Anda di halaman 1dari 13

RSU GLADISH MEDICAL CENTER

PANDUAN ICRA CAIRAN 2018

RSU GLADISH MEDICAL CENTER


Jln. A. Yani No. 36 Taman Sari, Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran– Lampung
No.Telp/Fax : (0721) 5620168 Call/SMS Center : 085208681761 – 082306260375
E-mail : rsu.gladishmeicalcenter@gmail.com
ii
iii
iv
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................... i

KEPUTUSAN DIREKTUR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

BAB II KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN...........................................2

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk dilaksanakan di rumah sakit
sebagai tempat fasilitas pelayanan kesehatan, disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan juga
untuk melindungi pasien, petugas, pengunjung dan keluarga serta lingkungan dari resiko tertular
penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan berkunjung ke rumah sakit. Rumah Sakit sebagai
salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat diharapkan
dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar yang sudah ditentukan. Pendapat
masyarakat jika di Rumah Sakit pasti di lakukan tindakan infuse dan di injeksi intra vena maka
setiap pasien yang melakukan rawat inap pasti akan di lakukan tindakan tersebut sedangkan tidak
semua Rumah Sakit memiliki standart pelaksanaan tindakan yang ketat terhadap tindakan infuse dan
injeksi intra vena dan pasien dan keluarga pun ikut berperan dalam terjadinya efek samping dari
tindakan infuse dan injeksi..

B. Tujuan

Tujuan Umum :
Menyiapkan agar RSU Gladish Medical Center dengan sumber daya terbatas dapat menerapkan
pencegahan dari efek samping tindakan infuse dan injeksi intravena , sehingga dapat melindungi
tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat dari efek samping yang tidak di harapkan

Tujuan Khusus :
Membuat standar pelaksanaan Pencegahan dan efek samping dari tindakan infus dan injeksi
intravena bagi pasien di RSU Gladish Medical Center meliputi :
1. Kegunaan infus
2. Efek samping infus dan obat injeksi intravena
3. Ada atau tidaknya kegawatannya di lakukan tindakan infuse dan injeksi intravena

C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di RSU Gladish Medical Center dalam
melaksanakan pemberian infuse dan injeksi intravena pada pelayanan terhadap pasien yang
dilaksanakan tindakan di RSU Gladish Medical Center.

1
BAB II
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT DAN CAIRAN

A. Pengertian obat
Obat ialah suatu bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosis. Selain itu, obat juga
berfungsi untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit yang berupa luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan. Obat
juga dapat memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat
tradisional.

B. Tujuan Pemberian Obat


1. Untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami pasien
2. Obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal
3. Efek samping yang terjadi minimal
4. Menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien

C. Komplikasi dan Kesalahan Dalam Pemberian Obat.


Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping efek terapeutik obat memiliki
kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif (berefek
untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk
menaikkan fungsi atau respons tubuh), substitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi
(berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restorative (berefek pada memulihkan fungsi
tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal,
dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan),
penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

Alergi kulit : apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan sebanyak
mengkin pengobatan yang telah diberikan, beritau dokter, dan catat dalam pelaporan. Resiko
kesalahan pengobatan injeksi meningkat secara bermakna dengan semakin tingginya keparahan
sakit pasien, semakin tinggi pelayanan dan semakin banyaknya penyuntikan obat. Resiko lebih
rendah ketika ada sistem pelaporan kejadian kritis.

D. Konsep dasar pemberian cairan


1. Pengertian Terapi Intravena (Infus)
Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien.
Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrient (biasanya
glukosa), vitamin atau obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68). Infus cairan intravena (intravenous
fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat
langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama
dengan menggunakan infus set. Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan
ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan
garam yang dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang
diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 : 68).

2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)


a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.

3. Tipe-tipe Cairan Intravena


a. Isotonik

2
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan yang ada didalam
plasma.
1) Nacl normal 0,9%
2) Ringer Laktat
3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
4) Dextrose 5% dalam air ( D 5 W )

b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang ada didalam
plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan
plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di
Intrasel dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.
1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
2) Nacl 0,45%
3) Nacl 0,2%

c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang ada
dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan plasma dan
mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan osmotic, sel
kemudian akan menyusut.
1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%
2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit hipertonis karena dextrose
dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan
osmotic).
3) Dextrose 10% dalam air
4) Dextrose 20% dalam air
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
7) Dextrose 5% dalam ringer laktat
8) Albumin 25

4. Komposisi Cairan Terapi Intravena


a. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)
b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori
c. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++, laktat)
d. Balans isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-, HCO,
glukonat ).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan yang
dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari intertisiall, kedalam sirkulasi
dan meningkatkan volume darah sementara.
g. Hiperelimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori).

