010 Ida Ayu Putu Ananda - Makalah Diabetes Mellitus
010 Ida Ayu Putu Ananda - Makalah Diabetes Mellitus
Oleh:
Saya makalah yang saya tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami serta menambah pengetahuan semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
perkataan yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.
Pembuat Makalah,
Ida Ayu Putu Ananda
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. ............................................................................................ i
BAB I . ...................................................................................................................... 1
BAB V PENUTUP………………………………………………………………….22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seorang ibu hamil yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif. Didefinisikan sebagai suatu keadaan
intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi atau
pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung
Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah suatu keadaan intoleransi glukosa yang
berkembang selama kehamilan dengan homeostasis glukosa biasanya dipulihkan setelah
lahir. Prevalensi DMG terus meningkat selama 20 tahun terakhir. Secara global, 16,2%
(21,3 juta) kelahiran hidup berhubungan dengan hiperglikemi adalam kehamilan, dimana
86,4% disebabkan DMG, 6,2% disebabkan oleh diabetes tipe 1 (DM tipe 1) atau diabetes
tipe 2 (DM tipe 2) yang sudah ada sebelumnya, dan 7,4% disebabkan DM tipe 1 dan DM
tipe 2yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan. Tanpa manajemen glukosa yang
tepat, DMG dikaitkan dengan peningkatan komplikasi perinatal dan risiko penyakit
metabolik di masa depan pada ibu dan anak. Banyak badan internasional mengadvokasi
skrining universal dan deteksi DMG sebagai strategi untuk mengurangi keterlambatan
diagnosis dan meningkatkan hasil kehamilan.Namun, ini tidak dipatuhi secara global,
terutama dinegara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Biaya tinggi dan
tantangan teknis dari tes toleransi glukosa oral (TTGO), gold standar untuk diagnosis
DMG, telah mengakibatkan banyak negara menggunakan skrining selektif berbasis faktor
risiko sebagai landasan diagnosis DMG. Namun, identifikasi factor risiko memiliki nilai
prediksi yang buruk dan kegagalan dalam mengidentifikasi sebagian besar wanita yang
berisiko mengalami DMG, sehingga penggunaannya dibatasi. Namun dengan demikian,
menemukan adanya faktor risiko lain yang dimiliki oleh ibu hamil dapat meningkatkan
diagnosis dan deteksi DMG.
Bidan sebagai pemberi jasa harus mengedepankan pemberian asuhan kebidanan yang
aman, nyaman dan tidak terlepas dari nilai penghargaan terhadap kearifan lokal atau
3
budaya setempat sehingga antara pemberi jasa dan penerima jasa terdapat suatu
keseimbangan hubungan. Kearifan lokal yang dimaksud yakni adat istiadat budaya
khususnya daerah di Bali, yang menerapkan konsep Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita
Karana terbagi atas parahyangan, pawongan dan palemahan. Parahyangan berasal dari kata
Hyang yang berarti (Sang Hyang Widhi Wasa) atau tuhan yang maha esa. Praktik
kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman
holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya,
spiritual serta pengalaman reproduksi. Hal tersebut merupakan pernyataan yang termuat
dalam falsafah kebidanan yang menjadi panduan dalam menjalankan praktik kebidanan
yang termuat dalam Standar Profesi Bidan Indonesia (Sinta Javani,dkk. 2023).
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas terkait konsep Tri Hita
Karana dalam pelayanan kebidanan terhadap ibu hamil dengan abortus insipiens. Karena
seorang bidan tidak hanya memberikan asuhan dalam segi biologis tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan sosial-kultural dan spiritual pasiennya, sehingga dikatakan
pelayanan kebidanan secara efektif dan menyeluruh bagi ibu, bayi dan keluarganya melalui
tindakan skrining, pencegahan dan penanganan yang tepat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
Proses terjadinya diabetes melitus gestasional pada ibu hamil dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang didukung oleh hormon-hormon yang aktif dan tinggi selama masa
kehamilan. Pada kehamilan terjadi peningkatan produksi hormon-hormon antagonis
insulin, antara lain: progesteron, estrogen, human placenta lactogen, dan kortisol.
