Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. S USIA 25 TAHUN G2P1A0 40-41
MINGGU INFARTU KALA II DENGAN DISTOSIA BAHU

DI UPT PUSKESMAS CIKAJANG

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah

Disusun oleh :

1. Septyana Futry
2. Hidayanti
3. Yuanita Poerti
4. Alma Samih Sakinah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. S USIA 25 TAHUN


G2P1A0 40-41 MINGGU INFARTU KALA II DENGAN DISTOSIA BAHU

DI UPT PUSKESMAS CIKAJANG

Pengkaji

Septyana Futry
Hidayanti
Yuanita Purti
Alma Samih Sakinah

Menyetujui
Pembimbing Lapangan

Hj. Yanti Solihati, SST


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr. Wb

alhamdulillah, sungguh merupakan suatu kebahagiaan yang tak terhingga,


sehingga puji dan syukur wajiblah kita panjatkan ke hadirat allah swt yang berkenan
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Solawat
dan salam marilah kita panjatkan pada junjungan kita nabi muhammad saw sang
pemimpin umat manusia dengan harapan semoga kita mampu meraih syafaatnya
diakhir masa.

ungkapan rasa terimakasih juga kami sampaikan kepada pembimbing


lapangan ibu Hj. Yanti Solihati, SST. Yang telah membimbing dan selalu
memberikan semangat yang pada akhirnya bisa membantu dan sedikit demi sedikit
memperluas wawasan pengetahuan kami sehingga dapat terselesaikannya makalah
ini meskipun jika ditinjau lebih jauh makalah ini masih belum sempurna untuk
dikatakan sebagai makalah yang baik dan kami menyadari bahwa kami bukanlah
manusia yang tercipta dalam kesempurnaan namun kami akan tetap berusaha untuk
menjadi lebih baik dengan terus belajar.

kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membangun agar makalah selanjutnya bisa lebih baik.

Wassalamu’alaikum, wr. Wb.

Garut, Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 3

DAFTAR ISI ....................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB I .................................................................. Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ............................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ........................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ...................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan ........................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB II ................................................................. Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN PUSTAKA....................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Pengertian .................................................. Error! Bookmark not defined.

2.2

2.3

BAB III................................................................ Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN KASUS ............................................ Error! Bookmark not defined.

3.1 Kesimpulan ................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .......................................... Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan
masalah dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis, diawali
dari pengkajian data (data subjektif dan objektif) dianalisis sehingga
didapatkan diagnosa kebidanan aktual dan potensial, masalah dan
kebutuhan, adanya perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.
Proses manajemen kebidanan tersebut merupakan proses yang khas,
terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan
pengendalianyang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumbersumber lainnya. Pilar seorang bidan yang terdapat pada
kerangka kerja menurut ICM (2015) adalah pengetahuan, keahlian dalam
melaksanakan pelayanan asuhan kepada bayi baru lahir, wanita, keluarga
sepanjang kehidupannya. Pengetahuan yang ada bisa menjadi pondasi untuk
melakukan suatu keahlian jika dilakukan sesuai tujuan dan setiap bertindak
harus diiringi dengan berpikir kritis dengan menjawab setiap pertanyaan
“mengapa” dan “kenapa” saat bertindak.
Dalam dunia kebidanan, sangat penting memberikan pelayanan
yang baiksehingga saat mengatasi masalah kebidanan tidak menjadi suatu
masalah yang perlu dikawatrikan seperti masalah sitosia bahu. Distosia
bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetrik
oleh karena tarikan biasa kebelakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala
lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar
0,2% - 0,3 % dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila
distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala
dengan badan bayi lebih dari 60 detik, maka waktu antara lahirnya kepala
dengan lahirnya badan lebih baik dari 60 detik. Maka insidensinya menjadi
11%.
Distosia bahu merupakan kondisi kegawatdaruratan obstetric pada
persalinan pervaginam dimana bahu janin gagal lahir secara spontan setelah
lahirnya kepala. Distosia bahu masih menjadi penyebab penting cedera
neonatal dan maternal dengan tingkat insidensi distosia bahu mencapai
0.260 (166 kasus dari 44.580 persalinan normal. Distosia bahu memiliki
kaitan erat dengan terjadinya cedera pleksus brakhialis. Cedera pleksus
brakhialis berkisar 1-20 % dari seluruh kasus distosia bahu. Seringkali
cedera hanya bersifat sementara dan akan pulih dalam hitungan jam hingga
bulan, namun ditemukan juga cedera permanen, pada 3-10% kasus yang
diduga terjadi akibat avulsi jaringan saraf.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul,
kegagalan bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal: pada
makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan
bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Insiden distosia bahu sulit dihitung karena masalah dalam
mendefinisikannya sehingga semakin luas definisi, semakin tinggiinsiden
yang dicatat. Akan tetapi rentan antara 0,23 – 2,09 % dari seluruh kelahiran
per vagina telah dilaporkan, dengan peningkatan risiko karena peningkatan
berat badan lahir. Olugbile dan Mascarenhas meninjau distosia bahu di
Birmingham Women’s Hospital dan angka insiden yang mereka laporkan
adalah 0,53%.B.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dalam kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. S Usia 25 tahun G2P1A0 Usia Kehamilan
40-41 Minggu Dengan Persalinan Distosia Bahu di Puskesmas Cikajang”.
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.3.1 Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. S Usia 25 Tahun G2P1A0
40-41 minggu infartu kala II dengan distosia bahu di
dokumentasikan dalam bentuk SOAP
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melaksanakan asuhan persalinan
b. Melakukan pendokumentasian Dalam bentuk SOAP

