Anda di halaman 1dari 74

HALAMAN SAMPUL

i
HALAMAN SAMPUL
ii
KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh

Semoga Allah  selalu senantiasa melimpahkan hidayah-Nya untuk kita tetap teguh di
atas iman, Islam hingga akhir hayat..

Jazakumullahu khayran kepada para peserta yang telah mendaftar dan berpartisipasi aktif
dalam Kelas Muslimah Academy Exclusive Batch #1 ini. Dengan mengikuti berbagai rangkaian materi
yang dimulai dari adab-adab penuntut ilmu, nasihat muslimah, fikih khitan dan darah kebiasaan wanita,
fikih shalat 1, fikih shalat 2, fikih jenazah, fikih muamalah di dalam dan di luar rumah, fikih pernikahan,
dan bekal menjadi orang tua (dasar-dasar parenting). Kami berdoa pada Allah  agar apa-apa
yang sudah didapat dalam rangkaian kelas tersebut bisa menjadi bekal/fondasi yang baik untuk menjadi
muslimah sebagai madrasah peradaban.

Sebagai manusia, kami masih tentu memiliki banyak sekali kekurangan dalam pelaksanaannya,
kami memohon maaf sebesar-besarnya dan tentu kami akan sangat bahagia apabila mendapatkan
masukan atau pun ide-ide untuk kemajuan kelas-kelas kami ke depannya.

Terakhir, kami mengajak teman-teman semua untuk mendoakan keselamatan dunia dan akhirat
untuk sesama peserta, pemateri dan tim Deen Academy beserta seluruh kaum muslimin
Allah  pertemukan kita semua kelak di Jannatul Firdaus-Nya.
Aamiin.

Yogyakarta, Jumadil Awal 1444 H / November 2022 M

Deen Academy

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL........................................................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iv
ADAB-ADAB PENUNTUT ILMU ...................................................................................................... 1
A. Pendahuluan ................................................................................................................................ 2
B. Landasan Ilmu ............................................................................................................................. 2
C. Keutamaan Ilmu .......................................................................................................................... 3
D. Adab Menuntut Ilmu ................................................................................................................... 3
NASIHAT UNTUK MUSLIMAH DALAM MENUNTUT ILMU ................................................... 7
A. Mengikhlaskan Niat .................................................................................................................... 8
B. Membersihkan Hati ..................................................................................................................... 8
C. Perhatikan Adab dalam Menuntut Ilmu .................................................................................... 8
D. Memperbanyak berdoa kepada Allah ......................................................................................... 8
FIQIH KHITAN DAN DARAH KEBIASAAN WANITA ................................................................ 9
FIQIH SHALAT 1 .............................................................................................................................. 20
FIQIH SHALAT 2 .............................................................................................................................. 31
FIQIH JENAZAH............................................................................................................................... 39
A. Hal yang Harus Dilakukan Saat Keluarganya ada yang Sakaratul Maut .................................. 40
B. Hal yang Boleh Dilakukan Bagi Para Jenazah Wanita ............................................................. 41
C. Apa yang Harus Dilakukan Bagi Wanita atau Keluarga Mayit, Ketika Mndengar Kabar Ada
yang Meninggal ................................................................................................................................ 41
D. Apa yang Diharamkan Kerabat Wanita terhadap Si Mayit ....................................................... 41
E. Tata Cara Memandikan Mayit .................................................................................................. 42
F. Pakaian Jenazah Wanita ............................................................................................................ 42
FIQIH MUAMALAH DI DALAM DAN DI LUAR RUMAH........................................................ 43
A. Perbaikan Masyarakat dari dalam Rumah................................................................................. 44
B. Hal yang Harus Dilakukan Seorang Wanita Muslimah Jika Ia Harus Keluar Rumah .............. 45
FIQIH PERNIKAHAN ...................................................................................................................... 46
A. Memilih Pasangan ..................................................................................................................... 47
B. Taaruf ........................................................................................................................................ 55
C. Istikharah................................................................................................................................... 58
D. Nazor ......................................................................................................................................... 59

iv
E. Mahar ........................................................................................................................................ 59
F. Khitbah...................................................................................................................................... 60
G. Akad dan Walimah ................................................................................................................... 60
H. Menyikapi Adat Pernikahan...................................................................................................... 61
BEKAL MENJADI ORANG TUA (DASAR-DASAR PARENTING) .......................................... 68
A. Fitrah-Fitrah Manusia ............................................................................................................... 69
B. Menjadi Orang Tua yang Baik .................................................................................................. 69

v
ADAB-ADAB PENUNTUT ILMU
1
Adab-Adab Penuntut Ilmu
Oleh Ustaz Abu Umair hafizhahullah
Adab menjadi seperti sebuah makanan yang kita konsumsi yang harus kita lakukan.
Adab harus kita awali dahulu sebelum masuk bab-bab yang lain yang menjadi tolak ukur dalam
bertingkah laku, dalam berbuat, dalam beramal dan dalam berbicara sehingga semua kehidupan
kita tidak lepas dari adab.

A. Pendahuluan
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang
dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan
diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin
dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam
rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai
pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta
tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. “Ketahuilah, bahwa setiap kalian
adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang
dipimpinnya.” (H.R. Bukhari No. 2554 dan Muslim No. 1829)
1. Semua apa yang kita pimpin akan ditanya oleh Allah. Kita semua punya tanggung
jawab masing-masing, setiap diri adalah pemimpin. Semua orang yang hidup didunia
menjadi pemimpin.
2. Akhwat ummahat juga merupakan pemimpin di dalam rumah tangga, mengurusi anak,
suaminya. Seorang wanita punya tanggung jawab jauh lebih besar daripada laki-laki
kenapa karena “Al-Ummu madrasatul ula” seorang ibu yang mencetak pemuda-
pemuda militan maka berawal dari seorang wanita yang menjadi wadah, pemimpin,
garda terdepan dan paling utama. S
3. Seorang ibu bisa mencetak pemuda militan, karenanya jangan dianggap sepele wanita
punya kekuatan besar, menjadi semacam stake holder terdepan. Maksudnya bukan
tampil di depan tapi punya tanggung jawab terhadap dirinya, menjaga iffah
kemuliaannya, harga dirinya. Jangan bermudah-mudah selfie, bersosial media. Jangan
sampai wanita mengumbar aurat, yang tidak hak ditampilkan karena akan Allah akan
Tanya pertanggung jawabannya nanti. Jika wanita tidak dibekali ilmu yang benar maka
bahaya.

B. Landasan Ilmu
Rasulullah  bersabda,

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh
Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah No. 224)
1. Belajar itu adalah kewajiban hanya saja kita harus tahu belajar seperti apa yang sifatnya
wajib bagi muslimah. Orang belajar memiliki keutamaan.

2
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.“ (Q.S. Al Mujadilah: 11)
2. Wajib minimal bagi para wanita untuk memahami ilmu. Seorang akhwat ketika
menikah justru memiliki peluang yang sangat besar untuk mendesain generasi militan.
Bermula dari wanitalah akan muncul anak-anak hebat.
3. Jangan sampai berasumsi kenapa harus belajar agama tinggi-tinggi nanti akhirnya di
dapur juga. Ini anggapan keliru, seorang wanita perlu menuntut ilmu agama yang mana
ilmunya akan berguna ketika di dalam rumah untuk keluarganya berguna ketika di luar
rumah. Ini menunjukkan muslimah memiliki peran besar dalam rumah tangga.
4. Kewajiban wanita belajar, jangan beranggapan tidak perlu belajar tinggi-tinggi yang
belajar tinggi suaminya saja. Benar suami memang harus belajar tapi wanita juga
haruslah belajar ilmu agama juga. Jika wanita tidak mau belajar maka akan terjadi
kerusakan. Rusaknya orang hari ini salah satunya juga karena wanita, istri tidak belajar
sehingga tidak mengerti bagaimana mendidik anak dengan baik.

C. Keutamaan Ilmu
Berikut ini adalah keutamaan dari ilmu :
1. Ilmu adalah sebab kebaikan di dunia dan akhirat.
Orang yang berilmu itu berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Di mana pun kita
berada orang yang punya ilmu itu punya kedudukan.
2. Ilmu sebagai benteng dari syubhat dan syahwat
Syahwat ( keinginan kuat dengan dunia ) bisa dikendalikan dengan ilmu.
3. Ilmu menjadi jalan menuju surga

Abu Hurairah , ia berkata bahwa Rasulullah  bersabda,

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (H.R. Muslim No. 2699)
Semua punya waktu yang sama 24 jam sehari, tapi kenapa kita tidak mengaji, lupa
melakukan amal shalih ini menunjukkan waktu yang ada pada diri kita tidak berkah. Karena
waktu yang berkah adalah waktu ketika dimudahkan melakukan amal shalih.

D. Adab Menuntut Ilmu


Di antara adab dalam menuntut ilmu adalah sebagai berikut:
Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
1. Allah memerintahkan kita untuk ikhlas dalam beribadah.
Di antara indikator ikhlas itu adalah dimudahkannya melakukan amal kebaikan
berikutnya.

3
2. Rajin berdoa kepada Allah  memohon ilmu yang bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat akan memberikan dampak yang besar baik jangka pendek,
sedang maupun panjang. Ini menunjukkan bahwa ada ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmu
juga bisa menjadi pahala jariah yang tidak terputus sekalipun kita telah meninggal.

Dari Abu Hurairah , ia berkata bahwa  bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga


perkara (yaitu): sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh”
(H.R. Muslim no. 1631)

• Sehingga kita harus sering berdoa agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat karena ilmu
yang bermanfaat itu bisa dirasakan untuk kita, keluarga kita, kerabat, masyarakat,
lingkungan bahkan negara ini.
• Kita bisa juga memanfaatkan social media dengan menyebarkan tulisan atau kalimat-
kalimat yang menggerakkan untuk melakukan amal shalih. Manfaatkan social media
untuk membagikan kebaikan atau ilmu. Nantinya bisa memberikan dampak positif bagi
yang lain menjadi ilmu yang bermanfaat.
• Berdoa kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat
[Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon thoyyibaa wa ‘amalan
mutaqobbalaa] “Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang
thoyyib dan amalan yang diterima” (H.R. Ibnu Majah No. 925, shahih)
3. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu haus akan ilmu
Abu Hurairah merupakan sahabat Nabi yang belakangan masuk Islam tetapi tidak
menghalangi beliau menjadi salah satu dari perawi hadis yang paling tinggi hafalannya
karena kesungguhannya beliau dalam menuntut ilmu.
Kesungguhan dalam belajar menjadi salah satu modal, adab yang harus kita
tunaikan. Kesungguhan itu menjadi sebab Allah berikan kita kebaikan. Mendapatkan
kebaikan dengan cara yang bersungguh-sungguh maka akan Allah berikan balasan terbaik
untuknya.

4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertakwa kepada Allah 

Kenapa dalam belajar perlu menjauhi maksiat? Karena Ilmu tidak akan masuk ke
dalam hati kita penuh dengan dosa dan maksiat. Seandainya bisa masuk maka yakinlah
ilmu tersebut tidak layak dibagikan, karena dalam dirinya penuh dosa. Kecuali kemaksiatan
yang tidak disengaja, yang kita sudah mencoba menghindari namun masih terjatuh. Tapi
jika kemaksiatan di sengaja sedang kita adalah seorang penuntut ilmu, maka akan sangat
berat mendapatkan keberkahan ilmu itu sendiri.

• Menjauhi maksiat dosa itu perkara yang sangat penting perkara yang besar. Kebaikan
tidak akan bercampur pada hati manusia yang penuh kemaksiatan harus ada yang
mengalah apakah kebaikan atau keburukan.
• Kalau ada orang maksiat jalan terus, ibadah jalan terus hafal Al-Quran hati-hati bisa
jadi ini Allah berikan istidraj yaitu Allah berikan kebaikan sedangkan kemaksiatan

4
jalan terus. Ini lebih berbahaya karena balasannya nanti di hari kiamat Allah akan beri
azab-Nya, ini adalah ujian yang berat.
• Hukum asal ketaatan tidak akan berbaur dengan kemaksiatan, hati kita coba kita
tanyakan lebih dominan taatnya atau maksiatnya. Insya Allah hati yang senantiasa
mencoba untuk melakukan ketaatan maka maksiat jauh dari dirinya. Jika hati dominan
kemaksiatan maka ketaatan jauh darinya. Ilmu tidak akan bisa masuk ke dalam hati
yang dipenuhi kemaksiatan, ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu agama..
• Kalau pun ada orang yang maksiat jalan terus, ibadah lancar hati-hati itu istidraj
pemberian yang Allah berikan nanti azabnya ini lebih berbahaya. Jangan pernah
bersentuhan dengan maksiat yang kita sengaja, apalagi untuk penuntut ilmu karena
dampak maksiat itu besar. Bisa jadi Allah berikan kemudahan kita menuntut ilmu hari
ini kemudian kita berbuat maksiat besuknya kita bisa lupa tentang ilmu-ilmu yang telah
kita pelajari.
Imam Syafi’i  pernah berkata ,

“Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu


beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku
bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli
maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190)
Imam Syafi’i hafalannya hilang karena tidak sengaja melihat betis tersingkap
dari seorang akhwat padahal ini tidak disengaja tapi bisa membuat hafalan hilang. Ingat
akhwat juga bisa terfitnah, karenanya ketika belajar berusahalah menjauhilah maksiat.
Sulit memang kita menghindari maksiat di zaman teknologi ini namun minimal
hati kita menolak itu, jika kita tersandung kemaksiatan maka segeralah bertobat.
Semoga Allah berikan taufik kepada kita semua.
5. Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
Sombong bisa menghilangkan seluruh ilmu yang kita miliki. Allah tidak menyukai
orang angkuh.

Nabi  bersabda:

“Ada empat hal di tengah umatku dari perkara jahiliah, mereka sulit untuk
meninggalkannya; berbangga dengan keturunan, mencela keturunan orang lain, minta
hujan dengan perantaraan bintang-bintang, dan meratapi mayat”. (H.R Muslim)
Kesombongan bisa menghilangkan ilmu, membuat rendah orang yang sombong di
hadapan manusia dan di hadapan Allah. Sebagai penuntut ilmu kita tidak boleh malu
mengkaji ilmu. Di antara dua sifat yang tidak mendapatkan ilmu yaitu ketika sombong dan
malu.
6. Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustaz

5
7. Diam ketika pelajaran disampaikan
Ketika Nabi menyampaikan ilmu, para sahabat khusyu’ mendengarkan. Ini
merupakan bagian dari adab menuntut ilmu. Paham ataupun tidak paham kita wajib diam
dan mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan.
Siapa tahu ilmu hari ini belum paham maka ketika kita suatu saat ada orang yang
menyampaikan ilmu, karena kita mendengar dengan baik masih terekam diotak kita dan
kita ingat di memori kita. Seseorang yang diam dalam belajar, memperhatikan insya Allah
suatu saat Allah bukakan pemahaman kepadanya.
8. Berusaha memahami ilmu syari yang disampaikan
9. Mengamalkan ilmu syari yang telah dipelajari
Jangan hanya ditulis, didengar tapi juga diamalkan yang telah dipelajari. Tahapan
belajar setelah berilmu adalah wajib beramal
10. Berdakwah menyampaikan ilmu berusaha mendakwakan ilmu
Selanjutnya bisa mendakwakan atau menyampaikan ilmu yang telah kita pelajari,
misalnya kepada keluarga kita. Kita mengajak keluarga kita dalam kebaikan. Jagalah
dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.

Allah  berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim: 6)

6
NASIHAT UNTUK MUSLIMAH DALAM MENUNTUT ILMU
7
Nasehat untuk Muslimah dalam Menuntut Ilmu
Oleh Ustazah Azizah Ummu Yasir

“ Tekad yang lemah dalam menuntut ilmu itu adalah musibah “

Solusi Ketika Futur (Syaikh Utsaimin ) :

A. Mengikhlaskan Niat
Cara untuk ikhlas:
a) Mensyukuri atas pertolongan Allah
b) Niatkan untuk mengusir kebodohan di dalam diri sendiri dan orang lain serta
diniatkan untuk mengamalkannya
c) Niatkan untuk menjaga kelestarian ilmu

B. Membersihkan Hati
Imam Syafi’i mengatakan di dalam bait syairnya “saya cerita terhadap guruku tentang
jeleknya hafalanku, maka guruku menasihatiku untuk meninggalkan maksiat. Maka aku
kabarkan kepada engkau bahwa ilmu itu adalah cahaya. Dan ilmu itu tidak akan masuk ketika
hati kita ada noda maksiat”.

C. Perhatikan Adab dalam Menuntut Ilmu


Di antara adab-adab menuntut ilmu, yaitu :
a) Bersemangat dalam menuntut ilmu
b) Tawadu, tidak sombong
c) Menghormati guru dan majelis ilmu
d) Panggil guru dengan panggilan yang baik
e) Didoakan guru-guru kita
Abdullah bin Abbas sedang pergi dengan Zaid bin Tsabit, maka Abdullah bin
Abbas memegang kendaraan Zaid bin Tsabit. Tapi Zaid berkata “ lepaskan”. Abdullah
bin Abbas berkata “ seharusnya kami bersikap seperti ini sebagai murid”.

D. Memperbanyak berdoa kepada Allah


Meminta kepada Allah tentang keberkahan waktu, minta guru terbaik, minta semangat
dalam menuntut ilmu, meminta kesabaran dalam menuntut ilmu.

8
FIQIH KHITAN DAN DARAH KEBIASAAN WANITA

9
Fiqh Khitan dan Darah Kebiasaan Wanita
Ustazah Siwi Ummu Nabilah

Darah kebiasaan wanita adalah suatu ilmu yang wajib untuk dipahami oleh setiap
muslimah agar dirinya bisa menetapkan pada kondisi-kondisi tertentu untuk menetapkan
hukum atau ibadah apa yang boleh dan tidak boleh untuk ia lakukan.
Khitan adalah salah satu dari lima atau sepuluh perkara yang merupakan sunnah-sunnah
fitrah. Sunnah fitrah adalah sunnah-sunnah atau perbuatan-perbuatan yang dahulu para nabi
terdahulu juga diperintahkan untuk melakukan semacamnya. Seorang manusia diciptakan
diatas fitrah tersebut, kemudian seseorang yang melaksanakan perbuatan-perbuatan yang
merupakan fitrah maka sejatinya dia memelihara fitrah seorang manusia.
Khitan adalah salah satu ibadah yang merupakan sunnah fitrah. Khitan adalah memotong
kulit yang menutupi hasyafa (kepala dzakar) bagi laki-laki. Ketika seorang bayi laki-laki lahir
maka kepala dzakarnya tertutup kulit tipis. Saat khitan, kulit tersebut dipotong dan sisa kulitnya
ditarik ke bawah sehingga hasyafahnya tidak tertutup kulit.
Khitan bagi wanita adalah memotong bagian bawah kulit yang berada di atas kemaluan
atau di atas tempat keluarnya bayi yaitu clitoral hood, yang bentuknya menyerupai jengger
ayam.
Ada yang mengatakan khitan untuk wanita adalah memotong bagian yang menyerupai biji
yang letaknya di atas lubang kemaluan. Yang dimaksud para ulama adalah hanya menyayat
sedikit. Adapun jika dipotong seluruh labia minora atau labia mayora maka ini disebut praktek
khitan fir’auni. Praktek semacam ini tidak diperbolehkan.
Adapun khitan yang sesuai dengan sunnah hanya memotong sedikit saja bagian jengger
ayam, tidak menghilangkan seluruhnya atau memotong bagian yang besar sekali.
Perlu diketahui menurut dokter Raehanul Bahraen hafizhahullah, beliau memaparkan
bahwasanya di Indonesia terdapat undang-undang yang melarang praktek khitan, dengan cara
apapun itu. Maka jika ingin berkhitan maka perlu dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
tenaga medis yang berkompeten. Maka jika ada larangan pemerintah tentang khitan tersebut,
maka tidak masalah menaati pemerintah dengan tidak berkhitan bagi wanita. Adapun laki-laki
tentunya diperbolehkan berkhitan karena akan memberikan dampak kesehatan yang besar.
Hukum khitan
Bagi laki-laki hukumnya wajib. Bagi wanita hukumnya mustahab (sunnah) dan perkara
mulia.
Kenapa bagi laki-laki wajib? Karena ketika laki-laki tumbuh dewasa atau baligh kemudian
belum dikhitan maka jika kulit dari hasyafah (kepala dzakar) tidak dipotong, tatkala buang air
kecil akan ada sisa air kencing di antara hasyafah dan kulit yang menutupi hasyafah. Jika masih
tersisa air kencing maka istinjanya tidak sempurna dan masih menyisahkan najis yang akan

10
menyebabkan wudhunya tidak sempurna. Oleh karenanya, bagi laki-laki hukumnya menjadi
wajib.
Adapun fungsi khitan bagi wanita adalah untuk menurunkan syahwat yang terlalu
menggelora. Manfaat khitan bagi wanita ini tidak berkaitan berlangsung mengenai keabsahan
ibadah. Dalilnya yaitu sabda Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam (yang artinya),”Janganlah
berlebihan (dalam memotongnya). Karena hal itu lebih utama bagi wanita dan lebih disukai
suami”. (HR.Abu Daud no. 5271 dan dinilai shahih oleh Syaikh al Albani).
Ulama berselisih pendapat mengenai hukum khitan bagi wanita apakah wajib atau sunnah.
Yang lebih mendekati, khitan bagi wanita hukumnya sunnah atau mustahab. Tetapi jika di
negara kita dilarang untuk melakukan khitan dan demi menghindari mudharat yang lebih besar
maka tidak bermasalah meninggalkan khitan bagi wanita sebagai bentuk ketaatan kepada ulil
amri.

