Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PREEKLAMPSIA BERAT (PEB)

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah asuhan kebidanan

Disusun Oleh

Nama : Lira Mulia Utami

Ai hasanah

Latania shopia

neng Fitri

D3 KEBIDANAN

STIKes KARSA HUSADA GARUT

2022/2023

Jln. Nusa Indah No. 24 Tarogong-Garut


2
LEMBAR PENGESAHAN

Preeklampsia berat

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas salah satu matakuliah asuhan kebidanan pada program

studi D3 Kebidanan STIKes

Disusun oleh:

Ai hasanah
Latania shopia
Lira mulia Utami
Neng Fitri

Garut, 09 03 2023

Menyetujui,

Pembimbing lapangan

Yanti Solehati Sst

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia yang tak terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEB ”.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Asuhan

Kebidanan”, Selain itu penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan

dan membuka wawasan mengenai pentingnya pengetahuan tentang proses persalinan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu proses penyusunan makalah ini, sehingga pada akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan.

Maka dari itu penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak, sehingga penulis dapat menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya

dan semua pembaca pada umumnya.

Garut, 08-03-2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB 1.................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................................. 1

LATAR BELAKANG.......................................................................................................... 1

1.1 Pendahuluan ............................................................................................................ 1

1.2 Etioogi ...................................................................................................................... 3

1.3 Patofisiologi .............................................................................................................. 4

BAB II................................................................................................................................... 6

Landasan Teori ................................................................................................................... 7

2. Diagnosa Preeklampsia Berat (PEB)...................................................................... 8

2.1 Komplikasi ...............................................................................................................8

2.2 Pencegahan ..............................................................................................................9

2.3 Penanganan Preeklampsia Berat (PEB) Dalam Kehamilan................................10

2.4 Penanganan Preeklampsia Berat (PEB) Dalam Persalinan.................................11

iii
2.5 Penangan Preeklampsia Berat (PEB) Dalam Nifas..............................................12

2.6 Pemeberian antihipertensi......................................................................................13

BAB III..................................................................................................................................14

KASUS .................................................................................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................................18

................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................22

iv
BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Pendahuluan

Preeklampsia berat merupakan kondisi yang hanya terjadi selama kehamilan, yang

dikarakteristikkan dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Kondisi ini dapat disertai

kejang (eklampsia) dan kegagalan multi organ pada ibu, sedangkan komplikasi pada janin

meliputi hambatan pertumbuhan intrauterus. Bila kondisi ini tidak segera tertangani maka akan

menyebabkan peningkatan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin (Vicky, 2013).

Preeklampsia adalah sindrom yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan

proteinuria yang muncul pada trimester kedua kehamilan. Preeklampsia ini biasanya akan pulih

diperiode postnatal. Preeklampsia bisa terjadi pada antenatal, intranatal, postnatal. Ibu yang

mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10%, 3 – 4 % diantaranya mengalami

preeklampsia, 5 % mengalami hipertensi dan 1 – 2 % mengalami hipertesi kronik. Penyebab

tertinggi angka kematian ibu dan janin adalah disebabkan akrena Preekampsia (Robson dan

Jason, 2014) .

World Health Organization (WHO) melaporkan mengenai status kesehatan nasional pada

capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara global sekitar 830

wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dengan

tingkat Angka Kematian Ibu sebanyak 216 per 100.000 kelahiran hidup sebanyak 99% kematian

ibu akibat masalah kehamilan, persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.

Rasio Angka Kematian Ibu masih dirasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (WHO, 2017).

1
Preeklampsia berat adalah kondisi medis yang terjadi pada kehamilan yang ditandai

dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ, seperti ginjal atau hati. Kondisi ini

mempengaruhi sekitar 5-8% kehamilan di seluruh dunia, dan dapat membahayakan kesehatan

ibu dan bayi jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu, penting untuk memahami gejala,

penyebab, pengobatan, dan pencegahan preeklampsia berat.