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan ilmu-ilmu
baru sehingga dapat digunakan sebagai pengetahuan dan sebagai
referensi dalam perkembangan ilmu kebidanan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman belajar dalam memberikan asuhan yang
mana nantinya diaplikasikan di dunia kerja. Selain itu dapat menambah
wawasan, pengalaman serta keterampilan dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
2. Bagi Masyarakat
Pasien mendapatkan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dimana dalam pelayanan tersebut diharapkan
dapat mengedukasi pasien agar menjadi lebih aktif dan mandiri dalam
mencari informasi mengenai kesehatan dirinya dan bayinya.
3. Bagi Institusi Kesehatan
Menjadi bahan masukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasilnya dapat digunakan sebagai referensi perpustakaan sebagai
bahan kajian informasi untuk institusi pendidikan dalam meningkatkan
kualitas pendidikan serta bahan kajian dalam mencari referensi untuk
mahasiswa kebidanan selanjutnya yang melakukan studi kasus asuhan
kebidanan. Sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dalam
memberikan asuhan kebidanan ibu bersalin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 KONSEP DASAR PERSALINAN

2.1.1 Pengertian

Sulystiawati mengemukakan persalinan adalah proses


pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir aau
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sndiri).

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir denagn


pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu di mulai dengan kontraksi
persalinan sejati yang di tandai oleh perubahan progresif pada srviks
dan di akhiri dengan kelahiran plasenta (Fritasari,2013).

2.1.2 Jenis-jenis persalinan

1. Persalinan spontan, yaitu persalinan yang prosesnya


berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri
(Oktarina,dkk,2016).
2. Persalinan buatan, yaitu persainan yang prosesnya berlangsung
dengan bantuan tenaga dari luar misalnya dengan
forceps/vakuum, atau di lakuikan operasi sectio caesaria.
3. Persalinan anjuran, yaitu persalinan yang di bantu dengan jalan
rangsangan misalnya pemberian pitocin atau
prostaglandin.umumnya persalinan terjadi jika bayi sudah cukup
besar untuk hidup diluar namun tidak sedemikian besarnya
sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. sama hal nya
pada persalinan yang tidak segera dimulai dengan sendirinya
namun baru dapat berlangsung di lakukan amniotomi atau
pemecahan ketuban (Damayanti, dkk, 2014)
2.1.3 Tahapan Persalinan

1. Kala I
Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm.
Kala I di namakan juga kala pembukaan. Dapat di nyatakan partus
mulai bila his dan ibu mengeluarkan lendir bercampur darah dengan
pendataran (effacement). Lendir bercampur darah berasal dari lendir
kalanis servikalis karena servik mulai membuka dan mendatar.
Darah berasal dari pembuluh darah kapiler yang berada di sekitar
kanalis servikalis (kanalis servikalis pecah karena pergeseran ketika
servik membuka). Proses membukanya serviks di bagi menjadi dua
fase yaitu:
1. Fase laten
Berlansung selama 7-8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif
Fase ini berlangsung selama 6 jam, dan di bagi lagi menjadi 3
fase:
1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks 2 cm sampai 4
2) Fase dilatasi maksimal Dalam waktu 2 jam pembukaa
berlangsung sangat cepat dari 4 cm sampai 9 cm.
3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm sampai lengkap.
2. Kala II (pengeluaran janin)
Menurut Rohani, dkk(2011), kala II persalinan di mulai ketika
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan
pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II :
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit
b. Ibu merasa ingi meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
c. Ibu merasakan dengan meningkatnya tekanan pada rektum atau
vagina.
d. Perineum terlihat menonjol.
e. Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
f. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3. Kala III ( pengeluaran plasenta)
Menurut Kuswanti (2014) kala III disebut juga sebagai kala
uri.Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan posisi fundus uteri
setinggi pusat.Pelepasan plasenta normalnya dalam 6 sampai 15
menit setelah bayi lahir dan secara spontan,pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV (kala pengawasan)
Menurut Rohani,dkk (2011) kala IV di mulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang
harus di lakukan pada kala IV :
a. Tingkat kesadaran.
b. Pemeriksaan tanda- tanda vital.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadinya perdarahan di anggap masih normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc.

