Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai

suatu epidemi di negara maju dan berkembang (WHO, 2003). Obesitas merupakan

ancaman bagi kesehatan masyarakat umum dan banyak studi telah menunjukkan

bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi,

hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, gangguan metabolik dan cacat di masa

dewasa (Takeshita & Morimoto, 2000; Florentino, 2002). Obesitas yang tidak

ditangani secara tepat akan meningkatkan penyakit penyerta, memperpendek usia

harapan hidup serta mengurangi produktifitas pada saat usia produktif. Bagi wanita

khususnya, obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko asma, dan kanker,

endometrium, usus besar, payudara, dan batu empedu (Bray, 2002).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas 70% dipengaruhi oleh

lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik. Faktor perilaku dan lingkungan

meliputi pola makan dan aktifitas fisik merupakan hal yang paling berpengaruh

untuk terjadinya obesitas. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dari pola makan

antara lain : kuantitas, porsi makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan,

frekuensi makan dan jenis makanan (Nugraha, 2009). Sedangkan Barasi (2007)

menambahkan bahwa kebiasaan makan di luar, meningkatnya asupan makanan

Universitas Sumatera Utara


jajanan, dan meningkatnya gaya hidup kurang gerak (sedentary lifestyle)

berkontribusi pada kejadian obesitas dan keseimbangan energi.

Obesitas merupakan suatu keadaan akibat terjadinya ketidakseimbangan

kalori di dalam tubuh, yakni kalori yang masuk melebihi kalori yang dikeluarkan

dalam bentuk energi (tenaga) dan kelebihan ini ditimbun dalam lemak tubuh dalam

jangka waktu tertentu. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut

hingga dewasa, dan lansia (Arisman, 2004).

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara asupan

energi dengan kejadian obesitas. Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara asupan kalori,

karbohidrat, protein, lemak dan pola makan lemak dengan prevalensi obesitas. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan rata-rata asupan kalori dan lemak kelompok

obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas (Yussac et al,

2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Frisna dan Hamid (2008) membuktikan juga

bahwa asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak dan aktivitas fisik berkaitan

erat dengan resiko seseorang menderita obesitas central. Seseorang yang memiliki

asupan energi dan lemak lebih tinggi dari kebutuhan yang dianjurkan memiliki resiko

lebih tinggi menderita obesitas sentral daripada seseorang dengan asupan energi dan

lemak yang cukup.

Asupan energi yang tinggi ada kaitannya dengan kebiasaan makan fast food.

Fast food umumnya mengandung kalori, lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi

Universitas Sumatera Utara


tetapi rendah serat kasar, vitamin A, asam askorbat, kalsium dan folat (Khomsan,

2004). Penelitian yang dilakukan oleh Risnaningsih dan Woro (2008) membuktikan

bahwa ada hubungan yang nyata antara kebiasaan makan fast food dengan kejadian

obesitas. Jumlah kalori fast food yang dikonsumsi berpengaruh terhadap kejadian

obesitas.

Perkembangan teknologi dengan penggunaan kendaraan bermotor dan

berbagai media elektronika memberi dampak berkurangnya aktivitas fisik yang

akhirnya mengurangi keluaran energi. Peningkatan kemakmuran biasanya juga akan

diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Pola makan di kota-kota

besar telah bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak

karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan barat seperti fast food yang

komposisinya banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam tetapi miskin gizi

(Sjarif, 2003).

Berkurangnya aktivitas fisik sangat berhubungan dengan obesitas. Penelitian

di negara maju menunjukkan bahwa individu dengan aktivitas fisik yang rendah

mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar > 5 kg. Berbagai penelitian juga

menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi berhubungan dengan

peningkatan obesitas (Nugraha, 2009).

Prevalensi obesitas pada orang dewasa di seluruh dunia mengalami

peningkatan. Pada tahun 2000 diperkirakan ada sekitar 300 juta orang dewasa

obesitas dan angka ini masih terus meningkat. Di United State of America (USA),

lebih 60% populasi dewasa mengalami overweight dan obesitas, pada anak remaja 20

Universitas Sumatera Utara


- 25% mengalami obesitas. Menurut data yang dikumpulkan Center for Disease

Control (CDC), prevalensi obesitas mulai meningkat secara dramatis sejak 1980.

