Membaca
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan Membaca
Dr. Elvi Susanti, M. Pd
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk
memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya,
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak
suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Cetakan: Pertama
Penerbit IN MEDIA
Anggota IKAPI No. 250/JBA/2014
1 jil., 17 × 24 cm, 146 hal.
ISBN : 978-623-7218-65-4
Buku ini saya persembahkan buat gadis kecil saya Aini Viditra Rahmadani
yang telah beranjak remaja, di mana membaca adalah dunianya sedari kecil.
Teruslah membaca, Nak, sampai kapan pun dan genggamlah dunia impianmu
dengan bacaan.
Juga buat suamiku Budi Putra, si kutu buku, yang bisa melakukan banyak hal,
tak terkecuali hal-hal baru secara otodidak lewat membaca. Terima kasih telah
mengajariku banyak hal lewat bacaanmu. Aku sungguh sayang kalian berdua….
Teristimewa terima kasihku yang mendalam terhadap almarhum Papa yang
memperkenalkan bacaan kepadaku sedari kecil dengan berlangganan majalah
“Bobo” dan “Si Kuncung” hingga tumpukannya memenuhi gudang rumah kami.
Rasa sayang juga kusampaikan kepada almarhum Kakek Syarif yang telah
mengajarkanku cara membaca koran (mencari sambungan berita ke halaman
berikutnya) saat aku kelas 4 SD. Papa dan Abak akan selalu hidup dalam diriku.
Kata
Pengantar
Halaman Persembahan
Keterampilan Membaca
Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita membuka pintu
gerbang menuju segala penjuru dunia. Dengan membaca pun, kita seolah
menjelajah ke berbagai tempat, menembus ruang dan waktu. Membaca merupakan
bentuk penghargaan kita terhadap masa lalu, memperkaya masa kini, dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan. Membaca juga bisa diibaratkan
dengan menyimak tulisan dan merasuk ke hati jika ada yang berkesan. Membaca
juga diibaratkan dengan menangkap hasil pikiran orang lain, yang nantinya bisa
disampaikan kembali melalui keterampilan berbicara.
Membaca adalah sebuah keajaiban yang bisa dipelajari. Sungguh ajaib ketika
kita bisa menyerap pokok-pokok pikiran, bentangan informasi, inti sari dari ideide,
ekspresi rasa dan kreativitas, dan menjadikannya pemahaman-pemahaman dalam
pikiran kita. Bayangkan begitu mudahnya kita menyalin siraman data dan
iv
pengetahuan dengan membaca. Membaca adalah kunci untuk memasuki keriuhan
informasi.
Membaca merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang berada pada
tataran ketiga, setelah menyimak dan berbicara. Membaca merupakan suatu
tindakan yang tidak sekadar menafsirkan tulisan, tetapi juga melibatkan banyak hal,
antara lain: aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca
bersifat reseptif karena dengan membaca, seseorang akan memperoleh informasi,
ilmu, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru, serta memungkinkan
seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan
memperluas wawasannya.
Kata Pengantar
Namun meskipun banyak manfaat membaca, masih sedikit orang yang tertarik
menekuni dengan serius kegiatan ini. Terbukti dari survei Program for International
Student Assessement (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati ranking ke-62 dari 70
negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang
memiliki tingkat literasi rendah.
Tingkat literasi masyarakat Indonesia, baik kalangan anak-anak maupun orang
dewasa terpuruk di level terbawah. Minat masyarakat Indonesia untuk membaca
dinilai sangat memprihatinkan, yakni dengan persentase hanya mencapai 0,001%.
Itu artinya, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dari bawah dalam
bidang literasi.
Tentu saja data tersebut sangat memprihatinkan. Ada berbagai cara dan
metode yang bisa dilakukan, baik oleh orang tua, maupun pendidik untuk
meningkatkan minat baca anak dan peserta didik. Hal tersebut saya tulis di dalam
buku Keterampilan Membaca ini. Buku ini adalah seri ketiga dari buku keterampilan
yang saya tulis, setelah buku Keterampilan Menyimak dan Keterampilan Berbicara.
Setelah melewati berbagai perjalanan yang penuh liku, buku ketiga saya yang
berjudul Keterampilan Membaca tersaji di hadapan Anda. Mudah-mudahan ini akan
menjadi sumber bacaan (rujukan) yang renyah untuk Anda. Ucapan terima kasih
saya tujukan kepada keluarga kecil saya, Budi Putra dan Aini Viditra Rahmadani.
Tabik buat temen baik saya Hamzah Purnama- teman SMA Don Bosco saya-
bos hebat yang mempunyai anak-anak pintar dan paham kalau buku adalah hal
penting untuk dunia pendidikan. Terimakasih telah menjadi donatur untuk buku
saya ini. Semoga Tuhan akan membalasnya dengan rezeki berlimpah.
Kemudian buat Riry Agnes Amaliya yang sudah membantu saya menyatukan
berkas-berkas dan membuat tabel studi kasus kecepatan membaca mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam buku ini. Selanjutnya saya juga berterima kasih
kepada Syihaabul Hudaa karena telah membantu saya mencarikan bahan untuk
melengkapi tulisan ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Ibu Neneng
Nurjanah, M.Hum. dosen pengampu kelas ‘Penyuntingan Naskah’ – yang bersedia
membaca dan menyunting buku ini sebelum diserahkan ke penerbit.
iii
v
Kata Pengantar
DAFTAR ISI vii
Bab 1 Aspek-Aspek Membaca dan Pengembangan dalam
Keterampilan Membaca 1
A. Pengertian Membaca 3
B. Manfaat Membaca 5
C. Aspek-Aspek Membaca 6
C. Jenis-Jenis Skema 68
x Keterampilan Membaca
G. Teknik dan Tahapan Membaca Kritis 95
ix
Bab
1
Aspek-Aspek Membaca
dan Pengembangan dalam
Keterampilan Membaca
Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita membuka pintu
gerbang menuju segala penjuru dunia. Dengan membaca pun, kita seolah menjelajah
ke berbagai tempat, menembus ruang dan waktu. Membaca juga merupakan bentuk
penghargaan kita terhadap masa lalu, memperkaya masa kini, dan mempersiapkan
diri untuk menghadapi masa depan. Membaca pun bisa diibaratkan dengan
menyimak tulisan dan merasuk ke hati jika ada yang berkesan. Membaca juga
diibaratkan dengan menangkap hasil pikiran orang lain, yang nantinya bisa
disampaikan kembali melalui keterampilan berbicara.
Membaca adalah sebuah keajaiban yang bisa dipelajari. Sungguh ajaib ketika
kita bisa menyerap pokok-pokok pikiran, bentangan informasi, inti sari dari ide-ide,
1
https://perpustakaan.kemendagri.go.id/?p=4661, Maret 2021
2 Keterampilan Membaca
International Student Assesment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-
Operation and Developmnet (OECD) pada 2015. Penelitian bertajuk “World’s
Most Literate Nations Ranked” yang digagas oleh Central Connecticut State
University (CCSU) pada tahun 2016 menunjukkan hal demikian. Begitu pula
dengan penelian Skills Matter yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-
Operation and Development (OECD) pada tahun 2016.2
Di sisi lain, dalam riset bertajuk “World’s Most Literate Nations Ranked” yang
dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity (CCSU) pada Maret 2016,
Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat
membaca. Kalah dari negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, dan
Thailand.3
Tambahan lagi, akibat pandemi, sebanyak 58,2 persen penerbit mengalami
penurunan penjualan. Mengacu pada data ikapi.org, hanya 4,1 persen yang
penjualan buku yang stabil selama pandemi COVID-19 setahun terakhir. Kondisi
minat baca masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Karenanya, pada periode
kedua Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM) menjadi salah satu prioritas.
A. Pengertian Membaca
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki lima makna dan
maksud di antaranya: melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati); Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis;
mengucapkan; mengetahui atau meramalkan; memperhitungkan atau memahami.4
Selain itu, membaca juga merupakan proses berpikir sehingga dapat memahami
maksud dari tulisan yang dibaca. Berdasarkan hal itu, membaca pada hakikatnya
adalah suatu tindakan yang tidak sekadar menafsirkan tulisan, tetapi juga
melibatkan banyak hal, antara lain: aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif.
Membaca menjadi sebuah kegiatan penalaran yang dikaitkan dengan sebuah
tugas bahasa. 5 Dengan demikian dapat dikatakan membaca adalah suatu proses
2
https://www.wartaekonomi.co.id/read346432/minat-baca-orang-indonesia-serendah-ini-benar-gak-sih ,
Juni 2021.
3
https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/minat-baca-masyarakat-indonesia-rendah-dpr-
mintapemerintah-permudah-akses-literasi/, Mei 2021.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
5
Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h.203.
6
Ria Kristia Fatmasari dan Husniyatul Fitriyah, Keterampilan Membaca, (Bangkalan: STKIP PGRI
Bangkalan, 2018), h. 9.
7
Retno Utami, Panduan Terampil Membaca, (Surakarta: CV Teguh Karya, 2018), h. 1.
8
Y. Budi Artati, Terampil Membaca, (Klaten: PT Intan Pariwara, 2018), h. 2.
9
Meliyawati, Pemahaman Dasar Membaca, (Yogyakarta: Dee Publish, 2016), h. 2.
10
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h.7.
4 Keterampilan Membaca
tingkat proses dari penerjemah dan pemahaman. Pengarang menulis pesan berupa
kode (tulisan) dan pembaca mengartikan kode itu. Selanjutnya, membaca juga
mencakup tiga komponen yaitu:
1) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; pada komponen ini
merupakan suatu kemampuan atau keterampilan untuk mengenal
bentukbentuk yang tersurat dalam suatu bacaan.
2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik
yang formal; kemampuan dan keterampilan untuk menghubungkan
antara bentuk, lambang, bahkan bunyi dengan bahasa. Kegiatan membaca
berawal dari belajar mengenal suatu bahasa.
3) Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning;
kemampuan dan keterampilan yang berkualitas yaitu meliputi
intelektualitas dan kognitif.11
Berdasarkan beberapa pengertian membaca dari para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang tidak hanya melihat
dan mengenal kata, namun melibatkan pikiran untuk memahami kata tersebut agar
pesan yang ingin disampaikan tercapai. Jadi, membaca merupakan aktivitas
memahami makna dari sebuah bacaan untuk memperoleh pesan, informasi atau
berita.
B. Manfaat Membaca
Membaca buku merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Salah satunya
adalah kita akan mendapat banyak ilmu dengan membaca. Manfaat lain yang dapat
kita ambil dengan membaca adalah sebagai berikut.
1) Merangsang Sel-Sel Otak
Membaca merupakan proses berpikir positif. Melalui membaca, kita akan
menyerap ide dan pengalaman orang lain. Kegiatan membaca akan
merangsang sel-sel otak. Sel-sel otak akan mengatur kegiatan manusia.
2) Menumbuhkan Daya Cipta
Dengan membaca kita akan memperoleh wawasan, pandangan, dan
pengalaman orang lain. Setelah kita membaca, kita akan merenungkan
hasil bacaan kita dan memikirkan untuk dipraktikkan. Cara membaca
inilah merupakan cara membaca yang baik. Orang yang pandai biasanya
11
Muhsyanur, Membaca: Suatu Keterampilan Berbahasa Reseptif, (Yogyakarta: Buginese Art, 2014), h. 21-
22.
C. Aspek-Aspek Membaca
Kaitan antara tujuan membaca dengan proses dan kemampuan membaca.
yaitu menunjukkan bahwa kecepatan gerakan bola mata sewaktu membaca sejalan
dengan perubahan tujuan membacanya. Selain itu, kemampuan seseorang dalam
memahami bahan bacaan secara nyata dipengaruhi oleh tujuan membacanya.
Tujuan aspek membaca yang dirumuskan secara jelas akan mempengaruhi
pemerolehan pemahaman bacaan. Seseorang yang mempunyai daya bacaan tinggi,
mampu memanfaatkan teknik membaca yang bervariasi sejalan dengan tujuan
membaca13
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan membaca dapat disarikan menjadi
dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan kedua faktor tersebut
faktor internal seseorang lebih dominan mempengaruhi keberhasilan membaca
daripada faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
membaca adalah sesuatu yang ada pada diri si pembaca, seperti kesehatan fisik,
terutama kesehatan mata, minat dan motivasi membaca, niat dan tujuan membaca,
kebiasaan dalam membaca, dan skemata pembaca terdapat bacaan yang tersedia.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi hasil membaca adalah seperti bacaan
yang digemari, keterbacaan wacana yang dibaca, dan lingkungan tempat membaca,
seperti keberhasilan, kenyamanan, ketersediaan alat pelengkap ruangan tempat
membaca, dan cahaya matahari atau lampu ruangan.14
Menurut Hairudin, dkk. (2007:3-22) bahwa proses membaca melibatkan
kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri dari delapan aspek. Aspek
tersebut sebagai berikut:
1) aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis;
12
Artati, op. cit., h. 3.
13
Downing and Leong. 33 h.254-255.
14
Darmabudi, Membaca Yuk: Strategi Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak Usia Dini, (Jakarta:
Guepedia, 2018), h. 114-115.
6 Keterampilan Membaca
2) aspek perseptual, yaitu aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa
yang dilihatnya sebagai simbol atau kata;
3) aspek sekuensial, yaitu kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika,
dan gramatikal teks;
4) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara
simbol dan bunyi, dan antara kata-kata yang dipresentasikan;
5) aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata
dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna;
6) aspek berpikir, yaitu kemampuan untuk membuat interferensi dan
evaluasi dari materi yang dipelajari;
7) aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah
dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru
dipelajari;
8) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang
berpengaruh terhadap keingingan pembaca.
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan membaca
dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan
dan berbicara. Tetapi pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah
berkembang, keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan
keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-keterampilan mikro yang
terkait dengan proses membaca antara lain
1) mengenal sistem tulisan yang digunakan;
2) mengenal kosakata;
3) menentukaan kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan
utama;
4) menentukan makna kata-kata, termasuk kosa kata kulit, dari konteks
tertulis;
5) mengenal kelas gramatikal, kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
6) menetukan konstituen-konstituen dalam kalimat seperti subyek, predikat,
objek, dan preposisi;
7) mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis;
8) merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipasi;
9) membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan;
15
Andi Sriwahyuni, “Aspek-Aspek dalam Keterampilan Membaca”, https://www.academia.edu/32315073/
Menganalisis_Aspek_Aspek_Dalam_Keterampilan_Membaca diakses pada tanggal 19 September 2020
pada pukul 06.36 WIB.
16
Ica Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat pendidikan Islam Depag RI, 2009), h.
127-128.
17
Burns, Paul C, dkk, Teaching Reading in Todays Elementery Schools. (Boston: Houghton Mifflin Company,
1996), h. 255.
18
Syafi’ie, Terampil Berbahasa Indonesia I. (Jakarta: Depdiknas, 1993), h. 48.
19
Ibid.
