Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

LOW BACK PAIN

OLEH :

ANDIKA SIAGIAN
NIM: 20.61.011

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat -Nya sehingga makalah yang berjudul Penatalaksanaan Fisioterapi

Pada Kasus “Low Back Pain ” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan

waktu yang direncanakan. Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini

banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dan tidak luput dari kesalahan.Oleh

karena itu, saya menyampaikan mohon maaf yang setinggi-tingginya dan terima

kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu,

walaupun tidak dapat cantumkan dalam makalah ini saya mengucapkan terima

kasih. Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia

kesehatan.

Lubuk Pakam, 25 Juli 2022

ANDIKA SIAGIAN
NIM: 20.61.011

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Rumusan Masalah..............................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................3
2.1 Definisi ..........................................................................................3
2.2 Anatomi Fungsional Tulang punggung.........................................4
2.2.1 Diskus intervertebral...............................................................5
2.2.2 Ligamen...................................................................................6
2.2.3 Foramen Intervertebralis ........................................................6
2.2.4 Facet.........................................................................................7
2.2.5 Saraf.........................................................................................7
2.2.6 Otot..........................................................................................7
2.3 Etiologi...........................................................................................8
2.4 Epidemiologi..................................................................................8
2.5 Patofisiologi...................................................................................10
2.6 Tanda dan Gejala...........................................................................12
2.7 Klasifikasi Low Back Pain............................................................12
2.8 Prognosis........................................................................................13
2.9 Pemeriksaan Khusus......................................................................13
2.9.1 Laseque’s Test.........................................................................13
2.9.2 Patrick Test.............................................................................14
2.9.3 Bragard Test ...........................................................................14
BAB III PENUTUP......................................................................................15
3.1 Kesimpulan....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Vetebra .............................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Fisioterapi sebagai salah satu disiplin ilmu dibidang kesehatan

dapat berperan dalam bidangnya menyelenggarakan pelayanan kesehatan

profesional yang bertanggung jawab atas kesehatan individu, keluarga dan

masyarakat, khususnya dalam masalah kapasitas fisik dan kemampuan fungsional

penderita, sehingga diupayakan penderita mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

secara mandiri dan mampu produktif tanpa dihalangi oleh permasalahan-

permasalahan kesehatan yang ada. Keluhan low back pain ternyata menempati

urutan kedua tersering setelah nyeri kepala. Di Amerika Serikat lebih dari 80%

penduduk pernah mengeluh low back pain dan di negara kita sendiri diperkirakan

jumlahnya lebih banyak lagi (Prasetyo, 2015).

Low Back Pain merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat umum,

yang menyebabkan pembatasan aktivitas dan juga ketidakhadiran kerja. LBP

memang tidak menyebabkan kematian, namun menyebabkan individu yang

mengalaminya menjadi tidak produktif sehingga akan menyebabkan beban

ekonomi yang sangat besar baik bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun

pemerintah. Diperkirakan bahwa hingga sepertiga dari populasi mengalami LBP

dan mengakibatkan beberapa bentuk ketidak nyamanan yang berdampak pada

rutinitas hidup sehari-hari, dan berdampak pada kemampuan seseorang untuk

bekerja secara produktif. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan paling umum

1
orang mencari perawatan medis dan pengobatan. Penelitian yang telah dilakukan

terhadap suatu karyawan suatu perusahaan asuransi yang menggunakan komputer

didapatkan hasil 14% mengalami nyeri punggung, sedangkan di perusahaan biro

pariwisata lebih tinggi yaitu 32%. Prevalensi LBP pada suatu perusahaan dapat

berbeda didasarkan oleh beberapa faktor risiko LBP itu sendiri baik faktor

individu maupun factor eksternal yang diperoleh dari lingkungan pekerjaan.

Faktor individu atau faktor intrinsik dapat berupa usia, status pernikahan, status

menstruasi, paritas, BMI, rokok (Prasetyo, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1 Apa pengertian Low Back Pain (LBP) ?

