Anda di halaman 1dari 4

PROPOSAL PENGAJUAN

ALAT REBANA KAWIT RT 28


BENDUNGAN, KEDAWUNG SRAGEN

A. LATAR BELAKANG
Kesenian rebana merupakan salah satu kesenian yang telah tumbuh dan berkembang
di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu. Diperkirakan kesenian rebana masuk ke Indonesia
sejak abad ke 13 bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Indonesia. Sebagai alat musik
tradisional, alat musik rebana digunakan untuk berbagai macam kegiatan. Saat budaya Islam
semakin berkembang luas di Nusantara, masyarakat Muslim juga mengembangkan alat musik
sederhana bernama rebana sebagai sarana dakwah dalam penyebaran agama Islam. Dikutip
dari wikipedia, Rebana atau masyarakat jawa biasa menyebutnya "terbang" adalah gendang
berbentuk bundar dan pipih yang merupakan alat musik khas dari suku melayu. Bingkai
berbentuk lingkaran terbuat dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi berlapis kulit
kambing untuk ditepuk.
Rebana memiliki sejarah pada saat Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah
pada abad ke-6 Masehi, masyarakat Madinah saat itu telah memainkan rebana sebagai musik
pengiring dalam acara penyambutan atas kedatangan Nabi Muhammad SAW. Para sahabat
yang berbondong-bondong menyambut kedatangan Nabi sambil menyenandungkan syair
qasidah Thaala'al Badru dengan iringan musik rebana sebagai ungkapan rasa syukur dan
bahagia mereka atas kehadiran Kanjeng Rasul. Atas dasar peristiwa ini, maka tidak heran jika
hingga saat ini, alat musik ini juga identik sebagai musik pengiring shalawat bagi para pecinta
Nabi. Lantunan syair dan iringan rebana masih tetap lestari keberadaannya sebagai sarana
untuk semakin mengenal sosok manusia yang paling dimuliakan Allah SWT tersebut.
Seiring waktu, keberadaan majlis-majlis shalawat itu pun mulai menyebar ke wilayah
lain seperti pulau Jawa dan Kalimantan. Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi juga
sempat mengarang sebuah buku berjudul "Simthu Al-Durar" yang memuat kisah perjalanan
hidup Rasulullah SAW. Selain itu, buku ini juga memuat bacaan sholawat-sholawat
dan madaih (pujian-pujian) kepada Rasulullah SAW. Bacaan-bacaan shalawat inilah yang
sering kali dilantunkan saat peringatan acara Maulid Nabi dengan iringan musik rebana.
Dari latar belakang tersebut maka munculah keinginan dukuh kawit untuk membuat
grup rebana untuk melestarikan budaya dan nilai nusantara serta sebagai sarana untuk
meninggikan sholawat kepada nabi muhammad SAW dengan nama Hadroh Rebana Thariqul
Falaah. Besar harapan agar niat kami untuk mendapat dukungan dari semua pihak agar
budaya rebana dapat tertanam di desa kami.

B. PROFIL
1. Nama Grup Rebana : Putri Kawit Kalinyamat
2. Penanggung Jawab : Ust Ahmand Kuncoro
3. Ketua : Ust Ahmand Kuncoro
4. Sekretaris : Dwi Lestari
5. Bendahara : Warsi
6. Anggota :
1. Warsi
2. Paini
3. Maya
4. Ana
5. Darti
6. Darsi
7. Dwi
8. Surtini
9. Tarmi
10. Sri
11. Mbah Saminah
12. Mbah Kami
13. Mbah Giyem
14. Mbah Minem
15. Intan
16. Yuli

C. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan pengadaan alat hadrah ini adalah sebagai sarana untuk
membumikan budaya rebana dan musik islami yang dapat menambah rasa cinta kepada
Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sehingga mampu menciptakan lingkungan yang berkarakter
islami.
Adapun tujuan diadakanya pengadaan alat hadroh ini adalah
1. Menambah rasa cinta kepada Allah SWT
2. Sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah dengan sholawat.
3. Sebagai upaya untuk membudayakan musik islami
4. Sebagai sarana dakwah
5. Sebagai sarana kegiatan warga dukuh Kawit RT 28
6. Menjalin ukhuwah islamiyah antar warga

D. RINCIAN ANGGARAN BIAYA


NO KEBUTUHAN QTY HARGA JUMLAH
1 Terbangan 6 350.000 2.100.000
2 Keplak 4 200.000 800.000
3 Zimbe 2 600.000 1.200.000
TOTAL 4.100.000

E. PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat dengan sebenar-benarnya sebagai bahan pertimbangan dan
acuan menyelenggarakan kegiatan tersebut. Atas bantuan dan partisipasinya kami ucapkan
terimakasih.

Sragen, 14 April 2022


Ketua Rebana Putri Kalinyamat

Ahmad Kuncoro

Anda mungkin juga menyukai