Darah Kebiasaan Wanita


Ada tiga darah yang keluar dari kemaluan wanita yaitu Haid, Nifas, Istihadhah. Masing-
masing darah memiliki hukum tersendiri.
Haid secara bahasa adalah aliran sesuatu, adapun secara istilah adalah darah kebiasaan
yang keluar dari dinding rahim wanita di waktu tertentu dalam kondisi sehat bukan karena
melahirkan. Kalau keluar di luar waktunya dan tidak dalam kondisi sehat maka darah tersebut
adalah darah istihadhah. Adapun darah yang keluar ketika melahirkan maka ini adalah darah
nifas.
Haid adalah ketetapan Allah bagi wanita. Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang
artinya): “Sesungguhnya ini (haid) adalah perkara yang ditetapkan Allah bagi wanita keturunan
Adam”. (HR. al-Bukhari No. 294). Maka ini kisahnya dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, tatkala
beliau sedang berhaji ia mendapati dirinya haid lantas Aisyah pun menangis. Ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi was sallam masuk, beliau melihat Aisyah menangis. Beliau pun bertanya:
Kenapa engkau menangis?, lalu Aisyah pun menceritakan bahwa dirinya sedang mengalami
haid. Maka kemudian Nabi mengatakan: “Bahwa haid adalah ketetapan Allah bagi wanita
keturunan Adam, lakukan apa seperti orang berhaji lakukan kecuali thawaf di Baitullah sampai
engkau suci” Kemudian ketika idul adha, Aisyah pun suci.
Tidak Ada Batasan Usia
Tidak ada batasan usia minimal atau maksimal seorang wanita mengalami haid. Begitu
pula tidak ada batasan minimal atau maksimal masa haid. Kapanpun seorang wanita mendapati
dirinya dengan ciri-ciri haid, maka saat itulah dia mengalami haid. Inilah pendapat Syekh Ibnu
Utsaimin).
Namun untuk tataran praktek lebih mudah untuk menerapkan yang disampaikan jumhur
ulama dan madzhab syafi’iyyah. Jumhur ualama atau mayoritas ulama, meneptakan maksimal
dan minimal masa haid yaitu maksimalnya 15 hari dan minimalnya adalah satu hari satu malam
berarti untuk masa sucinya minimal 15 hari.

11
Tidak ada batasan usia minimal, dalam hadis disebutkan (yang artinya):”Jika seorang anak
gadis berusia 9 Tahun maka dia telah dewasa”. Maka ini umumnya pada masa dahulu (masa
shahabiyah), anak-anak usia 9 tahun sudah mengalami haid. Seandainya ada anak yang usianya
kurang dari 9 tahun kemudian didapati darah yang sifatnya sama seperti darah haid maka
dikatakan itu adalah haid.
Adapun atsar yang lain jika perempuan sudah mencapai 50 tahun, maka telah lewat masa
haid namun kita dapati diumur tesebut atau sudah melewati 50 tahun masih mengeluarkan
darah dengan sifat yang sama dengan darah haid maka itu adalah darah haid.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),“Mereka bertanya kepadamu tentang haid.
Katakanlah, “ Haid itu adalah suatu kotoran”.Oleb sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haid dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci”. (QS.
Al Baqarah: 222). Adapun berdasarkan ayat diatas batasan seorang suami dilarang menggauli
istrinya yaitu sampai mereka suci.
Mulainya Masa Haid atau Tandanya
Mulainya masa haid ditandai dengan keluarnya darah kehitaman, kental, dan busuk pada
waktu yang memungkinkan munculnya haid. Kemudian jika yang keluar semacam flek atau
lendir (tidak seperti biasanya) yang berwarna kecoklatan bagian ini juga termasuk bagian dari
haid jika memang ini bersambung dengan masa haid.

Berakhirnya Masa Haid


Berakhirnya darah serta cairan kekuningan dan keruh (ash shufrah wal kudrah), yang ditandai
dengan munculnya salah dari dua hal (tanda suci) berikut:
1. Al jufuf (kering). Jika seorang wanita meletakkan kain atau kapas di kemaluannya
kemudian ketika kapas itu dikeluarkan tetap kering (tidak ada noda darah)
2. Keluarnya al qashshatul baidha’. (cairan yang berwarna putih yang keluar dari rahim
ketika berakhirnya darah haid). Adapun warnanya kadang berwana putih seperti kapur dan
putihya pun berbeda-beda tergantung kondisi masing-masing wanita. Mungkin sebagian
wanita tidak seputih kertas HVS, mungkin umumnya putih keruh (sedikit sekali) namun
keruhnya tidak mendominasi maka bisa jadi itu adalah al qashshatul baidha’ bagi wanita
tersebut. Dan adapun jumlahnya dari qashatul baidha’ adalah tidak harus banyak, mungkin
hanya sedikit karena kondisi setiap wanita berbeda-beda.
Ulama berpendapat bahwa Al qashhatul baidha’ adalah tanda suci yang lebih meyakinkan
daripada al jufuf karena al jufuf (kering) kadang-kadang terjadi di tengah-tengah haid. Misalnya
terkadang sekarang didapati haidnya keluar, kemudian selama 5 atau 6 jam berhenti keluar
kemudian setelah 6 jam keluar lagi. Hal ini menyebabkan sebagian wanita salah paham, dikira
sudah berhenti padahal masih masa haid. Kemudian ini bisa ditandai dengan minimal masa
haid pendapat para ulama yaitu satu hari satu malam, jika sudah satu hari satu malam kemudian
tidak keluar darah haid maka memang benar-benar sudah suci. hal ini Berdasarkan perkataan

12
Aisyah radhiyallaahu ‘anha,:“Janganlah kalian tergesa-gesa hingga kalian melihat al
qashshatul baidha”. Maksud beliau, hal itu adalah tanda suci dari haid.
Ash shufrah adalah cairan kekuningan seperti cairan pada luka (nanah). Sedangkan Al
kudrah adalah cairan yang masih bercampur dengan warna merah darah sehingga berbentuk
nanah yang bercampur antara warna putih dengan darah mungkin sedikit kecoklatan.
Berkaitan dengan sufrah wal kudrah biasanya muncul diawal masa haid atau diakhir masa
haid. Kemudianya jika keluar di akhir-akhir masa haid maka ada kaidahnya:
1. Ash shufrah wal kudrah yang keluar setelah keluarnya tanda suci, maka tidak teranggap
haid. Misalnya seorang waninta mengalami haid yang normal kemudian diakhir haid ada ash
shufrah wal kudrah setelah ash shufrah wal kudarh keluar kemudian keluar tanda suci yaitu al
qashshatul baidha’ setelah itu itu keluar lagi Ash shufrah wal kudrah. Maka Ash shufrah wal
kudrah semacam ini tidak lagi teranggap sebagai haid karena keluar di masa suci.
2. Ash shufrah wal kudrah yang bersambung dengan haid sebelum keluarnya tanda suci,
maka teranggap haid. Misalnya haid kemudian keluar Ash shufrah wal kudrah dan belum
keluar tanda suci, maka Ash shufrah wal kudrah yang keluar sebelum tanda suci itu maka ini
teranggap haid.

Perkara yang Diharamkan Bagi Wanita Haid atau Nifas

• Shalat

Maka para ulama bersepakat wanita yang haid dan nifas terlarang untuk shalat baik
itu shalat wajib atau shalat sunnah. Kemudian para ulama juga bersepakat mengenai
gugurnya kewajiban shalat dan tidak ada kewajiban untuk menggadha’ shalat ketika dia
telah suci. Hal ini berdasarkan hadis Abu Said al-Khudri, bahwasaya Nabi sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Bukankah ketika seorang wanita itu haid maka
dia tidak shalat dan tidak berpuasa, maka itulah kekurangan agamanya”.
Banyak pertanyaan dari para wanita misalnya sudah masuk waktu shalat namun belum
melaksnakannya karena udzur tertentu, maka apakah wajib bagi dirinya mengganti shalat
tersebut ketika dirinya sudah suci. Dari masalah ini terdapat khilaf atau perbedaan
pendapat dari para ulama. Akan tetapi saya cenderung pada pendapat bahwa tidak ada
kewajiban bagi para wanita yang dia masuk waktu shalat dan belum mengerjakan shalat
lalu dia haid maka tidak ada kewajiban untuk menggadha shalat karena mungkin hal ini
ditemukan pada masa rasulullah, namun rasulullah tidak memerintahkan para shahabiyah
untuk menggadha shalatnya ketika mereka sudah suci. Kesimpulannya tidak ada
kewajiban untuk menggadha shalat.
Kasus lain, ketika seseorang suci dari haid atau nifas sebelum tenggelam matahari
(berarti masih diwaktu shalat ashar) atau sebelum terbitnya waktu fajar berarti masih
malam hari maka apakah wajib baginya menggadha shalat? Maka wajib baginya
menggadha shalat yang masih satu waktu dengan shalat tersebut. Ulama punya kaidah

13
yaitu waktu shalat yang kedua adalah waktu shalat bagi pertama dalam kondisi udzur, ini
berlaku untuk shalat-shalat yang bisa dijamak misalnya magrib dengan isya dan dhuhur
dengan ashar.
Misalnya seseorang suci di waktu sebelum tenggelam matahari yaitu waktu ashar
maka dia memiliki kewajiban untuk menggadha shalat dhuhur karena statusnya di waktu
dhuhur belum suci. Maka mengerjakan shalat dhuhur dan ashar diwaktu shalat ashar
tersebut. Begitupula jika dia suci sebelum terbit fajar maka memiliki kewajiban untuk
melaksanakan shalat magrib dan isya. Apakah apa itu termasuk waktu shalat isya sampai
terbit fajar? Shalat isya memiliki dua waktu yaitu waktu ikhtiyari yaitu seseorang yang
tidak ada udzur, maka wajib melaksanakan shalat isya diwaktu ikhtiyari yakni sejak
hilangnya warna kemerahan dilangit sampai separuh malam atau sepertiga malam dan
waktu dhoruri yaitu jika seseorang ada udzur syar’i maka seseorang masih bisa
melaksanakan shalat isya yaitu dimulai dari separuh malam atau sepertiga malam sampai
sebelum terbitnya fajar.

• Puasa

Para ulama bersepakat bahwa wanita yang haid atau nifas wajib meninggalkan puasa
ramadhan namun dirinya memiliki kewajiban untuk menggadha puasa tersebut dihari-hari
yang lain.
hal ini didasarkan perkataan Aisyah radhiyallahu ‘anhu ada seorang wanita bernama
mu’adza bertanya kepada Aisyah,”Kenapa wanita diperintahkan untuk menggadha puasa
akan tetapi tidak diperintahkan untuk menggadha shalat?” Lantas Aisya bertanya: Apakah
anti wanita haruriyah?, Haruriyah adalah salah satu kelompok sesat yang memiliki paham
sebagaiman paham khawarij yang paham pokoknya menolak sunnah. Kemudian mu’adza
menjawab: Saya bukan haruriyah namun saya hanya bertanya. Maka aisyah menjawab:
Dulu kami mengalami hal itu, kami diperintahkan untuk menggadha puasa tapi tidak
diperintah untuk menggadha shalat. Jawaban Aisyah singkat padat dan jelas, yang intinya
Nabi yang memerintahkan seperti itu maka kami taati. Maka ini berlaku untuk semua hal,
jika Nabi memerintahkan sesuatu tentang hal yang dilaksanakan atau ditinggalkan maka
jawabanya karena Nabi yang memerintahkan dan melarangnya. Maka alasan itu sudah
cukup bagi kita untuk melaksankan dan meninggalkan suatu perbuatan.
Apabila seorang wanita suci sebelum terbit fajar akan tetapi belum mandi haid, maka
berkaitan dengan puasanya maka dia boleh-boleh saja berpuasa meskipun belum mandi
haid dan mandi haidnya setelah azan berkumandang.
Kemudian seorang wanita suci dari haid sebelum tenggelam matahari misalnya masih
dipertengahan siang misalnya suci dari haid jam 12 siang, maka apakah ada kewajiban
untuk imsak (berhenti) tidak boleh makan dan minum. Maka tidak ada kewajiban untuk
imsak atau menahan dari makan dan minum, maka boleh-boleh saja untuk makan dan
minum karena dirinya tadi tidak berpuasa diawal hari sampai tengah hari dikarenakan
udzur syari’ (syariat yang memerintahkan dirinya untuk tidak berpuasa). Tetapi tetap ada
kewajiban untuk menggadha puasanya meskipun suci ditengah-tengah hari.

14
• Jima’ (berhubungan badan dengan suami)

Maka yang diharamkan bagi wanita adalah berhubungan badan dengan suami
dikemaluan. Adapun kemudian suaminya menikmati bagi yang selain kemaluan maka itu
boleh-boleh saja asalkan bukan di kemaluan. Adapun ketika wanita sudah suci dari haid
namun belum mandi maka suaminya belum boleh untuk menjimai’. Suami boleh
menjimai’ tatkala istrinya sudah mandi wajib.

• Thawaf

Thawaf seluruhnya terlarang bagi wanita yang haid atau nifas. Untuk thawaf ifadhah
maka kewajibannya ini tidak gugur dengan adanya haid. Maka ini perlu ditunggu, ketika
haid selesai kemudian baru melaksanakan thawaf ifadhah. Atau ketika sampai di mekkah
belum suci maka setelah suci hendaknya melaksanakan thawaf. Adapun untuk thawaf
wadha’ maka gugur kewajiban bagi wanita haid. Maka ketika selesai rangkaian haji
kemudian kurang thawaf wadha’ maka boleh-boleh saja bagi wanita haid tidak
melaksanakannya. Karena jika menunggu wanita ini selesai dari haidnya maka tentu akan
memadharatkan rombonganya, harus mununggu satu orang biar bisa thawaf wadha’ maka
tentu ini merepotkan atau menyusahkan oleh karenanya gugur kewajibannya untuk thawaf
wadha’.

• Talak (cerai)

Suami tidak boleh mentalak istrinya dalam kondisi haid. Dalilnya yaitu, “Apabila
kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka disaat mereka
dapat menghadapi iddahnya dengan wajar”. Maksudnya istri itu hendaknya ditalak
diwaktu suci sebelum disetubuhi. Jika istri ditalak setelah disetubuhi maka tidak diketahui
apa hasilnya menghasilkan anak atau tidak. Jika menghasilkan anak maka akan
kebingungan akan menggunakan batas apa iddahnya apakah dengan tiga kali haid atau
dengan kelahiran oleh karenanya tidak boleh pada kondisi setelah disetubuhi.
Perkara yang Diperbolehkan bagi Wanita Haid

• Berdzikir dan membaca al-qur;an (dengan hafalan).


• Sujud tilawah ketika mendengar ayat-ayat sajadah.
• Menyentuh mushaf (dengan kain pembatas).

Para ulama memberikan batas mushaf yaitu yang tidak ada perkataan manusianya.
Disini ada khilaf para ulama, Apakah boleh menyentuh mushaf secara langsung atau tidak?
Maka untuk berhati-hati gunakan kain pembatas jika yang digunakan mushaf yang intinya
tidak menyentuhnya secara langsung misalnya menggunakan sarung tangan. Adapun yang
digunakan mushaf terjemahan, aplikasi Al-Qur’an atau kitab tafsir maka boleh-boleh saja
menyentuhnya secara langsung.

• Suami membaca al-qur;an dengan posisi kepalanya berada di pangkuan istrinya yang
sedang haid, maka boleh-boleh saja karena Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
melakukan semacam itu.

15
• Menghadiri shalat ied.

Berdasarkan sabda Nabi sallallahu ‘alihi wa sallam,:“Hendaknya para budak, wanita


dalam pingitan dan wanita haid keluar menuju tempat shalat ied agar mereka dapat
menyaksikan kebaikan dan syiar kaum mukminin”. Hendaknya para wanita menjauh dari
tempat shalat. Maka jika kita menghadiri shalat ied hendaknya kita tidak duduk ditengah-
tengah shaf karena itu termasuk memutus shaf, oleh karena itu kita menjauh dari tempat
shalat.

• Masuk kedalam masjid, asalkan dirinya bisa menjaga agar darahnya tidak mengotori
lantai masjid.
• Suami makan atau minum makanan dan minuman yang sama milik istrinya yang
sedang haid.
• Melayani suami.
• Tidur suaminya dalam satu selimut

Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari seorang wanita setelah melahirkan atau ketika
melahirkan atau 2 sampai 3 hari sebelum melahirkan yang disertai rasa sakit (kontaksi).
Apabila tanpa disertai rasa sakit, maka darah yang keluar merupakan darah istihadhah.
Batas nifas
Tidak batas minimal nifas, jika nifas keluar hanya satu kali maka nifasnya seleesai satu
hari dan untuk ini jarang terjadi. Adapun batas maksimalnya ulama berselisih pendapat, ada
yang berpendapat paling lama 40 atau 60 hari.
Hukum wanita nifas sama seperti wanita haid kecuali:

• pada masa iddah, maka iddah bagi wanita yang hamil adalah melahirkan. Maka
perhitungan iddah wanita yang hamil, sudah berakhir dengan kelahiran si bayi.
Sedangkan yang selan itu harus menunggu tiga kali quru'/masa haid. Nifas tidak
dihitung dalam perhitungan haid.
• Baliqh, salah satu tanda baliqhnya seorang wanita adalah haid. Adapun seorang wanita
belum pernah haid kemudian hamil ini untuk pernikahan anak yang masih beranjak
dewasa yang baru saja dijimai’ kemudian langsung hamil tidak pernah merasakan yang
namanya haid. Maka kehamilannya yang keluarnya mani si wanita itulah terhitung
masa baliqhnya.
• Ila’ yaitu seorang laki-laki bersumpah untuk tidak menjimai’ istrinya selamanya atau
lebih dari 4 bulan. Apabila sudah tepat 4 bulan maka suaminya di beri pilihan ruju’ atau
thalak.

16
Cara Mandi Haid dan Nifas

• Berniatdi dalam hatii untuk mandi wajib.


• Mencuci tangan tiga kali lalu mencuci kemaluan.
• Berwudhu dengan wudhu sempurna.
• Mengguyur kepala tiga kali dan membasahi kulit kepalanya, hendaknya rambutnya
diurai dan benar-benar di gosok.
• Meratakan air ke seluruh badannya termasuk lipatan-lipatan di tubuh, dibawah
tenggorokan, ketiak, pusar, belakang lutut:.
• Disunnahkan mengusap farjinya dengan kapas yang sudah dibubuhi parfum setelah
mandi. Dengan catatan, hal itu tidak memudharatkan.

Istihadhah
Adalah darah yang mengalir dari kemaluan wanita secara terus-menerus tanpa terputus
atau hanya terputus dalam masa yang singkat, misalnya satu atau dua hari. Wanita dalam
kondisi istihadhah hukumnya sebagaimana wanita yang suci yaitu tidak dilarang shalat, puasa
atau berjima’ dengan suami.
Kaidahnya :
➢ Apabila darah tersebut mengalir diluar masa haid atau nifas serta tidak bersambung
dengan dara haid maka darah tersebut adalah darah istihadhah, kemudian apabila juga
dikuatkan dengan sifatnya yang berbeda dengan darah haid.

Adapun jika sifatnya sama dengan darah haid maka perlu memperhatikan beberapa
hal. Contohnya baru seminggu berhenti kemudian keluar darah lagi, apakah itu istihadhah?
Maka perlu dilihat. **Misalnya haid cuma 5 hari kemudian suci, lalu baru seminggu keluar
darah lagi maka tidak semerta-merta langsung dihukumi istihadhah tetapi bisa
menggunakan patokan madzhab syafi’i yaitu batas haid 15 hari karena ini baru 5 hari maka
masih ada 10 hari lagi memungkinkan masih haid maka jika sifatnya sama dengan darah
haid, bisa jadi ini adalah darah yang setelah 7 hari tadi adalah darah haid (darah yang
terputus). Kemudian bila akumulasinya genap 15 hari maka selebihnya adalah istihadhah.
➢ Apabila darah tersebut bersambung dengan darah haid maka perlu melihat tiga kondisi
berikut:
• Wanita tersebut itu memiliki kebiasaan siklus haid yang teratur sebelum
istihadhah maka dia menunggu sebagaimana waktu haid biasanya lalu bersuci
kemudian shalat jika masa haidnya sudah berakhir.
• Wanita tersebut tidak memiliki kebiasaan atau siklus haid yang teratur, namun
darahnya dapat dibedakan sifatnya maka ketika darahnya memiliki sifat seperti
haid maka dia berhenti shalat. Jika darahnya tidak sebagaimana darah haid,
maka dia shalat

Darah haid itu hitam kehitaman terus kental kemudian berbau busuk sedangkan
darah istihadhah biasanya bersifat merah darah atau cerah kemudian tidak
berbau busuk.