2.1.4 Tanda-Tanda persalinan

1. Adanya kontraksi rahim


Secara umum tanda awal bahwa ibu hamil untuk melahirkan
adalah mengejannya rahim atau di sebut kontraksi. Kontraksi
tersebut berirama, teratur, dan involuter, umumnya kontraksi
bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan
meningkatkan aliran darah di dalam plasenta (Fritasari,2013).
2. Keluarnya lendir bercampur darah.
Lendir di sekresi sebagai hasil polifersai kelenjar lendir serviks
pada awal kehamilan.lendir mualnya menyumbat leher rahim,
sumbatan yang tebal pada leher rahim terlepas, sehingga
menyebabkan keluarnya lendir berwarna kemerahan bercampur
darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut
rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak
membuka. Leher inilah yang di maksud blood slim (Fritasari,2013).
3. Keluarnya air ketuban.
Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air
ketuban. Selama 9 bulan masa gestasi bayi aman melayang dalam
cairan amnion. Keluarnya air-air dan jumlahnya cukup banyak,
berasal dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang semakin
sering terjadi (Fritasari,2013).
4. Pembukaan serviks.
Membukanya leher rahim sebagai respon terhadapkontraksi
yang berkembang. Tanda ini dapat di rasakan oleh pasien tetapi
dapat di ketahui dengan pmeriiksaan dalam ( vagina toucher),
petugas akan melakukan pemeriksaan untuk menentukan
pematangan, penipisan dan pembukaan leher rahim (Fritasari,2013).
5. Tanda persalinan palsu.
kontraksi ini sering terjadi pada trimester III dan sering salah
memperkirakan kontraksi braxton hicks yang kuat sebagai kontraksi
awal persalinan. kontraksi braxton hicks yang kuat di salah artikan
sebagai tanda datangnya persalinan. dan ini di kenal dengan
kontraksi palsu. Menghitung waktu awal kontraksi selama lebih dari
satu jam dan jika konteaksi tersebut terjadi berdekatan satu sama lain
dan berlangsung lama, mungkin persalinan (Fritasari,2013).
2.1.5 Faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Kuswanti,2014 faktor yang mempengaruhi proses


persalinan yaitu :

1. Power ( kekuatan atau tenaga)


Kekuatan yang mendorong janin saat persalinan adalah his,
kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament.
2. His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. sifat his
yang baik dan sempurna yaitu kontraksi yang simetris, fundus
dominanyaitu kekuatan paling tinggi berada ddi fundus uteri,
kekuatan seperti meremas rahim, setelah adanya kontraksi, di ikuti
denganadanya relaksasi, pada setiap his menyebabkan terjadinya
perubahan pada serviks yaitu menipis dan membuka.
3. Passage ( jalan lahir)
1) Ukuran panggul luar
2) Ukuran panggul dalam
3) Bidang hodge
Bidang-bidang ini dipelajari untuk menentukan sampai mana bagian
terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan.Menurut
Sulistyawati (2011)
4. Passanger (janin,plsenta,tali pusat dan air ketuban)
1) Janin
Menurut Sulistywati,(2011) selama janin dan plasenta berada
dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan
genetik dan kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan
pertumbuhannya abnormal yaitu :
a) Kelinan bentuk dan besar janin : anncefalus, hidrosefalus,
makrosomia.
b) Kelainan presentasi : presentasi puncak, presentasi muka,
presentasi dahi, dan kelainan oksiput.
c) Kelainan letak janin : letak sungsang, letak lintang.
2) Plasenta
a) Berbentuk bundar dengan diameter 15-20 cm dn tebal 2-2,5 cm.
b) Berat rata-rata 500-600 gram.
c) Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus agak ke atas ke arah fundus.
d) Terdiri dari dua bagian yaitu pars maternal yang menempel pada
desidua terdapat kotiledon rata-rata 20 kotiledon, di bagian ini
terjadi tempat pertukaran darah ibu dan janin dan pars fetal
terdapat tali pusat (penanaman tali pusat).
3) Tali pusat.
Tali pusat merupakan bagian yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin meskipun tidak menutup kemungkinan
bahwa tali pusat juga dapat menyebabkan penyulit persalinan
misalnya lilitan tali pusat. Menurut Sulistyawati,(2011)
4) Air ketuban
Menurut Sulistyawati,(2011) struktur Amnion :
a) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1.000-500 cc.
b) Berwarna putih keruh berbau amis dan terasa manis.
c) Reaksi agak alkalis sampai netral dengan berat janin 1.000
gr.
d) Komposisi terdiri atas 98% air sisanya albumin, urea, asam
urek, keratin, sel-sel epitel, lanugo, vernik caseosa dan
garam anorganik.

5. Psikis ibu
Menurut Rukiyah, dkk,(2012) psikis ibu bersalin sangat
berpengaruh dari dukungan suami dan anggota keluarga yang lain
untuk mendampingi ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan
mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi
langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan
ibu, hargai keinginan ibu untuk di dampingi.
6. Penolong.
Menurut Rukiyah, dkk,(2012) penolong persalinan adalah petugas
kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong persalinan antara
lain dokter,bidan,serta mempunyai kompetensi dalam menolong
persalinan menangani kegawatdaruratan serta melakukan rujukan jika
diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya pencegahan
infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci tangan,memakai
sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi serta
pendokumentasian alat bekas pakai.