8 Keterampilan Membaca
Burns, dkk. menyatakan pemahaman literal adalah pemahaman yang
diperoleh dengan membaca apa yang dinyatakan secara langsung dalam
teks bacaan. Khususnya, bagian dari paragraph atau bab yang dinyatakan
secara eksplisit yang memuat informasi dasar, seperti rincian yang
mendukung gagasan utama, hubungan sebab akibat, menarik kesimpulan,
dan sebagainya. Dengan demikian, pemahaman literal merupakan
pemahaman yang ditafsirkan pada bagian-bagian yang langsung tertulis
pada bacaan atau pemahaman bacaan secara tersurat. Pemahaman literal
melibatkan proses penguasaan informasi dasar dari teks atau penentuan
apa yang dikatakan oleh penulis, sehingga pelaksanaannya tidak
membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.19
2. Pemahaman Interpretatif
Pemahaman interpretatif, yaitu proses untuk memperoleh ide-ide yang tidak
dinyatakan secara langsung dalam bacaan. Pemahaman interpretatif
antara lain mencakup kemampuan (1) membuat kesimpulan, (2) membuat
generalisasi, (3) mencari hubungan sebab akibat, (4) membuat
perbandingan, dan (5) menemukan hubungan antarproposi.20
Menurut Burns, dkk. membaca interpretatif adalah membaca di antara baris
untuk membuat kesimpulan. Membaca interpretatif merupakan proses
pelacakan gagasan yang disampaikan secara tidak langsung. Membaca
interpretatif meliputi membuat kesimpulan tentang gagasan utama
bacaan, hubungan sebab akibat yang tidak langsung dinyatakan dalam
bacaan, serta analisis bacaan seperti menemukan tujuan pengarang
menulis bacaan, dan penginterpretasian bahasa figuratif.21
Oleh sebab itu, semua jenis keterampilan dalam membaca interpretatif
menurut kemampuan pembaca untuk menyimpulkan jawaban dengan
cara yang lain dari apa yang tertulis. Melalui membaca interpretatif,
pembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun makna dari apa
yang dinyatakan dalam teks. Dalam hal ini, pembaca akan membuat
simpulan dari informasi yang implisit dalam teks yang dikombinasikan
dengan pengetahuan latar yang telah dimilikinya.
3. Pemahaman Kritis
19
Burns, dkk., Loc. Cit.
20
Syafi’ie, Loc. Cit.
21
Burns, dkk., Op. Cit. 263.
23
Syafi’ie, Op.Cit. 49.
22
Burns, dkk. Op. Cit. 278.
23
Syafi’ie, Op. Cit., 49.
24
Burns, dkk, Op. Cit., 293.
10 Keterampilan Membaca
menemukan solusi atau alternatif baru berdasarkan solusi yang
dikemukakan penulis.25
25
Herlinyanto, Membaca Pemahaman dengan Strategi KWL Pemahaman dan Minat Membaca, (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h. 10-13.
26
Muhsyanur. loc. cit.
27
Ibid, h. 22-23.
12 Keterampilan Membaca
d. sponsor buku; penerbit, editor, layouter, dll;
e. ketahui kode dan jenis buku; genre, dan nomor seri atau ISBN;
f. membaca bagian-bagian buku, prakata, persembahan, daftar isi, dll;
g.
berlatihlah sejenak untuk memilih wacana yang akan dibaca dan
kegiatan membaca baru segera dimulai;
Sementara itu, contoh pengembangan keterampilan membaca karya ilmiah
populer jenis koran, sebagimana yang diuraikan oleh Saddhono dan
Slamet sebagai berikut.
a) bacalah nama koran, liriklah tanggal penerbitan;
b) jatuhkan pandangan mata Anda pada judul yang bercetak tebal,
berhentilah sejenak;
c) gerakkan mata Anda untuk memandang judul yang masih bercetak
tebal dengan gerakan berirama, seperti pada saat pelatihan membaca
frasa;
d) lanjutkan memandang judul yang bercetak tipis;
e) berlatihlah sejenak untuk memilih wacana yang akan dibaca dan
kegiatan membaca baru bisa dimulai.28
Membaca bukan hanya sekadar melafalkan kata, namun melibatkannya
dengan banyak hal, salah satunya berpikir dan memahami isi bacaan.
Melalui berpikir dan memahami kita sudah menjadi pembaca yang baik.
Jika pembaca tidak memahami isi bacaan, maka tidak akan sampai pesan
atau ilmu yang ada dalam bacaan tersebut. Untuk menjadi pembaca yang
baik, kita harus mengembangkan keterampilan membaca. Secara lebih
singkat, pengembangan keterampilan membaca dapat dilakukan dengan
cara
a) melatih kemampuan membaca ide pokok sebuah wacana;
b) melatih kemampuan untuk memahami bagian isi sebuah wacana;
c) melatih kemampuan mengenal kalimat yang tidak ada hubungan
dengan wacana;
d) melatih kemampuan untuk kritis dalam sebuah bacaan;
28
Ibid., h. 23-24.
29
Ahmad Bahtiar, “Apresiasi dan Kreasi Sastra”, https://www.academiaedu/27748136/APRESIASI_DAN
KREASI_SASTRA?source=swp_share diakses pada Selasa, 8 September 2020 pada pukul 09.05 WIB, h. 1-
2.
30
Bambang Sulistyo, “Proses Pengembangan Keterampilan Membaca Pemahaman (Reading
Comprehension) Mahasiswa”, https://media.neliti.com/media/publications/129752-ID-proses-
pengembangan-keterampilanmembaca.pdf, (Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), h. 32
diakses pada tanggal 12 September 2020 pada pukul 08.16 WIB.
31
Sulistyo. loc. cit.
34
Ibid., h. 33.
14 Keterampilan Membaca
adalah kemampuan untuk membuat kesimpulan tentang apa yang mereka
baca dan kemampuan untuk memilah-milah informasi penting.34
32
Muhsyanur, op. cit., h. 28-29.
33
Singgih D. Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Anak, (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2004), h. 46.
34
Ahmad Sunanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 90. 38 Ibid.
18 Keterampilan Membaca
kosa kata); tahap alfabetik (belajar hubungan sederhana antara grafem-fonem dan
fonemgrafem); dan tahap ortografik (memahami fungsi-fungsi morfemik dari
pengerjaan, dan menggunakan analogi leksikal membaca kata-kata baru).35
Pembelajaran membaca perlu mempertimbangkan aspek perkembangan
bahasa tulis setiap anak, yakni pada tingkatan mana anak sudah memunculkan
bahasa tulis. Penelitian yang dilakukan di Barat menunjukkan adanya tingkatan
membaca pada anak. Tingkatan tersebut bersifat hierarkis. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Barat, perkembangan membaca anak-anak dapat dikategorikan
ke dalam lima tingkatan, yakni tahap magic, konsep diri, pembaca antara, lepas
landas, dan independen. Menurut Cochorane, setiap anak mengalami lima
tingkatan membaca tersebut.36
Kelima tingkatan atau tahapan perkembangan membaca itu adalah sebagai
berikut.
1) Tahap Magic
Pada tahap ini, anak belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku
adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku, membawa-bawa
buku, dan sering memiliki buku-buku favorit.
2) Tahap Konsep Diri
Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan
“pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan
buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.
3) Tahap Pembaca Antara
Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka
mungkin memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang
berkaitan dengan dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis,
dapat membaca puisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap silabel
sebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan
bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.
4) Tahap Lepas Landas
Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda atau ciri,
yakni grafofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah
membaca, mulai mengenali huruf dari konteks, memperhatikan
lingkungan huruf cetak dan membaca apapun di sekitarnya, seperti tulisan
35
Ibid., h. 47.
36
Tadkiroatun Musfiroh, Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini, (Jakarta: Grasindo, 2009), h.
8-9.
37
Ibid.
38
Dedy Irawan, Mengembangkan Buku Teks Pelajaran Membaca Berbasis Pendekaran Proses untuk SD,
(Purwokerto Selatan: Pena Persada, 2020), h. 40-41. 43 Ibid., h. 16.
20 Keterampilan Membaca
pemahaman. Kegiatan ini dapat dipergunakan untu mengukur kemampuan anak
mendekoding makna teks.43
B. Faktor yang Menghambat dan Mendorong
Perkembangan
Membaca
Secara genetik, gangguan perkembangan membaca memiliki korelasi dengan
masalah disleksia pada salah satu anggota keluarga seorang anak dan
keterlambatan perkembangan fisik terutama pada perkembangan otak dan
hambatan psikis, seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, kelemahan mengingat,
dan menganalisis bentuk, huruf, atau kata.39
Berikut ini ada beberapa kebiasaan kurang baik dalam membaca yang perlu
dihilangkan, terutama membaca pada tingkat lanjut. Adapun kebiasaan-kebiasaan
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Membaca dengan menyuarakan isi bacaan (vokalisasi dan subvokalisasi).
2) Membaca dengan menonjolkan gerakan bibir atau berkomat-kamit.
3) Membaca menunjuk garis bacaan dengan menggunakan jari, pensil, atau
alat lain.
4) Membaca kata demi kata, atau kalimat demi kalimat sehingga dapat
menimbulkan keterlambatan kesinambungan pemahaman makna.
5) Membaca dengan menggerakkan kepala mengikuti baris bacaan dari kiri
ke kanan.
6) Membaca dengan terlalu banyak memperhatikan butir demi butir
informasi sehingga terkadang memberikan makna secara utuh dan
berkelanjutan.
7) Membaca dengan terlalu cepat sehingga terkadang terdapat kesalahan
pengucapan terhadap kata atau kalimat.
8) Membaca hanya sebatas pengenalan topik dan pengalaman.
Untuk mendorong perkembangan membaca, ada kebiasaan baik yang perlu
dijaga dan dimiliki dalam kegiatan membaca antara lain sebagai berikut.
1) Memiliki penalaran terhadap arah dan tujuan kegiatan membaca.
2) Berkonsentrasi secara penuh terhadap kegiatan membaca dan bacaan.
39
Herri Zen Pietter, dkk., Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional,
2011), h. 165.
40
Muhsyanur, op. cit., h. 17-19.
22 Keterampilan Membaca
dari dalam rumah karena ini lebih mudah diterapkan pada anak daripada
ketika diterapkan di sekolah.
3. Anak-anak belajar lebih cepat dan lebih mudah karena mereka
mempunyai akar ingatan yang kuat dan dengan mudah menerima
bermacam-macam tulisan.
4. Anak-anak akan tumbuh menjadi pembelajar yang lebih baik. Mereka
akan mampu untuk membaca cepat dan memiliki pemahaman yang lebih
baik daripada mereka belajar membaca nanti.41
D. Mengenal Ragam Bacaan Anak
Untuk mendukung anak agar suka membaca semenjak dini, orang tua perlu
mengetahui apa saja ragam bacaan yang bisa diberikan kepada anak. Hal tersebut
dirangkum dalam buku Murti Bunanta sebagai berikut.42
1. Buku fiksi yang terdiri atas :
a. Buku bacaan bergambar (picture book), pengalaman pertama
membaca anak-anak sebaiknya lewat buku jenis ini, karena memang
dibuat khusus untuk anak usia 0-7 atau 8 tahun. Buku jenis ini terdiri
dari buku bacaan bergambar yang menyuguhkan informasi seperti
buku abjad dan buku cerita bergambar yang lebih berupa buku cerita.
b. Komik (setiap halaman terdapat banyak gambar yang disusun
vertikal dan horizontal dengan balon-balon teks untuk menunjukkan
berbagai maksud).
c. Sastra tradisonal (cerita rakyat seperti legenda, mitos, dan dongeng).
d. Fantasi modern (cerita yang ditulis oleh seorang pengarang),
e. Fiksi Realistis (cerita yang terjadi pada kehidupan manusia),
f. Fiksi sejarah (menceritakan tentang rakyat biasa, di mana sejarah
menjadi latar belakang dan inspirasinya),
g. Puisi (melalui sajak kanak-kanak, seperti pok ame-ame, belalang
kupukupu, tepok rame-rame).
2. Buku non-fiksi, jenisnya adalah:
a. Buku informsi (ada foto, ilustrasi, dibungkus dengan cerita yang
akurat; otentik; menggunakan fakta-fakta, bisa membicarakan
lingkungan; bagian dari tubuh manusia; dsb.
41
Imas Mastoah, “Keterampilan Membaca”, (Primary Vol. 08 No. 02 (Juli-Desember), 2016), h. 181-182.
42
Murti Bunanta, Buku, Mendongeng, dan Minat Membaca, (Jakarta: Kelompok Pencinta Bacaan Anak,
2008), h.29.
43
Ibid., h. 42-43.
44
Jim Trelease, Read-Aloud Handbook (Mencerdaskan Anak dengan Membacakan Cerita Sejak Dini).
(Hikmah: Jakarta, 2008), h.19.
24 Keterampilan Membaca
F. Strategi Pembelajaran Keterampilan Membaca
Strategi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dibuat dan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan pembelajaran banyak ditentukan
oleh beberapa faktor salah satunya adalah penentuan pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat. Guru bertindak sebagai fasilitator hendaknya mampu
memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
dengan melakukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Dalam buku Iskandarwass masyarakat negara berkembang ditandai dengan
rendahnya kemampuan baca, serta budaya baca yang belum tertanam dengan baik.
Hal ini juga bisa merujuk ke dalam kata pengantar dalam buku ini. Lebih lanjut
dikatakan oleh Iskandarwassid, bahwa Indonesia, Venezuela, dan Trinidad-
Tobago, kemampuan baca penduduknya berada pada urutan terakhir dari 27
negara yang diteliti (IEA, 1992; Asia’s Weeks, 1997).45
Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan yang terlihat secara kasat mata –
dalam hal ini siswa atau mahasiswa melihat sebuah teks, membacanya, dan setelah
itu diukur dengan kemampuan menjawab sederet pertanyaan yang disusun
mengikuti teks tersebut sebagai alat evaluasi. Hal itu juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor dari dalam, maupun luar pembaca. Tes kemampuan membaca adalah sebuah
tes keterampilan berbahasa yang bisa dilakukan dalam pengajaran bahasa, baik
dalam pengajaran bahasa pertama, maupun kedua (asing).
Strategi pembelajaran keterampilan membaca juga ditandai dengan pemberian
sejumlah tes. Ada banyak cara yang distandarkan untuk mengukur kemampuan
membaca. Sejumlah teknik pengukuran kemampuan membaca yang sering
digunakan adalah:51
1) Bentuk betul-salah,
2) Melengkapi kalimat,
3) Pilihan ganda
4) Pembuatan ringkasa atau rangkuman,
5) Cloze test, 6) C-test
Teknik yang paling umum dipakai adalah format bentuk tes pilihan ganda.
Format ini sering dikritik karena jawaban benar bisa ditebak dari lebih satu cara. Di
samping itu, juga diragukan kemampuan membaca wacana siswa dengan
45
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (PT Remaja Rosdakarka, 2008),
h.245. 51Ibid, h.247
26 Keterampilan Membaca
Bab
3
Peningkatan Membaca
Nyaring
A. Pengertian Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau
kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup
keras. Membaca nyaring juga diharapkan memperhatikan bahan bacaan dan
menggunakan intonasi yang tepat dan jelas. Membaca nyaring adalah suatu
aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pembaca
bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau
memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang.
Adapun pengertian lainnya, membaca nyaring adalah kegiatan membaca
dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang
tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan
oleh penulis baik berupa pikiran, perasaan, sikap ataupun pengalaman
penuli.46Membaca merupakan interaktif antara keterlibatan pembaca dengan teks
dan bergantung pada konteks orang yang membaca.