17
• Wanita tersebut tidak memiliki siklus haid yang teratur (anak-anak yang baru
haid) dan darahnya tidak bisa dibedakan sifatnya, maka wanita tersebut
menetapkan masa haidnya sebagaimana masa haid yang dialami oleh umumnya
saudari atau kerabat dekatnya setiap bulannya karena pada umunya yang
memiliki hubungan kekerabatan itu fisiologisnya hampir mirip maka kondisinya
juga hampir mirip.

Cara Wanita Istihadhah untuk Bersuci

• Dia wajib mandi jika telah suci dari haidnya meskipun darahnya masih keluar, karena
menurut perhitungannya ini adalah sudah selesai haid.
• Mencuci farjinya untuk membersihkan darah setiap kali akan shalat dan mengenakan
pembalut untuk menahan darah yang keluar serta menahannya dengan kuat agar tidak
terjatuh. kemudian dia berwudhu setiap kali shalat.

Beberapa pertanyaan
1. Bagaimana dengan obat perhenti haid saat melakukan umrah dan haji, misalnya Qadarullah
saat ingin umrah dan haji kita ketahui bahwa tanggal tersebut adalah silklus kita haid apakah
boleh mengkonsumsi obat tersebut 2 atau 3 hari sebelumnya?
Untuk obat penghilang haid, apabila terpenuhi syaratnya maka tidak masalah jika
dikomsumsi. Syaratnya obat tersebut tidak meninggalkan mudharat pada tubuh karena bisa jadi
untuk obat memiliki efek samping tertentu, kemudian sudah mendapatkan izin dari suami.
2. Mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang kadang mengubah siklus pola haid wanita,
dimana terkadang lebih panjang dan berbeda ketika tidak memakai alat kontrasepsi tersebut.
Apakah menggunakan alat tersebut menjadi dosa ketika kami meninggalkan shalat karena
memang masa haidnya panjang
Alat-alat kontrasepsi adalah obat-obat hormonal. Yang mana dalam madzhab syafi’inya
maksimal haid adalah 15 hari karena bisa jadi yang menggunakan alat kontrasepsi keluarnya 3
hari kemudian bersih 1 hari lalu keluar lagi 1 hari maka bersih atau haidnya tidak teratur maka
perhitungannya adalah akumulasi dari hari-hari haid tersebut itu adalah totalnya 15 hari maka
itu termasuk haid (yang terputus-putus) yang lebih dari itu adalah istihadhah.
3. Jika malam sudah berhenti haid dan benar-benar kering, lalu pagi kembali muncul atau
sebaliknya atau siang berhenti malam muncul lagi maka apakah berkewajiban melaksanakan
shalat dan puasa?
Harus dilihat dulu jika masih dalam hitungan haid maka maka tidak boleh untuk shalat dan
berpuasa. Tetapi jika bukan, lalu wanita ini terhenti dari haid tanda-tanda sucinya benar-benar
sudah telah keluar atau keringnya ini mendekati satu hari satu malam maka boleh kemudian
bersuci dan melakukan kewajibannya. Jika misalnya terhenti hanya 6 jam, maka ini bukan
waktu yang menyakinkan, karena haid terkadang berhenti untuk keluar selama 6 jam lalu nanti
keluar lagi.

18
4. Jadi tidak pernah haid dari gadis sampai memiliki anak, pernah sekali waktu gadis kemudian
waktu sudah menikah tidak pernah lagi dan setelah dicek juga tidak ada penyakit. Jika saya
memasang KB IUD haid apakah itu tetap dihukumi haid atau bagimana?
Jika penggunaan IUD menyebabkan perlukaan di dinding rahim, maka perlu dilihat sifat
darah yang keluar. Jika darah yang keluar semisal dengan sifat darah haid maka dihukumi
sebagai haid, namun jika darah yang keluar semisal sifat darah istihadhah maka itu darah
istihadhah.
5. Saya pernah haid selama lebih dari 3 minggu dengan itensitas darah yang keluar setiap
harinya adalah sama. Saya pernah diberitahu teman bahwa setelah 15 hari meskipun masih haid
maka sudah bisa shalat.
Dalam madzhab syafi’i maka jika haid ini memanjang tidak terputus sama sekali maka
yang teranggap haid yaitu hari pertama sampai ke hari 15 adapun lebihnya adalah masa suci
maka darah yang keluar adalah darah istihadhah.

‫وهلل أعلم بالصواب‬

19
FIQIH SHALAT 1
20
Fiqh Shalat Wanita 1
Ustazah Siwi Ummu Nabila
Fiqih Wudhu
Wudhu adalah salah satu syarat sahnya shalat maka hal ini perlu diperhatikan.
Syarat Sahnya Wudhu
1. Islam
Wudhu atau ibadah-ibadah lain bisa sah atau diterima Allah subhanahu wa ta’ala tatkala
pelakunya atau orang yang melakukannya beragama Islam. Jika orang tersebut melakukan
ibadah-ibadah yang kecil maupun besar kemudian tidak dalam kondisi beragama Islam maka
ibadahnya tersebut tidak diterima oleh Allah.
Maka perlu bagi kita untuk memperhatikan tentang macam pembatal-pembatal keislaman,
terkadang dalam pembahasan akidah ada materi-materi pada hal-hal yang merupakan pembatal
keislaman. Orang tersebut mengetahui atau tidak pembatal keislaman, maka ini tidak
berpengaruh bisa jadi disisi Allah batal keislamanya tanpa ia sadari atau tanpa mengucapkan
bahwa dirinya telah keluar dari agama Islam tetapi karena itu perkara yang membatalkan
keislamannya maka Allah tidak menerima amal ibadahnya. Diantara pembatal keislaman salah
satunya adalah melakukan atau pelaku sihir seperti menyihir orang lain. di zaman sekarang
sihir bisa berupa santet. Sihir semacam ini adalah salah satu bentuk pembatal keislaman.
2. Niat
Niat harus ada pada semua amal ibadah. Niat untuk wudhu tidak dilafadzkan, seseorang
hanya berniat dalam hati bahwa dirinya akan melakukan wudhu untuk menghilangkan hadas
kecilnya. Maka ini sudah termasuk niat yang teranggap, tidak perlu kemudian untuk
melafadzkan niat karena Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tidak
melakukannya maka kita cukupkan dengan petunjuk dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Menggunakan air yang suci dan dapat mensucikan
Air yang suci semacam mata air, air kran, air sungai. Kemudian air yang dapat mensucikan
yaitu yang bisa digunakan sebagai alat untuk bersuci. Air yang semacam teh, susu statusnya
suci namun tidak bisa untuk mensucikan. Maka yang diperbolehkan untuk berwudhu atau
untuk thaharah yang lain yaitu mandi adalah air yang suci dan mensucikan. Bahkan sebagian
ulama juga mempersyaratkan bahwa airnya harus didapatkan dengan cara yang mubah,
misalnya mata air milik sendiri atau membelinya. Sebagian ulama berpendapat jika airnya
bukan mubah atau didapat dengan cara yang haram misalnya dengan mencuri maka ini tidak
sah wudhunya. Tetapi yang lebih tepat wudhunya tetap sah akan tetapi telah melakukan dosa.
4. Menghilangkan penghalang-penghalang wudhu sebelum berwudhu.
Penghalang-penghalang wudhu adalah yang bisa menyebabkan air wudhu terhalangi untuk
sampai ke kulit misalnya kutek atau beberapa kosmetik modern. Maka apabila kosmetik atau
bahan tersebut itu bisa membuat lapisan di atas kulit atau di anggota wudhu maka air tidak bisa

21
tertembus pada kulit. Para ulama mencontohkan dengan adonan roti, jika seseorang membuat
adonan roti kemudian diulenin bisa jadi adonan ini menempel di kulitnya maka ini akan
menghalangi air wudhu masuk ke kulit yang tertutupi adonan roti tersebut. Hal-hal seperti ini
perlu diperhatikan, jika apa yang digunakan menghalangi air sampainya ke anggota wudhu
maka selayaknya ketika ingin berwudhu dibersihkan terlebih dahulu meskipun kosmetik itu
digunakan untuk berhias di hadapan suami karena keabsahan wudhu sangat berpengaruh pada
keabsahan shalat.
Di zaman sekarang muncul produk kutek halal. Yang disebut halal yaitu tidak mengandung
bahan-bahan yang haram. Namun, dalam kaitannya dengan wudhu apakah benar-benar dapat
tertembus air atau tidak maka ini harus diperhatikan dan dikritisi.
Begitu juga dengan kosmetik yang lain, yang sifatnya tidak bisa bercampur dengan air
seperti penggunaan lipstik karena lipstik rata-rata bahan dasarnya adalah lemak sehingga
seperti yang kita ketahui lemak dan air tidak akan bisa bercampur. Apalagi kalau sifatnya
waterproof maka ini tidak bisa hilang hanya dengan penggunaan air wudhu harus dengan
micellar water. Maka perlu berhati-hati dalam menggunakan kosmetik seperti ini.
Adapun inai (pacar kuku), ini hanya sekedar mewarnai saja tidak sampai melapisi. Maka
ini tidak masalah jika digunakan pada anggota wudhu.
5. Istinja (cebok atau membersihkan tempat keluarnya kotoran) sebelum berwudhu jika
didapati hal-hal yang mewajibkannya.
Apabila seseorang buang air kecil atau buang air besar dan ini lakukan sebelum berwudhu
maka wajib baginya untuk beristinja sebelum berwudhu. Adapun istinja yang dilakukan setelah
berwudhu maka dia akan menyentuh kemaluan tanpa penghalang maka ini akan membatalkan
wudhu.

Kewajiban atau Rukun Wudhu


Rukun wudhu adalah sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 6:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian hendak menunaikan shalat maka basuhlah
wajah-wajah kalian dan basuhlah tangan-tangan kalian sampai ke siku dan usaplah kepala
kalian dan basuhlah kaki kalian sampai ke mata kaki...”
1. Membasuh wajah, termasuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam
hidung).
Cara yang tepat adalah kita mengambil air dengan kedua telapak tangan kemudian
sebagian dimasukkan ke dalam mulut (dikumur-kumur) dan sisanya dimasukkan ke dalam
hidung dengan cara dihirup (disedot dengan udara) kemudian langsung dikeluarkan dengan
udara pula. Bukan sekedar memasukkan jari yang basah ke dalam hidung atau sekedar
menyentuh-nyentuh bagian hidung, maka ini tidak tepat. Setelah itu membasuh wajah, dimulai
dari tempat tumbuhnya rambut bagian atas sampai pada pertemuan dua tulang rahang di area
dagu dan sampai di kanan kiri batas telinga.

22
Yang disunnahkan adalah menarik air sampai ke pangkal hidung bagi yang tidak berpuasa
namun bagi yang berpuasa maka tidak boleh sampai ke pangkal hidung (memasukkan air
secukupnya saja).
2. Membasuh kedua tangan sampai siku
Tangan dimulai dari ujung jari kemudian berjalan sampai ke arah siku kemudian diputar-
putar. Sebagian muslimah memakai lengan baju panjang kurang mengangkat lengan baju
sampai atas siku sehingga bagian siku tertutupi (menyebabkan bagian siku tidak terbasuh).
Oleh karena itu, hendaknya menggunakan baju dengan lengan longgar sehingga pembasuhan
siku ini dilakukan dengan sempurna.
3. Mengusap seluruh bagian kepala termasuk telinga.
Dimulai dari depan bagian kepala tempat tumbuhnya rambut sampai belakang, di atas
tengkuk kemudian kembali lagi ke depan. Setelah itu memasukkan jari telunjuk ke lubang
telinga dan ibu jari di belakang daun telinga. Ibu jari lantas digerakkan dari atas ke bawah daun
telinga. Ini hanya dilakukan sekali saja. Yang perlu diingat, untuk bagian kepala maka caranya
adalah dengan diusap bukan dibasuh. Yaitu dengan mengambil air di kran kemudian air yang
ada di telapak tangan dilepas. Tangan yang masih basah tadi lantas diusapkan kepada semua
area atau sebagian besar kepala. Bukan dengan cara menuangkan air secara langsung di atas
kepala.
4. Membasuh kaki sampai kedua mata kaki.
5. Tertib
Tertib adalah berurut sesuai dengan yang Allah perintahkan, melakukanya dari rukun yang
pertama, kedua dan seterusnya.
6. Muwalah (berturut-turut)
Artinya setelah mengerjakan salah satu rukun tidak berselang lama kemudian mengerjakan
rukun yang lainnya. Sebagian ulama ada yang memaknai apabila anggota badan sebelumnya
belum mengering maka ini masih masuk muwalah. Artinya, apabila ada jeda waktu sebentar
(tidak terlalu lama) maka ini tidak masalah selama niat masih ada dalam hati, tidak berniat
untuk membatalkan wudhu.
Misalnya kita dalam kamar mandi lalu ada yang mengetuk untuk meminta sabun maka ini
tidak masalah jika dibukakan pintu. Jarak antara salah satu anggota wudhu dengan
membukakan pintu ini tidak terlalu lama maka hal ini tidak mengapa dilakukan. Tidak harus
menunggu sampai selesai berwudhu.

Sunnah-sunnah Wudhu
1. Tasmiyah (membaca basmalah di awal wudhu).
Bagaimana jika dilakukan berwudhu di dalam kamar mandi? Maka sebagian ulama
berpendapat maka ini tidak masalah karena ada kebutuhan untuk mengucap basmalah.

23
2. Bersiwak: menggosok gigi dengan menggunakan kayu siwak atau sikat gigi.
3. Membasuh telapak tangan di awal wudhu.
4. Bersungguh-sungguh dalam berkumur-kumur dan istinsyaq kecuali bila sedang berpuasa.
5. Melewatkan tangan pada anggota wudhu.
Misalnya membasuh kaki, maka tangan turut serta menyela-nyela jari jemari kaki, agar air
sampai ke sela-sela ke jari-jemari kaki.
6. Mendahulukan bagian wudhu yang kanan daripada yang kiri.
Untuk anggota wudhu yang double misalnya tangan, maka yang dilakukan adalah
mendahulukan dulu yang sebelah kanan sebanyak 3 kali kemudian yang kiri.
7. Membasuh wajah, kedua tangan dan kaki sebanyak tiga kali.
Pembasuhan yang sifatnya wajib dilakukan untuk seluruh anggota wudhu adalah satu kali
pembasuhan. Adapun pembasuhan sebanyak tiga kali hukumnya sunnah kecuali bagian kepala.
Untuk bagian kepala, hanya cukup diusap dengan satu kali pengusapan. Boleh misalnya tangan
tiga kali dan bagian lainnya hanya satu kali.
8. Membaca dzikir atau doa shahih setelah berwudhu.

Pembatal Wudhu
1. Sesuatu yang keluar dari dua jalan.
Yaitu jalan depan dan belakang yakni tempat keluarnya air kencing, kentut dan kotoran
maka hal-hal ini membatalkan wudhu.
Adapun kebanyakan wanita ragu-ragu, bagaimana dengan hukum cairan keputihan? maka
apabila keputihan tersebut keluar dari jalan tengah tempat keluarnya anak maka ini
membatalkan wudhu tetapi statusnya tidak najis. Kenapa membatalkan wudhu? Karena ini
sebagai bentuk kehati-hatian, karena ada yang mengatakan ini membatalkan dan tidak.
Membatalkan wudhu karena diqiyaskan dengan mani, mani ini pembatal wudhu dan
mewajibkan mandi karena untuk mani wanita juga keluar dari jalan tengah namun jika hanya
keputihan maka tentu tidak sampai kepada wajib mandi. Sifat keputihan tidak najis, jika
menempel di celana dalam maka tidak wajib untuk dibersihkan.
Akan tetapi jika keputihan ini keluar dengan deras sekali setelah dibersihkan berwudhu
lalu keluar lagi ketika hendak shalat maka jika dalam kondisi seperti ini tidak wajib berwudhu
lagi. Karena jika bolak balik wudhu tentu ini akan memberatkan dirinya dan akan menimbulkan
kesulitan maka hanya cukup dibersihkan di awal.
2. Keluarnya mani, madzi dan wadi.
Wanita pun bisa keluar mani, takkala sudah pada puncak syahwat. Bau maninya wanita
sama dengan mani laki-laki, begitu pun warnanya ,hampir mirip tetapi lebih kental daripada

24
mani laki-laki. Jika mani keluar maka membatalkan wudhu dan mewajibkan mandi namun sifat
mani sendiri tidaklah najis.
Madzi adalah cairan yang bening, agak cair dan keluar tatkala seseorang mengalami
rangsangan syahwat. Statusnya adalah najis dan membatalkan wudhu. Oleh karenanya, wajib
membersihkan bagian kemaluan dan pakaian yang terkena madzi.
Wadi adalah cairan yang bening tetapi agak lengket yang biasa keluar setelah buang air
kecil maka ini wajib dibersihkan lalu berwudhu. Statusnya najis dan membatalkan wudhu.
Mani suci, wadzi dan wadi itu najis. Kemudian kalau keluar mani mewajibkan mandi
sedangkan madzi dan wadi itu mewajibkan wudhu.
3. Hilangnya akal karena tidur nyenyak, pingsan, mabuk, dan gila.
Apabila seseorang itu tertidur kemudian tidak sampai mendengar apa-apa lagi, bahkan
sampai bermimpi maka tidurnya ini membatalkan wudhu. Namun, jika tidur yang ringan, hanya
sekedar terkantuk-kantuk saja, tidur tidak lelap atau matanya terpenjam namun telinganya
masih bisa mendengar maka tidur yang seperti ini tidak membatalkan wudhu. Begitupun jika
rebahan, selama dirinya tidak tidak tertidur nyenyak maka ini juga tidak membatalkan wudhu.
Yang membatalkan wudhu bukan posisinya tetapi jenis tidurnya.
4. Menyentuh kemaluan tanpa penghalang
Baik itu kemaluan sendiri atau kemaluan suami maka ini membatalkan wudhu. Adapun
jika kita punya hajat untuk menceboki anak setelah berwudhu maka tidak masalah. Hendaknya
dirinya langsung mencuci tangan terlebih dahulu kemudian shalat dan tidak wajib mengulang
wudhunya lagi.
Adapun sekedar bersentuhan kulit saja dengan suami (namun tidak sampai keuar madzi)
maka ini tidak membatalkan wudhu. Dalilnya QS. Al-Maidah ayat 6 yaitu: setelah kalian
menyentuh wanita...Maka maknanya adalah berjima', bukan sekedar berentuhan kulit dengan
kulit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah sebelum pergi ke masjid beliau mencium
sebagian istrinya (berarti disini ada sentuhan kulit dengan kulit) dan beliau tidak mengulang
wudhunya.
5. Memakan daging unta.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atas pertanyaan salah seorang
sahabat, “Apakah kami itu diwajibkan untuk berwudhu setelah memakan daging kambing?
Beliau menjawab: “Jika kamu mau, kamu boleh berwudhu”. Lalu sahabat bertanya lagi,
"Apakah kami wajib berwudhu ketika makan daging unta? Maka beliau menjawab:
“Berwudhulah setelah memakan daging unta”.

25
Fikih Shalat
Syarat Sahnya Shalat

• Beragama Islam
Apapun ibadahnya maka syarat sah ibadah tersebut agar diterima oleh Allah
subhanahu wa ta’ala tatkala orang tersebut beragama Islam.
• Berakal
Berarti seseorang itu tidak hilang akalnya yaitu tidak sedang dalam kondisi gila atau
mabuk.
• Mumayyiz
Sudah berada pada usia tamyiz yaitu sekitar usia 7 tahun dalam kalender hijriyah.
Maka, anak-anak yang sudah berada pada usia 7 tahun secara kalender hijriyah maka
wali atau orangtuanya diperintah untuk memerintahkan anaknya shalat. Tentunya
sebelum diperintahkan, si anak sudah diajari terlebih dahulu maka ini tatacara
berwudhu, shalat dan sebagainya. Ini termasuk bagian dari kewajiban orangtua.
Jika anak sudah berusia tamyiz, maka orangtuanya ini memerintahkan untuk shalat.
Akan tetapi, anak belum mendapatkan konsekuensi berupa hukuman jika anak tidak
melaksanakan shalat. Ada konsekuensi hukuman fisik jika si anak tidak melaksanakan
shalat tatkala anak berusia 10 tahun (penanggalan hijriyah) engan cara dipukul, knamun
pukulannya bukan pukulan yang melukai, namun pukulan yang mendidik. Diharapkan
anak teringat dan kembali untuk melaksanakan shalat.
Adapun konsekuensi hukuman akhirat berupa dosa apabila si anak sudah berusia
baliqh. Tanda baligh secara umum ada empat tanda yaitu mimpi basah, sudah tumbuh
rambut kemaluan dengan lebat, berusia 15 tahun (penanggalan hijriyah), dan
mengalami haid (untuk wanita).
• Suci dari hadast kecil maupun besar.
Hadas kecil itu mewajibkan wudhu yaitu diantaranya buang air kecil, buang air besar
dan kentut. Hadas besar adalah yang mewajibkan mandi misalnya suci dari haid dan
junub. Jika seseorang mengeluarkan air kencing yang sedikit misalnya setetes dua tetes
maka ini tetap membatalkan wudhu. Namun, jika memang seseorang kondisinya terus
menerus seperti ini maka syariat memberikan udzur. Hendaknya orang yang mengalami
hal tersebut, membersihkan kemaluan dan pakaiannya lalu berwudhu. Jika ditengah
shalat keluar lagi, maka ini tidak masalah tetap diantetap boleh meneruskan shalatnya.
• Bersih dari najis.
Bersih dari najis baik itu di badan, pakaian atau tempat shalat sesuai dengan
kemampuannya. Misalnya kita baru teringat jika dipakaian ada bekas najis ompol anak,
yang tadi niatnya ingin berganti pakaian lalu lupa dan baru ingat di tengah-tengah shalat
maka lanjutkan saja shalatnya.
Namun jika pakaian itu memungkinkan untuk dilepas maka dilepas sebagaimana
yang diperaktekkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala beliau sedang shalat.
Jibril mendatanginya dan mengabarkan bahwa di sandal Rasulullah ada kotoran maka
beliau langsung melepaskan sandal tersebut kemudian kembali melanjutkan shalat.
Yang termasuk najis adalah kotoran hewan yang haram untuk dimakan, adapun
hewan yang halal untuk dimakan misalnya ayam, sapi, kambing maka ini bukanlah
najis. Misalnya pakaian terkena kotoran ayam maka ini dibersihkan karena kotor atau
baunya, bukan karena najisnya.