5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus)


a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat meneteskan
10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes per 1 ml. Jumlah
tetesan yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor tetes.
b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan yang akan
diberikan dengan jumlah jam infuse yang berlangsung. Kemudian kalikan hasil tersebut
dengan faktor tetes.
c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi dengan
60.
d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya tidak
tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan.

6. Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infus


a. D 5 W (dextrose 5% in water)

3
1) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang, memberikan suplai
kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-obatan atau berfungsi untuk
mempertahankan vena dalam keadaan terbuka dengan infus tersebut
2) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma pelepasan
hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan dalam waktu yang
bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau komponen darah).

b. Nacl 0,9%
1) Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang hilang, diberikan dengan
komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok hemodinamik.
2) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya : gagal jantung dan gagal
ginjal).
c. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu, dan
untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.

7. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)


a. IV push
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung kedalam
saluran/jalan infus.
Indikasi :
 Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian obat
langsung kedalam intravena.
 Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid dan digoksin).
 Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus melalui infus (
lidocain, xilocain).
 Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan akan
injeksi
 Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang dicampur.
(Setyorini, 2006 : 7)

b. Continous Infusion (infus berlanjut)


Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang digantung,
dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan
intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan pompa khusus yang ditanam
maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan yatu:
1. Keuntungan
 Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat.
 Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau
adanya penyumbatan.
 Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran infus.
2. Kerugian
 Memerlukan selang yang khusus.
 Biaya lebih mahal
 Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat.

c. Intermitten Infusion (Infus Sementara)


Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag” untuk infus yang
kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.

E. Prinsip-prinsip pemberian obat


1. Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan. Jika lebelnya tidak
terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus di kembalikan ke bagian farmasi.Obat
memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama yang asing harus
diperiksa nama generiknya bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generik

4
atau kandungan obat. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu perawat
mengingat nama obat dan kerjanya.

2. Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan
dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur,
spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan
obat benar untuk diberikan kepada pasien.
 Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
 Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
bersangkutan.
 Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang akan diberikan,
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : tersedianya obat dan dosis obaat
yang diresepkan/diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/kgBB/hari), jika ragu-
ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
 Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

3. Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikai kebenaran obat dengan mencocokan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
o Pasien berhak untuk mengetahui alasan obat
o Pasien berhak untuk menolak pengguaan sebuah obat
o Membedakan pasien dengan dua nama yang sama

4. Benar Cara Pemberian

5. Benar Waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan wzktu yzng diprogramkan, karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat
o Pembarian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
o Dosis obt harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari. Misalnya seperti dua
kali sehari, tiga kali sehari,empat kali sehari, dan 6 kali sehari sehingga kadar obat
dalam plasma tubuh dapat dipertimbangkan
o Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t ½). Obat yang memiliki
waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan untuk obat yang memiliki waktu
paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu tertentu.
o Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau sesudah makan atau
bersama makanan
o Memberikan obat obat-obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi mukosa
lambung bersama-sama dengan makanan
o Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah dijadwalkan
untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan kontraindikasi
pemeriksaan obat.

6. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Pemberian obat sesuai dengan standart prosedur yang berlaku dirumah sakit.
Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengeni obat yang telah diberikan serta respon
klien terhadap pengobatan.

7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi pasien


Petugast mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan kesehatan pada pasien,
keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat
secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi yang

5
merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit, dan
sebagainya.

8. Hak pasien Untuk Menolak


pasien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus memberikan inform
consent dalam pemberian obat.

9. Benar Pengkajian
Petugas selalu memeriksa TTV (Tanda Tanda Vital) sebelum pemberian obat.

10. Benar Evaluasi


Petugast selalu melihat/memantau efek kerja dari obat setelah pemberiannya.

11. Benar Reaksi Terhadap Makanan


Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus
diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan
harus diberi satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin,dan sebaiknya ada obat yang
harus diminum setelah makan misalnya indometasin.

12. Benar Reaksi Obat Dengan Obat Lain


Pada penggunaan obat seperti ini chloramphenicol diberikan dengan omeprazol penggunaan
pada penyakit kronis.Berdasarkan keamanan dan pengamanan obat, obat di kelompokan
atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, dan obat narkotika.

