Laporan 3 - Praktik Pembelajaran Inovatif
Laporan 3 - Praktik Pembelajaran Inovatif
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini..
Laporan ini merupakan salah satu tugas Program Pendidikan Profesi
Guru (PPG) daljab 2022 mengenai kegiatan yang telah dilakuakan selama
pendidikan guru penggerak disekolah tempat penulis bertugas sebagai penerapan
materi yang dipelajari pada modul satu dalam pembelajaran di kelas.
Dalam penyusunan Laporan ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan.
Namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan dorongan serta saran-saran dari
berbagai pihak, segala hambatan, rintangan dan kesulitan tersebut dapat teratasi
dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan laporan ini kepada yang
terhormat:
1. Ibu Dr. Diana Rochintaniawati, M.Ed selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dalam penyusunan laporan.
2. Keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung selama PPG, Orang Tua,
Suami Roni Editia, Naura Alisha Editia, dan Zakiyya Alhahyra Editia putri
kecil saya.
3. Seluruh teman-teman Angkatan 1 PPG IPA Universitas UPI tahun 2022.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Balikpapan ,
Rifqia Azizah,S.Pd
2
DAFTAR ISI
RINGKASAN ..................................................................................................... 4
LAMPIRAN ..................................................................................................... 26
3
RINGKASAN
4
fisika yang abstrak. Selain itu diperlukan media pembelajaran yang tepat untuk
menumbuhkan minat belajar siswa salah satunya yakni media PhET. Simulasi
PhET lebih menekankan pada hubungan dengan fenomena kehidupan yang
nyata dengan ilmu dasar, memberikan umpan balik, memberikan dukungan pada
pendekatan interaktif dan konstruktivis, dan juga menyediakan lingkungan kerja
yang kreatif Finkelstein (2006) dalam Prihatiningtyas, T, & Jatmiko (2013).
Media PhET akan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran sehingga akan
menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian S. B.
McKagan, dkk (2008) bahwa simulasi PhET pada materi mekanika kuantum
yang sifatnya abstrak ternyata mampu mempermudah mahasiswa dalam
memahaminya dan adanya tanggapan positif dari kegunaan simulasi itu. Dapat
disiimpulkan bahwa implementasi KSE dalam pembelajaran mindfull learning
berbantuan PhET dapat meningkatkan minat belajar siswa karena dengan begitu
siswa mampu memahami dengan ditandai hasil belajar yang meningkat.
5
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program Pendidikan yang
diselenggarakan bagi lulusan S-1 Kependidikan dan S-1 non Kependidikan yang
memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang
professional setelah memenuhi syarat-syarat tertentu, sesuai dengan standar
nasional Pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik (Pangestika &
Alfarisa,2015). Berdasarkan peraturan Menteri Ristekdikti Nomor 55 Tahun 2017
tujuan program PPG adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merecanakan, dan menilai pembelajaran, menindak lanjuti hasil
penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan siswa serta melakukan
penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
Program Pendidikan guru penggerak (PGP) merupakan langkah strategi
dari pemerintah Republik Indonesia dengan mewujudkan guru yang berdaya dan
memberdayakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang berorientasi
pada peningkatan proses dan hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan program
PGP adalah program pengembangan keprofesian berkelanjutan melalui pelatihan
dan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaran agar guru
dapat menggerakkan komunitas belajar disekitarnya (Kemendikbud, 2022).
Pada hakikatnya PPG dan PGP memberikan pengalaman nyata dan
kontekstual kepada mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan sikap dan
keterampilan yang dapat menunjang tercapaiannya penguasaan kompetensi
pendagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional secara utuh. (Kemendikbud, 2022).
Guru yang resposif dan antisipatif memiliki kemampuan untuk mengatasi
masalah. Untuk memajukan pendidikan yang merdeka belajar dipengaruhi oleh
lingkungan belajar yang kondusif didukung oleh beberapa hal. Salah satunya
menumbuhkan minat belajar siswa kelas VIIID melalui implementasi KSE dalam
6
pembelajaran mindfull learning berbantuan PhET pada materi pesawat sederhana.
Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat
membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai
kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan Mindful
Learning erat kaitannya dengan kecerdasan emosional. Hal ini dibuktikan dengan
Salah satu karakteristik pembelajaran mindfulness yang mencakup mindset/ car
berpikir yang diyakini oleh Langer dapat merusak proses pembelajaran,
diantaranya yaitu menunda kepuasan. Di dalam kecerdasan emosional, menunda
kepuasan termasuk dalam kemampuan mengelola emosi dan kemampuan
mengembangkan diri. Zimmerman menyatakan bahwa mengatur diri atau regulasi
diri (self regulation) adalah proses mempertahankan pikiran, prilaku, dan emosi
(Anita Woolfolk, 2008).
Adapun media yang dapat digunakan, seiring pesatnya perkembangan
teknologi informasi yang berpengaruh pada perkembangan software
pembelajaran, salah satunya adalah aplikasi PhET simulation. PhET adalah situs
yang menyediakan simulasi pembelajaran antara lain Fisika, Kimia, Biologi,
Matematika yang dapat diunduh untuk pembelajaran laboratorium virtual. PhET
merupakan simulasi interaktif dengan gambar animasi, interaktif dan dibuat
seperti permainan dimana siswa dapat belajar dengan bereksplorasi (Prima et al.,
2018; Thohari et al., 2019). PhET menciptakan pengalaman belajar yang berbeda
(Supurwoko, Cari, Sarwanto, Sukarmin, Budiharti, et al., 2017. Dengan PhET
simulation dapat menunjukkan materi yang abstrak dijelaskan dengan mudah dan
tepat pada peserta didik (Nurahman et al., 2019; Saregar, 2016). Visualisasi
memungkinkan peserta didik berinteraksi, bereaksi, dan berkomunikasi sehingga
informasi yang didapat lebih tahan lama dan mudah diingat (Supurwoko, Cari,
Sarwanto, Sukarmin, & Suparmi, 2017). PhET simulation memberikan
pengalaman belajar berkualitas tinggi yang interaktif (Emily B. Moore, 2018).
Berdasarkan hasil observasi terlihat dari beberapa nilai tugas teori dan
praktek mengalami keterlambatan pengumpulan hingga kurangnya minat belajar
siswa. Adapun identifikasi masalah yang ada, yaitu:
1. Kurangnya minat belajar siswa pada proses pembelajaran pesawat sederhana.
7
2. Kurangnya pemahaman siswa pada proses pembelajaran materi pesawat
sederhana.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti bertujuan untuk meningkatkan minat
belajar siswa agar mampu memahami materi pesawat sederhana melalui
implementasi Keterampilan Sosial Emosional (KSE) dalam pembelajaran
mindfull learning Berbantuan PhET.
2. Tujuan kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Mampu mengoptimalkan minat belajar siswa
2. Mampu mengoptimalkan pemahaman siswa pada proses pembelajaran materi
pesawat sederhana.
3. Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan:
1. Manfaat teoritis
Manfaat dari laporan ini bagi penulis yaitu untuk mengembangkan ilmu
pendidikan yang berkaitan dengan aplikasi pendekatan dalam pembelajaran
khususnya pendekatan mindful learning dan pengembangan kecerdasan
emosional (emotional intelligence) murid.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, laporan ini bermanfaat untuk membantu guru dalam
memecahkan dan mengantisipasi persoalan dalam proses pembelajaran,
khususnya untuk meningkatkan minat belajar siswa.
3. Bagi Instansi/sekolah
Memberikan konstribusi dalam mengembangkan kualitas seorang guru
dalam menerapkan proses pembelajaran yang merdeka belajar.
8
BAB II
PEMBAHASAN
9
emosi. Berikut ini efek positif dari perkembangan otak depan terhadap kesehatan
mental:
Memperbaiki suasana hati
Mengatasi depresi, kecemasan, perilaku obsesif kompulsif, kecemasan sosial,
post-traumatic stress disorder (PTSD), dan borderline personality
disorder (BPD)
Meningkatkan self-esteem (perasaan terhadap harga diri), self-love (rasa cinta
terhadap diri sendiri), kepercayaan diri, hingga rasa sayang kepada orang lain.