Peningkatan hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
peningkatan kadar glukosa darah. Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena
insulin jumlah sangat besar atau banyak masih dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kehamilan. Adanya hormon HPL dan progesteron dapat menyebabkan jarngan pada ibu
menjdi resisten pada insulin sehingga mengahsilkan enzim yang disebut insulinase yang
dihasilkan oleh placenta dan mempercepat terjadinya insulin. Bila pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul suatu kondisi yang disebut
hiperglikemia hal ini yng dapat menyebabkan kondisi kompensasi seperti meningkatkan
rasa haus (polidipsi), mengekskresikan cairan dan mudah lapar (polifagia)
(Mitayani,2009). Selain itu, adanya dukungan oleh faktor-faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya diabetes melitus gestasional. Selama awal kehamilan, toleransi
glukosa normal atau sedikit meningkat dan sensitivitas perifer (otot) terhadap insulin serta
produksi glukosa basal hepatik normal akibat peningkatan hormon estrogen dan
progesteron maternal pada awal kehamilan yang meningkatkan hiperplasia sel β pankreas,
sehingga meningkatkan pelepasan insulin. Hal ini menjelaskan peningkatan cepat insulin
di awal kehamilan sebagai respons terhadap resistensi insulin. Pada trimester kedua dan
ketiga, peningkatan hubungan fetomaternal akan mengurangi sensitivitas insulin maternal
sehingga akan menstimulasi sel-sel ibu untuk menggunakan energi selain glukosa seperti
5
asam lemak bebas, glukosa maternal selanjutnya akan ditransfer ke janin.Dalam kondisi
normal kadar glukosa darah fetus 10-20% lebih rendah Selama kehamilan, resistensi
insulin tubuh meningkat tiga kali lipat dibandingkan keadaan tidak hamil. Pada
kehamilan, penurunan sensitivitas insulin ditandai dengan defek post-reseptor yang
menurunkan kemampuan insulin untuk memobilisasi SLC2A4 (GLUT 4) dari dalam sel
ke permukaan sel. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon yang berkaitan
dengan kehamilan. Meskipun kehamilan dikaitkan dengan peningkatan massa sel β dan
peningkatan kadar insulin, beberapa wanita tidak dapat meningkatkan produksi insulinnya
relatif terhadap peningkatan resistensi insulin, sehingga menjadi hiperglikemik dan
menderita DMG (Kurniawan,2016).
Selama kehamilan, resistensi insulin tubuh meningkat tiga kali lipat dibandingkan
keadaan tidak hamil. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas insulin ditandai dengan defek
post-reseptor yang menurunkan kemampuan insulin untuk memobilisasi SLC2A4 (GLUT
4) dari dalam sel ke permukaan sel. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon
yang berkaitan dengan kehamilan. Meskipun kehamilan dikaitkan dengan peningkatan
massa sel β dan peningkatan kadar insulin, beberapa wanita tidak dapat meningkatkan
6
produksi insulinnya relatif terhadap peningkatan resistensi insulin, sehingga menjadi
hiperglikemik dan menderita DMG (Kurniawan,2016).