2 Bagaimana anatomi dan Fisiologi Vertebra ?

3 Apa etiologi Low Back Pain (LBP) ?

4 Bagaimana patofisiologi Low Back Pain (LBP) ?

5 Bagaimana tanda dan gejala Low Back Pain (LBP) ?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,

anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala untuk kasus Low

Back Pain (LBP).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah

punggung bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot

atau lesi tulang. Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma

punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti

penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi

pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang.

Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk, postur

yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang buruk

juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah (Herawati, 2018).

Nyeri punggung bawah adalah jenis yang paling sering ditemukan, terutama

di faskes primer, sehingga memerlukan perhatian lebih. Lebih dari 85% pasien

nyeri punggung bawah masuk ke dalam kategori ini. Tubuh manusia memiliki

pusat gravitasi yang mempertahankan fungsi tubuh dan membantu menghindari

celaka. Pada nyeri punggung bawah, terjadi gangguan keseimbangan antara beban

fungsional dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Namun

gangguan ini tidak disertai sebuah kelainan anatomis; tidak ditemukan adanya

penyempitan ruang antara diskus, penekanan saraf, kerusakan pada tulang atau

sendi. Belum ditemukan penyebab dari nyeri, walaupun dapat dikenali beberapa

faktor resiko (Herawati, 2018).

3
4

Low back pain (LBP) didefinisikan nyeri atau rasa tidak nyaman antara

tulang rusuk ke-12 sampai bagian atas lipatan gluteal dengan atau tanpa nyeri

menjalar sampai kaki. Hendrique dan Vasconcellos menjelaskan bahwa nyeri

punggung bawah didefinisikan nyeri dengan atau tanpa kekakuan pada otot, lokasi

nyeri berada diantara tulang rusuk terakhir costa 12 sampai lipatan gluteal. Low

back pain merupakan gangguan yang umum terjadi pada muskuloskeletal dengan

prevalensi 70-85% terjadi pada orang dewasa, diindikasikan meningkat pada usia

30 – 35 tahun (Tomanova, 2015).

2.2 Anatomi dan Fisiologi Tulang Punggung

Vertebra secara umum dibagi menjadi korpus, arkus dan foramen vertebra.

Strukturnya fleksibel yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan yang

masing-masing dipisahkan oleh diskus fibrokartilago yang disebut diskus

intervertebra yang berfungsi sebagai peredam kejut. Vertebra terdiri dari lima

ruas yaitu cervical, thoracal, lumbal, sacral dan coccygeus. Columna vertebralis

adalah pilar utama tubuh (Qaseem, 2017).

Korpus merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang

mempunyai beberapa facies (dataran) yaitu :faciesanterior berbentuk konveks dari

arah samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Faciessuperior berbentuk

konkaf pada VL4 dan VL5. Arkus merupakan lengkungan simetris di kiri dan

kanan vertebra dan berpangkal pada korpus menuju dorsal pangkalnya disebut

radiusarcusvertebra dan ada tonjolan seperti duri yang disebut procesusspinosus.

Foramenvertebra merupakan lubang yang cukup lebar dimana di kedua belah

sisinya ada lekukan yaitu recesuslateral. Bila tulang vertebra tersusun secara
5

panjang akan membentuk kanal yang di dalamnya ada saraf medullaspinalis.

Fungsi columna vertebralis meliputi fungsi-fungsi statis, kinematis,

keseimbangan dan perlindungan (Qaseem, 2017).

Gambar 2.1: Vertebra (NIMH, 2015)

2.2.1 Diskus intervertebral

Diskus Intervertebra adalah cartilago dan struktur articulating antara tubuh

vertebra. Diskus intervertebra memiliki peran ganda, yaitu support primer dari

colum tulang vertebra sementara cukup elastik untuk gerakan spine (fleksi,

ekstensi dan rotasi). Aggregate dari diskus menyumbang dari 25% menjadi 30%

dari panjang keseluruhan (tinggi) spine.Setiap diskus terdiri dari cincin kolagen

elastic, annulus fibrosus, yang mengelilingi gelatinous nucleus pulposus.Nukleus

pulposus berdiri sendiri, struktur gelatinous terdiri dari 88 % air pada diskus muda

yang sehat (Qaseem, 2017).


