satu
genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa. Drama pentas adalah
jenis kesenian mandiri, yang merupakan intergrasi antara berbagai jenis
kesenian, seperti musik, tata lampu, seni lukis (dekor dan panggung), seni
kostum, seni rias, dan sebagainya.

2. Jenis Sastra Non-Imajinatif;


a. Esai
Esai adalah karangan pendek tentang sesuatu fakta yang dikupas menurut
pandangan pribadi penulisnya.
b. Kritik
Kritik adalah analisis untuk menilai sesuatu karya seni, dalam hal ini karya
sastra.
c. Biografi
Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang ditulis
oleh orang lain (sastrawan).

201
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian FIksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 2.

122 Keterampilan Membaca


d. Autobiografi
Autobiografi adalah biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri, atau kadang-
kadang ditulis oleh orang lain atas penuturan dan sepengetahuan tokohnya.
e. Sejarah
Sejarah adalah cerita tentang zaman lampau berdasarkan sumbersumber
tertulis maupun tidak tertulis
f. Memoar
Memoar pada dasarnya adalah sebuah outobiografi, yakni riwayat yang
ditulis oleh tokohnya sendiri.

D. Teknik Membaca Karya Sastra


Teknik membaca sastra adalah cara yang dapat dilakukan pembaca untuk dapat
memahami bacaan sastra dengan baik, karena membaca sastra dapat meningkatkan
minat seseorang dalam membaca. Membaca sastra digolongkan ke dalam membaca
estetis, yaitu membaca yang berhubungan dengan seni atau keindahan. Ketika
membaca sastra, pembaca dituntut untuk mengaktifkan daya imajinasi dan kreativitas
agar dapat memahami dan menghayati isi bacaan. Karya sastra dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu prosa, puisi, dan drama. Untuk dapat memahami dengan baik
sebuah karya sastra yang dibaca, pembaca perlu memperhatikan beberapa hal.
Berikut uraian tentang teknik membaca sastra.
1. Teknik Membaca Prosa
Teks fiksi merupakan sebuah cerita yang menggambarkan kehidupan yang
dikreasikan dengan kekuatan imajinasi. Dengan imajinasi, proses membaca akan
berefek pada kenikmatan dan kepuasan. Literatur imajinatif atau cerita fiksi
sebaiknya dilakukan secara cepat. Namun sangat tidak mungkin apabila
membaca cerita fiksi yang panjang, seperti novel atau roman. Mereka tidak dapat
dibaca sekaligus, biasanya ada jeda dalam menikmatinya.202
Tujuan membaca cerita fiksi secara cepat yakni, supaya kita tidak melupakan
peristiwa-peristiwa penting yang dapat mengaburkan daya imajinasi dan
kesatuan alur yang dapat membuat kurang pahamnya dalam memahami
keseluruhan cerita.
Maka dari itu, ada beberapa aturan dalam membaca cerita fiksi. Aturan ini harus
dicermati supaya kita bisa menikmati dan menghayati cerita fiksi yang kita baca.
a) Pembaca teks cerita fiksi sebaiknya menghindari hal negatif, yang paling
penting; jangan berusaha menolak efek yang ditimbulkan oleh teks literatur

202
Nurgiyantoro, op. cit., h. 3.

Bab 12. Teknik Membaca Sastra 123


imajinatif dalam diri kita. Artinya kita harus menerima apa adanya efek yang
muncul dalam diri ketika membaca teks fiksi.
b) Ikut masuk ke dalam cerita dan membuka diri baik secara emosional
maupun rasional. Pembaca teks cerita fiksi jangan mencari istilah, proposisi,
dan argumen dalam literatur imajinatif. Hal ini karena semua itu merupakan
logika. Padahal dalam teks fiksi, pernyataan menjadi salah satu medium
pengaburan.
c) Pembaca teks cerita fiksi jangan mengkritik dengan standard kebenaran dan
konsistensi yang berlaku dalam komunikasi ilmiah. Kebenaran ceria fiksi
tidak sama dengan kebenaran faktual atau teks ilmiah nonfiksi. Kisah dalam
cerita fiksi adalah hasil kerja imajinasi. Jadi, ini merupakan karya imajinatif,
maka tidak perlu dicari atau diverivikasi kebenarannya di dunia faktual.203

Membaca novel umumnya juga berfokus pada informasi utama, yakni pesan yang
hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui penarasian
(penceritaan) peristiwa-peristiwa dan karakter-karakter (pelakon-pelakon) yang
terlibat dalam peristiwa-peristiwa itu.

Dalam membaca novel, pembaca perlu memerhatikan aspek-aspek berikut.


a) Mengikuti dan memahami urutan serta hubungan peristiwa-peristiwa (plot)
yang terjadi yang umumnya berupa konflik-konflik
(pertentanganpertentangan.
b) Mengenali dan memahami sifat dan sikap karakter-karakter
(pelakonpelakon) yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
c) Mengenali dan memahami situasi dan kondisi tempat-tempat, waktu, dan
orang-orang (masyarakat) yang menjadi konteks peristiwa-peristiwa
tersebut.
d) Menentukan pesan yang hendak disampaikan pengarang berdasarkan
pengertian tersirat yang terkandung dalam pemahaman aspek a, b, dan c. 237

Oleh sebab tujuan dari membaca novel atau cerpen adalah agar pembaca dapat
memahami isinya. Maka diperlukan teknik yang tepat dan setiap orang memiliki
cara yang berbeda-beda ketika melakukan aktivitas membaca terhadap novel
atau cerpen.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membaca novel atau
cerpen yang dikemukakan oleh Adler dan Charles.