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai
kemampuan, di antaranya:
1) membaca dengan terang dan jelas;
2) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif;
3) membaca dengan tidak terbata-bata;
4) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya;
5) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya; 6) membaca
dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan; 7) membaca dengan
penuh kepercayaan pada diri sendiri.
Membaca nyaring atau bersuara adalah cara membaca dengan bersuara atau
membaca yang dilakukan secara lisan. Cara ini dilakukan ketika belajar membaca
sewaktu di Sekolah Dasar. Perlu dipahami bahwa membaca nyaring pertama-tama
haruslah mengerti makna dan perasaan yang terkandung dalam bacaan sehingga
penyusunan dan penekanan kata-kata sesuai dengan ujaran pembicaraan yang
hidup. 47 Membaca nyaring juga akan kita gunakan pada saat kita membacakan
puisi atau teks pidato di depan kelas, membacakan pengumuman, membacakan
cerita, membacakan dongeng, membacakan cerita pengalaman pribadi yang
berkesan, dan lain sebagainya. Pembaca nyaring yang baik biasanya ingin sekali
agar pendengarnya memahami apa yang ia sampaikan. Oleh sebab itu, pembaca
hendaklah mengetahui keinginan serta kebutuhan pendengarnya, serta
menginterpretasikan bahan bacaan
secara tepat.
Dengan demikian, membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan
yang merupakan alat bagi guru, murid, atau pembaca bersama-sama dengan orang
lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan
perasaan seorang pengarang. 48 Membaca nyaring juga merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang begitu rumit, komplek dan penuh dengan seluk-beluk.
Pertama-tama, seorang pembaca harus mengetahui pengertian aksara di atas
halaman kertas dan sebagainya, kemudian memproduksikan suara yang tepat dan
bermakna. jangan juga diabaikan bahwa membaca nyaring itu pada hakikatnya
46
Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 124.
47
Herlinyanto, op. cit., h. 7-8.
48
Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Angkasa, 2008),
h.23.
28 Keterampilan Membaca
merupakan suatu masalah dalam bentuk lisan atau moral matter. Oleh karena itu,
dalam pengajaran bahasa asing, ucapan lebih diutamakan daripada pemahaman.49
Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca memiliki kecepatan
mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat
pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar.
Pembaca juga harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas
maknanya bagi para pendengar. Pendek kata, pembaca harus mempergunakan
segala keterampilan yang telah dipelajarinya pada membaca dalam hati sebagai
tambahan bagi keterampilan lisan untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan
pada orang lain.
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta
memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan
serta minat. Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan membaca nyaring,
sang guru harus memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi
belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya
terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh si pembaca. Tanggapan
tersebut mungkin hanya dalam hati, tetapi bersifat apresiatif, mempunyai nilai
apresiasi yang tinggi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca nyaring
adalah suatu kegiatan menyuarakan kalimat-kalimat dalam bacaan dengan intonasi
dan lafal yang tepat serta dapat memperoleh pesan atau informasi dari bacaan.50
Membaca nyaring terdiri dari berbagai kemampuan, di antaranya adalah;
1) menggunakan ucapan yang tepat;
2) menggunakan frasa yang tepat;
3) menggunakan intonasi suara yang wajar;
4) dalam posisi sikap yang baik; 5) menguasai tanda-tanda baca;
6) membaca dengan terang dan jelas;
7) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif;
8) membaca dengan tidak terbata-bata;
9) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya;
10) kecepatan tergantung dari bahan bacaan yang dibacanya; 11) membaca
dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan; 12) membaca dengan
penuh kepercayaan pada diri sendiri.
49
Andi Sahtiani Jahir, Membaca, (Pasuruan: Qiara Media, 2020), h. 48.
50
Henry Guntur Tarigan, Membaca Ekspresif, (Bandung: Angkasa, 1994), h. 23.
51
Andi Sahtiani Jahrir, Membaca, (Jawa Timur: Penerbit Qiara Media, 2020), h. 58-59.
52
Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Hak Cipta, 2012), h. 19.
59
Dalman, Keterampilan Membaca, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 65.
30 Keterampilan Membaca
nyaring ialah agar seseorang mampu menggunakan ucapan yang tepat,
membaca dengan tidak terus menerus melihat pada bahan bacaan,
membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.53
Selain itu, tujuan membaca nyaring adalah agar pembaca atau
pendengar secara bersama-sama dapat memahami isi bacaan. Dengan
demikian, pembaca harus melihat bahan bacaan dan memelihara kontak
mata dengan para pendengar.
Secara terperinci membaca nyaring memiliki lima tujuan, yaitu:
1) Membaca untuk tujuan studi. Tujuan membaca ini berguna apabila kita
ingin memahami secara detail dan menyeluruh isi buku, menangkap ide
pokok atau gagasan utama buku secara tepat, dan mendapatkan informasi
tentang sesuatu.
2) Membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan. Tujuan membaca
ini menggunakan teknik membaca skimming berguna Apabila kita ingin
menemukan informasi dari surat kabar, buku, dan ensiklopedia.
3) Membaca untuk menikmati karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan
drama. Membaca yang mempunyai tujuan menikmati biasanya dilakukan
dengan santai.
4) Pembaca untuk mengisi waktu luang dilakukan untuk mencari informasi
dalam surat kabar.
5) Membaca untuk mencari keterangan tentang sesuatu istilah dalam
kamus.54
53
Ibid., h. 23.
54
Noreka Elisabet, Keterampilan Membaca Nyaring, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2019), h. 8.
55
Sumriana, Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring dengan Menggunakan Metode Latihan Siswa
Kelas III SDN 5 Kayumalue Ngapa Kecamatan Palu Utara, (E-Jurnal Bahasantodea, 2015), 3(2), 50-58.
10.22487/ j23022000, h. 52.
56
Dalman, op. cit., h, 65.
57
Ibid., h. 1.
58
Vicky Alvianto, Keterampilan Membaca Nyaring, https://files.osf.io/v1/resources/nj5qk/providers/osfst
orage/5cde35a935f2580019a339ec?action=download&direc&version=1, diakses pada 25 September 2020
pukul 20.39 WIB.
32 Keterampilan Membaca
D. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan dalam
Membaca Nyaring
1. Pembaca harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam
bahan bacaan.
2. Pembaca harus mempelajari kesimpulan penafsiran atau lambang-
lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekana sesuai
dengan ujaran.
3. Pembaca harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan
mata yang jauh.
4. Pembaca harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar
jelas maknanya bagi para pendengar.59
59
Alvianto, op. cit., h. 23.
60
Muhammad Ali Al-Khuliy, Model Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Royyan Pres, 2016), h. 85-86.
61
Ibid., h. 24.
62
Membaca Nyaring, diakses pada 2 Oktober 2020, pukul 14.45 WIB.
34 Keterampilan Membaca
Bab
4
63
Femi Olivia, Toolss for Study Skills: Teknik Membaca Efektif, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008),
h.3.
hal-hal lainnya. Pepatah mengatakan “Buku gudang ilmu, membaca adalah
kuncinya”. Membaca merupakan kunci gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam
buku harus digali dan dicari melalui membaca. Keterampilan membaca
menentukan hasil penggalian ilmu itu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia modern saat ini.64
Membaca dalam hati adalah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis
membaca ini lebih menekankan terhadap pemahaman isi bacaan. Finocchiaro
mengemukakan bahwa pelajar harus dapat menemukan dari bahan bacaan
jawaban terhadap beberapa kata atau sesuatu ide, pendapat, atau pikiran
utama/pikiran pokok, dan sebagainya.
64
Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung: Penerbit Grafindo Media Pratama, 2008),
h.24. 72 Catarina Kurnia Setyawati, “Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Membaca melalui
Penerapan Teknik Tari Bambu”, (Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 02/Tahun XVI/November 2011).
36 Keterampilan Membaca
mungkin dengan tujuan untuk memahami isi yang penting dalam bacaan
agar membaca secara efisien dapat terlaksana. Hal ini merupakan salah
satu alat yang dimanfaatkan oleh orang asing yang hendak mempelajari
suatu hal tanpa harus pergi ke negara bahasa.65
Dalam Dictionary of Reading disebutkan membaca ekstensif merupakan
program membaca yang dilakukan secara luas. Para siswa diberikan
kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup
bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ekstensif ini
sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang
sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya. Karena membaca
ekstensif merupakan program membaca secara luas, implikasinya antara
lain, pertama, bahan-bahan bacaan, baik jenis teks maupun ragamnya
haruslah luas dan beraneka. Dengan demikian, siswa akan banyak
memiliki kekuasaan dalam menentukan pilihan terhadap bahan bacaan
tersebut. Meskipun demikian, yang harus diperhatikan oleh guru adalah
faktor kesulitan dari bahan bacaan tersebut. Jangan sampai bahan bacaan
terlalu sulit untuk dicerna. Kedua, waktu yang dipergunakan untuk
membaca pun harus sesingkat mungkin. Pada membaca ekstensif
pengertian atau pemahaman yang bertaraf relatif rendah sudah memadai.
Mengapa demikian? Karena dalam program membaca ekstensif tuntutan
dan tujuannya pun memang hanya sekedar untuk memahami isi yang
penting saja dari bahan bacaan yang dibaca tersebut dengan menggunakan
waktu secepat mungkin.74
65
Fahrudin Ramadhan, Keterampilan Membaca Intensif, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2019).
74
Dondian, Bachrudin, Yanty, “Program Membaca Ekstensif: Meningkatkan Motivasi Membaca Siswa”.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196401221989031
KHOLID_ABDULLAH_HARRAS/Bahan2_Kuliah/Makalah/Membaca_Intensif_dan_Membaca_Ekstensif
. pdf. (Jurnal Penelitian Pendidikan, ISSN 1412-565 X), h. 325, diakses pada10 Oktober 2020 pukul 23.07
WIB.
66
Fahrudin Ramadhan. loc. cit
76
Setyawati. loc. cit.
38 Keterampilan Membaca
memiliki makna bahwa dalam membaca tentu yang kita butuhkan adalah
pemahaman akan bacaan tersebut agar kita bisa menerima informasi yang
diinginkan. Selanjutnya adalah pemahaman interpretasi, yaitu saat
membaca kita akan memberikan kesan terhadap suatu bacaan, seperti
reaksi-reaksi yang diharapkan apabila kita membaca informasi tersebut.
Terakhir adalah pemahaman kritis di mana kita harus memiliki pemikiran
yang kritis agar bisa menyerap informasi yang dibutuhkan secara cepat
dan tepat.67
Menurut Brook sebagaimana dikutip oleh Tarigan bahwa intensive reading
merupakan studi saksama, telaah teliti serta penanganan terperinci
terhadap suatu tugas yang pendek yang kira-kira hanya 2-4 halaman pada
setiap harinya. Menurutnya, secara garis besar intensive reading terbagi
dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah
bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi
membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for
understanding), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading
for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing
(foreign language reading) dan membaca telaah sastra (literary reading).68
Menurut Brook sebagaimana dikutip oleh H.G. Tarigan, secara garis besar
intensif reading terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading)
dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading). Membaca telaah isi
dibagi lagi menjadi membaca teliti (close reading), membaca pemahaman
(reading for understanding), membaca kritis (critical reading), dan membaca
ide (reading for ideas).69
a. Membaca Teliti
Secara sederhana, membaca teliti dapat dikatakan sebagai kegiatan
membaca secara seksama yang bertujuan untuk memahami secara
detail gagasan-gagasan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut atau
untuk melihat organisasi penulisan atau pendekatan yang digunakan
oleh si penulis.
b. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman menurut Tarigan merupakan sejenis membaca
yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma
67
Tarigan, op. cit., h. 37.
68
Dondian. loc. cit.
69
Dondian. loc. cit.
70
Dondian. loc. cit.
40 Keterampilan Membaca
10) Menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang
sulit).
11) Pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan
respons personal/komentar terhadap apa yang dibaca).
12) Membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi
teks dan cara pengorganisasian teks.71
71
Samhis Setiawan, “Penjelasan Membaca Ekstensif Beserta Tujuannya”, https://www.gurupendidikan.co.id/
membaca-ekstensif/#ftoc-heading-9 diakses pada 10 Desember 2020 pukul 17.20 WIB.
72
Saptura Yogi, “Membaca Intensif dan Ekstensif”, https://majalahpendidikan.com/membaca-intensif-
danekstensif/#Karakteristik_Membaca_Intensif diakses pada 10 Desember 2020 pukul 17.24 WIB.
73
Guru - Penulis Writing Camp 1 Gresik, Guru (bukan) Tersangka, (Kulon Gresik: Caremedia
Communication, 2017), h. 33-34.
74
Guru - Penulis Writing Camp 1 Gresik. loc. cit.
75
Tarigan, Loc. cit.
42 Keterampilan Membaca
f) Tujuan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi/informasi
bacaan yang penting dengan cepat, tepat (efektif), dan hemat
(efisien).76
76
Asul Wiyanto, Mampu Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 58.
77
Destia Ramadanti Putri, “Keterampilan Berbahasa Membaca Intensif”, https://osf.io/m5p64/
download/?format=pdf diakses pada 2 Oktober 2020 pukul 10.20 WIB.
78
Sri Rahayu, M. Ali Sidiqin, “Pengaruh Teknik Membaca Intensif terhadap Kemampuan Menemukan Ide
Pokok Paragraf dalam Artikel ‘Kpk Batman yang Lelah’ pada Siswa Kelas Xii SMA Swasta Paba Secanggang
Kapupaten Langkat”, Jurnal Serunai Bahasa Indonesia. Vol 16, No. 2, Oktober 2019, e-ISSN 2621-5616,
h. 105-106 diakses pada 3 Oktober 2020 pukul 14.00 WIB.
79
Tim Guru Eduka, Ulangan Harian SMP/MTs Kelas IX, (Jakarta: Cmedia Imprint Kawan Pustaka, 2018),
h. 239.
80
Saddhono, dkk., Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. (Bandung: Karya Putra Darwati,
2012), h. 104.
44 Keterampilan Membaca
Saat membaca, kita membutuhkan banyak referensi agar dapat memahami
bacaan secara tepat.81
Tujuan Pembaca memahami semua hal Memahami isi bacaan yang penting-penting
yang disajikan dalam bacaan. dengan cepat.
81
Tarigan, op. cit., h. 43.
46 Keterampilan Membaca
dalam hal ini untuk mencapai perilaku gemar membaca.82 Ada beberapa gagasan
penulis tawarkan sebagai upaya meningkatkan minat baca dan budaya literasi
peserta didik dan masyarakat secara luas.
Pertama, tanamkan gemar membaca sejak dini. Keterampilan membaca ataupun
menulis bukanlah faktor keturunan, melainkan kebiasaan yang ditirukan dan
dilakukan secara kontinu. Oleh karena itu, budaya membaca haruslah
ditumbuhkan sejak usia dini. Dalam hal ini, faktor keluarga memang sangat
berperan penting. Dibutuhkan kesadaran dan dorongan para orang tua yang sejak
dini selalu menyisihkan waktu untuk melakukan aktivitas membaca bersama
dengan anak.
Kedua, ciptakan lingkungan ramah buku. Minat pada hakikatnya dapat diubah,
berubah, atau bahkan menghilang. Begitu juga dengan minat seseorang membaca
buku juga dapat dibentuk, dapat menguat, melemah, atau bahkan hilang sama
sekali. Minat baca akan berkembang dengan baik apabila didukung oleh lingkungan
yang ramah dengan buku. Terutama bagi para mahasiswa, sebaiknya bergaullah
dengan orang-orang yang gemar membaca.
