WALI KOTA BATAM
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PERATURAN WALI KOTA BATAM.
NOMOR 290 TAHUN 2022
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG WILAYAH PERENCANAAN
BELAKANG PADANG KOTA BATAM TAHUN 2022-2024
Menimbang :
Mengingat
DE!
bi
NGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALI KOTA BATAM,
ahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 Peraturan
Daerah Kota Batam Nomor 3 Tahun 2021 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2021-2041,
Pt
erlu menetapkan Peraturan Wali Kota tentang Rencana
Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan Belakang Padang
Kota Batam Tahun 2022-2024;
1.
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3880) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten
Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3902), sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2008 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang
Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu,
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten
Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan
Singingi, an Kota Batam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880);
4. Undang-Undang.oe
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 111,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4237);
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang
Bangunan Gedung (Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4247) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4444) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 12, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6760);
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
10. Undang-Undang.ea
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
11.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
12. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
13. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6757);
15. Peraturan. . .“4.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3980) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang
Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 56, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6658);
16, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4757) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 62 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6384);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6042);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2014 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5594);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang
Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2015 Nomor 260 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5806);
21. Peraturan. . .21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29,
30
-5-
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6633);
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2021 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6634);
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6635);
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perdagangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6641);
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2021 Nomor 51, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6653);
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang
Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan
Hutan, Izin dan/atau Hak Atas Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6655);
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan,
Karimun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 127);
Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 267);
Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2020 tentang
Rencana Tata Ruang Kawasan Perbatasan Negara
di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 72);
Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang
Batas Sempadan Pantai Industri (Llembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 113);
31. Peraturan. .Menetapkan
-6-
31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 120 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 80 Tahun
2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
157);
32. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor
1 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2017-2037 (Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2017 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau
Nomor 43);
33. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 6 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Lembaran Dacrah Kota Batam Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Batam Tahun 2014
Nomor 98) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 7 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Batam
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kota Batam Tahun
2019 Nomor 7);
34. Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 3 Tahun 2021
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam
Tahun 2021-2041 (Lembaran Daerah Kota Batam
Tahun 2021 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Riau Nomor 119);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN WALI KOTA TENTANG RENCANA DETAIL
TATA RUANG WILAYAH PERENCANAAN BELAKANG
PADANG KOTA BATAM TAHUN 2022-2024,
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Wali Kota ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Batam.
2. Wali Kota adalah Wali Kota Batam:
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batam.
4. Pemerintah.10.
11
12,
13,
14,
-7-
Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil
Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945,
Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Wali Kota
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah Kota Batam,
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola
ruang.
Penataan Ruang adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang
meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang
Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya
untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang selanjutnya
disingkat RTRW Kota adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah kota, yang mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata
Ruang Pulau/Kepulauan, Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Nasional, dan RTRW Provinsi.
Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya
disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci
tentang tata ruang wilayah kota yang dilengkapi
dengan Peraturan Zonasi Kota.
Struktur Ruang adalah susunan__ pusat-pusat
permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis
memiliki hubungan fungsionai.
16. Pola...16.
ay
18.
19)
20.
21.
22
23.
24.
25.
26.
-8-
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya.
Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi
dan karakteristik spesifik.
Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki
fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan
pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona
yang bersangkutan.
Zona Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan.
Zona Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk diBudi dayakan atas
dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya buatan
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan/atau aspek fungsional.
Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat WP
adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau
kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau
perlu disusun RDTRnya, sesuai arahan atau yang
ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota yang
bersangkutan
Sub Wilayah Perencanaan yang selanjutnya disingkat
SWP adalah bagian dari WP yang dibatasi dengan
batasan fisik dan terdiri atas beberapa blok.
Pusat Lingkungan yang selanjutnya disingkat PL
adalah merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial
dan/atau administrasi lingkungan permukiman
kecamatan, dan kelurahan.
Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-
kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti
jaringan jalan, sungai, selokan, saluran_irigasi,
saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai,
atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan
dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis
sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian
yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
Peraturan Zonasi yang selanjutnya disingkat PZ
adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
dan disusun untuk setiap blok /zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana detail tata
ruang.
27. Koefisien. . .27
28.
29.
30.
31
32
33.
34,
35.
36.
Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya
disingkat_ KDB adalah angka _persentase
perbandingan antara luas seluruh lantai dasar
bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan.
Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat
KDH adalah angka persentase perbandingan antara
luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung
yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan
dan luas tanah perpetakan.
Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya
disingkat KLB adalah angka persentase perbandingan
antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas
tanah perpetakan
Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya
disingkat GSB adalah sempadan yang membatasi
jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung
dari batas terluar saluran air kotor (rioi) sampai batas
terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas
ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar
suatu. massa bangunan terhadap lahan yang
dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa
bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan
tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb (building
line),
Orang adalah orang perseorangan dan/atau
korporasi.
Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok
orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi,
dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah
lain dalam penyelenggaran penataan ruang.
Peran masyarakat adalah partisipasi___aktif
masyarakat | dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Forum Penataan Ruang adalah wadah di tingkat
pusat dan daerah yang bertugas untuk membantu
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan
memberikan pertimbangan dalam Penyelenggaraan
Penataan Ruang.
Zona Badan Air yang selanjutnya disingkat Zona BA
adalah air permukaan bumi yang berupa sungai,
danau, embung, waduk, dan sebagainya.
Zona Hutan Produksi yang selanjutnya disingkat
Zona KHP adalah Kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
37. Zona.37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44
-10-
Zona Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya
disingkat Zona RTH adalah area memanjang/jalur
dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang
tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
Zona Badan Jalan yang selanjutnya disingkat Zona
BJ adalah bagian jalan yang berada di antara kisi-kisi
jalan dan merupakan lajur utama yang meliputi jalur
alu lintas dan bahu jalan.
Zona Kawasan Peruntukan Industri yang selanjutnya
disingkat Zona KPI adalah bentangan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan Industri berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Zona Pariwisata yang selanjutnya disingkat Zona C
adalah Peruntukan ruang yang memiliki fungsi
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata baik alam, buatan,
maupun budaya
Zona Pembangkitan Tenaga Listrik yang selanjutnya
disingkat Zona PTL adalah Peruntukan ruang yang
mendukung kegiatan memproduksi tenaga listrik.
Zona Perkantoran yang selanjutnya disingkat Zona
KT adalah Peruntukan ruang yang difungsikan untuk
pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan
dan tempat bekerja/berusaha, tempat berusaha,
dilengkapi dengan —fasilitas | umum/sosial
pendukungnya.
Zona Perlindungan Setempat yang selanjutnya
disingkat_ Zona PS adalah Daerah yang
diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan lahan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam tata
Kkehidupan masyarakat untuk melindungi dan
mengelola lingkungan hidup secara lestari, serta
dapat menjaga kelestarian jumlah, — kualitas
penyediaan tata air, kelancaran, ketertiban
pengaturan, dan pemanfaatan air dari sumber-
sumber air. Termasuk didalamnya kawasan kearifan
lokal dan sempadan yang berfungsi sebagai kawasan
lindung antara lain sempadan pantai, sungai, mata
air, situ, danau, embung, dan waduk, serta kawasan
lainnya yang memiliki fungsi perlindungan setempat.
Zona Pertahanan dan Keamanan yang selanjutnya
disingkat Zona HK adalah Peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan
pengembangan bidang pertahanan dan keamanan
seperti instalasi pertahanan dan keamanan,
termasuk tempat latihan, kodam, korem, koramil,
dan sebagainya.
45. Zona...46.
47.
48.
49.
50.
-11-
Zona Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya
disingkat Zona RTNH adalah Ruang terbuka di bagian
wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam
kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras.
Zona Transportasi yang selanjutnya disingkat Zona
‘TR adalah Peruntukan ruang yang merupakan bagian
dari peruntukan budi daya yang dikembangkan
untuk menampung fungsi transportasi skala regional
dalam upaya untuk mendukung — kebijakan
pengembangan sistem transportasi yang tertuang di
dalam rencana tata ruang yang meliputi transportasi
darat, udara, dan laut. subzona campuran intensitas
menengah/sedang adalah peruntukan ruang yang
terdiri atas campuran hunian dan non hunian dengan
intensitas pemanfaatan ruang/kepadatan zona
terbangun sedang. apabila tidak ada keterbatasan
daya dukung lingkungan dan ketentuan nilai sosial
budaya setempat maka KDB kawasan campuran
intensitas menengah maksimum 70% (tujuh puluh
persen) dan ketinggian bangunan 3 (tiga) sampai 5
(ima) lantai.