203
Fatmasari, op. cit., h. 80 237
Dalman, op.cit., h. 59-60.

124 Keterampilan Membaca


a) Membaca novel atau cerpen harus dilakukan dalam satu waktu.
b) Bacalah secara cepat dan dengan keterlibatan penuh.
c) Melihat kembali novel atau cerpen tersebut setelah menyelesaikan
pembacaan.
d) Memahami hubungan peristiwa dan urutannya dalam novel atau cerpen
tersebut.204
Membaca novel atau cerpen juga terkadang dilakukan sebagai pementasan di
hadapan sejumlah penonton. Berdasarkan hal tersebut, akan ada pembaca yang
bertindak sebagai pengisah yang akan membacakan cerita dari awal hingga akhir.
Pembaca tersebut dapat disebut sebagai perantara untuk mewakili pengarang
dalam menyampaikan ide-ide yang terdapat dalam karyanya kepada penonton.
Oleh karena itu, pembaca yang menceritakan cerita di hadapan penonton perlu
mengekspresikan teknik membacanya sehingga menjadi sebuah sajian
pementasan yang baik, dan membawa penonton pada rangkaian peristiwa yang
dikemukakan pengarang dalam cerita yang dibacakan.
Ketika membaca sastra dengan tujuan untuk mengapresiasi, maka dapat dilakukan
langkah-langkah seperti di bawah ini. a) Membaca cerita secara keseluruhan.
b) Menandai dan mencari makna kata-kata sulit.
c) Menganalisis cerita dengan mengidentifikasi unsur-unsur cerita dan
memahami karakteristik setiap unsur cerita.
2. Teknik Membaca Puisi
Membaca puisi adalah perbuatan menyampaikan hasil-hasil sastra (puisi) dengan
bahasa lisan (Aftarudin, 1984: 24). Membaca puisi sering diartikan sama dengan
deklamasi. Membaca puisi dan deklamasi mengacu pada satu pengertian yang
sama, yakni mengkomunikasikan puisi kepada para pendengarnya.
Suharianto (dalam Mulyana, 1997:34) membatasi bahwa hakikat membaca puisi
tidaklah berbeda dengan deklamasi, yaitu menyampaikan puisi kepada
penikmatnya dengan setepat-tepatnya agar nilai-nilai puisi tersebut sesuai
dengan maksud penyairnya. Hal lain terkait hakikat membaca puisi yang akan
dijabarkan adalah mengenai pengertian kemampuan membaca puisi, tujuan, dan
manfaat membaca puisi, pembelajaran membaca puisi di SMA, dan membaca

Salam, “Membaca untuk Memahami Karya Sastra”, https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/218/


204

membaca-untuk-memahami-karya-sastra.html. (Seminar Nasional Sastra Indonesia), diakses pada 23


November 2020 pukul 15.28 WIB.
.

Bab 12. Teknik Membaca Sastra 125


puisi sebagai apresiasi sastra. Pemahaman terhadap isi bacaan akan
memudahkan seseorang menarik suatu simpulan. Pada akhirnya simpulan
yang diperoleh tersebut akan memudahkan pembaca menginformasikan kembali
materi bacaannya.
Begitu juga dalam hal membaca dan membacakan puisi. Membaca atau
membacakan puisi adalah suatu kegiatan menjiwai puisi untuk selanjutnya
dibacakan dengan kriteria-kriteria tertentu. Membaca puisi umumnya dilakukan
dengan membaca nyaring atau dengan mendeklamasikannya. Deklamasi adalah
pembacaan puisi yang disertai gerak dan mimik yang sesuai. Ketika berpuisi atau
berdeklamasi, pembaca tidak sekedar membunyikan kata-kata, lebih dari itu ia
pun bertugas mengekspresikan perasaan dan pesan penyair dalam puisinya.
Untuk itu, pembaca hendaknya melakukan hal berikut:
a) memaknai puisi secara utuh,
b) memerhatikan lafal, tekanan, dan intonasi dalam menyampaikannya, sesuai
dengan struktur fisik dan struktur batin puisi itu.
Deklamasi juga menekankan kepada ketepatan pemahaman, keindahan vokal dan
ekspresi wajah. Akan tetapi, deklamasi acapkali disertai dengan gerakgerik tubuh
yang lebih bebas dan ekspresi wajah yang lebih kuat dibandingkan membaca
indah.205
Selanjutnya Richards berpendapat bahwa puisi mengandung suatu “makna
keseluruhan” yang merupakan perpaduan antara tema penyair, perasaan, dan
amanat. 206 Kegiatan paling awal dalam membaca puisi adalah memilih puisi
yang akan dibacakan. Adler dan Charles menyarankan empat teknik untuk
membaca puisi, yakni sebagai berikut.
a) Membaca seluruhnya tanpa berhenti, baik memahami atau tidak.
b) Baca kembali puisi tersebut seluruhnya, dan bacalah dengan bersuara.
c) Mencoba memahami puisi, walaupun pemahaman tersebut masih
samarsamar.
d) Membaca puisi secara berulang-ulang.241

Pembacaan puisi harus dapat menggambarkan perasaan, situasi, kondisi, dan


peristiwa di dalam puisi dengan baik agar puisi dapat dinikmati. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan ketika membaca puisi.

