Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH ASKEB BULOKPAR

“KONSEP TRI HITA KARANA DALAM ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS


DIABETES MELLITUS GESTASIONAL”

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Ni Wayan Suarniti, SST., M.Keb

Oleh:

Ida Ayu Putu Ananda


NIM P07124220010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
SEMESTER VII
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah pada Mata Kuliah
Askeb Bulokpar yang berjudul “Konsep Tri Hita Karana Dalam Asuhan Kebidanan Pada
Kasus Diabetes Mellitus Gestasional” dapat di selesaikan. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis. Saya
mengucapkan terimakasih kepada ibu Ni Wayan Suarniti, SST., M.Keb selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Askeb Bulokpar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya makalah yang saya tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami serta menambah pengetahuan semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat
perkataan yang kurang berkenan dalam penulisan makalah ini.

Denpasar, 28 September 2023

Pembuat Makalah,
Ida Ayu Putu Ananda

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. ............................................................................................ i

DAFTAR ISI. ........................................................................................................... ii

BAB I . ...................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah. ....................................................................................... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat. ..................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN. ........................................................................................ 6

2.1 Kehamilan .................................................................................................... 6

2.2 Diabetes Gestasional. ................................................................................... 7

2.3 Konsep Tri Hita Karana................................................................................ 9

BAB III TINJAUAN KASUS. ................................................................................ 12

BAB IV PEMBAHASAN KASUS. ......................................................................... 19

BAB V PENUTUP………………………………………………………………….22

5.1 Kesimpulan. .................................................................................................. 22

5.2 Saran. ............................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................................. 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seorang ibu hamil yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat penurunan sekresi insulin yang progresif. Didefinisikan sebagai suatu keadaan
intoleransi glukosa atau karbohidrat dengan derajat yang bervariasi yang terjadi atau
pertama kali ditemukan pada saat kehamilan berlangsung

Diabetes mellitus gestasional (DMG) adalah suatu keadaan intoleransi glukosa yang
berkembang selama kehamilan dengan homeostasis glukosa biasanya dipulihkan setelah
lahir. Prevalensi DMG terus meningkat selama 20 tahun terakhir. Secara global, 16,2%
(21,3 juta) kelahiran hidup berhubungan dengan hiperglikemi adalam kehamilan, dimana
86,4% disebabkan DMG, 6,2% disebabkan oleh diabetes tipe 1 (DM tipe 1) atau diabetes
tipe 2 (DM tipe 2) yang sudah ada sebelumnya, dan 7,4% disebabkan DM tipe 1 dan DM
tipe 2yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan. Tanpa manajemen glukosa yang
tepat, DMG dikaitkan dengan peningkatan komplikasi perinatal dan risiko penyakit
metabolik di masa depan pada ibu dan anak. Banyak badan internasional mengadvokasi
skrining universal dan deteksi DMG sebagai strategi untuk mengurangi keterlambatan
diagnosis dan meningkatkan hasil kehamilan.Namun, ini tidak dipatuhi secara global,
terutama dinegara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Biaya tinggi dan
tantangan teknis dari tes toleransi glukosa oral (TTGO), gold standar untuk diagnosis
DMG, telah mengakibatkan banyak negara menggunakan skrining selektif berbasis faktor
risiko sebagai landasan diagnosis DMG. Namun, identifikasi factor risiko memiliki nilai
prediksi yang buruk dan kegagalan dalam mengidentifikasi sebagian besar wanita yang
berisiko mengalami DMG, sehingga penggunaannya dibatasi. Namun dengan demikian,
menemukan adanya faktor risiko lain yang dimiliki oleh ibu hamil dapat meningkatkan
diagnosis dan deteksi DMG.

Bidan sebagai pemberi jasa harus mengedepankan pemberian asuhan kebidanan yang
aman, nyaman dan tidak terlepas dari nilai penghargaan terhadap kearifan lokal atau

3
budaya setempat sehingga antara pemberi jasa dan penerima jasa terdapat suatu
keseimbangan hubungan. Kearifan lokal yang dimaksud yakni adat istiadat budaya
khususnya daerah di Bali, yang menerapkan konsep Tri Hita Karana. Konsep Tri Hita
Karana terbagi atas parahyangan, pawongan dan palemahan. Parahyangan berasal dari kata
Hyang yang berarti (Sang Hyang Widhi Wasa) atau tuhan yang maha esa. Praktik
kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman
holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya,
spiritual serta pengalaman reproduksi. Hal tersebut merupakan pernyataan yang termuat
dalam falsafah kebidanan yang menjadi panduan dalam menjalankan praktik kebidanan
yang termuat dalam Standar Profesi Bidan Indonesia (Sinta Javani,dkk. 2023).

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas terkait konsep Tri Hita
Karana dalam pelayanan kebidanan terhadap ibu hamil dengan abortus insipiens. Karena
seorang bidan tidak hanya memberikan asuhan dalam segi biologis tetapi juga harus
memperhatikan kebutuhan sosial-kultural dan spiritual pasiennya, sehingga dikatakan
pelayanan kebidanan secara efektif dan menyeluruh bagi ibu, bayi dan keluarganya melalui
tindakan skrining, pencegahan dan penanganan yang tepat

1.2 Rumusan Masalah


Apakah hubungan konsep Tri Hita Karana dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Diabetes Mellitus Gestasional.

1.3 Tujuan dan manfaat


Untuk mengetahui hubungan Tri Hita Karana dengan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada ibu hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
Proses terjadinya diabetes melitus gestasional pada ibu hamil dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang didukung oleh hormon-hormon yang aktif dan tinggi selama masa
kehamilan. Pada kehamilan terjadi peningkatan produksi hormon-hormon antagonis
insulin, antara lain: progesteron, estrogen, human placenta lactogen, dan kortisol.
Peningkatan hormon-hormon tersebut menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
peningkatan kadar glukosa darah. Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena
insulin jumlah sangat besar atau banyak masih dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
kehamilan. Adanya hormon HPL dan progesteron dapat menyebabkan jarngan pada ibu
menjdi resisten pada insulin sehingga mengahsilkan enzim yang disebut insulinase yang
dihasilkan oleh placenta dan mempercepat terjadinya insulin. Bila pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat, maka akan timbul suatu kondisi yang disebut
hiperglikemia hal ini yng dapat menyebabkan kondisi kompensasi seperti meningkatkan
rasa haus (polidipsi), mengekskresikan cairan dan mudah lapar (polifagia)
(Mitayani,2009). Selain itu, adanya dukungan oleh faktor-faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya diabetes melitus gestasional. Selama awal kehamilan, toleransi
glukosa normal atau sedikit meningkat dan sensitivitas perifer (otot) terhadap insulin serta
produksi glukosa basal hepatik normal akibat peningkatan hormon estrogen dan
progesteron maternal pada awal kehamilan yang meningkatkan hiperplasia sel β pankreas,
sehingga meningkatkan pelepasan insulin. Hal ini menjelaskan peningkatan cepat insulin
di awal kehamilan sebagai respons terhadap resistensi insulin. Pada trimester kedua dan
ketiga, peningkatan hubungan fetomaternal akan mengurangi sensitivitas insulin maternal
sehingga akan menstimulasi sel-sel ibu untuk menggunakan energi selain glukosa seperti

5
asam lemak bebas, glukosa maternal selanjutnya akan ditransfer ke janin.Dalam kondisi
normal kadar glukosa darah fetus 10-20% lebih rendah Selama kehamilan, resistensi
insulin tubuh meningkat tiga kali lipat dibandingkan keadaan tidak hamil. Pada
kehamilan, penurunan sensitivitas insulin ditandai dengan defek post-reseptor yang
menurunkan kemampuan insulin untuk memobilisasi SLC2A4 (GLUT 4) dari dalam sel
ke permukaan sel. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon yang berkaitan
dengan kehamilan. Meskipun kehamilan dikaitkan dengan peningkatan massa sel β dan
peningkatan kadar insulin, beberapa wanita tidak dapat meningkatkan produksi insulinnya
relatif terhadap peningkatan resistensi insulin, sehingga menjadi hiperglikemik dan
menderita DMG (Kurniawan,2016).

2.2 Definisi Diabetes Gestasional


Diabetes Melitus Gestasional (DMG adalah komplikasi kehamilan yang umum,
dimana hiperglikemia spontan berkembang selama kehamilan. Menurut perkiraan terbaru
International Diabetes Federation(IDF) pada tahun 2017, DMG mempengaruhi sekitar 14%
kehamilan di seluruh dunia, mewakili sekitar 18 juta kelahiran setiap tahunnya. DMG
biasanya didiagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu ketika hormon plasenta yang
memiliki efek berlawanan dari insulin pada metabolisme glukosa meningkat secara
substansial. Wanita dengan kapasitas mensekresi insulin yang memadai mengatasi
resistensi insulin kehamilan ini dengan mensekresi lebih banyak insulin endogen untuk
mempertahankan glukosa darah normal. Wanita dengan cadangan pankreas yang kurang
memadai tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi peningkatan
resistensi insulin, dan menyebabkan intoleransi glukosa.

Selama kehamilan, resistensi insulin tubuh meningkat tiga kali lipat dibandingkan
keadaan tidak hamil. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas insulin ditandai dengan defek
post-reseptor yang menurunkan kemampuan insulin untuk memobilisasi SLC2A4 (GLUT
4) dari dalam sel ke permukaan sel. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon
yang berkaitan dengan kehamilan. Meskipun kehamilan dikaitkan dengan peningkatan
massa sel β dan peningkatan kadar insulin, beberapa wanita tidak dapat meningkatkan

6
produksi insulinnya relatif terhadap peningkatan resistensi insulin, sehingga menjadi
hiperglikemik dan menderita DMG (Kurniawan,2016).