2.1.7 Mekanisme persalinan.

1. Engagement
Kepala biasanya masuk ke panggul pada posisi transversal atau pada
posisis yang sedikit berbeda dari posisi ini sehingga memanfaatkan
diameter terluas panggul. Engagement terjadi karena ketika bagian
terluas dari bagian presentasi janin berhasil masuk ke pintu atas panggul.
Engagement terjadi pada sbagian besar wanita nulipara sebeum
persalinan, namun tidak terjadi pada sebagian besar wanita mutipara.
Bilangan perlimaan kepala janin yang dapat di palpasi melalui abdomen
sering di gunakan untuk menggambarkan apakah engagement telah
terjadi. Jika lebih dari 2/5 janin dapat di palpasi melalui abdomen,
kepala belum engaged.
2. Penurunan
Selama kala I persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus memberikan
tekanan pada janin untuk turun. Proses ini di percepat dengan pecah
ketuban dan upaya ibu untuk mengejan.
3. Fleksi
Ketika kepala janin turun rongga tengah panggul yang lebih sempit,
fleksi meningkat. Fleksi ini mungkin erupakan gerakan pasif,
sebagian karena struktur di sekitarnya, dan penting dalam
meminimalkan diameter presentasi kepala janin untuk memfasilitasi
perjalanannya melalui jalan lahir. Tekanan pada akses janin akan
lebih cepat di salurkan ke oksiput sehingga meningkatkan fleksi.
4. Rotasi internal
Jika kepala fleksi dengan baik, oksiput akan menjadi titik utama
dan saat mencapai alur yang miring pada otot levator ani, kepala
akan didorong untuk berotasi secara anterior sehingga sutura sagital
kini terletak di diameter anterior posteror pintu bawah panggul.
5. Ekstensi
Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada di bawah simfisis
pubis dan bregma berada dekat batas bawah sakrum. Jaringan lunak
perineum masih memberikan resistensi, dan dapat mengalami
trauma dalam proses ini. Kepala yang fleksi sempurna kini
mengalami ekstensi dengan oksiput keluar dari bawah simfisis pubis
dan mulai mendistensi vulva. Hal ini di kenal sebagai
crowingkepala. Kepala mengalami ekstensi lebih lanjut dan oksiput
yang berada di bawah simfisis pubis hampir berindak sebagai titik
tumpuh wajah dan fdagu tampak secara berturut-turut pada lubang
vagina posterior dan badan perineum. Ekstensi dan gerakan ini
meminimalkan trauma jaringan linak dengn menggunakan diameter
terkecil kepala janin untuk kelahiran.
6. Restitusi
Adalah lepasnya putaran kepala janin yang terjadi akibat rotasi
internal. Restitusi adalah sedikit rotasi oksiput melalui seperdelapan
lingkaran. Saat kepala di lahirkan, oksiput secara langsung berada di
bagian depan. Segera setelah kepala keluar dari vulva, kepala
mensejajarkan dirinya dengan bahu, yang memasuki panggul dalam
posisi oblik (miring).
7. Rotasi eksternal.
Agar dapat di lahirkan bahu harus berotasi ke bidang anterior-
posterior, diameter terluas pada pintu bawah panggul. Saat ini
terjadi, oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih lanjut
ke posisi transversal
8. Kelahiran bahu dan tubuh janin.
Ketika restitusi dan rotasi eksternal terjadi, bahu akan berada
dalam bidang anterior-posterior. Bahu anterior berada di bawah
simfisis pubis dan lahir pertama kali, dan bahu posterior lahir
berikutnya. Meskipun proses ini dapat terjadi tanpa bantuan,
seringkali traksi lateral ini di lakukan dengan menarik kepala janin
secara perlahan ke arah bawah untuk membantu melepaskan bahu
anterior dan bawah simfisis pubis. Normalnya sisa tubuh janin lahir
dengan mudah dengan bahu posterior di pandu ke atas, pada
perineum dengan melakukan traksi ke arah yang berlawanan
sehingga mengayun bayi ke arah abdomen ibu (Holmes,
Debbie,2011)

2.2 Distosia Bahu

Distosia bahu didefinisikan sebagai persalinan presentasi kepala


pervaginam yang membutuhkan manuver obstetrik tambahan untuk
melahirkan fetus setelah kepala lahir dan traksi gagal. Diagnosis objektif
dari waktu persalinan kepala-tubuh yang memanjang dapat ditegakkan
apabila lebih dari 60 detik, namun waktu ini juga tidak rutin digunakan.
Distosia bahu terjadi ketika baik bahu fetus anterior atau posterior
(jarang), mengalami impaksi pada simfisis pubis atau promontorium
sakral ibu
Faktor risiko utama dari distosia bahu meliputi faktor antepartum
dan intrapartum. Faktor antepartum meliputi usia ibu, riwayat distosia
bahu sebelumnya, diabetes atau obesitas pada ibu sebelum hamil,
makrosomia, diabetes gestasional dan peningkatan berat badan berlebih
selama hamil.Usia ibu lebih dari 35 tahun, IMT lebih dari 30 kg/m2, dan
peningkatan BB lebih dari 20 kg selama hamil merupakan faktor
antepartum yang rutin ditemukan.Faktor intrapartum meliputi
disproporsi sefalopelvik relatif, persalinan macet
dan persalinan dengan bantuan alat.