6

2.2.2 Ligamen

Ligamentum ini melekat pada tiap-tiap korpus disebelah ventralmulai dari

tulang occipital turun ke sacrum.Ligamentum ini semakinmelebar ke kaudal dan

selalu terikat erat dengan korpus vertebralis, tetapitidak pada diskus

intervertebralis.Ligamentum ini berfungsi untukmengontrol gerakan ekstensi

tulang belakang.Dalam klinis sangat jarangterjadi gangguan pada struktur ini

karena posisinya yang sangat dalamdan gerakan diskus kearah anterior tidak

seluas ke posterior (Qaseem, 2017).

Ligamentum terletak diantara arkus-arkus vertebra pada dorsal columna

vertebralis. Ligamentum ini berwarna kuning, disebabkan olehderetan serabut-

serabut elastin yang terputus-putus hingga membentuk pita, walaupun dalam

keadaan istirahat ligamentum ini tetap teregang. Ada juga Ligamentum

Intertransversarium yang merupakan ikatan pendek, melekat langsung pada

tepiluar permukaan sendi pada processus tranversus, Ligamentum Interspinosum

Ligamentum ini merupakan ikatan pendek yang melekat diantara processus

spinosus yang satu dengan yang lain dan Ligamentum Supraspinale Ligamentum

ini melekat mengelilingi processus spinolus dimana mulai dari processus spinolus

vertebra cervical ke-7 dan terbentang sejauh sacrum serta menghubungkan

vertebra dan sacrum (Qaseem, 2017).

2.2.3 Foramen Intervertebralis

Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal collumna vertebralisantara

tulang belakang atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasioleh pendikulus

vertebrae bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorsolateral discus serta
7

sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh processusarticularis facetnya dan

tepi lateral ligament flavum. Pada forsmenintervertebralis terdapat jaringan yang

penting yaitu, Radiks, Saraf Sinuvertebra, Pembuluh darah, Jaringan pengunyah

(Qaseem, 2017).

2.2.4 Facet

Sendi facet dibentuk oleh articularis inferior pada bagian atas dan facies

superior (dari vertebra bawahnya) pada facies inferior. Sendi facet merupakan

sendi datar dengan gerak utama adalah gerak geser (glide) menekuk (tilt) dan

rotasi. Sendi facet dibentuk dari sendi synovial dimana permukaan sendi dilapisi

kartilago, hialin, dan sinovialis yang memproduksi cairan sinovium yang

berfungsi sebagai pelican dan member zat gizi (Qaseem, 2017).

2.2.5 Saraf

Innervasi Plexus lumbalis dari segmen spinal T12-L4, plexus sacralis dari L4-

S4 dan plexus coccygealis. L4 dan S4 ikut menyambung cabang baik ke plexus

lumbalis maupun sacralis. Saraf-saraf dari plexus lumbalis mensyarafi otot-otot

dan kulit bagian bawah dan ekstrimitas bawah. Kulit dan otot punggung disarafi

secara segmental oleh ramus dorsalis tiga puluh satu pasang. Tiap ramus dorsalis

terbagi menjadi cabang medial dan lateral, kecuali pada S1, 4 dan 5, dan coccygeus

pertama (Qaseem, 2017).

2.2.6 Otot

Otot merupakan jaringan yang kegiatannya dapat diatur dan kegiatannya

adalah berkontraksi Otot-otot yang terkena pada spondylo arthrosis lumbal yaitu,
8

M. Obliquus externus abdominis, M. Obliquus internus, M. Semispinalis

(thoracic), M.Quadratus lumborum, M. Multifidus, M. Erector spine, M. Psoas

Mayor (Meliawan, 2019).

