Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan melalui pembelajaran

pengetahuan, keterampilan dan menjadi kebiasaan yang diturunkan kesetiap

generasi melalui pelatihan, pengajaran atau penelitian, yang bertujuan

menghasilkan manusia yang memiliki pemahaman dan akhlak mulia. Pendidikan

berkualitas ditentukan oleh pemerintah melalui lembaga pendidikan formal

(sekolah), lembaga informal yang dimulai dari keluarga dan pendidikan

nonformal yaitu masyarakat. Suksesnya pendidikan pada lembaga formal sangat

ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah metode pembelajaran yang

dipakai dalam kegiatan pembelajaran.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan

bagi bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi yang menuntut kesiapan setiap

bangsa untuk bersaing secara bebas. Pada era globalisasi hanya bangsa-bangsa

yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing atau berkompetisi di pasar bebas.

Dalam hubungannya dengan budaya kompetisi tersebut, bidang pendidikan

memegang peranan yang sangat penting dan strategis karena merupakan salah

satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu

sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama

yang harus dilakukan pemerintah.

Inovasi dan upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama

dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan,

Page 1 of 16
antara lain penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu

guru dan tenaga kependidikan lainnya, melalui pelatihan dan peningkatan kualitas

pendidikan mereka, peningkatan manajemen pendidikan dan pengadaan fasilitas

lainnya. Semuanya itu belum menampakkan hasil yang menggembirakan.

Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar yang

maksimal oleh siswa, baik itu hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif maupun

psikomotor. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kegiatan proses belajar

mengajar yang didalamnya terdapat beberapa faktor yang merupakan penentu

lancar atau tidaknya kegiatan proses belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran, keberhasilan siswa belajar dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Dimana salah satu faktor internal tersebut adalah motivasi

siswa itu sendiri. Motivasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sebab

seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin

melakukan aktivitas belajar. Menurut Syaiful Sagala 1, motivasi adalah syarat

mutlak dalam belajar. Motivasi sangat besar pengaruhnya pada proses belajar

siswa. Tanpa adanya motivasi, maka proses belajar siswa tidak berjalan secara

lancar. Seseorang akan belajar jika pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Oleh

karena itu motivasi belajar berarti suatu kekuatan yang dapat mendorong siswa

untuk belajar sehingga akan tercapai hasil dan prestasi yang memuaskan.

Menurut Printich & Schunk (Esa Nur Wahyuni) 2


siswa yang termotivasi

belajar akan menunjukkan antusiasme terhadap aktivitas belajar, serta

memberikan perhatian penuh terhadap apa yang diinstruksikan oleh guru, serta

1
Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Hal 104

2
Esa Nur Wahyuni. (2009). Motivasi dalam Pembelajaran. Malang: UIN-Malang Press. Hal 39

Page 2 of 16
memiliki komitmen yang tinggi untuk mencapai tujuan belajar. Sebaliknya, siswa

yang tidak tertarik atau termotivasi untuk belajar biasanya menunjukkan sikap

tidak perhatian selama kegiatan belajar, tidak memiliki usaha yang sistematis

dalam belajar, dan kurang memilki komitmen untuk mencapai tujuan belajar.

Selain faktor internal, faktor eksternal pun sangat mempengaruhi. Faktor

eksternal yang mempengaruhi yaitu guru, model pembelajaran, media

pembelajaran,dan lingkungan belajar.Salah satu faktor eksternal yang sangat

penting adalah guru, dimana guru harusmenciptakan pembelajaran yang dapat

memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dimyati

dan Mudjiono 3
menyebutkan bahwa upaya guru dalam membelajarkan siswa

merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi motivasi belajar. Di sekolah

gurulah sosok yang menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.

Berhasil atau tidaknya siswa dalam memahami materi ditentukan oleh

kreativitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan sebuah pembelajaran.

Siswa membutuhkan pembelajaran yang inovatif. Kemampuan guru dalam

menciptakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang inovatif

merupakan salah satu hal yang dapat memotivasi siswa untuk belajar.