205
Fatmasari, op.cit., h. 81
206
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: PT Angkasa Bandung, 1984), h. 9-10. 241
Salam. loc. cit.

126 Keterampilan Membaca


Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Pelafalan, yaitu usaha untuk mengucapkan bunyi bahasa baik suku kata,
kata, frasa, maupun kalimat.
b) Tekanan, adalah tinggi rendahnya suara dan lambat cepatnya pengucapan
kata atau kalimat.207
c) Volume suara, yaitu tingkat kenyaringan atau kekuatan suara.
d) Intonasi, yaitu tekanan dan laju kalimat. Intonasi juga dapat didefinisikan
sebagai naik turunnya lagu kalimat. Perbedaan intonasi dapat menghasilkan
jenis kalimat yang berbeda. Intonasi juga berguna dalam memperjelas atau
membedakan makna atau pesan setiap lariknya.
e) Jeda, yaitu pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi. Jeda juga dapat
diartikan sebagai hentian arus ujaran dalam pembacaan puisi yang
ditentukan oleh peralihan larik. Jeda berpengaruh pada jelas atau tidaknya
maksud suatu kata atau larik.208
f) Ekspresi, yaitu mimik wajah atau penghayatan yang dilakukan sesuai
dengan beit tertentu yang dibaca
Kegiatan pembelajaran membaca puisi ini juga dapat menggunakan modifikasi dari
teknik yang ditulis oleh Jose Rizal Manua. Teknik ini disebut dengan teknik
membaca puisi. Pada teknik ini dibagi tiga tahapan kerja, yakni kerja otak, kerja
hati, dan kerja tubuh. Ketiga tahapan kerja ini dilaksanakan secara runtut melalui
langkah-langkahnya masing-masing. Kemudian ditekankan pada kerja tubuh
yang dilakukan secara rutin dan kontinu.209a) Tahapan pertama pada teknik ini
adalah kerja otak.
Pada tahap ini, siswa diberikan satu puisi. Di tahap ini, siswa diberikan waktu
untuk membaca puisi tersebut, mencoba mengerti isi puisi tersebut, dan
memberikan pemaknaan terhadap puisi tersebut. Namun pemaknaan dan
pemahaman masih disimpan dalam pemikiran mereka belum disampaikan
secara lisan kepada guru. Setelah mereka membaca puisi tersebut kegiatan
berikutnya adalah guru menanyakan kepada siswa adakah kata-kata sulit
yang tidak mereka tahu, atau baru pertama kali mereka jumpai. Jika iya,
guru meminta mereka mencatatnya untuk nanti mereka cari arti kata
tersebut. Pada secara keseluruhan siswa mengaku bahwa tidak banyak kata
yang mereka belum jumpai sebelumnya. Tahap terakhir dari kerja otak

207
Agus Wiyanto, Kitab Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Galangpress Publisher, 2012), h. 196.
208
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: Rajawali Pers, 2020), h. 121.
209
Fauzi Afriansyah, dan Prima Gusti Yanti, Keterampilan Membaca Puisi Siswa sebuah Modifikasi Teknik
Membaca Puisi Jose Rizal Manua, (Universitas Ahmad Dahlan Vol. 40 No. 1 Tahun 2020), h.33. 245 Ibid., h.34.

Bab 12. Teknik Membaca Sastra 127


adalah melakukan diskusi dan menyimpulkan mengenai pemaknaan dari
puisi tersebut245
b) Tahap selanjutnya yaitu kerja hati.
Proses ini dimulai dengan penanaman sugesti yang diberikan guru kepada
seluruh siswa. Sugesti yang diberikan guru berdasarkan kesimpulan pada
tahap pertama. Saat guru memberikan sugesti, mereka memejamkan mata
dan menvisualisasi apa yang diucapkan guru di dalam pikiran mereka. Hal
ini berguna untuk menciptakan perasaan yang kuat antara pserta dengan
puisi yang akan dibaca.
Pada pelaksanaan kegiatan ini seluruh siswa mendengarkan dengan baik sugesti
yang diberikan oleh guru dengan sikap yang diharapkan guru, yakni tenang
dan fokus mendengarkan apa yang diucapkan guru, serta tidak melakukan
hal yang tidak perlu. Cara guru membuktikan bahwa siswa telah fokus dalam
proses kerja hati ini adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada
siswa terkait penanaman emosi yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa
membuka matanya dan berdiri kemudian menunjukkan eskpresi wajah yang
sesuai dengan emosi yang ia dapat dari sugesti yang telah diberikan.
Pada tahap ini ekspresi siswa sudah menggambarkan keseriusan dan semangat.
Siswa memahami kesatuan emosi yang perlu dikeluarkan saat membacakan
puisi ini. Setelah berekspresi, guru meminta siswa untuk bergerak. Gerakan
yang dibuat hanya sebatas berdiri tegak dan kokoh, kemudian menggerakan
tangan ke depan, ke samping, dan ke atas secara perlahan dengan tetap
mempertahankan emosi awal. Pada tahap ini guru sengaja meminta siswa
untuk bergerak dengan tidak berlebihan untuk menghindari siswa terlalu
menjelas-jelaskan isi puisi dengan gerak tubuh.
c) Tahapan terakhir, yaitu kerja tubuh.
Pada tahap ini, siswa diminta untuk membacakan puisi. Siswa membaca puisi
berdasarkan penafsiran yang telah disimpulkan pada tahap kerja otak, dan
menggunakan emosi yang telah dihayati pada tahap kedua atau kerja hati.
Pembacaan puisi ini dimaksudkan untuk melihat vokal, intonasi,
penekanan, pelafalan, mimik serta gesture siswa.210