Gejala Gejala preeklampsia berat meliputi:

 Tekanan darah tinggi, yaitu tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

 Proteinuria, yaitu adanya protein dalam urin

 Edema, yaitu pembengkakan pada kaki, tangan, atau wajah

Selain itu, preeklampsia berat juga dapat menyebabkan gejala lain, seperti sakit kepala,

penglihatan kabur, nyeri perut, mual, muntah, atau sesak napas.

Penyebab Penyebab pasti dari preeklampsia berat masih belum diketahui secara pasti. Namun,

beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklampsia berat, di

antaranya:

 Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

 Riwayat keluarga dengan preeklampsia

 Kehamilan kembar

 Kehamilan pertama atau kedua

 Usia di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun

 Obesitas

 Penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi, atau lupus

 Konsumsi alkohol atau merokok

Pengobatan Jika terdiagnosis preeklampsia berat, segera berkonsultasi dengan dokter untuk

2
mendapatkan pengobatan yang tepat. Beberapa tindakan pengobatan yang dapat dilakukan

adalah:

 Mengendalikan tekanan darah, seperti dengan obat antihipertensi atau magnesium sulfat

 Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian cairan infus

 Mengatasi gejala lainnya, seperti nyeri kepala atau mual

 Memantau kondisi bayi dengan ultrasonografi atau kardiotokografi

Pencegahan Tidak semua kasus preeklampsia berat dapat dicegah, namun beberapa tindakan

pencegahan yang dapat dilakukan adalah:

 Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan, termasuk pemeriksaan tekanan darah dan urin

 Menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara

teratur, dan menghindari alkohol dan merokok

 Mengatasi penyakit kronis sebelum hamil atau selama kehamilan, seperti diabetes atau

hipertensi

 Konsultasi dengan dokter segera jika mengalami gejala preeklampsia berat, seperti

tekanan darah tinggi atau proteinuria.

1.2 Etiologi

Penyebab timbulnya preeklampsia berat pada ibu hamil belum diketahui secara pasti,

tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Faktor-faktor lain yang

diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia berat antara lain: primigravida,

kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa, multigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang

dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia (Anik Maryunani,2009).

3
1.3 Patofisiologi

Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap

angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan

terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-

fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati, dan otak menurun sampai 40-60%.Gangguan plasenta

menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus.

Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Anik Maryunani, 2009).

Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR (Glomerular Filtration Rate) dan menimbulkan

perubahan glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan,

tekanan osmotic plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan

hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan

hematokrit. Pada preeklampsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat, dan berat

badan naik dengan cepat (Anik Maryunani, 2009).

Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar, dan hemoragik

subkapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas.

Rupture hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari PIH (Pregnancy

Induce Hypertension), enzim-enzim hati seperti SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic

Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase) meningkat. Vasospasme

arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma

(Blind Spot), dan pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan

hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan syaraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus

pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema dihubungkan dengan

edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri

4
(Anik Maryunani, 2009).

Tanda dan Gejala

1. Nyeri epigastrik (Vicky, 2013)

2. Sakit kepala/gangguan penglihatan (Vicky, 2013)

3. IUGR(Intrauterin Growth Rate) (Vicky, 2013)

4. Peningkatan kadar enzim hati dan ikterus (Ai Yeyeh, 2010)

5. Trombosit ≤ 100.000/mm3 (Ai Yeyeh, 2010)

6. Oligouria ≤ 400ml/24 jam (Ai Yeyeh, 2010)

5
BAB II

LANDASAN TEORI

Preeklampsia berat adalah kondisi serius yang terjadi pada kehamilan, di mana ibu hamil

mengalami tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin. Kondisi ini dapat menyebabkan

komplikasi pada ibu dan bayi yang sedang dikandung, seperti pendarahan, gagal ginjal, dan

kelahiran prematur.

