Anda di halaman 1dari 5

Orang yang lebih muda adalah semua orang yang umurnya lebih muda dari kita.

Mereka diantaranya : adik kandung, adik kelas di madrasah atau teman-teman bermain yang
lebih muda umurnya.

Terhadap adik-adik kita harus membimbing dan menyayangi mereka. Kita harus memberikan
contoh dengan tingkah laku yang baik. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Bukanlah
termasuk umatku orang yang tidak menyayangi kepada yang lebih muda dan tidak
menghargai kehormatan yang lebih tua” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Adab bergaul yang baik terhadap orang yang lebih muda antara lain :
1.      Memberikan kasih sayang dan bimbingan kepada mereka
2.      Memberikan contoh dengan berbuat sesuai ucapanmu
3.      Berbicara dengan sopan kepadanya
4.      Menolong bila ia dalam kesulitan
5.      Bersabar menghadapi kemauannya

Apabila kita membiasakan  bergaul dengan yang lebih muda dengan adab yang baik, mereka
akan menghargai kita sebagaimana kasih sayang dan bimbingannya yang mereka rasakan.

Bila orang yang telah lanjut usia mendapatkan hak penghormatan dan pemuliaan, demikian
pula dengan anak yang masih kecil, dia berhak mendapat kasih sayang yang penuh. Anak
kecil yang belum baligh secara umum masih lemah fisik dan mentalnya, serta belum
mengetahui persis tentang kemaslahatan untuk dirinya. Kondisi yang seperti ini tentunya
menggugah kita untuk memberikan kasih sayang kepadanya, karena beban syariat juga belum
ditujukan kepadanya dan pena pencatat dosa pun belum berlaku atasnya. Oleh karenanya,
menyayangi anak kecil merupakan keharusan. Nabi SAW bersabda:

‫يرنَا‬ َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يَرْ َح ْم‬


َ ‫ص ِغ‬ َ ‫لَي‬

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil kami.” (HR. Abu
Dawud dan At-Tirmidzi. Al-Imam An-Nawawi t menshahihkannya dalam Riyadhush
Shalihin)

Bila sifat belas kasihan dicabut dari seseorang maka hal itu menjadi pertanda kecelakaan
baginya. Nabi SAW bersabda:

‫ع الرَّحْ َمةُ ِإالَّ ِم ْن َشقِ ٍّي‬


ُ َ‫الَ تُ ْنز‬

“Tidaklah sifat kasih sayang dicabut melainkan dari orang yang celaka.” (HR. Ahmad dll.
Dalam Shahihul Jami’ no. 7467, Asy-Syaikh Al-Albani t menshahihkannya)

Pernah pada suatu saat Nabi SAW mencium Hasan bin Ali , cucunya. Waktu itu, di sisi Nabi
ada seorang bernama Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Maka Al-Aqra’
mengatakan: “Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak, tidak pernah satu pun yang saya
cium.” Maka Rasulullah n melihat kepadanya dan mengatakan:

‫َم ْن اَل يَرْ َح ْم اَل يُرْ َح ْم‬

“Orang yang tidak menyayangi maka tidak disayangi (Allah l).” (HR. Al-Bukhari no. 5997)

Lihatlah, betapa meruginya yang tidak mendapat rahmat Allah l padahal rahmat-Nya sangat
luas. Sungguh balasan kebaikan adalah kebaikan, sebagaimana firman Allah l:

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Ar-Rahman: 60)

Tentunya, menyayangi anak kecil tidak hanya terbatas pada anaknya sendiri bahkan umum
sifatnya. Bentuk menyayangi anak kecil juga banyak. Misalnya, dengan mencandainya
tanpa ada kedustaan untuk memasukkan kegembiraan pada dirinya, menciumnya,
menggendongnya, mengusap kepalanya, menyapa dan menyalaminya, serta
mengucapkan salam kepadanya.

Pada suatu saat Anas bin Malik melewati anak-anak kecil lalu ia mengucapkan salam kepada
mereka. Anas berkata: “Dahulu Rasulullah SAW melakukan demikian.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Termasuk menyayangi anak kecil adalah tidak mengarahkan mereka kepada hal-hal yang
membahayakannya.

Demikianlah bimbingan Islam yang sangat mulia. Umat hendaknya membuka mata agar
melihat dengan nyata indahnya agama yang mereka anut ini. Perlu dipertegas kembali bahwa
bimbingan Islam selalu relevan, tidak akan pernah usang dengan perubahan waktu dan
zaman. Kita tidak akan terlalu bahagia dengan pesatnya teknologi dan menjamurnya
penemuan (inovasi) baru, bila mental umat tidak dibangun, sehingga akidahnya rapuh dan
akhlaknya karut-marut. Lihat saja, ketika kecanggihan teknologi telah merambah berbagai
lapisan masyarakat yang semestinya dimanfaatkan sebagai sarana kebaikan, namun ternyata
tidak sedikit dijadikan alat dan media untuk saling mencaci, memfitnah, membenci, dan
menzalim
Bukan hal yang mudah pula bagi remaja muslim dalam melewati masa ini, namun sungguh
sangat indah bagi para remaja yang bisa dikatakan lulus dalam melewati masa pubertas yang
penuh godaan ini.

Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa ketertarikan terhadap lawan
jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia, baik wanita atau
lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memenej perasaan tersebut,maka akan menjadi mala
petaka yang amat besar,baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah
Allah tunjukkan dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ُ ‫فَ ْال َع ْينَا ِن ِزنَاهُ َما النَّظَ ُر َواُأل ُذنَا ِن ِزنَاهُ َما ا ِال ْستِ َما‬
ْ َ‫ع َواللِّ َسانُ ِزنَاهُ ْال َكالَ ُم َو ْاليَ ُد ِزنَاهَا ْالب‬
‫طشُ َوالرِّجْ ُل ِزنَاهَا ْال ُخطَا َو ْالقَ ْلبُ يَه َْوى‬
xُ‫ك ْالفَرْ ُج َويُ َك ِّذبُه‬
َ ِ‫ق َذل‬ َ ُ‫َويَتَ َمنَّى َوي‬
ُ ‫ص ِّد‬

”Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan
adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah
dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu
kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR.
Muslim)

Sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa kehormatan kita harus dijaga dan dirawat,
terlebih ketika berkomunikasi atau bergaul dengan lawan jenis agar tidak ada mudhorot
(bahaya) atau bahkan fitnah. Di bawah ini akan kami ungkapkan adab-adab bergaul  dengan
lawan jenis. Di antaranya:

Pertama: Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan)

TTM, teman tapi mesra, kemana-mana bareng, ke kantin bareng, berangkat sekolah bareng,
pulang sekolah bareng. Hal ini merupakan gambaran remaja umumnya saat ini,di mana batas-
batas pergaulan di sekolah umum sudah sangat tidak wajar dan melanggar prinsip Islam.
Namun tidak mengapa kita sekolah di sekolah umum jika tetap bisa menjaga adb-adab
bergaul dengan lawan jenis. Jika ada seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan
maka yang ketiga sebagai pendampingnya adalah setan.

Dari ‘Umar bin Al Khottob, ia berkhutbah di hadapan manusia di Jabiyah (suatu


perkampungan di Damaskus), lalu ia membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫الَ يَ ْخلُ َو َّن َأ َح ُد ُك ْم بِا ْم َرَأ ٍة فَِإ َّن ال َّش ْيطَانَ ثَالِثُهُ َما‬

“Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan
mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang bangga dengan
kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin.” (HR.
Ahmad, sanad hadits ini shahih)

‫اَل يَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل بِا ْم َرَأ ٍة ِإاَّل َم َع ِذى َمحْ َر ٍم‬

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum, Nabi shallalalhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali bersama mahramnya.” (HR.
Al-Bukhari no. 5233)
Daripada setan yang menemani kita lebih baik malaikat bukan? Ngaji,membaca Al Quran
dan memahami artinya serta menuntut ilmu agama InsyaAllah malaikatlah yang akan
mendampingi kita.Tentu sebagai wanita yang cerdas, kita akan lebih memilih untuk
didampingi oleh malaikat.

Kedua: Menundukkan pandangan

Pandangan laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya adalah termasuk panah-panah setan.
Kalau cuma sekilas saja atau spontanitas atau tidak sengaja maka tidak menjadi masalah
pandangan mata tersebut, pandangan pertama yang tidak sengaja diperbolehkan namun
selanjutnya adalah haram.Ketika melihat lawan jenis,maka cepatlah kita tundukkan
pandangan itu, sebelum iblis memasuki atau mempengaruhi pikiran dan hati kita. Segera 
mohon pertolongan kepada Allah agar kita tidak mengulangi pandangan itu.

Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

َ َ‫ ع َْن نَظَ ِر ْالفُ َجا َء ِة فََأ َم َرنِى َأ ْن َأصْ ِرفَ ب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬
.‫ص ِرى‬ ُ ‫َسَأ ْل‬

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai pandangan yang
tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” (HR.
Muslim)

Ketiga: Jaga aurat terhadap lawan jenis

Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Maksudnya mahram di
sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita. Yang tidak termasuk mahram seperti
teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram
kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu
kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh  tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang
dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak boleh
sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari
seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ْال َمرْ َأةُ عَوْ َرةٌ فَِإ َذا خَ َر َج‬


ُ‫ت ا ْستَ ْش َرفَهَا ال َّش ْيطَان‬

“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-
laki.” (HR. Tirmidzi, shahih)

Keempat: Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria)

Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu tempat tanpa ada
hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas masing-masing wanita atau lelaki
tersebut bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai
wanita muslimah tidak mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh
karena itu kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai
kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang bukan
mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Qur’an dan akan menjadi berdosa bila
kita tidak mentaatinya.

Kelima: Menjaga kemaluan

Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali remaja
yamng terjebak ke dalam pergaulan dan seks bebas. Sebagai muslim kita wajib tahu
bagaimana caranya menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan tidak melihat gambar-
gambar yang senonoh atau membangkitkan nafsu syahwat, tidak terlalu sering membaca atau
menonton kisah-kisah percintaan, tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan
lawan jenis, baik bicara langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting, YM
dan media komunikasi lainnya.

Anda mungkin juga menyukai