3. Teknik Membaca Drama


Naskah drama merupakan karya lisan atau tuturan, yang disebarkan melalui mulut
ditangkap telinga dan demikian seterusnya. Teknik membaca naskah drama
pada dasarnya terdiri atas dua cara sebagai berikut. a. Membaca dalam hati

210
Ibid., h. 35.

128 Keterampilan Membaca


Membaca dalam hati untuk menjajaki dan memahami maksud dan informasi
yang terkandung dalam teks drama. Informasi yang dimaksud berkenaan
dengan:
1) Siapa tokoh tokohnya, bagaimana sifatnya, watak dan karakternya?
2) Bagaimana latarnya, di mana, kapan, dalam suasana apa?
3) Apa yang menjadi pokok pembicaraan?
4) Adakah maksud yang tersirat di balik yang tersurat?
5) Bagaimana suasana teks drama itu?
b. Membaca nyaring
Membaca nyaring yakni menyesuaikan cara pembacaan teks dengan maksud
yang dikandungnya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fase ini adalah:
1) Pelatihan kejelasan vocal atau suara
2) Kejelasan dan ketepatan pelafalan dan intonasi
3) Ketepatan pemenggalan kelompok kelompok kata dalam sebuah
kalimat
4) Ketepatan dan kecermatan tanda baca.211
Naskah drama sebagai karya sastra memerlukan teknik tersendiri untuk
memahaminya. Oleh karena itu, seseorang yang hendak membaca naskah
drama harus memiliki sejumlah kemampuan yang akan menuntunnya di
dalam memahami setiap setiap pembacaan naskah.
Adler dan Charles (2012) menyampaikan empat hal yang harus dilakukan
seorang pembaca naskah drama, yaitu:
1) Pembaca harus menghadirkan dimensi fisik.
2) Pembaca harus membayangkan bahwa drama tersebut sedang
dipentaskan.
3) Membaca secara perlahan, seolah-olah ada penonton yang sedang
mendengarkan.
4) Membaca penuh ekspresi, yakni membuat kata-kata itu bermakna bagi
pembaca sendiri ketika membacanya.248
Secara sederhana, hal-hal yang harus diperhatikan ketika membaca drama
adalah sebagai berikut.
1) Membaca naskah drama secara keseluruhan.
2) Membaca, menghafal, dan menghayati dialog atau isi dialog yang
diperankan.

211
Fatmasari, op. cit., h. 82-83. 248
Salam. loc. cit.

Bab 12. Teknik Membaca Sastra 129


3) Memberikan gerak (pola) yang sesuai dengan isi dialog.
4) Berlatih melafalkan dialog dengan penghayatan atau ekspresi, dan
gerak yang sesuai dengan isi dialog.
5) Berlatih memerankan masing-masing tokoh sehingga menghasilkan
sebuah drama yang bagus.
Latihan membaca naskah drama meliputi dua langkah pokok. Pertama, latihan
dasar yang meliputi kelenturan tubuh, pernapasan, kelenturan vokal,
pembentukan warna suara, ekspresi, konsentrasi, dan pengembangan
imajinasi. Kedua, latihan membaca naskah yang meliputi membaca meja
bundar, penghayatan naskah, dan mengubah dialog menjadi gerak.212
Setelah pembaca membaca karya sastra, maka ia pun akan memperoleh
beberapa kompetensi berikut.
1) Mampu memahami dan menghayati semua yang dituangkan pengarang
sehingga pembaca pun dapat menangkap isi bacaan;
2) Dapat menganalisis unsur-unsur atau bagian bagian khusus bacaan;
3) Dapat menceritakan kembali skenario bacaan dengan menggunakan
bahasa sendiri tanpa mengubah maksud dan tujuan yang hendak
disampaikan pengarang;
4) Dengan sinopsis yang tersedia dari kebanyakan karya sastra, maka
pembaca dapat dengan mudah memahami intisari bacaan sebelum
membaca keseluruhan isi bacaan; dan 5) Memperoleh kepuasan batin.
Hal yang perlu diketahui bahwa semakin sering seseorang membaca karya
sastra, maka ia pun akan memiliki banyak pengalaman imajinasi sehingga
daya penalarannya pun akan lebih meningkat. Daya penalaran yang
dimaksud dapat mencakup peningkatan imajinasi, kemampuan komunikasi,
kemampuan menganalisis, empati, memiliki kekayaan pengalaman.213

