Bab Ii Tinjauan Pustaka: (Power), Status, Wewenang Dan Pengaruh, Sedangkan Klien Berarti Bawahan Atau
Bab Ii Tinjauan Pustaka: (Power), Status, Wewenang Dan Pengaruh, Sedangkan Klien Berarti Bawahan Atau
Bab Ii Tinjauan Pustaka: (Power), Status, Wewenang Dan Pengaruh, Sedangkan Klien Berarti Bawahan Atau
TINJAUAN PUSTAKA
Teori ini hadir untuk menjelaskan bahwa dalam suatu interaksi sosial
secara vertikal (satu aktor kedudukannya lebih tinggi) maupun secara horizontal
(power), status, wewenang dan pengaruh, sedangkan klien berarti bawahan atau
Patron dan klien berasal dari suatu model hubungan sosial yang berlangsung
pada zaman Romawi kuno. Seorang patronus adalah bangsawan yang memiliki
sejumlah warga dari tingkat lebih rendah, yang disebut clients, yang berada di
bawah perlindungannya. Meski para klien secara hukum adalah orang bebas,
keluarga pelindung mereka. Ikatan antara patron dan klien mereka bangun
berdasarkan hak dan kewajiban timbal balik yang biasanya bersifat turun temurun
yang dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari sebuah ikatan yang melibatkan
10
termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai pola pertukaran yang tersebar,
jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan
kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
Adapun arus patron ke klien yang dideteksi oleh Scott (1994) berkaitan dengan
untuk bercocoktanam.
kliennya
perlindungannya.
5. Jasa patron secara kolektif. Secara internal patron sebagai kelompok dapat
Adapun pertukaran dari klien ke patron, adalah jasa atau tenaga yang
berupa jasa pekerjaan dasar/pertanian, jasa tambahan bagi rumah tangga, jasa
11
adalah perbandingan antara jasa yang diberikannya kepada patron dan dan
hasil/jasa yang diterimannya. Makin besar nilai yang diterimanya dari patron
Dalam suatu kondisi yang stabil, hubungan antara patron dan klien
didalamnya berisi hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh kedua
belah pihak. Norma-norma tersebut akan bertahan jika patron terus memberikan
karena pada dasarnya hubungan sosial adalah hubungan antar posisi atau status
masyarakat, sehingga apa yang terjadi adalah hubungan antar kedua posisi.
Tujuan dasar dari hubungan patron klien bagi klien yang sebenarnya
adalah penyediaan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan keamanan. Apabila
hubungan dagang/pertukaran yang menjadi dasar pola hubungan patron klien ini
melemah karena tidak lagi memberikan jaminan sosial dasar bagi subsistensi dan
menjadi tidak adil dan eksploitatif. Yang terjadi kemudian legitimasi bukanlah
12
jika ada tuntutan dari pihak klien terhadap patronnnya untuk memenuhi janji-janji
Terkait dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini maka
terjadi antara toke dengan petani kemenyan, apakah pola patron klien yang
disebutkan Scott memang berlaku pada petani Pandumaan atau sudah mengalami
dilakukan oleh Astuti (2012) yang berjudul “Relasi Sosial Petani dengan Buruh
Tani Dalam Produksi Pertanian”. Penelitian ini mengkaji tentang relasi patron
klien yang terjadi antara petani dengan buruh tani. Hasil penelitian ini
menunjukkan: (1) Relasi yang yang terjalin antara petani dengan buruh tani dalam
produksi pertanian tidak hanya relasi kerja melainkan relasi tersebut telah meluas
pada relasi-relasi sosial yang berbeda-beda diantara petani dengan buruh tani. 2)
Relasi sosial ini terjalin dalam berbagai bentuk yaitu relasi sosial petani dengan
buruh tani bebas, relasi sosial petani dengan buruh tani langganan, dan relasi
sosial petani dengan buruh tani tetap dan (3) Relasi sosial disini seakan sudah
terpola dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang terjadi secara turun temurun
sejak lama.