Ketiga, lembaga pendidikan harus berperan. Di lembaga pendidikan, guru dosen,
dan pustakawan berperan penting meningkatkan minat baca peserta didik dan
masyarakat sekitar. Guru atau dosen dan pustakawan tentu harus terlebih dulu
memiliki minat baca yang tinggi. Keteladanan haruslah ditunjukkan kepada peserta
didik dan masyarakat sekitar. Apabila guru atau dosen dan pustakawan tidak
memiliki minat baca yang tinggi, mustahil dapat diikuti oleh para peserta didik.
Sekolah sebaiknya juga konsisten menentukan alokasi waktu untuk kegiatan-
kegiatan literasi, seperti yang tertuang dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
Keempat, berkolaborasi melakukan inovasi kreasi literasi. Dalam mewujudkan
masyarakat cerdas dan literat, semua pihak sebaiknya berkolaborasi dalam
menjalankan program-program literasi yang inovatif dan dirancang secara kreatif.
Pelaksanaan program-program literasi yang ada sebaiknya juga dijalankan secara
kontinu dan komprehensif. Untuk itu, masing-masing pihak, baik keluarga,
lembaga pendidikan, dan masyarakat umum, harus mendukung gerakan literasi
dalam mewujudkan masyarakat yang literat dan berkarakter sehingga adaptif
terhadap perkembangan zaman.
Kelima, memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan. Hampir di semua lembaga
pendidikan telah memiliki sarana perpustakaan yang memadai. Maka dari itu, yang
dibutuhkan tinggal memaksimalkan pemanfaatan perpustakaan sebagai sarana dan
sumber belajar peserta didik. Dalam hal ini, perpustakaan harus dijadikan sebagai
82
Dondian, Bachrudin, op.cit., h. 325.
83
Umar Mansyur, “Gempusta: Upaya Meningkatkan Minat Baca”, (Universitas Muslim Indonesia, 2019),
https://www.researchgate.net/publication/337671871_Gempusta_Upaya_Meningkatkan_Minat_Baca,
(Makassar : Universitas Muslim Indonesia, 2019), diakses pada 10 Desember 2020 pukul 16.20 WIB. 94
Sumi Minasih, Sri Wahyuni, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA 2009 Bahasa Indonesia Program
IPA/IPS, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 13.
48 Keterampilan Membaca
Bab
5
Metode MembacaSQ3R
84
Zulhidah, Strategi Pembelajaran Reading Comprehension, (Pekanbaru: Pusaka Riau, 2010), h. 34.
46
yang mencakup lima tahap yaitu, survey atau penelitian atau pendahuluan, question
atau tanya, read atau baca, recite atau menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri,
review atau meninjau kembali. Pada teknik SQ3R menurut Mulyati itu terdiri dari
survey, yaitu melakukan peninjauan, setelah itu membuat pertanyaan dari hasil
peninjauan tersebut, kemudian melakukan kegiatan membaca, selanjutnya
menceritakan hasil bacaan yang telah dibaca, dan diakhiri dengan review artinya
meninjau atau memeriksa kembali bagian-bagian hasil bacaan tersebut.85
Selain itu, Susanti dan Yulita menjelaskan bahwa metode SQ3R juga merupakan
model pembelajaran yang menuntun mahasiswa untuk memahami materi pelajaran
secara sistematis, meningkatkan keaktifan, dan kemandirian mahasiswa serta
memudahkan mahasiswa belajar, karena model ini terarah langsung pada intisari yang
ada pada pokok kajian.86 Kemudian pembelajaran SQ3R juga menjadi bagian dari
model membaca yang dapat mengembangkan metakognitif murid, yaitu dengan
menugaskan murid untuk membaca bahan belajar secara cermat dan saksama.
Menurut pendapat Yuliani, SQ3R ini akan menjadi suatu strategi membaca untuk
menemukan ide-ide pokok dan pendukungnya serta membantu mengingat agar lebih
tahan lama melalui 5 langkah kegiatan, yaitu survey, question, read, recite, dan review.87
Selain itu, metode membaca SQ3R menurut Suandi juga dapat meningkatkan
perolehan nilai membaca karena metode ini menuntun siswa untuk menyelidiki; judul
dan subjudul, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan ide-ide pokok yang sudah
dibaca dan mengulang kembali bacaan tersebut.88
Metode SQ3R juga telah dikembangkan oleh Francis P. Robinson yang secara
spesifik dirancang untuk memahami isi teks yang terdapat dalam buku, artikel ilmiah
dan laporan penelitian. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam
berbagai pendekatan belajar.89
Kemudian hal-hal yang sering dilakukan untuk pembelajaran membaca cepat
adalah siswa disuruh membaca dalam hati, kemudian menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Guru belum pernah mengukur seberapa
besar kecepatan membaca yang dimiliki oleh siswa serta seberapa besar persentase
85
Andi Sahtiani Jahir, Membaca, (Pasuruan: Qiara Media, 2020), h. 71.
86
Rini Agustina, dan Hariyadi, “Penerapan Metode SQ3R dan Metode PQ3R terhadap Keterampilan Membaca
pada Mahasiswa”, (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 2 No. 1), h. 71-72.
87
Agus Krisno Budiyanto, SINTAKS 45 Metode Pembelajaran dalam Student Centered Learning (SCL),
(Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2016), h. 132.
88
Ibid.
89
Masykur, Siti Khanafiyah, Langlang Handayani, “Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran Kooperatif
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Tata Surya pada Siswa Kelas VII SMP”, Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol. 4 No. 2, h. 76.
50 Keterampilan Membaca
pemahaman isi yang dicapai siswanya, guru beranggapan bahwa yang penting
setelah membaca, siswa dapat menjawab pertanyaan yang tersedia. Upaya untuk
menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat menghambat kecepatan membaca dan
untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat adalah dengan menerapkan
metode survei, question, read, recite, dan review (SQ3R)
Penerapaan metode SQ3R seharusnya diawali dengan membangun gambaran
secara umum tentang bahan yang akan atau sedang dipelajari, lalu siswa membuat
pertanyaan dari judul atau subjudul suatu bab, dilanjutkan dengan membaca untuk
mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Salah satu kelebihan metode SQ3R
menurut Soedarso adalah dengan metode ini siswa cenderung lebih mudah
menguasai isi bacaan. Hal ini terjadi karena sebelum membaca, pembaca
melakukan survei bacaan terlebih dahulu untuk mendapatkan gagasan umum apa
yang akan dibaca. Kemudian ia mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri
yang jawabannya terdapat dalam bacaan tersebut.90
90
Edy Suryanto, dkk, “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode SQ3R pada Siswa SD”,
https://jurnal.uns.ac.id/paedagogia/article/download/16594/pdf diakses pada 21 Oktober 2020 pukul 16.34
WIB.
1. Survey (Peninjauan)
Langkah pertama yang dilakukan dalam metode SQ3R ialah survey. Dalam bahasa
Indonesia, survey merupakan padanan kata dari survei yang berarti teknik riset
dengan memberi batas yang jelas atas data, penyelidikan, dan peninjauan.
Survey (menyelidiki) atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan
sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi
dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1) mempercepat
menangkap arti, 2) mendapat abstrak, 3) mengetahui ide-ide yang penting, 4)
melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, 5) mendapatkan minat
perhatian yang seksama terhadap bacaan, dan 6) memudahkan mengingat
lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Dalam kegiatan survey (prabaca) ini dilakukan dalam beberapa menit tujuannya
untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka
buku secara cepat dan menyeluruh yang langsung tampak oleh mata. Kegiatan
survey tersebut bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum
tentang isinya. Kegiatan survey ini selain dilakukan terhadap sebuah buku yang
akan dibaca, juga dapat dilakukan untuk melihat suatu artikel di koran atau
majalah. Ada beberapa macam survey, yaitu survey buku, survey bab, survey
artikel, survey kliping91
Sebelum membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk
mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku
secara cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Anatomi buku meliputi
(1) bagian pendahuluan, seperti halaman judul (judul, nama pengarang,
penerbit, tempat penerbit, tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman
ucapan terima kasih, daftar, tabel, dan daftar gambar (jika ada daftar tabel,
grafik, dan gambar), barang kali juga halaman yang berisi persetujuan yang
berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang
menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku,
yaitu berisi kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks.103
91
Nurhayati Pandawa, dkk, Pembelajaran Membaca, (Jakarta: Departemen Pendiidkan Nasional), h. 11. 103
Lilis Siti Sulistyaningsih. “Metode SQ3R”, http://repository.ut.ac.id/4816/1/PBIN4329-M1.pdf, diakses
pada 1 November 2020, pukul 19.25 WIB. h. 1.5.
52 Keterampilan Membaca
Langkah-langkah dalam survey menurut Tarigan, yaitu periksalah keseluruhan
tugas yang diberikan kepada Anda. Perhatikanlah judul-judul serta
subjudulsubjudul bab utama. Perhatikanlah organisasi bab tersebut. Bacalah
secara sekilas paragraf pertama; mungkin merupakan suatu pendahuluan yang
bermanfaat bagi tugas itu. Bacalah sekilas paragraf terakhir, yang mungkin saja
merupakan ringkasan atau rangkuman yang berharga. Lihat dan perhatikanlah
gambar-gambar, fotografi-fotografi, lukisan-lukisan para seniman, peta, grafik,
diagram yang ada; semuanya itu telah direncanakan untuk menolong pembaca
memahami bab tersebut.92
2. Question (Tanya)
Langkah kedua dalam metode SQ3R, yaitu question. Dalam bahasa Indonesia,
question berarti pertanyaan atau tanya. Question dapat diartikan sebagai
mengajukan pertanyaan tentang yang dibaca dengan mengubah subjudul
menjadi pertanyaan. 93 Bersamaan pada saat survey, ajukan
pertanyaanpertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul
dan subjudul menjadi sebuah pertanyaan. Kita dapat menggunakan 5W+1H
(What, Who, Where, When, Why, dan How). Pada waktu survey buku,
pertanyaan kita mungkin masih terlalu umum, tetapi pada waktu survei bab,
pertanyaan kita akan lebih khusus. Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut
adalah membuat (pembaca lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan
yang ada. Selain itu, pertanyaanpertanyaan tersebut akan membangkitkan
keingintahuan kita, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan
mempercepat penguasaan seluruh isi bab.106
Sering kali di saat seseorang dihadapkan oleh sebuah bacaan, terjadi timbulnya
pertanyaan pada diri sendiri yang berkaitan dengan bacaan tersebut.
Pertanyaanpertanyaan itu dapat menuntun kita memahami bacaan dan
mengarahkan pikiran pada isi bacaan yang akan dimasuki sehingga dapat
bersikap aktif, tidak hanya mengikuti saja apa yang dikatakan pengarang. Kita
boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang dikatakan pengarang sambil
nanti melihat buktinya.94 Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila kita
membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka kita membaca lebih
92
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015),
h. 56.
93
Subadiyono, Pembelajran Membaca, (Palembang: Noer Fikri Offset, 2014), h. 107. 106
Pandawa, op. cit., h. 12.
94
Sulistyaningsih. loc. cit. 108
Tarigan. loc. cit.
95
Pandawa. loc. cit.
96
Sulistyaningsih, op. cit., h. 1.6 111
Pandawa, op. cit., h. 12.
54 Keterampilan Membaca
dasar bab tersebut. Lihat kembali pada catatan-catatan yang telah dibuat dan
ingat ide-ide utama yang disarankannya kepada kita. Periksa kembali bab itu
dan haruslah dapat meyakini diri sendiri bahwa kita dapat menyatakan dengan
tepat isi setiap bagian-bagiannya. Jawablah segala pertanyaan yang telah kita
buat
pada tahap/langkah kedua (question) yang telah diutarakan di atas.
Selanjutnya, kita alihkan perhatian pada setiap proses, atau hal-hal lain yang
menarik yang harus diingat atau tercakup dalam catatan-catatan kita. Kita
harus yakin bahwa kita dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan pada
akhir bab, dan mencoba meramalkan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan oleh bapak/ ibu guru dalam kuis atau ulangan sehari-hari, pada
diskusi kelas ataupun dalam ujian akhir.97
97
Tarigan, op. cit., h. 57.
98
Pandawa. loc. cit.
99
Sulistyaningsih. loc. cit.
56 Keterampilan Membaca
Oleh karena itu, kita akan lebih mudah mencari referensi tentang hal itu.
Membaca dengan SQ3R harus kita lakukan dengan mengikuti langkah-langkah
yang tersurat dalam singkatan SQ3R tersebut. Ada beberapa keuntungan atau
manfaat yang kita peroleh dengan menggunakan metode tersebut.
1) Dengan menyurvei buku terlebih dahulu, kita akan mengenal organisasi
tulisan dan memperoleh kesan umum dari buku. Hal ini akan
mempercepat pemahaman terhadap buku tersebut.
2) Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang kita baca
akan membangkitkan keingintahuan dan membantu untuk membaca
dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting (relevan), serta
akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan
seluruh isi buku.
3) Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu
oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu menyurvei buku dan menyusun
pertanyaan tentang bacaan.
4) Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu kita
memahami secara cepat dan membantu ingatan kita. Mencatat fakta-fakta
serta ide-ide yang penting akan menanamkan kesan yang mendalam pada
ingatan kita.
5) Melalui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi, kita akan
memperoleh penguasaan bulat dan menyeluruh atas bahan yang kita
baca.100
100
Sulistyaningsih, op. cit., h. 1.11-1.12.
101
Boni Alep, dkk., “Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Internet terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik Unsur di SMA Labschool Palu”,
58 Keterampilan Membaca
Bab
6
103
Supriyadi, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 2, Buku II, (Jakarta: Depdikbud. 1992), h. 182.
meskipun dikembangkan pula di tingkat sesudahnya dan dalam mata pembelajaran
lainnya.
Dalam proses oprasionalnya, metode SAS mempunyai Langkah-langkah dengan
urutan sebagai berikut: (a) struktur, menampilkan keseluruhan; (b) analisis,
melakukan proses penguraian; (c) sintesis, melakukan pengembangan kembali pada
struktur semula.
Linda Puspita dalam Maguna Eliastuti dan Nur Irwansyah menyatakan
bahwa metode SAS merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk
proses pembelajaran membaca bagi siswa pemula. Pembelajaran membaca dengan
metode ini mengawali pembelaharan dengan dua tahap, yakni menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Di dalam prinsip metode SAS ada beberapa
prinsip-prinsip dalam pembelajaran menggunakan metode SAS. Prinsip tersebut
adalah:
1) kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan
menggunakan metode ini harus menampilkan kalimat secara utuh dan
lengkap berupa kalimat-kalimat dasar;
2) struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas
dalam pikiran/pemikiran murid. Hal ini dapat dilakukan dengan
menampilkannya secara berulang-ulang sehingga merangsang murid
untuk mengetahui bagian-bagiannya;
3) adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur
struktur kalimat yang ditampilkan;
4) unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentu
semula (sintesis). Pada taraf ini murid harus mampu menemukan fungsi
setiap unsur serta hubungannya satu dan lain sehingga terbentuk unsur
semula;
5) struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa
murid.104
Metode (SAS) didasarkan pada teori ilmu jiwa Gestalt (keseluruhan). Dalam
model ini, anak pertama kali memaknai segala sesuatu secara keseluruhan.