Faktor risiko distosia bahu.


Antepartum
• Riwayat distosia bahu sebelumnya
• Usia ibu>35 tahun
• Makrosomia
• Diabetes (melitus atau gestasional)
• IMT >30kg/m2
• Disporporsi sefalopelvik relatif
• Induksi persalinan
• Kehamilan post-term

Intrapartum
• Kala I persalinan memanjang
• Secondary arrest
• Kala II persalinan memanjang
• Augmentasi oksitosin
• Persalinan pervaginam yang ditolong dengan instrumen (forceps
atau vakum)
Hal ini mendukung diagnosis distosia bahu dimana tubuh bayi tidak
kunjung lahir setelah kepala lahir walaupun kontraksi his baik. Tanda klinis
terjadinya distosia bahu meliputi:

1. Tubuh bayi tidak muncul setelah ibu meneran dengan baik dan traksi
yang cukup untuk melahirkan tubuh setelah kepala bayi lahir.
2. Turtle sign adalah kepala bayi tertarik kembali ke perineum ibu setelah
keluar dari vagina. Pipi bayi menonjol keluar, seperti kura-kura yang
menarik kepala kembali ke cangkangnya. Penarikan kepala bayi ini
terjadi akibat bahu depan bayi terperangkap di simfisis pubis ibu
sehingga mencegah lahirnya tubuh bayi.

Meskipun makrosomia merupakan faktor risiko distosia bahu yang telah


diketahui, namun justru mayoritas kasus distosia bahu terjadi pada bayi yang non-
makrosomi. Batas berat lahir yang diprediksi dapat mengalami distosia bahu adalah
>3800-4200

Komplikasi pada janin yang berkaitan dengan distosia bahu meliputi cedera
pleksus brakialis, fraktur os humerus dan klavikula, ensefalopati hipoksik-iskemik
dan bahkan kematian perinatal.

Komplikasi distosia bahu.

Ibu

 Perdarahan post partum


 Laserasi derajat III-IV
 Pemisahan simfisis (akibat simfisiotomi), dengan atau tanpa neuropati femoral
transien
 Fistula rekto-vaginal
 Ruptur uterus

Fetus
 Palsi pleksus brakialis
 Kematian fetus
 Hipoksia fetus, dengan atau tanpa kerusakan neurologis
 Fraktur klavikula dan humerus

Penanganan distosia bahu:

1. Langkah Pertama ManuverMcRobert, langkah ini dimulai dengan


memposisikan ibu dalam posisi McRobert yaitu ibu terlentang,
memfleksikan kedua paha sehingga lutut menjadi sedekat mungkin
ke dada dan rotasikan kedua kaki kea rah luar (abduksi)
2. Langkah kedua Manuver Massanti, langkah ini akan dilakukan jika
langkah pertama gagal. Posis ibu tetap seperti langkah pertama dan
dilakukan penekanan pada daerah suprapubik dan tidak boleh
melakukan penekanan didaerah fundus.
3. Langkah Ketiga Manuver Rubin dilakukan apabila langkah kedua
gagal, langkah ini dilakukan melalui pendekatan vaginal dengan
melakukan penekanan pada aspek posterior dari bahu anterior
sehingga bahu anterior mengalami adduksi.
4. Langkah keempat Manuver Woodscrew dilakukan jika langkah
ketiga gagal, langkah ini dilakukan dengan menggunakan dua jari
tangan yang diletakkan didepan bahu posterior. Bahu posterior lalu
dirotasikan 1800 sehingga dengan demikian bahu anterior dapat
dilahirkan
5. Langkah kelima manual removal of posterior arm, langkah ini
dilakukan yaitu dengan memfleksikan lengan pada siku dengan
menekan fassa antecubital, kemudian letakkan lengan bayi pada
dada bayi. Selanjutnya gengam tangan atau pergelangan tangan bayi
dan kemudian dengan arah menuju muka. Langkah ini dilakukan
jika langkah sebelumnya gagal.
6. Langkah terakhir yaitu membuat fraktur klavikula.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.2 Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. S Usia 24 Tahun G2P1A0 Parturien
40-41 Kala I Fase Aktif