26
• Menutup aurat
Menutup aurat dalam shalat maka ini berkaitan dengan haknya Allah. Artinya tidak
ada kaitannya antara ada atau tidaknya orang di sekitar kita. Jika seseorang hendak
shalat maka tetap wajib menutup aurat dengan sempurna meskipun di sekitarnya tidak
ada orang yag melihatnya. Tidak boleh beralasan bahwa tidak ada orang yang melihat,
lalu dirinya tidak menutup aurat dalam shalat.
Sebagian muslimah tatkala shalat masih menggunakan mukena yang tipis sekali
sehingga warna kulitnya terlihat. Jika menggunakan mukena yang tipis, maka di dalam
mukena harus menggunakan pakaian yang menutup aurat. Jika dia tidak menutup aurat
dengan sempurna maka shalatnya tidak sah.
• Sudah masuk waktu shalat.
Waktu shalat shubuh dimulai dari sejak terbit fajar shadiq sampai terbitnya matahari.
Waktu shalat dhuhur dimulai yaitu ketika banyangan benda sudah bergeser sedikit
ke arah timur yang artinya matahari sedikit sudah bergeser ke arah barat sampai ketika
panjang bayangan benda dua kali daripada panjang bendanya atau masuknya waktu
shalat ashar.
Waktu shalat ashar dimulai panjang bayangan benda dua kali daripada panjang
bendanya sampai matahari tenggelam.
Akan tetapi diperintahkan bagi seseorang yang tidak memiliki udzur syar'i untuk
melaksanakan shalat ashar di waktu ikhtiyari yaitu waktu panjang bayangan benda dua
kali daripada panjang bendanya sampai ketika matahari sudah berwarna kekuningan
tetapi belum tenggelam. Maka hendaknya seseorang shalat di waktu tersebut dan tidak
boleh menundaya. Setelahnya, maka disebut waktu dhoruri yaitu sejak matahari
menguning sampai bulatan matahari itu tenggelam. Seorang tidak boleh shalat di waktu
ini kecuali ada udzur misalnya tertidur.
Shalat magrib dimulai dari tenggelamnya matahari sampai warna kemerah di langit
menghilang.
Waktu shalat isya dimulai dari menghilangnya warna merah di langit sampai
sepertiga malam pertama atau separuh malam yang pertama. Inilah waktu ikhtiyari
untuk shalat isya. Apabila ada udzur syar'i, maka boleh melaksanakannya di waktu
dhurori yaitu dimulai dari sepertiga malam yang pertama sampai sebelum terbitnya
fajar.
• Menghadap kiblat
Jika seseorang tidak mengetahui arah kiblatnya maka wajib bertanya di orang
sekitarnya jika misalnya tidak membawa kompas atau hp sebagai penunjuk arah kiblat.
Adapun jika tidak ada yang ditanyai maka untuk menentukan arah kiblatnya dengan
persangkaan kuat atau perkiraan.
• Niat
Niat ini sama seperti wudhu, maka niat itu letaknya di dalam hati tidak perlu
kemudian ada pelafalan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
melaksanakan seperti itu. Dan ketika meniatkan wajib untuk men-ta'yin niat tersebut,
yaitu denga menyebutkanshalat apa yang hendak dilakukan.

27
Beberapa pertanyaan

1. Jika ruang wudhu sangat terbuka dan tidak ada pilihan bagi kami wanita untuk
melakukan wudhu, sebaiknya seperti apa?
Jika ruang wudhunya tidak memungkinkan maka yang perlu dipertimbangkan
adalah apakah shalat tersebut masih bisa dilakukan di rumah atau tidak. Jika tidak bisa
karena mungkin perjalananya masih lama atau ketika sampai rumah sudah di luar waktu
shalat maka pilihannya harus shalat di tempat tersebut.
Oleh karena itu bisa mencari alternatif yaitu wudhu di kamar mandi. Selama kamar
mandinya tidak ada najisnya yang tercecer, maka tidak masalah wudhu disitu. Maka ini
harus benar-benar yakin tidak ada najis bukan ragu-ragu. Apabila ada persangkaan kuat
disitu ada najis, apabila memungkinkan untuk mengguyur area tersebut, maka
hendaknya mengguyurnya.
Namun jika kamar mandinya benar-benar tidak ada dan hanya ada satu tempat
wudhu (yang jadi satu dengan laki-laki) maka bisa dengan opsi mengusap khuf,
termasuk disini semacam kaos kaki atau sepatu dengan syarat saat memakainya sudah
punya wudhu atau dalam kondisi suci. Prakteknya yaitu ketika berwudhu, bagian
kakimyyg biasanya dibasuh maka dalam hal ini cukup untuk diusap bagian atasnya saja.
Adapun bagian wajah dan tangan kita bisa menyembunyikannya di dalam hijab ketika
berwudhu dan apabila bagian kepala tidak memungkinkan maka bisa di usap ubun-
ubunnya disertai mengusap bagian luar jilbab.

2. Bagi yang belum bisa lakukan kumur-kumur disertai dengan istinsyaq secara
bersamaan, apakah boleh dilakukan secara terpisah yaitu berkumur-kumur dulu baru
intinsyaq?
Status wudhu orang yang belum bisa melaksanakan kumur-kumur kemudian
dengan cepat menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq), maka ini tidak mengapa
sambil terus berlatih.

3. Bagaimana hukum kotoran hidung, darah mimisan atau darah luka yang tersentuh
ketika sudah wudhu?
Jika darah yang jumlahnya hanya sedikit maka ini tidak membatalkan wudhu dan
tidak bersifat najis. Namun jika jumlah banyak maka hendaknya dibersihkan terlebih
dahulu kemudian baru berwudhu.

4. Dalam keadaan shalat, terasa ada keluar gas atau angin dari lubang vagina maka
apakah shalatnya ini batal?
Dalam hal ini ada perselisihan ulama tentang hal tersebut, namun ini umum terjadi
apalagi dengan wanita-wanita sudah melahirkan. Tidak ditemukan dalil bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menegur atau memerintahkan shahabiyah ketika terjadi
hal tersebut untuk mengulang wudhunya maka saya cenderung kepada pendapat bahwa
hal itu tidak membatalkan wudhu.

5. Apakah bagian bawah dagu itu aurat?


Bagian bawah dagu adalah termasuk aurat karena bukan bagian wajah maka perlu
ditutup saat shalat.

28
6. Jika shalat dalam keadaan pilek dan sering keluar ingus, apakah ini membatalkan
shalat dan jika sedang membersihkan anak kemudian tidak sengaja terkena kotoran
telinganya, apakah ini juga membatalkan wudhu?
Selama ini tidak ada dalilnya dalam Al-Qur’an maupun sunnah bahwa hal tersebut
adalah pembatal wudhu maka hal itu buka pembatal wudhu. Maka ingus dan kotoran
telinga bukan pembatal wudhu.

7. Jika setelah berwudhu tidak sengaja menyentuh anak sambung apakah membatalkan
wudhu?
Hal ini tidak membatalkan wudhu bahkan jika secara tidak sengaja bersentuhan
kulit dengan non mahram maka ini juga tidak membatalkan wudhu.

8. Jika hanya membasuh kepala dari depan kebelakang kemudian tidak dikembalikan
lagi dan langsung membasuh telinga, apakah boleh? Karena jika membasuh ke depan
lagi airnya sudah kering sehingga tidak ada sisa air, kebetulan rambut saya panjang dan
tebal. Lalu apabila dikembalikan ke depan lagi sedangkan keadaan tangan sudah kering
apaka boleh mengambil air lagi?
Maka tidak masalah jika tangannya kering karena keringnya tidak sampai kering
yang benar-benar tidak ada bekas airnya. Maka yang dimaksudkan dengan mengusap
bagian kepala yaitu mengambil air kemudian dilepaskan dan sisa air sedikit yang ada
di tangan diusapkan ke kepala dan ini tidak ada aliran air sampai masuk ke kulit kepala
apalagi kalau rambutnya tebal maka ini tidak masalah.
Kemudian tidak harus seluruh kepala rata terkena air atau tersentuh dengan tangan.
Mayoritas dari kepala sudah tersentuh maka insyaAllah ini sudah mencukupi. Maka
tidak perlu mengambil air lagi.

9. Jika shalat harus menghadap kiblat, namun ketika udah selesai shalat kiblatnya baru
diberitahukan bahwa kiblatnya salah, maka apakah harus mengulang shalatnya sesuai
dengan kiblat yang sudah dikoreksi?
Bila sebelumnya sudah diusahakan misalnya bertanya mengenai arah kiblat atau
ada usaha terlebih dahulu dan dengan persangkaan bahwa kiblatnya di arah tersebut
maka ini tidak masalah. Namun apabila tidak bertanya terlebih dahulu dan langsung
shalat maka ini adalah salah satu bentuk kecerobohan, untuk untuk kehati-hatian maka
shalatnya diulang.

10. Saya tinggal di desa dan banyak peternak ayam dan bebek, jika memakai gamis dan
terkena tanah yang ada kotorannya maka apakah ini tidak najis jika menggunakan
pakaian tersebut untuk shalat?
Berkaitan dengan kotoran ayam atau bebek maka ini adalah hewan yang halal
untuk dimakan maka ini tidaklah najis. Maka jika gamisnya tidak sengaja menyentuh
kotoran tersebut maka ini tidak masalah. Namun jika shalat bersama orang lain dan hal
tersebut mengakibatkan bau, maka dibersihkan agar baunya tidak mengganggu orang
sekitar. Namun statusnya kotoran tersebut nya tidak najis.
Kalaupun hewan di sekitar kita yaitu haram untuk dimakan misalnya anjing atau
kucing kemudian gamis terkena tanah kotorannya yang bersifat najis maka tanah yang

29
setelahnya bisa membersihkan atau mensucikan sesuai perkataan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Tanah adalah alat untuk mensucikan, buktinya adanya syariat
tanyammum.

11. Bagaimana hukum kotoran cicak di dalam bak kamar mandi?


Jika kotoran cicaknya hanya satu maka diambil saja. Namun selama kotoran tidak
mengubah rasa,warna dan baunya maka tidak masalah jika ini digunakan untuk bersuci.
Tetapi jika kotoran cicak ini banyak sampai-sampai airnya berubah warna, rasa dan bau
maka airnya dikuras dan dibersihkan diganti dengan air yang lebih baru dan lebih suci.

30
FIQIH SHALAT 2
31
Fiqih Shalat 2
Oleh Ustazah Siwi Ummu Nabila

Rukun-Rukun Shalat → sesuatu tiang yang membangun, bangunan ibadah, dan harus ada dalam ibadah.
Dalam sholat, rukun lebih ditekankan daripada kewajiban sholat. Karena konsekuensinya berbeda
apabila ditinggalkan tidak sengaja karena lupa.

Berdiri jika mampu → seseorang yang hendak menunaikan sholat harus dilakukan berdiri kecuali
terdapat udzur bisa dengan cara duduk. Bila mampu berdiri, maka tidak boleh bersandar
(tiang/tembok/tongkat).
Contoh : seorang tidak mampu ruku’ atau sujud karena sakit dan tidak mampu berdiri lagi,
maka di posisi sujud atau ruku’maka orang tersebut baru boleh duduk, tidak boleh duduk sejak
awal karena takbiratul ihram, membaca Al-Fatihah masih bisa dilakukan dengan berdiri.
Contoh lain : bila orang anemia yang tidak mampu berdiri lama, pada rakaat awal dia mampu
berdiri namun pada rakaat akhir dia tidak mampu berdiri karena sudah pusing, hamper jatuh
maka boleh dilakukan secara duduk.
Maka selagi masih bisa berdiri maka harus dilakukan berdiri walaupun hanya pada Sebagian
rakaat shalat saja.
Takbiratul ihram untuk mengawali shalat → yang dimaksud takbiratul ihram itu adalah bacaan
takbirnya, bukan gerakan mengangkat tangan (sunnah). Maka apabila seseorang hanya mengangkat
tangan tanpa membaca takbir, maka shalatnya tidak sah. Takbiratul ihram harus dengan lafadz “Allahu
Akbar”, tidak boleh diganti dengan lafadz lain atau bahasa lain misalnya dengan Bahasa Indonesia,
Membaca surat Al-Fatihah di setiap rakaat → wajib dilakukan di setiap rakaat. Membaca Al-Fatihah
disertakan membaca taawudz dan juga basmallah. Namun, terdapat perselisihan apakah basmalah
termasuk bagian dari Al-Fatihah karena terdapat dalil yang tidak menyebutkan bahwa basmalah bagian
dari Al-Fatihah.
Selain itu, permasalahan lain untuk makmum, apakah harus membaca surat Al-Fatihah juga di
rakaat pertama dan kedua saat shalat jahr. Terdapat silang pendapat di kalangan ulama, apabila
imam telah membaca surat Al-Fatihah maka makmum tidak perlu membaca. Ada pula yang
berpendapat bahwa makmum tetap membaca Al-Fatihah tatkala imam sudah selesai membaca
Al-Fatihah yaitu saat jeda antara amin dengan membaca surat setelah Al-Fatihah, makmum
membaca surat Al-Fatihah secara sirr. Karena, surat Al-Fatihahnya imam merupakan rukun
yang wajib didengarkan oleh makmum. Terdapat larangan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam makmum ikut membaca ketika imam membaca Al-Fatihah. Kemudian apabila makmum
masih membaca surat Al-fatihah tatkala imam sudah membaca surat lain, maka hal ini
diperbolehkan karena membaca surat selain Al Fatihah itu hukumnya sunnah, sehingga sunnah
pula untuk didengarkan. Oleh karenanya, melakukan perkara wajib (makmum membaca Al
Fatihah) lebih didahulukan daripada perkara sunnah (mendengarkan imam membaca surat
setelah Al Fatihah).
Apabila sholatnya sirr, maka makmum tetap wajib untuk membaca surat Al-Fatihah sesuai
dengan kaidah yang berlaku.
Ruku’ di setiap rakaat → minimal gerakan ruku’ yaitu telapak tangan bisa menyentuh lutut. Adapun
bacaan tasbih ruku’ adalah kewajiban shalat
Bangkit dari ruku’
I’tidal dengan berdiri. → selanjutnya sujud

32
Sujud → terdapat 2x sujud dalam shalat yaitu dengan menempelkan tujuh anggota sujud ke tempat
sujud: dahi dan hidung, dua telapak tangan, lutut, dan jari jemari kaki.
Bangkit dari sujud
Duduk di antara dua sujud
Tuma’ninah di setiap rukunnya → tuma’ninah : sekadar bisa membaca bacaan wajib di rukun tersebut/
posisi tersebut. Misal : sujud membaca tasbih 1x. Ada yang mengatakan bahwa tuma’ninah adalah
posisi tulang/anggota tubuh sudah diletakkan sesuai dengan posisinya.
Tasyahud akhir → yang dimaksud adalah bacaannya
Duduk tasyahud akhir
Salam → Sebagian ulama menyebutkan yang wajib ke arah kanan, sedangkan yang ke kiri sunnah,
namun ada. Sebagian yang berkata bahwa dua-duanya adalah wajib
Tartib : rukun tersebut dilakukan sesuai urutannya, tidak boleh terbolak balik.

Kewajiban – Kewajiban Shalat → sesuatu yang wajib dikerjakan. Bila seseorang sengaja meninggalkan
rukun/dan atau kewajiban sholat maka shalatnya batal.

Apabila terlupa, maka untuk rukun selain takbiratul ihram, maka yang batal adalah rakaat yang tidak
ada rukunnya. Adapun jika terlupa tidak membaca takbiratul ihram maka semua rakaat batal. Adapun
kewajiban, maka jika terlanjur berpindah posisi, maka tidak perlu mengulang rakaat atau gerakan yang
tidak dilakukan kewajiban. Jika belum berpindah posisi, maka wajib untuk kembali pada posisi semula.
Misal : seseorang sholat seharusnya melakukan duduk diantara dua sujud setelah sujud pertama
namun dia terlupa sehingga membaca langsung tahiyat awal. Lalu setelah itu dia langsung
berdiri. Ada dua kondisi: apabila dia belum berdiri tegak, maka dia wajib untuk kembali
kemudian dia membaca bacaan duduk diantara dua sujud kemudian melakukan sujud yang
kedua lalu duduk tahiyat awal. Apabila dia sudah berdiri tegak, maka karena sujud 2x termasuk
rukun yang harus dilakukan, maka misalnya tadi rakaat kedua, maka dia batalkan rakaat kedua
yang tidak ada sujud kedua. Maka ketika dia berdiri sekarang adalah untuk rakaat kedua, bukan
rakaat ketiga karena rakaat kedua tadi dianggap batal. Kemudian setelah shalatnya selesai,
maka dia wajib sujud sahwi yang afdhalnya dilakukan sebelum salam (karena ada kekurangan
gerakan). Bila ada kelebihan rakaat atau gerkan maka sujud sahwi setelah salam.
Adapun untuk kewajiban, maka apabila terlupa dan sudah berada di gerakan lain, maka
diperbolehkan untuk melanjutkan dan tidak membatalkan rakaat. Namun dia wajib sujud sahwi
(afdhalnya) sebelum salam.
Membaca “subhana Rabbiyal ‘adzim” satu kali saat ruku’
Membaca “sami’allahu li man hamidahu” bagi imam dan orang yang shalat sendiri → tidak dibaca oleh
makmum. Ini merupakan pendapat sebagian ulama. Sebagian ulama lain, baik posisin shalat sendiri,
sebagai imam, atau makmum, maka tetap wajib membaca sami'allahu liman hamidahu.
Membaca “Rabbana wa lakal hamdu” bagi makmum, imam dan orang yang shalat sendiri.
Membaca “ Subhana Rabbiyal A’laa” satu kali saat sujud → jadi yang wajib membaca tasbih adalah 1x
saat rukuk dan sujud
Membaca “Rabbighfirlii” Ketika duduk di antara dua sujud
Tasyahud awal → bacaannya. Bila lupa kemudian ingat dalam kondisi belum berdiri tegak, yang harus
dilakukan maka kembali duduk, kemudian sebelum salam dia melakukan sujud sahwi. Bila teringat
posisi berdiri tegak, maka tidak ada kewajiban kembali duduk dan tidak batal pada rakaat yang tidak
ada tasyahud awal dan dilanjutkan rakaat kemudian sebelum salam dilakukan sujud sahwi. Berbeda
dengan rukun, bila tidak dilakukan maka rakaat yang terlewat gerakan rukunnya maka akan batal dan
tidak dihitung.

33
Bila terdapat rukun atau kewajiban yang kurang atau tidak dilakukan maka sujud sahwi
dilakukan sebelum salam. Bila sudah selesai dari shalat dan baru teringat (bila tidak lama) maka
kewajibannya wajib menyempurnakan lalu takbiratul ihram dan melaksanakan satu rakaat
kekurangannya lalu sebelu salam sujud sahwi, bila sudah lama selesainya maka harus
mengulang shalatnya.

Sujud sahwi → dilakukan 2x sujud, dan hendak bersujud membaca takbir lalu sujud membaca
tasbih, duduk diantara dua sujud dan membaca “rabbighfirlii” lalu sujud lagi dan salam.
Berkaitan dengan penambahan, misal penambahan Gerakan Ketika shalat misal 3x sujud, maka
bila teringat diwaktu shalat, maka sujud sahwi setelah salam. Bila berkaitan dengan
penambahan rakaat. Misal dia shalat dzuhur sudah rakaat ke 4 bukan salam namun berdiri lagi
dan teringat bahwa itu salah, maka di posisi apapun dia teringat bahwa rakaat itu berlebihan,
maka wajib kembali duduk tasyahud akhir dan menyempurnakan shalat. Bila ada penambahan
maka dilakukan sujud sahwi setelah salam.