Mindfulness sangat memengaruhi otak manusia dengan mengubahnya ke arah
yang lebih positif. Perubahan otak ini berpengaruh terhadap kesehatan mental
kita. Manfaat mindfulness dapat dirasakan sesuai dengan seberapa dalam kita
melakukan praktik kesadaran pikiran.
Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui
berbagai kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan
perhatian yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti
latihan menyadari nafas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful
movement), yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan
gerakan; latihan berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan
tubuh saat berjalan, dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera
(sharpening the senses) dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa,
sensori di ujung jari, dan sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti
bernapas dengan sadar, bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan
menyadari seluruh tubuh dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling
sederhana yaitu dengan menyadari nafas.
Mengapa penting untuk menyadari napas? Karena napas adalah jangkar yang
dimiliki setiap orang untuk berada di sini dan masa sekarang (here and now).
Pikiran kita merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan.
Seorang ilmuan dan filsuf Bernama Deepak Chopra dalam website pribadinya
menyebutkan bahwa manusia memiliki 60.000-80.000 pikiran dalam sehari.
Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikitran kita dapat
bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan kuatir. Pikiran juga dapat
10
bergerak ke masa lalu yang sering kali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran
berada dalam situasi terbaiknya jika ia fokus situasi saat ini dan masa sekarang.
Cara termudah untuk membuat pikiran dan perasaan berada pada saat ini dan
masa sekarang adalah dengan menyadari napa yaitu dengan menggunakan Teknik
STOP.
Mindfulness dan Well-being
Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan
sebagai kondisi nyaman, sehat, dan Bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup)
adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri
sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya
sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola
lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup lebih
bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Menurut
Mc Grath & Noble, 2011, murid yang memoliki tingkat well-being yang optimum
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang
lebih tinggi, Kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan
dalam menghadapi stress dan terlibat dalam prilaku sosial yang lebih bertanggung
jawab.
Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam sehari-hari
memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat memberikan
perhatian secara saar bertujuan yang didasarkan keterbukaan pikiran, rasa ingin
tahu, dan kebaikan yang akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-
situasi menantang dan sulit. Secara saintifik, Latihan mindfulness yang konsisten
akan memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan
fokus, konsentrasi, dan kesadaran. Kondisi tersebut dpat dijelaskan dengan
11
gambar 1.1:
Gambar1.1: Hubungan mindfulness dan Empati dan Resiliensi (Hawkins, 2011)
Pada saat menghadai kondisi menantang, misalnya pada saat seorang guru
berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja
otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menaik napas Panjang, memberikan
waktu untuk memahami situasi apa yang dirasakan diri sendiri, memunculan
empati, memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh
murid dan mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang
berkesadaran penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada
guru. Ada pepatah yang mengatakan, “Seberapa banyak gelar yang dimiliki
seorang guru, kalua murid tidak paham bahwa gurunya peduli dengan mereka,
maka mereka tidak akan pernah belajar dari gurunya, peduli dengan mereka, maka
mereka tidak akan pernah dapat belajar dari gurunya.” Koneksi rasa aman dan
rasa percaya di antara guru dan murid akan menciptakan lingkungan dan suasana
belajar yang kondusif bagi pembelajaran.
Perasaan aman dan rasa percaya dalam diri murid akan membantu murid
dalam proses pembelajaran dan relasi dengan guru di sekolah. Murid dapat
menumbuhkan kesadaran diri tentang perasaan kekuatan, kelemahan, nilai-nilai
yang dimiliki dengan leboh baik dan kesadaran sosial yang lebih baik yang
didasarkan pada perhtian yang bertujuan akan membatu murid dalam memproses
informasi secara lebih baik dalam proses pembelajaran. Jika murid dapat
mengikuti proses pembelajaran secara lebih baik, maka secara perlahan tumbuh
optimism atau rasa percaya dalam dirinya.
Ada banyak sekali penelitian yang menyatakan tentang pentingnya
optimism dalam mendorong keberhasilan pembelajaran. Seligman (dalam Hoy,
Tarter & Hoy, 2006) menjelaskan tentang optimism sebagai faktor pndukung
kesuksesan dalam akademik.