Tanggal pengkajian : 2 Maret 2023


Tempat : Puskesmas Cikajang
Pukul : 22.00 WIB

A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu datang sendiri jam 22.00 wib mengeluh mules dari jam 17.00,
belum keluar air-air, Gerakan janin +. Ibu mengaku hamil 9 bulan
kehamilan ke-2, belum pernah keguguran, HPHT: 13 Mei 2022
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Emosional : Stabil
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 36,1C
3. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Palpasi : TFU 37 cm
Leopold I : Di fundus teraba bagian lunak, bulat, tidak
melenting.
Leopold II : Dibagian kanan ibu teraba bagian keras
memanjang seperti papan dan dibagian kiri ibu
terdapat bagian-bagian terkecil janin.
Leopold III : Dibagian terbawah janin teraba bagian keras, bulat
dan melenting, kepala sudah masuk PAP.
Leopold IV : Divergen 4/5
Auskultasi : DJJ 140 x/menit Reguler
His 2x10’20”
Genetalia : Pemeriksaan dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge I
Moulase : Tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang
HB : 11,3 gr/dl
Golongan Darah : B+
HIV : Negatif
HBSAG : Negatif
Protein Urin : Negatif
Glukosa Urin : Negatif

C. Analisa
G2P1A0 parturien aterem kala I fase laten fisiologis
D. Penatalaksanaan
(KALA I)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu paham dan mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan terlebih dulu
Evaliasi : Ibu mau melakukan
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum terlebih dulu
Evaluasi : ibu mau melakukanya
4. Melakukan observasi kemajuan persalinan
Evaluasi : dilakukan

CATATAN PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN KALA I
Pukul : 02.00 Wib
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules
B. Data Objektif
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
 TTV
TD : 120/90 MmHg
Nadi : 89 x/m
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 22 x/
SPO2 : 98%
HIS : 3x 10`35”
DJJ : 132 x/m
 Pemeriksaan
dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 3-4 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge II
Moulase : Tidak ada

C. Analisa
G2P1A0 40-41 minggu infartu kala I fase laten fisiologis
D. Penatalaksanaan
(KALA I ) :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi: ibu paham dan mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
Evaluasi : ibu bersedia
3. Membantu ibu mengurangi rasa sakit
Evaluasi : ibu bersedia
4. Melakukan observasi kemajuan persalinan
Evaluasi : dilakukan

PERKEMBANGAN KALA I
Pukul : 05.00 Wib
E. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin sering
F. Data Objektif
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
 TTV
TD : 120/90 MmHg
Nadi : 85 x/m
Suhu : 36,2 C
Respirasi : 21 x/m
SPO2 : 97%
HIS : 4x 10`40”
DJJ : 135 x/m

 Pemeriksaan
dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tipis lunak
Pembukaan : 7-8 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge II
Moulase : Tidak ada

G. Analisa
G2P1A0 40-41 minggu infartu kala I fase aktif
H. Penatalaksanaan
(KALA I ) :
5. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi: ibu paham dan mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk mengatur napasnya (Tiup-tiup terlebih
dahulu)
Evaluasi : ibu bersedia
7. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
Evaluasi : ibu bersedia
8. Membantu ibu mengurangi rasa sakit
Evaluasi : ibu bersedia
9. Melakukan observasi kemajuan persalinan
Evaluasi : dilakukan

PERKEMBANGAN KALA II
Pukul : 09.00 wib
I. Data Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin sering dan ingin meneran
J. Data Objektif
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
 TTV
TD : 120/90 MmHg
Nadi : 88 x/m
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 22 x/m
SPO2 : 98%
HIS : 5x 10`45”
DJJ : 140 x/m

 Pemeriksaan
dalam:
Vulva/vagina : T.a.k
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang Kepala
Posisi : UUK kiri depan
Penurunan kepala : Hodge III
Moulase : Tidak ada

K. Analisa
G2P1A0 infartu aterem kala II fisiologis
L. Penatalaksanaan
(KALA II ) :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tentang asuhan yang akan
diberikan,
Evaluasi: ibu paham dan mengerti.
2. Meminta suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama
proses persalinan,
Evaluasi : suami dan keluarga bersedia
3. Memposisikan ibu senyaman mungkin
Evaluasi : Ibu Mengerti
4. Menyiapkan Diri dan Alat
Evaluasi : Sudah dilakukan
5. Melakukan Pertolongan Persalinan Normal
Pukul 09.30 WIB Bayi lahir spontan langsung menangis, tonus
otot kuat, warna kulit kemerahan BB : 3800 gr, PB : 50cm, JK:
Perempuan
6. Menjaga kehangatan bayi
Evaluasi : telah dilakukan
7. Lakukan IMD
Evaluasi : Telah dilakukan