F. Logo obat keras


Logo Simbol Obat keras diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang
didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi.Obat keras adalah obat yang
termasuk dalam daftar obat yang hanya boleh disertakan oleh apoteker atau dokter. Apoteker
hanya menyerahkan obat keras tersebut hanya berdasarkan permintaan (resep) dari dokter. Dan
dokter hanya menyerahkan obat tersebut, jika obat tersebut diperoleh dari apotek. Pengecualian
diberlakukan menurut Permenkes, beberapa kelompok obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker tanpa resep dokter misalnya obat untuk kontrasepsi oral berupa hormon, obat saluran
cerna seperti papaverin dan diazepam, obat saluran nafas seperti aminofilin dan salbutamol, dan
kelompok lainnya. Obat keras yang memerlukan penawaran khusus, termasuk dalam kelompok
obat “psikotropika”. Obat yang masuk ke dalam golongan obat keras ini adalah obat yang
dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan
maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan, obat baru yang belum
tercantum dalam kompendial/farmakope terbaru yang berlaku di Indonesia serta obat-obat yang
ditetapkan sebagai obat keras melalui keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia.
diperlukan informasi lengkap terkait penggunaan obat ini karena jika tidak digunakan secara
tepat dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh sebaiknya konsultasikan
kepada Apoteker jika anda mendapatkan obat-obat berlabel obat keras dari resep dokter,
penggunaan obat yang terpat akan meningkatkan efektivitas obat terhadap penyakit dan
meminimalkan efek sampingnya.

G. Logo narkotik
(Opiat=O) adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
kehilangan rasa, rangsangan semangat , halusinasi, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan. Peredaran produk jadi obat narkotika dikemas dalam
wadah kemasan yang diberi bulatan berwarna hitam mengelilingi palang merah dengan dasar
putih.

Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat ketat, sehingga obat
golongan narkotika hanya dapat diperoleh di Apotek dengan menggunakan resep dokter yang
asli (bukan coppy resep). Bebeerapa contoh dari obat narkotik diantaranya:Morfin,Heroin, Coca,

6
Codein, Methadone, Cannabis/marijuana/ganja. Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika
biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetika/obat penghilang rasa sakit.
Jenis jenis Golongan Obat :
1. ACE inhibitor atau penghambat angiotensin converting enzim (ACE). Penghambat ACE
ini merupakan kelompok obat untuk menurunkan tekanan darah.
2. Antasid dan alginates. Antasid digunakan untuk masalah dyspepsia atau maag. Beberapa
jenis antasid bisa dijumpai tanpa membutuhkan resep.
3. Antibiotika. Juga dikenal sebagai antibakteri, merupakan jenis obat yang digunakan untuk
masalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
4. Antidepresan. Sesuai dengan namanya, obat ini untuk mengatasi depresi. Ada beberapa
jenis obat antidepresan. Namun, dua jenis yang sering digunakan, yaitu obat tricyclic
seperti amitriptiline dan imipramine serta selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRIs)
seperti fluoxetine.
5. Antihistamin. Dikenal sebagai obat untuk alergi, seperti demam dan beberapa jenis batuk
dan pengobatan flu.
6. Benzodiazepine. Kelompok obat ini juga dikenal sebagai penenang minor dan sedatif.
Yang banyak dikenal adalah diazepam (dengan nama valium) dan nitrazepam (dengan
nama mogadon).
7. Beta-antagonist. Obat jenis itu misalnya inhaler yang digunakan untuk melegakan
serangan asma, mengandung beta-antagonist.
8. Beta-blocker. Beta-adrenoreceptor sering disebut sebagai beta-blockers, bekerja untuk
jantung dan sistem sirkulasi darah. Fungsinya, mengurangi tekanan darah.
9. Calcium-channel blockers. Obat ini digunakan untuk masalah yang berhubungan dengan
jantung dan sistem peredaran darah, termasuk tekanan darah tinggi dan angina.
10. Kontrasepsi oral kombinasi. Merupakan salah satu dari banyak metode pencegahan
kehamilan. Dinamakan demikian karena obat tersebut merupakan kombinasi dari dua jenis
hormon perempuan, yaitu estrogen dan progesterone.
11. Obat untuk mata. Beberapa kelompok termasuk dalam obat untuk mata, seperti glaukoma.
Ada lima jenis obat yang digunakan untuk pengobatan glaukoma, yaitu miotik,
simpatomimetik, penghambat beta, penghambat karbonik anhydrase, dan latanoprost.
12. H2 antagonist. Ada beberapa jenis obat untuk mengobati luka lambung dan salah cerna.
Satu yang terpenting adalah obat-obatan dari jenis H2 antagonist.
13. Hormone replacement therapy (terapi sulih hormon). Terapi ini direkomendasikan kepada
perempuan saat dan pasca menopause
14. Inhaler steroid. Obat inhaler jenis kortikosteroid atau steroid, digunakan untuk mencedah
terjadinya gejala asma.
15. Laksatif. Terdapat beberapa jenis obat laksatif yang bekerja dengan berbagai cara untuk
meredakan atau mencegah terjadinya konstipasi (sembelit), seperti jenis diuretik.
16. Nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs) atau obat nonsteroid antiperadangan. Biasa
digunakan untuk mengurangi peradangan dan meredakan nyeri. Yang biasa digunakan
adalah ibuprofen.
17. Parasetamol. Merupakan pereda nyeri. Kekuatannya hampir sama, tetapi tidak bekerja
sebagai antiperadangan seperti aspirin.
18. Proton pump inhibitor, obat penghambat pompa proton. Merupakan jenis obat yang
digunakan dalam mengobati luka pada lambung dengan menghambat produksi asam
lambung.
19. Statin. Merupakan kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol darah.
20. Steroid topical. Kortikosteroid topical atau dikenal dengan krim steroid, digunakan pada
kulit untuk meredakan eksim dan beberapa gangguan kulit lainnya.

H. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat


Faktor-faktor yang menentukan cara transport obat lintas membran yaitu :
 Sifat fisiko-kimia obat : bentuk dan ukuran molekul, kelarutan dalam air, kelarutan dalam
lemak, derajat ionisasi
 Bioavailabilitas : adalah ( ketersediaan hayati )

Jumlah obat ( dalam persen terhadap dosis ) yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh
/ aktif.Ketersediaan hayati digunakan untuk memberi gambaran mengenai keadaan dan
kecepatan obat diabsorpsi dari bentuk sediaan. Ketersediaan hayati suatu obat dapat diukur pada

7
pasien ( secara in vivo ) dengan menentukan kadar obat dalam plasma darah dengan interval
setiap jam sampai diperoleh kadar puncak dan kadar obat minimum yang masih berefek Obat
yang menghasilkan kadar obat sama antara kadar dalam darah dan dalam jaringan, disebut
mempunyai bioekivalensi . Bila tidak sama, disebut mempunyai bioinekivalensi. Bila
bioinekivalensinya lebih dari 10 % menimbulkan inekivalensi terapi, terutama obat-obat yang
indeks terapinya sempit ( dosis terapi hampir sama dengan dosis toksik ) Tidak semua jumlah
obat yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik. Banyak faktor
yang mempengaruhi bioavailabilitas obat, terutama bila diberikan per oral, kemungkinan obat
dirusak oleh reaksi asam lambung atau oleh enzim-enzim dari saluran gastrointestinal

I. CARA PEMBERIAN OBAT


1. Cara pemberian obat per oral :
Cara ini paling umum dilakukan karena mudah, aman dan murah. Namun untuk obat
yang diberikan melalui oral, ada tiga faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas :
 Faktor obatnya sendiri (larut dalam lipid, air atau keduanya)
 Faktor penderita ( keadaan patologik organ-organ pencernaan dan metabolisme )
 Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna. ( interksi dengan makanan )
2. Cara pemberian obat melalui suntikan :
Keuntungan pemberian obat secara parenteral dibandingkan per oral, yaitu :
 Efeknya timbul lebih cepat dan teratur
 Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-
muntah
 Sangat berguna dalam keadaan darurat

Kelemahan cara pemberian obat melalui suntikan :


 Dibutuhkan cara aseptis
 Menyebabkan rasa nyeri
 Kemungkinan terjadi penularan penyakit lewat suntikan
 Tidak bisa dilakukan sendiri oleh penderita
 Tidak ekonomis
 Resiko infeksi

J. BIOTRANSFORMASI
Biotransformasi atau metabolisme obat, adalah proses perubahan struktur kimia obat yang
terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses biotransformasi :
 molekul obat diubah menjadi lebih polar sehingga mudah diekskresi melalui ginjal
 pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga proses biotransformasi sangat berperan
dalam mengakhiri kerja obat
 ada obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif atau lebih toksik
 ada obat yang merupakan calon obat ( pro drug ) yang baru aktif setelah mengalami
biotransformasi oleh enzim tertentu menjadi metabolt aktif yang selanjutnya akan
mengalami biotransformasi lebih lanjut atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir

K. FARMAKODINAMIK
Cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya
disebut farmakodinamik. ( pengaruh obat terhadap organ-organ tubuh ).
Mekanisme kerja obat yaitu :
 Obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal ( fisiologi ) tubuh
 Obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah
ada ( ini tidak berlaku bagi terapi gen )

Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk :


 meneliti efek utama obat
 mengetahui interaksi obat dengan sel
 mengetahui respon khas yang terjadi
 Interaksi Obat Dengan Biopolimer

Anda mungkin juga menyukai