Hubungan Mindfulness dan Pembelajaran Emosional
Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat
membangun keterhubungan diri sendri (self-awerness) dengan berbagai
kompetensi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan
12
respon dalam sebuah situasi sosial menantang, kita berhentu, bernapas dengan
sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, dan
mengambil Tindakan lebih responsive, bukan reaktif. Gambar 1 menunjukkan
pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh untuk mewujudkan
kesejahteraan (well-being). Gambar tersebut diadaptasi dari gambar dibuat K. Fort
– Catanese (dalam Hawkins, 2017)
13
S top/ Berhenti . Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.
T ake a deep Breath/ Tarik nafas dalam . Sadari napas masuk, sadari napas
keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara
hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk,
napas keluar.
O bserve/ Amati . Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati
perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang
mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat
Anda lakukan.
P roceed/ Lanjutkan . Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda
dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap
Tujuan : membuat murid merasa lebih tenang dan belajar untuk mengendalikan
dan memahami emosi dirinya selain itu kondisi tubuh yang lebih tenang akan
membantu murid untuk fokus kembali pada pelajaran sehingga dapat
meningkatkan minat belajar siswa pada saat proses pembelajaran.
Media Laboratorium Virtual PhET
Laboratorium virtual PhET cukup popular karena dapat digunakan sebagai
simulasi dengan berbasiskan computer. Model simulasi ini merupakan cara belajar
yang lebih konkrit melalui penciptaan berbentuk tiruan yang dibuat secara digital
dengan pengalaman yang hampir mendekati model yang sesungguhnya dan
tentunya dapat dilakukan dengan tanpa resiko saat kegiatan pembelajaran.
Menurut Arsyad (2002) dalam (Rusman, 2013) bahwa program simulasi biasanya
dijalankan dengan komputer untuk menyamai prosesnya yang dinamis seperti
keadaan yang sesungguhnya. Simulasi PhET biasa digunakan sebagai media
belajar fisika yang bentuknya mirip dengan labolatorium tapi dijalankan secara
virtual dengan memberikan kesempatan siswa untuk membangun pengetahuannya
sendiri.
Dalam menggunakan simulasi PhET untuk memberikan akomodasi pada
peningkatan penguasaan konsep siswa terhadap materi fisika, tentu saja media
pembelajaran ini dibutuhkan di era teknologi yang semakin berkembang ini.
Simulasi ini memberikan penekanan hubungan fenomena kehidupan yang nyata
14
dengan bidang keilmuan yang menjadi dasar, dukungan dengan pendekatn
intraktif dan kontruktivis, menyediakan tempat kerja yang kreatif, dan
memberikan umpan balik kepada pemakainya Finkelstein (2006) dalam
Prihatiningtyas, T, & Jatmiko. Selain itu keuntugan menggunakan dari simulasi
ini penjelasan yang disajikan suatu materi terlihat lebih nyata sehingga
penguasaan terhadap materi menjadi lebih baik dan juga konsep-konsep yang
masih abstrak dapat mudah dipahami oleh siswa karena simulasi PhET ini.
Menurut S. B. McKagan, dkk (2008) simulasi PhET pada materi mekanika
kuantum yang sifatnya abstrak ternyata mampu mempermudah mahasiswa dalam
memahaminya dan adanya tanggapan positif dari kegunaan simulasi itu.
Menurut Rahayu Setyo K (2016) berpendapat jika dalam menerapkan model
guided discovery dibantu oleh software PhET ketika belajar materi fluida statis
mendapatkan hasil pengetahuan 25 tuntas dan 9 tidak tuntas, sedangkan
kompetensi sikap dan keterampilan semuanya tuntas dan siswa memberikan
respon baik terhadap penggunaan media PhET.
Usiana (2016) telah melakukan penelitian tentang penggunaan simulasi PhET
yang mendapatkan hasil pembelajaran materi fisika kategorinya sangat baik dan
terjadi peningkatan belajar siswa dengan kategori tinggi pada siswa kelas tiga.
Menurut Clark, Ted M.; Chamberlain, Julia M (2014) dengan penggunaan media
media PhET siswa memberikan respon yang positif, peneliti lain Moore dkk
(2014) penerapan media simulasi PhET memberikan ketertarikan dan kesenangan
tersendiri bagi siswa dan gurunya karena menjadi media pendukung yang berbasis
kegiatan seperti di labolatorium.