Kegiatan pembelajaran di kelas hendaknya dilaksanakan dengan

memperhatikan karakteristik perkembangan siswa. Desmita 4


mengemukakan

bahwa siswa usia sekolah menengah pertama memiliki karakteristik senang

bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara

langsung. Masa kanak-kanak akhir (7-12 tahun) menurut Piaget tergolong pada

3
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 97

4
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal 35

Page 3 of 16
masa operasional konkret. Anak mulai mampu menggunakan kemampuan

mentalnya untuk memecahkan masalah.5 Jadi guru sebaiknya mengembangkan

pembelajaran yang mengusahakan siswa untuk bergerak, belajar dalam kelompok,

memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, serta

memberikan pembelajaran nyata sehingga akan lebih bermakna, karena dalam

kehidupan sehari-hari siswa disuguhkan masalah-masalah aktual yang biasa

mereka temui di lingkungan sosial dan perlu diselesaikan.

Kenyataan di lapangan khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama

Kristen, dalam mengajar guru belum menggunakan model pembelajaran yang

inovatif dan metode yang variatif. Model pembelajaran yang digunakan guru

adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung merupakan

model pembelajaran yang masih didominasi oleh guru dimana guru

menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Siswa masih pasif dan

kurang berperan dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung menerima apa

saja yang disampaikan guru. Siswa duduk di bangku mendengarkan penjelasan

guru yang bersumber pada buku materi. Setelah guru selesai memberikan

penjelasan siswa mengerjakan soal latihan di buku tersebut. Kegiatan seperti ini

terus- menerus berlangsung selama pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Karakteristik siswa usia sekolah menengah pertama yang senang bergerak,

senang membentuk kelompok dengan teman sebaya kurang dimanfaatkan oleh

guru dalam proses pembelajaran sehingga menjadikan siswa tidak tertarik

mengikuti pembelajaran, dimana siswa cenderung mengobrol dengan teman dan

kurang merespon penjelasan guru.


5
Rita Eka Izzaty,dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Hal 107

Page 4 of 16
Model Problem Based Learning melibatkan siswa dalam proses

pembelajarannya. Problem Based Learning merupakan salah satu model yang

berpusat pada siswa. Siswa diberikan kebebasan berpikir kreatif serta aktif

berpartisipasi dalam mengembangkan penalarannya dalam materi yang diajarkan

serta mampu menggunakan penalarannya dalam menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran problem based learning atau pembelajaran

berbasis masalah menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa

untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,

siswa belajar dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Dipilihnya

model Problem Based Learning dalam penelitian ini karena model pembelajaran

ini mendorong siswa lebih aktif memperoleh pengetahuan dan berpartisipasi

dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Wina Sanjaya 6
menyebutkan bahwa kriteria materi dalam pembelajaran

problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah:

1) materi bersifat familiar dengan siswa, sehingga siswa dapat mengikutinya

dengan baik,

2) materi mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

sesuai kurikulum yang berlaku,

3) materi berhubungan dengan kepentingan orang banyak sehingga terasa

manfaatnya,

4) materi sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk

mempelajarinya.
6
Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Hal 216

Page 5 of 16
Begitu pula halnya bila kita lihat dalam proses belajar mengajar Pendidikan

Agama Kristen, siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam mempelajari

Pendidikan Agama Kristen  akan melakukan kegiatan lebih cepat dibandingkan

dengan siswa yang kurang termotivasi dalam mempelajari Pendidikan Agama

Kristen. Siswa yang yang memiliki motivasi yang tinggi dalam mempelajari

Pendidikan Agama Kristen maka hasil belajar yang diraih juga akan lebih baik.

Berdasarkan uraian tersebut menjadi landasan bagi penulis untuk mengadakan

penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah

atau Problem Based Learning terhadap peningkatan motivasi dan hasil

belajar Pendidikan Agama Kristen pada Siswa Kelas VII (tujuh) SMPS

Harapan Bangsa Batam Tahun Ajaran 2018-2019 ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran problem based

learning atau pembelajaran berbasis masalah terhadap peningkatan motivasi dan

hasil belajar siswa kelas VII SMPS Harapan Bangsa Batam ini, perlu dilakukan

identifikasi masalah agar tidak terjadi penafsiran yang salah dalam penelitian ini.

