Makalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. S Usia 25 Tahun G2P1A0 40-41 Minggu Infartu Kala Ii Dengan Distosia Bahu Di Upt Puskesmas Cikajang
Makalah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. S Usia 25 Tahun G2P1A0 40-41 Minggu Infartu Kala Ii Dengan Distosia Bahu Di Upt Puskesmas Cikajang
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. S USIA 25 TAHUN G2P1A0 40-41
MINGGU INFARTU KALA II DENGAN DISTOSIA BAHU
Disusun oleh :
1. Septyana Futry
2. Hidayanti
3. Yuanita Poerti
4. Alma Samih Sakinah
Pengkaji
Septyana Futry
Hidayanti
Yuanita Purti
Alma Samih Sakinah
Menyetujui
Pembimbing Lapangan
Assalamualaikum, wr. Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 3
2.2
2.3
PENDAHULUAN
2.1.1 Pengertian
1. Kala I
Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm.
Kala I di namakan juga kala pembukaan. Dapat di nyatakan partus
mulai bila his dan ibu mengeluarkan lendir bercampur darah dengan
pendataran (effacement). Lendir bercampur darah berasal dari lendir
kalanis servikalis karena servik mulai membuka dan mendatar.
Darah berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada di sekitar
kanalis servikalis (kanalis servikalis pecah karena pergeseran ketika
servik membuka). Proses membukanya serviks di bagi menjadi dua
fase yaitu:
1. Fase laten
Berlansung selama 7-8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif
Fase ini berlangsung selama 6 jam, dan di bagi lagi menjadi 3
fase:
1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks 2 cm sampai 4
2) Fase dilatasi maksimal Dalam waktu 2 jam pembukaa
berlangsung sangat cepat dari 4 cm sampai 9 cm.
3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm sampai lengkap.
2. Kala II (pengeluaran janin)
Menurut Rohani, dkk(2011), kala II persalinan di mulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan
pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit
b. Ibu merasa ingi meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
c. Ibu merasakan dengan meningkatnya tekanan pada rektum atau
vagina.
d. Perineum terlihat menonjol.
e. Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3. Kala III ( pengeluaran plasenta)
Menurut Kuswanti (2014) kala III disebut juga sebagai kala
uri.Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan posisi fundus uteri
setinggi pusat.Pelepasan plasenta normalnya dalam 6 sampai 15
menit setelah bayi lahir dan secara spontan,pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV (kala pengawasan)
Menurut Rohani,dkk (2011) kala IV di mulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang
harus di lakukan pada kala IV :
a. Tingkat kesadaran.
b. Pemeriksaan tanda- tanda vital.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya perdarahan di anggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc.
5. Psikis ibu
Menurut Rukiyah, dkk,(2012) psikis ibu bersalin sangat
berpengaruh dari dukungan suami dan anggota keluarga yang lain
untuk mendampingi ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan
mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi
langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan
ibu, hargai keinginan ibu untuk di dampingi.
6. Penolong.
Menurut Rukiyah, dkk,(2012) penolong persalinan adalah petugas
kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara
lain dokter,bidan,serta mempunyai kompetensi dalam menolong
persalinan menangani kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika
diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan
infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan,memakai
sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta
pendokumentasian alat bekas pakai.
1. Engagement
Kepala biasanya masuk ke panggul pada posisi transversal atau pada
posisis yang sedikit berbeda dari posisi ini sehingga memanfaatkan
diameter terluas panggul. Engagement terjadi karena ketika bagian
terluas dari bagian presentasi janin berhasil masuk ke pintu atas panggul.
Engagement terjadi pada sbagian besar wanita nulipara sebeum
persalinan, namun tidak terjadi pada sebagian besar wanita mutipara.
Bilangan perlimaan kepala janin yang dapat di palpasi melalui abdomen
sering di gunakan untuk menggambarkan apakah engagement telah
terjadi. Jika lebih dari 2/5 janin dapat di palpasi melalui abdomen,
kepala belum engaged.
2. Penurunan
Selama kala I persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus memberikan
tekanan pada janin untuk turun. Proses ini di percepat dengan pecah
ketuban dan upaya ibu untuk mengejan.
