Anda di halaman 1dari 9

KHUTBAH IDUL FITRI 1444 H/ 2023 M

DPP HIDAYATULLAH
MEMILIH PEMIMPIN JUJUR
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ْ ‫ و‬،‫ اَهلل أَ ْكَب َكبِْيا‬،‫ اَهلل أَ ْكَب‬،‫اَهلل أَ ْكَب‬
ُ‫ ََل الَهَ اهَل هللا‬،ً‫اْلَ ْم ُد هّلِل َكث ْ ًْيا َو ُسْب َحا َن هللا بُ ْكَرةً َوأَصْيال‬ َ ًْ َْ ُ َْ ُ َْ ُ
،ُ‫ ََل إِلَهَ اَِله هللاُ َوهللاُ أَ ْك ََب‬،ُ‫اب َو ْح َده‬ َ ‫َحَز‬ْ ‫َعهز ُجْن َدهُ َوَهَزَم ْاْل‬ َ ‫صَر َعْب َدهُ َوأ‬ َ َ‫ص َد َق َو ْع َدهُ َون‬ َ ،ُ‫َو ْح َده‬
.‫اْلَ ْم ُد‬
ْ ‫ّلِل‬ِ‫هللا أَ ْكَب وِه‬
َ َُ ُ
‫هلل ِم ْن ُش ُرْوِر‬ِ ‫ّلِل وح َده ََنم ُده ونَستعِي نُه ونَست ْغ ِفره ونَست ه ِدي ِه ونَت وب اِلَي ِه ونَعوذُ ِِب‬ ِ ِ ْ ‫إِ هن‬
ُْ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ ُُ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ْ ُ ْ َ ‫اْلَ ْم َد ه‬
‫ أَ ْش َه ُد‬.‫ضلِْلهُ فَلَ ْن ََِت َد لَهُ َولِيًّا ُم ْرِش ًدا‬
ْ ُ‫ات أ َْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَ ُه َو الْ ُم ْهتَ ِد َوَم ْن ي‬ ِ َ‫أَنْ ُف ِسنَا وسيِئ‬
ََ
ِ ‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد أَ هن ُُمَ هم ًدا َعْب ُدهُ َوَر ُس ْولُهُ اله ِذ ْي بَله َغ‬ ِ ِ
‫الر َسالَ َة َوأَ هدى‬ َ ْ‫أَ ْن ََل الَهَ اهَل هللاُ َو ْح َدهُ ََل َش ِري‬
‫هللا َو َعلَى آلِِه‬
ِ ‫ اَللهه هم فَص ِل وسلِم علَى حبِيبِنَا الْمصطََفى ُُم هم ِد ب ِن عب ِد‬.‫ْاْلَمانََة ونَصح ْاْلُهم َة‬
َْ ْ َ ْ ُ َْ َ ْ ََ َ ُ ََ َ َ
ِ ‫هللا أُو ِصي ُكم ونَ ْف ِسي بِت ْقوى‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِِ ‫و‬
‫هللا‬ ََ َ ْ ْ ْ ‫ أَهما بَ ْع َدهُ فَيَا عبَ َاد‬.‫ص ْحبه َوَم ِن َو ْاهتَ َدى ِبَ ْديه إ ََل يَ ْوم الديْ ِن‬ ََ
ِ ِ ِِ ِِ َ ‫ فَ َق‬،‫اعتِ ِه فَ َق ْد فَ َاز الْ ُمته ُق ْو َن‬
َ :‫اَل ِِف َكتَابه الْ َك ِرِْْي أَعُ ْوذُ ِِبهلل م َن الشْهيطَان الهرجْي ِم‬
‫﴿َي‬ َ ‫ال هللاُ تَ َع‬ َ َ‫َوط‬
﴾‫اّلِلَ َح هق تُ َقاتِِه َوََل ََتُوتُ هن إِهَل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬ ‫ين َآمنُوا اته ُقوا ه‬ ِ‫ه‬
َ ‫أَيُّ َها الذ‬
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd

Alhamdulillah, Idul Fitri tahun ini benar-benar dapat kita rayakan tanpa bayang-bayang
corona, tanpa takut dan khawatir tertular virus yang mematikan, dan tanpa rasa was-was.
Kita benar-benar merasa bebas, aman, dan bahagia bersama keluarga.