Teori tentang preeklampsia berat masih menjadi topik penelitian yang aktif dan belum

sepenuhnya dipahami. Namun, ada beberapa teori yang mungkin terkait dengan kondisi ini,

antara lain:

 Gangguan aliran darah plasenta: Pada kehamilan normal, plasenta berfungsi sebagai

penghubung antara janin dan ibu hamil. Namun, pada preeklampsia berat, plasenta tidak

berfungsi dengan baik dan menyebabkan gangguan aliran darah. Hal ini dapat

menyebabkan hipoksia pada janin dan kerusakan pada jaringan plasenta yang

menghasilkan zat kimia berbahaya yang menyebabkan hipertensi dan kerusakan organ.

 Kelainan imunologi: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa preeklampsia berat dapat

terkait dengan gangguan sistem kekebalan tubuh ibu. Kelainan imunologi ini dapat

menyebabkan peradangan dan kerusakan pembuluh darah, sehingga menyebabkan

tekanan darah tinggi dan kerusakan organ.

 Kelainan genetik: Ada kemungkinan bahwa beberapa wanita memiliki risiko lebih tinggi

untuk mengalami preeklampsia berat karena faktor genetik. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa ada kelainan genetik yang berhubungan dengan preeklampsia berat,

6
meskipun hal ini masih menjadi topik penelitian yang kontroversial.

 Obesitas dan gaya hidup yang tidak sehat: Beberapa faktor risiko yang dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklampsia berat adalah obesitas, merokok, dan

konsumsi alkohol yang berlebihan. Hal ini mungkin terkait dengan peradangan dan

gangguan aliran darah yang disebabkan oleh faktor-faktor ini.

Meskipun teori-teori di atas dapat menjadi faktor penyebab preeklampsia berat, masih

banyak yang perlu dipelajari untuk memahami sepenuhnya kondisi ini. Pengelolaan

preeklampsia berat meliputi pengawasan ketat oleh dokter kandungan dan mungkin memerlukan

pengobatan dengan obat-obatan seperti magnesium sulfat atau obat antihipertensi untuk

mengendalikan tekanan darah. Preeklampsia berat juga dapat memerlukan tindakan medis seperti

persalinan dini untuk menghindari komplikasi yang lebih serius bagi ibu dan bayi.

2. Diagnosa Preeklampsia Berat (PEB)

1. Peningkatan tekanan darah ≥ 160/110mmHg (Tri, 2011)

2. Proteinuria = ≥(+2) pada tes celup strip (Lilis, 2011)

3. Oligouria, diuresis< 400ml dalam 24 jam (Tri, 2011)

4. Sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan(Tri, 2011)

5. Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen atau ada icterus (Tri, 2011)

6. Edema paru atau sianosis (Tri, 2011)

7. Trombositopenia (Tri, 2011)

8. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah penglihatan, pandangan kabur

dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium, mual dan muntah serta

emosi mudah marah (Anik Maryunani, 2009)

9. Pertumbuhan janin yang terhambat(Tri, 2011)

7
10. Adanya HELLP Syndrome (H= Hemolysis, ELL= Elevated Liver Enzym, P= Low

Platelet Count) (Anik Maryunani, 2009)

Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan preeklampsia berat sebaiknya diperiksa

juga hal- hal berikut ini:

1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: ureum-kreatinin, SGOT, LD, bilirubin (Tri,

2011)

2. Pemeriksaan urine: protein, reduksi, bilirubin, sedimen (Tri, 2011)

3. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat, konfirmasi USG bila ada (Tri, 2011)