Hubungan Media PhET dengan Materi Pesawat Sederhana
Simulasi PhET memberikan penekanan hubungan fenomena kehidupan yang
nyata menyediakan berbagai konten simulasi percobaan berdasarkan disiplin
ilmunya terutama pada materi pesawat sederhana. Peran para guru memilih
konten simulasi percobaan virtual PhET sesuai materi yang akan disampaikan
didalam kelas. Media PhET sangat membantu dalam pembelajaran membuat
pembelajaran lebih efesien. Penelitian ini mengunakan Media PhET dalam
penelitian pada materi pesawat sederhana dalam proses pembelajarannya.
15
Pada materi pesawat sederhana siswa banyak mengalami kesulitan dalam
mengaplikasikan pemahaman materi sehingga kurang berminat pada
pembelajarannya. Berdasarkan hasil tela’ah riset mutakhir terkait pesawat
sederhana, menunjukkan bahwa sudah begitu banyak dikaji oleh para peneliti. Di
antaranya mengkaji tentang pengembangan model pembelajaran (Hager, et.al.,
2012: 1-23; Permatasari, et.al., 2018: 116-127; Iman, et.al., 2017: 52-58; Anwar,
2012; Oktaviana, et.al., 2018: 46-56; Candra, et.al., 2019: 31-34; Pratiwi, et.al.,
2017), media pembelajaran (Asmadji, 2013: 1-14; Octafiana, et.al., 2018: 168-
175; Matsun, et.al., 2019: 30-40; Naimah, et.al., 2017), metode belajar (Suak,
et.al., 2016), konsep pesawat sederhana (Zakwandi, 2017: 21-34), alat peraga
pesawat sederhana (William, et.al., 2003: 1-12; Rianto, et.al., 2014; Janah, 2016:
1-5), dan prestasi (Widaryanto, 2017) dan hasil belajar peserta didik (Yunidar,
2018; Sayekti, 2018; Asmawir, 2016; Suyanto, 2018) dengan materi pesawat
sederhana. Media PhET akan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran
sehingga akan menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian S. B. McKagan, dkk (2008) bahwa simulasi PhET pada materi
mekanika kuantum yang sifatnya abstrak ternyata mampu mempermudah
mahasiswa dalam memahaminya dan adanya tanggapan positif dari kegunaan
simulasi itu. Dengan siswa mudah dalam memahami pembelajaran sehingga akan
menumbuhkan minat belajar siswa. Pada penelitian ini berfokus pada minat
belajar siswa gaya belajar siswa dengan Guru membagi tugas siswa sesuai dengan
gaya belajarnya. Contoh pada materi pesawat sederhana pada Pengungkit (tuas) .
Pengungkit (tuas) adalah jenis pesawat sederhana untuk mengubah hasil dari
suatu gaya. Hal ini dianalogikan kepada sebuah “batang pengungkit” dengan 3
(tiga) titik, yakni titik tumpu, titik kuasa, dan titik beban. Lebih lanjut, Marti
(2012) menjelaskan bahwa pengungkit (tuas) digolongkan menjadi tiga bagian,
yakni: (1) tuas kategori pertama, yakni tuas yang titik tumpunya berada di antara
beban dan kuasa. Contoh: gunting, linggis, palu; (2) tuas kategori kedua, yakni
tuas yang titik bebannya berada di antara titik tumpu dan titik kuasa. Contoh:
gerobak dorong; dan (3) tuas kategori ketiga, yakni tuas yang titik kuasanya
berada di antara titik tumpu dan titik beban. Contoh: sekop dan stepless. Pada
16
materi ini guru juga memberikan tugas berdasarkan gaya belajarnya untuk
mendukung minat belajar siswa dengan memberikan tugas pada siswa gaya
belajarnya secara visual dengan memberikan gambar lalu meminta
dikelompokkan berdasarkan tiga golongan tuas, untuk siswa gaya belajarnya
secara Auditorial siswa mendengarkan analogi sebuah “batang pengungkit” lalu
dicatat informasi yang didapat dari rekaman tersebut serta menjelaskan ulang
melalui rekaman dan untuk siswa gaya belajarnya secara kinestetik siswa
diberikan tugas membuat salah satu terapan tuas dan memilih contoh terapan tuas
mana yang mau dibuat serta mempraktekkan kinerja contoh terapan tuas yang
mereka buat.