Patofisiologi Kasus kejadian DMG selama ini dipicu oleh beberapa faktor
risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya DMG pada ibu hamil. Faktor risiko ini
terdiri dari beberapa yang dimana terdapat faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
tidak dapat dimodifikasi. Sehingga dengan dikatahuinya jumlah faktor risiko yang
dimiliki oleh ibu yang sedang hamil, dapat meningkatkan kewaspadaan terutama pada
faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Usia ibu hamil sangat mempengaruhi kesehatan
ibu selama kehamilan. Salah satu aspek kesehatan yang perlu diperhatikan pada ibu
hamil usia lanjut adalah DMG. Penelitian yang dilakukan oleh Ifan Pratama dkk yang
dilakukan di RSIA Siti Khadijah I Kota Makassar pada tahun 2013 dengan jenis
penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan case control
study dengan besar sampel sebanyak 120 sampel dengan perbandingan sampel kasus
kontrol 1:2 dan didapatkan bahwa umur ibu hamil ≥ 35 tahun (95%CI= 1,139-9,986)
bermakna dan merupakan faktor risiko 3,476 kali dibandingkan dengan umur ibu < 35
tahun terhadap kejadian diabetes melitus gestasional.Hal serupa juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Fetal pada tahun 2016 yangmenunjukkan
bahwa terdapat ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian DM
Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpang Timbangan. Namun
pada penelitian lain oleh Firiani R tahun 2017, menyebutkan bahwa tidak adanya
hubungan yang signifikan antara usia dan angka kejadian DMG. Hal ini dikarenakan
DMG dapat menyerang semua jenis umur, dan umur yang paling dominan terkena
penyakit ini adalah >35 tahun. Secara umum diketahui bahwa pada periode ini, kebanyakan
ibu hamil cenderung melakukan sedikit aktivitas tetapi suplai nutrisi tidak mengalami
penurunan, bahkan seringkali mengalami kelebihan. Oleh karena itu, umur merupakan
salah satu faktor yang dapat berkontribusi secara tidak langsung pada kejadian diabetes
gestasional.
7
dilakukan dengan “one-step” dan “two-step”. Strategi “one-step” 75 gram TTGO dilakukan
pada usia kehamilan sekitar 24-28 minggu pada wanita hamil yang sebelumnya belum
pernah terdiagnosis diabetes melitus. Tesone-step ini menggunakan glukosa oral 75 gram.
Pengukuran glukosa darah dilakukan saat pasien dalam keadaan puasa, 1 jam, dan 2
jam setelah tes toleransi glukosa. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada
pagi hari setelah puasa semalaman setidaknya selama 8 jam. Hasil positif apabila
salah satu poin terpenuhi, yaitu kadar glukosa darah puasa >92mg/dL atau kadar
glukosa TTGO 1 jam >180 mg/dL atau kadar glukosa TTGO 2 jam > 153 mg/dL. Strategi
diperhatikan. Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari
sesuai dengan kemungkinan etiologi atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila
terjadi pada trimester kedua maka faktor-faktor penyebab lain cenderung pada faktor
anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi
yang berat pada uterus atau serviks (Romauli Suryati. 2018). ini dilakukan untuk
menskrining lonjakan kasus DMG. Namun untuk kekurangan dari strategiini adalah
kemungkinan over diagnosis yang sangat besar sehingga biaya medikamentosa
yang dibutuhkan akan lebih tinggi.
8
sebagai DMG apabila memenuhi beberapa kriteria. Ketika 1 atau lebih kriteria terpenuhi
dan terccatat selama pengujian rutin antara 24-28 minggu kehamilan atau pada waktu
lain selama kehamilan, yaitu kadar glukosa plasma puasa puasa 5,1–6,9 mmol/L (92–125
mg/dL), nilai TTGO1 jam 10,0 mmol/L (180 mg/dL) setelah beban glukosa oral 75 g,
dan nilai TTGO2 jam antara 8,5 dan 11,0 mmol/L (153–199 mg/dL) setelah beban glukosa
oral 75 g.
Diabetes melitus gestasional dapat dicegah dengan cara mendeteksi faktor risiko
yang dimilikidan mencegah timbulnya faktor risiko baru.Perawatan awal untuk DMG
adalah intervensi gaya hidup, yang meliputi terapi nutrisi medis dan olahraga sehari-hari.