E. Cara Meningkatkan Minat dan Keterampilan


Membaca Sastra
Cara atau upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat membaca
sastra, yaitu dengan pemilihan bahan pengajaran. Di mana sebelum melakukan
pendekatan pembelajaran sastra, maka hal penting yang perlu dilakukan adalah
memilih bahan pengajaran yang tepat. Pemilihan bahan pengajaran yang patut

212
Ibid.
213
Muhsyanur, op. cit., h. 34-35.

130 Keterampilan Membaca


dipertimbangkan yaitu berdasarkan aspek perkembangan bahasa, psikologi, dan latar
budaya yang tepat.
1. Bahasa
Dalam bentuk pengajaran sastra, hendaknya mempertimbangkan pada aspek
penggunaan bahasa yang terdapat dalam karya sastra. Hal ini sangat penting
karena sastra yang menggunakan bahasa yang sulit dimengerti akan
berakibat pada ketidakpahaman.
2. Psikologi
Tahap perkembangan psikologi berkaitan dengan golongan usia seseorang
dalam belajar karya sastra. Pembahasan psikologi dimaksud untuk
membatasi diri terhadap seseorang dengan karya sastra yang dibacanya.
3. Latar Belakang Sosial
Latar belakang sosial berkaitan dengan budaya yang diketahui seseorang dalam
membaca karya sastra. Pertimbangan latar belakang budaya dalam proses
pengajarannya dimaksudkan untuk memberikan pengenalan dan kecintaan
terhadap budaya yang dimiliki. Adanya kesadaran bahwa karya sastra
hendaknya menghadirkan sesuatu yang erat dengan hubungannya
kehidupan pembaca.

Bab 12. Teknik Membaca Sastra 131


Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. Strategi Membaca (Teori dan Pembelajarannya). Bandung: Rizqi Press,
2010.

Keterampilan Membaca
Achmad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Hak Cipta, 2012.
Afriansyah , Fauzi dan Yanti, Prima Gusti. “Keterampilan Membaca Puisi Siswa
sebuah Modifikasi Teknik Membaca Puisi Jose Rizal Manua”. Universitas
Ahmad Dahlan Vol. 40 No. 1 Tahun 2020.
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ
(Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga, 2001.
Agustina, Rini dan Hariyadi. “Penerapan Metode SQ3R dan Metode PQ3R terhadap
Keterampilan Membaca pada Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Vol. 2 No. 1.
Agus Krisno Budiyanto. SINTAKS 45 Metode Pembelajaran dalam Student Centered
Learning (SCL). Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
2016.

128
Ahmad, Listiyanto. Spread Reading, Teknik Membaca Cepat dan Metode Membaca Cepat.
Yogyakarta: A Plus Books, 2010.
Alep, Boni dkk. “Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Internet terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik Unsur di SMA
Labschool Palu”.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JAK/article/view/7855/6204.
Jurnal Akademika Kimia Vol 4, No 1, 2015.
Al-Khuliy, Muhammad Ali. Model Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Royyan Pres,
2016.
Alvianto, Vicky. “Keterampilan Membaca Nyaring”,
https://files.osf.io/v1/resources/
nj5qk/providers/osfstorage/5cde35a935f2580019a339ec?action=download
& direc&version=1, diakses 25 September 2020 pukul 20.39 WIB.
Artati, Y. Budi. Terampil Membaca. (Klaten: PT Intan Pariwara, 2018.
Asdam, Muhammad. Bahasa Indonesia (Pengantar Pengembangan Kepribadian dan
Intelektual). Makassar: LIPa, 2016.
Bahtiar, Ahmad. “Apresiasi dan Kreasi Sastra”. https://www.academiaedu/27748136/
APRESIASI_DANKREASI_SASTRA?source=swp_share diakses pada 8
September 2020 pukul 09.05 WIB.
Basuki, Pengembangan Model Pembelajaran Membaca dengan Pelabelan Objek Sekitar (POS)
untuk Murid Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2021.
Bunanta, Murti. Buku, Mendongeng, dan Minat Membaca, (Jakarta: Kelompok Pencinta
Bacaan Anak, 2008.
Cahyani, Ica. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam
Depag RI, 2009.
Dalman. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Darmabudi. Membaca Yuk: Strategi Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak Usia Dini.
Jakarta: Guepedia, 2018.
Dondian, dkk. “Program Membaca Ekstensif: Meningkatkan Motivasi Membaca
Siswa”. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_
SASTRA_INDONESIA/196401221989031-KHOLID_ABDULLAH_
HARRAS/Bahan2_Kuliah/Makalah/Membaca_Intensif_dan_Membaca_
Ekstensif.pdf
Eliastuti, Maguna dan Nur Irwansyah, “Keefektifan Membaca Menggunakan Metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa yang Kesulitan Membaca”,
Vol.10, No.01, Dieksis, Universitas Indraprasta PGRI, 2018.
Elisabet, Noreka. Keterampilan Membaca Nyaring. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret, 2019.
pukul 14.45 WIB.
Fadilah, Dede. “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan
Menggunakan Metode SQ3R pada Siswa Kelas V MIN Pesawaran pada
Tahun Ajaran 2016/2017”. http://repository.radenintan.ac.id/375/1/
Skripsi_Full_Dede_Fadilah.pdf diakses pada 21 Oktober 2020 Pukul 22.10
WIB.
Fatmasari, Ria Kristia dan Fitriyah, Husniyatul. Keterampilan Membaca. Bangkalan:
STKIP PGRI Bangkalan, 2018.