Bila ada keraguan yang dialami, maka berusaha untuk mengingat-ingat. Bila sudah ada
kecenderungan kuat dan bisa memilih maka dia nanti sujud sahwi setelah shalat. Namun,
apabila belum bisa memilih maka pilihlah yang paling kecil, maka genapkan sesuai rakaat,
kemudian nanti sujudnya sebelum salam.

Duduk tasyahud awal

Contoh Sunnah Fi’liyah Shalat → sunnah-sunnah berupa perbuatan

Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, hendak ruku’, bangkit dari ruku’, dan saat berdiri
dari tahiyat awal → Tata cara mengangkat tangan dengan menghadapkan bagian dalam telapak tangan
ke kiblat dengan jari-jemari tegak, lurus dan rapat.
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkannya di atas dada → tangan kanan
memegang area pergelangan tangan kiri hingga siku. Yang disebut dengan dada yakni area sekitar
(maaf) payudara hingga pusar.
Melihat tempat sujud
Merenggangkan kedua kaki ketika berdiri → dengan jari jemari kaki menghadap kiblat, lebar sekitar
lebar bahu. Ketika posisi ruku’, disunnahkanmensejajarkan kepala dan punggung sehingga membentuk
sudut 900 .
Mensejajarkan kepala dengan punggung ketika ruku’
Merenggangkan kedua lengan atas dari tulang rusuk, perut dari paha, serta paha dari betis saat sujud →
posisi ideal sujud yakni kedua lengan atas diregangkan dari tulang rusuk, perut dijauhkan dari paha,
paha dijauhkan dari betis. Dahi dan hidung wajib menyentuh bagian tempat sujud, telapak tangan
diletakan sejajar bahu atau telinga kemudian direnggangkan, lutut dan ujung jemari kaki diletakkan di
tempat sujud. Menggabungkan kedua telapak kaki juga termasuk sunnah shalat.

Sunnah Qauliyah Shalat → sunnah-sunnah beeupa ucapan dalam shalat

Membaca doa istiftah setelah takbiratul ihram. Bila makmum baru masuk shalat setelah imam membaca
Al-Fatihah maka tidak membaca doa istiftah karena sudah terlewat.
Membaca ta’awudz sebelum membaca Al-Fatihah dan membaca “aamiin” setelah Al-Fatihah

34
Membaca surat dari Al-Qur’an setelah membaca Al-Fatihah →
Menambah bacaan tasbih ketika ruku’ dan sujud → bacaan tasbih yang wajib adalah 1x, maka yang
kali kedua dan ketiga adalah sunnah.
Membaca doa setelah tasyahud akhir sebelum salam → membaca doa di posisi ini adalah mustajab
untuk terkabul doa. karena di antara sebab doa tidak tertolak adalah berwudhu sebelum berdoa, lalu
membaca sholawat, kemudian memuji Allah dan itu semua kondisi tersebut terkumpul di dalam shalat.
Doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallalahu 'alaihi wa sallam di antaranya doa untuk diberi
perlindungan dari azab kubur, neraka Jahannam, fitnah dunia, fitnah di dalam kubur, serta
fitnah dajjal.

Pembatal-pembatal shalat

Hal-hal yang membatalkan wudhu → otomatis akan membatalkan shalat. Contoh : kentut, keluar darah
haid
Tertawa dengan suara → berkaitan dengan tidak khusyuk dalam shalat. Akan tetapi, jika hanya
tersenyum maka tidak masalah selama tidak merusak shalat.
Berbicara dengan sengaja dalam keadaan ingat dan mengerti bahwa berbicara dapat membatalkan shalat
→ bila seseorang tidak tahu bahwa berbicara membatalkan, maka tetap sah
Membuka aurat dengan sengaja → salah satu syarat sah adalah menutup aurat, misalnya bila mukena
terlalu tipis sehingga terlihat kulit maka tentu shalat menjadi tidak sah.
Membelakangi kiblat
Melakukan banyak gerakan yang bukan bagian dari shalat, tanpa adanya keperluan darurat, misal :
makan dan minum dengan sengaja → termasuk makan yaitu apabila ada sisa makanan yang menempel
di gusi kita kemudian sengaja kita telan saat shalat, maka ini akan membatalkan salat

Pertanyaan :

Apakah telapak tangan boleh ditampakkan Ketika shalat?

Jawab : Ulama berkata bahwa wajah dan telapak tangan boleh ditampakkan saat shalat, tidak wajib
untuk ditutupi

Seseorang yang shalat dan salah arah kiblat?

Jawab : Bila sebelumnya sudah mencari arah kiblat dan baru tau setelah shalat salah arah maka ini tidak
masalah, namun bila sebelumnya tidak bertanya maka shalatnya menjadi batal maka selayaknya
shalatnya di ulang.

Bila anak usia 10 tahun, namun terdapat gangguan perkembangan (fisik dan mental) bagaimana hukum
shalat?

Jawab : yang bisa dipahamkan bahwa diantara syarat sah shalat adalah berakal (tidak kekurangan dalam
perkembangan mental dan berpikir), bagi yang terdapat keterbelakangan mental maka tidak wajib
sholat. Namun tetap di ajarkan shalat, begitupula dengan orang usia lanjut yang sudah pikun parah,
maka tidak ada kewajiban juga untuk shalat.

35
Bila di tengah-tengah rakaat baru mengetahui arah kiblat salah harus bagaimana?

Jawab : bila arah kiblat baru tahu di tengah-tengah shalat, maka bisa langsung berbalik arah menuju
kiblat yang benar (termasuk gerakan yang diperbolehkan) dan tidak perlu mengulang rakaat Ketika
salah kiblat.

Bacaan takbir setelah tahiyat pertama dilakukan saat bangun atau saat berdiri? Terkait sujud sahwi
selama ini saya melakukan hanya 1x karena belum tahu, bagaimana amalan shalat saya?

Jawab : membaca takbir ketika perpindahan antara satu gerakan dan gerakan lain bukan saat berdiri
tegak. Wallahu a'lam, terkait amalan shalat yang sebelumnya belum bisa dijawab.

Apakah boleh memakai mukena bercorak namun pada kondisi terang menerawang, maka apakah boleh
digunakan?

Jawab : bila terlihat warna kulit maka membatalkan shalat, bila tidak terlihat tidak membatalkan shalat.
Namun makruh karena memperlihatkan lekukan tubuh. Mukena corak bunga-bunga dipakai di dalam
rumah tidak masalah, namun bila digunakan diluar rumah ini termasuk tabaruj, hendaknya jangan
menggunakan mukena bercorak.

Ketika shalat sambal muroja’ah kemudian lupa suratnya, apakah kita berhenti di ayat itu kemudian
berganti ke surat yang di hafal lainnya atau bagaimana? Terkait duduk Iq’aa?

Jawab : bila terlupa bagian ayat tertentu, maka kita bisa selesaikan disitu atau mau ditambahkan ayat
lain yang di hafal. Duduk iq’aa bisa dikerjakan d iantara duduk dua sujud, posisi kedua telapak kaki
ditegakkan, posisi duduk di atas betis. Duduk diantara dua sujud yang biasa di amalkan menduduki
telapak kaki kiri dan meluruskan telapak kaki kanan.

Jika telapak tangan boleh terlihat saat shalat, maka punggung tangan apakah boleh terlihat juga?

Jawab : wallahu’ alam yang boleh terlihat telapak tangan maka bagian luar dan dalam boleh terlihat

Bagaimana hukumnya bila sudah terlanjur menggunakan pewarna rambut, apakah wudhunya sah?
Bagaimana solusinya?

Jawab : pewarna rambut secara umum ikut tumbuh dan tidak memiliki lapisan maka tidak masalah bila
sifatnya seperti itu (pewarna selain hitam), dilakukan juga oleh sahabat terdahulu dan tidak dikaitkan
dengan masalah wudhu. Yang bermasalah adalah membentuk lapisan di anggota untuk wudhu, dan
terdapat materi yang air sulit untuk tembus, maka ini wajib untuk dibersihkan.

Apakah boleh sujud bergeser karena terdapat halangan?

36
Jawab : bisa menggeser sujudnya atau menggeser halangannya, pilih mana yang lebih mudah dan tidak
jadi banyak gerakan.

Apakah Ketika rakaat pertama, kedua dan ketiga apakah semakin bertambah rakaat semakin Panjang
suratnya? Ketika wudhu dan rambut Panjang namun tidak terkena tengkuk leher apakah harus di ikat
rambutnya?

Jawab : bacaan yang ideal pada rakaat pertama lebih panjang dari rakaat kedua, kemudian bacaan
setelah Al-Fatihah sesuai sunnah dilakukan di rakaat 1 dan 2 saja, di rakaat 3 dan 4 bisa sesekali. Ada
juga yang berkata bahwa sesuai urutan surat di Al-Qur’an, tidak berpengaruh panjang-pendeknya. Yang
dianjurkan adalah mengusap kepala bukan rambut, kemudian kita gerakkan dari depan ke belakang
kemudian ke area telinga.

Apabila di kendaraan dan sudah waktu shalat kemudian tayamum namun belum tentu menghadap kiblat
apakah diperbolehkan?

Jawab : bila kita sampai di tempat tujuan masih waktu shalat, maka kita bisa melakukan shalat. Bila
perjalanan safar, shalat yang bisa di jamak (dengan syarat tertentu) misal maghrib isya, dzuhur ashar.
Namun apabila tidak ada waktu untuk singgah, misal waktu shubuh maka terpaksa shalat di kendaraan.
Terkait dengan bersuci menggunakan air, siapkan spray lalu berwudhu. Tidak langsung bertayamum.
Ketika shalat wajib berdiri, tetap mengikuti arah kiblat saat takbiratul ihram, kemudian kendaraan
berubah arah maka tetap menghadap kearah semula tidak masalah. Berdiri dengan tangan berpegangan
dengan sesuatu tidak apa-apa misal saat membaca Al-Fatihah, nanti bila sudah waktu ruku dan sujud
dilakukan berisyarat dengan cara duduk.

Lebih mustajab untuk berdoa di waktu mana antara saat posisi sujud dan sebelum salam? Pernah
mendengar tidak boleh menguncir rambut dengan cara dilipat?

Jawab : Wallahu alam, tidak ada keterangan pasti terkait hal tersebut, maka lebih baik bila dilakukan
dua-duanya. Larangan menguncir rambut itu bagi laki-laki, karena terdapat anjuran untuk rambut ikut
terjatuh saat sujud.

Bagaimana berniat yang benar?

Jawab : niat harus menyebutkan niat sholat apa yang dia lakukan di dalam hati, itu sudah termasuk
bagian dari niat. Misal shalat jamak dzhuhur dan ashar, maka menyebutkan shalat apa yang akan
dilakukan.

Saat shalat seringkali menguap, dan terdapat anggota tubuh gatal, apakah gerakan tersebut termasuk
yang membatalkan shalat? Dan adakah batas gerakan tersebut ?

Jawab : menurut ulama terdapat batasan 3x berturut-turut untuk gerakan yang tidak bermanfaat, tetapi
dari dalil tidak ada yang khusus untuk membatasi gerakan yang sia-sia.

37
Bagaimana tips fokus saat shalat?

Jawab : Ketika shalat bila kita ada kaitannya di sekitar kita namun dibutuhkan untuk mengingat hal
tersebut maka tidak apa-apa bukan berarti tidak fokus. Misal : anak nangis saat shalat, maka kita bisa
mempercepat shalat dengan melakukan kewajiban dan rukun shalat. Tips fokus juga bisa dengan
mengingat kematian seakan-akan ini adalah ibadah terakhir.

38
FIQIH JENAZAH
39
Fiqih Jenazah
Ustaz Rosyid Abu Rosyidah M.Ag.

Syaikh Abu Bakar Jabil Aljaziri berkata,

“ Termasuk hak sesama muslim harus berkabar dengan saudaranya ketika luput dari

saudaranya 3 hari “

A. Hal yang Harus Dilakukan Saat Keluarganya ada yang Sakaratul Maut
1. Mentalqinkan syahadat kepadanya
“Talqinkanlah orang-orang yang tengah menghadapi sakaratul maut diantara kalian.” (H.R.
Muslim). Dengan talqin ini, diharapkan kata ini menjadi kalimat yang terakhir hidup. “Barang
siapa yang diakhir perkataannya “ Laa ila ha illaha “ maka ia akan masuk surga.”
✓ Bagaimana kita memosisikan orang yang kita talqin ?
Pendapat pertama, boleh terlentang dengan wajah yang menghadap kiblat
Pendapat kedua, dia tidur bertumpu pada lambung kanannya. Dan ini pendapat yang
paling kuat, sehingga yang menghadap kiblat bukan Cuma wajah tapi juga badan kita.
2. Segeralah memejamkan kedua matanya
Ketika mata terbelalak, bukan tanda su’ulkhotimah. “Sebuah kisah, bagaimana
rasulullah masuk menemui abu salamah yang saat itu wafat dan meninggal dalam keadaan mata
terbelalak. Dan rasulullah berkata “ ruh kalau tercabut, maka matanya akan mengikuti kearah
mana ruh itu mengarah. Sehingga jika matanya terbelalak, ini bukan tanda su’ulkhotimah.”
(H.R. Muslim)
3. Mendoakan mayit atau orang yang baru meninggal dunia
4. Menutup seluruh jasadnya dengan kain, walaupun dalam keadaan menutup aurat
5. Ketika Nabi wafat, maka jasadnya ditutup dengan kain
Padahal Nabi dalam keadaan menutup aurat, agar ihsan dan tidak terlihat menyeramkan
6. Segera ditunaikan fiqih jenazah berikutnya.
Seperti: segera dimandikan, disholatkan, jangan menunda-nunda.
Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, ia berkata, kami menghafalnya dari Az Zuhriy dari Sa'id bin Al Musayyab dari Abu
Hurairah radhiallahu'anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬bersabda, “Segerakanlah dalam mengurus jenazah,
karena bila jenazah itu adalah orang shalih, berarti kalian telah mempercepat kebaikan
untuknya dan jikalau (jenazah tersebut) tidaklah demikian, setidaknya kalian telah
menyingkirkan keburukan dari pundak kalian”. (H.R. Bukhari No. 1231)
https://hadits.in/bukhari/1231

40
B. Hal yang Boleh Dilakukan Bagi Para Jenazah Wanita
1. Menyingkap wajah bahkan menciumnya. Jika memang yang wafat itu, keluarganya yang
mahram, sesama wanita.
2. Boleh untuk menangisi mayit selama dalam batas wajar.

C. Apa yang Harus Dilakukan Bagi Wanita atau Keluarga Mayit, Ketika
Mndengar Kabar Ada yang Meninggal
Yaitu mengucapkan istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un).

D. Apa yang Diharamkan Kerabat Wanita terhadap Si Mayit


1. Meratapi mayit, bukan cuma perkataan tapi juga perbuatan.

Dari Abu Malik Al-Asy’ari radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam bersabda,
“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah
untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3)
mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah)”. Lalu
beliau bersabda, “Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia
akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan
cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (H.R. Muslim No. 934)
Sumber:
https://rumaysho.com/21257-sifat-jahiliyah-yang-masih-ada-di-tengah-tengah-kita.html
2. Menampar pipi, merobek-robek baju

Sabda Nabi 

“Tidaklah termasuk golongan kami orang yang menampar pipi atau merobek-robek
pakaian atau berteriak dengan teriakan Jahiliyah”. [Disepakati keshahihannya: Al-Bukhari
dalam Al-Jana’iz 1294, Muslim dalam Al-Iman 103]
Referensi: https://almanhaj.or.id/777-hukum-menampar-nampar-pipi-dan-merobek-robek-
pakaian-ketika-tertimpa-musibah.html
3. Memotong kuku dan mengacak-acak rambut

41
E. Tata Cara Memandikan Mayit
Mulai dari yang kanan, dan lakukan dengan ganjil

F. Pakaian Jenazah Wanita


1. Ketika dimandikan hendaklah ditutupi dengan kain, meskipun yang memandikan suami
atau istrinya sendiri.
2. Melepas kepang rambutnya. Jika ada yang masih terkena hutang, maka segera selesaikan.
3. Ketika hendak mengguyur jenazah dibilas dan dicampur dengan daun bidara
4. Ketika hendak memandikan, dahulukan dengan anggota-anggota wudhu

42
FIQIH MUAMALAH DI DALAM DAN DI LUAR RUMAH
43
Fiqh Muamalah di dalam Rumah dan di luar Rumah
Ustazah Imrotul Azizah

• Kaidah yang berlaku ketika Allah ‫ ﷻ‬menetapkan suatu perintah di dalam Al-Qur’an
ataupun Rasulullah ‫ ﷺ‬telah memberikan nasihat-nasihat di dalam Hadits-Hadits shahihnya,
maka itu semuanya adalah untuk maslahat kita sebagai hamba Allah ‫ﷻ‬.
• Syaikh Sa'di mengatakan,
“Wahai wanita-wanita muslimah janganlah banyak keluar rumah dengan
bersolek/bertabarujj atau memakai parfum, sebagaimana kebiasaan orang-orang jahiliyyah
sebelum islam ini datang.” Dan ini merupakan kemuliaan bagi kita sebagai seorang
wanita, SubhanAllah.
• Jika kita ingin mengambil faedah untuk kita, maka shalatnya wanita itu lebih utama di
rumahnya. Adapun jika kita ingin shalat di Mesjid maka itu diperbolehkan, namun jika kita
ingin mengambil afdhaliyah (mengambil keutamaan), maka ternyata Allah ‫ ﷻ‬dan RasulNya
lebih menyukai kita shalat di rumah untuk menjaga kehormatan, kemuliaan dan untuk
menjaga kesucian kita sebagai seorang muslimah.
• Fitrah seorang wanita adalah tinggal di rumahnya, karena kita tahu Allah ‫ ﷻ‬yang
menciptakan bentuk fisik dan tabiat kita dengan laki-laki itu berbeda.
• Di antara kewajiban seorang istri: menjadi pendidik generasi-generasi yang shalih dan
shalihah, merapihkan rumahnya dan pemimpin di rumahnya.
• Seorang wanita untuk mendapatkan surga sudah didekatkan oleh Allah ‫ﷻ‬, di dalam rumah,
salah satunya kita bisa menyiapkan suami kita untuk berjihad di jalan Allah ‫ﷻ‬, sama saja
kita mendapatkan pahala jihad fisabilillah. Sesungguhnya untuk mendapatkan ridho Allah
‫ ﷻ‬di antaranya, dengan cara banyak-banyak mencuri perhatian suami kita, terutama kita
berusaha menjadi istri yang shalihah.
• Ketika seorang wanita sering keluar rumah tanpa ada udzur (keperluan), maka syaithon
akan menghiasi dan memperindah kaum wanita.

A. Perbaikan Masyarakat dari dalam Rumah


1. Mendidik anak-anak kita untuk menjadikan mereka anak yang shalih dan shalihah.
2. Perhatikan syubhat-syubhat yang dilontarkan musuh-musuh islam dengan mengatakan
bahwa kalau wanita-wanita muslimah di dalam rumah berarti dia tidak memiliki kebebasan,
tidak berkarir, itulah syubhat-syubhat yang memang sengaja digencarkan oleh musuh-
musuh Islam.
3. Seorang wanita bisa menambah ibadahnya di rumah, karena keshalihan orang tua bisa
membuat anak-anaknya menjadi shalih. Contoh ibadah yang bisa seorang wanita lakukan
di rumah ialah shalat dhuha, membaca Al-Qur’an dan bisa juga menulis karya-karya yang
bermanfaat.
4. Terkadang seorang wanita yang tinggal di rumah dan fokus mengurusi anak-anak, Allah
berikan kemudahan kepada wanita ini, untuk bisa bermanfaat bagi umat dari dalam
rumahnya.

44
B. Hal yang Harus Dilakukan Seorang Wanita Muslimah Jika Ia Harus
Keluar Rumah
1. Bolehnya seorang muslimah keluar rumah, sebagaimana Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah mengatakan
di dalam sabda beliau, ketika beliau memerintahkan wanita-wanita haid, wanita-wanita
yang dipingit, hendaknya ia keluar rumah untuk menghadiri shalat Eid.

2. Adab-adab yang perlu diperhatikan saat keluar rumah


• Ada keperluan yang tidak bisa kita kerjakan di dalam rumah, sehingga mengharuskan
kita untuk keluar rumah, contohnya silaturahmi.
• Memakai hijab syari’ yang menutup aurat, sebagaimana dalam surat Al-Ahzab ayat
59.
• Tidak memakai parfum/wewangian dan tidak tabarujj.
• Ijin kepada suami.
• Menjaga pandangan.
• Jika keluar rumah dengan jarak yang jauh harus dengan mahrom.