4. Nilai kesejahteraan janin (kardiotokografi) (Tri, 2011)

Gejala klinik preeklampsia dapat bervariasi sebagai akibat patologi kebocoran kapiler

dan vasospasme yang mungkin tidak disertai dengan tekanan darah yang terlalu tinggi,

misalnya dapat dijumpai asites, peningkatan enzim hati, koagulasi intravaskular, sindrom

help (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelets), pertumbuhan janin terhambat, dan

sebagainya) (Tri, 2011). Bila dalam asuhan antenatal diperoleh tekanan darah diastolik lebih

dari 85mmHg, perlu dipikirkan kemungkinan adanya preeklampsia membakat. Apalagi bila

ibu hamil merupakan kelompok risiko terhadap preeklampsia berat.(Tri, 2011)

2.1 Komplikasi

1. Ischemia Uteroplacenta

a. IUGR

b. IUFD

c. Solusio Plasenta

2. Spasme Arteriolar

a. Perdarahan serebral

8
b. Gagal jantung, ginjal, dan hati

c. Abatio retina

d. Trombo embolisme

e. Gangguan pembekuan darah

3. Kejang dan Koma

a. Sianosis

b. Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru 11

c. Tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan kegagalan jantung

mendadak

d. Lidah dapat tergigit

e. Jatuh dari tempat menyebabkan fraktur dan luka-luka

f. Gangguan fungsi ginjal

g. Perdarahan dan ablatio retina

h. Gangguan fungsi hati

2.2 Pencegahan

1. Pencegahan Non Medis

a. Restriksi garam

b. Suplementasi diet yang mengandung hal – hal berikut ini 1) Minyak ikan yang kaya

dengan asam lemak tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA 2) Elemen logam berat: zinc,

magnesium, kalsium 3) Tirah baring (Fadlun, 2012).

2. Medis

a. Diuretika

b. Antihipertensi

9
c. Kalsium: 1.500 – 2000mg/ hari

d. Magnesium: 365/hari

e. Zinc: 200mg/hari

f. Obat antitrombotik:

1) Aspirin dosis rendah: rata – rata dibawah 100mg/hari. 12

2) Dipyridamole Obat – obatan antioksidan: vitamin C, vitamin E, β-carotene,

CoQ10, N-Acetylcystein, asam lipotik (Fadlun, 2012)

2.3 Penanganan Preeklampsia Berat (PEB) Dalam Kehamilan

Konservativ berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian

pengobatan (untuk kehamilan < 35 MINGGU tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengsn

keadaan janin baik) pengobatan yang diberikan berupa medikamentosa, yaitu :

a. segera masuk rumah sakit

b. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara

90-100 mmHg.

c. Pasang infus RL ( Ringer Laktat )

d. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

e. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria

f. Jika jumlah urin < 30 ml perjam tindakan yang dilakukan adalah:

1) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam

2) Pantau kemungkinan edema paru

3) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan

kematian ibu dan janin.

4) Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.

5) Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema

10
paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya

furosemide 40 mg intravena. 13

6) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi

sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati ( Anik Maryunani, 2009).

7) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam

8) Pemberian SM 40% 4gr/i.m pada bokong kanan dan bokong kiri

9) Berikan antihipertensi (nifedipine sublingual 5-10mg) bila tekanan darah ≥

180/100mmHg 10)

1 Berikan kardiotonika bila ada payah jantung

2. Penanganan aktiv, apabila ibu memiliki 1 atau lebih kriteria berikut:

a. Ada tanda-tanda impending eklampsia

b. Ada HELLP syndrom

c. Ada kegagalan penanganan konservatif

d. Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat

e. Usia kehamilan > 35 minggu

f. Pemberian pengobatan anti kejang

2.4 Penanganan Preeklampsia Berat (PEB) Dalam Persalinan

1. Rawat Inap Melakukan evaluasi sistemik yang mencakup berikut:

a. Pemeriksaan terinci diikuti oleh deteksi cermat tanda – tanda klinis seperti sakit kepala,

gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan penambahan berat badan yang cepat

b. Analisis proteinuria saat masuk dan selanjutnya paling tidak setiap 2 hari

c. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk dengan ukuran manset yang sesuai setiap

4 jam, kecuali antara tengah malam dan pagi hari

11
d. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, hematokrit, trombosit, dan enzyme hati serum

dengan frekuensi pemeriksaan disesuaikan dengan keparahan hipertensi

e. Evaluasi ukuran janin dan volume cairan amnion secara berkala (William Obstetric,

2011).

2. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi vakum atau forceps oleh dokter

ahli kandungan dengan catatan ibu dilarang mengedan.

3. Bila terdapat indikasi obstetric segera lakukan seksio caesarea dan harus diperhatikan tidak

terdapat koagulopati, serta anastesi yang aman adalah anastesi umum oleh dokter ahli

kandungan. Jika anastesi umum tidak tersedia, kondisi janin mati, aterm kecil, maka lakukan

persalinan pervaginam dengan induksi oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml cairan infus.

(Manuaba, 2010).

2.5 Penanganan Preeklampsia Berat (PEB) Dalam nifas

1) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya

2) KIE tanda bahaya preeklampsia

3) Observasi keadaan umum dan tanda vital

4) Pantau protein urin

5) Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan diet rendah garam

6) Pantau keseimbangan cairan untuk memperbaiki hipovolemik, mencegah kelebihan

sirkulasi, dan pemeriksaan serum harian

7) Berikan sedativa untuk mencegah kejang

8) Berikan MgSO4 iv/im tiap 5 menit

9) Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG 10. Melakukan rujukan ke rumah sakit yang

lebih tinggi (Manuaba, 2010)

12
2.6 Pemberian Antihipertensi.

a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-pelan selama 5

menit sampai tekanan darah turun.

b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 intramuskular setiap

2 jam.

c) Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.

d) Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik dalam

10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg intravena (Cunningham, 2003).

BAB III

KASUS

Pasien perempuan mengaku hamil 9 bulan , umur 28 tahun, dalam keadaan sadar dengan

keluhan utama datang ke puskesmas dengan keluhan mules-mules, belum ada keluar air dari

vagina, gerak anak aktif dan baik. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Pasien tidak teratur kontrol

kandungan ke Rumah Sakit dan tidak pernah memeriksakan tekanan darahnya , serta tidak

terdapat riwayat penyakit sistemik sebelumnya, Hipertensi baru diketahui

Berikut ini adalah laporan asuhan kebidanan pada ny D usia 28 tahun dengan PEB

Tanggal pengkajian : 8 Febuari 2023

Pengkajia : Ai hasanah,Latania shopia ,Lira mulia,neng Fitri

Tempat : poned Puskesmas Cikajang


13
Pukul : 14. 40 WIB

A. Data Subjektif

1. Identitas

Identitas ibu

Nama : Ny . D

Usia : 27

Suku : Sunda

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kp. Sukagalih RT/RW 01/04 des. Giriawas

Identitas suami

Nama : Tn. R

Usia : 30

Suku : Sunda

Agama : Islam

Pendidikan: SMA

Pekerjaaan : Buruh

Alamat : :Kp. Sukagalih RT/RW 01/04 des. Giriawas

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan hamil 9 bulan, mengeluh mules-mules yang terus menerus dan

semakin kuat sejak jam 07.00

3..Riwayat Ginekologi

14
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat

reproduksi, kehamılan dan kandungan begitu juga suami dan keluarganya.

4. .Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita atau memiliki penyakit seperti jantung, asma,

tubercolusis, ginjal, diabetes militus, malaria, dan HIV/AIDS.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan sekarang tidak menderita atau memiliki penyakit seperti jantung, asma,

tubercolusis, ginjal, diabetes militus, malaria, dan HIV/AIDS.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan, di keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit berat seperti Asma,

Hipertensi, DM, jantung maupun penyakit menular seperti HIV / AIDS, TBC, dan penyakit

kelamin.

5. Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan ini perkawinan yang pertama bagi ibu begitupun suaminya, lamanya ibu

menikah kurang lebih 1 tahun.

6. Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan menarche usia 13 ttahun, siklus 28 hari, lamanya 6-7 hari, banyaknya

ganti pembalut 2-3 x/ hari, tidak ada keluhan.

7.Riwayat obstetri

a. Riwayat kehamilan sekarang

1)HPHT 30 05.2023

2) TP 06 02 2024

15
3) UK 39 Minggu

4) Kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama dan ibu tidak pernah keguguran.

5) Ibu melakukan ANC secara rutin di PMB, Posyandu dan 1x melakukan pemeriksaan USG.

6) Selama kehamilan yang pertama ini ibu tidak menderita penyakit apapun.

Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan kecuali obat yang diberikan oleh bidan.

7) Ibu merasakan gerakan janin yang pertama saat usia kandungan 14 minggu dan gerakan janin

aktif lebih dari 10 kali dalam 12 jam.

8) Ibu tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan tidak minum-minuman

keras.

9) Rencana persalinan ibu di Praktik Mandiri Bidan (PMB), dengan pendamping persalinan

adalah suami dan keluarga. Dan ibu juga sudah mempersiapkan alat alat yang dibutuhkan untuk

bersalin contohnya seperti baju bayi, transportasi, pendonor darah (apabila dibutuhkan) dll.

8. Riwayat KB

Sebelumnya ibu tidak menggunakan alat kontrasepsi.

9. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Ibu mengatakan makan 3 kali sehari, menu bervariasi, tidak ada tantangan makanan,

nafsu makan baik, dan minum lebih dari 8 gelas / sehari.

b. Pola eliminasi

Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dan BAK kurang lebih >6 kali / hari.

Pola aktivitas pekerjaan

Ibu mengerjakan pekerjaan rumah sendiri tanpa dibantu oleh asisten rumah tangga.

c. Pola Istirahat

16
Ibu mengatakan dalam sehari kurang lebih 5-6 jam tidur malam, dan kadang-kadang tidur

siang 1-2 jam.

d. Personal hygine

Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali dalam sehari, keramas 2x

seminngu.

e. Pola seksual

Ibu mengatakan hubungan seksual dengan suaminya 1 kali dalam seminggu.

Psikososial Spiritual

Ibu mengatakan mempunyai hubungan baik dengan suami dan keluarganya, ibu dan

keluarganya senang dengan kehamilan yang sekarang ini, pengambil keputusan di keluarga ibu

adalah suami ibu sendiri.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Emosional : Stabil

2. Tanda-tanda vital

Tekanan darah:180/100 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Pernapasan : 22 x/menit

Suhu : 36,9(C

Antropometri

BB sebelum hamil : 50 kg

17
BB : 62 kg

Kenaikan BB : 12 Kg

TBI : 162 cm

LILA : 26 cm

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala: warna rambut Hitam, bersih, tidak ada benjolan, tidak rontok, tidak nyeri

tekan

b. Muka : Bersih, tidak oedema, tidak pucat.

c. Mata: Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda

d. Hidung : Bersih, tidak ada polip, penciuman baik

e. Telinga: Simetris, fungsi pendengaran baik.

f. Mulut: Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bibir tidak pucat.

g. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, dan vena jugularis, tidak nyeri tekan.

h. Dada/payudara: Payudara simetris, tidak ada benjolan, puting susu menonjol, areola hitam,

tidak nyeri tekan, kolostrum belum ada

f. Abdomen

Palpasi : TFU 31 cm

Leopold I : Di fundus teraba bagian lunak, bulat, tidak

melenting.

Leopold II : Dibagian kiri ibu teraba bagian keras

memanjang seperti papan dan dibagian kanan ibu terdapat bagian-bagian terkecil janin.

Leopold III : Dibagian terbawah janin teraba bagian keras, bulat

dan melenting, kepala sudah masuk PAP.