Secara general tugas intinya berupa membuat jurnal penggunaan alat dengan
konsep pesawat sederhana minimal satu alat dan siswa menjelaskan besar
keuntungan mekanis alat. Tugas dapat dikumpul berupa gambar alat dan siswa
dapat menjelaskan dengan rekaman suara, berupa video, dan berupa tulisan
deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan minat belajar siswa semakin meningkat bila
dilihat dari hasil belajar yang mengalami peningkatan. Selain itu siswa juga lebih
memahami konsep materi pesawat sederhana karena langsung menggunakan dan
melihat cara kerja pesawat sederhana dan belajar sesuai dengan gaya belajarnya.
17
BAB III
PENUTUP
1. Refleksi
18
pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat. Menurut Usiana (2016) telah
melakukan penelitian yang hasilnya dengan menggunakan media simulasi PhET
terdapat peningkatan pada hasil belajarnya. Namun adapun kendala yang ada pada
saat proses pembelajaran berbantuan PhET pada materi pesawat sederhana
terdapat beberapa kendala karena pembelajaran dilakukan secara daring ,
misalnya ketersediaan kuota siswa sehingga tidak semua siswa mengikuti
googlemeet saat guru menjelaskan konsep dasar materi pesawat sederhana, kurang
responsive siswa saat pembelajaran, sulitnya siswa melakukan kerja kelompok
dalam menyelesaikan tugas membuat jurnal dan memahami materi pesawat
sederhana.
2. Tindak Lanjut
Tindak lanjut yang dapat dilakukan agar hasil yang diharapan dapat lebih
maksimal yaitu Guru dapat memberikan angket untuk mengukur perkembangan
emosional murid setelah diterapkan pendekatan mindful learning berbantuan
PhET agar lebih terukur dan dapat lebih mengembangkan pendekatan
pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan sosial-emosional murid. Pada awal
penerapan pendekatan mindful learning berbantuan PhET murid akan merasa
aneh maka sangat penting penjelasan guru mengenai pentingnya pendekatan
pembelajaran mindful learning baik pada saat proses pembelajaran maupun pada
saat murid membutuhkan keadaan stabil dalam menenangkan emosinya. Dengan
begitu siswa akan lebih tenang dan stabil serta dapat mengontrol emosinya
sehingga minat belajar siswa akan lebih baik terhadap pembelajaran fisika pada
materi pesawat sederhana.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Janah, K.K. 2016. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Pesawat Sederhana dalam
Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar. Pensa: Jurnal Pendidikan
Sains, 4 (2): 1- 5. https://jurnalmahapesertadidik.unesa.ac.id/index.
php/pensa/ article/view/ 14969.
Kabat-Zinn, J. 2013. Full catastrophe living: Using the wisdom of your body and
mind to face stress, pain and illness - revised and updated version.
Bantam Books ebooks edition.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2022. Pendidikan Guru Pengerak
Lokarya 6. Jakarta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Panduan Peserta Pelatihan
Teknik Fasilitasi Melatih Angkatan III. Bojongsari: Depok.
Khaerunnisak, K. 2018. Peningkatan pemahaman konsep dan motivasi belajar
siswa melalui simulasi physic education technology (PhET). Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA, 4(2), 7-12.
https://doi.org/10.29303/jppipa.v4i2.109.
Niswatuzzahro, V., Fakhriyah, F., & Rahayu, R. 2018. Penerapan model
discovery learning berbantuan media audio visual untuk meningkatkan
literasi sains siswa kelas 5 SD. Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 8(3), 273–284.
https://doi.org/10.24246/j.js.2018.v8.i3.p273-284.
Langer, Ellen J, 2004. Mindful Learning, Jakarta : Esensi Erlangga Group.