45
FIQIH PERNIKAHAN
46
Fikih Pernikahan
Oleh Ustaz Abdurrahman Zahier, B.B.A. Hafizhahullah
Fikih dibagi menjadi empat segmen. Segmen pertama yaitu fikih ibadah, fikih
muamalah, fikih usrah, dan fikih qadha wal jinayah. Fikih pernikahan masuk pada seperempat
cabang ilmu fikih. Di mana ketika seseorang dapat menguasainya maka ia berarti mampu untuk
menjalani kehidupan dengan rumah tangga yang sesuai dengan syariat Islam.

Sebagaimana kita tahu bahwa Imam Bukhari , berkata:

‫العاااماال‬
‫اوااا‬
‫ولااا‬ ‫االعااالمااقااااابلااال‬
‫ااااقاااا‬ ‫باااا‬‫ااَبا ا‬

Artinya: “Bab: Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan” (Shahih al-Bukhari, kitab: al-
Ilmu, bab al ilmu qabla al-qoul wa al amal)*
Sumber: https://muslim.or.id/5312-ilmu-dulu-baru-amal.html

A. Memilih Pasangan
1. Tahapan-Tahapan dalam Mencintai
Dalam mencintai ada tahapan-tahapannya, tidak ada istilahnya langsung jatuh cinta.
Islam itu agama yang make sense, agama yang logis. Tidak ada istilahnya orang satu kali
melihat langsung jatuh cinta, jika demikian itu namanya syahwat, bukan cinta. Kalau orang
yang jatuh cinta mengatakan “Saya jatuh cinta sama dia sejak pada pandangan yang pertama.”
Ini namanya bukan jatuh cinta, namanya kagum, suka. Karena cinta itu harus memiliki alasan
pendukung yang kuat. Jika mudah mengumbarkan cinta kepada hal yang baru pertama kali ia
lihat, tandanya ia meremehkan perkara cinta. Islam itu agam yang logis, tidak ada yang
namanya cinta buta. Kalau ada yang mengatakan “Saya cinta sama dia, entah bagaimana, saya
jatuh cinta begitu saja tanpa alasan yang jelas.” Ini berarti tidak masuk akal.
Tahapan dalam mencintai, yaitu:
a) Kagum dengan alasan yang benar
Kita kagum dengan dia karena memiliki suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang
lain atau kelebihan itu memang bisa menjadi pendorong untuk menyukainya.
b) Kecenderungan pada salah satunya
Ada kecenderungan, di mana dia memiliki suatu hal yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ada kecenderungan yang dimiliki.
c) Mengambil keputusan untuk mencintai
Ketika kita sudah memutuskan untuk menyukainya, maka barulah mengambil
keputusan untuk mencintai dengan cara berusaha untuk menikah dengannya, hal ini berlaku
untuk laki-laki. Bagi perempuan, ia dicintai, dilamar, atau dinikahkan demikian seterusnya

47
meskipun perempuan bisa memilih ‘siapa’ yang hendak menjadi imamnya. Tapi, biasanya
keputusan untuk mencintai itu di tangan laki-laki.
d) Berpikir untuk Mengabadikan Cinta
Ketika laki-laki ini memutuskan untuk mencintai berarti dia harus mengabadikannya
dengan menikah. Jadi saya katakan “Apabila Anda cinta atau Anda telah memutuskan untuk
mencintai seseorang tapi tidak ada tujuan untuk menikahinya berarti cinta Anda adalah cinta
yang didasari di atas syahwat bukan cinta yang sesungguhnya.” Karena dalam Islam setiap
yang mencintai dan harus memutuskan untuk mencintai, maka dia harus memutuskan untuk
menikah dengannya. Kalau tidak ada kebutuhan untuk menikah berarti itu hanya main-main.
Berpikir untuk mengabadikan cinta itu seperti apa ya? Dalam proses pernikahan maka
setiap harinya itu Anda harus berpikir bagaimana Anda dapat mengabadikan cinta Anda
bersamanya? Sehingga cintanya bukan hanya di dunia tapi sampai ke surga.
2. Cari yang Sekufu’
a) Sekufu’ dalam 4 aspek = fisik, keturunan, harta, agama
Dalam proses pernikahan harus mencari yang sekufu’. Jangan sampai kita menikah
dengan yang sekufu. Sekufu ini hak perempuan, bukan hak laki-laki. Laki-laki untuk menikah
dengan yang tidak sekufu. Tapi bagi perempuan, inilah ini yang menjadi konsennya sehingga
perempuan jangan sampai menikah dengan lelaki yang tidak sekufu. Sekufu dalam aspek saja,
yaitu fisik, keturunan, harta dan agama. Tapi kalau dia rida dengan hal tersebut maka tidak
bermasalah. Misalnya si perempuan kaya raya menikah dengan lelaki yang miskin, dia
menerima hal tersebut maka tidak mengapa. Atau keturunannya bukan dari keturunan yang
bangsawan atau keturunan ulama dan sebagainya, ternyata jauh berbeda dan dia menerima.
Tapi yang paling kencang adalah sekufu dalam masalah agama. Dalam agama?
Maksudnya bagaimana? Hal-hal prinsipiil seperti akidahnya sama, metodologi beragamanya
sama, tidak menyimpang. Sama-sama Ahlussunnah Wal Jamaah bukan yang berbeda dengan
Ahlussunnah Wal Jamaah. Yang penting sekufu dalam hal perkara agama. Adapun misalnya,
fisik, keturunan, harta meskipun jomplang namun masih mending dibandingkan tidak sekufu
dalam hal perkara agama.
b) Sekufu’ itu maknanya = gap-nya tidak terlalu jauh/jomplang
Sekufu itu maknanya yaitu gap-nya tidak terlalu jauh atau jomplang. Misalnya dalam
hal fisik, si akhwat nilainya 7, ikhwan nilainya 6 maka ini tidak terlalu jomplang. Kalau
jomplang, akhwatnya nilainya 9, ikhwan nilainya 4. Kalau sekufu itu bedanya mungkin satu
level, dari 7 ke 8, 8 ke 9 itu masih satu range.

48
3. Pernikahan merupakan Ikatan yang Kuat

‫ = ميثاقااغليظا‬Ikatan yang Kuat

Kita harus tahu bahwa pernikahan itu adalah ikatan yang kuat. Allah 
menyebut kata mitsaqan galizan pada 3 tempat. Berarti Allah menganggap pernikahan ini
sebagai ikatan yang kuat, ketika Anda melakukan akad nikah (bagi laki-laki). Mitsaqan galizan
ini dapat kita lihat pada Surah Al-Ahzab, Surah An-Nisa.
a) Surah An-Nisa (4) Ayat 21

‫مامايثااااقااااااغالاايااظاا‬
‫امنااكااااا‬
‫ضاااوااأاخااذاانااا‬
‫ااااعااضااكاامااإااااَلاابا‬
‫ااااعاا ا ا ا‬ ‫فا اَتاااخااذونااااهااااا‬
‫ۥاوقاااداااأافااضاااىابا‬ ‫ااواكيااا ا‬

Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu


telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-
isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (Q.S. An-Nisa: 21)
Referensi : https://tafsirweb.com/37121-surat-an-nisa.html
b) Surah Al-Ahzab (33) Ayat 7

‫امنااااهاااا‬
‫ا‬ ‫وساىاا ا‬ ‫ناناوااحاا ا ا‬ ‫نكاا ا‬ ‫اميثاااااقاهاماا ا‬
‫اااااا ا‬ ‫اأاخااذااَنااا‬
‫مامايثاااااقاا‬ ‫اااااناااامااارااَياااااا‬
‫اواأاااخااذااَناا ا‬ ‫يساىاٱب‬
‫اواعااا‬
‫اواماااا ا ا‬
‫ااوإباااااراهاايماااا‬
‫اواما اا ا‬
‫اواماا ا ا‬
‫اباۦاااناا ا ا ا‬ ‫امااناٱلن‬ ‫ااوإااذااااا‬
‫اغالاايااظاا‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari
kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil
dari mereka perjanjian yang teguh.” (Q.S. Al-Ahzab: 7)
Referensi : https://tafsirweb.com/7619-surat-al-ahzab-ayat-7.html
c) Surah An-Nisa (4) Ayat 154

‫تاااوااأاخااذااَنااا‬
‫ااااا ا‬ ‫ااااعااادوااااااا‬ ‫ا‬ ‫ااااطااا اا ا ا‬
‫امناااااهاما‬ ‫سبااا ا ا‬ ‫افااٱل‬ ‫اَلاتا‬
‫ااوقااالانااااااااَلااماااا‬
‫اٱداااخلاوااا ا ا ا‬
‫ااا‬ ‫د‬
‫ا‬‫ا‬‫ج‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫اس‬
‫اا‬ ‫اب‬
‫ا‬ ‫اا‬‫ا‬‫ب‬
‫ا‬‫ااا‬
‫اٱل‬ ‫وراااِبيثاااااقهاماااا‬
‫اوقااالانااااااااَلااماااا‬ ‫ااااااوقاااااهامااٱل ا‬
‫ااواارفااااعاناااافا‬
‫اامايثااااقااااااغالاايااظاا‬

Artinya: “Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk
(menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada
mereka: "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula) kepada
mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu", dan Kami telah
mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.” (Q.S. An-Nisa: 154)
Referensi : https://tafsirweb.com/1686-surat-an-nisa-ayat-154.html

49
Maka dari itu dapat kita tahu bahwa akad nikah itu bukan hal yang
sembarangan, bukan main-main.
4. Hukum Asal Pernikahan
Hukum asal pernikahan, yaitu sunnah, tapi bisa menjadi wajib bisa menjadi haram, bisa
menjadi makruh, bisa menjadi mubah.

Rasulullah  bersabda, "Bagaimana keadaan beberapa orang, mereka


mengatakan demikian dan demikian. Akan tetapi saya melakukan salat dan tidur, berpuasa
dan berbuka, serta menikah dengan wanita. Barang siapa yang membenci sunnahku maka
ia bukan dari golonganku." (H.R. Nasa'i No. 3165 via aplikasi Ensiklopedi Hadis). Para nabi
dan rasul saja, mereka menikah.
Ada sebuah kisah yang menarik, yaitu tentang Imam Ahmad. Begitu istrinya
meninggal, pada malam hari itu langsung menikah lagi. Teman-teman Imam Ahmad pun ketika
berkunjung ke rumah Imam Ahmad bingung, apakah pada malam tersebut mereka menghadiri
walimahnya Imam Ahmad atau sedang takziyah. Imam Ahmad berkata: “Saya tidak mau
sehari tanpa menjalani sunnah Rasulullah .”

5. Hukum Pernikahan
a) Wajib
Pernikahan menjadi wajib tatkala dia 99% dipastikan jika tidak menikah maka
dia akan terjerumus pada perzinaan. Misalnya dia hidup di lingkungan di mana orang-
orang di sekelilingnya bermaksiat setiap hari. Jika dia tidak memiliki pasangan, maka
ia akan terjerumus dalam perzinaan. Maka hukum menikah baginya wajib.
b) Sunnah
Hukum pernikahan pada asalnya, yaitu sunnah.
c) Mubah
Pernikahan hukumnya mubah ketika dia tidak memiliki hajat untuk menikah
dan dia juga tidak berhasrat untuk menikah. Maka kondisi demikian dia boleh menikah,
boleh tidak.
d) Makruh
Pernikahan hukumnya makruh jika dia tidak mampu untuk menikah sementara
dai ingin menikah.
e) Haram
Contoh yang menyebabkan pernikahan hukumnya haram yaitu ketika dia
memiliki penyakit HIV/AIDS, di mana jika ia menikah maka akan menularkan kepada
pasangannya.

50
6. Tujuan Inti Pernikahan
a) Mendekatkan diri kepada Allah 

Kita tidak hanya ingin bersama-sama menjadi teman di dunia tapi juga di Surga-
Nya Allah .

b) Memperoleh Keturunan yang Shalih

Hal ini bagian dari perintah Nabi  di mana beliau senang dengan
umatnya yang banyak pada hari kiamat.

Rasulullah  bersabda: “Menikah adalah sunnahku. Barang siapa


tidak mengamalkan sunnahku, berarti bukan dari golonganku. Hendaklah kalian
menikah, sungguh aku bangga akan banyaknya umat dengan jumlah kalian. Barang
siapa yang telah sanggup dan berkecukupan, hendaklah segera menikah. Dan barang
siapa yang belum bercukupan, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu merupakan
perisai baginya.” (H.R. Ibnu Majah No. 1836 via aplikasi Ensiklopedi Hadis)
c) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Memenuhi hak biologis. Ketika hak atau kebutuhan biologis tidak tersalurkan
maka manusia tidak akan seimbang hidupnya.
d) Untuk Membentengi Akhlak yang Luhur dan untuk Menundukkan
Pandangan
Seseorang yang syahwatnya sudah tersalurkan, dia mudah untuk menundukkan
pandangan. Menundukkan pandangan bukan hanya kewajiban laki-laki, tapi juga
perempuan. Ketika perempuan tidak ada hajat untuk melihat laki-laki maka tidak boleh
melihat laki-laki meskipun wajahnya, demikian perkataan Al Imam Nawawi. Jadi,
kalau tidak ada hajat tidak usah melihat.
e) Untuk Menegakkan Rumah Tangga yang Islami
Dalam rumah tangga itu adalah ibadah. Dari setiap hal yang Anda lakukan
dalam berumah tangga, Anda melayani suami atau sebaliknya, ini merupakan bagian
dari ibadah. Maka meniatkan bahwa transaksi kita dengan Allah bukan dengan
pasangan kita. Sehingga apa pun feedback pasangan kepada kita, maka tidak masalah,
yang penting adalah bagaimana Allah rida kepada kita karena kita telah berbuat
maksimal untuk menjadi istri yang shalihah, menjadi suami yang saleh.
7. Menikah dengan yang Sekufu’ (Setara)
Menikah dengan yang sekufu merupakan hal yang sangat penting.
a) Agama
Sekufu dalam hal agama, misalnya sudah sama-sama bisa membaca alquran,
manhaj-nya sama, berakidah Ahlussunnah Wal Jamaah, tingkat pemahaman agamanya

51
sama. Pada hal demikian diusahakan sama, namun pada hal yang tidak esensial tidak
mengapa jika terdapat perbedaan.
b) Pekerjaan
c) Strata ekonomi
d) Status sosial (merdeka, budak)
e) Nasab (ahlul bait, ulama)

Sekufu’ adalah hak perempuan, bukan hak laki-laki.

8. Pasangan Itu Fungsinya untuk Menentramkan


Kita menikah bertujuan untuk mencari kebahagiaan dan ketenangan, Anda dapat
menenteramkan pasangan pun sebaliknya. Kalau ada pasangan yang tidak menenteramkan
jiwa, hati, maka hilanglah esensi dari pernikahan itu sendiri.

‫افاااذاالاا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫اأازاواجاالا‬ ‫ا‬ ‫اوااماناااءاياااتااهاااۦاااأاانااااخلااقالااكااااا‬
‫كا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫اا‬‫ن‬‫ا‬‫ا‬‫اا‬
‫إ‬ ‫ا‬ ‫ا‬‫ا‬‫ة‬‫ااااتاااسااكاناااااواا ا ا ا ا ا ا ااا ا اا ا‬
‫ْح‬
‫ا‬‫ا‬‫ر‬
‫ا‬‫او‬
‫اا‬‫ة‬
‫ا‬ ‫د‬
‫ا‬ ‫و‬
‫ا‬‫ا‬‫م‬
‫ااا‬
‫ما‬ ‫ك‬
‫ا‬‫ا‬‫ا‬
‫اا‬
‫ن‬ ‫ااا‬
‫ي‬ ‫اب‬ ‫ل‬
‫ا‬ ‫ع‬
‫ا‬ ‫ج‬‫ا‬‫ااو‬
‫ااا‬ ‫ه‬
‫ا‬
‫اا‬‫ي‬‫ا‬
‫ل‬‫اا‬
‫إ‬ ‫ا‬ ‫ماماااناأاااناافااساكااماااااا ا‬ ‫اا‬ ‫ا ا اا‬
‫اتالاااااقااواامايات‬
‫ااااااافااكاارواانا‬ ‫االاءايااا ا‬
‫اا‬

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. AR-Rum: 21)*
*Referensi : https://tafsirweb.com/7385-surat-ar-rum-ayat-21.html

9. Kewajiban Suami Istri


a) Kewajiban Suami kepada Istri
1) Memperlakukan istri dengan cara yang baik
2) Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal dengan baik
3) Meluangkan waktu untuk bercanda dengan istri tercinta
4) Menyempatkan waktu untuk mendengar curahan hati istri
5) Mengajarkan istri masalah agama
6) Mengajak istri dan anak untuk rajin beribadah
7) Tidak mempersoalkan kesalahan kecil si istri
8) Tidak memukul istri di wajah dan tidak menjelek-jelekkan istri. Kalau pun
memukul ada tahap-tahapannya, dinasihati terlebih dahulu, di-hajr (dipisahkan
ranjang) dulu, tidak boleh memukul yang menyakiti. Kata para ulama memukulnya
menggunakan siwak pada bagian paha atau kaki, tidak boleh pada tempat-tempat
yang dilarang.
9) Tidak meng-hajr (pisah ranjang) dalam rangka mendidik selain di dalam rumah

52
‫اأام اواَلاااماافاااٱلاااصاالاااحااتاقاااانااا‬ ‫ضاااواِباااأاااناافااقوااااااا‬ ‫سااءا ااااِباااف‬ ‫اااااوامواااناااعلااىاٱلنا‬
‫تا‬ ‫ا‬‫ا‬‫ت‬
‫ا ا ا‬ ‫ا اا ا‬ ‫ا‬‫اا‬ ‫ن‬‫ا‬ ‫ام‬ ‫ااااعااضاااهامااااعالاااىابااااعاا ا ا‬ ‫اٱَّللاابا‬
‫اااااضاالااااا‬ ‫ااااااا‬ ‫ٱلرا اجاااالاقا ا ا‬ ‫اااا‬
‫وهااناافاااإااانا‬ ‫اوااٱضارابااااا‬
‫افاٱل ا‬
‫ااااااماضااااجاعاااا‬
‫وهاانااا‬‫جاارااا‬ ‫اوااٱهاا ا‬‫وهاانااا‬
‫اَتاافاااوااانانااااشاااا ا‬
‫وزااهاانافااااعاظاااا‬ ‫اوٱلاااااِتااا‬
‫اٱَّللاااااا‬
‫ظاااا‬ ‫ااحافاا ا‬ ‫احاافااظاااتالاااالااغاياا ا ا‬
‫باااِبااااا‬ ‫ا ا ا‬
‫ا‬
‫اٱَّللاااكااااناااعالاايااااااكبااريااا‬
‫يَلااإاااااناااا‬ ‫اسباااا‬ ‫اااااااغاواااااعالاياااهاانااا‬
‫اأااطااعاناااكااماافااااَلاتاب‬

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara
(mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian
jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Q.S. An-Nisa:
34)* *Referensi : https://tafsirweb.com/1566-surat-an-nisa-ayat-34.html
10) Memberikan hak istri dalam hubungan intim
11) Memberikan istri kesempatan untuk menghadiri salat jamaah selama keluar dengan
hijab yang sempurna dan juga memberi izin bagi istri untuk mengunjungi
kerabatnya
12) Tidak menyebar rahasia dan aib istri
13) Berhias diri di hadapan istri sebagaimana suami menginginkan demikian pada istri
14) Selalu berprasangka baik dengan istri
b) Kewajiban Istri kepada Suami
1) Menaati perintah suami pada perkara-perkara yang makruf.
Rasulullah  bersabda:

‫ااااااماعاااراا اا‬
‫وف‬ ‫صياااةااإااااَّناااال‬
‫اااااطااااعااةا ااااِفاال‬ ‫اَلاااطااااعةا ااااِفاااماعا ا‬
‫ا اا‬

Artinya: “Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara
yang ma’ruf” (H.R. Bukhari No. 7257; Muslim, No. 1840).
Sumber: https://muslimah.or.id/11760-tidak-boleh-taat-dalam-maksiat-dan-
pelanggaran-agama.html

2) Berdiam di rumah dan tidaklah keluar kecuali dengan izin suami

53
3) Taat pada suami ketika diajak ke ranjang
Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda,