dari Kurniawan dan Kolega (2011). Hasil penelitian ini adalah : 1) Pola hubungan
Petani karet dengan tauke yang terjadi pada masyarakat petani Desa Muara Musu
hubungan patron klien ini antara petani karet dengan tauke tidak saja bermotifkan
13
pada kesediaan tauke untuk menjamin kebutuhan petani pada masa sulit misalnya:
musim hujan dan kemarau yang panjang. Di sisi lain petani bersedia membantu
antarapetani karet dengan tauke berlangsung dalam proses produksi yang mana
Hubungan patron klien yang dilihat Scott sebagai melindungi yang lemah,
bagi Popkin adalah suatu hubungan eksploitasi untuk mendapatkan sumber daya
murah, yaitu tenaga kerja. Petani diberi kesempatan untuk hal-hal kecil seperti
mencari butir-butir padi yang tersisa agar mereka tidak meminta bayaran sebagai
prinsip rasional. Namun, teori “pilihan rasional” juga tak berlaku dalam kasus
dimana perhitungan perorangan secara mudah atas untung-rugi bukan model yang
tepat dalam pembuatan keputusan petani, juga ketika masalah “free- riders” tidak
adanya stratifikasi sosial, yakni adanya perbedaan status diantara pelaku ekonomi.
14
Kelompok dengan sumber daya yang melimpah dan berkuasa dapat memaksakan
atau kelas yang secara tidak adil atau secara tidak wajar menarik keuntungan dari
kerja, atau atas keinginan orang lain. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pengertian ini ada dua cara eksploitasi. Pertama, harus dilihat sebagai suatu
dieksploitasi. Kedua, merupakan distribusi tidak wajar dari usaha dan hasilnya.
atau kelompok harus membantu mereka yang pernah membantunya atau jangan
merugikannya. Artinya bahwa satu hadiah atau jasa yang diterima bagi si
hadiah atau jasa dengan nilai yang sebanding dikemudian hari. Dalam kaitan ini
Terkait dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini maka
terjadi antara petani kemenyan dengan toke apakah termasuk pola yang
15
bentuk pertukaran yang paling rentan sifat eksploitasi. Hasil penelitian ini adalah:
eksploitasi karena posisinya lemah dengan aset produksi terbatas. Namun, selama
resiprositas (timbal-balik).
2. Hal ini karena hubungan ponggawa-petambak telah tumbuh sejak lama dalam
adalah penelitian Alhada (2011) tentang konstruksi sosial buruh tani tembakau
yang bekerja keras setiap kali diminta untuk mengerjakan lahan pertanian milik
majikan sangatlah pasrah terhadap keadaan yang ada. Tak ayalnya banyak sekali
kita temui beberapa buruhtani bekerja sepanjang hari mendapat upah yang relatif
minim. Pemberian upah yang tidak sebanding dengan kerja keras yang buruhtani
16
cukup berarti. Fenomena tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa hal misalnya:
merupakan suatu kesepakatan masyarakat di Desa Mayang dan tidak dapat diubah
lagi.
atas apa yang dikerjakan. Popkin (dalam Kosala, 2011) mengungkapkan tentang
Popkin. Rasionalitas petani menurut Scott adalah moral ekonomi petani yang
hidup di garis batas subsistensi, yaitu dengan norma mendahulukan selamat dan
enggan mengambil resiko. Bagi Scott hal ini merupakan perilaku yang
Itu hanya terjadi dalam kondisi mendesak saja, sehingga mereka akan lebih
memprioritaskan diri dan keluarga mereka. Popkin yakin, pada hakekatnya petani
terbuka terhadap pasar dan siap mengambil resiko, sepanjang kesempatan tersebut
ada, dan hambatan dari pihak patron dapat diatasi.Intinya, Popkin mengkritik
17
mereka ingin mendapatkan akses ke pasar. Mereka ingin kaya, dan mampu
menerapkan praktek untung rugi. Rasionalitas petani akan lebih menonjol jika
Pola ini sesuai dengan teori Pilihan Rasional. Teori pilihan rasional
kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan) ditentukan oleh nilai atau
Aktor dilihat sebagai manusia yang memiliki tujuan atau maksud. Artinya aktor
memiliki tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan
pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang
menjadi sumber pilihan aktor. Yang terpenting adalah kenyataan bahwa tindakan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.