Hari ini kita buka lebar-lebar pintu rumah kita untuk menyambut saudara-saudara kita
dengan ucapan ahlan wa sahlan wa marhaban. Kita ucapkan selamat hari raya Idul Fitri
sambil bersalam salaman, diselingi ucapan permohonan maaf lahir batin. Jangan lupa kita
bertahniah dengan mengucapkan do’a, Taqabbalallu minna wa minkum, semoga Allah
menerima semua amal kebaikan kalian. Shiyam kalian, qiyam kalian, rukuk dan sujud
kalian, do’a dan dzikir kalian, I’tikaf kalian, shadaqah dan zakat kalian, serta kesabaran dan
keistiqamahan kalian dalam menjalankan puasa sebulan penuh.

1
Kita juga tetap bersyukur kepada Allah SWT, meskipun IdulI Fitri tahun ini diselenggarakan
di hari yang berbeda, tapi suasananya tetap tenang, aman, dan nyaman. Masing-masing
pihak saling menghargai perbedaan sebagai ikhtilaf yang tidak bisa dihiindari. Asal
perbedaan itu dilandasi dalil yang kuat dan logika yang sehat, serta didialogkan dengan
ma’ruf dan ihsan. Perbedaan itu akan menambah khazanah perbendaraan Islam. Asal
tidak saling memaksakan, asal tidak disertai saling menyalahkan dan mengancam, asal
tidak disertai adu fisik dan adu kekuasaan, asal tidak menimbulkan perpecahan dan saling
meniadakan, maka perbedaan itu boleh, tidak dilarang. Asal sebagai satuan ummat kita
tetap bersatu, asal kita tidak pecah dan tafarruq, segala macam perbedaan itu sangat
dimungkinkan. Allah berfirman:

‫ف َب ۡينَ قُلُو ِب ُك ۡم فَأَصۡ َب ۡحتُم‬ َ ‫علَ ۡي ُك ۡم ِإ ۡذ ُكنت ُ ۡم أَ ۡع َدآ ٗء فَأ َ هل‬ ِ ‫يعا َو ََل تَف هَرقُو ْۚاْ َو ۡٱذ ُك ُرواْ ِنعۡ َمتَ ه‬
َ ‫ٱَّلل‬ ِ ‫َص ُمواْ ِب َح ۡب ِل ه‬
ٗ ‫ٱَّلل َج ِم‬ ِ ‫ٱعت‬ ۡ ‫َو‬
‫ار فَأَنقَ َذ ُكم ِم ۡن َه ۗا َك َٰ َذلِكَ يُبَيِنُ ه‬
َ‫ٱَّللُ لَ ُك ۡم َءا َٰيَتِ ِهۦ لَعَله ُك ۡم تَهۡ تَدُون‬ ِ ‫شفَا ُح ۡف َر ٖة ِمنَ ٱلنه‬ َ ‫بِنِعۡ َمتِ ِهۦٓ إِ ۡخ َٰ َو ٗنا َو ُكنت ُ ۡم‬
َ ‫علَ َٰى‬
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu
karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran: 103)

Alhamdulillah, setidak-tidaknya sampai hari ini, ikhtilaf tentang menetapan 1 syawal 1444
H. disikapi secara dewasa oleh segenap pemimpin umat Islam. Semua berjalan damai,
aman, dan harmoni. Kita telah mampu menunjukkan sikap saling menghargai, saling
menghormati, dan berlapang dada dalam menyikapi perbedaan. Meskipun demikian, jika
saya ditanya mana yang lebih baik, maka saya akan menjawab dengan tegas bahwa
bersatunya pendapat tentang penetapan 1 syawal tentu lebih baik. Mengawali puasa
Ramadhan Bersama dan mengakhirinya dengan sama pula. Mudah-mudahan kita bisa
memimpin umat lebih maju ke depan. Jangan sampai orang lain sudah sampai mendarat
di bulan sedang kita masih sibuk urusan penentuan bulan. Lebih parah lagi kalau ummat
ini masih rela dijadikan bulan-bulanan.

Ma’asyiral Muslimin yang berbagia

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahil Hamd

Suasana yang tenang, aman, dan nyaman ini mari kita syukuri dan terus kita pertahankan.
Tak lama lagi, kurang dari setahun lagi kita menghadapi PEMILU serentak. Mari kita
sambut pemilu tersebut sebagai pesta rakyat bukan petaka rakyat. Sebagaimana layaknya

2
sebuah pesta, suasananya pasti ramai, suasananya pasti enjoy, menyenangkan, dan riang
gembira. Diharapkan kita semua, masuk TPS (Tempat Pemungutan Suara) dalam suasana
suka cita, jauh dari suasana tertekan, takut, dan penuh ancaman.