‫ىءالااااعناتااااااهااال ا‬ ‫ا ا‬
‫اشاهاافاأاابااتاااأاااناااا‬
‫احاِتاتااااصابااااح‬
‫اااااااماَلائاااكاةاااا‬ ‫اَتا اا ا ا‬ ‫اامااارأاتااهااإااااَلافااااراا ا ا‬
‫اااااارااجالاااا‬
‫اادااعاااال‬
‫إااذاااا‬
Artinya: “Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang (baca: untuk
berhubungan intim), lantas si istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan
melaknatnya hingga waktu Shubuh” (H.R. Bukhari No. 5193 dan Muslim No. 1436).
Sumber: https://rumaysho.com/8676-menolak-ajakan-suami-untuk-hubungan-
intim.html
4) Tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin suami
Jangan asal memasukkan orang ke dalam rumah apalagi sampai masuk kamar.
Jangan biasakan orang masuk kamar, karena kamar merupakan privasi.
5) Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada kecuali dengan izin suami
6) Tidak menginfakkan harta suami kecuali dengan izinnya
7) Berkhidmat pada suami dan anak-anaknya
8) Menjaga kehormatan, anak dan harta suami
9) Bersyukur dengan pemberian suami
10) Berdandan cantik dan berhias diri di hadapan suami
11) Tidak mengungkit-ungkit pemberian yang diinfakkan kepada suami dan anak-
anaknya dari hartanya
12) Ridho dengan yang sedikit, memiliki sifat kanaah (merasa cukup) dan tidak
membebani suami lebih dari kemampuannya
Nabi bersabda, "Bersedekahlah kalian wahai sekalian wanita, karena
kalian paling banyak menjadi penghuni neraka." Maka seorang wanita bertanya;
Wahai Rasulullah, mengapa kami paling banyak menjadi penghuni neraka? Beliau
bersabda, "Karena kalian paling banyak melaknat dan mengingkari suami." (H.R.
Ahmad No. 3912 via aplikasi Ensiklopedi Hadis)
13) Tidak menyakiti suami dan tidak membuatnya marah
14) Di antara salah satu cara membuat rumah tangga langgeng yaitu ketika suami
marah, jangan pernah menjawab, diam saja. Biasanya suami akan luluh sendiri,
akan merasa bersalah sendiri. jika dijawab, maka tidak akan beres-beres
permasalahannya.
15) Berbuat baik kepada orang tua dan kerabat suami
16) Terus ingin hidup bersama suami dan tidak meminta untuk ditalak kecuali jika ada
alasan yang benar.
17) Jangan sedikit-sedikit “ceraikan aku mas, ceraikan aku mas.”
18) Berkabung ketika meninggalnya suami selama 4 bulan 10 hari

54
B. Taaruf
“Wahai perempuan, bila ada seorang laki-laki ingin melamarmu, akan tetapi di
pinggir jalan sudah berani mengatakan “Aku Cinta Padamu”, ketahuilah dia telah
merendahkanmu. Karena kalau dia memuliakanmu dan menghargaimu, maka dia tidak
akan mampu berkata seperti itu. Bahkan ia akan menganggap, rumahmu berwibawa. Dirimu
berwibawa. Orang tuamu berwibawa. Sehingga ketika datang ke rumahmu, dia tidak berani
sendirian. Dia akan membawa orang-orang saleh untuk bertemu dengan orang tuamu.”
Sebagaimana bertamu, layakkah bertamu melalui pintu belakang? Bertamu itu melalui pintu
depan. Untuk para akhwat, jangan sampai merendahkan dirimu dengan memulai chat kepada
ikhwan yang bukan mahram, terlebih mulai bermesra-mesraan.
1. Taaruf Itu Hanya untuk yang Belum Saling Mengenal
Misalnya ada ikhwan yang tertarik dengan seorang akhwat, di mana si akhwat ini
merupakan anak seorang ustaz, akhlaknya baik, wajahnya rupawan. Sudah kenal dari kecil,
bertetangga, maka tidak perlu taaruf lagi langsung dilamar.
Istilah taaruf secara terminologi bahwa taaruf dilakukan sebelum menikah. Adapun
secara umum, taaruf dilakukan seumur hidup bahkan setelah menikah. Karena kita dapat
mengetahui seluk beluk pasangan yang lebih jauh setelah menikah, tentang apa yang pasangan
sukai dan tidak sukai.
“Taaruf bukan soal mencari kesempurnaan. Taaruf adalah proses yang menguatkan
untuk menikah. Juga kesiapan menerima kekurangannya yang tidak prinsipiil."
Hal-hal prinsipiil terdapat pada agama dan akhlak misalnya salat, menutup aurat, hal-
hal ini harus diutamakan dalam memilih pasangan. Adapun hal-hal yang tidak prinsipiil
kembali kepada masing-masing pihak, disarankan agar tidak mudah menolak pada hal-hal yang
tidak prinsipiil, misalnya ada akhwat yang menolak ikhwan karena wajah si ikhwan seperti
bapak-bapak.

Dari Abu Hatim Al Muzanni , Rasulullah bersabda,

‫وفسادا‬ ‫كنااااااةااِفااا اا اا‬


‫األرضااااا ااا‬ ‫ااااا اا فتن‬
‫إَلااتفعلو ت‬ ‫فأنكاا اا‬
‫اااااا‬،‫حوهاااا‬ ‫وخلااقااهااااا‬
‫اااااااهااااا‬
‫ترضاواانا دين‬
‫كماامااانااااا‬
‫جاءاا ا‬
‫إذااا اا‬

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridai agama dan akhlaknya, maka
nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi” (H.R.
Tirmidzi No.1085. Al Albani berkata dalam Shahih At Tirmidzi bahwa hadis ini hasan
lighairihi).
Sumber: https://muslim.or.id/657-memilih-pasangan-idaman.html

2. Hal yang Harus Dipersiapkan Sebelum Taaruf


a) Mental untuk siap menerima dan tertolak
Apabila belum memiliki mental yang cukup dalam bertaaruf, jangan coba-coba untuk
taaruf, karena hanya akan membuat kita atau calon pasangan sakit.

55
b) Jaga hati! Jangan putuskan untuk jatuh cinta!
Putuskan jatuh cinta ketika Anda sudah menikah dengannya, berdoa kepada Allah agar
Allah menghilangkan perasaan jatuh cinta sebelum Anda menikah dengannya. Meskipun di
hati belum ada perasaan saat menikah maka munculkan perasaan setelah menikah dengan cara
berdoa kepada Allah agar Allah menumbuhkan kecintaan kita kepada pasangan. Jatuh cinta itu
merupakan give dari Allah. Kalau kita memutuskan untuk jatuh cinta sebelum menikah, maka
ini merupakan musibah.
c) Jangan expect berlebihan! Turunkan standar diri!
Sebelum berekspektasi terhadap suatu hal, hendaklah kita bercermin terlebih dahulu.
Jika menginginkan pasangan yang fisiknya bernilai 9, sementara kita nilainya 4 maka turunkan
standar. Turunkan standar pada hal-hal yang tidak prinsipiil, adapun pada hal-hal yang
prinsipiil maka kita harus meninggikan standar.
d) Perbanyak salat istikharah
Istikharah bukan hanya sekali dua kali, namun dilakukan pada setiap proses.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, beliau berkata,

‫وراةا‬
‫سااا‬ ‫اااااعالااامااال‬
‫ااااا‬ ‫افاااااألااماواارا ااكلااااهااا‬
‫اااكااماايا‬،‫اا‬ ‫خاااراةااا‬ ‫اأاصاحاباااهاااا ا‬
‫ااَلاساتااا ا‬
‫ا‬
‫ااَّللا–اصلىاهللااعليهاوسلما–ايااااعالامااااا ا ا اا‬
‫ااكااااناااراسوااالااااا‬
‫اا‬
‫اأاساتااااخارياااكا‬ ‫ااااافرااايضااةااااُثااالااايااااقاالاالل‬
‫ااااااهامااإاااااّنااا‬ ‫امااناااغاااريااال‬‫ْيااا‬
‫ا‬ ‫اأاحاادااكاماااااَباألااماراافا‬
‫ااالااارياااكاعاااااركااعاتااااا‬ ‫ااهامااااا‬ ‫ااااقوااالااا«اإااااذااااا‬
‫ااماناال ا‬
‫اااااقاارااآنايا‬ ‫ا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫تا‬ ‫اواأاناا ا‬،‫ا‬
‫اأاعالااماااااا‬ ‫اواَلاااا‬ ‫اواَلااااأاقااداارااااا‬
‫اوتااااعالااماااا‬،‫ا‬ ‫ااااقاداارااا‬ ‫ناكاتا‬
‫اااااإااا ا‬
‫اف‬،‫كا‬ ‫كاااماانافااااضالاا ا‬ ‫اوااأاساأالاا ا‬،‫ا‬
‫كااااا‬ ‫اواأااساتااااقاداارااكابااااقااداارتاا ا‬،‫ا‬
‫كااااا‬ ‫بااعالااما ا‬
‫ا‬
‫آجلاااهاا–ا‬ ‫ىاوااا‬
‫اأاماراا ااا‬
‫اجالاااا‬ ‫افاااعااا‬
‫ااَلااا ا‬ ‫ااااألااماارا–ااُثاااتااااساااماايهاابااااعايااناااهاا–اااخاارياااا‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫اهااذااا ا‬ ‫ااااعالااماااا‬
‫تاتا‬ ‫اااااااااهاماافاااإااان ااكناا ا‬
‫االل‬،‫وبا‬ ‫اااااغايااا ا‬
‫اعااَلاامااال ا‬
‫ااااعالااماا‬
‫تاتا‬‫اوإاانا اكاناا ا‬ ‫االل‬،‫اَلافااااايهاا‬
‫اااااااااهاماااا‬
‫اَباراااكااا‬
‫ااااُثااااا‬
‫ا‬،‫اَلا‬ ‫اويااااساراهاااا‬،‫ا‬ ‫ا‬
‫اأامارااىاا ا–افااقااااادااراهااااَلااااا ا ا‬ ‫ىاواعااقاااباااةاااا‬ ‫افاااداااايِناا ا‬
‫اوامااعااااشا ااا‬ ‫ا‬
‫اأاوااا‬
‫قااااالاااا‬
‫اواقاااااداارااا‬،‫ا‬ ‫اأامراا اا ا اا‬ ‫ا ا‬ ‫ىاواعااقاااباااةاااا‬ ‫افاااداااايِناا ا‬ ‫اَلااا‬‫اشارااا‬
‫اَلاا‬ ‫ىاوااآجلااها–افااااصارافااِناااعانااهاااااا‬ ‫اأامارااىاا–ااااأاواقااااااالااافاااعااااجالااااا ا‬ ‫اوامااعااااشا ااا‬ ‫ا‬ ‫أاااناهاااا‬
»‫ضااِنابااااهاا‬
‫ااا‬ ‫ااااُثااااارا ا‬
‫ا ا‬،‫ث ااكاااانا‬ ‫احيااا ا‬
‫ااااْلااارياااا‬

“Rasulullah biasa mengajari para sahabatnya salat istikharah dalam setiap


urusan. Beliau mengajari salat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al Qur’an.
Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan
suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua raka’at selain shalat fardhu, lalu hendaklah ia
berdo’a: “Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka
min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul
ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron
lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa
yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini
wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil
khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih”

56
“Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon
kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu.
Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau
yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya
Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam
urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku),
maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya
Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan
akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia
dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun rida dengannya.”
(H.R. Bukhari No. 7390, dari Jabir bin ‘Abdillah)
Sumber: https://rumaysho.com/881-panduan-shalat-istikhoroh.html

Jangan berdoa yang memaksa, contohnya “Ya Allah, jika dia baik untukku maka
jodohkanlah akun dengannya. Jika dia tidak baik untukku maka buatlah dia baik dan
jodohkanlah dia denganku.”
3. Mencari Pasangan Jangan Main-main
“Anda akan memilih manusia yang akan hidup paling lama dengan Anda!”
4. 4 Hal yang Harus Dilakukan saat Taaruf
a) Kenali Fisiknya
b) Kenali Keluarganya
c) Kenali Lingkungannya
d) Salat Istikharah
5. Taaruf dengan Pacaran Dulu
“Bagaimana mungkin menginginkan rumah tangga surga sedangkan fondasinya
menghasilkan kemurkaan dari Sang Pemilik Surga?”
“Taaruf itu hanya bagi yang SUDAH SIAP NIKAH. Bukan cuma sekedar pengen aja.
Beda antara yang SIAP NIKAH dengan yang hanya PENGEN NIKAH.”
6. Kirim CV Taaruf ke Banyak Orang
“Selesaikan taaruf satu-satu. Jangan taaruf langsung ke banyak orang. Karena itu bisa
menyakiti hati dan tidak beradab.”
7. Teknis Taaruf
“Teknis taaruf yang syar’i tidak dijelaskan secara detail oleh alquran dan sunnah, oleh
karena itu hal-hal yang berkaitan dengan teknis kembalinya kepada ‘urf.”
Ketika ta’aruf jangan berkhalwat, jangan saling chat satu sama lain secara langsung.

57
8. Perantara dalam Taaruf
“Harus melalui comblang/washl (perantara). Jangan tukar CV langsung. Comblang ini
harus yang sudah menikah dalam rangka sad zaro'i (menutup celah-celah). Bisa ke ustaz yang
sudah menikah atau melalui istrinya.
9. Tahapan-tahapan Taaruf
a) Tukar CV data-data umum saja.
b) Ketika lanjut barulah kirim biodata yang lebih lengkap.
c) Mencari tahu lebih dalam dengan tanya-tanya ke sahabatnya, kerabatnya,
keluarganya. Jangan cuma tanya teman kajian, tapi teman sekolah, teman kerja,
teman bisnis. Dalam bertaaruf lebih bagus jika informasi tidak diperoleh secara
langsung dari calon pasangannya.
10. Hal yang Pertama Kali Ditanyakan
“Cantiknya. Kemudian agamanya. Cantik itu permulaan. Finalnya adalah agama.”
11. Lafaz Penolakan yang Harus Dipahami
a) Anak saya belum lulus
b) Si Fulanah belum siap nikah
c) Nanti ya istikharah dulu
d) Tunggu selesai pendidikan ya
e) Tahun depan kesini lagi ya
12. Move On dari Gagal Taaruf?
Ketahuilah kita tidak dapat melupakan sesuatu yang lain kecuali ada penggantinya.
Misalnya kita mau meninggalkan musik, maka cari pengganti musik seperti alquran.
Bagaimana cara meninggalkan zina? Dengan cara menikah. Mau meninggalkan riba, maka
lakukan jual-beli. Ketika Allah SWT mengharamkan sesuatu, ada penggantinya. Ketika Allah
mengharamkan Anda dari Si Fulan atau dari Si Fulan, berarti Allah sudah siapkan subtitusinya
dan manusia itu pasti punya masa-masa move on ketika dia sudah menemukan penggantinya.
“Belajarlah melupakan, sebagaimana kita belajar bagaimana cara mengingat dan
menghafal. Kita juga harus belajar untuk melupakan.”
13. Ketika Taaruf dan Lamaran Ditolak
"Bunga bukan setangkai. Kumbang bukan seekor. Patah tumbuh hilang berganti.
Hilang satu tumbuh seribu"

C. Istikharah
1. Libatkan Allah Selalu dalam Proses Pencarian Jodoh dengan Salat Istikharah
Salat istikharah sederhananya adalah Anda salat sunnah dua rakaat kemudian berdoa
“Ya Allah kalau pilihan ini baik, dekatkanlah. Ya Allah kalau ini buruk maka jauhkanlah.”

58
2. Jawaban Istikharah
Setelah salat Istikharah, maka lanjutkanlah dan berjalanlah. Kalau dipermudah, maka
berarti itu pilihan yang dipilih Allah. Tidak harus dari mimpi ada tanda-tanda.
“Istikharah itu Ketika berada di antara pilihan yang baik. Ketika sudah hanya ada
pilihan buruk, maka sudah jelas langsung tinggalkan.”

D. Nazor
“Nazor itu 80-90% sudah siap menikahi.
1. Syarat dan Ketentuan Nazor
a) Kemungkinan besar diterima
b) Tidak boleh berkhalwat
c) Tidak boleh dengan syahwat
d) Boleh diulang ulang berkali-kali asal diizinkan oleh akhwat
e) Jangan jadikan keputusan hanya dari foto
f) Dianjurkan nazor ketika dia tidak sadar sedang dilihat
g) Boleh nazor melalui perantara yang dapat dipercaya
2. Macam-macam Nazor
a) Nazor Resmi
b) Nazor Tidak Resmi
3. Apa Saja yang Boleh Dilihat?
a) Nazor Resmi
Jumhur Ulama berpendapat wajah dan telapak tangan.
b) Nazor Tidak Resmi
Apa yang sering tampak ketika sedang berada di hadapan mahramnya.

E. Mahar
1. Mahar Harus yang Bernilai
Mahar adalah hak mempelai wanita. Tetapi bukan syarat dan bukan rukun. Tidak sah
mahar berupa hafalan alquran. Mahar yang sah adalah jasa mengajarkan alquran.
2. Macam-macam Mahar
a) Mahar Penuh
Ketika sudah di-jima’ atau ketika sudah berhubungan badan.
b) Mahar Mitsl
Ketika akad mahar tidak disebutkan, ketika mahar majhul, ketika mahar haram
c) Setengah mahar
Ketika akad disebut dan diceraikan sebelum di-jima’

59
d) Mut’ah
Pemberian kepada perempuan setelah dukhul dan dicerai. Patokannya hakim.
e) Mahar Gugur
Aib, khulu', fasakh.

F. Khitbah
1. Adab dan Ketentuan Khitbah
a) Pastikan bahwa perempuan yang ingin di-khitbah belum ada yang khitbah
sebelumnya
b) Bawa tokoh agama; ustaz, kiai, saudara yang dituakan, dsb.
c) Khitbah adalah janji menikah, bukan pernikahan itu sendiri
d) Seseorang boleh langsung akad tanpa khitbah
2. Jarak Khitbah ke Akad
"Usahakan sesegera mungkin. Karena setan selalu mencari celah. Calon Mertua yang
asalnya menjaga ketat bisa bermudah-mudahan kepada anaknya."
3. Hukum Tukar Cincin Khitbah
a) Laki-laki haram pakai perhiasan emas
b) Kalau ada yakin itu dapat melanggengkan maka ini syirik kecil
c) Tasyabbuh karena ini budaya barat, budaya Yunani

G. Akad dan Walimah


1. Persyaratan dalam Akad Nikah
Boleh, dengan syarat:
a) Tidak bertentangan dengan syariat
b) Tidak bertentangan dengan konsekuensi nikah
2. Contoh Persyaratan Akad Nikah yang Sah
a) Uang panai (adat masyarakat Bugis)
b) Harus tinggal di rumah orang tuanya
c) Masalah kadar nafkah dan mahar
d) Istri boleh tetap bekerja
e) Suami tidak boleh poligami (khilaf)
3. Persyaratan dalam Akad Nikah Bathil
a) Nikah Mut’ah
b) Nikah Tahlil
c) Nikah Syighor
d) Nikah Mu’allaq
e) Nikah Misyar
4. Aib yang Menyebabkan Gugurnya Pernikahan
a) Aib khusus laki-laki: impoten, terpotong

60
b) Aib khusus perempuan: kelamin tertutup atau bersambung dengan anus
c) Aib keduanya: HIV/AIDS
5. Aib yang tidak menggugurkan Pernikahan
a) Tidak mengganggu kesempurnaan hubungan biologis
b) Buta, pincang, dsb.
c) Tidak perawan

H. Menyikapi Adat Pernikahan


1. Walimatul ‘Ursy

Nabi  bersabda, "Adakanlah walimah walau dengan seekor domba.”


(H.R. Bukhari No. 5618 via aplikasi Ensiklopedi Hadis)
2. Ketentuan Walimatul ‘Ursy
a) Tidak boleh hanya mengundang orang kaya saja
b) Sangat dianjurkan mengundang orang-orang saleh
c) Wajib menghadiri undangan walimatul ‘ursy kecuali ada uzur
d) Tidak ada pelanggaran syariat
3. Hukum Kotak Uang Saat Walimah
Meletakkan kotak infak dalam acara walimah pernikahan boleh sesuai ‘urf (kebiasaan)
di tempat masing-masing. Tapi tidak wajib. Artinya sekiranya infak yang dikumpulkan dalam
acara tersebut sedikit, maka shohibul hajah (tuan rumah) tidak sedih dan juga marah. karena
yang datang dalam acara walimah tidak wajib bawah amplop (berisi uang).
4. Penanggung Jawab Walimah
Hukum asal walimah adalah tanggung jawab pihak lelaki. Akan tetapi bila ‘urf
menyatakan bahwa walimah yang mengurusi adalah pihak wanita, maka tidak masalah.
5. Amplop Hajatan sebagai Hutang?
a) Tujuan pemberi amplop harus diperjelas
b) Apabila tidak diketahui, maka dikembalikan kepada ‘urf
Tradisi ini, walaupun tak terucap dan tak tertulis, bersifat mengikat dan dipahami
sebagai pinjaman. Sebagaimana kaidah fikih yang menegaskan, "sesuatu yang sudah menjadi
tradisi (‘urf) itu seperti disyaratkan."
6. Ketentuan Adat dalam Pernikahan
Prosesi, busana, acara adat selama tidak bertentangan dengan syariat, tidak
mengandung unsur kesyirikan dan kemaksiatan, maka hukumnya boleh. Contoh kesyirikan:
meyakini adanya kesialan bila tidak dilakukan. Contoh kemaksiatan: membuka aurat,
mendekatkan kepada zina.