tindakan perseorangan mengarah kepada sesuatu tujuan dan tujuan itu (dan juga
bersumber dari akar pemikiran ilmu ekonomi yang melihat aktor memilih
dan kebutuhan mereka. Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor
dan sumber daya, dan menyatakan bahwa basis minimal untuk sistem sosial
18
yang menarik perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber
daya yang dikendalikan orang lain itulah yang menyebabkan keduanya terlibat
dalam tindakan saling membutuhkan, terlibat dalam sistem tindakan. Selaku aktor
dilakukan oleh Hariyanto (2014) menunjukkan bahwa petani sebagai aktor dan
lahan sebagai sumber daya yang mana petani memiliki kuasa dan kepentingan.
2011:37). Sumber daya yang dimiliki oleh seorang petani memiliki daya tarik
sendiri bagi orang lain untuk memilikinya. Proses terbentuknya pilihan rasional
dalam konteks ini yaitu ketika seorang petani menyewakan lahannya untuk
lain sebagainya. Lahan merupakan sumber daya yang dimiliki oleh petani yang
mana petani memiliki kuasa dan kepentingan. Kuasa disini maksudnya petani
pemilik lahan berhak untuk menggarap, menyewakan, atau bahkan menjual lahan
kepentingan, maka tidak semua sumber daya yang dimiliki petani bisa memenuhi
kepentingannya. Masih ada beberapa sumber daya yang tidak dimiliki oleh petani
dan dimiliki oleh orang lain sehingga untuk memilikinya diperlukan adanya
19
hubungan yang terjadi antara petani dengan toke. Apakah hubungan petani
yang diperoleh dari saudara mereka sendiri seperti yang dikatakan Scott (1994)
Hutan adat adalah kawasan hutan yang dijadikan hutan larangan melalui
kawasan ini dilakukan oleh ketua adat, kelompok marga sertakepala desa. Hutan
adat dijadikan sebagai aset perekonomian yang bisa dimanfaatkan oeh masyarakat
keluarga berupa kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh sebab itu masyarakat yang
ingin memanfaatkan hutan adat yang bukan berasal dari desa/ menikah dengan
masyarakat adat di desa tersebut, terlebih dahulu harus melapor dan mendapat izin
dari Ketua adat sebagai kepala pemerintahan marga. Hutan adat pada prinsipnya
1. Semua keluarga yang ingin membuka hutan marga berhak atas pengelolaan
membuka lahan seluas dua hektar, tetap diizinkan oleh ketua adat.
20
4. Hutan adat yang sudah beberapa tahun (empat sampai lima tahun berturut-turut)
6. Keluarga yang melanggar aturan adat dapat dikenakan sanksi adat sesuai
adat masih memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam.
Sistem-sistem lokal ini berbeda satu sama lain yang berkembang dan berubah
secara evolusioner sesuai kondisi sosial budaya dan tipe ekosistem setempat.
Walaupun sistem-sistem lokal ini berbeda satu sama lain namun secara umum
bisa terlihat beberapa prinsip-prinsip kearifan adat yang masih dihormati dan
keseimbangannya.
21
kawasan hutan adat masih bersifat eksklusif sehingga mengikat semua warga
d. Adanya sistem pembagian kerja dan penegakan hutan adat untuk mengamankan
sumber daya milik bersama dari penggunaan berlebihan baik oleh masyarakat
(Alfitri,2010).
1) Hutan Tana Toa diakui sebagai hutan adat yang berfungsi sebagai pengatur tata
air, tempat pelaksanaan upacara adat (fungsi sosial) dan 2) menanam dua jenis
pohon hingga tumbuh dengan baik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat adat.
22
temurun dari leluhur marga mereka. Para leluhur, mewariskan hutan tersebut
23