Menyukseskan pemilu adalah wajib bagi seluruh umat Islam Indonesia. Pemilu adalah
kehendak bersama rakyat Indonesia. Oleh karenanya, segala macam bentuk penghalang,
rintangan dan gangguan yang sengaja atau tidak sengaja menghalangi terlaksananya
pemilu sesuai dengan jadwal adalah sebuah kejahatan bernegara, inkonstitusional dan
harus ditolak. Umat Islam harus menjadi garda terdepan dalam menghadapi segala
bentuk ide, gagasan, dan keinginan penundaan pemilu.

Korona atau covid 19 sudah tidak bisa dijadikan alasan penundaan pemilu, juga krisis
ekonomi dan krisis keamanan. Satu-satunya alasan yang tersisa hanya alasan yang dibuat-
buat bukan untuk kepentingan bangsa secara nasional.

Pergiliran kepemimpinan adalah sebuah kepastian, tidak boleh dilawan. Pergantian


kepemimpinan adalah qudrat Ilahi yang mesti terlaksana tanpa hambatan. Siapapun yang
melawan kehendak Tuhan, sunnatullah yang terjadi di alam dengan sendirinya akan
mengalami kerusakan dan kebinasaan. Rezim yang sekuat apapun pasti tumbang dan
terkalahkan oleh iradah Tuhan.

ْۚ ِ ‫َو ِت ْل َك ْاَلَيها ُم نُ َدا ِولُ َها َبيْنَ النه‬


‫اس‬
Artinya: “ Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia
(agar mereka mendapat pelajaran).”

Pemilu adalah jalan damai yang menjamin proses pengalihan kekuasaan dan
kepemimpinan Nasional. Kita ingin setiap pergantian kekuasaan terlaksana dengan wajar,
damai, dan jauh dari gontok-gontokan. Kita tidak ingin pergantian kepemimpinan
nasional diwarnai suasana berdarah-darah. Sudah terlalu banyak darah rakyat yang
tertumpah sejak sebelum dan sesudah kemerdekaan. Kita tidak ingin darah dan energi
bangsa ini tumpah sia-sia. Kita ingin setiap tetesan energi dapat maksimal untuk
membangun kemajuan, kesejahtreaan, dan keadilan.

Momentum itu akan datang sebentar lagi, 2024. Tinggal beberapa bulan lagi. Sebagai
elemen kekuatan bangsa terbesar, wajib bagi kita, ummat Islam untuk menyukseskannya.
Cara yang paling mudah adalah menciptakan suasana seperti hari raya yang kita jalani
hari ini. Tidak ada bentrok, tidak ada tawuran, dan tidak ada hura-hara. Semua damai
seperti damainya hari ini, sebagai berkah dan kemenangan.

3
Perbedaan partai yang kita pilih tidak harus menimbulkan pertentangan, permusuhan,
apalagi dendam. Itulah sebabnya, hindari provoasi, jauhkan adu domba, dan politik pecah
belah. Ummat Islam jangan mau difitnah, jangan mau diprovokasi, dan jangan mau
dipecah belah. Kita adalah satu saudara. Jika kita bentrok, mereka yang bersuka cita. Kalau
kita terbelah, mereka yang senang gembira. Jika kita beradu, maka jika kalah kita akan
jadi abu dan jika menang akan menjadi arang. Sama-sama tidak menguntungkan.

Hari ini Umat Islam telah membuktikan bahwa perbedaan itu tidak membahayakan
ketenangan dan ketentraman masyarakat, asal disertai argument yang kuat dan benar
serta dialog yang baik dan makruf. Sejak zaman Nabi, para sahabat sudah swering
berbeda pendapat. Antara Abu Bakar dengan Umar bin Khaththab juga sering terjadi
perbedaan pandangan. Ukhuwwah dan persaudaraan di antara mereka mengatasi semua
perbedaan, mereka bahkan lebih dari saudara kandung.