Sub-zona Hutan Produksi Tetap adalah Hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di
bawah 125 (seratus dua puluh lima) di luar kawasan
hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian
alam, dan taman buru,
Sub-zona Jalur Hijau yang selanjutnya disingakt
Sub-Zona RTH-8 adalah Jalur penempatan tanaman
serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam
ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam ruang
pengawasan jalan (RUWASJA), Sering disebut jalur
hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah
tanaman yang pada umumnya berwarna hijau.”
Sub-zona Pemakaman yang selanjutnya disingakt
Sub-Zona RTH-7 adalah Penyediaan ruang terbuka
hijau yang berfungsi utama sebagai tempat
penguburan jenazah. Selain itu juga dapat berfungsi
sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan
berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta
tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat
disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber
pendapatan.
Sub-zona_PengelolaanPersampahan adalah
Peruntukan ruang di daratan dengan batas-batas
tertentu yang digunakan sebagai tempat untuk
mengumpulkan dan mengelola persampahan.
51. Sub-zona. . .51.
52
53
54.
56.
58.
59
60.
61.
62.
63.
-12-
Sub-zona Perdagangan dan Jasa Skala SWP adalah
Peruntukan ruang yang difungsikan untuk
pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan
atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat
hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan SWP.
Sub-zona Pergudangan adalah Peruntukan ruang
untuk melakukan —proses_—_—_—penyimpanan,
pemeliharaan, dan pemindahan barang.
Sub-zona Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
adalah Peruntukan ruang pada permukaan tanah
dan/atau dibawah permukaan tanah yang
direncanakan sebagai kegiatan hilir pertambangan
minyak dan gas bumi.
Sub-zona Perumahan Kepadatan Tinggi adalah
Peruntukan ruang yang difungsikan untuk tempat
tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar
antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan."
. Sub-zona SPU Skala Kecamatan yang selanjutnya
disingkat SPU-2 adalah Peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk melayani penduduk skala
kecamatan,
Sub-zona SPU Skala Kelurahan yang selanjutnya
disingkat SPU-3 adalah Peruntukan ruang yang
dikembangkan untuk melayani penduduk skala
kelurahan.
Sub-zona SPU Skala RW yang selanjutnya disingkat
SPU-4 adalah Peruntukan ruang yang dikembangkan
untuk melayani penduduk skala RW.
Sub-zona Taman Kecamatan yang selanjutnya
disingkat RTH-3 adalah Taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kecamatan
Sub-zona Taman Kelurahan yang _selanjutnya
disingkat RTH-4 adalah Taman yang ditujukan untuk
melayani penduduk satu kelurahan,
Sub-zona Taman RW yang selanjutnya disingkat
RTH-5 adalah Taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja,
kegiatan olahraga masyarakat, serta kegiatan
masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut.
Bangunan Pengambil Air Baku adalah Bangunan
yang berfungsi sebagai pengambilan dan atau
penyedia air baku.
Bendungan adalah Bangunan yang berupa urukan
tanah, urukan batu, beton, dan/ atau pasangan batu
yang dibangun selain| untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk
menahan dan menampung limbah tambang (tailing),
atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk
Instalasi Produksi adalah Tempat pengolahan air
sungai menjadi air yang dapat dikonsumsi.
64. IPAL. .64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74,
75.
-13-
IPAL Skala Kawasan Tertentu/Permukiman adalah
IPAL untuk cakupan pelayanan skala permukiman
atau skala Kawasan tertentu.
Jembatan adalah Jalan yang terletak di atas
permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah.
Menara Base Transceiver Station yang selanjutnya
disingkat BTS adalah Bangunan sebagai tempat yang
merupakan pusat otomatisasi sambungan telepon.
Pelabuhan Pengumpan Lokal adalah Pelabuhan yang
fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri
dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi
Pelabuhan Utama dan Pelabuhan Pengumpul, dan
sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam kabupaten/kota.
Pelabuhan Pengumpul adalah Pelabuhan yang fungsi
pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam
negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam
jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan _ pelayanan
antarprovinsi.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang selanjutnya
disingkat PLTD adalah Pembangkit listrik yang
memanfaatkan tenaga diesel.
Pusat Lingkungan Kecamatan adalah Pusat
Pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi
pada lingkungan permukiman kecamatan.
Pusat Lingkungan Kelurahan adalah Pusat Pelayanan
ekonomi, sosial, dan/atau administrasi pada
lingkungan permukiman kelurahan/desa.
Sarana Penyimpanan Bahan Bakar adalah tempat
penyimpanan bahan baker beserta _ fasilitas
pendukungnya.
Sub-sistem Pengolahan Setempat adalah Sarana
untuk mengumpulkan dan mengolah air limbah
domestik di lokasi sumber.
Tempat Evakuasi Akhir adalah Tempat berkumpul
akhir bagi pengungsi yang dapat berfungsi sebagai
tempat hunian sementara saat terjadi bencana alam
geologi yang juga berfungsi sebagai pos informasi
bencana.
Tempat Evakuasi Sementara adalah Tempat
berkumpul sementara bagi pengungsi yang dapat
berfungsi sebagai tempat hunian sementara saat
terjadi bencana alam geologi yang juga berfungsi
sebagai pos informasi bencana.
76. Tempat. . .76.
oe
78.
79
80.
81.
82.
83.
84,
86.
87.
88.
-14-
Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya
disingkat TPS adalah Tempat sebelum sampah
diangkut ke tempat pendaur ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
‘Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle
yang selanjutnya disingkat TPS3R adalah Tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala
kawasan
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu sebagaimana
disingkat TPST adalah Tempat dilaksanakannya
kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran lang, pengolahan, dan
pemrosesan akhir sampah.
Titik Kumpul adalah Tempat yang digunakan bagi
pengguna bangunan gedung dan pengunjung
bangunan gedung untuk berkumpul setelah proses
evakuasi.
Jalan Khusus adalah Jalan yang dibangun oleh
instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok
masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Jalan Lingkungan Primer adalah Jalan_—_yang
menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam
kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan
kawasan perdesaan.
Jalan Lingkungan Sekunder adalah Jalan yang
menghubungkan antarpersil dalam — kawasan
perkotaan.
Jalur Evakuasi Bencana adalah Jalur yang
menghubungkan hunian dengan TES dan jalur yang
menghubungkan TES dengan TEA.
Jalur Sepeda adalah Bagian jalur yang memanjang,
dengan atau tanpa marka Jalan, yang memiliki lebar
cukup untuk dilewati satu sepeda, selain sepeda
motor.
Jaringan Distribusi Pembagi adalah Pipa yang
digunakan untuk pengaliran Air Minum “dari
bangunan penampungan sampai unit pelayanan,
Jaringan Drainase Primeradalah Jaringan untuk
menampung dan mengalirkan air lebih dari saluran
drainase sekunder dan menyalurkan ke badan air
penerima.
Jaringan Drainase Sekunder adalah Jaringan untuk
menampung air dari saluran drainase tersier dan
membuang air tersebut ke jaringan drainase primer.
Jaringan Drainase Tersier adalah Jaringan untuk
menerima air dari saluran penangkap dan
menyalurkannya ke jaringan drainase sekunder.
89, Jaringan. . .89.
90.
91.
92.
93.
94.
-15-
Jaringan Transmisi Air Baku adalah Pipa yang
berfungsi sebagai pengambilan atau penyedia air
baku, termasuk pipa/kabel bawah laut air minum.
Jaringan Transmisi Air Minum adalah Pipa yang
digunakan untuk pengambilan air minum, termasuk
pipa/kabel bawah laut air minum.
Jaringan yang Menyalurkan Minyak Bumi
dari Fasilitas Produksi-Kilang Pengolahan adalah
Jaringan yang menyalurkan seluruh kebutuhan
minyak di permukaan tanah atau di bawah
permukaan tanah dari fasilitas produksi-pengolahan,
termasuk jaringan pipa/kabel bawah laut.
Telepon Fixed Line adalah Telepon yang mengacu
pada link transmisi nirkabel menggunakan seluler
untuk menghubungkan pelanggan di lokasi tetap
untuk pertukaran lokal, termasuk pipa/kabel bawah
laut telekomunikasi.
Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
yang selanjutnya disingkat KKKPR adalah dokumen
yang menyatakan kesesuaian antara_ rencana
kegiatan Pemanfaatan Ruang dengan RDTR.
Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH
adalah Area memanjang atau jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunanya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
tanaman secara alamiah maupun yang sengaja
ditanam.
BAB II
RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Wali Kota ini, meliputi:
a. tujuan penataan WP;
rencana Struktur Ruang;
rencana Pola Ruang;
ketentuan Pemanfaatan Ruan;
Peraturan Zonasi; dan
rPeaos
kelembagaan.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan
a)
Pasal 3
Ruang lingkup WP Belakang Padang yang
selanjutnya disebut dengan WP X seluas 1.182,92
(seribu seratus delapan puluh dua koma sembilan
dua) hektar, termasuk ruang udara di atasnya dan
ruang di dalam bumi.