Keseluruhan memiliki makna yang lebih bila dibandingkan dengan unsur-
unsurnya. Kedudukan setiap unsur, hanya berarti jika memiliki kedudukan
fungsional dalam suatu keseluruhan. Misalnya unsur “a” hanya bermakna dalam
104
Maguna Eliastuti dan Nur Irwansyah, “Keefektifan Membaca Menggunakan Metode Struktural Analitik
Sintetik (SAS) pada Siswa yang Kesulitan Membaca”, Vol.10, No.01, Dieksis, Universitas Indraprasta
PGRI, 2018, h. 34.
60 Keterampilan Membaca
jika “a” ini fungsional dalam kata atau kalimat, misalnya “apel”, “ayam” atau “apel
itu merah”, “ayam itu lima ekor”.
Berdasarkan pengertian tersebut, model SAS memperkenalkan membaca
permulaan kepada anak dengan memperkenalkan “kata” atau “kalimat
sederhana”.
Menurut Seefeldt dan Wasik dalam Basuki dijelaskan bahwa kata-kata tidak
dianalisis menjadi bagian-bagian, tetapi dipelajari sebagai unit-unit utuh sebagai
bagian dari seluruh teks. Membaca diajarkan dengan cara menjaga keutuhan
bahasa atau tidak terbagi-bagi. Belajar untuk mengerti kata-kata terjadi lewat
proses induksi. Jika anak telah memahami tentang kata atau kalimat, kemudian
kata atau kalimat tersebut diurai ke dalam bagian-bagiannya.
Urutan pembelajaran model SAS ini umumnya guru mengenalkan kata yang
ditulis di papan tulis tanpa atau disertai gambar. Kemudian guru menerangkan
bahwa kata itu dapat diuraikan menjadi suku kata dan suku kata diuraikan menjadi
hurufhuruf. Huruf-huruf digabung menjadi suku kata, dan suku kata digabung
menjadi kata. Demikian pula jika mengajarkan kalimat.105
105
Basuki, Pengembangan Model Pembelajaran Membaca dengan Pelabelan Objek Sekitar (POS) untuk
Murid Taman Kanak-Kanak, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2021), h. 4.
59
6) Proses akademik. Siswa diajak menganalisis kalimat menjadi kata, kata
menjadi suku kata, dan kemudian menjadi huruf;
7) Proses sintesis. Huruf-huruf itu disentesiskan kembali menjadi suku kata,
kata dan kalimat.106
Mulyono dalam Apri mengungkapkan, dengan mengacu dari teori-teori para
ahli tentang metode pembelajaran untuk membaca dan menulis permulaan, metode
yang sesuai dengan pembelajaran membaca dan menulis permulaan di Indonesia
adalah metode SAS. Metode SAS didasarkan pada asumsi bahwa pengalaman awal
mulai dari keseluruhan dan kemudian ke bagian-bagian. Anak diajak untuk
memecahkan kode tulisan kalimat pendek sebagai unit bahasa yang utuh.
Selanjutnya diajak menganalisis menjadi kata, kata menjadi suku, dan suku kata
menjadi huruf. Kemudian mensistensakan kembali dari huruf menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.107
Menurut Solchan dkk., bahwa ada beberapa manfaat yang dianggap sebagai
kelebihan dari metode SAS, di antaranya sebagai berikut: metode SAS sejalan
dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil
untuk berkomunikasi adalah kalimat, metode ini mempertimbangkan pengalaman
berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran akan lebih bermakna bagi anak karena
bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Metode SAS sesuai dengan
prinsip inkuiri (menemukan sendiri). Peserta didik mengenal dan memahami
sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri.108
106
Sri Sunarti, Pembelajaran Membaca Nyaring di Sekolah Dasar, (Penerbit NEM, 2021), h. 31-32.
61
lambat wacana dan diperbolehkan sambil menulis jawaban
tersebut.
b. Menceritakan kembali pada tahap ini siswa menyusun jawaban
pertanyaan sebagai hasil perpaduan antara pengetahuan lama
yang dimilikinya dengan 30 informasi baru yang diperoleh dari
kegiatan membaca. Selanjutnya menceritakan kembali isi wacana
tanpa melihat wacana.
109
Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Refika Aditama.
2016), h. 100-101.
110
Mulipah, Peningkatan Kemampuan Siswa Memahami Isi Bacaan dengan Strategi PQ4R di Kelas III SDN
Ngijo I Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang, (Semarang: UNNES, 2011), h. 56.
64 Keterampilan Membaca
Keterangan singkat dari metode PQ3R (Preview Question Read Recite
Review):
1) Preview: Membaca cepat meliputi = topik, kalimat utama, dan
gagasan pokok.
2) Question: Mengajukan pertanyaan berdasarkan jawaban
3) Read: Membaca dengan cermat, mencari jawaban berdasarkan
pertanyaan yang telah disusun.
4) Recite: Mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.
5) Review: Meninjau kembali.111
Istilah “skema” sebenarnya bukan hal yang baru. Kata skema sudah lama
menjadi kosakata bahasa Indonesia (merupakan kata serapan yang berasal dari
bahasa Inggris ‘schema’). Berdasarkan informasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
daring, skema memiliki makna bagian, rangka, kerangka (rancangan dan
sebagainya).112 Dewasa ini, frekuensi penggunaan kata skema cukup meluas.
111
Siti Anisatun Nafi’ah, Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI, (Yogyakarta: Media
Perkasa, 2018), h.77.
112
November 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
Bab
7
113
Sulistyaningsih, loc. cit.
66 Keterampilan Membaca
1) Memberikan kerangka untuk membantu dalam memahami informasi
baru
2) Bertindak sebagai pemandu untuk aktivitas yang bertujuan dan pencarian
lingkungan
3) Mengisi celah informasi yang diterima dari lingkungan.114
Teori skema juga mengikuti Rumelhart (1981) yang menyatakan bahwa skema
merupakan teori tentang pengetahuan. Teori ini menerangkan bagaimana
pengetahuan digambarkan dan gambaran itu dapat membantu penggunaan
pengetahuan dalam keadaan atau cara yang tertentu. Mengikuti teori skema ini,
semua pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang digambarkan dalam satu unit.
Unit ini dinamakan skemata. Oleh karena itu, skema ialah struktur data yang
menggambarkan konsep umum yang ada dalam ingatan seseorang. Seseorang itu,
mungkin mempunyai skemata yang menggambarkan pengetahuannya tentang
semua konsep seperti benda,keadaan, peristiwa, urutan perisitwa, perlakuan, dan
urutan perlakuan.115
Selanjutnya teori skema menekankan pada bagaimana pembelajar
memperoleh, menyimpan, dan mempergunakan pengetahuannya dalam bentuk
skema, seperti scaffolding, struktur bagaimana pengetahuan diorganisasikan di
dalam otak. Pembaca harus membuat hubungan makna antara informasi baru
dengan informasi sebelumnya (skemata), dengan menggunakan strategi pribadi,
yakni mengembangkan dan mencocokkan setiap tujuan individu dalam membaca
di samping mengonstruksi makan dari teks. Pembaca dikatakan memahami bacaan
ketika dapat memahami skema ke dalam pesan.133
Skema dan membaca adalah dua hal yang saling berkaitan erat. Oleh karena
itu, untuk dapat menerima informasi baru dari sebuah bacaan perlu adanya skema
tentang informasi lama yang berkenaan dengan informasi baru tersebut, sehingga
terjalin interaksi dan timbulah pemahaman. Terdapat asumsi bahwa sebuah teks
yang dibaca atau didengar, tidak dapat dengan sendirinya menyampaikan makna
kepada
114
Hasanuddin, Biopsikologi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press
Darussalam, 2017), h. 153-154
115
Marohaini Yusoff, Strategi Pengajaran Bacaandan Kefamahan, (Malaysia: PTS Akademia, 2014), h. 37.
133
Tadkiroatun Musfiroh, Menumbuhkembangkan Baca-Tulis Anak Usia Dini, (Jakarta: Grasindo, 2009), h.
19.
pembaca atau pendengar. Sebuah teks hanya memberikan petunjuk kepada
pembaca atau pendengar untuk menyusun pemahaman berdasarkan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.116
Teori skema menjadi dasar dalam model membaca interaktif, memandang
kegiatan membaca sebagai interaksi antara pembaca dan teks. Teori skema
menekankan pada bagaimana pembelajar memperoleh, menyimpan, dan
mempergunakan pengetahuannya dalam bentuk skema, seperti scaffolding.
Pengetahuan diorganisasikan di dalam otak. Akan terjalinnya hubungan makna
antara informasi baru dengan informasi sebelumnya (skemata), pembaca
menggunakan strategi pribadi, yakni mengembangkan dan mencocokan setiap
tujuan individu membaca di samping mengonstruksi makna dari teks. Pembaca
dikatakan memahami bacaan ketika dapat membawa skema ke dalam pesan.
Makna sebuah bacaan tidak terletak pada cetakan tertulis, akan tetapi terletak
pada pikiran pembaca. Maka, sebuah makna akan berubah sesuai pembacanya.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Anderson (1972) bahwa makna itu akan berubah
karena setiap pembaca mempunyai pengalaman yang berbeda-beda yang dia
pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasi kata-kata tersebut. Pemberian
makna tersebut akan terjadi dengan baik apabila pembaca mempunyai skema yang
cukup baik. Dapat dikatakan bahwa, keberhasilan seseorang dalam membaca
bergantung pada kekayaan skema yang dimilikinya. Kurangnya skema akan
menjadi hambatan bagi keberhasilan membaca.135
Menurut teori skema, memahami suatu teks merupakan suatu proses interaktif
antara latar belakang pengetahuan membaca dengan teks. Pemahaman yang efisien
mempersyaratkan kemampuan pembaca yang menghubungkan materi teks dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman suatu teks tidak hanya
sematamata memahami makna kata-kata dan kalimat dalam suatu teks saja, tetapi
juga pemanfaatan pengetahuan pembaca yang berhubungan dengan teks yang
dibacanya.117
Skema merupakan struktur kognitif yang terdiri dari pengetahuan yang
terorganisasi tentang situasi dan individual yang terabstraksikan dari
pengalamanpengalaman sebelumnya. Teori ini digunakan untuk memproses
informasi baru dan menelusuri kembali data yang telah tersimpan. Skema
merupakan abstraksi pengalaman yang secara konstan mengalami pemantapan
sesuai dengan informasi baru yang diperoleh. Dengan demikian, semakin banyak
116
Sulistyaningsih, loc. cit.
135
Sulistyaningsih, loc. cit.
117
Meliyawati, Pemahaman Dasar Membaca, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2016), h. 25.
68 Keterampilan Membaca
pengalaman seseorang semakin bertambah pulalah penyempurnaan skemanya.
Skema adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu
hal, menemukan jalan keluar, ataupun memecahkan persoalan. Orang harus
mengisi atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk
kerangka pemikiran yang benar. Kerangka pemikiran inilah yang akan membentuk
pengetahuan struktural seseorang, di mana pengetahuan struktural tersebut terdiri
dari skema-skema yang dipunyai dan hubungan antara skema-skema itu.118
Kegiatan membaca merupakan proses memahami bahasa tulisan. Gillet dan
Temple menyatakan pemahaman tersebut adalah proses pemaknaan kata-kata,
kalimat, dan hubungan dalam teks. Inti dari membaca adalah untuk memahami
apa yang kita baca, yang melibatkan pengetahuan sebelumnya, pengetahuan
tentang struktur teks, dan pencarian informasi aktif. Sejalan dengan hal tersebut,
Martin (1991) mengatakan bahwa membaca berarti membangun kerangka kerja
untuk menghubungkan kata-kata untuk pikiran. Dengan kata lain, tujuan membaca
adalah untuk menghubungkan ide-ide dalam teks ke latar belakang pengetahuan
pembaca.
B. Metode Skema
Metode merupakan persamaan kata dari cara. Metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana. Ada beberapa sumber yang
menjelaskan pengertian metode skema. Keterangan yang cukup lengkap
dikemukakan oleh Chaplin J.P (2006) yang terdapat dalam Dictionary of Psychology
mengemukakan empat macam keterangan tentang metode skema itu, ialah:
1) Metode skema sebagai suatu cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan kognitif yang terdiri atas sejumlah ide yang
tersusun rapi.
2) Metode skema sebagai kerangka referensi untuk merekam berbagai
peristiwa atau data.
3) Metode skema sebagai suatu model.
4) Skema sebagai suatu kerangka referensi yang terdiri atas respons-respons
yang pernah diberikan, kemudian menjadi standar bagi respons-respons
selanjutnya.
118
Yohana Magdalena Gamung, “Penerapan Teknik Skema dalam Pembelajaran Membaca Bahasa Jerman
Siswa Kelas X Ilmu Bahasa dan Budaya SMA Negeri 3 Sidoarjo”, (Laterne Vol. VI No. 1 Tahun 2017), h.
3. diakses pada 6 November 2020 Pukul 16.48 WIB.
70 Keterampilan Membaca
isi teks (content area) yang terkait dengan bidang studi / disiplin ilmu yang yang
diusung dan diminati oleh pembaca.119
Dari sejumlah pengertian metode skema di atas, kita dapat simpulkan
pengertian yang sederhana tentang metode skema, yaitu cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana asosiasi-asosiasi yang dapat bangkit dan muncul
atau membayang kembali pada saat seseorang melihat atau membaca kata, frasa,
atau kalimat. Dengan demikian, metode skema sangat membantu terhadap cara
pemahaman sesuatu yang didengar atau dibaca.120
C. Jenis-Jenis Skema
a. Peta Konsep
Novak (1984) dan via Dahar (1989) dalam bukunya Learning How to Learn
salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengungkapkan skema
pemikiran maupun kerangka pemikiran seseorang seseorang akan suatu
hal, adalah dengan menuliskan skema pemikirannya dalam suatu peta
konsep (concept maps). Di bawah ini akan dijelaskan tentang peta konsep
yang dicetuskan oleh Novak.
Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Karena itu,
hendaknya setiap siswa pandai menyusun peta konsep. Hal ini untuk
meyakinkan bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna.
Beberapa langkah menyusun peta konsep yang harus diikuti ialah
a) Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran (bisa juga bahan bacaan
yang lain).
b) Tentukan konsep-konsep yang relevan.
c) Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling
tidak inklusif atau contoh-contoh.
d) Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang
paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif.
119
Tristan Rokhmawan, “Konteks, Tema, Skemata, Memori, dan Pikiran : Mendukung Pembelajaran Bahasa
sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan”, (Hasta Wiyata: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2018,
Vol. 001, No. 02), h. 11, diakses pada 6 November 2020 Pukul 22.16 WIB.
120
Defi Ari Suryani, “Pembelajaran Membaca Gambar dengan Metode Skema pada Siswa Tunagrahita
Ringan Kelas III Sekolah Luar Biasa Bhakti Kencana I, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2014), h. 22-23.
121
Herlinda Mipur Marindang, “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Fakta dan Opini pada
Editorial dengan Menggunakan Teknik Skema untuk Siswa Kelas XI IPS 1, Semester II SMA Kolase De
Britto Yogyakarta 2010/2011, (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta: Skripsi S1 Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2011). h. 34.
122
Ibid., h. 35.
123
Ibid., h. 36.