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Pembelajaran Guru yang masih monoton, dan siswa yang pasif.

2. Rendahnya motivasi belajar siswa disekolah.

3. Rendahnya tingkat hasil pembelajaran siswa disekolah.

4. Kurangnya minat siswa dalam membaca buku maupun materi ajar dalam

kegiatan pembelajaran disekolah maupun dirumah.

Page 6 of 16
5. Pembelajaran masih bersifat menerima pengetahuan bukan mengkonstruksi

pengetahuan.

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian yang berjudul pengaruh model pembelajaran problem based

learning terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VII SMPS

Harapan Bangsa Batam ini, perlu dilakukan identifikasi masalah agar tidak terjadi

penafsiran yang salah dalam penelitian ini. Adapun pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah peneliti fokus untuk meneliti pengaruh model pembelajaran

Problem Based Learning.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan  latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap

hasil belajar siswa kelas VII SMPS Harapan Bangsa Batam?

2. Adakah pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap

motivasi belajar kelas VII SMPS Harapan Bangsa Batam?

3. Berapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap hasil belajar kelas VII SMPS Harapan Bangsa Batam?

4. Berapa besar pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap motivasi belajar kelas VII SMPS Harapan Bangsa Batam?

1.5. Pembatasan Masalah

Agar penelitian tidak melebar atau menyimpang dari maksud penelitian,

penelitian ini dibatasi dengan pembatasan sebagai berikut:

Page 7 of 16
1. Metode pengajaran yang dipakai untuk meningkatkan motivasi belajar

dengan metode pembelajaran Problem Based Learning.

2. Penelitian ini dilakukan disekolah SMP Harapan Bangsa Batam, kelas VII.

1.6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran problem

based learning terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPS Harapan Bangsa

Batam.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran problem

based learning terhadap motivasi belajar siswa kelas VII SMPS Harapan

Bangsa Batam.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran problem

based learning terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPS Harapan Bangsa

Batam.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran problem

based learning terhadap motivasi belajar siswa kelas VII SMPS Harapan

Bangsa Batam.

1.7. Manfaat Penelitian

Page 8 of 16
Dalam melakukan penelitian terdapat manfaat yang dapat diambil dari

penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini sangat bermanfaat, diantaranya

sebagai berikut:

1.7.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan belajar siswa

mengenai Pendidikan Agama Kristen di kelas VII.

1.7.2. Manfaat Praktis

1.7.2.1. Bagi Guru Pendidikan Agama Kristen

Dengan adanya penelitian ini guru Pendidikan Agama Kristen dapat

menentukan model pembelajaran yang sesuai, sehingga pembelajaran di kelas

dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

1.7.2.2. Bagi Peserta Didik

Dengan adanya penelitian ini peserta didik dapat mengalami perubahan dalam

belajar Pendidikan Agama Kristen.

1.7.2.3. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian ini, sekolah dapat menerapkan model pembelajaran

problem based learning pada semua pelajaran, karena model pembelajaran

problem based learning ini dapat membantu dalam memberikan pemahaman

siswa terhadap pembelajaran yang diberikan.

1.7.2.4. Bagi Peneliti

Page 9 of 16
Peneliti dapat belajar dari penelitian yang telah dilakukan, dan dapat

memperbaiki kesalahan agar lebih baik dalam melakukan penelitian yang

selanjutnya.

1.8. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka perlu

adanya penegasan istilah sebagai berikut:

1.8.1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan

maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.

1.8.2. Model Pembelajaran

Gaya atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, dalam penerapannya itu gaya yang dilakukan tersebut

mencakup beberapa hal strategi atau prosedur agar tujuan yang ingin dikehendaki

dapat tercapai.

1.8.3. Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran problem based learning merupakan model pembelajaran yang

memberikan berbagai situasi permasalahan kepada peserta didik dan dapat

berfungsi sebagai batu loncatan dalam penyelidikan.