Hindari pihak-pihak yang sering mengipas-ngipasi atau provokasi perbedaan, sekalipun


mereka itu seorang tokoh. Jauhkan cara-cara adu domba sesama muslim. Kita, sesama
muslim adalah saudara. Al-Qur’an menegaskan:

َ‫ٱَّلل لَ َعله ُك ۡم ت ُ ۡر َح ُمون‬ ۡ


َ ‫ة فَأَصۡ ِل ُحواْ َب ۡينَ أَخ ََو ۡي ُك ْۡۚم َوٱتهقُواْ ه‬ٞ ‫ِإنه َما ٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ ِإ ۡخ َو‬
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat. (QS. Al Hujurat: 10)

Aneh bin ajaib jika ada pihak yang sikapnya sangat tidak bersahabat, cenderung keras,
benci dan memusuhi sesama muslim. Sebaliknya, mereka berkasih sayang, bermesaraan,
saling berangkulan dengan orang-orang kafir. Bukankah kita telah bersepakat
berpedoman al-Qur’an. Bukankah al-Qur’an telah menetapkan:

ِ ‫علَى ۡٱل ُكفه‬


‫ار ُر َح َما ٓ ُء بَ ۡينَ ُه ۡ ۖۡم‬ َ ‫ٱَّلل َوٱلهذِينَ َمعَهُۥٓ أَ ِش هدآ ُء‬ ُ ‫ هر‬ٞ‫ُّم َح همد‬
ِ ْۚ ‫سو ُل ه‬
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al Fath: 29)

Umat Islam harus pro aktif, kita tidak boleh berpangku tangan Ketika menyaksikan
kecurangan, pemalsuan, dan penipuan. Kita harus berani menjadi syuhada’ al-anaas. Kita
harus selalu berada di tengah dan di depan rakyat. Jangan menjadi saksi tuli dan bisu.
Katakan yang sebenarnya. Yang benar harus dibenarkan, sedang yang salah harus
disingkirkan.

4
Bagi kita, memilih pemimpin itu bagian penting dari syariat Islam. Jika kita ingin negara
kita ini maju, berdaulat, adil dan makmur. Wajib bagi kita memilih pemimpin yang bisa
membawa rakyat dan bangsa Indonesia yang memiliki kapasitas dan untuk itu. Jika kita
ingin negara ini baik, maju dan ber-peradaban, maka pilihlah pemimpin baik baik. Dalam
hal ini Rasulullah bersabda:

‫املال ِِف ُُسَحائِ ِه ْم َوإ َذا َأر َاد بَِق ْوٍم‬


َ ‫ماؤُه ْم َو َج َع َل‬
ُ َ‫ضى بَْي نَ ُه ْم عُل‬
ٍ ِ
ْ ‫إذا َأر َاد هللا ب َق ْوم َخ ْْياً َوهَل َعلَْي‬
َ َ‫هم ُحلَماءَ ُه ْم َوق‬ ِ
‫املال ِِف ُبَ َالئِ ِه ْم‬
َ ‫ضى بَْي نَ ُه ْم ُجها ُُلُْم َو َج َع َل‬َ َ‫َشراً َوهَل َعلَْي ِه ْم ُس َفهاءَ ُه ْم َوق‬

Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa, maka dijadikan pemimpin-
pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka yang
mengendalikan hukum dan peradilan. Allah juga akan menjadikan harta perbendaharaan
di tangan orang-orang dermawan. Tetapi jika Allah menghendaki kehancuran suatu
bangsa, maka dipilihlah pemimpin-pemimpin mereka dari orang-orang sufaha (dungu),
hukum-hukum dikendalikan oleh orang-orang dzalim (jahil), dan harta benda dikuasai
oleh segelintir orang yang bakhil. (HR. Ad-Dailami)

Rasulullah telah memberi resep yang sederhana dan jitu, jika bangsa ini menginginkan
perubahan nasibnya lebih baik lagi, maka cara yang paling efektif adalah memilih
pemimpin yang seperti digambarkan dalam hadits di atas. Tidak ada cara yang lebih
efektif untuk saat ini, di era demokrasi ini, kecuali melalui pemilu. Inilah cara yang paling
beradab dan tidak berdarah-darah. Memang ada cara lain, melalui revolusi atau bahkan
kudeta, tapi korbannya sangat besar dan kita tidak menghendakinya.