(2) Batas-batas. . .-16-
(2) Batas-batas WP X terdiri atas:
a. sebelah utara berbatasan dengan Selat Philip
(Pelayaran Internasional);
b. sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Moro (Kab. Karimun);
c. sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Sekupang (Kota Batam); dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Karimun.
(3) WP X sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri
atas 3 SWP meliputi:
a. SWPA, terdiri atas sebagian Kelurahan Tanjung
Sari dengan luas wilayah 184,15 (seratus
delapan puluh empat koma lima belas) hektar;
b. SWP B, terdiri atas sebagian Kelurahan
Sekanak Raya dengan luas wilayah 373,40 (tiga
ratus tujuh puluh tiga koma empat puluh)
hektar; dan
c. SWPC, terdiri atas Kelurahan Pemping dengan
luas wilayah 625,37 (enam ratus dua puluh
lima koma tiga tujuh) hektar.
(4) Ruang lingkup WP X sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dirinci dalam tabel sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I.1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
(5) Ruang lingkup WP X sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I.2, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
BAB III
TUJUAN PENATAAN WILAYAH PERENCANAAN
Pasal 4
Tujuan penataan WP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 huruf a, sebagai pusat permukiman mandiri dan
berkarakter kelautan didukung pariwisata, perikanan, dan
berbasis lingkungan berkelanjutan
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf b meliputi:
a. rencana.(2)
-17-
a. rencana pengembangan pusat pelayanan;
b. _ rencana jaringan transportasi;
c. rencana jaringan energi;
d. rencana jaringan telekomunikasi;
€. rencana jaringan sumber daya air;
rencana jaringan air minum;
g_rencana jaringan drainase;
h. rencana pengelolaan air limbah dan pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
i, rencana jaringan persampahan; dan
j._ rencana jaringan prasarana lainnya.
Rencana Struktur Ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf b, digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:5,000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.1, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan Pusat Pelayenan
QQ)
(2)
(3)
(4)
Pasal 6
Rencana pengembangan —pusat _pelayanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf
a, terdiri atas pusat lingkungan:
a. pusat lingkungan kecamatan; dan
b. pusat lingkungan kelurahan.
Pusat lingkungan kecamatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdapat di SWP A blok X.A.1
yang berfungsi sebagai pusat —_pelayanan
pemerintahan, pendidikan, pariwisata serta pusat
perdagangan dan jasa.
Pusat lingkungan kelurahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terdapat di SWP C blok X.C.1
berfungsi sebagai pusat pelayanan permukiman dan
perdagangan dan jasa.
Rencana = pengembangan— pusat_pelayanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini,
Bagian Ketiga. . .Q)
(2)
(3)
(4)
-18-
Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Transportasi
Pasal 7
Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. jalan lingkungan primer;
b. jalan lingkungan sekunder;
c. jalan khusus;
d. jembatan;
e. _ pelabuhan pengumpul; dan
f, pelabuhan pengumpan lokal.
Jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, melalui:
a. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2, blok X.A.3;
b. SWP B blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3, blok
X.B.4; dan
c. SWPC blok X.C.1, blok X.C.2.
Jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, melalui:
a. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2, blok X.A.3; dan
b. SWPB blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3 dan blok
X.B4.
Jalan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, melalui:
a. SWPA blok X.A.4;
b. SWPB blok X.B.6; dan
c. SWPC blok X.C.1
Jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, terdapat di:
a. SWPA blok X.A.2, dan blok X.A.3;
b. SWPB blok X.B.1, blok X.B.3; dan
c. SWPC blok X.C.1
pelabuhan pengumpul sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e yang terdapat di SWP A blok X.A.4.
pelabuhan pengumpan lokal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f yang terdapat di
a. SWPA blok X.A.1; dan
b. SWPC blok X.C.1
(8) Rencana.-19-
(8) Rencana jaringan transportasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 11.3, yang merupakan agian tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
Bagian Keempat
Rencana Jaringan Energi
Pasal 8
(1) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) huruf c, meliputi
a. infrastruktur Minyak dan Gas Bumi;
b. jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi
dari fasilitas produksi-tempat penyimpanan; dan
c. PLTD.
(2) Infrastruktur minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa sarana
penyimpanan bahan bakar terdapat di
a. SWPA blok X.A.4; dan
b. SWPC Blok X.C.1.
(3) Jaringan yang menyalurkan minyak dan gas
bumi dari fasilitas produksi-kilang —pengolahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa
jaringan yang menyalurkan minyak bumi dari fasilitas
produksi-kilang pengolahan, yang melalui:
a. SWPA blok X.A.5; dan
b. SWPC blok X.C.1, dan blok X.C.2.
(4) PLTD Belakang Padang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdapat di SWP B blok X.B.3.
(5) Rencana jaringan energi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat
Ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 11.4, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini
Bagian Kelima
Rencana Jaringan Telekomunikasi
Pasal 9
(1) Rencana jaringan telekomunikasi _sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. jaringan tetap; dan
b. jaringan bergerak seluler.
(2) Jaringan.(2)
(3)
(4)
QQ)
(2)
(3)
Q)
-20-
Jaringan tetap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a berupa telepon fixed line yang melalui:
a. SWPA blok X.A.1, dan blok X.A.2;
b. SWPB blok X.B.
c. SWPC blok X.C.1, dan blok X.C.2.
Jaringan bergerak seluler, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b berupa menara Base Transceiver
Station (BTS) terdapat di:
a. SWP A blok X.A.2, dan blok X.A.4;
b. SWP B blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.4, blok
X.B.5, blok X.B.6; dan
c. SWPC blok X.C.1, blok X.C.2.
Rencana jaringan telekomunikasi__ sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 11.5, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini
Bagian Keenam
Rencana Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 10
Rencana jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e, berupa
bangunan sumber daya air.
Bangunan sumber daya air, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurufa, berupa bendungan meliputi:
a. waduk sekanak I dan waduk sekanak II terdapat di
SWP B blok X.B.4; dan
b. waduk pemping terdapat di SWP C blok X.C.1
Rencana jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 11.6, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini
Bagian Ketujuh
Rencana Jaringan Air Minum
Pasal 11
Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) huruf f meliputi:
a. unit air baku;
b. unit produksi; dan
cc. unit distribusi
(2) Unit...-21-
(2) Unit air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3)
(4)
(5)
(1)
huruf a meliputi:
a, jaringan transmisi air baku, terdapat di SWP C
blok X.C.1
b. _bangunan pengambil air baku, terdapat di:
1. SWPB Blok X.B.4; dan
2. SWPC Blok X.C.1.
Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. jaringan transmisi air minum, melalui:
1. SWPB blok X.B.4; dan
2. SWPC blok X.C.1
b. _ instalasi produksi berupa:
1. IPA Sekanak I dan sekanak II berada di Pulau
Sekanak SWP B Blok X.B.
2. IPA Pemping berada di Pulau Pemping SWP C
Blok X.C.1.
Unit distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c berupa jaringan distribusi pembagi yang
melalui:
a. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2, dan blok X.A.3
b. SWPB blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3, dan blok
X.B.4;
c. SWPC blok X.C.1, blok X.C.2.
Rencana jaringan air minum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 11.7, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
Bagian Kedelapan
Rencana Jaringan Drainase
Pasal 12
Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf ayat (1) huruf g, meliputi:
a. saluran drainase primer;
b. saluran drainase sekunder; dan
c. saluran drainase tersier,
(2) Jaringan.(2)
(3)
(4)
(5)
-22-
Jaringan drainase primer, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdapat di:
a. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2, blok X.A.3;
b. SWP B blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3, blok
X.B.4, blok X.B.
c. SWPC blok X.C.1, dan blok X.C.2.
Jaringan drainase primer, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terdapat di:
a. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2, blok X.A.3; dan
b. SWPB blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3, dan
blok X.B.6.
Jaringan drainase primer, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurufc, terdapat di.
a. SWP A blok X.A.2; dan
b. SWP B blok X.B.1, dan blok X.B.2
Rencana jaringan drainase sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian skala 1:5.000 _ sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 11.8, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota
ini
Bagian Kesembilan
Rencana Pengelolaan Air Limbah dan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
qQ
(2)
(4)
Pasal 13
Rencana pengelolaan air limbah dan pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3),
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) hurufh,
terdiri atas:
a. sistem pengelolaan air limbah domestik setempat;
dan
b. sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat.
Sistem pengelolaan air limbah domestik setempat,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa
sub-sistem pengolahan setempat terdapat di SWP B
blok X.B.6.
Sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,berupa
IPAL skala_kawasan tertentu/permukiman yang
terdapat di SWP C blok X.C.2
Rencana pengelolaan air limbah dan_pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan
dalam peta dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.9, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini
Bagian Kesepuluh. . .QQ
(2)
(3)
-23-
Bagian Kesepuluh
Rencana Jaringan Persampahan
Pasal 14
Rencana jaringan _persampahan, _ sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) hurufi, terdiri atas:
a. TPS3R;
b. TPS; dan
ec. TPST.
TPS3R sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. SWPB blok X.B.1, dan blok X.B.4; dan
b. SWPC blok X.C.1.
TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. SWPA blok X.A.1 dan blok X.A.2;
b. SWPB blok X.B.4; dan
c. SWPC blok X.C.2.
‘TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdapat di SWP A blok X.A.3.
Rencana jaringan persampahan _sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian skala 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 11.10, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
Bagian Kesebelas
Rencana Jaringan Prasarana Lainnya
(1)
(2)
Pasal 15
Rencana jaringan prasarana lainnya, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf j, terdiri atas:
a. jalur evakuasi bencana;
b. tempat evakuasi; dan
c. jalur sepeda.
Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, melalui:
a. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2 dan blok X.A.3;
b. SWPB blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3 dan blok
X.B.4; dan
c. SWPC blok X.C.1 dan blok X.C.2.
(3) Tempat.(3)
(4)
(5)
(2)
-24-
Tempat evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. titik kumpul terdapat:
1, SWPA blok X.A.2;
2. SWP B blok X.B.2; dan
3. SWP C blok X.C.1 dan blok X.C.2.
b. tempat evakuasi sementara, terdapat di:
1. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2
2. SWPB blok X.B.3
3. SWPC blok X.C.1, blok X.C.2.
c. tempat evakuasi akhir, terdapat di:
1. SWP A blok X.A.2;
2. SWP B blok X.B.4; dan
3. SWP C blok X.C.1 dan blok X.C.2.
Jalur sepeda, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, melalui:
a. SWPA blok X.A.1, blok X.A.2, blok X.A.3
b. SWP B blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3, blok
X.B4
Rencana jaringan prasarana lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Il.11, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
BABV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 16
Rencana Pola Ruang, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf c meliputi:
a. zona lindung; dan
b. zona budidaya.
Rencana Pola Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
skala 1:5.000 (satu banding lima ribu) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini
Bagian Kedua.-25-
Bagian Kedua
Zona Lindung
Pasal 17
Rencana zona lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. Zona BA;
b. Zona PS; dan
c. Zona RTH.
Paragraf 1
Zona Badan Air
Pasal 18
(1) Zona BA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf
a, dengan luas 415,06 (empat ratus lima belas koma nol
enam) hektar, terdapat di
a. SWP A seluas 68,72 (enam puluh delapan koma
tujuh dua) hektar terdapat di blok X.A.1, blok
X.A.2, blok X.A.3, blok X.A.4 dan blok X.A.5;
b. SWPB seluas 82,27 (delapan puluh dua koma dua
tujuh) hektar terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2,
blok X.B.3, blok X.B.4, blok X.B.5, blok X.B.6 dan
blok X.B.7; dan
c. SWP C seluas 264,07 (dua ratus enam puluh
empat koma nol tujuh) hektar terdapat di blok
X.C.1, dan blok X.C.2.
(2) Didalam Zona BA yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kelautan
masih ditetapkan sebagai perairan, meliputi:
a. badan air/badan jalan seluas 0,59 (nol koma lima
sembilan) hektar terdapat di:
1. SWP A seluas 0,39 (nol koma tiga sembilan)
hektar terdapat di blok X.A.1, blok X.A.2, blok
X.A.3 dan blok X.A.4; dan
2. SWP B seluas 0,18 (nol koma satu delapan)
hektar terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2,
blok X.B.3; dan
3. SWPC seluas 0,03 (nol koma nol tiga) hektar
terdapat di blok X.C.1, dan blok X.C.2.
b. _badan air/perlindungan setempat seluas 0,06 (nol
koma nol enam) hektar terdapat di SWP C blok
X.C.1,
c. badan air. . .-26-
badan air/taman kecamatan seluas 0,03 (nol
koma nol tiga) hektar terdapat di SWP B blok
X.B.3.
badan air/taman kelurahan seluas 0,23 (nol koma
dua tiga) hektar terdapat di SWP B blok X.B.6.
badan air/campuran intensitas
menengah/sedang seluas 3,20 (tiga koma dua nol)
hektar terdapat di SWP A blok X.A.1
badan air/kawasan peruntukan industri seluas
1,69 (satu koma enam sembilan) hektar terdapat
di SWP A blok X.A.2.
badan air/pariwisata seluas 3,49 (tiga koma
empat sembilan) hektar terdapat di:
1. SWP B seluas 2,17 (dua koma satu tujuh)
hektar terdapat di blok X.B.2, blok X.B.3,
blok X.B.5, blok X.B.6
2, SWP C seluas 1,32 (satu koma tiga dua)
hektar terdapat di blok X.C.1
badan air/perdagangan dan jasa skala SWP seluas
369,76 (tiga ratus enam puluh sembilan koma
tujuh enam) hektar terdapat di:
1, SWP A seluas 58,70 (lima puluh delapan
koma tujuh nol) hektar terdapat di blok
X.A.1, blok X.A.3, blok X.A.4, dan blok X.A.5;
2. SWP B seluas 63,58 (enam puluh tiga koma
lima delapan) hektar terdapat di blok X.B.7;
dan
3. SWPC seluas 247,48 (dua ratus empat puluh
lima koma empat delapan) hektar terdapat di
blok X.C.1, blok X.C.2
badan Air/pergudangan seluas 1,14 (satu koma
satu empat) hektar terdapat di SWP A blok X.A.4
badan Air/perkantoran seluas 0,04 (nol koma nol
empat) hektar terdapat di SWP B blok X.B.1
badan Air/pertambangan minyak dan gas bumi
seluas 0,25 (nol koma dua lima) hektar terdapat di
SWP C blok X.C.1
badan Air/perumahan kepadatan tinggi seluas
15,56 (lima belas koma lima enam) hektar terdapat
di:
1, SWP A seluas 2,25 (dua koma dua lima)
hektar terdapat di blok X.A.2, blok X.A.3, blok
XA4
2. SWPB. .-27-
2. SWP B seluas 6,62 (enam koma enam dua)
hektar terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2,
blok X.B.3, blok X.B.4; dan
3, SWP C seluas 6,69 (enam koma enam
sembilan) hektar terdapat di blok X.C.1, blok
X.C.2
m, badan Air/transportasi seluas 0,84 (nol koma
delapan empat) hektar terdapat di SWP C blok
en
(3) Perubahan peruntukan dan fungsi__perairan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 2
Zona Perlindungan Setempat
Pasal 19
Zona PS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b,
dengan luas 27,18 (dua puluh tujuh koma satu delapan)
hektar, terdapat di:
a. SWP A seluas 0,36 (nol koma tiga enam) hektar
terdapat di blok X.A.2, dan blok X.A.3;
b. SWP B seluas 12,79 (dua belas koma tujuh
sembilan) hektar terdapat di blok X.B.1, blok
X.B.3, dan blok X.B.4; dan
c. SWP C seluas 14,03 (empat belas koma nol tiga)
hektar terdapat di blok X.C.1, dan blok X.C.2.
Paragraf 3
Zona Ruang Terbuka Hijau
Pasal 20
(1) Zona RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
hurufc, dengan luas 17,87 (tujuh belas koma delapan
tujuh) hektar,terdiri atas:
a. sub-zona RTH-3;
b. sub-zona RTH-4;
c. sub-zona RTH-5;
d. sub-zona RTH-7; dan
e. sub-zona RTH-8.
(2) Sub-zona RTH-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dengan Iuas 1,51 (satu koma lima satu)
hektar, terdapat di:
a. SWPA...(3)
(4)
(5)
(6)
7)
-28-
a. SWP A seluas 0,26 (nol koma dua enam) hektar
terdapat di blok X.A.3;
b. SWPB seluas 0,64 (nol koma enam empat) hektar
terdapat di blok X.B.3; dan
c. SWP C seluas 0,60 (nol koma enam nol) hektar
terdapat di blok X.C.1.
Sub-zona RTH-4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, dengan luas 4,87 (empat koma delapan tujuh)
hektar, terdapat di SWP B blok X.B.6.
Sub-zona RTH-5 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, dengan luas 5,41 (lima koma empat satu)
hektar, yang terdapat di terdapat di SWP B blok X.B.6.
Sub-zona RTH-7 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, dengan luas 2,20 (dua koma dua nol) hektar,
terdapat di terdapat di SWP A blok X.A.2, dan blok
X.A.3.