18
Leopold IV : Divergen 2/5

Auskultasi : DJJ 140 x/menit Reguler

His 2x10’25”

4. Genetalia : Pemeriksaan dalam:

Vulva/vagina : T.a.k

Portio : tebal keras

Pembukaan : 3 cm

Ketuban :+

Presentasi : Belakang Kepala

Posisi : UUK kiri depan

Penurunan kepala : Hodge IV

Moulase : Tidak ada

h. Ekstremitas atas : Tangan simetris, kuku bersih, tidak pucat, tidak oedema, jari lengkap

I. Ekstremitas bawah : Kaki simetris, tidak oedema, kuku bersih dan tidak pucat, jari

lengkap, tidak varices, refleks patella +

j. Genetalia: Tidak dilakukan pemeriksaan dalam karena ibu merasa tidak ada keluhan

apapun pada genetalia.

5. Pemeriksaan penunjang

HB : 13,1 gr%

Gol dar :B

Protein urine : Negatif

19
Glukosa urine : Negatif

HIV/AIDS : Negatif

Sypillis : Negatif

HBsAg : Negatif

C. Analisa

G1P0A0 inpartu kala I fase laten janin tunggal hidup intrauterin Dengan PEB

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tentang asuhan yang akan diberikan,

Evaluasi: ibu paham dan mengerti.

2. Meminta suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan,

Evaluasi : suami dan keluarga bersedia

3. memberitahukan ibu untuk miring kiri dan kanan,

Evaluasi : ibu bersedia.

4. Memberikan cairan RL Dan mgso4 untuk menurunkan tensi darah ibu.

Evaluasi: ibu bersedia.

5. Menyiapkan alat-alat persalinan,

Evaluasi :sudah siap

6. Melakukan observasi ibu dan bayi setiap 4 jam sekali (TD, suhu dan pemeriksaan

dalam) dan setiap 30 menit sekali (DJJ, his, nadi)

Evaluasi :terlampir dalam partograf.

7. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP

Evaluasi : telah dilakukan

PERKEMBANGAN KALA II

20
Pukul : 16.00 WIB

A. Data Subjektif

Ibu mengeluh mules ingin BAB dan ada dorongan ingin mengedan.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Emosional : Stabil

2. Tanda-tanda vital

Tekanan darah: 140/100 mmHg

Nadi : 86x/menit

Pernapasan : 22 x/menit

Suhu : 36,5(C

His : 5x10’.45”

DJJ : 144x/menit Reguler

3. Pemeriksaan dalam :

Vulva/vagina : T.a.k

Portio : Tidak teraba

Pembukaan : 10 cm

Ketuban : Ketuban pecah spontan pukul 16.10 berwarna keruh

Presentasi : Belakang Kepala

Posisi : UUK depan

Penurunan kepala : Hodge I

21
Moulase : Tidak ada

C. Analisa

G1P0A0 inpartu kala II

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, ibu senang mendengar hasil

pemeriksaan.

2. Mengatur posisi ibu, siapkan diri dan alat

3. Memberikan asuhan sayang ibu

4. Mempasilitasi persalinan normal

5. Melakukan amniotomi

6. Membimbing meneran saat ada his

7. Melakukan episiotomi

8. Pukul 16.30 WIB, bayi lahir spontan, langsung menangis, tonus otot kuat, kulit

kemerahan, jk laki-laki

9. Menjaga kehangatan bayi dan memfasilitasi IMD

10. Pemotongan tali pusat di biarkan 1 jam terlebih dahulu

PERKEMBANGAN KALA III

Pukul : 16.31 WIB

A. Data Subjektif

Ibu merasa masih mules

B. Data Subjektif

1. Pemeriksaan Umum

22
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Emosional : Stabil

Pemeriksaan Fisik

Abdomen : TFU : sepusat, tidak teraba janin kedua

Kontraksi : Baik

Kandung kemih: kosong

Genetalia : Terdapat tali pusat memanjang di vulva pengeluaran darah -+ 200 cc

C. Analisa

P₁A0 Kala III

Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu tindakan yang akan dilakukan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia.