Perubahan ini harus kita mulai dari diri kita, mulai dari mensosialisasikan,
mengkampanyekan, kemudian memilih pemimpin di kotak suara. Kita harus aktif, tidak
bersikap pasif semata, karena yang menghendaki perubahan nasib itu adalah kita.
Perubahan nasib bangsa kita tidak bisa digantungkan kepada bangsa lain. Perubahan
nasib bangsa Indonesia terjadi oleh dan dari bangsa kita sendiri. Allah juga menyerahkan
nasib bangsa kita kepada kita sendiri. Allah berfirman:

ْۚ‫س ٓو ٗءا فَ ََل َم َر هد لَهُۥ‬ ‫ٱَّلل ََل يُغَيِ ُر َما بِقَ ۡو ٍم َحت ه َٰى يُغَيِ ُرواْ َما بِأَنفُ ِس ِه ۡ ۗم َوإِ َذآ أَ َرا َد ه‬
ُ ‫ٱَّللُ بِقَ ۡو ٖم‬ َ ‫إِ هن ه‬
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya (QS. Ar Ra’d: 11)

Ayat di atas memberi isyarat kepada kita agar bersungguh-sungguh melakukan segala
bentuk ikhtiyar, usaha, dan aksi nyata di lapangan. Saatnya adalah sekarang, hari ini bukan

5
nanti. Ketahuilah bahwa mereka yang tidak menghendaki perubahan, mereka yang sudah
establish, mereka yang merasa diuntungkan dengan situasi saat ini. Jika kita bekerja dan
berjuang seadanya saja, maka mustahil kemenangan dapat diraih.

Bukankah setiap hari kita selalu mengulang-ulang doa ini:

ۡ ‫َربهنَا ه َۡب لَنَا ِم ۡن أَ ۡز َٰ َو ِجنَا َو ُذ ِر َٰيهتِنَا قُ هرةَ أَ ۡعي ُٖن َو‬


‫ٱجعَ ۡلنَا ِل ۡل ُمتهقِينَ إِ َما ًما‬
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Yang menarik di sini, ada penggalan di akhir do’a tersebut, yaitu: WAJ’ALNA LIL
MUTTAQIINA IMMAMA” Artinya, kita berharap kepada Allah agar dipimpin orang yang
bertaqwa, bukan sembarang orang. Kita tidak rela dipimpin orang yang tidak takut
kepada Allah. Kepemimpinan negara ini tidak bolerh dipisahkan dari keimanan dan
ketaqwaan dan itu tujuan dari ibadah puasa kita. Dalam Islam tidak dikenal pemisahan
antara urusan agama dengan urusan kehidupan nyata.

Pemimpin yang bertaqwa itu jelas harus jujur, memiliki sifat shiddiq. Pemimpin yang
punya rasa takut kepada Allah pasti malu menipu Allah, menipu diri sendiri dan menipu
rakyatnya.

Pemimpin yang memiliki rasa takut kepada Allah akan berusaha sekuat tenaga untuk
mengoyomi, melindungi, dan menyejahterkan rakyatnya. Dia tidak akan membiarkan
rakyatnya terdzalimi di bawah kepemimpinannya. Dia juga tidak rela jika kedapatan
rakyaknya miskin gara-gara sumber daya alamnya dieksplotasi secara sewenang-wenang
oleh sekelolmpok bangsanya sendiri dan sekelompok orang asing.

Rasulullah bersabda:

‫ َويُته َقى بِِه‬،‫ يُ َقاتَ ُل ِم ْن َوَرائِِه‬،ٌ‫اْل َم ُام ُجنهة‬


ِْ ‫إِهَّنَا‬
“Sesungguhnya seorang imam (pemimpin) itu merupakan perisai, tempat orang-orang
berperang di belakangnya dan berlindung dengannya. (HR. Muslim)

Lebih tegas lagi, Rasulullah saw bersabda:

‫ول َع ْن َر ِعيهتِ ِه‬


ٌ ُ‫ا ِْل َم ُام َر ٍاع َوَم ْسئ‬
Imam (pemimpin) itu pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat
yang diurus. (HR. Bukhari dan Ahmad)

6
Beberapa bulan ke depan kita berkesempatan untuk mengubah nasib bangsa ini melalui
pemilu. Melalui pemilu tersebut kita berharap adanya perubahan kepemimpinan,
pemimpin yang pro rakyat, yang membela kepantingan rakyat. Allah telah memberi
telinga kepada kita untuk mendengar baik-baik semua berita dan informasi secara cerdas
dan cermat. Allah juga memberi kita mata untuk melihat rekam jejak para tokoh negeri.
Kita juga diberi otak untuk berfikir dan hati untuk merasa. Semua alat tersebut
dikaruniakan Allah SWT agar digunakan sebaik-baiknya untuk menimbang, memilih dan
menetapkan siapa pemimpin yang layak mengatur kita.
ٓ
َ َ‫ص َر َو ۡٱلفُ َؤا َد ُك ُّل أ ُ ْو َٰلَئِكَ َكان‬
ٗ ‫ع ۡنهُ َم ۡسؤ‬
‫ُوَل‬ َ ‫ِإ هن ٱلسهمۡ َع َو ۡٱل َب‬
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra: 36)

Tugas para pemimpin, terutama pemimpin Islam adalah mendorong ummat agar
bersikap lebih dewasa. Oleh sebab itu, kita harus mendorong kepada pemerintah dan
memberikan edukasi kepada masyarakat.