72 Keterampilan Membaca
D. Penerapan Teori Skema dalam Proses Belajar-
Mengajar
Keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah
ditentukan oleh kemampuannya dalam membaca. Telah diketahui bersama bahwa
sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis sehingga menuntut
siswa melakukan aktivitas membaca agar dapat memperoleh pengetahuan.
Kemampuan membaca ini tidak didapat secara alamiah, akan tetapi melalui proses
pembelajaran yang sebagiannya merupakan tanggung jawab guru.
Dengan demikian, guru harus bisa membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan membacanya. Banyak informasi yang dapat diambil dari kegiatan
membaca. Orang yang banyak membaca akan memiliki pengetahuan yang jauh
lebih luas daripada orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca. Selain
itu, kemampuan membaca sangat penting peranannya dalam membantu siswa
untuk mempelajari berbagai hal. Aktivitas membaca yang baik dan benar dapat
membantu siswa mengambil intisari dari bacaannya. Semakin banyak intisari yang
dapat dipahami, semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh.124
Keterampilan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran, hal ini
membuktikkan betapa pentingnya penguasaan keterampilan membaca. Karena
pada dasarnya membaca adalah sumber belajar yang paling mudah didapat dan
paling lengkap. Selain itu, dengan membaca seseorang akan mempelajari banyak
hal sekaligus dan dapat mengembangkan diri serta daya pikir yang dimiliki. Banyak
permasalahan dalam pengajaran membaca di dalam kelas, di antaranya kurang
adanya pemahaman pembelajar terhadap tema bacaan yang dipelajarinya karena
terbatasnya latar belakang pengetahuan awal atau skemata sebelum mempelajari
suatu tema. Akibatnya siswa kurang aktif dalam memberdayakan kemampuan
mereka dan lebih cenderung mendapatkan informasi yang terbatas dari guru.
Kegiatan membaca akan terasa lebih menarik, jika si pembaca memiliki gambaran
dan pengetahuan sebelumya tentang tema suatu bacaan.144
Untuk mendorong pemahaman terhadap aktivitas membaca siswa, guru dapat
memberikan prioritas tentang teks yang akan dibaca. Di samping itu, guru perlu
mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan menghubungkannya
dengan teks yang akan dibaca. Menurut Burns, Roe, dan Ross dalam pemahaman
Marlina Saiful, “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Teknik Skema pada Siswa
124
Kelas XI IPA-2 SMA Negeri 2 Watampone Kabupaten Bone”, (JIKAP PGSP: Jurnal Ilmiah Ilmu
Kependidikan Vol. 2, No. 1, Tahun 2018), h. 32, diakses pada 6 November 2020 Pukul 16.32 WIB. 144
Gamung, op. cit., h. 2.
125
Ibid., h. 255.
126
Elfia Sukma, Peningkatan Kemampuan Pemahaman Literal dalam Membaca melalui Penerapan Teori
Skema bagi Siswa Kelas III SD Negeri Percobaan Kota Padang, (Padang: Universitas Negeri Padang, 2002),
h. 14.
127
Saiful. loc. cit.
74 Keterampilan Membaca
Pengajaran dengan wacana yang tepat, akan memungkinkan pembaca (siswa)
untuk mengembangkan skema dengan sebaik-baiknya. Menurut Sujana dalam
Herlinda (2011) langkah-langkah membuat skema yang harus diperhatikan oleh
guru dalam usaha mengidentifikasi skemata siswa adalah sebagai berikut:
1) Mendaftar semua kata-kata yang diperkirakan tidak atau kurang akrab
dengan siswa. Tempat paling baik untuk mendaftar kata-kata tersebut
adalah papan tulis.
2) Selanjutnya, siswa diminta untuk mengatakan apa yang tampil dalam
ingatannya, ketika membaca dan memikirkan kata-kata yang terdaftar di
papan tulis tersebut.
3) Guru dapat menuliskan topik bacaan yang dipilih murid, di tengah-tengah
papan tulis.128
Teori skema menyatakan bahwa informasi baru dibangun atas kesesuaian
informasi yang tengah berada dalam benak. Ketika seorang guru memperkenalkan
topik, setiap siswa memiliki skema yang berbeda satu sama lainnya atau gambaran
mental sebagai hasil pengetahuan awal dan pengalaman. Informasi baru harus
dihadirkan agar siswa dapat menyesuaikan pembelajaran baru dengan skema
mereka. Gagasan yang muncul dalam benak siswa mengorganisasi dan
menciptakan makna dari pengalaman baru. Inilah alasan mengapa mengetahui dan
menggunakan pengetahuan awal dan pengalaman yang dimiliki siswa sangat
penting dalam merancang pembelajaran baru secara efektif (Champman dan King,
2003).129
Marilee Sprenger (1999) menunjukkan bahwa informasi baru masuk ke dalam
otak melalui perasaan (senses). Ia mengidentifikasi paling tidak ada lima jalur masuk
yang membawa informasi menuju ke dalam memori. Penjelasan tiap jalur masuk
berikut diadaptasi untuk mengajar membaca pada seluruh tingkatan dengan strategi
yang digunakan untuk mengingat informasi.
1) Semantik: memahami makna dan tujuan.
2) Episodik: mengingat kembali peristiwa, episode tertentu, dan kejadian.
3) Prosedural: menggunakan langkah atau urutan-urutan.
4) Automatik: praktis, belajar, dan menguasai.
5) Emosional: perasaan.
128
Gamung, op. cit., h. 4.
Hastuti, dkk, “Pelatihan Model dalam Pembelajaran Membaca”, (Adiguna: Jurnal Pengabdian dan
129
Pemberdayaan Masyarakat Vol. 1, No. 2, 2016), h. 8, diakses pada 7 November 2020, Pukul 07.05 WIB.
130
Ibid., h. 9.
76 Keterampilan Membaca
dalam siklus prediksi/membaca/menyesuaikan prediksi/membaca lagi,
mengembangkan kaitan antara pengetahuan awal dan informasi baru.
3) Menyediakan sarana bagi siswa untuk mengorganisasikan informasi
setelah membaca, memantapkan berbagai sarana bagi siswa untuk
merespon teks, melibatkan siswa dalam diskusi mendalam dan aktivitas
penyerta, mendorong dan mengajarkan berbagai pengaturan untuk
mencatat informasi.
4) Menyediakan sarana bagi siswa untuk menyintesis dan menghubungkan
pembelajaran baru, memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara
dan menuliskan apa yang telah dipelajari, mengembangkan lebih jauh lagi
hubungan antara pengetahuan awal dengan informasi baru,
mengidentifikasi hubungan antara informasi baru dengan apa yang akan
datang.
5) Mengidentifikasi dan mengajarkan kosakata yang menggambarkan
konsep penting, elemen, dan jalinan, memperkenankan siswa
mengidentifikasi kosakata dan istilah yang perlu mereka ketahui,
menemukan kata-kata dan istilah yang telah diketahui siswa,
mengembangkan hubungan antara katakata baru dan istilah serta
pengetahuan awal, mengembangkan aktivitas agar siswa menggunakan
kata-kata dan istilah secara bermakna.
6) Menyediakan kesempatana bagi siswa untuk menghasilkan atau
menciptakan sesuatu yang baru, mengajukan kegiatan elaboratif,
menemukan sesuatu yang telah dipelajari, mengevaluasi tingkat
keberhasilan belajar.131
131
Ibid., h. 9-10.
132
Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 39. 153
Tarigan, op. cit., h. 122.
melompati kata-kata dan ide-ide penjelas.133 Orang akan membaca cepat jika tujuan
membacanya hanya untuk mengetahui atau mendapatkan gagasan besar atau ide
pokok atau informasi umum dari sebuah teks bacaan.155
Berdasarkan informasi lainnya, menurut Hernowo dalam Aizid (2011: 40),
membaca cepat adalah suatu kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau
lambang tulis dengan perhatian yang tepat dan cepat. Membaca cepat adalah
kemampuan membaca dengan kecepatan yang telah terukur guna mencari sebuah
informasi. Kecepatan membaca tentu harus fleksibel. Selanjutnya Soedarso (2005:13)
menjelaskan bahwa kecepatan membaca itu tidak harus selalu sama, tetapi ada
kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan Anda dalam membaca yang
berbeda-beda.
Membaca cepat sebagai sebuah kegiatan membaca dengan kecepatan tertentu
yang sudah ditentukan dan mencakup hampir seluruh materi bacaan dibaca. Menurut
Listiyanto dalam Aizid (2011), membaca cepat termasuk aktivitas yang melibatkan
kerja otak dan gerak mata.134 Dengan demikian, kegiatan ini adalah sebuah kegiatan
yang sangat kompleks karena melibatkan kerja fisik dan mental.
Menurut Fitria membaca cepat bukan berarti asal membaca cepat saja, sehingga
setelah selesai membaca tidak ada yang diingat dan dipahami.157 Dua hal pokok yang
harus dicamkan dalam membaca cepat adalah tingkat kecepatan dan persentase
pemahaman bacaan yang tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca cepat
adalah sistem membaca yang menggunakan kecepatan dengan tidak mengabaikan
pemahaman.
Selanjutnya membaca efektif merupakan kegiatan membaca yang diikuti pula
oleh peningkatan pemahaman agar tercapai tujuan membaca itu sendiri. Jadi, bukan
hanya mengandalkan peningatan kecepatan membaca tapi juga peningkatan
efektifitas pemahaman terhadap bacaan tersebut. Membaca efektif ialah jenis
membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman
terhadap aspek bacaannya. 135 Membaca cepat secara efektif tidak hanya membaca
dengan lebih cepat, namun cara membaca dengan lebih cerdik. Cara ini merupakan
penggabungan kegiatan yang saling berkaitan antara konsentrasi, kemampuan
memahami secara menyeluruh, dan mengingat dengan membaca cepat.
133
St.Y.Slamet, Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Surakarta: UNS Press, 2008), h. 87. 155 Ade
Asih Susiari Tantri, “Cara Memaksimalkan Kemampuan Membaca Cepat”. https://ejournal.undiksha.
ac.id/index.php/AP/article/download/10051/6379, diakses pada 11 Oktober 2020 Pukul 15.20 WIB.
134
Vidya Kamalasari, “Latihan Membaca Cepat sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat
dan Pemahaman Bacaan”, https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastra/article/view/189 (Jurnal
Basastra, Vol. 1 No. 1 tahun 2012), h. 2, diakses pada 11 Oktober 2020 Pukul 16.15 WIB. 157 Ibid., h. 3.
135
Nurhadi. loc. cit.
Dengan standarisasi menurut jenjang pendidikan yaitu: SD/SMP (200 kata per
menit), SMA (250 kata per menit), Mahasiswa (325 kata per menit), mahasiswa
Pascasarjana (400 kata per menit), dan orang dewasa/yang tidak sekolah (200 kata per
menit). Berikut adalah kualifikasi kecepatan membaca sesuai hasil kecepatan
membaca.
1. Kecepatan membaca rendah jika kecepatannya antara 200-300 kpm.
2. Kecepatan membaca sedang atau cukup jika kecepatannya antara 300-450
kpm.
3. Kecepatan membaca cepat dan efektif jika kecepatannya antara 450-600
kpm.
Disimpulkan bahwa membaca cepat, efektif dan efisien merupakan adalah
kegiatan membaca yang saling berhubungan dengan tujuan untuk peningkatan
efektifitas pemahaman sehingga dengan cepat mendapatkan gagasan utama yang
diinginkan dan berusaha memahami apa yang dibaca tanpa harus membuang waktu
sia-sia.
136
Steve Moidel, Kiat Membaca Cepat. (Jakarta: Arcan, 1998), h. 4-5.
80 Keterampilan Membaca
B. Tujuan dan Kegunaan Membaca Cepat
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi dan memahami makna bacaan. Arti atau makna memiliki hubungan
yang sangat erat dengan tujuan dan maksud kita dalam membaca. Ada tujuh tujuan
membaca menurut Tarigan di antaranya.
1. Membaca untuk memperoleh perincian atau fakta-fakta.
2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita.
4. Membaca untuk menyimpulkan isi secara menyeluruh.
5. Membaca untuk mengelompokan atau mengklasifikasikan.
6. Membaca untuk memberikan penilaian atau mengevaluasi.
7. Membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan.137
Sementara itu, beberapa tujuan atau hal-hal yang akan diperoleh dengan
membaca cepat, menurut Subyantoro antara lain sebagai berikut.
1) Membaca cepat menghemat waktu.
2) Membaca cepat menciptakan efesiensi.
3) Semakin sedikit waktu yang diperlukan, akan banyak waktu yang tersedia
untuk mengerjakan hal penting lainnya.
4) Membaca cepat memiliki nilai yang menyenangkan dan menghibur.138
137
Mohammad Hosen, “Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas V
SDN Gili Anyar Kamal Bangkalan”, (Jurnal Widyagogik. Vol. 4 No. 1, 2016).
138
Subyantoro, Pengembangan Keterampilan Membaca Cepat, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 26-27.
139
Listiyanto Ahmad, Spread Reading, Teknik Membaca Cepat dan Metode Membaca Cepat, (Yogyakarta: A
Plus Books, 2010), h. 46.
140
Subyantoro. loc. cit.
82 Keterampilan Membaca
dengan bersuara. Soedarso menambahkan bahwa kecepatan seseorang yang
membaca dengan bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari
kecepatan seseorang yang membaca secara diam.
3. Gerakan Kepala
Kebiasaan menggerakkan kepala saat membaca merupakan kebiasaan yang timbul
pada sejak masa kanak-kanak. Kebiasaan tersebut timbul karena jangkauan mata
kita sewaktu masih kecil, kurang mencukupi. Setelah dewasa walaupun
jangkauan mata kita sudah mencukupi, kita sulit meninggalkan kebiasaan
menggerakkan kepala karena sudah sering dilakukan.
4. Menunjuk dengan Jari
Kegiatan membaca dengan menunjukkan jari ini juga merupakan kebiasaan
membaca yang dibawa sejak dini. Dahulu kita melakukan hal tersebut karena
untuk menjaga agar tidak ada kata yang terlewatkan. Akan tetapi, setelah dewasa
sudah barang tentu kemampuan membaca kita semakin meningkat dan kebiasaan
tersebut tetaplah dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan. Padahal membaca
dengan menggunakan telunjuk jari atau benda lain dapat menghambat kecepatan
membaca kita. Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain
tentu sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada
gerakan mata.
5. Regresi
Regresi ialah terjadinya pengulangan-pengulangan gerak mata pada unitunit bahasa
yang telah dibaca. Hal tersebut biasanya terjadi karena kurang memahami
kalimat yang dibacanya. Kebiasaan tersebut menjadi hambatan yang sangat serius
dalam membaca. Regresi sering diiringi oleh beberapa sebab berikut.
a) Kurang percaya diri terhadap apa yang sedang dibaca
b) Merasa ada sesuatu yang tertinggal.
c) Salah persepsi.
d) Terpaku pada detail.
e) Mempersoalkan tentang salah cetak, yakin ada salah ejaan, dan kata sulit.
Menurut Soedarso, melamun merupakan penyebab kebiasaan regresi.Melamun
disebabkan karena kurang konsentrasi saat membaca. Hal tersebut menyebabkan kita
ingin kembali mengulang kata atau kalimat yang telah dibaca.141
Di sisi lain, menurut Nurhadi faktor-faktor yang menghambat membaca cepat
yang umum terjadi pada setiap orang adalah sebagai berikut:
141
Soedarso, Speed Reading : Sistem Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2002), h. 5-7.