2. Memberitahukan ibu dilakukan penyuntikan oxytosin 10 iu/im 1 menit setelah bayi

lahir.

Evaluasi :Telah dilakukan.

3. Melakukan PTT.

Evaluasi :Plasenta lahir spontan pukul 16.42 WIB tidak lengkap dilakukan eksplorasi.

4. Melakukan massase uterus 15 kali selama 15 detik.

Evaluasi: kontraksi baik, pengeluaran darah 200 cc.

PERKEMBANGAN KALA IV

Pukul : 17.00 WIB

23
A. Data Subjektif

Ibu mengatakan masih merasa mules,dan merasa senang bayi lahir

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Emosional : Stabil

2. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 85x/menit

Respirasi : 22x/menit

Suhu : 36,50C

3. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : kontraksi uterus baik, TFU Sepusat, kandung kemih kosong.

Genetalia : terdapat luka laserasi derajat 2 (kulit dan otot-otot perineum di bagian

dalam vagina), pengeluaran darah ±200 cc

Analisa

P₁A0 kala IV dengan laserasi derajat II perdarahan aktif

D. Penatalaksanaan

1. Melakukan pemantauan kala IV.

2. Evaluasi: Hasil terlampir di partograf.

3. Cek pengeluaran darah.

Evaluasi : pengeluaran darah +-200cc.

24
4. Melakukan penjahitan pada luka laserasi

Evaluasi: Telah dilakukan.

5. Memberitahu ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya nifas.

Evaluasi: Ibu mengerti.

6. memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan massase uterus untuk mencegah

perdarahan.

Evaluasi: Ibu dan keluarga bisa melakukannya.

7. Membereskan alat dan membersihkan ibu.

Evaluasi: Ibu sudah dibersihkan dan terlihat nyaman.

8. Membenarkan posisi IMD

Evaluasi: bayi masih tetap IMD

9. menganjurkan untuk pemenuhan nutrisi setelah melahirkan.

Evaluasi: Ibu mengerti.

10. menganjurkan kepada ibu untuk pemberikan ASI.

Evaluasi: ibu bersedia.

11. Melakukan dekontaminasi alat.

Evaluasi : telah dilakukan

25
DAFTAR PUSTAKA

 Wikjnosastro, Saiffudin A.B, Rachimidhiani, T. (2009). Ilmu Kebidanan ed.4, Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

 Leveno KJ, et al. Hypertensive disorders in pregnancy. In:.Williams Manual of Obstetrics. USA:

McGraw-Hill Companies, 2010 : p. 761-808

 Lim KH. 2010. Human Cytothropoblast Differentiation Is Abnormal In Preeclampsia. Am J Pathol.

2010 Dec:151 (6): 1809- 18

 George EM. 2011. Endothelin: key mediator of hypertension in preeclampsia.

www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21 67770

 Tsen LC. Anesthesia for Obstetric Care and Gynecologic Surgery. Dalam: Longnecker DE, Brown

DL, Newman MF, Zapol WM, editor. Anesthesiology. New York: McGraw-Hill; 2008: p. 1488

 Kapoor R, Min JC, Leffert L. Anesthesia for Obstetrics and Gynecologic. Dalam: Dunn PF, editor.

Clinical Anesthesia Procedures of the Massachusetts General Hospital. Boston: Lippincott

William and Willkins; 2009: hal. 553 – 555.

 Jayakusuma, AAN. 2009. Manajemen risiko pada preeklampsia (Upaya menurunkan kejadian

preeklampsia dengan pendekatan berbasis risiko). Denpasar: Pendidikan Kedokteran

Berkelanjutan, Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah

 Mallidi J, Penumetsa S, Lotfi A. 2013. Management of Hipertensive Emergencies. J Hypertens.

2(2):1 – 6

26

Anda mungkin juga menyukai