Sub-zona RTH-8 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f, dengan luas 3,88 (tiga koma delapan delapan)
hektar, terdapat di:
a. SWP B seluas 2,68 (dua koma enam delapan)
hektar terdapat di blok X.B.4, dan blok X.B.6; dan
b. SWP C seluas 1,20 (nol koma enam nol) hektar
terdapat di blok X.C.1, dan blok X.C.2.
Untuk pemenuhan RTH Publik pada setiap penerima
alokasi lahan zona perumahan, perdagangan dan jasa,
perkantoran dan industri wajib menyediakan RTH
publik paling sedikit 12% (dua belas) dari luas
lahannya.
Bagian Ketiga
Zona Budi Daya
Pasal 21
Zona Budi Daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
i
a
b.
c.
a
e. zona KPI;
f.
8
h,
zona BJ;
zona KHP;
zona T;
zona PTL;
zona W;
zona R;
zona SPU;
zona RTNH;
zona C;
k. zona K..-29-
k. zona K;
1. zona KT;
m. zona PL;
n, zona PP;
o. zona TR; dan
p. zona HK.
Paragraf 1
Zona Badan Jalan
Pasal 22
Zona BJ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a,
dengan luas 17,17 (tujuh belas koma satu tujuh) hektar,
terdapat di:
a. SWPA seluas 5,86 (lima koma delapan enam) hektar
terdapat di blok X.A.1, blok X.A.2, blok X.A.3, dan
blok X.A.4;
b. SWP B seluas 9,39 (sembilan koma sembilan tiga
sembilan) hektar terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2,
blok X.B.3, blok X.B.4 dan blok X.B.6; dan
c. SWPC seluas 1,92 (satu koma sembilan dua) hektar
terdapat di blok X.C.1, dan blok X.C.2.
Paragraf 2
Zona Hutan Produksi
Pasal 23
(1) Zona KHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
(2)
huruf b, dengan luas 183,76 (seratus delapan puluh
tiga koma tujuh enam) hektar terdiri atas:
a. sub-zona hutan produksi tetap; dan
b. sub-zona hutan produksi yang dapat dikonversi,
Sub-zona hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dengan luas 60,01 (enam puluh
koma nol satu) hektar, terdapat di:
a. SWPA seluas 3,08 (tiga koma nol delapan) hektar
terdapat di blok X.A.3; dan
b. SWP B seluas 56,93 (lima puluh enam koma
sembilan tiga) hektar terdapat di blok X.B.1, dan
blok X.B.3.
(3) Sub-zona.(3)
-30-
Sub-zona Hutan Produksi yang dapat dikonversi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan
luas 123,75 (seratus dua puluh tiga koma tujuh lima)
hektar, terdapat di:
a. SWP B seluas 52,84 (lima dua koma delapan
empat) hektar terdapat di blok X.B.5, blok X.B.6,
dan blok X.B.7; dan
b. SWP C seluas 70,91 (tujuh puluh koma sembilan
satu) hektar terdapat di blok X.C.2.
Di dalam Hutan Produksi yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan
masih ditetapkan sebagai kawasan hutan meliputi:
a. hutan produksi tetap/badan air seluas 0,23 (nol
koma dua tiga) hektar terdapat di SWP B blok
X.B.3;
b. _hutan produksi tetap/badan jalan seluas 0,58 (nol
koma lima delapan) hektar terdapat di SWP B blok
X.B.1, dan blok X.B.3; dan
c. hutan produksi yang dapat dikonversi/badan air
seluas 1,36 (satu koma tiga enam) hektar terdapat
di SWP C blok X.C.2.
Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Paragraf 3
Zona Pertambangan
Pasal 24
Zona T sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf c,
dengan Iuas 14,12 (empat belas koma satu dua) hektar
berupa sub-zona pertambangan minyak dan gas bumi (MG)
terdapat di SWP C terdapat di blok X.C.1
Paragraf 4
Zona Pembangkitan Tenaga Listrik
Pasal 25
Zona PTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d,
dengan luas 0,48 (nol koma empat delapan) hektar yang
terdapat di SWP B blok X.B.3.
Paragraf 5. .-31-
Paragraf 5
Zona Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 26
Zona KPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf e,
seluas 0,86 (nol koma delapan enam) hektar, terdapat di
SWP A blok X.A.2
Paragraf 6
Zona Pariwisata
Pasal 27
Zona W sebagaimana dimaksud dalem Pasal 21 huruf f,
seluas 136,56 (seratus tiga puluh enam koma lima enam)
hektar terdapat di:
a. SWPB seluas 63,69 (enam puluh tiga koma enam
sembilan) hektar terdapat di blok X.B.2, blok
X.B.3, blok X.B.5, dan blok X.B.6; dan
b. SWP C seluas 72,87 (tujuh puluh dua koma
delapan tujuh) hektar terdapat di blok X.C.1, dan
blok X.C.2.
Paragraf 7
Zona Perumahan
Pasal 28
Zona R sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf g,
seluas 281,62 (dua ratus delapan puluh satu koma enam
dua) hektar berupa Sub-zona perumahan kepadatan tinggi
(R-2) terdapat di:
a. SWP A seluas 37,27 (tiga puluh tujuh koma dua
tujuh) hektar terdapat di blok X.A.2, blok X.A.3,
dan blok X.A.4;
b, SWP B seluas 63,37 (enam puluh tiga koma tiga
tujuh) hektar terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2,
blok X.B.3, dan blok X.B.4; dan
c. SWP C seluas 180,99 (seratus delapan puluh
koma sembilan sembilan) hektar terdapat di blok
X.C.1 dan blok X.C.2
Paragraf 8
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 29
(1) Zona SPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
huruf h, dengan luas 11,42 (sebelas koma empat dua)
hektar, terdiri atas:
a. sub-zona.(2)
(3)
(4)
-32-
a. sub-zona SPU-2;
b. sub-zona SPU-
c. sub-zona SPU-4.
Sub-zona SPU-2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, seluas 8,14 (delapan koma satu empat) hektar
terdapat di:
a. SWP A seluas 2,83 (dua koma delapan tiga)
terdapat di blok X.A.1 dan blok X.A.2; dan
b. SWP B seluas 5,31 (lima koma tiga satu) hektar
terdapat di blok X.B.4,
Sub-zona SPU-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, seluas 2,54 (dua koma lima empat) hektar
terdapat di:
a. SWP A seluas 0,74 (nol koma tujuh empat) hektar
terdapat di blok X.A.
b. SWP B seluas 1,60 (satu koma enam nol) hektar
terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3, dan
blok X.B.4; dan
c. SWP C seluas 0,21 (nol koma dua satu) hektar
terdapat di blok X.C.1.
Sub-zona SPU-4 sebagaimana dirnaksud pada ayat (1)
huruf c, seluas 0,73 (seratus enam belas koma satu
tujuh) hektar terdapat di:
a. SWPA seluas 0,39 (nol koma tiga sembilan) hektar
terdapat di blok X.A.2, blok X.A.3, dan blok X.A.4;
dan
b. SWP B seluas 0,34 (nol koma tiga empat) hektar
terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2, blok X.B.3, dan
blok X.B.4.
Paragraf 9
Zona Ruang Terbuka Non Hijau
Pasal 30
Zona RTNH, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf
i, seluas 0,83 (nol koma delapan tiga) hektar, yang terdapat
di
a. SWP A seluas 0,21 (nol koma dua satu) terdapat
di blok X.A.2; dan
b, SWP C seluas 0,62 (nol koma enam dua) terdapat
di blok X.C.1 dan blok X.C.2.
Paragraf 10.-33-
Paragraf 10
Zona Campuran
Pasal 31
Zona C sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf j,
seluas 1,36 (satu koma tiga enam) hektar berupa subzona
campuran intensitas menengah/sedang (C-2) terdapat di
SWP A blok X.A.1.
Paragraf 11
Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 32
Zona K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf k,
dengan luas 29,98 (dua puluh sembilan koma sembilan
delapan) hektar berupa Sub-zona perdagangan dan jasa
skala SWP (K-3) terdapat di:
a. SWP A seluas 19,71 (sembilan belas koma tujuh
satu) hektar terdapat di blok X.A.1, blok X.A.2,
blok X.A.3, blok X.A.4, dan blok X.A.5;
b. SWP B seluas 6,67 (enam koma enam tujuh)
hektar terdapat di blok X.B.7; dan
c. SWP C seluas 3,60 (tiga koma enam) hektar
terdapat di blok X.C.1, dan blok X.C.2.