142
Nurhadi, op. cit., h. 17-26. 166
Soedarso, op. cit., h. 21.
84 Keterampilan Membaca
itu. Apabila membaca baris yang terdiri dari 12 kata, Anda berhenti 3-4 kali,
jangkauan mata Anda 2-5 kata. Jangkauan mata tidak persis/diagonal,
kadang-kadang pada suatu kata atau huruf, dan menjangkau pada pias kiri
dan pias kanan, serta kadang-kadang antara dua kata.jangkauan mata lebih
banyak ke pias kanan daripada ke pias kiri. Untuk itu, latihan melebarkan
jangkauan mata ini sangat penting guna melatih kecepatan gerakan mata
anda dalam membaca.143
4. Pahami gerakan mata
Saat membaca, mata Anda akan terus bergerak dan terkadang berhenti di
beberapa kata atau melewatkannya. Anda hanya bisa membaca saat mata
berhenti. Jika Anda mampu membatasi gerakan mata setiap membaca satu
baris, kecepatan baca Anda akan meningkat. Namun, hati-hati, penelitian
menunjukkan batas jangkauan mata dalam sekali pandang
5. Latih Mata untuk Membatasi Gerakan
Otak biasanya memutuskan arah pergerakan mata berdasarkan pada seberapa
panjang atau seberapa kenal Anda dengan kata-kata berikutnya. Anda bisa
membaca lebih cepat jika mata sudah terlatih untuk bergerak menjelajah
bagian-bagian tertentu pada sebuah halaman.
6. Latihan Otot Mata
Latihan otot mata ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot mata Anda agar
tidak kelelahan saat membaca cepat. Adapun cara untuk melatih otot mata
ini adalah dengan menggerakkan bola mata dari atas ke bawah dalam
keadaan mata terpejam, lalu dari samping kiri ke kanan. Latihan ini
hendaknya dilakukan secara rutin dan terus menerus. Setiap hari, minimal
dilakukan selama lima menit tanpa terputus. Jika Anda tidak berlatih satu
hari saja, Anda akan gagal, sebab otot mata Anda akan kembali pada
keadaan semula, yaitu keadaan normal sebelum Anda latihan. Oleh karena
itu, teruslah berlatih hingga batas waktu yang ditentukan (14 hari).
7. Latihan Pernapasan
Pernapasan sangat bermanfaat bagi ketenangan, relaksasi, dan kenyamanan
Anda ketika membaca. Jika pernapasan Anda baik, cara membaca Anda
pun juga baik. Untuk melatih pernapasan dapat dilakukan dengan cara
menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan.
Lakukan hal tersebut berulang-ulang hingga pernapasan Anda terasa lancar
dan teratur.
143
Kamalasari, op. cit., h. 6-8.
144
Ibid., h. 8.
145
Yunus Abidin, Strategi Membaca (Teori dan Pembelajarannya), (Bandung: Rizqi Press, 2010), h.20.
86 Keterampilan Membaca
2 Kecepatan membaca rendah (200-300 kpm) 16 orang 12 orang 14 orang
3 Kecepatan membaca sedang atau cukup (300-450 kpm) 9 orang 4 orang 4 orang
4 Kecepatan membaca cepat dan efektif (450-600 kpm) - - -
5 Kecepatan membaca sangat cepat dan sangat efektif - - 1 orang
(>600 kpm)
B. Faktor-Faktor Penghambat
1 Vokalisasi 4 orang 14 orang 4 orang
2 Gerakan Bibir 1 orang - -
3 Gerakan Kepala - - -
4 Menunjuk dengan Jari - 1 orang -
5 Regresi (Kurang percaya diri terhadap apa yang sedang
di baca, Merasa ada sesuatu yang tertinggal, Salah
persepsi, Terpaku pada detail, Mempersoalkan tentang 24 orang 29 orang 27 orang
salah cetak, yakin ada salah ejaan, dan kata sulit.
6 Rendahnya tingkat kecepatan membaca - - 1 orang
7 Minimnya pemahaman yang diperoleh 9 orang 8 orang 7 orang
8 Kurangnya minat baca 2 orang 2 orang 3 orang
9 Minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat
dan efektif - 1 orang 1 orang
Dari tabel di atas tidak jauh berbeda dengan penelitian kecepatan membaca yang
penulis lakukan sebelumnya terhadap mahasiswa PBSI semester 4 A, dan 4 B.146 Di
mana mereka membaca beragam buku, mulai dari buku kebahasaan, novel, cerpen,
buku pelajaran, dan teen lit.
“From previous research and discussion, several things can be used as conclusions,
from 2 PBSI student classes in Jakarta Syarif Hidayatullah UIN 4A and 4B totaling 76
people. For Class 4 A, Only one person can meet the standard reading criteria according to
Tampubolon. The student 7 speed of 360 kpm. For Class 4 B, none of them meet the criteria
for achieving student reading standards of at least 325 kpm. By the results of research on
the level of reading ability of PBSI students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Students
must begin to require themselves to read and make it necessary. Furthermore, educators
146
Elvi Susanti, “Reading Speed of PBSI Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, (Jurnal Arbitrer Vol.6.
No.1 2019),h.7, file:///Users/elvisusanti/Downloads/119-431-1-PB.pdf, diakses Kamis, 7 Oktober 2021,
pukul.00:12.
147
Yunus Abidin, Op.Cit, h.21.
88 Keterampilan Membaca
Bab
9
Membaca Kritis
148
http://kbbi.web.id/baca diakses pada 1 November 2020 pukul 21.14 WIB.
149
Fatmasari. op. cit., h. 120.
lain, menurut Ediwarman (2015:53), membaca kritis adalah perbuatan membaca
yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan dan
kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya
menyerap yang ada, tetapi ia bersama sama penulis berpikir tentang masalah yang
dibahas.
Berikutnya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Ahuja dan Ahuja (2010),
bahwa membaca kritis adalah penerapan proses berpikir kritis terhadap bacaan.
Aktivitas membaca kritis melibatkan proses kognitif tingkat tinggi. Pembaca
dituntut menerapkan proses berpikir analitik, sintetik, dan evaluatif.150 Sementara
itu, membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan bijaksana,
penuh tenggang rasa, mendalam, intensif, serta analitis dan bukan ingin mencari
kesalahan penulis (Ngalimun dan Alfulaila, 2013:64). Jadi, jika seorang dapat
membaca kritis maka, apa yang disimpulkan adalah hasil dari pada penilaian yang
telah dilakukan. Melalui membaca kritis pembaca memiliki sebuah tujuan untuk
memahami sebuah bacaan yang lebih mendalam serta dapat mengkritisi hal-hal
yang belum dapat dipahami.
Selain itu, membaca kritis adalah kemampuan pembaca mengolah bahan
bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik
makna tersurat maupun makna tersiratnya melalui tahap mengenal, memahami,
menganalisis, menyintesis dan menilai. Membaca kritis tingkatannya lebih tinggi
daripada membaca literal. Mengolah secara kritis artinya dalam proses membaca
seorang pembaca tidak hanya menangkap makna yang tersurat (makna baris-baris
bacaan), atau istilahnya (reading the lines), tetapi juga menemukan makna antar baris
(reading between the lines), dan makna di balik baris (reading beyond the lines). 151
Dengan demikian, membaca kritis adalah membaca dengan berusaha
memahami isi bacaan serta berusaha menemukan kesalahan-kesalahan atau
kekeliruan yang kritis pada prinsipnya, yaitu mensyaratkan pembacanya bersikap
cermat, teliti terdapat di dalam bacaan baik dari segi kekeliruan penyusunan kata
atau kerangka dan pola kalimat, penyusunan tata bahasa, dan juga makna yang
tersurat dan tersirat. Lebih jauh dari sekedar membaca, yaitu korektif dan
memahami ide-ide bacaan atau tulisan pada buku dengan baik dan detail, sampai
merespons (ditanggapi), bahkan menganalisis.
150
Sultan, Membaca Kritis Mengungkap Ideologi Teks dengan Pendekatan Literasi Kritis, (Yogyakarta:
Baskara Media, 2018), h. 4.
151
Setyawan Pujiono, “Kunci Sukses Membaca Kritis”,
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318127/pendidikan/ Membaca+Kritis+n+Kreatif.pdf, Yogyakarta :
Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta. diakses pada 13 November 2020 pukul 16.00 WIB.
90 Keterampilan Membaca
Objek bacaan membaca kritis ini tidak begitu dibatasi. Objeknya bisa saja
karyakarya ilmiah yang terdiri dari buku-buku ilmu, buku-buku filsafat, buku-buku
agama, buku-buku sastra yang terdiri dari novel, cerpen, antologi puisi, naskah
drama, dan sebagainya. Namun, membaca kritis di sini, pembaca dan penulis
dituntut selalu menegakkan sikap objektif dan sportivitas, serta cukup mempunyai
keterbukaan dan kedinamisan (Saddhono dan Slamet, 2012). 152 Demikian
membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari
kesalahan yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam
bacaan dan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu.153
152
Meliyawati, op. cit., h. 40.
153
Fajariani. loc. cit.
154
Esti Junining, Membaca Kritis Membaca Kreatif, (Malang; Universitas Brawijaya Press, 2017), h. 4.
179
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta : Grasindo, 2017), h.133.
155
Fatmasari. op. cit., h. 121-127.
156
Irdawati, Yunidar, dan Darmawan, “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan dengan
Menggunakan Media Gambar Kelas 1 di Min Buol”, http://doi:10.13140/RG.2.2.33194.26567, (Jurnal
Kreatif Tadulako Online, 5(4), 2016), diakses pada 13 November 2020 pukul 16.00 WIB.
157
K. Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Teori Dan Aplikasi,
(Yogyakarta. Graha ilmu, 2014), h. 108.
92 Keterampilan Membaca
pikiran pada ide-ide pokok tiap paragraf dan tidak terlalu memberikan
perhatian pada kalimat-kalimat penjelasnya. Dengan demikian, kita bisa
membaca tulisan dengan cepat dari awal hingga akhir.
2. Membaca cepat untuk informasi khusus
Membaca cepat secara kritis juga dapat diterapkan jika kita menginginkan
informasi khusus dari sebuah bacaan. Perhatian hanya dipusatkan pada
informasi-informasi yang diinginkan dan bagian lain yang tidak
mengandung informasi yang diinginkan tidak mendapat perhatian kita.
3. Membaca teliti untuk informasi rinci
Membaca teliti dilakukan ketika kita ingin mengetahui suatu informasi
dengan rinci dari suatu bacaan. Bahan bacaan dibaca dari awal hingga
akhir. Ketika kita telah sampai pada informasi yang diinginkan, maka kita
akan membaca dengan saksama dan teliti sampai informasi tersebut
didapat secara rinci.158
158
Jahrir, op. cit., h. 82-83.
159
Sultan, op. cit., h. 64.
160
Ibid., h. 97.
161
Ibid., h. 130.
187
Ibid., h. 161.
94 Keterampilan Membaca
4) Selalu terlibat dengan permasalahan gagasan utama dalam sebuah bacaan
5) Membaca kritis berarti mengolah bacaan.162
Selanjutnya Tarigan menyatakan bahwa pembaca kritis berarti mampu
mengubah sikap serta tingkah laku atau kebiasaan setelah selesai membaca buku
dengan melanjutkan menilai, memahami dan mendalami isi buku atau sebuah
bacaan yang dibaca. Kemudian mampu menilai dan kreatif dalam menilai juga
mengajarkan siswa kreatif. Kreatif yang dimaksud adalah kreatif dalam berpikir
kritis. Misalnya siswa mampu dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-harinya. Hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan
membaca kritis maka siswa memiliki berbagai informasi dan pengalaman
bagaimana cara memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri. Selain itu,
pembaca kritis dapat menentukan dengan tepat hubungan antara kecepatan
membaca dengan tujuan membaca yang ingin dicapai, serta menghubungan bacaan
dengan hal-hal lain di luar bacaan yang masih ada kaitannya atau hal yang sama.
Pembaca kritis juga dapat menggolongkan bahan bacaan atas bagian yang pokok
dan bagian yang merupakan penjelas saja. 163 Dengan demikian pembaca kritis
memiliki karakteristik berikut.
1) Saat membaca sepenuhnya melibatkan kemampuan berpikir kritis.
2) Tidak begitu saja menerima, apa yang dikatakan pengarang.
3) Membaca kritis adalah usaha mencari kebenaran yang hakiki.
4) Membaca kritis selalu terlibat dengan permasalahan gagasan dalam
bacaan kritis.
5) Membaca kritis adalah mengolah bahan bacaan, bukan mengingat atau
menghafal.
6) Hasil membaca untuk diingat dan diterapkan, bukan untuk dilupakan(long
term memory).
162
Firman, Terampil Menulis Karya Ilmiah, (Makassar: Aksara Utama, 2015), h. 3.
163
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung,
1979), h. 38.
164
Sultan, op. cit., h. 6-8.
96 Keterampilan Membaca
1. Kemampuan mengingat dan mengenali.
a. Kemampuan mengenali ide pokok paragraf.
b. Menyatakan kembali ide pokok paragraf.
c. Menyatakan kembali gagasan utama yang terdapat dalam bacaan.
2. Kemampuan menginterpretasikan makna tersirat.
a. Membedakan ide-ide penunjang.
b. Membedakan fakta-fakta bacaan.
c. Memahami bacaan kritis hubungan sebab-akibat.
d. Memahami secara kritis unsur-unsur perbandingan.
3. Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep dalam bacaan.
a. Kemampuan mengikuti petunjuk yang terdapat dalam bacaan.
b. Menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dan situasi yang
dihadapi.
4. Kemampuan menganalisis isi bacaan.
a. Kemampuan memberi gagasan utama bacaan.
b. Memberikan detail atau data penunjang.
c. Mengklasifikasikan fakta-fakta.
5. Kemampuan membuat sintesis.
a. Kemampuan membuat kesimpulan bacaan.
b. Mengorganisasaikan gagasan utama bacaan.
c. Membuat ringkasan atau ikhtisar.
6. Kemampuan menilai isi bacaan.
a. Kemampuan menilai kebenaran gagasan utama atau ide pokok paragraf
atau bacaan secara keseluruhan.
b. Kemampuan untuk menentukan relevansi antara tujuan dengan
pengembangan gagasan.
c. Kemampuan untuk menentukan tujuan pengarang dalam menulis.
d. Kemampuan menilai keakuratan penggunaan bahasa yang dilakukan oleh
pengarang baik pada kata, frasa, kalimat, maupun pada paragraf.165
165
Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1989), h. 14.
166
Fajariani, op. cit., h. 2-3.
167
Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca Suatu Teknik Memahami Literatur yang
Efisien, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), h. 145-181. 194 Junining, op. cit., h. 4-6.
98 Keterampilan Membaca
2) Perhatikan dan pahami judul bacaan.
3) Pikirkan sebelum membaca apakah sudah memahami topik apa yang
akan dibahas dalam bacaan tersebut.
4) Perhatikan sistematika dalam bacaan tersebut.
5) Lakukan skimming.
6) Bacalah seluruh bacaan dengan hati-hati dan teliti.