1.8.4. Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan perubahan energy dalam diri seseorang yang

ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

1.8.5. Hasil belajar

Page 10 of 16
Hasil belajar kognitif sering kali sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa

jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

1.8.6. Pendidikan Agama Kristen

Istilah Pendidikan merupakan terjemahan dari “education” dalam bahasa

Inggris. Kata “education” berasal dari bahasa latin ducere yang berarti

membimbing (to lead). Tambahan awalan “e” berarti keluar (out). Jadi arti dasar

dari pendidikan adalah suatu tindakan untuk membimbing keluar. 7 Pendidikan

merupakan sebuah proses yang membantu menumbuhkan, mengembangkan

mendewasakan, membuat yang tidak tertata dan liar menjadi semakin tertata.

Selain itu pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi

yang ada dalam diri manusia, seperti kemampuan akademis, spiritualitas,

relasional, bakat-bakat, kemampuan fisik, daya-daya seni.8

Pendidikan Agama Kristen adalah Pendidikan agamawi yang dilakukan

oleh persekutuan iman Kristen (orang Kristen) dari perspektif agama Kristen. 9

Nuhamara menguraikan elemen-elemen inti yang bisa menjelaskan hakikat

Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut:

Pertama, Pendidikan Agama Kristen itu adalah suatu usaha pendidikan.

Oleh karena itu, Pendidikan Agama Kristen merupakan usaha yang sadar,

sistematis, dan berkesinambungan, apapun bentuknya. Ini tak berarti bahwa

pendidikan hanya terbatas pada pendidikan yang formal baik di sekolah atau di

7
Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007). Hal 8

8
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter, (Jakarta: PT Grasindo, 2007 ),. Hal 53

9
Daniel Nuhamara. Pembimbing PAK , (Bandung : Jurnal Info Media, 2007). Hal 23

Page 11 of 16
dalam gereja, melainkan juga pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan

sosialisasi asalkan sosialisasi tersebut sengaja.

Kedua, Pendidikan Agama Kristen juga merupakan pendidikan yang

khusus yakni dalam dimensi religius manusia. Ini berarti usaha tersebut

dikhususkan pada bagaimana pencarian akan yang transenden serta pemberian

ekspresi dari seseorang terhadap yang transenden tadi dikembangkan, serta

dimungkinkan tetap terjadi pada manusia masa kini.

Ketiga, secara khusus Pendidikan Agama Kristen menunjuk kepada

persekutuan iman yang melakukan tugas pendidikan agamawi, yakni persekutuan

iman Kristen. Karenanya pencarian manusia terhadap yang transenden serta

ekspresi dari hubungan itu diwarnai oleh ajaran Kristen sebagaimana dinyatakan

kepada kita dalam Alkitab sebagai warisan usaha ini, tidak hanya untuk transmisi

warisan Kristen tetapi bagaimana membentuk masa depan sesuai dengan visi

Allah berdasarkan warisan masa lampau dan tindakan kreatif masa kini.

Keempat, Pendidikan Agama Kristen sebagai usaha pendidikan bagaimana

pun juga mempunyai hakikat politis. Karena itu, Pendidikan Agama Kristen juga

turut berpartisipasi dalam hakikat politis secara umum. Artinya dalam

Pendidkikan Agama Kristen tidak hanya ada intervensi dalam dalam kehidupan

individual seseorang di bidang kerohanian saja, tetapi juga mempengaruhi cara

dan sikap mererka ketika menjalani kehidupan dalam konteks masyarakat.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Indonesia, komisi Pendidikan

Agama Kristen dari Dewan Gereja di Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir

Page 12 of 16
dari Pendidikan Agama Kristen dengan kata-kata sebagai berikut: “Mengajak,

membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam

Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang kedalam suatu

persekutuan yang hidup dengan Tuhan.

1.9. Penegasan Operasional

Di dalam penelitian ini akan dipaparkan analisis peningkatan motivasi dan

hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa terhadap penggunaan model

pembelajaran Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah.