Pertama, kita harus menjadikan pemilu nanti tidak gaduh, tidak berisik, tidak onar, dan
tidak ada goro-goro. Pemilu ke depan harus berjalan damai, tenang, aman, dan nyaman.

Kedua, pemilu ke depan harus jujur dan transparan, mulai dari pelaksananya, pelakunya,
pengawasnya, terutama pesertanya. Kita semua bisa menjadi pengawas aktif atau
pengamat.

Ketiga, jauhi permusuhan, adu domba, dan fitnah. Kita tidak perlu menghujat, tidak perlu
caci maki, bahkan tidak perlu membenci, apalagi bermusuhan dengan saudara-saudara
sendiri. Era media sosial seperti ini memang sangat riskan dengan adanya polarisasi yang
menggunakan segala bentuk dan cara untuk menfitnah dan adu domba.

Keempat, bermunajat yang maksimal agar Allah menghadirkan dan memilihkan


pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang duduk di parlemen adalah mereka yang jujur, adil
dan bertaqwa. Agar masyarakat Indonesia ini sejahtera lahir bathin dan bisa menjalankan
ibadah sesuai yang diperintahkan oleh Allah

Kita semua pasti berharap agar negara ini dipimpin orang-orang yang bijaksana, yang
tidak dungu dan bukan boneka yang dikendalikan oleh kekuatan asing. Kita ingin negara
yang dididirikan dan diwariskan oleh para funding father (pendiri bangsa) yang sebagian
besar adalah ulama dipimpin orang yang jujur dan berintegritas tinggi. Orang dari dari
proses pemilihannya dikenal jujur dan tidak manipulative, sosok yang cerdas dan
berintegritas, pribadi yang punya harga diri sehingga tidak mudah dibeli dan dikendalikan

7
oligarki. Kita ingin negara yang dimerdekakan oleh rakyat dengan tetesan darah dan
linangan air mata itu dipimpin sosok yang dapat berdiri tegak dan tegas membela
kepentingan rakyat.

Harapan, keinginan, dan cita-cita kita semua dapat terwujud. Kita ingin pemilu yang
sebentar lagi kita hadapi melahirkan presiden pro rakyat dan para legislator paham dan
sejalan dengan kehendak rakyat. Pemilu adalah momentum untuk mengubah nasib
bangsa menjadi lebih baik, lebih maju, adil, dan sejahtera. Untuk mengubah nasib bangsa
Indonesia, pemilu adalah pintu utamanya. Maka marilah kita bermunajat kepada Allah
agar Allah senantiasa menjaga kaum muslimin di Indonesia dan mengaruniakan
pemimpin yang adil dan bijaksana.