3. Fleksi
Ketika kepala janin turun rongga tengah panggul yang lebih sempit,
fleksi meningkat. Fleksi ini mungkin erupakan gerakan pasif,
sebagian karena struktur di sekitarnya, dan penting dalam
meminimalkan diameter presentasi kepala janin untuk memfasilitasi
perjalanannya melalui jalan lahir. Tekanan pada akses janin akan
lebih cepat di salurkan ke oksiput sehingga meningkatkan fleksi.
4. Rotasi internal
Jika kepala fleksi dengan baik, oksiput akan menjadi titik utama
dan saat mencapai alur yang miring pada otot levator ani, kepala
akan didorong untuk berotasi secara anterior sehingga sutura sagital
kini terletak di diameter anterior posteror pintu bawah panggul.
5. Ekstensi
Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada di bawah simfisis
pubis dan bregma berada dekat batas bawah sakrum. Jaringan lunak
perineum masih memberikan resistensi, dan dapat mengalami
trauma dalam proses ini. Kepala yang fleksi sempurna kini
mengalami ekstensi dengan oksiput keluar dari bawah simfisis pubis
dan mulai mendistensi vulva. Hal ini di kenal sebagai
crowingkepala. Kepala mengalami ekstensi lebih lanjut dan oksiput
yang berada di bawah simfisis pubis hampir berindak sebagai titik
tumpuh wajah dan fdagu tampak secara berturut-turut pada lubang
vagina posterior dan badan perineum. Ekstensi dan gerakan ini
meminimalkan trauma jaringan linak dengn menggunakan diameter
terkecil kepala janin untuk kelahiran.
6. Restitusi
Adalah lepasnya putaran kepala janin yang terjadi akibat rotasi
internal. Restitusi adalah sedikit rotasi oksiput melalui seperdelapan
lingkaran. Saat kepala di lahirkan, oksiput secara langsung berada di
bagian depan. Segera setelah kepala keluar dari vulva, kepala
mensejajarkan dirinya dengan bahu, yang memasuki panggul dalam
posisi oblik (miring).
7. Rotasi eksternal.
Agar dapat di lahirkan bahu harus berotasi ke bidang anterior-
posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini
terjadi, oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih lanjut
ke posisi transversal
8. Kelahiran bahu dan tubuh janin.
Ketika restitusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada
dalam bidang anterior-posterior. Bahu anterior berada di bawah
simfisis pubis dan lahir pertama kali, dan bahu posterior lahir
berikutnya. Meskipun proses ini dapat terjadi tanpa bantuan,
seringkali traksi lateral ini di lakukan dengan menarik kepala janin
secara perlahan ke arah bawah untuk membantu melepaskan bahu
anterior dan bawah simfisis pubis. Normalnya sisa tubuh janin lahir
dengan mudah dengan bahu posterior di pandu ke atas, pada
perineum dengan melakukan traksi ke arah yang berlawanan
sehingga mengayun bayi ke arah abdomen ibu (Holmes,
Debbie,2011)
Intrapartum
• Kala I persalinan memanjang
• Secondary arrest
• Kala II persalinan memanjang
• Augmentasi oksitosin
• Persalinan pervaginam yang ditolong dengan instrumen (forceps
atau vakum)
Hal ini mendukung diagnosis distosia bahu dimana tubuh bayi tidak
kunjung lahir setelah kepala lahir walaupun kontraksi his baik. Tanda klinis
terjadinya distosia bahu meliputi:
1. Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan traksi
yang cukup untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi lahir.
2. Turtle sign adalah kepala bayi tertarik kembali ke perineum ibu setelah
keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti kura-kura yang
menarik kepala kembali ke cangkangnya. Penarikan kepala bayi ini
terjadi akibat bahu depan bayi terperangkap di simfisis pubis ibu
sehingga mencegah lahirnya tubuh bayi.
Komplikasi pada janin yang berkaitan dengan distosia bahu meliputi cedera
pleksus brakialis, fraktur os humerus dan klavikula, ensefalopati hipoksik-iskemik
dan bahkan kematian perinatal.