2.3 Etiologi

Etiologi LBP disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor mekanik dan faktor

nonmekanik, Faktor Mekanik yaitu degenerasi segmen diskus, misalnya

osteoartitris tulang belakang atau stenosis tulang belakang, nyeri diskogenik tanpa

gejala radikular dan radiokulopati struktural, sedangkan nonmekanik yaitu,

Sindrom neurologis, Gangguan sistemik, Nyeri kiriman (Tholib, 2015). 

2.4 Epidemiologi

World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis

gangguan muskulos keletal di derita oleh ratusan juta manusia yang

menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau

keterbatasan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan

sosial penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah

satunya adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan

paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini

berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai dekade

tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010), dimana

penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak

dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2003).

LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak

dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara


9

maju pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang paling

penting di semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi

dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak

prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut

bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis (Jalaluddin,

2018).

Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu

tahun berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke

dokter adalah 14,3% (Meliawan, 2019). Dalam satu tahun terdapat lebih dari

500.000 kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden

naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun mencapai 15 - 45% dengan titik

prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan sembuh dengan sendirinya

selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus tersebut 85% penderitanya adalah

usia 18-56 tahun (Wheeler, 2015).

Di Swedia, LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia

kurang dari 65 tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada

usia 65 tahun keatas (Kim, 2015). LBP merupakan salah satu masalah

sosial utama ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak

masuk bekerja disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa

mencapai 45% dan paling banyak menyerang usia 35-55 tahun (Amalia,

2016).

Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf

Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14


10

rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita

nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang

(35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah

penderita LBP (Meliala, 2017). Sementara di Indonesia walaupun data

epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk

Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan

prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6% (Meliawan,

2019).

2.5 Patofisiologi

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus

menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri

disebut sebagai system nosiseptif. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf

bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara

potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal.

Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini

bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke

pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat (Meliala,

2017).

Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan

mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari

cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra

system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang

dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,


11

asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat

meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam

tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin

dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf

pusat (Meliala, 2017).

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,

dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus

diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak

dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara

stimulus nyeri dan sensasi nyeri. Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung

bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang

yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus

intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai

ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut

memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan

perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan

tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau

melompat (Meliala, 2017).

Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal

dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah

dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur,

masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat

berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan


12

sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas

fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago

yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab

nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress

paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan

sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis

spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut

(Meliala, 2017).

2.6 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada Low Back Pain yaitu, nyeri, spasme Otot,

keterbatasan gerak, kelemahan otot, sensasi terbakar atau panas di pinggang,

kesemutan, rasa sakit ringan atau bahkan tajam yang menyebabkan anda tidak

bisa bergerak (Prasetyo, 2015).

2.7 Klasifikasi Low Back Pain

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu

2.7.1 Acute Low Back Pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya

sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat

hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic

seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.

Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen

dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal
13

dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri

pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik (Rudiana, 2019).

2.7.2 Chronic Low Back Pain

Nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-

ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan

sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena

osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan

tumor (Rudiana, 2019).

2.8 Prognosis

Nyeri punggung bawah jarang sekali mengancam nyawa, tetapi sangat

mengganggu kualitas hidup.Nyeri punggung bawah kronis sering fluktuatif dan

memiliki episode eksaserbasi akut yang rekuren. Prognosis jumlah episode

eksaserbasi akan lebih buruk pada pasien yang memiliki riwayat serangan akut

yang sangat berat dan bertahan lama (Lim, H. W, 2015).