Maharani, Ega Asnatasia. 2015.“Eksplorasi Mindful Teaching Sebagai Strategi
Inovatif dalam Pembelajaran Bagi Guru Paud” dalam Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan, Ponorogo: FKIP Universitas Muhamadiah
Ponorogo.
Marti, N.W. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran Pesawat Sederhana untuk
Peserta didik Sekolah Dasar Berbasis Multimedia. Seminar Internasional
(Peran LPTK dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia),
ISSN 1907-2066.
file:///C:/Windows/system32/config/systemprofile/Downloads/73-181-1-
SM.pdf.
21
Martin, Anthony Dio.2003. Emotional Quality Management, Jakarta : Arga
Publishing.
Matsun, M., Darmawan, H., & Fitriyanti, L. 2019. Pengembangan Media
Pembelajaran Fisika Berbasis Macromedia Flash Topik Bahasan Pesawat
Sederhana. Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA, 10 (1): 30-40.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/PMP/article/view/25861.
McKagan, S. B., Perkins, M., Perkins, M., Dubson, C., Malley, S. R. R.,
LeMaster, & Wiemna, C. E. (2008). Developing and Researching PhET
Simulation for Teaching Quantum Mechanics. Physics Education
Technology Journal.
Musringati. (2017). Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Usia
Dini pada Kelompok B melalui Metode Bercerita di TK Al Ikhlas.
Bandung : STKIP Siliwangi
Naimah, A., & Widiati, U. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair
Share (TPS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas V SD. Jurnal
Pendidikan Prasekolah, 1 (1).
https://rumahjurnal.net/index.php/JPP/article/view/201.
Nunan, David. 1991.Second Language Teaching & Learning. Boston, MA: Heile
& Heinle Publishers. Retrieved from
https://emirina.wordpress.com/2009/03/17/gaya-belajar-pada-anak/
Nurahman, A., Widodo, W., Ishafit, I., & Saulon, B. O. (2019). The development
of worksheet based on guided discovery learning method helped by
PhET simulations interactive media in newton’s laws of motion to
improve learning outcomes and interest of vocational education 10th
grade students. Indonesian Review of Physics, 1(2), 37-41.
https://doi.org/10.12928/irip.v1i2.776.
Octafiana, W., Ekosusilo, M., & Subiyantoro, S. 2018. Pengembangan
Multimedia Interaktif pada Materi Pesawat Sederhana untuk Peserta
didik Sekolah Dasar. Komunikasi Pendidikan, 2 (2): 168-175.
http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik/article/view/131.
22
Oktaviana, B., Saputra, H. J., & Arifin, Z. 2018. Keefektifan Pembelajaran IPA
Materi Pesawat Sederhana Menggunakan Model Pair Check Berbantu
Question Card pada Peserta didik Kelas V SDN Sukoharjo 01 Pati.
Profesi Pendidikan Dasar, 5 (1): 46-56.
http://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/3852.
Pangestika,R,R., & Alfarisa,2015. Pendidikan Profesi Guru (Ppg): Strategi
Pengembangan Profesionalitas Guru Dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Indonesia; Prosiding Seminar Nasional UNY.
Permatasari, N. E., Koeswati, H. D., & Giarti, S. 2018. Pengembangan Model
Pembelajaran Problem Based Learning dan Pesawat Sederhana
(Probalpena) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Peserta didik Kelas
V SDN Karanganyar 01. Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, 3 (2):
116-127.
Prihatiningtyas, S., Prastowo, T., & Jatmiko, B. 2013. Imlementasi simulasi PhET
dan KIT sederhana untuk mengajarkan keterampilan psikomotor siswa
pada pokok bahasan alat optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1).
https://ojs.uniskabjm.ac.id/index.php/jurnalmuallimuna/article/view/1215
Prima, E. C., Putri, A. R., & Rustaman, N. 2018. Learning solar system using
PhET simulation to improve students’ understanding and motivation.
Journal of Science Learning, 1(2), 60-70.
https://doi.org/10.17509/jsl.v1i2.10239.
Pratiwi, C. O., Sujana, A., & Jayadinata, A. K. 2017. Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik
Kelas V pada Materi Pesawat Sederhana. Jurnal Pena Ilmiah, 2 (1).
https://ejournal.upi.edu/index.php/penailmiah/article/view/10664.