Paragraf 12
Zona Perkantoran
Pasal 33
Zona KT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf 1,
seluas 4,73 (empat koma tujuh tujuh) hektar terdapat di:
a. SWP A seluas 0,90 (satu koma tiga tujuh) hektar
terdapat di blok X.A.2;
b. SWP B seluas 3,69 (tiga koma enam sembilan)
hektar terdapat di blok X.B.1, blok X.B.2, blok
X.B.3, dan blok X.B.4; dan
c. SWPC seluas 0,14 (nol koma satu empat) hektar
terdapat di blok X.C.1.
Paragraf 13
Zona peruntukan lainnya
Pasal 34
Zona PL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf m,
seluas 38,02 (tiga puluh delapan koma nol dua) hektar
berupa Sub-zona pergudangan (PL-6) terdapat di SWP A
blok X.A.4.
Paragraf 14. .-34-
Paragraf 14
Zona Pengelolaan Persampahan
Pasal 35
Zona PP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf n,
seluas 0,27 (nol koma dua tujuh) hektar terdapat di SWP A
blok X.A.3,
Paragraf 15
Zona Transportasi
Pasal 36
Zona TR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf o,
seluas 0,13 (nol koma satu tiga) hektar, terdapat di:
a. SWP A seluas 0,03 (nol koma nol nol tiga) hektar
terdapat di blok X.A.1; dan
b. SWPC seluas 0,1 (nol koma satu) hektar terdapat
di blok X.C.1.
Paragraf 16
Zona Pertahanan dan Keamanan
Pasal 37
Zona HK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf p,
seluas 1,50 (satu koma lima) terdapat di:
a. SWP A seluas 1,07 (satu koma nol tujuh) hektar
terdapat di blok X.A.1; dan
b. SWP B seluas 0,43 (nol koma empat tiga) hektar
terdapat di blok X.B.7.
BAB VI
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 38
Ketentuan pemanfaatan ruang RDTR_ sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf d, terdiri atas:
a. konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan
ruang; dan
b. program prioritas pemanfaatan ruang.
Pasal 39...QQ)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
-35-
Pasal 39
Konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a
diberikan berdasarkan kesesuaian rencana lokasi
kegiatan.
Konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang
untuk kegiatan berusaha dilaksanakan melalui Online
Single Submission (OSS) dengan tahapan:
a. pendaftaran;
b. _ penilaian dokumen usulan kegiatan Pemanfaatan
Ruang terhadap RDTR; dan
c. penerbitan Konfirmasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
Program prioritas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 huruf b terdiri atas:
a. program pemanfaatan ruang prioritas
b. _lokasi;
c. _ sumber pendanaan;
d. _instansi pelaksana; dan
e. waktu dan tahapan pelaksanaan.
Program pemanfaatan ruang prioritas sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, meliputi :
a. perwujudan rencana struktur ruang; dan
b. _ perwujudan rencana pola ruang.
Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,
meliputi lokasi yang terdapat pada lingkup WP X.
Sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf c meliputi usulan program pemanfaatan
ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Nasional, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Batam, Swasta,
Masyarakat, dan/atau Sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.
Instansi pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf d meliputi pelaksana program utama
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, Dinas teknis
terkait, Kementerian/Lembaga, Swasta, dan/atau
Masyarakat.
(8) Waktu. . .(8)
(9)
@
(2)
-36-
Waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf e berupa usulan program yang direncanakan
dalam kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh)
tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahun, terdiri dari
4 (empat) tahapan meliputi:
a. tahap pertama, yaitu tahun 2022 sampai dengan
Tahun 2027, diprioritaskan pada perencanaan
dan pembangunan infrastruktur _perkotaan
prioritas serta monitoring/pemeliharaan, evaluasi
perencanaan dan pemanfaatan ruang;
b. tahap kedua, yaitu tahun 2028 sampai
dengan Tahun 2032 diprioritaskan pada
pembangunan _infrastruktur —_perkotaan,
monitoring/pemeliharaan, peningkatan kualitas,
evaluasi perencanaan dan pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang;
tahap ketiga, yaitu tahun 2033 sampai dengan
Tahun 2037, diprioritaskan pada
monitoring/pemeliharaan, evaluasi perencanaan
dan pemanfaatan ruang, _pengendalian
pemanfaatan ruang, dan pemantapan
infrastruktur perkotaan; dan
d. tahap keempat, yaitu tahun 2038 sampai
dengan ‘Tahun 2042, diprioritaskan
pada monitoring/pemeliharaan, pengendalian
pemanfaatan ruang dan —_pemantapan
infrastruktur perkotaan.
Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.
BAB VII
PERATURAN ZONASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 40
Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 hurufe, berupa aturan dasar (materi wajib).
Aturan dasar (materi wajib) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
ketentuan tata bangunan;
ketentuan prasarana dan sarana minimal,
ketentuan khusus; dan
rPeaog
ketentuan pelaksanaan.
Bagian Kedua.-37-
Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Pasal 41
(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan _lahan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf
a, terdiri atas:
a
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang
diizinkan (1);
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang
bersyarat secara terbatas (T), yang terdiri atas:
ils
3.
Pembatasan luas maksimum kegiatan
berdasarkan subzona dan/atau _persil
dengan kode T.1;
Pembatasan jumlah pemanfaatan kegiatan
berdasarkan subzona dan/atau _persil
dengan kode T.2; dan
Pembatasan waktu operasional kegiatan
dengan kode T.3.
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang
bersyarat tertentu (B), yang terdiri atas:
1.
Persyaratan dokumen _Persetujuan
Lingkungan : Dokumen AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan), atau
Dokumen UKL dan UPL (Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan) atau Surat Pernyataan
Pengelolaan Lingkungan (SPPL), dan/atau
Dokumen Persetujuan Bidang Perhubungan
: ANDALALIN (Analisis Dampak Lalu Lintas)
dengan kode B1;
Persyaratan Pengenaan _disinsentif
(Development Impact Fee dan/atau
penyediaan PSU sesuai dengan kebutuhan
lokasi)dengan kode B.2;
Persyaratan persetujuan warga sekitar yang
terdampak dengan kode B.3; dan
Persyaratan pemanfaatan kegiatan dalam
kawasan hutan wajib memperoleh izin yang
diatur dalam peraturan _perundang-
undangan bidang kehutanan dengan kode
Ba.
ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan yang
tidak diizinkan (X).
(2) Ketentuan. .(2)
-38-
Ketentuan kegiatan dan penggunaan Jahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan pada:
a,
b.
c.
zona BA;
zona PS;
zona RTH, meliputi:
subzona RTH-3;
subzona RTH-4;
subzona RTH-5;
subzona RTH-7; dan
subzone RTH-8.
Peep PH
zona BJ;
zona KHP, meliputi
1. sub-zona hutan produksi tetap (HP); dan
2. sub-zona bhutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK).
zona T berupa sub-zona pertambangan minyak
dan gas bumi (MG)
zona PTL;
zona KPI;
zona W;
zona perumahan (R), meliputi: — subzona
perumahan kepadatan tinggi (R-2);
zona sarana pelayanan umum (SPU), meliputi:
1. subzona SPU-2;
2. subzona SPU-3; dan
3. subzona SPU-4.
zona RTNH;
zona campuran (C), berupa subzona campuran
intensitas menengah/sedang (C-2);
zona perdagangan dan jasa (K) berupa sub-zona
perdagangan dan jasa skala SWP (K-3);
zona perkantoran (KT);
zona peruntukan lainnya (PL) berupa sub-zona
pergudangan (PL-6)
zona pengelolaan persampahan (PP);
zona transportasi (TR); dan
zona pertahanan dan keamanan (HK)
(3) Ketentuan. . .(3)
(4)
-39-
Ketentuan pembatasan kegiatan pemanfaatan ruang
kegiatan Budi daya lainnya selain kegiatan utama
dalam Sub-Zona maksimal 30% (tiga puluh
perseratus).
Ketentuan kegiatan dan penggunaan _lahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Matriks
ITBX, sebagaimana tercantum pada Lampiran V.1.a
dan Lampiran V.1.b yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
Bagian Ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
(1)
(2)
Pasal 42
Ketentuan _intensitas — pemanfaatan _ruang,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf
b, terdiri atas:
a. koefisien dasar bangunan (KDB) maksimal;
b. _ koefisien lantai bangunan (KLB) maksimal; dan
c. _ koefisien dasar hijau (KDH) minimal;
d. _ koefisien tapak basement (KTB) maksimal; dan
e. — luas kavling minimal.
ketentuan —_intensitas pemanfaatan _—_ruang,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterapkan
pada:
a. Zona BA;
b. Zona PS;
c. Zona RTH, meliputi:
sub-zona RTH-3;
sub-zona RTH-4;
sub-zona RTH-5;
sub-zona RTH-7; dan
sub-zona RTH-8.
d. Zona BU;
Zona KHP, meliputi:
eee ee
1. sub-zona hutan produksi tetap (HP); dan
2. sub-zona hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK).
f. Zona T berupa sub-zona pertambangan minyak
dan gas bumi (MG);
g. zona PTL;
h, zona KPI...(2)
Q)
(2)
-40-
h. Zona KPI;
Zona W;
j. Zona R, meliputi: subzona perumahan kepadatan
tinggi (R-2);
k. Zona SPU, meliputi:
1. sub-zona SPU-2;
2. sub-zona SPU-3; dan
3. sub-zona SPU-4.