Ibu
Fetus
Palsi pleksus brakialis
Kematian fetus
Hipoksia fetus, dengan atau tanpa kerusakan neurologis
Fraktur klavikula dan humerus
3.2 Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. S Usia 24 Tahun G2P1A0 Parturien
40-41 Kala I Fase Aktif
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu datang sendiri jam 22.00 wib mengeluh mules dari jam 17.00,
belum keluar air-air, Gerakan janin +. Ibu mengaku hamil 9 bulan
kehamilan ke-2, belum pernah keguguran, HPHT: 13 Mei 2022
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Emosional : Stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,1C
3. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Palpasi : TFU 37 cm
Leopold I : Di fundus teraba bagian lunak, bulat, tidak
melenting.
Leopold II : Dibagian kanan ibu teraba bagian keras
memanjang seperti papan dan dibagian kiri ibu
terdapat bagian-bagian terkecil janin.
Leopold III : Dibagian terbawah janin teraba bagian keras, bulat
dan melenting, kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Divergen 4/5
Auskultasi : DJJ 140 x/menit Reguler
His 2x10’20”
Genetalia : Pemeriksaan dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge I
Moulase : Tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang
HB : 11,3 gr/dl
Golongan Darah : B+
HIV : Negatif
HBSAG : Negatif
Protein Urin : Negatif
Glukosa Urin : Negatif
C. Analisa
G2P1A0 parturien aterem kala I fase laten fisiologis
D. Penatalaksanaan
(KALA I)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu paham dan mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan terlebih dulu
Evaliasi : Ibu mau melakukan
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum terlebih dulu
Evaluasi : ibu mau melakukanya
4. Melakukan observasi kemajuan persalinan
Evaluasi : dilakukan
CATATAN PERKEMBANGAN
PERKEMBANGAN KALA I
Pukul : 02.00 Wib
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules
B. Data Objektif
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/90 MmHg
Nadi : 89 x/m
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 22 x/
SPO2 : 98%
HIS : 3x 10`35”
DJJ : 132 x/m
Pemeriksaan
dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 3-4 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge II
Moulase : Tidak ada
C. Analisa
G2P1A0 40-41 minggu infartu kala I fase laten fisiologis
D. Penatalaksanaan
(KALA I ) :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi: ibu paham dan mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
Evaluasi : ibu bersedia
3. Membantu ibu mengurangi rasa sakit
Evaluasi : ibu bersedia
4. Melakukan observasi kemajuan persalinan
Evaluasi : dilakukan
PERKEMBANGAN KALA I
Pukul : 05.00 Wib
E. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin sering
F. Data Objektif
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/90 MmHg
Nadi : 85 x/m
Suhu : 36,2 C
Respirasi : 21 x/m
SPO2 : 97%
HIS : 4x 10`40”
DJJ : 135 x/m
Pemeriksaan
dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tipis lunak
Pembukaan : 7-8 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge II
Moulase : Tidak ada
G. Analisa
G2P1A0 40-41 minggu infartu kala I fase aktif
H. Penatalaksanaan
(KALA I ) :
5. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi: ibu paham dan mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk mengatur napasnya (Tiup-tiup terlebih
dahulu)
Evaluasi : ibu bersedia
7. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
Evaluasi : ibu bersedia
8. Membantu ibu mengurangi rasa sakit
Evaluasi : ibu bersedia
9. Melakukan observasi kemajuan persalinan
Evaluasi : dilakukan
PERKEMBANGAN KALA II
Pukul : 09.00 wib
I. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin sering dan ingin meneran
J. Data Objektif
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 120/90 MmHg
Nadi : 88 x/m
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 22 x/m
SPO2 : 98%
HIS : 5x 10`45”
DJJ : 140 x/m
Pemeriksaan
dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge III
Moulase : Tidak ada
K. Analisa
G2P1A0 infartu aterem kala II fisiologis
L. Penatalaksanaan
(KALA II ) :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tentang asuhan yang akan
diberikan,
Evaluasi: ibu paham dan mengerti.