2.9 Pemeriksaan Khusus

2.9.1 Laseque’s Test.

Tes ini dilakukan dengan cara pasif, posisi pasien tidur telentang dengan

tungkai lurus normal, hip medial rotasi dan adduksi, lutut ekstensi, setelah itu

terapis memfleksikan atau mengangkat tungkai antara 350-700 tersebut sampai

pasien mengeluh nyeri atau kaku di posterior paha (Magee, 2006). Hasil dikatakan

positif bila timbul rasa nyeri sepanjang perjalanan saraf iskhiadikus dan

kemungkinan ada penekanan pada akar saraf, bila tes negatif kemungkinan

penekanan akar saraf kecil (Widyasari, 2020).


14

2.9.2 Patrick Test

patrick test, pada tes ini pasien berbaring, tumit dari kaki yang

satudiletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan

penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar (Widyasari, 2020).

2.9.3 Tes Bragard

Tes ini merupakan modifikasi dari tes laseque atau SLR dan cara melakukan

tes sama dengan tes laseque atau SLR hanya waktu mengangkat (Widyasari,

2020).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah

punggung bawah, yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot

atau lesi tulang. Nyeri punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma

punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif

seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi

virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada

tulang belakang (Fauzan, 2015).

15
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. F., Runtuwene, T., & Kembuan, M. A. (2016). Profil nyeri di


poliklinik saraf RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado periode 1 Januari
2014–31 Desember 2014. e-CliniC, 4(2).
FAUZAN, M. T. (2015). HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PEKERJAAN
DENGAN KEJADIAN LOWBACK PAIN PADA PEKERJA SERVIS
INDUSTRI BENGKEL MOBIL DI MAKASSAR PADA TAHUN
2013 (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Herawati, M., & Vasconcellos, O. De. (2018). The Pilates ® Method in the
treatment of lower back pain. Fisioterapia Em Movimento, 27(3), 459–
467. https://doi.org/10.1590/0103-5150.027.003.AR01
Lim, H. W., Hillsamer, P., Banham, A. H., & Kim, C. H. (2015). Cutting edge:
direct suppression of B cells by CD4+ CD25+ regulatory T cells. The
journal of immunology, 175(7), 4180-4183.
Meliala, L., Suryamiharja, A., Purba, J. S., & Sadeli, H. A. (2017). Nyeri
punggung bawah. Dalam: Assesmen NPB, Perdossi, 37-49.
Meliawan, S. (2019). Diagnosis dan tatalaksana HNP lumbal. Dalam: Diagnosis
dan Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang. Jakarta. Sagung
Seto. p, 62-87.
National Institute Of Mental Health, 2015. Anxiety Disorders
PAPDI, S. K. U. P. 368584198-Buku-Ajar-Ipd-Jilid-1. pdf.

Prasetyo, E. B. (2015, Desember). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi


Low Back Pain Akibat Kompresi Vertebra Lumbal Ii – V. Retrieved From
Www.Jornal.Unikal.Ac.Id
Qaseem, A., Wilt, T. J., McLean, R. M., & Forciea, M. A. (2017). Noninvasive
Treatments for Acute, Subacute, and Chronic Low Back Pain: A Clinical
Practice Guideline From the American College of Physicians. Annals of
Internal Medicine, (May 2016). https://doi.org/10.7326/M16-2367
RUDIANA, R. (2019). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN LOW
BACK PAIN PADA BURUH ANGKAT ANGKUT PT MAKASSAR TENE
TAHUN 2019 (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
THOLIB, A. (2015). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK
PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

16
Tomanova, M., Lippert-GrÜNer, M., & Lhotska, L. (2015). Specific rehabilitation
exercise for the treatment of patients with chronic low back pain. J Phys
Ther Sci,27(8), 2413–2417. Retrieved from
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=jlh&AN=109081575 &lang=es&site=ehost-live
Widyasari,O.R.,&Wulandari,I.D.(2020). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
PADA HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) DENGAN
MODALITAS TRAKSI DAN MC. KENZIE EXERCISE DI RSO PROF
DR. R. SOEHARSO SURAKARTA. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, 34(1), 46-54.

17

Anda mungkin juga menyukai