1. Zona RTNH;
m. Zona C, berupa subzona campuran intensitas
menengah/sedang (C-2);
3
Zona K berupa subzona perdagangan dan jasa
skala SWP (K-3);
0. Zona KT;
p. Zona PL berupa sub-zona pergudangan (PL-6)
q. Zona PP;
r. Zona TR; dan
s. Zona HK.
Ketentuan _intensitas — pemanfaatan —_ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) _dirinci
sebagaimana tercantum pada Lampiran V.2 yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Wali Kota ini.
Bagian Keempat
Ketentuan Tata Bangunan
Pasal 43
Ketentuan Tata Bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (2) huruf c, meliputi:
a. ketinggian bangunan (TB);
b. _ garis sempadan bangunan (GSB);
c. jarak bebas samping (JBS); dan
d. jarak bebas belakang (JBB).
Ketentuan _intensitas pemanfaatan _ruang,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diterapkan
pada:
a. Zona BA;
b. Zona PS;
c. Zona RTH, meliputi
1. sub-zona RTH-3;
2. sub-zona RTH-4;
3. sub-zona. . .-41-
3. sub-zona RTH-5;
4. sub-zona RTH-7; dan
5. sub-zona RTH-8.
d. Zona BU;
¢. Zona KHP, meliputi:
1. sub-zona hutan produksi tetap (HP); dan
2. sub-zona hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK).
f, Zona T berupa sub-zona pertambangan minyak
dan gas bumi (MG)
g. Zona PTL;
h. Zona KPI;
i Zona W;
j. Zona R, meliputi: sub-zona perumahan kepadatan
tinggi (R-2);
k. zona sarana pelayanan umum (SPU), meliputi:
1. sub-zona SPU-2;
2. sub-zona SPU-3; dan
3. sub-zona SPU-4.
Zona RTNH;
m. Zona C, berupa subzona campuran intensitas
menengah/sedang (C-2);
n. Zona K berupa subzona perdagangan dan jasa
skala SWP (K-3);
Zona KT;
Zona PL berupa sub-zona pergudangan (PL-6)
zona PP;
zona T); dan
on ev
zona HK,
(3) Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dirinci sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V.3 Ketentuan tata bangunan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.
Bagian Kelima
Ketentuan prasarana dan sarana minimal
Pasal 44
(1) Ketentuan prasarana dan sarana_—_ minimal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf
d, meliputi
a. jalur.(2)
(3)
(4)
Rm eae sp
-42-
jalur pejalan kaki;
jalur sepeda;
ruang terbuka hijau;
ruang terbuka non hijau;
fasilitas sosial;
utilitas perkotaan; dan
prasarana lingkungan.
Jalur pejalan kaki sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, meliputi
a,
b.
jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk ditentukan
dengan lebar antara 1,5-5 meter;
jalur pejalan kaki dilengkapi fasilitas pejalan kaki
seperti lampu jalan, bangku jalan, fasilitas
penyeberangan, fasilitas untuk lanjut usia,
fasilitas untuk anak-anak, fasilitas untuk
penyandang disabilitas dan jalur hijau; dan
jalur pejalan kaki berpemandangan indah di
lokasi-lokasi yang memiliki pemandangan terbaik
kota, dilengkapi dengan pelataran pandang,
fasilitas penunjang dan perabot lansekap, yang
penempatannya tidak mengganggu pemandangan
ke arah keunikan bentang alam.
jalur sepeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a.
b.
jalur sepeda ditentukan dengan lebar antara 1,5 -
5 meter; dan
jalur sepeda berpemandangan indah di lokasi-
lokasi yang memiliki pemandangan terbaik kota,
dilengkapi dengan pelataran pandang, fasilitas
penunjang dan perabot lansekap, yang
penempatannya tidak mengganggu pemandangan
ke arah keunikan bentang alam.
Ruang Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi:
a.
zona RTH pekarangan untuk seluruh kawasan
terbangun paling rendah 10% (sepuluh persen)
dari luas persil dengan penambahan pot-pot
tanaman, tanaman pada bangunan dan yang
sejenis;
zona RTH pekarangan untuk kawasan yang
terdapat pada kemiringan lebih dari 25%, (dua
puluh lima persen) menggunakan tanaman’ yang
memiliki kemampuan menahan longsor;
zona RTH Taman dan rimba kota disediakan
secaraberhirarki untuk taman_lingkungan,
taman kota, rimba kota dan sabuk hijau sesuai
standar;
d. zona. .(5)
(6)
(7)
-43-
zona RTH fungsi tertentu berupa sempadan
pantai, sempadan sungai, _perlindungan
waduk/bendungan, perlindungan mata air dan
pemakaman sesuai standar; dan
Zona RTH publik untuk semua kawasan
terbangun wajib dipenuhi paling rendah 10%
(sepuluh persen).
Ruang Terbuka Non Hijau sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a.
lapangan olahraga yang diperkeras, antara lain
berupa lapangan basket, lapangan voli, lapangan
tenis yang dikembangkan sesuai standar
pelayanan umum;
lapangan parkir umum antara lain berupa
lapangan parkir di zona pariwisata, perkantoran,
lapangan olahraga, perdagangan dan jasa yang
dikembangkan secara menyatu dengan RTH;
tempat bermain dan rekreasi antara lain
berupa taman, lapangan olahraga, rekreasi
buatan dikembangkan secara menyatu dengan
RTH;
RTNH koridor antara lain berupa jalan dan trotoar
dikembangkan sesuai jaringan pergerakan; dan
RTNH pembatas antara lain berupa jalan setapak
bendungan, jalan inspeksi sepanjang jaringan
irigasi dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
jaringan.
Ketentuan fasilitas sosial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hurufe, meliputi:
a.
penyediaan lahan untuk fasilitas sosial pada zona
perumahan minimal 6% (enam persen) yang dapat
dibangun sarana perumahan (bukan iahan sisa)
dari luas lahan terbangun dan wajib diserahkan
kepada Pemerintah Daerah; dan
ketentuan pelaksanaan mengenai mekanisme
penentuan dan Penyerahan lahan untuk fasiltas
umum dan fasilitas sosial diatur dengan
Peraturan Wali Kota.
Utilitas perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f, meliputi:
a,
hidran halaman paling rendah_memiliki suplai air
sebesar 38 (tiga puluh delapan) liter/detik pada
tekanan 3.5 bar dan mampu mengalirkan air
paling rendah selama 30 (tiga puluh) menit;
hidran umum harus mempunyai jarak paling
tinggi 3 (tiga) meter dari garis tepi jalan;
c. drainase.(8)
(9)
(10)
-44-
c. drainase lingkungan tepi jalan dibuat terdapat di
bawah trotoar secara tertutup dengan perkerasan
permanen;
d. penyediaan utilitas perkotaan dapat dibuat
sebagai satu sistem terpadu bawah tanah; dan
. pada setiap pembangunan baru yang berlokasi di
lereng lebih dari 25% (dua puluh lima persen)
harus mendapatkan izin yang menyertakan
perencanaan pembuatan sistem drainase yang
menjamin aliran air hujan tidak merusak kondisi
lingkungan akibat pembangunan dan tidak
memberi dampak erosi, banjir dan longsor.
Prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf g, meliputi:
a. memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati
pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar
jalan minimum 3,5 meter;
b. tempat sampah volume 50 (lima puluh) liter
sudah dibedakan jenis sampahnya (organik
dan non organik)_—serta_—_diangkut
menggunakan mobil pick up berkapasitas paling
rendah 3 meter kubik dengan metode angkut
tidak tetap;
c. _ tersedia prasarana pembuangan limbah domestik
sebelum dialirkan ke bengunan pengolahan
air limbah (sistem off site); dan
d. pada setiap bangunan rumah baru harus
memiliki bak septik yang terdapat di bagian depan
kaveling dan berjarak sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) meter dari sumber air tanah,
sedangkan apartemen, permukiman kepadatan
tinggi yang tidak memungkinkan membuat bak
septik individual diperkenankan menggunakan
bak septik komunal.
e. _ penyediaan lot parkir, bongkar muat barang dan
sarana penunjang lainnya pada bangunan privat
dan bangunan umum.
Ketentuan prasarana_ dan sarana__ minimal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V.4.a
Ketentuan prasarana dan sarana paling rendah yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.