2. Meminta suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama
proses persalinan,
Evaluasi : suami dan keluarga bersedia
3. Memposisikan ibu senyaman mungkin
Evaluasi : Ibu Mengerti
4. Menyiapkan Diri dan Alat
Evaluasi : Sudah dilakukan
5. Melakukan Pertolongan Persalinan Normal
Pukul 09.30 WIB Bayi lahir spontan langsung menangis, tonus
otot kuat, warna kulit kemerahan BB : 3800 gr, PB : 50cm, JK:
Perempuan
6. Menjaga kehangatan bayi
Evaluasi : telah dilakukan
7. Lakukan IMD
Evaluasi : Telah dilakukan
PERKEMBANGAN KALA IV
Pukul : 09.35 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih merasa mules
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 89x/menit
Respirasi : 23x/menit
Suhu : 36,70C
3) Pemeriksaan Fisik
Abdomen : kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat,
kandung kemih kosong.
Genetalia : Terdapat lastrasi drajat 2, pengeluaran
Darah aktif
C. Analisa
P2A0 kala IV
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan hekting tanpa lidokain
Evaluasi : dilakukan
2. Melakukan pemantauan kala IV.
Evaluasi: Hasil terlampir di partograf.
3. Memberitahu ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya nifas.
Evaluasi: Ibu mengerti.
4. KIE cara perawatan luka jahitan
Evaluasi : ibu mengerti
5. Membereskan alat dan membersihkan ibu.
Evaluasi: Ibu sudah dibersihkan dan terlihat nyaman.
6. Membenarkan posisi IMD
Evaluasi: bayi masih tetap IMD
7. KIE untuk pemenuhan nutrisi setelah melahirkan.
Evaluasi: Ibu mengerti.
8. KIE kepada ibu untuk pemberian ASI.
Evaluasi: ibu bersedia.
9. Melakukan dekontaminasi alat.
Evaluasi : telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny.S Usia 24 tahun yang dilakukan
penulis sejak tanggal 2 Maret 2023 pada saat pemeriksaan ANC dan pemeriksaan
pada Ny.H didapatkan hasil yang normal
4.1 Kehamilan
Kehamilan Ny. S merupakan kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan
39-40 minggu, kontak dengan pasien sebanyak 1x yaitu pada tanggal 10 Oktober,
dengan analisa Ny. S 39-40 minggu fisiologis. Ibu selalu rutin memeriksakan
kehamilannya ke Posyandu, sejak usia kehamilan 8 minggu sebanyak 4x dan ke
puskesmas sebanyak 3x, ibu sudah mendapatkan TT lengkap sebanyak empat kali,
TT 1 pada tahun 2008 juni usia kehamilan 8 minggu, TT 2 pada usia kehamilan
pada usia kehamilan 21 minggu, TT 3 pada tahun 2013 usia kandungan 5 minggu,
TT 4 pada tahun 2020 usia kandungan 6 mingu. Ibu telah mendapatkan
pemeriksaan darah hemoglobin 1 kali pada kunjungan pertama trimester II dengan
hasil 11,0 gr%, ibu diberikan tablet Fe sebanyak kurang lebih 90 tablet selama
kehamilannya. Selain pemeriksaan BB kenaikan BB ibu mencapai 8 kg,
pengukuran tinggi fundus dan tekanan darah, ibu juga mendapatkan konseling
tentang usia kehamilannya, tentang hasil pemeriksaan, tanda bahaya kehamilan
dan persalinan, persiapan persalinan dan persiapan rujukan bila terjadi
kegawatdaruratan.(Prawirohardjo, 2014)
Asuhan kehamilan yang diberikan pada Ny.S dilakukan sesuai standar
yang yaitu dilakukan sesuai pemeriksaan 10 T terdapat hasil dalam batas normal
yang menjelaskan bahwa kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan yaitu:
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan
sesudah minggu ke 36).
4.2 Persalinan
Proses asuhan kala I, II, III dan IV yang dialami Ny.S berjalan normal
dimana proses persalinan berlangsung normal. Pada kasus Ny.S tidak ada penyulit
dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktiknya, namun dalam langkah
pertolongan persalinan pengisian kelangkapan partograf dilakukan di akhir sejak
pemeriksaan pertama.
Hal tersebut sesuai dengan Kemenkes RI,(2016) menjelaskan bahwa kala
I terdiri atas:
1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai
pembukaan serviks 3 cm, berlangsung sekitar 7-8 jam.