Patofisiologi Kasus kejadian DMG selama ini dipicu oleh beberapa faktor
risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya DMG pada ibu hamil. Faktor risiko ini
terdiri dari beberapa yang dimana terdapat faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
tidak dapat dimodifikasi. Sehingga dengan dikatahuinya jumlah faktor risiko yang
dimiliki oleh ibu yang sedang hamil, dapat meningkatkan kewaspadaan terutama pada
faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Usia ibu hamil sangat mempengaruhi kesehatan
ibu selama kehamilan. Salah satu aspek kesehatan yang perlu diperhatikan pada ibu
hamil usia lanjut adalah DMG. Penelitian yang dilakukan oleh Ifan Pratama dkk yang
dilakukan di RSIA Siti Khadijah I Kota Makassar pada tahun 2013 dengan jenis
penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan case control
study dengan besar sampel sebanyak 120 sampel dengan perbandingan sampel kasus
kontrol 1:2 dan didapatkan bahwa umur ibu hamil ≥ 35 tahun (95%CI= 1,139-9,986)
bermakna dan merupakan faktor risiko 3,476 kali dibandingkan dengan umur ibu < 35
tahun terhadap kejadian diabetes melitus gestasional.Hal serupa juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati Fetal pada tahun 2016 yangmenunjukkan
bahwa terdapat ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian DM
Gestasional pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Simpang Timbangan. Namun
pada penelitian lain oleh Firiani R tahun 2017, menyebutkan bahwa tidak adanya
hubungan yang signifikan antara usia dan angka kejadian DMG. Hal ini dikarenakan
DMG dapat menyerang semua jenis umur, dan umur yang paling dominan terkena
penyakit ini adalah >35 tahun. Secara umum diketahui bahwa pada periode ini, kebanyakan
ibu hamil cenderung melakukan sedikit aktivitas tetapi suplai nutrisi tidak mengalami
penurunan, bahkan seringkali mengalami kelebihan. Oleh karena itu, umur merupakan
salah satu faktor yang dapat berkontribusi secara tidak langsung pada kejadian diabetes
gestasional.

Diagnosis, Gold standard dari penegakan diagnosis DMG adalah menggunakan


Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Prosedur untuk penegakan diagnosis DMG dapat

7
dilakukan dengan “one-step” dan “two-step”. Strategi “one-step” 75 gram TTGO dilakukan
pada usia kehamilan sekitar 24-28 minggu pada wanita hamil yang sebelumnya belum
pernah terdiagnosis diabetes melitus. Tesone-step ini menggunakan glukosa oral 75 gram.
Pengukuran glukosa darah dilakukan saat pasien dalam keadaan puasa, 1 jam, dan 2
jam setelah tes toleransi glukosa. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada
pagi hari setelah puasa semalaman setidaknya selama 8 jam. Hasil positif apabila
salah satu poin terpenuhi, yaitu kadar glukosa darah puasa >92mg/dL atau kadar
glukosa TTGO 1 jam >180 mg/dL atau kadar glukosa TTGO 2 jam > 153 mg/dL. Strategi
diperhatikan. Bila terjadi pada trimester pertama maka banyak faktor yang harus dicari
sesuai dengan kemungkinan etiologi atau mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila
terjadi pada trimester kedua maka faktor-faktor penyebab lain cenderung pada faktor
anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya tumor mioma uteri serta infeksi
yang berat pada uterus atau serviks (Romauli Suryati. 2018). ini dilakukan untuk
menskrining lonjakan kasus DMG. Namun untuk kekurangan dari strategiini adalah
kemungkinan over diagnosis yang sangat besar sehingga biaya medikamentosa
yang dibutuhkan akan lebih tinggi.

Strategi “two-steps” banyak digunakan karena memperbaiki kekurangan dari


strategi “one-step” sehingga peningkatan biaya perawatan akibat over sensitif lebih
rendah. Strategi ini dilakukan dengan tahap 1 dilakukan tes pembebanan glukosa 50
gram (tanpa puasa), kadar glukosa plasma diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa,
dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah
terdiagnosis diabetes melitus. Jika kadar glukosa plasma 1 jam setelah pembebanan glukosa
>140 mg/dL, dilanjutkan dengan tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
Selanjutnya pada tahap 2 TTGO dengan 100 gram glukosa dilakukan saat keadaan pasien
berpuasa. Hasil positif menurut National Diabetes Data Group (NDDG) minimal
memenuhi 2 dari 4 kriteria, yaitu gula darah puasa >1055 mg/dL, gula darah 1 jam
>190 mg/dL, gula darah 2 jam >165 mg/dL, dan gula darah 3 jam >145 mg/dL.

Menurut Wolrd Health Organization (WHO) dan International Association of


Diabetes and Pregnancy Study Groups (IADPSG) seorang ibu hamil dapat didiagnosis

8
sebagai DMG apabila memenuhi beberapa kriteria. Ketika 1 atau lebih kriteria terpenuhi
dan terccatat selama pengujian rutin antara 24-28 minggu kehamilan atau pada waktu
lain selama kehamilan, yaitu kadar glukosa plasma puasa puasa 5,1–6,9 mmol/L (92–125
mg/dL), nilai TTGO1 jam 10,0 mmol/L (180 mg/dL) setelah beban glukosa oral 75 g,
dan nilai TTGO2 jam antara 8,5 dan 11,0 mmol/L (153–199 mg/dL) setelah beban glukosa
oral 75 g.

Diabetes melitus gestasional dapat dicegah dengan cara mendeteksi faktor risiko
yang dimilikidan mencegah timbulnya faktor risiko baru.Perawatan awal untuk DMG
adalah intervensi gaya hidup, yang meliputi terapi nutrisi medis dan olahraga sehari-hari.
Pasien diharuskan untuk sering memeriksa kadar glukosa mereka di rumah untuk
memastikan bahwa target glikemik tercapai. Intervensi dini untuk DMG bisa menjadi
penting untuk mencegah kerusakan berikutnya pada ibu dan janin. Wanita dengan
DMG dianjurkan untuk memulai perubahan gaya hidup, serta pengobatan farmasi, jika
diperlukan. Untuk wanita non-obesitas dengan DMG, diet yang mengandung 30-35
kkal per kg berat badan, dengan 33-40% kalori dari karbohidrat, disarankan. Juga,
latihan praktis sebelum dan selama kehamilan dapat mempertahankan homeostasis
glukosa dan memperbaiki patologi DMG. Secara khusus, olahraga sedang (30 menit 5
kali/minggu) telah menunjukkan penurunan resistensi insulin, DMG, dan makrosomia
janin pada wanita obesitas dan non-obesitas. Namun, aktivitas yang lebih intens (>60
menit) dapat memicu hipoglikemia. Terapi nutrisi dengan intervensi diet sangat baik
dimulai sejak awal kehamilan. Hal ini dapat meurunkan angka kejadian DMG secara
signifikan. Diet yang dianjurkan adalah seperti diet mediterranean, dietary approaches
to stop hypertension (DASH), dan Alternate healthy eating index diet (AHEI). Asupan
makanan tambahan berupa vitamin (A, Bkompleks, dan C), serat, asam folat kalsium, dan
kalium sangat berkaitan juga dengan penurunan angka terjadinya kejadian DMG.

2.3 Konsep Tri Hita Karana


Konsep Tri Hita Karana terbagi atas parahyangan, pawongan dan palemahan.
Parahyangan berasal dari kata Hyang yang berarti (Sang Hyang Widhi Wasa) atau Tuhan
Yang Maha Esa. Perwujudan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yang tercermin
dalam pengamalan segala bentuk aturan ketuhanan yang dalam tindakan medis seperti

9
pertolongan dalam persalinan yang merupakan bentuk kecintaan manusia dengan Tuhan
dengan membantu untuk kelahiran individu baru sebagai mahluk ciptaan tuhan dan
sekaligus sebagai pertolongan pada sesama manusia yang merupakan arti dari pawongan,
sedangkan ke lingkungan atau palemahan dapat diwujudkan dalam kebersihan lingkungan
melalui tindakan disinfektan dan kebersihan lingkungan persalinan untuk mendukung
suasana persalinan yang aman dan nyaman sehingga proses dapat berjalan dengan lancar
serta penggunaan obat-obatan tradisional yang bersih dan aman.

Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai kemampuan berpikir paling


sempurna diantara makhluk hidup dan dapat mencapai kebahagiaan secara material maupun
spiritual. Kebahagiaan dapat dicapai jika ia mampu mengadakan hubungan secara harmoni
dengan sesamanya (pawongan), dengan alam sekitar (palemahan), dan dengan Tuhan
(parhyangan) dalam satu kesatuan yang utuh (Dwirandra, 2011). Filosofi Tri Hita Karana,
menekankan bahwa dalam proses berkehidupan memelihara kesehatan menuju hidup yang
sejahtera, manusia diminta menjaga harmonisasi hubungan tersebut (Astiti et al., 2011).
Perkembangan teknologi yang modern saat ini, harus mampu dipergunakan secara bijak
dengan tetap memperhatikan kearifan lokal budaya setempat seperti halnya di Bali ini
dengan melaksanakan praktek pelayanan kebidanan yang berlandaskan falsafah Tri Hita
Karana agar kehidupan berjalan dengan seimbang, harmonis dan damai.Tri Hita Karana
merupakan konsep atau ajaran dalam agama Hindu yang selalu menitikberatkan bagaimana
antara sesama bisa hidup berdampingan, saling bertegur sapa satu dengan yang lain, tidak
ada riak-riak kebencian, penuh toleransi dan penuh rasa damai. Tri Hita Karana bisa
diartikan secara leksikal yang berarti tiga penyebab kesejahteraan. Istilah ini terambil dari
kata tri yang artinya tiga, hita yang artinya keseimbangan atau sejahtera, dan karana yang
artinya penyebab. Ketiga hal tersebut adalah Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Tri
Hita Karana itu meliputi : Sanghyang Jagatkarana (Tuhan Yang Maha Esa), bhuana (alam),
dan manusia. Unsur- unsur Tri Hita Karana itu terdapat dalam kitab suci Bhagavad Gita
(III.10), berbunyi sebagai berikut: “Sahayajnah prajah sristva pura vaca prajapatih anena
prasavisya dhvan esa vo'stivistah kamadhuk.” (Pada jaman dahulu, Prajapati menciptakan
manusia dengan yajna dan bersabda “dengan ini engkau akan berkembang dan akan
menjadi kamadhuk dari keinginanmu).

Penerapan Tri Hita Karana dalam kehidupan umat Hindu selama ini adalah sebagai
berikut: hubungan antara manusia dengan Tuhannya yang diwujudkan dengan Dewa
yadnya, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diwujudkan dengan Bhuta
yadnya, sedangkan hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra,
Resi, Manusia Yadnya. Padahal, hubungan ini jauh daripada itu. Misal Parahyangan bisa
saja diwujudkan dengan PHBS di Pura, yaitu menjaga kebersihan, keindahan dan kesuucian
di Pura juga merupakan wujud hubungan bhakti kita kepada Hyang Widhi. Awalnya
konsep Tri Hita Karana muncul berkaitan dengan keberadaan desa adat di Bali. Hal ini

10
disebabkan oleh terwujudnya suatu desa adat di Bali, bukan saja merupakan kepentingan
hidup tapi adalah kepentingan bersama dalam masyarakat, dalam hal kepercayaan memuja
Tuhan. Dengan kata lain, bahwa ciri khas desa adat di Bali harus mempunyai unsur
wilayah, orang-orang atau masyarakat yang menempati suatu wilayah serta adanya tempat
suci untuk memuja Tuhan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. N USIA 25


TAHUN, G1P0A0 USIA KEHAMILAN 28 MINGGU 3 HARI DENGAN DIABETES
MELITUS GESTASIONAL

Tanggal masuk :20-03-2018 Tanggal pengkajian : 20-03-2018

Jam masuk : 13.40 wib Jam pengkajian : 13.40 wib

Tempat pengkajian : Klinik Romauli Pengkaji : Ade pysesa saragih

I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS/BIODATA

Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. A

Umur : 25 tahun Umur : 24 tahun

Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Marelan pasar II Alamat : Marelan pasar II

B. ANAMNESE (DATA SUBJEKTIF)

1. Alasan kunjungan ini : Periksa kehamilan dan cek gula

11
2. Keluhan utama : Ibu mengatakan sering BAK pada malam hari,
sering makan, sering minum, dan cepat lelah.

3. Riwayat menstruasi :

-Menarche : 14 tahun, teratur

-Banyaknya : 28 hari

-Dismenorea : 3- 4 x ganti doek, sifat darah, encer

4.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : GI P0 A0

Hamil Ini

5. Riwayat kehamilan ini :

- HPHT : 10-07-2017

- TTP : 17-04-2018

- UK : 28 minggu 3 hari

- Pergerakan anak pertama kali : 16 minggu

- imunisasi toxoid tetanus : -

- kecemasan : Ada

- tanda- tanda bahaya : Tidak ada

- tanda- tanda persalinan : Tidak ada

6. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita

- Jantung : Tidak ada

- Ginjal : Tidak ada

- Asma/TB paru : Tidak ada

- Hepatitis : Tidak ada

- DM : Tidak ada

- Hipertensi : Tidak ada

12
- Epilepsi : Tidak ada

- Lain-lain : Tidak ada

7. Riwayat penyakit keluarga

- Jantung : Tidak ada

- Hipertensi : Tidak ada

- DM : Ada

8. Riwayat KB : Tidak ada

9. Riwayat sosial :

- Perkawinan : 1x

- Kehamilan ini : Direncanakan

- Status perkawinan : Sah

- pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

- Tempat dan petugas yang di inginkan untuk membantu persalinan : klinik,

bidan

- Tempat rujukan jika ada komplikasi : RS

- Perasaan tentang kehamilan ini : Senang

- Persiapan menjelang persalinan : sudah melakukan persiapan persalinan:

baju ibu dan bayi.

10. Activity Daily Living

- Diet/makan :

Pagi : 1 piring nasi + 1 potong ikan + 1 porsi sayur + 1 gelas air putih

+ 1 gelas air susu

Siang : 2 piring nasi + 2 potong ikan + 2 porsi sayur + 2 gelas air putih

+ cemilan

13
Malam : 2 piring nasi + 2 potong ikan + 2 porsi sayur + 8 gelas air putih

+ buah + cemilan

a. Pola istirahat

Siang : ± 2 jam

Malam : ± 6-7 jam

b. Personal hyegiene

Mandi : 2 kali/hari

Ganti pakaian/ pakaian dalam: 2-3 kali/hari

c. Pola eliminasi

BAK : ± 14

BAB : 1 sehari, konsistensi: lunak warna: kuning

Mandi : 2 kali/hari

Ganti pakaian / pakaian dalam : 2x/ hari atau tiap kali ibu merasa tidak nyaman

d. Pola aktivitas

pekerjaan sehari- hari: Mengerjakan pekerjaan rumah tangga

e. Kebiasaan hidup

Merokok : Tidak pernah

Minum- minuman keras : Tidak pernah

Obat terlarang : Tidakpernah

Minum jamu : Tidak pernah

STIKes Elisabeth Medan

B. PEMERIKSAAN FISIK

1.Keadaan emosi : Baik , kes: CM , Keadaan Emosional: stabil

2.Tanda-tanda vital

14
a. Temp : 36,5

oC

b. HR : 84 x/m

c. RR : 24 x/m

d. TD : 130/80 mmHg

3.Pengukuran BB dan TB

a. Berat badan : 64 kg, kenaikan BB selama hamil 6 kg

b. Tinggi badan : 160 cm

c. LILA : 24 cm

d. Glukosa : 210mg/dl

4. Pemeriksaan fisik

a). Postur tubuh : Lordosis

b). Kepala

a. Muka : Simetris, tidak ada cloasma, tidak ada oedema. b. Mata : Simetris, konjungtiva
merah muda, sklera: tidak ikterik, kelopak mata tidak ada odema

c. Hidung : Tidak ada pembesaran polip dan tidak ada cuping hidung

d. Mulut/ bibir: Mulut: bersih, tidak ada sariawan, bibir: tidak pecah- pecah

tidak sianosis

c) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis, dan

kelenjar limfe

d) Payudara

a. Mammae : Membesar, asimetris kanan

b. Striae : Tidak ada

c. Aerola mammae : Hiperpigmentasi

15
d. Puting susu : Menonjol

e. Colostrum : Tidak ada

5. Pinggang : Tidak ada nyeri ketuk

6. Abdomen :

a) Inspeksi :

a. Bekas luka operasi : Tidak Ada

b. Pembesaran perut : Sesuai dengan usia kehamilan

c. Oedema : Tidak ada

d. Linea : Ada

e. Striae : Ada

f. Simetris : Asimetris

g. Pembengkakan hati : Tidak ada

b) Palpasi

Leopold I : Pada fundus teraba lebar, lembek, lunak dan tidak melenting

(bokong)

Leopold II : Pada abdomen kanan ibu teraba bagian yang panjang, keras

dan memapan, seperti ada tahanan (punggung kanan), dan

pada bagian kiri ibu teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas).
Leopold III : Pada bagian bawah janin teraba, bulat, keras, ballotement, dan

melenting (kepala)

Leopold IV : Kepala janin belum masuk PAP

TFU : 26 cm

TBJ : (TFU-11) x 155= (26-12) x 155= 2790 gram

16
c) Auskultasi

DJJ :Ada,teratur

Frekuensi :146 x/menit

Punctum maximum : +

7. Ekstremitas :

a. Atas : Tidak ada oedema, simetris

b. Bawah : Tidak ada oedema, simetris, tidak ada varices

8. Genitalia

Inspeksi :Vulva dan vagina

Tidak Dilakukan (Tidak ada keluhan pada daerah vulva dan vagina)

Anus : Tidak ada haemoroid

9. Pemeriksaan Panggul

Tidak dilakukan

17
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Ny.N umur 25 tahun G1P0A0 di klinik Romauli ZR tahun 2018. Dengan alasan
Ny.N mengeluh Sering BAK pada malam hari, sering makan dan sering lelah berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik didapatkan Palpasi, TFU: 26 cm, Leopold I : Pada fundus teraba
lebar, lembek, lunak dan tidak melenting (bokong). Leopold II : Pada abdomen kanan ibu
teraba bagian yang panjang, keras dan memapan, seperti ada tahanan (punggung kanan),
dan pada bagian STIKes Elisabeth Medan kiri ibu teraba bagian-bagian terkecil janin
(ekstremitas). Leopold III : Pada bagian bawah janin teraba, bulat, keras, ballotement, dan
melenting (kepala), Leopold IV : Kepala janin belum masuk PAP.

Penatalaksanaa

a. Pengobatan medik dan berkerjasama dengan ahli penyakit dalam

1). Pemberian insulin

b. Penangan obsetrik

1) Penanganan berdasarkan pertimbangan beratnya penyakit, lama penderitaan, umur,


paritas, riwayat persalinan terdahulu dan ada tidaknya komplikasi.

2) Penyakit tidak berat persalinan biasa

3) Bila agak berat memerlukan insulin, induksi persalinan lebih dini 36- 38 minggu.

4) Diabetes agak berat dengan komplikasi (preeklampsi, hidramion dll), riwayat persalinan
yang lalu buruk. Induksi persalinan/ SC lebih dini.

5) Dalam pengawasan persalinan monitir janin dengan baik (DDJ, EKG, USG) 6) Untuk
kehamilan yang mengancam ibu dan janin sarankan tubektomi (Ashari,2017).

Adapun implementasi Pada Kasus Diabetes Mellitus Ke Dalam Aspek Tri


Hita Karana
A. Aspek Parahyangan

18
Pada aspek ini berarti setiap ibu hamil harus memiliki hubungan spiritual yang baik
dengan tuhan nya Salah satu intervensi non farmakologi adalah spiritual care.
Spiritualitas melibatkan pengenalan tujuan hidup seseorang dan makna hidup.
Konseptualisasi ini tidak selalu berkaitan dengan keyakinan agama. Perhatian
terhadap perspektif agama, sebagai bagian dari perawatan spiritualitas selama masa
prenatal, merupakan strategi yang baik untuk meningkatkan kesehatan mental ibu.
Penelitian terhadap ibu hamil Indonesia dilakukan dengan penekanan pada isu-isu
utama yaitu berserah diri kepada Tuhan, mempermudah kehamilan dan persalinan
bagi para ibu, serta memberikan makna melalui kisah-kisah spiritual. Selama
kehamilan dan persalinan, kepercayaan kepada Tuhan dan dukungan-Nya
meningkatkan kepercayaan diri, motivasi, dan daya tahan seseorang; mengingat
Tuhan adalah cara mengendalikan diri, mengatasi kecemasan, dan sakit persalinan;
beriman kepada Tuhan dan pertolongannya meningkatkan rasa percaya diri.
Spiritualitas memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku perempuan
Muslim Indonesia terhadap perawatan prenatal ketika mereka berkomunikasi
dengan Tuhan. Saat ini, meskipun cakupan pelayanan antenatal sangat tinggi,
tampaknya fokus utama pelayanan adalah pada aspek fisik dan tindakan medis.
Bidan yang memberikan asuhan holistik berupaya memandang ibu hamil secara
holistik, memperhatikan ciri jasmani dan rohaninya
B. Aspek Pawongan
Bidan adalah profesional kesehatan yang terlatih untuk mendampingi dan
merawat wanita selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran bayi. Mereka juga
membantu ibu hamil agar tetap sehat selama kehamilan, dan jika tidak ada
komplikasi dapat membatu persalinanya. Bidan juga membantu merawat ibu dan
bayi dalam beberapa minggu pertama setelah persalinan. Peran bidan dalam bidang
kesehatan tidak kalah pentingnya dengan tenaga medis lainnya, karena kesehatan
ibu selama kehamilan, persalinan hingga menyusui harus dipantau dan ditangani
dengan baik dan hati-hati. Tidak hanya pendampingan dari segi kesehatan fisik ibu
hamil saja yang harus diperhatikan, pendampingan yang lain juga diperlukan agar
para ibu tetap tenang dan bahagia selama masa kehamilannya untuk memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya. Bidan adalah profesional kesehatan yang terlatih
untuk mendampingi dan merawat wanita selama kehamilan, persalinan, dan
kelahiran bayi. Mereka juga membantu ibu hamil agar tetap sehat selama
kehamilan, dan jika tidak ada komplikasi dapat membatu persalinanya. Bidan juga
membantu merawat ibu dan bayi dalam beberapa minggu pertama setelah
persalinan. Salah satu yang mendasar dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dalam ANC adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan klien
yang menarik sehingga klien merasa puas terhadap pelayanan. Dalam hal

19
ini kepuasan yang akan lebih penting dalam pelayan kesehatan.
Kepuasan pelayanan adalah suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan
harapan ibu hamil telah terpenuhi dari pelayanan yang telah diberikan oleh
petugas kesehatan. Kepuasan pasien dapat juga diartikan sebagai tingkat
perasaan pasien setelah membandingkan dengan harapannya. Seorang pasien
jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan, sangat
besar kemungkinannya untuk menjadi pelanggan dalam waktu yang lama.
Kepuasan pasien merupakan reaksi perilaku sesudah menerima jasa pelayanan
kesehatan. Hal itu mempengaruhi pengambilan keputusan pemanfaatan ulang yang
sifatnya terus-menerus terhadap pembelian jasa yang sama dan akan
mempengaruhi penyampaian pesan/kesan kepada pihak/orang lain tentang
pelayanan kesehatan yang diberikan (Pohan, 2007)Pelayanan kesehatan terhadap
jasa akan berpengaruhi mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam
pelayananANC. Antenatal Careadalah pelayanan yang diberikan oleh ibu
hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan
antenatal ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap
penyimpangan intervensi dasar yang dilakukan (Depkes, 2010). Penelitian yang
dilakukan Wijaya (2014) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien akan pelayanan keperawatan adalah bagaimanabentuk
komunikasi yang diberikan oleh petugas kesehatan dalam pelayanan yang
diberikan. Selanjutnya peneliti mengatakan bahwa kemampuan dalam
menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memerlukan latihan serta ketajaman
perasaan