61
QnA
1. Ada dua case tentang ikhwan. Yang pertama kami sudah bertukar CV kemudian ikhwan
bilang melalui perantara bahwa akan istikharah selama seminggu, setelah itu ia
menyampaikan lagi kepada perantaranya bahwa saat ini belum bisa komunikasi dulu,
apakah itu termasuk penolakan? Untuk case yang kedua, bila ada ikhwan mengenalkan
dirinya dan keadaan keluarganya bahwa ia berasal dari keluarga sederhana melalui telepon
kurang lebih 5 menit, apakah itu termasuk proses taaruf?
Jawaban:
Proses taaruf itu proses untuk berkenalan jika belum kenal. Apa pun informasi yang
Anda dapatkan kepada calon pasangan Anda itu berarti taaruf meskipun melalui telepon
atau mendapatkan informasi dari orang lain dengan patokan tidak melanggar syariat. Dalam
hal ini, usahakan jangan berhubungan langsung melalui telepon, tapi melalui perantara. Jika
ingin melalui telepon, maka jangan hanya bertelepon berduaan tapi bertiga atau berempat
dalam rangka menghindari khalwat. Atau usahakan melalui telepon, bisa melalui grup saja
yang berisi mahram Anda, ada mahram dia.
Apakah ketika dia bilang saya istikharah itu merupakan lafaz penolakan? Teman-teman
begini, ketika Anda merasa di php-in, ikhwannya ini tidak ada kejelasan. Maka kalau saran
saya berikan tenggat waktu selama satu minggu ke depan, kalau tidak ada keputusan saya
mundur dari proses ini. Karena kalau antum mengikuti alurnya dia, antum akan
terombang-ambing sendiri.
Saya sudah pernah menjadi mak comblang, saya membantu proses seorang akhwat
yang ingin taaruf. Saya berusaha untuk mengoreksi keduanya, ikhwan ini ragu-ragu jadi
dia tidak mau kasih keputusan iya atau tidak. Kalau iya, iya. Kalau tidak, jangan gantung
seperti ini, kasihan akhwatnya. Ikhwan menjawab merasa tidak enak mengatakan tidak.
Karena Anda tidak enak bilang tidak, itulah yang tidak mengenakkan dia. Sehingga
seharusnya bilang tidak dari awal, jangan diam dulu harus tegas. Ketika ada lafaz ragu-
ragu, saya pikirkan dulu, maka berikan waktu setelah itu tinggalkan. Jangan berlama-lama
dalam proses demikian karena ketika dia sudah ingin memutuskan untuk menikah dan dia
sudah memutuskan taaruf berarti dia sudah siap untuk menikah. Kalau misalkan ada yang
tidak sreg maka katakan tidak mau “Maaf saya tidak lanjut” selesai, dibandingkan harus
pakai lafaz “Saya istikharah dulu, saya tanyakan dulu kepada orang tua saya” dan
sebagainya. Hendaknya kita tegas dengan perkara-perkara demikian, jangan mau
diombang-ambing perasaannya oleh mereka.

2. Saya seorang ibu ustaz dari dua anak laki-laki. Anak saya remaja sudah umur 17 tahun,
ketika dia mengungkapkan rasa suka kepada teman lawan jenisnya itu saya harus
bagaimana ustaz? Takutnya terjadi pacaran dan lain-lain. Apa yang harus saya bentengi
untuk anak saya? Kedua, kalau tidak salah hadis atau ayat ya ustaz yang tadi disebutkan
tentang ketika ada laki-laki saleh yang agamanya baik dan akhlaknya baik ketika ditolak
itu akan menimbulkan keburukan. Dulu itu, saya punya calon yang agamanya itu menurut
saya dan pendapat orang lain itu baik, akhlaknya juga baik, sopan, tapi orang tua saya
menolak tidak merestui, akhirnya kami tidak jadi menikah dan saya menikah dengan suami
saya ini tidak melalui proses pacaran dan hanya kenal berapa bulan, dari itu pun tidak
pernah ketemu lagi. Setelah kenal pada saat saya koas praktik kedokteran di Klaten, setelah

62
itu menikah, terus terjadi keburukan-keburukan yang di dalam rumah tangga berupa
cobaan, ujian. Apakah itu termasuk ke dalam hadis atau ayat tadi?
Jawaban:
Pertama, bagaimana menyikapi anak yang berusia 17 tahun ketika dia mengatakan dia
suka dengan lawan jenisnya? Caranya adalah menuntunnya. Jangan langsung
menyalahkan, jangan judging. Ketika anak itu sudah mau bercerita tentang sikap yang
terjadi terhadap dia kepada kita, apalagi di usia remaja yang mana sangat langka pada
zaman sekarang. Maka perlu kita apresiasi, kita antusias, “Maa syaa Allah.” Tapi kita harus
tuntun ke arah yang benar, jangan justru didiamkan. Bagaimana cara menuntunnya?
Katakan bahwa “Di dalam Islam itu kita itu tidak boleh pacaran kecuali setelah menikah.
Kemudian ketika kamu menyukai lawan jenis, itu berarti kamu normal. Alhamdulillah
kamu normal kamu tidak seperti sebagian orang-orang pada zaman sekarang yang sudah
melenceng.” Kemudian apresiasi juga bahwa “Mama ini senang banget kamu mau cerita
sama mama.” Kemudian juga katakan kepada dia bahwa “Bukti bahwa kamu memuliakan
wanita adalah dengan tidak memacarinya.” Kita harus arahkan itu, “Ketika kamu
memuliakan wanita: kamu akan menganggap wanita itu mulia ketika kamu tidak mau
menyentuhnya, kecuali dia halal bagimu. Jadi ketika kamu sudah mulai memacarinya,
sudah mulai berani menyentuhnya, tandanya kamu menghinakan dia.” Kemudian katakan
“Kamu mau tidak kalau umi dicolek sama laki-laki lain? Mau tidak? Tidak terima kan?
Begitu pula wanita lain, jangan kamu nodai dengan memacarinya.” Silakan diarahkan
dengan bahasa-bahasa yang lebih komunikatif kepada anak, dan dia lebih paham dengan
bahasa-bahasa tersebut. Tentunya juga bikin anak itu supaya cerita terus kepada kita.
Jangan sampai justru dia kabur dari kita, tidak mau cerita lagi karena kita terlalu judging
sama kita.
Kemudian yang kedua. Apakah itu bagian daripada kerusakannya? Tentu banyak
dampaknya, bukan hanya kerusakan pada hal-hal yang tadi sifatnya perkara rumah tangga.
Tapi secara umum kerusakannya itu tidak definitif di sini.
Kita tidak usah fokus pada hal-hal yang lampau. Karena hal tersebut sudah terjadi, entah
itu adalah sebab daripada hukuman kita pada masa yang telah lampau atau tidak, hal
tersebut kita tidak mengetahuinya. Kita fokus ke masa depan. Kita perlu lakukan evaluasi
dan kita harus tahu bahwa itu permasalahan rumah tangga yang sudah terjadi itu semua
sudah takdir Allah  yang tinggal kita terima dan kita hendaknya bertobat atas
kesalahan kita di masa lalu sehingga Allah tidak menghukum kita dengan kesalahan kita di
masa lalu. Apakah memang itu adalah bagian daripada masuk ke dalam hadis tersebut?
Karena hadisnya tidak definitif, apakah kerusakan ini bentuknya seperti apa itu tidak
definitif. Hanya saja kita harus kembali kepada evaluasi diri kita barangkali demikian,
barangkali demikian, kemudian kita bertobat dan fokus membenahi sisanya.

63
3. Saya mempunyai adik laki-laki yang akan memilih calon pasangan dan qodarullah semisal
kurang baik akhlaknya secara syar'i, orang tua dan kami pun tidak setuju dengan
perempuan itu, apakah boleh orang tua melarang dan tidak mengiyakan untuk tidak
menikahi perempuan tersebut dan jika adik laki-laki tersebut tetap ingin menikahinya,
bagaimana sikap kami sebagai keluarga besar untuk menanggapinya? Semoga hal tersebut
tidak terjadi, semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik.
Jawaban:
Ketika laki-laki dinasihati, sebetulnya Anda tidak memiliki hak prerogatif karena dia
bisa menentukan pilihannya sendiri. Berbeda dengan perempuan yang memang dipilihkan.
Jadi kalau laki-laki, kita sifatnya hanya dapat menyarankan tidak dapat melarang karena
betapa pun kita melarang otomatis dia bisa memutuskan pilihannya sendiri. Bagaimana
caranya supaya nasehat kita diterima oleh dia? Seperti layaknya menasihati orang lain,
tidak langsung judging, kita sampaikan bahwa demikian faktanya dan kita menginginkan
yang terbaik untuknya, kemudian juga kita berusaha carikan alternatif. Kadang-kadang
kalau melarang saja, tapi tidak dicarikan alternatifnya yang lebih baik maka tidak akan
memberikan solusi justru menjadi masalah. Kalau Anda ingin menyarankan yang lebih
baik, usahakan Anda juga mencarikan solusinya. Akhlaknya kurang baik, carikan dari
teman-teman, siapa tahu si adik mau. Anda bantu carikan, karena lelaki itu butuh solusi
juga. Kalau dia melihat yang lebih baik tentu biasanya dia akan memilih yang lebih baik
dibandingkan yang buruk.

4. Adik saya dilamar seseorang yang tidak disukainya meskipun jika dikenali agama dan
lingkungannya baik tapi fisiknya ‘kurang’ dan sudah ditolak oleh orang tua atas permintaan
adik saya, bagaimana tanggapan ustaz?
Jawaban:
Mencari yang ideal itu sebenarnya kembali pada preferensi masing-masing karena
setiap orang dapat menentukan pilihannya masing-masing. Tetapi memang, Rasulullah
sudah menyarankan jika ada yang datang ‘akhlaknya baik, bertakwa’ terima saja. Karena
itu bagian daripada kita menjalankan perintah Rasulullah. Tapi kalaupun menolaknya,
maka hendaknya juga ada hal yang diprioritaskan lainnya, bukan semata-mata karena
fisiknya. Apalagi kalau sampai dia tahu ini ditolak gara-gara fisiknya, itu akan menyakiti
perasaannya, karena laki-laki juga punya perasaan. Jadi usahakan pun kalau Anda
menolaknya, menolak dengan cara yang baik-baik dan berdoa kepada Allah supaya
memberikan pengganti yang terbaik. Secara umum itu menyelisihi sunnah nabi ,
tapi apakah masuk sampai ke dalam tahap yang berdosa? Allahu a’lam. Kalau memang
alasannya kuat, maka insyaa Allah itu bukan masuk ke dalam permasalahan yang masuk
ke dalam hal yang berdosa selama memang alasannya adalah alasan yang kuat, karena
kembali lagi bahwa itu adalah termasuk preferensi masing-masing. Dan itu juga masuk
dalam bagian sekufu, seandainya wanita ini cantiknya 9 kemudian laki-lakinya ini 3 atau
4, berarti tidak sekufu. Sebagaimana kita juga disunahkan untuk memilih pasangan yang
sekufu dan sekufu adalah haknya perempuan Jadi kalau seandainya memang gapnya terlalu
jauh, maka kami rasa tidak masalah apabila ditolak juga demikian cuman memang tetap
tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah .

64
5. Apa berdosa jika kita memilih pasangan saat menikah dengan pilihan kita? Bukan pilihan
orang tua, sementara orang tua inginnya sama si A, tapi kita pilihnya yang B (pilihan kita
sendiri) apakah itu berdosa? Dan ada yang bilang durhaka sama orang tua karena tidak
nurut tapi akhirnya menikah dengan sama pilihannya itu, tidak dengan pilihan orang tua
ini. Orang tuanya pun tetap menikahkan namun dengan terpaksa karena sudah keinginan
anaknya.
Jawaban:
Jadi dalam fikih itu ada memang istilah ketika wali itu menjodohkan kepada yang tidak
sekufu dengan perempuan. Dalam syariat, si perempuan ini boleh menikah dengan
pilihannya, ketika memang pilihan daripada orang tua tidak sekufu dengan si anak ini.
Bahkan dapat memudaratkan perempuan itu, itu secara umum. Tapi kalau misalkan pilihan
orang tua sama-sama sekufu dengan pilihan si anak ini kemudian juga pilihan orang tua
bermaslahat sama dengan pilihan anak ini. Maka hendaknya tetap taat kepada orang tua
tersebut kepada pilihan dan orang tua. Kalaupun ternyata jiwa kita merasa kekeh, kita
dominan kepada yang salah satunya maka hendaknya dijelaskan dengan cara yang baik-
baik, kemudian sampaikan yang baik-baik, dan kecenderungan itu akan menentukan juga
nanti di dalam proses pernikahan, dalam pernikahan, menjalani kehidupan pernikahan
selanjutnya, kita sampaikan. Tapi kalau misalkan tetap tidak diterima, maka saran saya
tetap mengikuti pilihan orang tua karena hukum asal taat kepada orang tua adalah wajib
selama tidak pada hal-hal yang maksiat. Kembali ke pertanyaan saya, apakah hal ini hal
maksiat atau bukan? Kan jawabannya bukan, maka kembali pada hukumnya wajib. Apakah
berdosa? Jika masuk pada definisi ini, tentu berdosa. Maka dari minta maaf sama orang
tua, minta ridanya. Kemudian berusaha untuk memperbaiki sisa kehidupan kita dengan
bertobat pada kesalahan masa lalu. Allahu a’lam.

6. Saya ingin bertanya, sebelumnya ustaz menjelaskan bahwa saat taaruf itu lebih baik kita
mengetahui calon kita itu dengan bertanya pada teman-temannya ataupun pada
keluarganya. Yang ingin saya tanyakan bagaimana jika kita bertaaruf dengan orang yang
sama sekali belum kita kenal circle-nya tersebut bagaimana cara meminta keterangan dari
teman-teman pergaulannya apakah mungkin kita meminta kontak temannya itu dari calon
pasangan kita? Atau mungkin menyelidikinya diam-diam dan mencari tahu tentang teman-
temannya itu sendiri.
Jawaban:
Yang pertama maksud di sini adalah ketika memang dia satu circle dengan kita, mudah
dijangkau, kita tahu sekolahnya di mana, kemudian satu daerah, hal ini gampang untuk
dicari tahu. Tapi kalau di media sosial, kita tidak tahu sama sekali info tentang dia.
Bagaimana cara mengetahuinya? Apakah minta kontak teman-temannya? Mencari tahu itu
bukan melalui sumber primer. Cari tahu sebaik-baik informasi dalam proses ini, bukan
melalui sumber primer, tapi sumber sekunder, dari orang lain yang kredibel. Karena kalau
dari dia langsung, dia bisa membuat suatu hal jadi baik, padahal artinya tidak seperti itu.
Bagaimana caranya? Cari tahu dari sumber lain dan lagi-lagi ini bukan satu-satunya ini
bukan the one and only, bukan satu-satunya. Jadi kalau misalkan kita enggak dapat
informasi dari teman-temannya Ya sudah cukupkan dari informasi yang kita dapat saja,
misalnya dari orang tuanya, ustaz-ustaznya, misalkan demikian. Sebenarnya agak sedikit

65
worry ketika Anda mencari jodoh sama sekali blank dari sosial media itu sangat-sangat
berisiko sekali. Makanya saya menyarankan kepada siapa pun jangan cari jodoh di
sosmed, kecuali cari jodohnya di biro jodoh mungkin masih memungkinkan, karena
biro jodoh itu yang bertanggung jawab. Tapi kalau betul-betul ada yang DM terus
mengajak “ayo taaruf-an yuk” kemudian Anda meladeni dan sebagainya, ini berisiko sekali
karena saya banyak dapat juga orang-orang yang gagal dan ditipu gara-gara demikian.
Sebaik-baik cari jodoh kalau menurut saya itu yang satu circle. Satu circle yang teman kita
kenal dengan dia. Dari kenalan-kenalan, itu paling mudah dan paling aman kalau yang
selama ini saya lihat. Entah dia pernah satu sekolah dengan kita atau memang kita minta
dikenalkan ke ustaz atau ke ustazah, kemudian kenal. Jika sudah ada yang kenal, ada
informasi yang kredibel yang bisa kita dapatkan. Ketika Anda cari di media sosial itu tidak
ada informasi kredibel yang bisa didapatkan, semuanya anonim, itu bisa terlihat indah
semuanya, karena yang ditampilkan yang baik-baik saja. Nantinya fake semua jadinya,
syukur-syukur kalau benar dapatnya, tapi kemungkinan dapat yang bagusnya itu sangat-
sangat berisiko. Makanya saya sarankan cari yang di satu circle.
Tapi bagaimana ustaz? Saya sudah dapat dari media sosial. Cari informasi sedalam-
dalamnya tanpa dia mengetahui. Bagaimana? Kan hanya dia satu-satunya informasi. Kalau
demikian kita cari sendiri semampu kita, kalau misalkan memang terbatas informasinya.
Suruh dia datang ke rumah bersama walinya kemudian nanti walinya menjelaskan siapa
dia seperti apa dan kita mencari informasi lebih banyak.

7. Ada seorang akhwat yang tertarik sama seorang laki-laki, bagaimana cara menyatakannya,
cara mengutarakannya kata-katanya? Karena dalam hal ini tidak ada perantara antara laki-
laki dan akhwatnya itu. Pertanyaan kedua, ada teman saya yang dulu itu pas kelas 6 SD dia
itu pernah seperti dilecehkan sama laki-laki, pas meranjak ke MTS atau Madrasah yaitu
ada perasaan ingin melakukan itu kembali ustaz, sampai itu menjadi sebuah kebutuhan.
Apakah seorang akhwat itu hukumnya wajib untuk menikah ustaz?
Jawaban:
Pertama, ketika Anda menyukai seorang kemudian tidak ada perantara untuk
menyatakan rasa suka tersebut maka tidak perlu disampaikan perasaan itu. Jadi kaidahnya
adalah tidak semua harus tersampaikan, tidak semua harus tersampaikan karena
terkadang diam saja itu cukup terkadang tidak menyampaikan itu adalah sebuah
penyampaian yang terbaik, tidak menyampaikan adalah sebuah penyampaian yang terbaik.
Jadi jangan dianggap ketika Anda menyampaikan, itu yang terbaik bagi Anda, tidak
demikian, jadi tidak semua penyampaian adalah kebaikan justru mendiamkannya adalah
sebuah kebaikan.
Kedua. Kewajiban untuk menikah atau tidak sebetulnya tergantung ada yang lamar atau
tidak. Jadi kalau si akhwat ini memang belum ada yang lamar, berarti dia belum wajib
untuk menikah, patokannya demikian. Karena dia tidak bisa memilih sendiri, bagaimana
memilih sendiri? Kalau sudah ada yang lamar kapan pun, dia memiliki kewajiban untuk
menikah. Jadi hukum menikah yang telah disebutkan, patokannya adalah kepada
kemampuan kalau belum mampu ya belum wajib, kalau belum wajib ya belum wajib.

66
Kemudian sarannya adalah bertakwa kepada Allah  dengan aktivitas dengan yang
positif karena itu nafsu setan, setan itu ngeri sekali jangan dituruti, cari lingkungan yang
baik dan alihkan aktivitas dengan aktivitas yang positif karena kalau dituruti tidak ada
habisnya.

Rekaman Kajian Pertemuan ke-8 “Fikih Pernikahan”


https://youtu.be/Qux6jSoFzc4

67
BEKAL MENJADI ORANG TUA (DASAR-DASAR PARENTING)
68
Bekal Menjadi Orang Tua (Dasar-Dasar Parenting)
Ustaz Hanan Yasir, Lc.

A. Fitrah-Fitrah Manusia
1. Menikah adalah fitrah
2. Manusia ingin punya keturunan

B. Menjadi Orang Tua yang Baik


1. Harus membekali diri dengan ilmu

Ilmu adalah landasan dalam bersikap, dalam membangun pola pikir, dalam berucap dan
landasan dalam melakukan segala bentuk aktivitas kita. Contoh : Orang Jawa, jika mencarikan
untuk anaknya. Pasti melihat bibit, dia ini anak siapa, bagaimana garis keturunannya,
bagaimana kapabilitasnya. Karena buat apa orang kaya, jika tidak punya ilmu.
2. Mencari pasangan dengan mengutamakan ukhrowi

Rasulullah memberikan pesan,” seorang wanita itu dinikahi karna empat alasan. Yaitu
karna hartanya, karna kedudukannya, kecantikan, serta karna agamanya. Maka pilihlah yang
agamanya, maka kamu akan beruntung.” (H.R. Bukhari dan Muslim )
3. Belajar untuk menjadi sosok seorang guru

Pepatah Arab berkata, “Bagaimana mungkin sebuah bayangan itu akan lurus,
sedangkan tongkatnya itu dalam keadaan bengkok”. Belajarlah menjadi pribadi yang layak
ditiru, karena itu kita harus memperjuangkannya.”
Said bin Musa’id berkata, “Wahai anakku, sungguh aku akan menambahkan rakaat
shalatku.” Hal ini menjadi contoh, kalau orang tua itu menjadi sosok guru bagi anaknya,
menjadi sosok keshalihan bagi anaknya.
4. Melibatkan Allah dalam proses perbaikan diri

Banyak-banyak berdoa kepada Allah agar Allah menshalehkan diri, banyak-banyak


meminta kepada Allah agar Allah berikan cahaya kepada kita. Hal ini yang menyebabkan para
Nabi dan Rasul, tidak pernah berhenti untuk berdoa.

69

Anda mungkin juga menyukai