Pasien diharuskan untuk sering memeriksa kadar glukosa mereka di rumah untuk
memastikan bahwa target glikemik tercapai. Intervensi dini untuk DMG bisa menjadi
penting untuk mencegah kerusakan berikutnya pada ibu dan janin. Wanita dengan
DMG dianjurkan untuk memulai perubahan gaya hidup, serta pengobatan farmasi, jika
diperlukan. Untuk wanita non-obesitas dengan DMG, diet yang mengandung 30-35
kkal per kg berat badan, dengan 33-40% kalori dari karbohidrat, disarankan. Juga,
latihan praktis sebelum dan selama kehamilan dapat mempertahankan homeostasis
glukosa dan memperbaiki patologi DMG. Secara khusus, olahraga sedang (30 menit 5
kali/minggu) telah menunjukkan penurunan resistensi insulin, DMG, dan makrosomia
janin pada wanita obesitas dan non-obesitas. Namun, aktivitas yang lebih intens (>60
menit) dapat memicu hipoglikemia. Terapi nutrisi dengan intervensi diet sangat baik
dimulai sejak awal kehamilan. Hal ini dapat meurunkan angka kejadian DMG secara
signifikan. Diet yang dianjurkan adalah seperti diet mediterranean, dietary approaches
to stop hypertension (DASH), dan Alternate healthy eating index diet (AHEI). Asupan
makanan tambahan berupa vitamin (A, Bkompleks, dan C), serat, asam folat kalsium, dan
kalium sangat berkaitan juga dengan penurunan angka terjadinya kejadian DMG.
9
pertolongan dalam persalinan yang merupakan bentuk kecintaan manusia dengan Tuhan
dengan membantu untuk kelahiran individu baru sebagai mahluk ciptaan tuhan dan
sekaligus sebagai pertolongan pada sesama manusia yang merupakan arti dari pawongan,
sedangkan ke lingkungan atau palemahan dapat diwujudkan dalam kebersihan lingkungan
melalui tindakan disinfektan dan kebersihan lingkungan persalinan untuk mendukung
suasana persalinan yang aman dan nyaman sehingga proses dapat berjalan dengan lancar
serta penggunaan obat-obatan tradisional yang bersih dan aman.
Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu selama ini adalah sebagai
berikut: hubungan antara manusia dengan Tuhannya yang diwujudkan dengan Dewa
yadnya, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diwujudkan dengan Bhuta
yadnya, sedangkan hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra,
Resi, Manusia Yadnya. Padahal, hubungan ini jauh daripada itu. Misal Parahyangan bisa
saja diwujudkan dengan PHBS di Pura, yaitu menjaga kebersihan, keindahan dan kesuucian
di Pura juga merupakan wujud hubungan bhakti kita kepada Hyang Widhi. Awalnya
konsep Tri Hita Karana muncul berkaitan dengan keberadaan desa adat di Bali. Hal ini
10
disebabkan oleh terwujudnya suatu desa adat di Bali, bukan saja merupakan kepentingan
hidup tapi adalah kepentingan bersama dalam masyarakat, dalam hal kepercayaan memuja
Tuhan. Dengan kata lain, bahwa ciri khas desa adat di Bali harus mempunyai unsur
wilayah, orang-orang atau masyarakat yang menempati suatu wilayah serta adanya tempat
suci untuk memuja Tuhan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/BIODATA
11
2. Keluhan utama : Ibu mengatakan sering BAK pada malam hari,
sering makan, sering minum, dan cepat lelah.