134 Keterampilan Membaca


Firman Terampil Menulis Karya Ilmiah. Makassar: Aksara Utama, 2015.
Gamung, Yohana Magdalena. “Penerapan Teknik Skema dalam Pembelajaran
Membaca Bahasa Jerman Siswa Kelas X Ilmu Bahasa dan Budaya SMA
Negeri 3 Sidoarjo”. Laterne Vol. VI No. 1 Tahun 2017. diakses pada 6
November 2020 Pukul 16.48 WIB.
Gereda, Agustinus. “Keterampilan Berbahasa Indoneisa: Menggunakan Bahasa
Indonesia Secara Baik dan Benar”. Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020.
Ghazali, Syukur. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: PT Refika
Aditama, 2013.
Gunarsa, Singgih D. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Anak.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2004.
Guru - Penulis Writing Camp 1 Gresik. Guru (bukan) Tersangka. Kulon Gresik:
Caremedia Communication, 2017.
Hasanuddin. Biopsikologi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press Darussalam, 2017.
Hastuti, dkk. “Pelatihan Model dalam Pembelajaran Membaca”. Adiguna: Jurnal
Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 1, No. 2, 2016. diakses pada
7 November 2020 pukul 07.05 WIB.
Herlinyanto. Membaca Pemahaman dengan Strategi KWL Pemahaman dan Minat
Membaca. Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Hosen, Mohammad. “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode
SQ3R pada Siswa Kelas V SDN Gili Anyar Kamal Bangkalan”. Jurnal
Widyagogik. Vol. 4 No. 1, 2016.
h t t p : / / s t a f f n e w. u n y. a c . i d / u p l o a d / 1 3 2 3 1 8 1 2 7 / p e n d i d i
kan/
Membaca+Kritis+n+Kreatif.pdf, Yogyakarta : Staff Site Universitas
Negeri Yogyakarta. diakses pada 13 November 2020 pukul 16.00 WIB.
Ibda, Hamiduloh. Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut untuk Mahasiswa (Dilengkapi
Caturtunggal Keterampilan Berbahasa. Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2020.
Indriyani, Made Sri. “Membaca Kreatif Salah Satu Upaya untuk Mengembangkan
Pemahaman Membaca”. Prosiding Seminar Nasional V: Bahasa, Sastra,
dan Pengajarannya.
Irawan, Dedy. Mengembangkan Buku Teks Pelajaran Membaca Berbasis Pendekaran
Proses untuk SD. Purwokerto Selatan: Pena Persada, 2020.
Irdawati, dkk. “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan

Bab 12.Daftra Pustaka Daft r Pustaka 135


Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min Buol”, http://doi:10.13140/
RG.2.2.33194.26567. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 5(4), 2016. diakses
pada 13 November 2020 pukul 16.00 WIB.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008.
Istiqomah, Nuriana, dkk. “Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel Orang-Orang
Proyek
Karya Ahmad Tohari”. Universitas Negeri Semarang: Jurnal Sastra
Indonesia JSI 3 (1), 2014),
Jahir, Andi Sahtiani. Membaca. Pasuruan: Qiara Media, 2020.
Junining, Esti. Membaca Kritis Membaca Kreatif. Malang; Universitas Brawijaya
Press, 2017.
Kamalasari, Vidya. “Latihan Membaca Cepat sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Cepat dan Pemahaman Bacaan”. Jurnal Vol. 1
No. 1 tahun 2012. diakses pada 11 Oktober 2020 Pukul 16.15 WIB.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
Krissandi, Apri Damai Sagita. Sastra Anak Indonesia. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press, 2020..
Kusmayadi, Ismail. Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Grafindo
Media Pratama, 2008.
Lesmana, Leony. “Membaca untuk Kepentingan Studi”. https://slideplayer.info/
slide/13534419/ diakses pada 29 November 2020 Pukul 00.21 WIB.
http://
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39289/Abstract.
pdf?sequence=5&isAllowed=y diakses pada 6 Desember 2020 pukul 21.37
WIB.
Liliani, Else dan Budiyanto, Dwi. “Modul Membaca Sastra Berwawasan
Ekoliterasi”, (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FBS UNY, 2020.
Mansyur, Umar. “Gempusta: Upaya Meningkatkan Minat Baca”. https://www.
researchgate.net/publication/337671871_Gempusta_Upaya_Meningkatk
an_ Minat_Baca. Makassar : Universitas Muslim Indonesia, 2019,
diakses pada 10 Desember 2020 pukul 16.20 WIB.
Marindang, Herlinda Mipur. “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman
Fakta dan Opini pada Editorial dengan Menggunakan Teknik Skema
untuk Siswa Kelas XI IPS 1, Semester II SMA Kolase De Britto

