Agama Adalah Nasihat
Agama Adalah Nasihat
أن النبي صلى هللا,عن أبي رقية تميم بن أوس الداري رضي هللا عنه
, ولكتابه, «هلل: لمن؟ قال: «ال ِّديْنُ ال َّنصِ ي َْح ُة» قلنا:عليه وسلم قال
رواه مسلم.» ألئمة المسلمين وعامتهم,ولرسوله
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau
menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan
rakyatnya (kaum muslimin)”. (HR. Muslim)
فإن لم. e فإن لم يستطع فبلسانه. من رأى منكم منكرا فليغيره بيده
eوذلك أضعف اإليمان. يستطع فبقلبه
“Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka
ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-
lemahnya iman” (HR. Muslim, no.49).
Hadits ini menunjukkan bahwa ketika tidak kemampuan untuk mengingkari dengan tangan maka tidak boleh
nekat tetap melakukan pengingkaran dengan tangan, walaupun niatnya baik. Namun berpindah kepada cara
selanjutnya yaitu mengingkari dengan lisan. Ini mengisyaratkan wajibnya mengikuti tuntunan syariat dalam
ingkarul mungkar dan juga dalam nasehat.
Oleh karena itu para ulama menyatakan suatu kaidah penting:
eَ َيه ِْوي ِب َها َس ْبعeِإنَّ الرَّ ُج َل َل َي َت َكلَّ ُم ِبال َكلِ َم ِة الَ َي َرى ِب َها َبْأ ًسا
(ِين َخ ِري ًفا فِي
ارِ وصححه األلباني في صحيح الترمذي )ال َّن.
“Sesungguhnya seorang hamba ketika berbicara dengan perkataan yang dianggap biasa, namun akan
menyebabkan ia masuk neraka 70 tahun” (HR. Tirmidzi no. 2314, dishahihkan oleh Albani dalam Shahih At
Tirmidzi).
4. Tabayun; Cross-Check Berita
Hendaknya ketika memberikan nasehat kepada orang lain, tidak bertopang pada kabar yang tidak jelas dan
simpang-siur. Karena kabar yang tidak jelas atau simpang siur, bukanlah ilmu dan bukanlah informasi sama
sekali. Orang yang menyampaikannya disebut orang yang melakukan kebodohan. Allah ta’ala berfirman:
َأنْ ُتصِ يبُوا َق ْومًا ِب َج َها َل ٍةeِين آ َم ُنوا ِإنْ َجا َء ُك ْم َفاسِ ٌق ِب َن َبٍإ َف َت َب َّي ُنوا
َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َ َف ُتصْ ِبحُوا َع َل ٰى َما َف َع ْل ُت ْم َنا ِدم
ِين
“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu
berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada
suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian” (QS.
Al-Hujurat: 6).
Maka hendaknya cek dan ricek, klarifikasi dan konfirmasi, sebelum beranjak untuk memberikan nasehat.
Itulah adab dalam memberikan nasehat yang harus kita lakukan.
Orang yang mempercayai dan menyampaikan semua yang ia dengar tanpa cek dan ricek, klarifikasi dan
konfirmasi, maka ia seorang pendosa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi kita shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
َ َك َفى ِب ْال َمرْ ِء ِإ ْثمًا َأنْ ي َُح ِّد
ث ِب ُك ِّل َما َسم َِع
“Cukuplah seseorang telah berdosa jika menyampaikan seluruh yang ia dengar” (HR. Muslim no.5).
Baca Juga: Pelajarilah Dahulu Adab dan Akhlak
الظنِّ ِإ ْث ٌم
َّ ض َّ َك ِثيْرً ا م َِنeِاجْ َت ِنب ُْوا
َ ْالظنِّ ِإنَّ َبع
“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (QS. Al-
Hujuraat: 12).
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
أيجادلe الرجل يكون عالما بالسنة: انسe قلت لمالك ابن:الهيثم بن جميل
لت منه وإال سكت ْ ُخبر بالسنة فإن قُ ِب
ِ ولكن ي.. ال:عنها؟ قال
Al Haitsam bin Jamil mengatakan, saya pernah berkata kepada Imam Malik bin Anas: “seseorang yang alim
(berilmu) terhadap sunnah Nabi, apakah boleh ia berdebat tentang As Sunnah?”. Imam Malik menjawab:
“Jangan! Namun sampaikanlah tentang As Sunnah. Jika diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak diterima,
ya sudah diam saja” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, 2/94).
Dan memberi nasehat adalah amalan shalih, ia akan diganjar pahala walaupun nasehat tidak diterima.
Baca Juga: Adab Bertamu dan Memuliakan Tamu
وتفريقe تارة تكون على وجه التحريش بين الناس:النميمة على قسمين
فهذا حرام متفق عليهeقلوب المؤمنين
“Namimah ada dua macam: terkadang berupa tahrisy (provokasi) antara orang-orang dan mencerai-beraikan
hati kaum Mu’minin. Maka ini hukumnya haram secara sepakat ulama” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/371, Asy
Syamilah).
Dan namimah ini merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman:
© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/52031-adab-adab-dalam-memberikan-nasehat.html
Banyak orang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dalam hidupnya, tatkala ia
mampu menjadikan serpihan mozaik perkataan, kegagalan, keterpurukan,
kemaksiatan, atau musibah yang dialami sebagai nasihat untuk memperbaiki diri.
Karena nafsu yang dituruti tidak akan pernah memuaskan diri. Pada akhirnya akan
sampai pada titik jenuh di mana hati hanya puas bila memenuhi panggilan nasihat Ilahi.
Oleh sebab itu, jangan pernah merasa kenyang dengan nasihat. Karena nasihat adalah
kebutuhan untuk melakukan perubahan. Segala kejadian yang dialami dan ditolak oleh
hati sesungguhnya nasihat yang dikirimkan Ilahi. Merasa tak butuh dengan nasihat dan
tak mau mengambil pelajaran dari nasihat adalah tanda butanya mata, tulinya telinga,
dan matinya hati.
Nasihat yang membangun diri kita adalah bukti yang diberikan oleh orang-orang yang
mencintai kita. Kejadian dan musibah yang ditolak oleh hati adalah nasihat peringatan
dan cara Allah menunjukkan cinta-Nya agar kita kembali ke jalan-Nya. Tanpa ada
nasihat, tidak ada cinta. Tak ada cinta, mustahil ada perhatian. Perhatian dan cinta
adalah bukti, keberadaan diri kita masih dibutuhkan dan diharapkan. Oleh sebab itu,
jangan pernah meremehkan sekecil apapun kejadian dan nasihat demi kebaikan
kita. Wallaahu A’lam.
Nasihat baik yang kita sampaikan kepada orang lain akan menjadi
investasi kebaikan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Nabi
mengatakan, Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat. (HR al-
Bukhari). Tanpa nasihat, seseorang tidak akan terkontrol sehingga bisa
menabrak apa pun. Ia juga akan menjadi liar tak terkendali hingga
akhirnya bisa melahirkan kerusakan dan kerugian tidak hanya bagi
dirinya sendiri tetapi juga orang lain.