3. Riwayat menstruasi :
-Banyaknya : 28 hari
Hamil Ini
- HPHT : 10-07-2017
- TTP : 17-04-2018
- UK : 28 minggu 3 hari
- kecemasan : Ada
- DM : Tidak ada
12
- Epilepsi : Tidak ada
- DM : Ada
9. Riwayat sosial :
- Perkawinan : 1x
bidan
- Diet/makan :
Pagi : 1 piring nasi + 1 potong ikan + 1 porsi sayur + 1 gelas air putih
Siang : 2 piring nasi + 2 potong ikan + 2 porsi sayur + 2 gelas air putih
+ cemilan
13
Malam : 2 piring nasi + 2 potong ikan + 2 porsi sayur + 8 gelas air putih
+ buah + cemilan
a. Pola istirahat
Siang : ± 2 jam
b. Personal hyegiene
Mandi : 2 kali/hari
c. Pola eliminasi
BAK : ± 14
Mandi : 2 kali/hari
Ganti pakaian / pakaian dalam : 2x/ hari atau tiap kali ibu merasa tidak nyaman
d. Pola aktivitas
e. Kebiasaan hidup
B. PEMERIKSAAN FISIK
2.Tanda-tanda vital
14
a. Temp : 36,5
oC
b. HR : 84 x/m
c. RR : 24 x/m
d. TD : 130/80 mmHg
3.Pengukuran BB dan TB
c. LILA : 24 cm
d. Glukosa : 210mg/dl
4. Pemeriksaan fisik
b). Kepala
a. Muka : Simetris, tidak ada cloasma, tidak ada oedema. b. Mata : Simetris, konjungtiva
merah muda, sklera: tidak ikterik, kelopak mata tidak ada odema
c. Hidung : Tidak ada pembesaran polip dan tidak ada cuping hidung
d. Mulut/ bibir: Mulut: bersih, tidak ada sariawan, bibir: tidak pecah- pecah
tidak sianosis
kelenjar limfe
d) Payudara
15
d. Puting susu : Menonjol
6. Abdomen :
a) Inspeksi :
d. Linea : Ada
e. Striae : Ada
f. Simetris : Asimetris
b) Palpasi
Leopold I : Pada fundus teraba lebar, lembek, lunak dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Pada abdomen kanan ibu teraba bagian yang panjang, keras
(ekstremitas).
Leopold III : Pada bagian bawah janin teraba, bulat, keras, ballotement, dan
melenting (kepala)
TFU : 26 cm
16
c) Auskultasi
DJJ :Ada,teratur
Punctum maximum : +
7. Ekstremitas :
8. Genitalia
Tidak Dilakukan (Tidak ada keluhan pada daerah vulva dan vagina)
9. Pemeriksaan Panggul
Tidak dilakukan
17
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Ny.N umur 25 tahun G1P0A0 di klinik Romauli ZR tahun 2018. Dengan alasan
Ny.N mengeluh Sering BAK pada malam hari, sering makan dan sering lelah berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik didapatkan Palpasi, TFU: 26 cm, Leopold I : Pada fundus teraba
lebar, lembek, lunak dan tidak melenting (bokong). Leopold II : Pada abdomen kanan ibu
teraba bagian yang panjang, keras dan memapan, seperti ada tahanan (punggung kanan),
dan pada bagian STIKes Elisabeth Medan kiri ibu teraba bagian-bagian terkecil janin
(ekstremitas). Leopold III : Pada bagian bawah janin teraba, bulat, keras, ballotement, dan
melenting (kepala), Leopold IV : Kepala janin belum masuk PAP.
Penatalaksanaa
b. Penangan obsetrik
3) Bila agak berat memerlukan insulin, induksi persalinan lebih dini 36- 38 minggu.
4) Diabetes agak berat dengan komplikasi (preeklampsi, hidramion dll), riwayat persalinan
yang lalu buruk. Induksi persalinan/ SC lebih dini.
5) Dalam pengawasan persalinan monitir janin dengan baik (DDJ, EKG, USG) 6) Untuk
kehamilan yang mengancam ibu dan janin sarankan tubektomi (Ashari,2017).
18
Pada aspek ini berarti setiap ibu hamil harus memiliki hubungan spiritual yang baik
dengan tuhan nya Salah satu intervensi non farmakologi adalah spiritual care.
Spiritualitas melibatkan pengenalan tujuan hidup seseorang dan makna hidup.
Konseptualisasi ini tidak selalu berkaitan dengan keyakinan agama. Perhatian
terhadap perspektif agama, sebagai bagian dari perawatan spiritualitas selama masa
prenatal, merupakan strategi yang baik untuk meningkatkan kesehatan mental ibu.