136 Keterampilan Membaca


Yogyakarta 2010/2011”. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Skripsi
S1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, 2011.
Mastoah, Imas. “Keterampilan Membaca”. Primary Vol. 08 No. 02- Juli-Desember,
2016.
Masykur, dkk. “Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Tata Surya pada Siswa
Kelas VII SMP”. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4 No. 2, h. 76.
Membaca Intensif dan Ekstensif – Pengertian, Perbedaan, dan Contohnya,
https://dosenbahasa. com/membaca-intensif-dan-ekstensif, diakses pada 10
Oktober 2020 pukul 20.15
WIB.
Minasih, Sumi dan Wahyuni, Sri. Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA 2009
Bahasa Indonesia Program IPA/IPS. Jakarta: Grasindo, 2008.
Meliyawati. Pemahaman Dasar Membaca. Yogyakarta: Dee Publish, 2016.
Moidel, Steve. Kiat Membaca Cepat. Jakarta: Arcan, 1998.
Muhsyanur. Membaca: Suatu Keterampilan Berbahasa Reseptif. Yogyakarta: Buginese
Art, 2014.
Musfiroh, Tadkiroatun. Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini. Jakarta:
Grasindo, 2009.
Nafi’ah, Siti Anisatun. Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI.
Yogyakarta: Media Perkasa, 2018.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian FIksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2013.
Nurhadi. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV. Sinar Baru,
1989.
-------------.Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca Suatu Teknik Memahami
Literatur yang Efisien. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005.
-------------.Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010.
Olivia, Femi. Toolss for Study Skills: Teknik Membaca Efektif. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2008.
Pandawa, Nurhayati, dkk. Pembelajaran Membaca. Jakarta: Departemen Pendiidkan
Nasional.
Pietter, Herri Zen, dkk. Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 2011.

Bab 12.Daftra Pustaka Daft r Pustaka 137


Pratiwi, dkk. Membaca II. Jakarta: Universitas Terbuka, 2003. Pujiono, Setyawan.
“Kunci Sukses Membaca Kritis”,
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318127/pendidikan/Membaca+Kritis+n+
Kreati f.pdf, Yogyakarta : Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta. diakses pada
13 November 2020 pukul 16.00 WIB.
Putri, Destia Ramadanti. Keterampilan Berbahasa Membaca Intensif.
https://osf.io/m5p64/download/?format=pdf diakses pada 2 Oktober 2020 pukul
10.20 WIB.
Rahayu, Sri dan Sidiqin, M. Ali. “Pengaruh Teknik Membaca Intensif terhadap
Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf dalam Artikel ‘Kpk
Batman yang Lelah’ pada Siswa Kelas XII SMA Swasta Paba Secanggang
Kapupaten Langkat.” Jurnal Serunai Bahasa Indonesia. Vol 16, No. 2,
Oktober 2019, e-ISSN 2621-5616, h. 105-106 diakses pada 3 Oktober 2020
pukul 14.00 WIB.
Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo, 2017.
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Ramadhan, Fahrudin. Keterampilan Membaca Intensif. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret, 2019.
Rokhamansyah, Alfian. Studi dan Pengkajian Sastra; Perkenalaan Awal terhadap Ilmu
Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Rokhmawan, Tristan. “,Tema, Skemata, Memori, dan Pikiran : Mendukung
Pembelajaran Bahasa sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan”. Hasta Wiyata:
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2018, Vol. 001, No. 02.
diakses pada 6 November 2020 Pukul 22.16 WIB.
Saddhono, dkk. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Karya
Putra Darwati, 2012.
Saddhono, K. dan Slamet, St. Y. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Graha ilmu, 2014.
Saiful, Marlina. “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Teknik
Skema pada Siswa Kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Watampone Kabupaten
Bone”. JIKAP PGSP: Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan Vol. 2, No. 1,
Tahun 2018. diakses pada 6 November 2020 pukul 16.32 WIB.
Salam. “Membaca untuk Memahami Karya Sastra”. https://repository.ung.ac.id/
karyailmiah/show/218/membaca-untuk-memahami-karya-sastra.html.
Seminar Nasional Sastra Indonesia. diakses pada 23 November 2020
pukul 15.28 WIB.