Penyediaan lot parkir, bongkar muat barang dan
sarana penunjang lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) huruf e dirinci sebagaimana tercantum
pada Lampiran V.4.b yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.
Bagian Keenam. . .-45-
Bagian Keenam
Ketentuan Khusus
Pasal 45,
(1) Ketentuan khusus, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (2) huruf e, terdiri atas:
a, _ tempat evakuasi bencana; dan
b. _kawasan sempadan
(2) Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diuraikan dan digambarkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian 1:5.000 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran V.5, Lampiran V.5.a, dan Lampiran
V.5.b yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Wali Kota ini.
Paragraf 1
Tempat Evakuasi Bencana
Pasal 46
Tempat evakuasi bencana, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (1) huruf a, terdapat di:
a. tempat evakuasi sementara, terdapat di:
1. SWPA blok X.A.1 blok X.A.2;
2. SWPB blok X.B.3;
3. SWPC blok X.C.1, blok X.C.2.
b. tempat evakuasi akhir, terdapat di:
1. SWPA blok X.A.2;
2. SWPB blok X.B.4; dan
3. SWPC blok X.C.1, blok X.C.2.
Paragraf 2
Kawasan Sempadan
Pasal 47
(1) Kawasan sempadan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 ayat (1) huruf b, berupa kawasan sempadan
pantai.
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdapat di:
a. SWPA blok X.A.4;
b. SWPB blok X.B.5, blok X.B.6, dan blok X.B.7; dan
c. SWPC blok X.C.1, blok X.C.2.
(3) Kawasan. . .(3)
(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
-46-
Kawasan sempadan pantai sebagaimana pada ayat (2)
apabila terjadi perubahan garis pantai akibat
pelaksanaan kegiatan reklamasi, maka lokasi
ketentuan khusus kawasan sempadan pantai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan
disesuaikan dengan ketentuan lebar sempadan pantai
paling rendah 100 (seratus) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah garis pantai terbaru.
Bagian Ketujuh
Ketentuan Pelaksanaan
Pasal 48
Ketentuan Pelaksanaan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 ayat (2) huruf f, berupa ketentuan
pelaksanaan insentif dan disinsentif.
Ketentuan pelaksanaan insentif dan disinsentif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a
memuat perangkat untuk:
a. meningkatkan upaya Pengendalian Pemanfaatan
Ruang dalam rangka mewujudkan Tata Ruang
sesuai dengan RDTR;
b, memfasilitasi kegiatan Pemanfaatan Ruang agar
sejalan dengan RDTR; dan
c. meningkatkan kemitraan semua pemangku
kepentingan dalam rangka Pemanfaatan Ruang
yang sejalan dengan RDTR.
Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
diberikan apabila Pemanfaatan Ruang sesuai dengan
RDTR schingga perlu didorong namun_ tetap
dikendalikan pengembangannya.
Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan perangkat untuk mencegah dan/atau
memberikan batasan terhadap kegiatan Pemanfaatan
Ruang yang sejalan dengan RDTR dalam hal
berpotensi melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap
menghormati hak yang telah ada terlebih dahulu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Insentif dan disinsentif dapat diberikan kepada
Pemerintah Daerah dan kepada masyarakat.
(7) Insentif. . .-47-
(7) Insentif kepada Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan dalam bentuk:
a, pemberian kompensasi;
b. pemberian penyediaan prasarana dan sarana; dan
c. publikasi atau promosi daerah; dan/atau
d. penghargaan.
(8) Insentif kepada masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) dapat diberikan dalam bentuk:
a. _ pemberian keringanan pajak dan/atau retribusi;
b. _ pemberian kompensasi;
c. subsidi;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. _ penyediaan prasarana dan sarana;
h. _ fasilitasi KKKPR;
i, penghargaan; dan/atau
j. publikasi atau promosi.
(9) Disinsentif kepada Pemerintah Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan dalam bentuk:
a, _ pembatasan penyediaan prasarana dan sarana;
b. pengenaan kompensasi; dan/atau
c. _ penalti.
(10) Disinsentif kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dapat diberikan dalam
bentuk:
a. _pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi;
b. kewajiban memberi kompensasi atau imbalan;
atau
c. _pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
insentif dan disinsentif diatur dengan Peraturan Wali
Kota.
BAB VIII. .qa)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
-48-
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 49
Kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
huruf f memuat pengaturan kelembagaan dalam
rangka Penyelenggaraan Penataan Ruang secara
partisipatif, Wali Kota dapat membentuk Forum
Penataan Ruang Kota,
Koordinasi dilakukan oleh Bupati dan dalam rangka
penyelenggaraan penataan ruang secara partisipatif
dapat dibantu oleh Forum Penataan Ruang.
Pelaksanaan Forum Penataan Ruang di daerah
dilakukan dalam hal Wali Kota membutuhkan
pertimbangan terkait pelaksanaan penataan ruang di
Wilayah Perencanaan Belakang Padang.
Forum Penataan Ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh Wali Kota.
Ketentuan lebih lanjut terkait pembentukan, susunan
keanggotaan, tugas, fungsi, dan tata kerja Forum
Penataan Ruang diatur sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 50
Jangka waktu RDTR Wilayah Perencanaan Belakang
Padang Kota Batam adalah 20 (dua puluh) tahun dan
dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
Dalam hal terjadi perubahan lingkungan strategis,
peninjauan kembali RDTR Wilayah Perencanaan
Belakang Padang dapat dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam setiap periode 5 (lima) tahunan.
Perubahan lingkungan strategis.__ sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan;
b. _ perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan
dengan Undang-undang;
c. perubahan batas daerah yang ditetapkan dengan
Undang-undang; atau
d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat
strategis.
(4) Perubahan. . .-49-
(4) Perubahan kebijakan nasional yang bersifat strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d yang
berimplikasi pada peninjauan kembali Peraturan Wali
Kota Batam tentang RDTR Wilayah Perencanaan
Belakang Padang dapat direkomendasikan oleh Forum
Penataan Ruang.
(5) Rekomendasi forum penataan ruang scbagaimana
dimaksud pada ayat (4) diterbitkan berdasarkan
kriteria:
a. penetapan kebijakan nasional yang bersifat
strategis dalam peraturan perundang-undangan;
b. rencana pembangunan dan pengembangan obyek
vital nasional; dan/atau
(6) Lokasinya berbatasan dengan kabupaten/kota di
sekitarnya,
(7) Peraturan Wali Kota tentang Rencana Detail Tata
Ruang Wilayah Perencanaan Belakang Padang
dilengkapi dengan Buku Rencana dan Album Peta
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Wali Kota ini.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 51
Dengan berlakunya Peraturan Wali Kota ini, maka:
(1) Izin pemanfaatan ruang atau KKPR yang telah
dikeluarkan dan telah sesuai dengan’ ketentuan
Peraturan Wali Kota ini tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya.
(2) Izin pemanfaatan ruang atau KKPR yang telah
dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
Peraturan Wali Kota ini berlaku ketentuan:
a. untuk yang belum dilaksanakan
pembangunannya, izin pemanfaatan ruang atau
KKPR disesuaikan dengan fungsi kawasan
berdasarkan Peraturan Wali Kota ini;
b. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya, dilakukan —_penyesuaian
dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
c. untuk.-50-
c. untuk yang sudah dilaksanakan
pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Wali Kota ini,
izin pemanfaatan ruang atau KKPR yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan’ terhadap
kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan
izin pemanfaatan ruang atau KKPR dapat
diberikan penggantian yang layak.
(3) pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan
tanpa izin pemanfaatan ruang atau KKKPR dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Wali Kota
ini, akan ditertibkan dan disesuaikan dengan
Peraturan Wali Kota ini.
(4) pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Wali Kota ini, agar dipercepat untuk
mendapatkan KKKPR.
(5) pada zona lindung dan zona Budi daya yang
berdasarkan ketentuan peraturan _ perundang-
undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan maka pengaturannya dengan
ketentuan tidak diperbolehkan adanya pengembangan
dan/atau pembangunan baru, hingga perubahan
peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang kehutanan.
(6) Dalam garis pantai rencana zona lindung dan zona
Budi daya yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kelautan masih
ditetapkan sebagai badan air, dalam pemanfaatannya
wajib memperoleh Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) dan Konfirmasi
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKRL)
dari instansi terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
(7) Pemanfaatan ruang pada Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52
Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar...-51-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Wali Kota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Batam.
ditetapkan di Batam
pada tanggal 2 Desember 2022
WALI KOTA BATAM
——
MUHAMMAD RUDI
diundangkan di Batam
pada tanggal 28 Desember 2022
SEKRETARIS DAERAH KOTA BATAM
ERITA DAERAH KOTA BATAM TAHUN 2022 NOMOR tl}