Penelitian terhadap ibu hamil Indonesia dilakukan dengan penekanan pada isu-isu
utama yaitu berserah diri kepada Tuhan, mempermudah kehamilan dan persalinan
bagi para ibu, serta memberikan makna melalui kisah-kisah spiritual. Selama
kehamilan dan persalinan, kepercayaan kepada Tuhan dan dukungan-Nya
meningkatkan kepercayaan diri, motivasi, dan daya tahan seseorang; mengingat
Tuhan adalah cara mengendalikan diri, mengatasi kecemasan, dan sakit persalinan;
beriman kepada Tuhan dan pertolongannya meningkatkan rasa percaya diri.
Spiritualitas memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku perempuan
Muslim Indonesia terhadap perawatan prenatal ketika mereka berkomunikasi
dengan Tuhan. Saat ini, meskipun cakupan pelayanan antenatal sangat tinggi,
tampaknya fokus utama pelayanan adalah pada aspek fisik dan tindakan medis.
Bidan yang memberikan asuhan holistik berupaya memandang ibu hamil secara
holistik, memperhatikan ciri jasmani dan rohaninya
B. Aspek Pawongan
Bidan adalah profesional kesehatan yang terlatih untuk mendampingi dan
merawat wanita selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran bayi. Mereka juga
membantu ibu hamil agar tetap sehat selama kehamilan, dan jika tidak ada
komplikasi dapat membatu persalinanya. Bidan juga membantu merawat ibu dan
bayi dalam beberapa minggu pertama setelah persalinan. Peran bidan dalam bidang
kesehatan tidak kalah pentingnya dengan tenaga medis lainnya, karena kesehatan
ibu selama kehamilan, persalinan hingga menyusui harus dipantau dan ditangani
dengan baik dan hati-hati. Tidak hanya pendampingan dari segi kesehatan fisik ibu
hamil saja yang harus diperhatikan, pendampingan yang lain juga diperlukan agar
para ibu tetap tenang dan bahagia selama masa kehamilannya untuk memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Bidan adalah profesional kesehatan yang terlatih
untuk mendampingi dan merawat wanita selama kehamilan, persalinan, dan
kelahiran bayi. Mereka juga membantu ibu hamil agar tetap sehat selama
kehamilan, dan jika tidak ada komplikasi dapat membatu persalinanya. Bidan juga
membantu merawat ibu dan bayi dalam beberapa minggu pertama setelah
persalinan. Salah satu yang mendasar dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dalam ANC adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan klien
yang menarik sehingga klien merasa puas terhadap pelayanan. Dalam hal
19
ini kepuasan yang akan lebih penting dalam pelayan kesehatan.
Kepuasan pelayanan adalah suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan
harapan ibu hamil telah terpenuhi dari pelayanan yang telah diberikan oleh
petugas kesehatan. Kepuasan pasien dapat juga diartikan sebagai tingkat
perasaan pasien setelah membandingkan dengan harapannya. Seorang pasien
jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan, sangat
besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
Kepuasan pasien merupakan reaksi perilaku sesudah menerima jasa pelayanan
kesehatan. Hal itu mempengaruhi pengambilan keputusan pemanfaatan ulang yang
sifatnya terus-menerus terhadap pembelian jasa yang sama dan akan
mempengaruhi penyampaian pesan/kesan kepada pihak/orang lain tentang
pelayanan kesehatan yang diberikan (Pohan, 2007)Pelayanan kesehatan terhadap
jasa akan berpengaruhi mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam
pelayananANC. Antenatal Careadalah pelayanan yang diberikan oleh ibu
hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan
antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap
penyimpangan intervensi dasar yang dilakukan (Depkes, 2010). Penelitian yang
dilakukan Wijaya (2014) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien akan pelayanan keperawatan adalah bagaimanabentuk
komunikasi yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam pelayanan yang
diberikan. Selanjutnya peneliti mengatakan bahwa kemampuan dalam
menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memerlukan latihan serta ketajaman
perasaan
C. Aspek Palemahan
Pada aspek ini tidak kalah penting nya mengenai hubungan antara
lingkungan dan juga kesehatan ibu hamil. Kebersihan lingkungan sekitar jangan
sampai terabaikan. Perhatikan seluruh bagian rumah kita, khususnya kamar tidur
dan toilet. Jangan sampai debu dan sampah mengundang penyakit untuk kita.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta setelah melakukan aktifitas
apapun adalah hal kecil yang sering terlupakan. Menurut Ariani Dewi Widodo,
dokter spesialis anak, penelitian menunjukkan 60 persen masyarakat Indonesia tidak
mencuci tangan setelah keluar dari kamar mandi. Sementara dari 40 persen yang
mencuci tangan, hanya 10-15 persen yang menggunakan sabun. Ariani juga
menjelaskan cara mencuci tangan yang benar harus melewati enam langkah, yaitu:
telapak tangan dibersihkan dengan sabun, punggung tangan, sela-sela jari hingga
kuku, kunci kedua tangan di antara sela-sela jari, lalu putar dengan gerakan tangan
20
kiri ke kanan dan sebaliknya, dan putar untuk membersihkan jari tangan.
Lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan
dan diwujudkan dalam bentuk prilaku. Seseorang dapat berperilaku dengan baik
apabila tempat dan lingkunganya mendukung, tetapi pada kenyataanya lingkungan
kerja tidak mendukung dalam hal kelengkapan sarana akhirnya berdampak pada
lingkungan pasien. Pencegahan infeksi merupakan hal penting dan utama dalam
menangani pasien. Pencegahan infeksi bertujuan untuk mencegah penularan
penyakit dari pasien ke bidan ataupun sebaliknya sehingga semua pasien dianggap
memiliki penyakit menular dan bidan juga berpersepsi bahwa dirinya juga mampu
menularkan penyakit ke pasiennya.
21
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dijelaskan, dapat di simpulkan bahwa Pemberian
pelayanan kebidanan secara holistik bagi ibu dan anak pada tingkat kesehatan dasar seperti
halnya pusat kesehatan masyarakat, dilakukan berdasarkan konsep-konsep tri hita karana
yaitu dengan mengimplementasikan parahyangan seperti kedekatan dengan sang pencipta,
pawongan seperti memiliki rasa empati antara petugas kesehatan dan juga terhadap pasien,
palemahan seperti pengelolaan lingkungan tempat pelayanan dalam kondisi yang bersih dan
hygenis. Penerapan konsep-konsep Tri Hita Karan ini nyatanya sangat diperlukan
khususnya dalam pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan ibu dan anak, karena
dapat menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis, aman dan nyaman yang pada
akhirnya diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal sehingga dapat
terhindar dari gangguan kesehatan yang serius sampai kematian.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dibuat, maka diharapkan Sebagai seorang
bidan tentunya kita harus menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam setiap asuhan
kebidanan yang kita berikan terhadap klien. Dengan memberikan informasi dan juga arahan
sesuai dengan konsep Tri Hita Karana dan juga dalam memberikan asuhan kebidanan bidan
dapat menimplementasikan Tri Hita Karana tersebut. Menciptakan keharmonisan antara
klien dengan Tuhan, klien dengan bidan keluarga dan tenaga kesehatan lain, dan klien
dengan lingkungannya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Armini, L.N., Sulyastini, K., Espana, K., dkk. (2020). “Impementasi Konsep Tri Hita
Karana Dalam Praktek Pelayanan Kebidanan pada Praktek Mandiri Bidan di Wilayah
Kerja Puskesmas Buleleng I”. Jurnal Kesehatan Midwinerslion. Vol. 5 No.1 Hal.91-97
Scibetta, E. W., & Han, C. S. (2019). Ultrasound in early pregnancy: viability, unknown
locations, and ectopic pregnancies. Obstetrics and Gynecology Clinics, 46(4), 783-
795.
Tsakiridis, I., Giouleka, S., Mamopoulos, A., Athanasiadis, A., & Dagklis, T. (2020).
Diagnosis and management of gestational diabetespregnancy: A comparative review
of major national guidelines. Obstetrical & Gynecological Survey, 75(10), 611-623.
Fitriany, Julia, and Amelia Intan Saputri. "diabetes mellitus gestasional " AVERROUS:
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 4.2 (2018): 1-14.
23
24