PERKEMBANGAN KALA III


Pukul : 09.30 WIB
A. Data Subjektif
Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya
B. Data Subjektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Emosional : Stabil
2) Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU : sepusat, tidak teraba janin kedua
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : kosong
Genetalia :Terdapat tali pusat memanjang di vulva
pengeluaran darah ±100 cc
C. Analisa
P4A0 Post Partum Kala III
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu tindakan yang akan dilakukan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia.
2. Memberitahukan ibu dilakukan penyuntikan oxytosin 10 IU/Im 1
menit setelah bayi lahir.
Evaluasi :Telah dilakukan.
3. Melakukan PTT.
Evaluasi : Plasenta lahir spontan pukul 09.35 WIB lengkap
4. Melakukan massase uterus 15 kali selama 15 detik.
Evaluasi: kontraksi baik.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk pemenuhan nutrisi
Evaluasi : ibu bersedia

PERKEMBANGAN KALA IV
Pukul : 09.35 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan masih merasa mules
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan Emosional : Stabil
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 89x/menit
Respirasi : 23x/menit
Suhu : 36,70C
3) Pemeriksaan Fisik
Abdomen : kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat,
kandung kemih kosong.
Genetalia : Terdapat lastrasi drajat 2, pengeluaran
Darah aktif
C. Analisa
P2A0 kala IV
D. Penatalaksanaan
1. Melakukan hekting tanpa lidokain
Evaluasi : dilakukan
2. Melakukan pemantauan kala IV.
Evaluasi: Hasil terlampir di partograf.
3. Memberitahu ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya nifas.
Evaluasi: Ibu mengerti.
4. KIE cara perawatan luka jahitan
Evaluasi : ibu mengerti
5. Membereskan alat dan membersihkan ibu.
Evaluasi: Ibu sudah dibersihkan dan terlihat nyaman.
6. Membenarkan posisi IMD
Evaluasi: bayi masih tetap IMD
7. KIE untuk pemenuhan nutrisi setelah melahirkan.
Evaluasi: Ibu mengerti.
8. KIE kepada ibu untuk pemberian ASI.
Evaluasi: ibu bersedia.
9. Melakukan dekontaminasi alat.
Evaluasi : telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada Ny.S Usia 24 tahun yang dilakukan
penulis sejak tanggal 2 Maret 2023 pada saat pemeriksaan ANC dan pemeriksaan
pada Ny.H didapatkan hasil yang normal

4.1 Kehamilan
Kehamilan Ny. S merupakan kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan
39-40 minggu, kontak dengan pasien sebanyak 1x yaitu pada tanggal 10 Oktober,
dengan analisa Ny. S 39-40 minggu fisiologis. Ibu selalu rutin memeriksakan
kehamilannya ke Posyandu, sejak usia kehamilan 8 minggu sebanyak 4x dan ke
puskesmas sebanyak 3x, ibu sudah mendapatkan TT lengkap sebanyak empat kali,
TT 1 pada tahun 2008 juni usia kehamilan 8 minggu, TT 2 pada usia kehamilan
pada usia kehamilan 21 minggu, TT 3 pada tahun 2013 usia kandungan 5 minggu,
TT 4 pada tahun 2020 usia kandungan 6 mingu. Ibu telah mendapatkan
pemeriksaan darah hemoglobin 1 kali pada kunjungan pertama trimester II dengan
hasil 11,0 gr%, ibu diberikan tablet Fe sebanyak kurang lebih 90 tablet selama
kehamilannya. Selain pemeriksaan BB kenaikan BB ibu mencapai 8 kg,
pengukuran tinggi fundus dan tekanan darah, ibu juga mendapatkan konseling
tentang usia kehamilannya, tentang hasil pemeriksaan, tanda bahaya kehamilan
dan persalinan, persiapan persalinan dan persiapan rujukan bila terjadi
kegawatdaruratan.(Prawirohardjo, 2014)
Asuhan kehamilan yang diberikan pada Ny.S dilakukan sesuai standar
yang yaitu dilakukan sesuai pemeriksaan 10 T terdapat hasil dalam batas normal
yang menjelaskan bahwa kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan yaitu:
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara 14-28 minggu).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 minggu dan
sesudah minggu ke 36).
4.2 Persalinan
Proses asuhan kala I, II, III dan IV yang dialami Ny.S berjalan normal
dimana proses persalinan berlangsung normal. Pada kasus Ny.S tidak ada penyulit
dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktiknya, namun dalam langkah
pertolongan persalinan pengisian kelangkapan partograf dilakukan di akhir sejak
pemeriksaan pertama.
Hal tersebut sesuai dengan Kemenkes RI,(2016) menjelaskan bahwa kala
I terdiri atas:
1. Fase laten dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai
pembukaan serviks 3 cm, berlangsung sekitar 7-8 jam.
2. Fase aktif pembukaan dari 4-10 cm terjadi dengan kecepatan rata-rata 1
cm perjam pada primipara dan pada multi para lebih dari 1 cm hingga 2
cm berlangsung sekitar 6 jam.
Sedangkan menurut Kemenkes RI, (2016) Persalinan kala II dimulai dengan
pembukaan lengkap dari serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Sedangkan kala III
dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban berlangsung tidak lebih dari 30 menit.Biasanya disebut kala uri atau kala
pengeluaran plasenta dalam pertolongan persalinan dilakukan sesuai standar
Asuhan Persalinan Normal (APN) (Prawirohardjo, 2014).