138 Keterampilan Membaca


Setiawan, Samhis. “Penjelasan Membaca Ekstensif Beserta Tujuannya”. https://
www.gurupendidikan.co.id/membaca-ekstensif/#ftoc-heading-9 diakses pada
10 Desember 2020 pukul 17.20 WIB.
Setyawati, Catarina Kurnia. “Pengembangan Pembelajaran Keterampilan
Membaca Melalui Penerapan Teknik Tari Bambu”. Jurnal Ilmiah Guru
“COPE”, No. 02/ Tahun XVI/November, 2011.
Slamet, St. Y. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press,
2008.
Soedarso. Speed Reading : Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia
Pustaka, 2002.
Sriwahyuni, Andi. “Aspek-Aspek dalam Keterampilan Membaca”, https://
www.academia.edu/32315073/Menganalisis_Aspek_Aspek_Dalam_
Keterampilan_Membaca diakses pada tanggal 19 September 2020 pada
pukul
06.36 WIB.
Solchan, T.W. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka,
2010.
Subadiyono. Pembelajaran Membaca. Palembang: Noer Fikri Offset, 2014.
Subyantoro. Pengembangan Keterampilan Membaca Cepat. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011.
Sukma, Elfia. “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Literal dalam Membaca
melalui Penerapan Teori Skema bagi Siswa Kelas III SD Negeri
Percobaan Kota Padang”. Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang,
2002.
Sulistyaningsih, Lilis Siti. “Metode SQ3R”, http://repository.ut.ac.id/4816/1/
PBIN4329-M1.pdf. diakses pada 1 November 2020 pukul 19.25 WIB.
Sulistyo, Bambang. “Proses Pengembangan Keterampilan Membaca Pemahaman
(Reading Comprehension) Mahasiswa”.
https://media.neliti.com/media/ publications/129752-ID-proses-
pengembangan-keterampilan-membaca.pdf. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, diakses pada12 September 2020 pukul 08.16
WIB.
Sultan. Membaca Kritis Mengungkap Ideologi Teks dengan Pendekatan Literasi Kritis.
Yogyakarta: Baskara Media, 2018
Sumardjo, Jacob dan M, Saini K. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia, 1988.
Sumriana. “Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring dengan Menggunakan
Metode Latihan Siswa Kelas III SDN 5 Kayumalue Ngapa Kecamatan

Bab 12.Daftra Pustaka Daft r Pustaka 139


Palu Utara”. E-Jurnal Bahasantodea, 2015, 3(2), 50-58.
10.22487/j23022000.
Sunanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.
Jakarta: Kencana, 2011.
Sunarti, Sri, Pembelajaran Membaca Nyaring di Sekolah Dasar. Penerbit NEM, 2021.
Supriyadi, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2, Buku II, Jakarta: Depdikbud.
1992.
Suryani, Defi Ari. Pembelajaran Membaca Gambar dengan Metode Skema pada Siswa
Tunagrahita Ringan Kelas III Sekolah Luar Biasa Bhakti Kencana I.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
Suryanto, Edy, dkk, “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode SQ3R
pada Siswa SD”.
https://jurnal.uns.ac.id/paedagogia/article/download/16594/pdf diakses pada
21 Oktober 2020 pukul 16.34 WIB.
Susanti, Elvi. Keterampilan Berbicara. Depok: Rajawali Pers, 2020.
-------------. “Reading Speed of PBSI Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”,
(Jurnal Arbitrer Vol.6. No.1 2019),h.7, file:///Users/elvisusanti/
Downloads/119-431-1-PB.pdf, diakses Kamis, 7 Oktober, pukul.00:12.
Syamsuddin A.R, M.S., Dari Ide, Bacaan, Simakan Menuju Menulis Efektif (Teori,
Teknik, Redaksi). Bandung: Geger Sunten, 2011.
Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung:
Angkasa, 1990.
Tantri, Ade Asih Susiari. Cara Memaksimalkan Kemampuan Membaca Cepat.
https:// ejournal.undiksha.ac.id/index.php/AP/article/download/10051/6379.
diakses pada 11 Oktober 2020 pukul 15.20 WIB.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, 1979.
-------------. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008.
-------------.Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV Angkasa,
2015.
-------------.Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa, 1994.
-------------.Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: PT Angkasa Bandung, 1984.
Tim Guru Eduka. Ulangan Harian SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Cmedia Imprint Kawan
Pustaka, 2018.
Trelease, Jim. Read-Aloud Handbook (Mencerdaskan Anak dengan Membacakan
Cerita Sejak Dini). Hikmah: Jakarta, 2008.

140 Keterampilan Membaca


Trianto, Agus. Bahasa Indonesia: - Jilid 1. Jakarta: Erlangga 2007.
Utami, Retno. Panduan Terampil Membaca. Surakarta: CV Teguh Karya, 2018.
Wiyanto, Agus. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Galangpress Publisher, 2012.
Wiyanto, Asul. Mampu Berbahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo, 2006.
Yogi, Saptura. “Membaca Intensif dan Ekstensif”.
https://majalahpendidikan.com/membacaintensif-dan-
ekstensif/#Karakteristik_Membaca_Intensif diakses pada 10 Desember 2020
pukul 17.24 WIB.
Yusoff, Marohaini. Strategi Pengajaran Bacaandan Kefamahan. Malaysia: PTS
Akademia, 2014.
Zainuddin. Materi Pokok Bahasa dan Sastra. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Zulhidah. Strategi Pembelajaran Reading Comprehension. Pekanbaru: Pusaka Riau,
2010.

Bab 12.Daftra Pustaka Daft r Pustaka 141


142 Keterampilan Membaca

Anda mungkin juga menyukai