Anda di halaman 1dari 2

Cerpen Temanku Yang Setia

Aku melihatnya. Aku melihat seekor kucing atau mungkin seekor anak anjing, sepulang bermain
ternyata aku melihat seekor anak anjing yang sedang duduk dan aku melihat tidak ada seekor
anjing yang menemaninya. Pada saat itu aku sangat ingin memiliki seekor anjing, namun anjing
tersebut tidak seperti yang aku minta tetapi aku tetap ingin memiliki seekor anjing. Aku takjub
aku langsung mengambil anak anjing itu saat aku mengambilnya ia sangat bau dan kotor itu
mungkin karena ia tidak pernah mandi dan makan sampah. Saat aku membawanya pulang, aku
melihat tidak ada keberadaan orangtuaku mungkin karena anjing itu kotor atau bau, ibu mungkin
tidak memperbolehkan aku membawa anjing tersebut.

Namun aku tidak menyangka ternyata secara tiba-tiba ibu ke luar dan melihat aku sedang
menggendong anjing yang kotor ibuku seketika marah dan menyuruhku untuk membuang anjing
tersebut. Ibuku ingat dengan apa permintaan aku sewaktu itu dan ibuku langsung
memperbolehkan aku memelihara anjing tersebut. Aku sangat senang permintaanku akhirnya
terpenuhi. Aku langsung memanggil temanku Delon, ia adalah sahabatku sejak kecil kami
berbeda dua tahun. Saat aku memanggilnya ia terkejut dengan anjing tersebut. Aku menamai
anjingku adalah Snow karena ia berwarna putih dan mirip dengan bola salju. Delon mau
membantuku memandikan dan memberi makan Snow. Snow sangat suka bermain bola dan ia
juga suka makan ikan, saat ibuku pulang ibuku berkata, “Jagalah anjing itu dengan penuh kasih
sayang.” dan aku menyetujuinya.

Setelah satu tahun Snow tumbuh, badannya sangat besar dan tinggi, ia sangat senang bermain
terutama makan. Sampai pada suatu hari di tengah malam aku dan keluargaku sedang tidur, aku
mendengar sesuatu dari dalam rumah, aku turun ke bawah dan Snow yang berada di sampingku
mengikutiku. Saat aku melihatnya ternyata itu adalah seorang pencuri yang sedang mengambil
barang berharga satu per satu. Pencuri tersebut belum mengetahui keberadaanku, aku sedang
berpikir jika aku berteriak pencuri tersebut akan lari atau mungkin menodongku dan akan
menjadi masalah yang besar karena orangtua pasti cemas.

Aku khawatir Snow akan menggonggong atau mungkin menggigitnya, secara tiba-tiba tanpa
sadar Snow langsung mengejar pencuri tersebut aku tidak bisa berbuat apa-apa. Pencuri itu
langsung berlari ke luar lewat jendela tetapi Snow menggigit pencuri itu dengan giginya yang
tajam. Seketika orangtuaku langsung bangun dan melihat kejadian itu, ayahku langsung
menangkap pencuri itu dan membawanya ke kantor polisi, berkat bantuan Snow, pencuri itu
tidak bisa melarikan diri. Ibuku bertanya kenapa kamu tidak membangunkan ibu atau ayah jika
ada pencuri. Aku terdiam dengan pertanyaan tersebut ibuku langsung berkata yang penting tidak
terjadi hal-hal buruk kepadaku, kata ibuku.

Aku tidak menyangka ternyata Snow bisa menangkap pencuri, karena tadi aku berpikir benda
tajam milik si pencuri akan meluncur menuju perut Snow. Aku sangat berpikir tentang
keselamatannya. Pada keesokan harinya kami membersihkan dan merapikan rumah kami yang
kotor dengan benda yang berserakan di mana-mana yang dilakukan oleh pencuri tersebut.
Setelah sepuluh tahun ia bersamaku aku pun harus pergi untuk kuliah aku menangis saat ingin
berpamitan dengan dia karena ia selalu bersamaku. Setelah tiga tahun aku pun pulang ke rumah
dan saat aku pulang ibu dan ayah menyambutku saat aku bertanya ke pada ayah dan ibuku,
“Dimana Snow?” mereka menundukkan kepala ibuku berkata Snow telah pergi ia kabur dari
rumah entah mengapa ibu saja tidak tahu ia pergi.

Hatiku berdebar-debar seketika aku mendengar hal tersebut. aku bahkan belum berpamitan
dengan Snow. Aku ingat sekali terakhir kali aku berpamitan dengan dia saat aku ingin pergi
kuliah, ia melompat ke perutku seolah-olah ia tidak ingin aku pergi. Aku sangat ingat saat aku
bertemu dengannya pertama kali, ia sangat kotor dan bau. Pada saat itu langsung masuk ke
dalam kamar untuk merenungkannya. Air mataku terus tumpah. Sekitar satu jam akhirnya aku
berhenti menangis saat aku menyalakan tv pada saat itu aku melihat film tentang seekor anjing
bernama Hachiko yang ditinggal oleh majikannya, saat menonton itu aku makin sedih.

Hingga pada suatu saat aku ingin jalan-jalan aku tidak sengaja melewati tempat pertama kali
bertemu dengan Snow. Aku melihat seekor anjing dan aku mengira itu adalah anjing tetapi pada
saat aku ingin melanjutkannya anjing tersebut menggonggong ke arahku. Dan aku berbalik untuk
melihat anjing ternyata anjing tersebut langsung berlari ke arahku dan menaikiku seolah-olah aku
adalah majikannya. Aku mengira itu adalah Snow. Memang mirip Snow tetapi bulunya berwarna
putih kecokelatan aku berpikir, “Mungkin itu karena ia kotor atau bukan,” saat aku
membersihkan bulunya ternyata itu adalah Snow aku menangis setelah aku melihatnya ia masih
mengingat tempat aku bertemu dengannya. Saat aku membawanya pulang aku dan Snow
melakukan yang kami lakukan tiap harinya.

Hingga pada suatu hari aku melihat Snow sangat lemas, lesu dan malas bergerak ia maunya tidur
terus dan makan sedikit. Aku sangat cemas keesokan harinya saat aku bangun aku mengira Snow
sedang tidur ternyata saat aku ingin memegangnya ia sudah tidak lagi bernapas. Aku sangat
cemas dan memanggil orangtuaku untuk membawanya ke rumah sakit hewan. Saat ia masuk
rumah sakit sekitar dua jam kami menunggu dokter pun ke luar ia berkata, “Maafkan kami, Bu
anjing anak Anda tidak bisa lagi diselamatkan karena umurnya yang sudah melewati batas umur
seekor anjing.”

Aku pun masuk ke dalam untuk melihat Snow saat aku menangis melihatnya. Aku menaruh
kepalaku di perutnya, tiba-tiba ia bangun, aku terkejut aku langsung memeluknya tetapi ia hanya
menjilat pipiku sekali dan ia langsung tertidur lagi. Pada keesokan harinya aku pun
menguburkannya. Entah mengapa hal itu terus membuatku terus menangis, ibuku berkata,
“Sudahlah, jangan menangis lagi nanti kita akan membeli anak anjing.” dan aku pun
menyetujuinya.

Cerpen Karangan: Otniel Aritonang

Anda mungkin juga menyukai