4.3 Nifas
Kunjungan pada masa nifas Ny.S dilakukan 2X kali yaitu 6 jam pada
tanggal 3 Mret 2023 dilakukan kunjungan. Pada kunjungan ke 1 keadaan ibu baik,
tekanan darah 120/100 mmHg, pengeluaran ASI masih sedikit dan ASI telah
diberikan 1 jam setelah bayi lahir, involusi uterus berjalan dengan normal tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat, ibu dan keluarga diajari masase uterus untuk
mencegah perdarahan masa nifas, diberikan 1 kapsul vitamin A 200000 IU, pada
kunjungan ke-2 post partum fundus uteri 2 jari bawah pusat dengan pengeluaran
darah normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, kebutuhan nutrisi, cairan dan istirahat
ibu cukup, ibu biasa menyusui dengan baik dan dengan teknik yang benar, tidak
ada penyulit.
Pelayanan nifas yang diberikan sesuai dengan pedoman PWS KIA yaitu:
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan TFU.
3. Pemeriksaan lochea dan pengeluaran pervaginam.
4. Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali. 1x segera setelah
melahirkan, ke 2 setelah 24 jam pemberian kapsul pertama.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa asuhan pada Ny.S tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktiknya (Prawirohardjo, 2014)

4.4 Bayi Baru Lahir


Kunjungan yang dilakukan pada By.Ny. S sebanyak 2 kali pada kunjungan
ke 1 tanggal 3 Maret 2023, keadaan umum bayi baik, bayi menyusu dengan ASI
Ekslusif dan memberitahu ibu agar selama 6 bulan bayi diberikan ASI Ekslusif
saja tanpa ada bantuan ASI yang lain, menyusu dengan baik, tidak ada perdarahan
tali pusat, keadaan tali pusat bersih dan kering, tali pusat belum terlepas,
mengerjakan kepada ibu perawatan bayi baru lahir, memberitahu ibu dan keluarga
cara mencegah bayi agar tidak terjadi hipotermi dan memberitahu tanda bahaya
bayi baru lahir dengan berat badan 2725 gr,
Penulis dapat menyimpulkan bahwa asuhan bayi baru lahir pada Ny. S
normal dan meningkatnya BB bayi sesuai garis usia tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktinya.

4.5 Pendokumentasian
Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan pada Ny.S yaitu
dilakukan pendokumentasian dalam bentuk catatan perkembangan,secara
berkesinambungan dan terus menerus yang didalamnya terdapat data subjektif,
objektif, analisis dan penatalaksanaan dari hasil asuhan yang didokumentasikan
dalam bentuk SOAP dan partograf.
Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dimana bidan harus
membuat suatu catatan perkembangan dari kondisi pasien untuk dapat
memecahkan masalah. Catatan ini kemudian lebih dikenal dengan bentuk SOAP
yang berfungsi sebagai panduan untuk menyimpulkan informasi tentang pasien
atau juga disebut SOAP notes. (Astuti, 2017)
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam dunia kebidanan, sangat penting memberikan pelayanan
yang baiksehingga saat mengatasi masalah kebidanan tidak menjadi suatu
masalah yang perlu dikawatrikan seperti masalah sitosia bahu. Distosia
bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetrik
oleh karena tarikan biasa kebelakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah kepala
lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak
didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar
0,2% - 0,3 % dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala. Apabila
distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala
dengan badan bayi lebih dari 60 detik, maka waktu antara lahirnya kepala
dengan lahirnya badan lebih baik dari 60 detik. Maka insidensinya menjadi
11%.
4.2 Saran
1. Untuk Akademik
Diharapkan lebih meningkatkan proses belajar dan mengajar yang
lebih efektif untik dimasa yang akan dating.
2. Untuk Mahasiswa
Diharapkan laporan komprehensif ini dapat memberikan gambaran
terhadap mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang digunakan oleh standarisasi kebidanan dan bisa
menjadi tolak ukur untuk meningkatkan dalam pembuatan
pendokumentasian.
3. Bagi institusi
Diharapkan laporan komprehensif ini bisa dijadikan bahan evaluasi untuk
tenaga kesehatan agar selalu bisa lebih meningkatkan mutu pelayanan
yang telah ada sesuai dengan standar yang berlaku.
4. Bagi petugas kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan dapat memberikan asuhan dan
perawatan yang terbaik untuk pemberian asuhan kebidanan yang
menyeluruh, yaitu selama periode antenatal, intranatal, postnatal dan bayi
baru lahir.Serta memberikan pelayanan yang terbaik bagi seluruh
masyarakat, dan melakukan asuhan persalinan sesuai standar sesuai
poinnya.

Anda mungkin juga menyukai