َ ِ‫ي بَِر ْحَت‬ ِ ِ ‫ف املرسلِي وعلَى آلِِه و‬ ِ ِ ‫ب‬ ِ ِ ْ


‫ك‬ َ ْ ‫ص ْحبِه أَ ْجَع‬
ََ َ َ َ ْ َ ُْ ‫ص َالةُ َوال هسالَ ُم َعلَى أَ ْشَر‬
‫ي وال ه‬
َ ْ ‫العالَم‬
َ ‫اْلَ ْم ُد هلل َر‬
ِِ
َ ْ ‫ََي أَْر َح َم الهراح‬
‫ي‬
ِ ‫ات اَْلَحي ِاء ِمْن هم واْْلَمو‬
َ ِ‫ات بَِر ْحَت‬ ِ ِ
ِ َ‫ات والْم ْؤِمنِي والْم ْؤِمن‬ ِِ ِ ِ
‫ك ََي‬ َْ َ ْ ُ َْ َ ْ ‫اَلله ُه هم ا ْغف ْر ل ْل ُم ْسلم‬
ُ َ َ ْ ُ َ ‫ي َوالْ ُم ْسل َم‬
‫ي‬ ِِ
َ ْ ‫أ َْر َح َم الهراح‬
ٍ ‫ وَي َغالِبا َغ ْْي م ْغلُو‬،‫ وَي قَ ِريْبا َغ ْْي بعِْي ٍد‬،‫احب ُك ِل فَ ِريْ ٍد‬
‫ ََي‬،‫ب‬ ِ ‫ وَي ص‬،‫اَللهه هم َي م ْؤنِس ُك ِل و ِحي ٍد‬
ْ َ َ ً ََ َ َ ً ََ َ َ ََ ْ َ َ ُ َ ُ
ِْ ‫ ََي َذا الََال ِل و‬،‫َحيُ ََي قَيُّ ْوُم‬
.‫اْل ْكَرِام‬ َ
ِ ‫ك الْ َك َفرَة والْم ْش ِركِي أَع َداء َك أَع َداء‬
ِ ِ‫ي وأ َْهل‬ ِِ ِ ِ
‫الديْ ِن‬ َ ْ َ ْ َْ ُ َ َ َ َ ْ ‫اَلله ُه هم أَعهز اْْل ْسالَ َم َوالْ ُم ْسلم‬
ِ ‫َح ِسن َعاقِب تَ نَا ِِف اْْلُموِر ُكلِها وأ َِجرََن ِمن ِخ ْز ِي الدُّنْيا و َع َذ‬
ِ ْ‫اب ا‬
‫آلخَرِة‬ َ َ ْ ْ َ َ ُْ َ ْ ْ ‫اَلله ُه هم أ‬
ِ ‫جيع وَلَِة الْمسلِ ِمي وانْص ِر اْ ِْلسالَم والْمسلِ ِمي وأَع ِل َكلِمتك إِ ََل ي وِم‬
‫الديْ ِن‬ ِ ِ ‫اَللهه هم أ‬
ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ ْ ْ ُ ُ َ ْ َ ‫َصل ْح‬ ْ ُ

َ ‫ف الْ ُم ْختَلَِف َة َوالش‬


‫هدائِ َد َوالْ ِم َح َن‬ ُّ ‫اَلله ُه هم ْادفَ ْع َعنها الْغَالَءَ َوالْبَالَءَ َوالْ َوِبَءَ َوالْ َف ْح َشاءَ َوالْ ُمْن َكَر َو‬
َ ‫السيُ ْو‬
‫ك َعلَى ُك ِل َشْي ٍئ‬ َ ‫ي َعا هم ًة إِنه‬ ِِ ِ ِ ‫ما ظَهر ِمْن ها وما بطَن ِمن ب لَ ِد ََن ه َذا خا ه‬
َ ْ ‫ص ًة َوم ْن بُْل َدان اْملُ ْسلم‬ َ َ َ ْ َ َ ََ َ ََ َ
‫قَ ِديٌْر‬

8
‫َعنها وََل تُعِن علَي نا‪ ،‬وانصرََن وََل تنصر علَي نا‪ ،‬وام ُكر لَنا وََل َت ُكر علَي نا‪ ،‬و ِ‬
‫اهد ََن ويَ ِس ِر‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫ْ َ َ‬ ‫ُ َ ُْ َ َْ‬ ‫َربهنَا أ ِ َ ْ َ ْ َ‬
‫اُلُدى لَنَا‪.‬‬