Rafael, Simon P. 2020. Modul PGP “Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki
Hajar Dewantara : Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru
dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbudristek, Jakarta.
Rianto, R., Abdurrahman, A., & Viyanti, V. 2014. Produksi Alat Peraga IPA
Pesawat Sederhana Berbasis Science in Box. Jurnal Pembelajaran Fisika,
2 (1). http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/view/3617.
23
Rusiati Yo. 2020. “ Modul PGP Pembelajaran Sosial Emosional”, Jakarta:
Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga
Kependidikan.
Sayekti, S. 2018. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Materi Pesawat
Sederhana Melalui Model Teams Games Tournament (TGT) pada
Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Tarub Tahun Pelajaran
2015/2016. JPMP (Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti), 2 (1).
https://doi.org/10.24905/jpmp.v2i1.873.
Sasanti, M., Hartini, S., & Mahardika, A. I. 2017. Pengembangan LKS dengan
model IDL untuk melatihkan keterampilan proses sains pada pokok
bahasan listrik dinamis di SMAN 5 Banjarmasin. Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika, 5(1), 46-59. https://doi.org/10.20527/bipf.v5i1.2815.
Suak, R., Said, I., & Paluin, Y. K. 2016. Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang
Konsep Pesawat Sederhana Melalui Metode Demonstrasi pada Peserta
didik Kelas V SD Inpres 2 Langaleso. Jurnal Kreatif Tadulako, 4 (6).
Supurwoko, S., Cari, C., Sarwanto, S., Sukarmin, S., Budiharti, R., & Dewi, T. S.
2017. Virtual lab experiment: physics educational technology (PhET)
photo electric effect for senior high school. International Journal of
Science and Applied Science: Conference Series, 2(1), 381-386.
https://doi.org/10.20961/ijsascs.v2i1.16750.
Suyanto. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Berbantu
Media Gambar untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi
Pesawat Sederhana pada Peserta didik Kelas V SD 8 Gondosari. Jurnal
Prakarsa Paedagogia, 1 (2).
Thohari, U. H., Madlazim, M., & Rahayu, Y. S. 2019. Developing learning tools
guided discovery models assisted PhET simulations for trainning critical
thinking skills high school students. International Journal of
Multicultural and Multireligious Understanding, 6(4), 390-397.
https://doi.org/10.18415/ijmmu.v6i4.1008.
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/JKP/article/view/3434.
24
Usiana, W. 2016. Penerapan Media Simulasi PhET dalam pembelajaran fisika
kurikulum 2013 pada materi fluida dinamis untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas XI SMA Khadijah surabaya. Inovasi Pendidikan
Fisika, 5(3).
Widaryanto, W. 2017. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Pesawat
Sederhana dengan Model Pembelajaran STAD (Student Teams-
Achievement Divisions) pada Peserta didik Kelas V Semester II SD
Negeri 01 Ngargoyoso Kecamatan Ngargoyoso Tahun Pelajaran
2016/2017. IJER, Indonesian Journal on Education and Research, 2 (4).
http://jurnal.ijer.web.id/index.php/ijer/article/view/115.
William, R.L. 2003. Haptics-Augmented Simple-Machine Educational Tools.
Journal of Science Education and Technology, 12.
https://doi.org/10.1023/A:1022114409119.
Yunidar. 2018. Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Materi Gaya dan Pesawat
Sederhana dengan Menggunakan KIT IPA Peserta didik Kelas V. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 2 (3).
https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/152.
Yusuf, M., & Wulan, A. R. 2016. Penerapan model discovery learning tipe shared
dan webbed untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kps siswa.
Edusains, 8(1), 48–56. https://doi.org/10.15408/es.v8i1.1730.
Zakwandi, R. 2017. Analisis Konsep Pesawat Sederhana pada Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Berbasis Tradisi Sains Islam di Madrasah
Tsanawiyah. Belajea: Jurnal Pendidikan Islam, 2 (1): 21-34.
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/belajea/article/view/269.
25
LAMPIRAN
26
Hasil tugas penggunaan tuas berupa catatan penggunaan tuas
27
Media Phet (laboratorium virtal)
28