2. Fase aktif pembukaan dari 4-10 cm terjadi dengan kecepatan rata-rata 1
cm perjam pada primipara dan pada multi para lebih dari 1 cm hingga 2
cm berlangsung sekitar 6 jam.
Sedangkan menurut Kemenkes RI, (2016) Persalinan kala II dimulai dengan
pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Sedangkan kala III
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban berlangsung tidak lebih dari 30 menit.Biasanya disebut kala uri atau kala
pengeluaran plasenta dalam pertolongan persalinan dilakukan sesuai standar
Asuhan Persalinan Normal (APN) (Prawirohardjo, 2014).
4.3 Nifas
Kunjungan pada masa nifas Ny.S dilakukan 2X kali yaitu 6 jam pada
tanggal 3 Mret 2023 dilakukan kunjungan. Pada kunjungan ke 1 keadaan ibu baik,
tekanan darah 120/100 mmHg, pengeluaran ASI masih sedikit dan ASI telah
diberikan 1 jam setelah bayi lahir, involusi uterus berjalan dengan normal tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat, ibu dan keluarga diajari masase uterus untuk
mencegah perdarahan masa nifas, diberikan 1 kapsul vitamin A 200000 IU, pada
kunjungan ke-2 post partum fundus uteri 2 jari bawah pusat dengan pengeluaran
darah normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, kebutuhan nutrisi, cairan dan istirahat
ibu cukup, ibu biasa menyusui dengan baik dan dengan teknik yang benar, tidak
ada penyulit.
Pelayanan nifas yang diberikan sesuai dengan pedoman PWS KIA yaitu:
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan TFU.
3. Pemeriksaan lochea dan pengeluaran pervaginam.
4. Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. 1x segera setelah
melahirkan, ke 2 setelah 24 jam pemberian kapsul pertama.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa asuhan pada Ny.S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktiknya (Prawirohardjo, 2014)
4.5 Pendokumentasian
Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan pada Ny.S yaitu
dilakukan pendokumentasian dalam bentuk catatan perkembangan,secara
berkesinambungan dan terus menerus yang didalamnya terdapat data subjektif,
objektif, analisis dan penatalaksanaan dari hasil asuhan yang didokumentasikan
dalam bentuk SOAP dan partograf.
Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dimana bidan harus
membuat suatu catatan perkembangan dari kondisi pasien untuk dapat
memecahkan masalah. Catatan ini kemudian lebih dikenal dengan bentuk SOAP
yang berfungsi sebagai panduan untuk menyimpulkan informasi tentang pasien
atau juga disebut SOAP notes. (Astuti, 2017)
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam dunia kebidanan, sangat penting memberikan pelayanan
yang baiksehingga saat mengatasi masalah kebidanan tidak menjadi suatu
masalah yang perlu dikawatrikan seperti masalah sitosia bahu. Distosia
bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetrik
oleh karena tarikan biasa kebelakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala
lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar
0,2% - 0,3 % dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila
distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala
dengan badan bayi lebih dari 60 detik, maka waktu antara lahirnya kepala
dengan lahirnya badan lebih baik dari 60 detik. Maka insidensinya menjadi
11%.
4.2 Saran
1. Untuk Akademik
Diharapkan lebih meningkatkan proses belajar dan mengajar yang
lebih efektif untik dimasa yang akan dating.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan laporan komprehensif ini dapat memberikan gambaran
terhadap mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang digunakan oleh standarisasi kebidanan dan bisa
menjadi tolak ukur untuk meningkatkan dalam pembuatan
pendokumentasian.
3. Bagi institusi
Diharapkan laporan komprehensif ini bisa dijadikan bahan evaluasi untuk
tenaga kesehatan agar selalu bisa lebih meningkatkan mutu pelayanan
yang telah ada sesuai dengan standar yang berlaku.
4. Bagi petugas kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan dapat memberikan asuhan dan
perawatan yang terbaik untuk pemberian asuhan kebidanan yang
menyeluruh, yaitu selama periode antenatal, intranatal, postnatal dan bayi
baru lahir.Serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh
masyarakat, dan melakukan asuhan persalinan sesuai standar sesuai
poinnya.