7) Identifikasi argumen yang diungkapkan oleh penulis dalam bacaannya. 8)
Buat ringkasan yang dianggap penting, dsb.194
Membaca Kreatif
168
Nurhadi. loc. cit.
kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari. 169 Dalam
membaca kreatif, pembaca dituntut untuk mencermati ide-ide yang dikemukakan
penulis, kemudian membandingkannya. Proses yang lebih penting dari kegiatan
membaca kreatif itu tidak sekadar menangkap makna dan maksud bahan bacaan,
tetapi juga menerapkan makna dan maksud bahan bacaan, meliputi bacaan di
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kualitas hidupnya. Pembaca juga
diharapkan dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas
hidupnya berdasarkan informasi dari bacaan dengan menerapkan informasi yang
diharapkan.
Sementara itu, Syafi’ie menyatakan bahwa membaca kreatif adalah membaca
untuk memahami bacaan yang dilakukan melalui kegiatan berpikir secara
interpretatif dan kritis untuk memperoleh pandangan-pandangan baru, gagasan-
gagasan baru, dan pemikiran baru. Membaca kreatif menuntut kemampuan
berimajinasi, merenungkan kemungkinan-kemungkinan baru yang telah
dipunyainya serta informasi yang diolah dari bacaan.170
Selanjutnya menurut Dalman membaca kreatif, yaitu proses membaca untuk
mendapat nilai tambah dari pengetahuan yang terdapat dalam bacaan dengan cara
mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengombinasikan pengetahuan yang
sebelumnya pernah didapatkan. Dalam hal ini, pembaca harus memahami ciri-ciri
membaca kreatif, bentuk latihan-latihan membaca kreatif, tujuan membaca kreatif,
dan manfaat membaca kreatif. Setelah itu, seorang pembaca menyelesaikan
bacaannya pembaca tentu saja memiliki daya inisiatif dan kreatif untuk
mengembangkan pemahaman membacanya dengan menghasilkan ide baru yang
inovatif.171
Membaca kreatif merupakan proses membaca yang mendapatkan
pengetahuan dari apa yang dibacanya, termasuk dapat memunculkan ide-ide baru
yang dapat dikembangkan atau disimpulkan dari hasil membaca itu sendiri. Dalam
hal ini, ketika seseorang selesai membaca ia dapat mengaplikasikan atau dapat
menyimpulkan isi dari bacaannya, maka orang tersebut dapat dikatakan sebagai
pembaca yang kreatif. Menurut Ruseffendi manusia yang kreatif adalah manusia
yang selalu ingin tahu, fleksibel, awas, dan sensitif terhadap reaksi dan kekeliruan,
mengemukakan pendapat dengan teliti dan penuh keyakinan, tidak tergantung pada
orang lain, berpikir ke arah yang tidak diperkirakan, berpandangan jauh, cukup
menghadapi persoalan, tidak begitu saja mau menerima suatu pendapat, dan
169
Pratiwi dan Subyantoro, Membaca II, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), h. 70.
170
Herlinyanto, op. cit., h. 13.
171
Dalman, op. cit., h. 70.
172
Meliyawati, op. cit., h. 49.
173
Made Sri Indriyani, “Membaca Kreatif Salah Satu Upaya untuk Mengembangkan Pemahaman Membaca”,
(Prosiding Seminar Nasional V: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya), h. 106.
174
Agus Trianto, Bahasa Indonesia: - Jilid 1, (Jakarta: Erlangga 2007), h. 8.
175
Pratiwi, op. cit., h. 75.
176
Fatmasari, op. cit., h. 131-132. 204
Trianto, op. cit., h. 8.
177
Muhsyanur, op. cit., h. 64.
206
Fatmasari, op. cit., h. 136.
207
Muhsyanur, op. cit., h. 65.
178
Tarigan. op. cit., h. 50.
179
Muhsyanur, op. cit., h. 82.
180
Meliyawati, op. cit., h. 59
181
Fatmasari, op. cit., h. 132-133.
212
Meliyawati, op. cit., h. 50-52.
182
D.P. Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung: Angkasa,
1990) h. 7.
Menurut McLaughlin & Allen dalam Rahim (2011: 4), prinsip-prinsip membaca
yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman
membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.
1. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
Dalam membaca, konsep ini direfleksikan pada perkembangan belajar yang
didasarkan skema, yang meyakini bahwa belajar terjadi apabila informasi
baru diintegrasikan dengan apa yang diketahuinya. Seorang siswa yang
mempunyai lebih banyak pengalaman dalam satu topik tertentu, lebih
mudah membuat hubungan antara apa yang diketahuinya dengan apa
yang akan dipelajarinya.
2. Keseimbangan kemahiraksaraan merupakan kerangka kerja yang
membantu perkembangan pemahaman.
Keseimbangan kemahiraksaraan memilih dimensi kognitif dan afektif serta
mempromosikan urutan berpikir, interaksi tanggapan pribadi, dan
pemahaman yang lebih tinggi. Meletakkan belajar mengajar dalam
kerangka kerja kurikulum berarti menciptakan suatu lingkungan yang
optimal untuk pelaksanaan belajar.
3. Guru membaca yang profesional memengaruhi belajar siswa
Peran guru dalam proses membaca, antara lain menciptakan pengalaman
yang memperkenalkan, memelihara atau memperluas kemampuan siswa
untuk memahami teks.
4. Pembaca yang Baik Memegang Peranan yang Strategis dan Berperan
Aktif dalam Proses Membaca
Pembaca yang baik ialah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses
membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan
183
Muhammad Asdam, Bahasa Indonesia (Pengantar Pengembangan Kepribadian dan Intelektual),
(Makassar: LIPa, 2016), h. 143.
184
Herlinyanto, op. cit.,h. 16.
185
Ibid., h. 17
186
Dalman, op. cit., h. 12.
187
Leony Lesmana, “Membaca untuk Kepentingan Studi”, Modul Universitas Terbuka https://slideplayer.
info/slide/13534419/, diakses pada 29 November 2020 Pukul 00.21 WIB.
188
Herlinyanto, op. cit., h. 20-23.
189
Syamsuddin A.R, M.S., Dari Ide, Bacaan, Simakan Menuju Menulis Efektif (Teori, Teknik, Redaksi),
(Bandung: Geger Sunten, 2011), h.89.
Kata sastra berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu awalan kata sas- artinya
mengarahkan kepada alat dan suasana, mengajar, dan memberikan arahan atau
petunjuk. Sementara itu, akhiran -tra artinya mengarah. Maka pengertian sastra secara
umum adalah alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, dan pengajaran.190
Menurut Sumardjo dan Saini, sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang
berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam bentuk
suatu gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. 191 Jadi,
berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa sastra merupakan alat untuk
memberi petunjuk dalam karangan yang menggunakan bahasa yang indah dan
memiliki fungsi tertentu bagi pembacanya.
190
http://repository.unsada.ac.id/485/1/Bab%20I.pdf diakses pada 6 Desember 2020 pukul 21.37 WIB.
191
Alfian Rokhamansyah, Studi dan Pengkajian Sastra; Perkenalaan Awal terhadap Ilmu Sastra, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2014), h. 2.
Karya sastra pada hakikatnya adalah pengejawantahan kehidupan, hasil
pengamatan sastrawan atas kehidupan sekitarnya. Pengarang dalam menciptakan
karya sastra didasarkan pada pengalaman yang telah diperolehnya dari realitas
kehidupan di masyarakat yang terjadi pada peran tokoh di dunia nyata dan
dituangkan ke dalam bentuk karya sastra. Sebuah karya sastra tercipta berdasarkan
imajinasi pengarang. Suatu hal yang tidak dapat dimungkiri adalah suatu kenyataan
bahwa pengarang senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Di
dalamnya, ia senantiasa terlibat dalam suatu permasalahan. Sebuah karya sastra
merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial
pengarangnya. Karya sastra merupakan kehidupan buatan atau rekaan sastrawan.
Kehidupan di dalam karya sastra merupakan kehidupan yang telah diwarnai dengan
sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya dan sebagainya.
Karena itu kenyataan atau kebenaran dalam karya sastra tidak mungkin disamakan
dengan kenyataan atau kebenaran yang ada di sekitar kita.192
Membaca sastra adalah membaca estetis atau membaca indah yang utamanya
adalah agar pembaca dapat menikmati, menghayati, dan sekaligus menghargai
unsurunsur keindahan yang terpapar dalam teks sastra. Membaca merupakan
prasyarat utama untuk memahami karya sastra, baik itu prosa fiksi, naskah drama,
maupun puisi. 193
Aktivitas membaca sastra merupakan kegiatan yang sifatnya apresiatif. Istilah
apresiasi berasal dari bahasa Latin appreciatio yang berarti “mengindahkan” atau
“menghargai”. Konteks yang lebih luas dalam istilah apresiasi, menurut Gove,
mengandung makna (a) pengenalan menurut perasaan atau kepekaan batin dan (b)
pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
pengarang. Dengan demikian, aktivitas membaca sastra menyertakan keterlibaan
emosi dan kognitif selama berinteraksi dengan karya sastra. Seorang pembaca sastra
berusaha untuk memahami, menimbang, menilai, dan menghargai karya sastra yang
dibacanya. Secara ringkas, mengapresiasi karya sastra berarti mengenali, memahami,
dan menikmati pengalaman dan menikmati bahasa yang menjadi jelmaan
pengalaman tersebut.194
192
Nuriana Istiqomah dkk, “Sikap Hidup Orang Jawa dalam Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari”,
(Universitas Negeri Semarang: Jurnal Sastra Indonesia JSI 3 (1), 2014), h.1-2.
193
https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/218/membaca-untuk-memahami-karya-sastra.html, diakses
pada 6 Desember 2020 pukul 21.56 WIB.
194
Else Liliani dan Dwi Budiyanto, “Modul Membaca Sastra Berwawasan Ekoliterasi”, (Yogyakarta: Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY, 2020), h. 7.
195
Ibid., h. 8-9.
196
Ibid., h.11.
197
Ibid., h. 7.
198
Muhsyanur, op. cit., h. 34.
199
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ (Emotional
Spiritual Quotient), (Jakarta: Arga, 2001), h. 186.
200
Jacob Sumardjo, dan Saini K.M, Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1988), h. 16.
201
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian FIksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013), h. 2.
202
Nurgiyantoro, op. cit., h. 3.
Membaca novel umumnya juga berfokus pada informasi utama, yakni pesan yang
hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui penarasian
(penceritaan) peristiwa-peristiwa dan karakter-karakter (pelakon-pelakon) yang
terlibat dalam peristiwa-peristiwa itu.
Oleh sebab tujuan dari membaca novel atau cerpen adalah agar pembaca dapat
memahami isinya. Maka diperlukan teknik yang tepat dan setiap orang memiliki
cara yang berbeda-beda ketika melakukan aktivitas membaca terhadap novel
atau cerpen.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membaca novel atau
cerpen yang dikemukakan oleh Adler dan Charles.
203
Fatmasari, op. cit., h. 80 237
Dalman, op.cit., h. 59-60.
205
Fatmasari, op.cit., h. 81
206
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: PT Angkasa Bandung, 1984), h. 9-10. 241
Salam. loc. cit.
207
Agus Wiyanto, Kitab Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Galangpress Publisher, 2012), h. 196.
208
Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara, (Depok: Rajawali Pers, 2020), h. 121.
209
Fauzi Afriansyah, dan Prima Gusti Yanti, Keterampilan Membaca Puisi Siswa sebuah Modifikasi Teknik
Membaca Puisi Jose Rizal Manua, (Universitas Ahmad Dahlan Vol. 40 No. 1 Tahun 2020), h.33. 245 Ibid., h.34.
210
Ibid., h. 35.
211
Fatmasari, op. cit., h. 82-83. 248
Salam. loc. cit.
212
Ibid.
213
Muhsyanur, op. cit., h. 34-35.
Keterampilan Membaca
Achmad. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Hak Cipta, 2012.
Afriansyah , Fauzi dan Yanti, Prima Gusti. “Keterampilan Membaca Puisi Siswa
sebuah Modifikasi Teknik Membaca Puisi Jose Rizal Manua”. Universitas
Ahmad Dahlan Vol. 40 No. 1 Tahun 2020.
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ
(Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga, 2001.
Agustina, Rini dan Hariyadi. “Penerapan Metode SQ3R dan Metode PQ3R terhadap
Keterampilan Membaca pada Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Vol. 2 No. 1.
Agus Krisno Budiyanto. SINTAKS 45 Metode Pembelajaran dalam Student Centered
Learning (SCL). Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
2016.
128
Ahmad, Listiyanto. Spread Reading, Teknik Membaca Cepat dan Metode Membaca Cepat.
Yogyakarta: A Plus Books, 2010.
Alep, Boni dkk. “Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan Internet terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Materi Sistem Periodik Unsur di SMA
Labschool Palu”.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JAK/article/view/7855/6204.
Jurnal Akademika Kimia Vol 4, No 1, 2015.
Al-Khuliy, Muhammad Ali. Model Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Royyan Pres,
2016.
Alvianto, Vicky. “Keterampilan Membaca Nyaring”,
https://files.osf.io/v1/resources/
nj5qk/providers/osfstorage/5cde35a935f2580019a339ec?action=download
& direc&version=1, diakses 25 September 2020 pukul 20.39 WIB.
Artati, Y. Budi. Terampil Membaca. (Klaten: PT Intan Pariwara, 2018.
Asdam, Muhammad. Bahasa Indonesia (Pengantar Pengembangan Kepribadian dan
Intelektual). Makassar: LIPa, 2016.
Bahtiar, Ahmad. “Apresiasi dan Kreasi Sastra”. https://www.academiaedu/27748136/
APRESIASI_DANKREASI_SASTRA?source=swp_share diakses pada 8
September 2020 pukul 09.05 WIB.
Basuki, Pengembangan Model Pembelajaran Membaca dengan Pelabelan Objek Sekitar (POS)
untuk Murid Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2021.
Bunanta, Murti. Buku, Mendongeng, dan Minat Membaca, (Jakarta: Kelompok Pencinta
Bacaan Anak, 2008.
Cahyani, Ica. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam
Depag RI, 2009.
Dalman. Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Darmabudi. Membaca Yuk: Strategi Menumbuhkan Minat Baca pada Anak Sejak Usia Dini.
Jakarta: Guepedia, 2018.
Dondian, dkk. “Program Membaca Ekstensif: Meningkatkan Motivasi Membaca
Siswa”. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_
SASTRA_INDONESIA/196401221989031-KHOLID_ABDULLAH_
HARRAS/Bahan2_Kuliah/Makalah/Membaca_Intensif_dan_Membaca_
Ekstensif.pdf
Eliastuti, Maguna dan Nur Irwansyah, “Keefektifan Membaca Menggunakan Metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa yang Kesulitan Membaca”,
Vol.10, No.01, Dieksis, Universitas Indraprasta PGRI, 2018.
Elisabet, Noreka. Keterampilan Membaca Nyaring. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret, 2019.
pukul 14.45 WIB.
Fadilah, Dede. “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman dengan
Menggunakan Metode SQ3R pada Siswa Kelas V MIN Pesawaran pada
Tahun Ajaran 2016/2017”. http://repository.radenintan.ac.id/375/1/
Skripsi_Full_Dede_Fadilah.pdf diakses pada 21 Oktober 2020 Pukul 22.10
WIB.
Fatmasari, Ria Kristia dan Fitriyah, Husniyatul. Keterampilan Membaca. Bangkalan:
STKIP PGRI Bangkalan, 2018.