‫اْل ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫اس ِريْ َن‬‫َربهنَا ظَلَ ْمنَا أَنْ ُف َسنَا َوإِ ْن ََلْ تَ ْغف ْرلَنَا َوتَ ْر َحْنَا لَنَ ُك ْونَ هن م َن َْ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك‪،‬‬‫ك‪َ ،‬ونَتَ َوَك ُّل َعلَْي َ‬ ‫ك‪َ ،‬ونُ ْؤِم ُن بِ َ‬ ‫ب إِلَْي َ‬‫يك‪ ،‬ونَ ْستَ ْغف ُرَك‪َ ،‬ونَتُ ْو ُ‬ ‫ك‪َ ،‬ونَ ْستَ ْهد َ‬ ‫الله ُه هم إِ هَن نَ ْستَعِينُ َ‬
‫ك‪َ ،‬وََنْلَ ُع َونَْْتُ ُك َم ْن يَ ْف ُج ُرَك‬ ‫اْل ْ َْي ُكلههُ‪َ ،‬ونَ ْش ُك ُرَك َوََل نَ ْك ُف ُرَك َونُ ْؤِم ُن بِ َ‬ ‫ك َْ‬ ‫َونُثِِْن َعلَْي َ‬
‫ِ‬ ‫اللهه هم هإَي َك نَعب ُد ولَك نُ ِ‬
‫ك إ هن‬ ‫ك نَ ْس َعى َوََْنف ُد نَ ْر ُجو َر ْحَتَك َوََنْ َشى َع َذابَ َ‬ ‫صلي َونَ ْس ُج ُد َوإِلَْي َ‬ ‫َ‬ ‫ُْ َ‬ ‫ُ‬
‫الِ هد ِِبلْ ُكفها ِر ُم ْل َح ٌق‪.‬‬
‫َع َذابَك ْ‬
‫يم َة ِم ْن ُك ِل بِ ٍر‪،‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ِ‬
‫ك َوال هس َال َم َة م ْن ُك ِل إ ٍْْث‪َ ،‬والْغَن َ‬ ‫ك َو َعَزائِ َم َم ْغفَرتِ َ‬ ‫ات َر ْحَتِ َ‬‫وجب ِ‬
‫ك ُم َ‬ ‫الله ُه هم إِ هَن نَ ْسأَلُ َ‬
‫هجا َة ِم َن النها ِر‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َوالْ َف ْوَز ِِب ْلَنهة‪َ ،‬والن َ‬
‫ي‪َ ،‬وأَ ْن تَ ْغ ِفَر لَنَا َوتَ ْر َحْنَا‪َ ،‬وإِ َذا‬ ‫ب املساكِ ْ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك ف ْع َل اْلَْ َْيات‪َ ،‬وتَ ْرَك املُْن َكَرات‪َ ،‬و ُح ه َ َ‬
‫اللهه هم إِ هَن نَسأَلُ ِ‬
‫ْ َ‬ ‫ُ‬
‫ِ ِ‬
‫ك‪،‬‬‫ب َم ْن ُُِيبُّ َ‬ ‫ك‪َ ،‬و ُح ه‬ ‫ك ُحبه َ‬ ‫ي‪ .‬اَلله ُه هم إِ هَن نَ ْسأَلُ َ‬ ‫ِ‬ ‫ت بِعِبَاد َك فْت نَ ًة فَتَ َوفهنَا َ‬
‫إليك َغ ْ َْي َم ْفتُ ْنون ْ َ‬ ‫َأرْد َ‬
‫ك‪.‬‬ ‫ب َع َم ٍل يُ َق ِربُنَا إِ ََل ُحبِ َ‬ ‫َو ُح ه‬
‫اللهه هم إِ هَن نَسأَلُك الثهبات ِف اْلَم ِر والعزمي َة ِِف ُّ ِ‬
‫ك‪،‬‬ ‫وح ْس َن ِعبَ َادتِ َ‬ ‫ك ُ‬ ‫ك ُش ْكَر نِ ْع َمتِ َ‬ ‫الرشد ونَ ْسأَلُ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ َ‬
‫ك ِم ْن َش ِر َما تَ ْعلَ ُم‪،‬‬ ‫اَن ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك ِم ْن َخ ِْْي َما تَ ْعلَ ُم‪ ،‬ونَعُ ْوذُ بِ َ‬ ‫صادقًا‪َ ،‬ونَ ْسأَلُ َ‬ ‫ك قلبًا َسل ًيما‪َ ،‬ول َس ً َ‬ ‫َونَ ْسأَلُ َ‬
‫ب‪.‬‬ ‫عالم الغُي و ِ‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ْ‬‫ن‬‫َ‬‫أ‬
‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ها‬
‫ِم‬‫ونست غ ِفرَك ِ‬
‫ُْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ ْ ُ‬
‫اب النها ِر‬ ‫آلخرِة حسن ًة وقِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َ‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ن‬
‫َ‬ ‫َربهنَا آتنَا ِِف الدُّنْيَا َح َسنَ ًة َوِِف اْ َ َ َ َ َ‬
‫ب ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫وص ِل الله هم وسلِم علَى نَبِيِنَا ُُم هم ٍد وعلَى آلِِه و ِ ِ‬
‫ي‬
‫العالَم ْ َ‬
‫ي‪َ ،‬واْلَ ْم ُد هلل َر َ‬‫ص ْحبِه أَ ْجَع ْ َ‬
‫ََ‬ ‫َ ََ‬ ‫َ َ ُ ََ ْ َ‬

‫‪9‬‬

Anda mungkin juga menyukai