Peningkatan prevalensi secara cepat juga dilihat pada kelompok minoritas, seperti

etnis Maori di Selandia Baru, suku Indian di Inggris (UK), Malaysia dan Singapura,

Australia Aborigin, populasi kepulauan di selat Torres (Hamam, 2005).

Studi yang dilakukan pada orang dewasa di Malaysia menunjukkan

prevalensi overweight sebesar 25.9% (n=114) dan obesitas 17% (n=75). Masalah

obesitas secara nyata ditemukan lebih tinggi pada perempuan khususnya ibu

rumahtangga (Narayan dan Khan, 2007). Hal yang sama juga ditemukan dalam

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) yang mendapatkan prevalensi overweight

dan obesitas pada perempuan lebih tinggi (11,4% dan 15,5% ) dibandingkan

prevalensi overweight dan obesitas pada laiki-laki (8,5% dan 7,8%). Beberapa faktor

yang mungkin berkaitan dengan tingginya persentase obesitas pada responden

perempuan, antara lain adalah: (1) Konsumsi makanan berlemak yang mungkin lebih

sering dibandingkan dengan laki-laki; (2) Aktivitas olahraga yang jarang dilakukan;

(3) Status perkawinan, dimana perempuan yang sudah menikah cenderung

mengalami pertambahan berat badan di kemudian hari (4) Pemakaian alat kontasepsi

hormonal seperti: susuk, pil, dan suntikan dapat menimbulkan efek samping

bertambahnya berat badan (Sandjaja & Sudikno, 2005) serta penggunaan alat

kontrasepsi hormonal (Sugiharti, 2002)

Indonesia sendiri belum memiliki data yang lengkap untuk menggambarkan

prevalensi obesitas, namun penelitian yang dilakukan oleh Soegih, et al tahun 2004

Universitas Sumatera Utara


pada 6318 orang pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan

kelompok umur (20 s/d lebih dari 55 tahun) dapat menjadi gambaran dari jumlah

penderita obesitas di Indonesia. Berdasarkan penelitian tersebut terdapat 9,16% pria

≥ 30) dengan lingkar pinggang ≥ 90 cm


dan 11,02% wanita yang obesitas (IMT

sebanyak 41,2% pada pria dan 53,3% pada wanita. Apabila digunakan klasifikasi

obesitas untuk orang Asia yang indeks massa tubuhnya lebih 25 kg/m2, maka

hasilnya menjadi 48,97% pada pria dan 40,65 % pada wanita.

Riskesdas (2007) melaporkan prevalensi obesitas di Sumatera Utara sebanyak

20,9%, yaitu pada penduduk berumur 15 tahun ke atas. Masalah overweight dan

obesitas lebih banyak pada responden yang tinggal di daerah kota daripada pedesaan.

Sedangkan hasil Riskesdes 2010 menemukan prevalensi obesitas di Sumatera Utara

sebesar 25,4%, berarti terjadi peningkatan obesitas di Sumatera Utara sebesar 4,5%.

Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan prevalensi overweight dan obesitas

di kota Medan sebesar 24,6%. Prevalensi obesitas pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran USU cukup tinggi. Hasil survey pendahuluan terhadap 327 mahasiswa

dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

menemukan 20,1% (66) mahasiswa menderita overweigh dan obesitas (IMT ≥ 25).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.2. Permasalahan

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan penelitian,

yaitu: faktor risiko apa saja yang berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berpengaruh

terhadap kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

1.4. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat,

lemak, serat), aktivitas fisik, dan uang saku dengan kejadian obesitas pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Ha : Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat,

lemak, serat), dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Ha : Ada hubungan antara uang saku dengan kejadian obesitas pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


Ho : Tidak ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein, karbohidrat,

lemak, serat) dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Ho : Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik, dengan kejadian obesitas pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Ho : Tidak ada hubungan antara uang saku dengan kejadian obesitas pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :

1. Bagi Fakultas Kedokteran USU menjadi bahan masukan dalam melakukan

upaya promotif dan preventif masalah obesitas serta ancaman penyakit

degeneratif.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan .menjadi masukan untuk menyusun program

pencegahan dan promotif masalah obesitas dan ancaman penyakit degeneratif di

Kota Medan.

3. Bagi pengembangan ilmu gizi dapat dijadikan bahan masukan untuk melakukan

upaya promotif dan pencegahan masalah obesitas dan ancaman penyakit

degeneratif.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai