JKHStudi Deskriptif Ressa
JKHStudi Deskriptif Ressa
net/publication/331071853
CITATION READS
1 6,869
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ressa Andriyani Utami on 03 October 2019.
1
) Dosen Akademi Keperawatan RS Husada , Jakarta, 10730, Indonesia
2
) F.Kep, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, 45363, Indonesia
E-mail : ressa.andriyani.utami@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Laparotomy is a surgical procedure in the abdominal area to overcome health problems. The risk of
infection can occur due to inadequate postoperative wound care. This study used a descriptive
approach to determine the description of the implementation of wound care for postoperative
laparotomy patients in Sumedang District. The study sample was 60 respondents, taken by random
sampling. Measuring the implementation of wound care was used using the SOP of the Ministry of
Health's Republic of Indonesia Health Care Implementation Instrument using a non-participatory
observation method. The results showed that the stage of the study carried out by nurses was 44%
adequate, 35% of the data analysis stage was adequate, 48% of adequate nursing planning, 32% of
adequate implementation, and 80% of the evaluation and documentation stages were adequate.
. This study recommends that nurses do wound care according to the SOP and the Hospital provides
adequate facilities to carry out nursing actions.
pasien yang telah menjalani operasi mulai dari pre operatif dapat
pembedahan perut. Adapun tujuan mencegah infeksi luka operasi di atas
perawatan post laparatomi, antara 1 % sadangkan intra operatif dan
lain; mengurangi komplikasi akibat post operatif dapat mencegah infeksi
pembedahan, mempercepat nosokomial di bawah 1%.
penyembuhan, mengembalikan fungsi
pasien semaksimal mungkin seperti Infeksi post laparatomi adalah infeksi
sebelum operasi, mempertahankan pada waktu penderita di rawat di
konsep diri pasien, dan rumah sakit tidak sedang dalam masa
mempersiapkan pasien pulang. inkubasi dari infeksi tersebut (Kozier,
et al, 1991:462). Infeksi nosokomial
Infeksi Rumah Sakit sering disebut terjadi karena adanya interaksi antara
sebagai Infeksi Nosokomial. Infeksi host, agent dan environment. Ada
nosokomial adalah infeksi yang beberapa faktor yang mempengaruhi
timbul atau terjadi sesudah 72 jam terjadinya infeksi nosokomial, yaitu:
perawatan pada pasien rawat inap faktor endogen seperti umur, seks,
didapat di rumah sakit dan terjadi penyakit penyerta dan faktor eksogen
pada pasien yang dirawat lebih lama seperti lama penderita dirawat di
dari masa inkubasi suatu penyakit rumah sakit, kelompok yang merawat
(Zulkarnain, Iskandar, 2006). Infeksi penderita, lingkungan, peralatan, dan
nosokomial dapat terjadi karena teknis medis yang dilakukan
faktor kontaminasi kuman, keadaan (Hasbullah T, 1993:8). Infeksi
penderita, keadaan setempat pada nosokomial merupakan masalah yang
luka, lama perawatan sebelum besar di suatu Rumah Sakit, apalagi
operasi, dan lama operasi (Depkes di Rumah Sakit dengan jumlah pasien
RI, 1993:3). Hal ini perlu diantisipasi yang banyak dan tenaga perawat yang
agar kejadian tersebut tidak dialami sedikit. Di negara maju program
oleh pasien dengan melakukan pengendalian infeksi lebih baik
perawatan secara paripurna mulai dari dibandingkan dengan negara
persiapan pre operatif dan post berkembang. Di Amerika Serikat
operatif dengan baik. Menurut Palmar dilaporkan infeksi mencapat 5 % per
(1987), persiapan yang dilakukan tahun bahkan mungkin lebih baik
pada tahun 2016 adalah sebanyak kasa steril di area yang steril.
0,29% dan infeksi post laparatomi Sedangkan terhadap 2 pasien lainnya
pada tahun 2016 adalah 1,81%. tindakan perawatan luka dilakukan
Angka infeksi tersebut menunjukkan sesuai dengan SOP (Standar
angka yang cukup tinggi karena Operasional Prosedur) yang mengacu
sebaiknya angka tersebut adalah pada standar Departeman Kesehatan
dibawah 1%. R.I. dimana perawat mempertahankan
prinsip steril, menggunakan sarung
Pada saat dilakukan studi tangan, mencuci tangan dengan
pendahuluan melalui observasi dan antiseptic serta menggunakan pinset
wawancara pada perawat pelaksana steril untuk mengambil kassa/kapas
dan pasien yang sedang dirawat pada steril.
di RS di wilayah Kabupaten
Sumedang, pelaksanaan tindakan Ruang perawatan pasca bedah
secara aseptik terhadap 3 (tiga) dari 5 memiliki SOP (Standar Operasional
(lima) orang pasien yang meliputi Prosedur) mengenai perawatan luka
kesterilan alat, dan antiseptik yang mengacu pada Panduan
meliputi: desinfeksi luka, mencuci Perawataan Luka Departemen
tangan dan isolasi masih kurang Kesehatan R.I tahun 1995 dan sudah
diperhatikan, misalnya dalam hal disosialisasikan kepada perawat
mencuci tangan sebelum dan sesudah pelaksana yang berkerja di RS. Akan
melaksanakan perawatan luka masih tetapi, pelaksanaannya terkadang
ada diantaranya perawat yang tidak tidak sesuai SOP tersebut. Banyak hal
melakukan cuci tangan terlebih yang mempengaruhi petugas/perawat
dahulu, ada juga yang mencuci tangan melakukan tindakan yang kurang
tidak memakai antiseptik, dan dalam baik, karena tindakan seseorang akan
pelaksanaan perawatan luka sendiri dipengaruhi oleh fasilitas, kebiasaan
masih ada perawat yang tidak dan dukungan dari lingkungan
menggunakan sarung tangan dan juga sekitar, sikap dan
penggunaan pinset yang telah
dipergunakan pada luka tetapi dipakai
juga untuk mengambil kapas atau
luka pada klien post laparatomi yang penurunan fungsi hati dapat
baik akan mengurangi risiko mengganggu sintesis dari faktor
timbulnya komplikasi terhadap pembekuan darah; berdasarkan nutrisi
pasien, tetapi apabila teknik yang menyatakan penyembuhan
dilakukan kurang baik, maka akan menempatkan penambahan
meningkatkan risiko timbulnya pemakaian pada tubuh. Klien
komplikasi. memerlukan diit kaya protein,
karbohidrat, lemak, vitamin C dan A,
Luka adalah kerusakan hubungan dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
antar jaringan-jaringan pada kulit, kurang nutrisi memerlukan waktu
mukosa membran dan tulang atau untuk memperbaiki status nutrisi
organ tubuh lain (Agung, 2005). mereka setelah pembedahan jika
Selain itu, menurut Koiner dan mungkin. Klien yang gemuk
Taylan (2001), Luka adalah meningkatkan resiko infeksi luka dan
terganggunya integritas normal dari penyembuhan lama karena supply
kulit dan jaringan di bawahnya yang darah jaringan adipose tidak adekuat,
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, berdasarkan infeksi menyatakan
tertutup atau terbuka, bersih atau infeksi luka menghambat
terkontaminasi, superficial atau penyembuhan (Ismail, 2008).
dalam. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengertian luka Kondisi fisik dapat mempengaruhi
seperti Klasifikasi Luka yang penyembuhan luka. Adanya sejumlah
diklasifikasikan dalam beberapa besar lemak subkutan dan jaringan
bagian antara lain luka disengaja dan lemak (yang memiliki sedikit
Luka tidak disengaja. pembuluh darah) mengakibatkan
gangguan sirkualsi dan oksigenisasi
Ismail (2008) menjelaskan faktor pada jaringan. Pada orang-orang yang
yang mempengaruhi luka yaitu: gemuk penyembuhan luka lambat
berdasarkan usia menyatakan bahwa karena jaringan lemak lebih sulit
anak dan dewasa penyembuhan lebih menyatu, lebih mudah infeksi, dan
cepat daripada orang tua. Orang tua lama untuk sembuh. Aliran darah
lebih sering terkena penyakit kronis, dapat terganggu pada orang dewasa
dan pada orang yang menderita tubuh akibat dari obstruksi dari aliran
gangguan pembuluh darah perifer, darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
hipertensi atau diabetes millitus. balutan pada luka terlalu ketat. Dapat
Oksigenasi jaringan menurun pada juga terjadi akibat faktor internal
orang yang menderita anemia atau yaitu adanya obstruksi pada
gangguan pernapasan kronik pada pembuluh darah itu sendiri; Diabetes
perokok. Kurangnya volume darah dengan Hambatan terhadap sekresi
akan mengakibatkan vasokonstriksi insulin akan mengakibatkan
dan menurunkan ketersediaan oksigen peningkatan gula darah, nutrisi tidak
dan nutrisi untuk penyembuhan luka; dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal
Hematoma (bekuan darah), tersebut juga akan terjadi penurunan
merupakan hal yang sering terjadi, protein-kalori tubuh; Keadaan luka
sehingga darah pada luka secara menyatakan bahwa keadaan khusus
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk dari luka mempengaruhi kecepatan
kedalam sirkulasi. dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk
Apabila terdapat bekuan yang besar, menyatu. Beberapa diantaranya
hal tersebut memerlukan waktu untuk adalah penggunaan obat anti
dapat diabsorbsi oleh tubuh, sehingga inflamasi (seperti steroid dan aspirin),
menghambat proses penyembuhan dimana heparin dan anti neoplasmik
luka; berdasarkan faktor benda asing mempengaruhi penyembuhan luka.
bahwa benda asing seperti pasir atau
mikroorganisme akan menyebabkan Penggunaan antibiotik yang lama
terbentuknya suatu abses sebelum dapat membuat seseorang rentan
benda tersebut diangkat. Abses ini terhadap infeksi luka seperti steroid
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel akan menurunkan mekanisme
mati dan lekosit (sel darah putih), peradangan normal dan tubuh
yang membentuk suatu cairan yang terhadap cedera, antikoagulan dapat
kental yang disebut dengan nanah mengakibatkan perdarahan, antibiotik
(Ismail, 2008) Iskemia merupakan dapat efektif diberikan segera
suatu keadaan dimana terdapat sebelum pembedahan untuk bakteri
penurunan suplai darah pada bagian penyebab kontaminasi yang spesifik.