Terlebih dahulu peneliti akan memberikan perlakuan yang berbeda. Satu kelas

menggunakan model Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah

sedangkan kelas yang lain menggunakan metode pembelajaran langsung atau

konvensional. Kemudian kedua kelas tersebut akan diberikan pretest maupun

posttest skala motivasi belajar serta penilaian harian yang sama untuk

memperoleh nilai hasil belajar siswa. Hasil dari pretest maupun posttest skala

motivasi belajar serta hasil dari penilaian harian dari proses pembelajaran tersebut

akan dibandingkan dan dicari hubungannya perbandingannya.

1.10. Hipotesis Penelitian

1.10.1. Hipotesis Alternative

Semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka hasil belajar yang diperoleh siswa

akan semakin baik.

1.10.2. Hipotesis Nol

Page 13 of 16
Sebaliknya, semakin rendah motivasi, maka hasil belajar peserta siswa akan

semakin buruk. Untuk menjawab permasalahan yang diajukan, maka jawaban

sementara yang akan dibuktikan kebenarannya adalah: Terdapat hubungan

signifikan antara motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen dengan hasil belajar

peserta siswa.

1.11. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian untuk mendukung pembahasan dalam skripsi ini,

penulis menggunakan metode yaitu :

1. Metode Penelitian Kuantitatif adalah metode penelitian yang bersifat

sistematis dan menggunakan model-model yang bersifat matematis.

2. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen terhadap siswa di SMPS

Harapan Bangsa Batam.

3. Pembagian Angket, Penyusun akan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan

tertulis untuk dijawab responden (siswa) untuk memperoleh pendapat di

lapangan sesuai dengan yang terjadi.

1.12. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dilaksanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan

yang diharapkan, untuk mencapai tujuan tersebut maka penulisan skripsi ini

diuraikan dan disusun berdasarkan 5 (lima) bab yaitu :

Bab I Pendahuluan

Page 14 of 16
Dalam bab ini penulis membahas tentang alasan Pemilihan Judul,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Rumusan Masalah, Hipotesa,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II. Landasan Teoritis

Dalam bab ini penulis akan menuangkan data-data teoritis yang

berhubungan dengan pokok-pokok penelitian. Dalam bab ini akan dibahas

mengenai pengertian Pembelajaran, Model Pembelajaran, Problem Based

Learning, Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Pendidikan Agama Kristen

(PAK) terhadap siswa.

Bab III. Profil dan Keberadaan Sekolah

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang informasi Sekolah

Harapan Bangsa Batam, usia anak, jenis kelamin, informasi guru yang

mengajar di SMPS Harapan Bangsa Batam, serta metodologi penelitian

yang menguraikan tentang tujuan penelitian dan teknik pengolahan data.

Bab IV Hasil Penelitian

Dalam bab ini penulis mengemukakan hasil penelitian tentang

peningkatan motivasi belajar dan tingkat hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Kristen Melalui Metode Problem Based

Learning di SMPS Harapan Bangsa Batam.

Bab V Kesimpulan

Dalam bab ini penulis akan memberikan kesimpulan yang berupa

rangkuman secara singkat dan jelas tentang semua hal yang ditulis atau

dibahas dalam skripsi ini. Dalam bab ini juga akan diberikan saran-saran

Page 15 of 16
yang dianggap penulis perlu, baik bagi orang tua, anak didik, pembuat

kebijakan Pendidikan Agama Kristen dan pelaksana Pendidikan Agama

Kristen di lapangan.

Page 16 of 16

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab v.
    Bab v.
    Dokumen5 halaman
    Bab v.
    tutorial gratis
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv.
    Bab Iv.
    Dokumen46 halaman
    Bab Iv.
    tutorial gratis
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii.
    Bab Iii.
    Dokumen15 halaman
    Bab Iii.
    tutorial gratis
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii.
    Bab Ii.
    Dokumen52 halaman
    Bab Ii.
    tutorial gratis
    Belum ada peringkat
  • PHP Dasar
    PHP Dasar
    Dokumen37 halaman
    PHP Dasar
    tutorial gratis
    Belum ada peringkat