C. Aspek Palemahan

Pada aspek ini tidak kalah penting nya mengenai hubungan antara
lingkungan dan juga kesehatan ibu hamil. Kebersihan lingkungan sekitar jangan
sampai terabaikan. Perhatikan seluruh bagian rumah kita, khususnya kamar tidur
dan toilet. Jangan sampai debu dan sampah mengundang penyakit untuk kita.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta setelah melakukan aktifitas
apapun adalah hal kecil yang sering terlupakan. Menurut Ariani Dewi Widodo,
dokter spesialis anak, penelitian menunjukkan 60 persen masyarakat Indonesia tidak
mencuci tangan setelah keluar dari kamar mandi. Sementara dari 40 persen yang
mencuci tangan, hanya 10-15 persen yang menggunakan sabun. Ariani juga
menjelaskan cara mencuci tangan yang benar harus melewati enam langkah, yaitu:
telapak tangan dibersihkan dengan sabun, punggung tangan, sela-sela jari hingga
kuku, kunci kedua tangan di antara sela-sela jari, lalu putar dengan gerakan tangan

20
kiri ke kanan dan sebaliknya, dan putar untuk membersihkan jari tangan.
Lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan
dan diwujudkan dalam bentuk prilaku. Seseorang dapat berperilaku dengan baik
apabila tempat dan lingkunganya mendukung, tetapi pada kenyataanya lingkungan
kerja tidak mendukung dalam hal kelengkapan sarana akhirnya berdampak pada
lingkungan pasien. Pencegahan infeksi merupakan hal penting dan utama dalam
menangani pasien. Pencegahan infeksi bertujuan untuk mencegah penularan
penyakit dari pasien ke bidan ataupun sebaliknya sehingga semua pasien dianggap
memiliki penyakit menular dan bidan juga berpersepsi bahwa dirinya juga mampu
menularkan penyakit ke pasiennya.

21
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dijelaskan, dapat di simpulkan bahwa Pemberian
pelayanan kebidanan secara holistik bagi ibu dan anak pada tingkat kesehatan dasar seperti
halnya pusat kesehatan masyarakat, dilakukan berdasarkan konsep-konsep tri hita karana
yaitu dengan mengimplementasikan parahyangan seperti kedekatan dengan sang pencipta,
pawongan seperti memiliki rasa empati antara petugas kesehatan dan juga terhadap pasien,
palemahan seperti pengelolaan lingkungan tempat pelayanan dalam kondisi yang bersih dan
hygenis. Penerapan konsep-konsep Tri Hita Karan ini nyatanya sangat diperlukan
khususnya dalam pelayanan kebidanan yang berfokus pada kesehatan ibu dan anak, karena
dapat menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis, aman dan nyaman yang pada
akhirnya diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal sehingga dapat
terhindar dari gangguan kesehatan yang serius sampai kematian.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dibuat, maka diharapkan Sebagai seorang
bidan tentunya kita harus menerapkan konsep Tri Hita Karana dalam setiap asuhan
kebidanan yang kita berikan terhadap klien. Dengan memberikan informasi dan juga arahan
sesuai dengan konsep Tri Hita Karana dan juga dalam memberikan asuhan kebidanan bidan
dapat menimplementasikan Tri Hita Karana tersebut. Menciptakan keharmonisan antara
klien dengan Tuhan, klien dengan bidan keluarga dan tenaga kesehatan lain, dan klien
dengan lingkungannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Armini, L.N., Sulyastini, K., Espana, K., dkk. (2020). “Impementasi Konsep Tri Hita
Karana Dalam Praktek Pelayanan Kebidanan pada Praktek Mandiri Bidan di Wilayah
Kerja Puskesmas Buleleng I”. Jurnal Kesehatan Midwinerslion. Vol. 5 No.1 Hal.91-97

Pradnyawathi, N. N. C., & Agustika, G. N. S. (2019). Pengaruh lingkungan dalam


kesehatan ibu hamil. International Journal of Elementary Education, 3(1), 89-98.

Scibetta, E. W., & Han, C. S. (2019). Ultrasound in early pregnancy: viability, unknown
locations, and ectopic pregnancies. Obstetrics and Gynecology Clinics, 46(4), 783-
795.

Tsakiridis, I., Giouleka, S., Mamopoulos, A., Athanasiadis, A., & Dagklis, T. (2020).
Diagnosis and management of gestational diabetespregnancy: A comparative review
of major national guidelines. Obstetrical & Gynecological Survey, 75(10), 611-623.

Widiasari, K. R., & Lestari, N. M. S. D. (2021). gestational diabetes of pregnancy. Ganesha


Medicina, 1(1), 20-27.

Fitriany, Julia, and Amelia Intan Saputri. "diabetes mellitus gestasional " AVERROUS:
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 4.2 (2018): 1-14.

Roosleyn, Intan Parulian Tiurma. "Strategi dalam penanggulangan pencegahan diabetes


pada kehamilan." Jurnal Ilmiah Widya 3.3 (2016): 1-9.

23
24

Anda mungkin juga menyukai