Anda di halaman 1dari 4

Etika Kehidupan Antar Umat beragama:

1.Ideologi Pancasila sbeagai sumber etika dalam kehidupan antar umat beragama di Indonesia

Pancasila Sebagai Ideologi Keagamaan di Indonesia Pancasila merupakan ideologi dan falsafah negara.
Pancasila dirumuskan berdasarkan identitas kultural kehidupan masyarakat Indonesia yang multi-etnis,
multi-budaya dan multi-agama. Sebagai ideologi negara pancasila pantas dan layak menghilhami setiap
sendi kehidupan bangsa, baik sosial, politik, budaya dan juga agama.

Indonesia adalah negara pancasila bukan negara agama, Indonesia adalah negara beragama
berdasarkan pancasila. Sebagaimana ungkapan Azyumardi Azra, Indonesia bukan negara agama (Negara
Islam) karena penduduknya mayoritas Islam. Juga bukan negara sekuler, karena pancasila dan undang-
undang memberikan tempat bagi agama-agama. Menurutnya, pancasila adalah jalan tengah di mana
ada tempat khusus bagi agama. Dalam ungkapan ini dapat dipahami bahwa Indonesia adalah negara
berdasarkan pancasila.

Ungkapan yang sama juga disampaikan oleh Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa Indonesia
adalah Negara pancasila. Bukan Negara agama maupun Negara sekuler. Agama mendapatkan tempat
khusus bagi agama, karena memang agama berperan penting dalam menjaga kepentingan-kepentingan
bangsa. Sampai di sini maka terang sudah bahwa agama mesti menjadikan pancasila sebagai ideologi
agama dalam hidup bernegara (Umar, 2014, hal. 261).

Kasus makar melawan sistem Negara bangsa adalah bergesernya pancasila sebagai ideologi agama
dalam bernegara. Kemungkinan besar sudah ada penumpang gelap dalam bahtera kebangsaan kita,
sehinga coba merongrong kebhinekaan bahkan mengganti pancasila. Dengan demikian maka penting
sekali menguatkan pancasila sebagai basis kehidupan harmoni umat agama-agama di Indonesia.

Akhir-akhir ini sentiment agama dan politik sedang hangat diperbincangkan. Bahkan ada aksi bela
agama yang banyak dikhawatirkan berindikasi makar dan berusaha melawan negara. kekhawatiran ini
wajar terutama untuk menjaga stabilitas kehidupan berbangsa. Sudah tepat sikap pemerintah
menguatkan kembali pancasila dan kebhinekaan di tengah gelombang radikalisme agama.

Penguatan pancasila sebagai ideologi agama menjadi benteng kedaulatan bangsa. aksi teror dan
sejenisnya merupakan penyakit demokrasi yang perlu ditindak tegas. Apalagi radikalisme agama yang
berujung pada sikap makar. Maka mentalitas pancasila diperlukan dalam menjaga kekuatan kebangsaan
linta sosial dan budaya. Semua elemen bangsa harus memahami betul kewajibannya sebagai warga
negara dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Munculnya konflik internal agama, bahkan eksternal hingga menganggu stabilitas kehidupan berbangsa
adalah karena lemah dan rapuhnya pancasila. Untuk menjaga harmoni hidup berbangsa, pancasila harus
ditegaskan sebagai ideologi agama dalam kehidupan bernegara. Sehingga tidak akan ada kecurigaan
sikap saling cemburu antar pelbagai kepentingan. Karena tujuan semua elemen kehidupan berbangsa
adalah untuk mewujudkan keadilan sosial yang merata.

2. (TIDA TAU)
3. pluralitas agama di indonesia
Pluralisme Agama dalam Masyarakat Masyarakat Indonesia sudah ditakdirkan hidup dalam keragaman
dan perbedaan, dan yang paling sensitif adalah pluralisme agama yang menyiratkan makna mengakui
adanya kemajemukan, keragaman dan perbedaan, baik berskala prinsipil maupun tidak, dalam
menjalankan ajaran keyakinan agama yang dianut oleh masing-masing pemeluknya. Konsekuensinya
adalah menuntut tumbuhnya kewajiban untuk menerima dan mengakui sekaligus menghormati antar
pemeluk agama, sehingga sikap keagamaan yang perlu dibangun dalam menjalani pluralitas agama
adalah prinsip kebebasan dalam memeluk suatu agama serta kebebasan dalam menajalankan ajarannya.

Pluralitas merupakan kondisi nyata kehidupan manusia dan keberadaannya tidak bisa dipungkiri. Agar
terwujudnya suasana harmonis dan damai dalam perbedaan, adanya pemahaman dan kesadaran
pluralisme agama adalah suatu keharusan.

Adapun hal-hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme agama di masyarakat
adalah:

1. Sosialisasi kesadaran pluralisme agama harus ditebarkan pada berbagai elemen yang ada di
masyarakat. Karena persoalan kurangnya kesadaran pluralisme agama bisa terdapat pada siapa saja,
maka tidak salah ketika masyarakat umum mudah terprovokasi isu-isu yang bernuansa primordialisme.

2. Melakukan penguatan kesadaran pluralisme agama tidak hanya dalam bentuk formal yang
dilembagakan seperti atas nama lembaga kajian, forum dialog dan semacamnya, karena akan
menyebabkan tidak longgar bahkan terbatas dalam ruang-ruang tertutup. Tapi perlu membumi yang
bersifat longgar dan dapat berakses ke mana saja.

3. Membuat tema dan program pluralisme agama yang akrab dengan kehidupan masyarakat dimana
kita tinggal jangan bersifat melangit seperti seminar, diskusi yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas,
masyarakat luas tidak ikut mengakses

4.hubungan antar agama

Kesimpulan: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Antar-Agama

Berbicara mengenai kerukunan umat beragama memang merupakan suatu persoalan yang bersifat
kompleks. Hal ini dikarenakan persoalan-persoalan yang ada tidak hanya melibatkan satu dimensi saja
melainkan lebih. Tentu saja timbulnya berbagai dimensi atau faktor yang mempengaruhi hubungan
antar-agama disebabkan karena agama tidak saja berurusan dengan dirinya sendiri tetapi juga berkaitan
atau berurusan dengan “kawan bermainnya”. Hal ini yang dikatakan oleh Abdurrahman bahwa
persoalan agama selain terkait dengan faham atau keyakinan para pemeluknya tentang kebenaran
mutlak “doktrin agama” masing-masing sebagai bagian terdalam dari manusia, tetapi juga terkait
dengan faktor-faktor sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.35 Hal yang senada juga
ditegaskan oleh Titaley bahwa agama bukan saja suatu lembaga yang berhubungan dengan “Yang
Mutlak” saja, tetapi juga adalah lembaga sosial. Dia (agama) adalah bagian dari kebudayaan karena dia
dihidupi dalam kehidupan manusia sehari-hari, sama seperti kehidupan lainnya.36 Berdasarkan contoh-
contoh perjumpaan antar umat beragama beserta peluang dan kendala kerukunan dari para ahli di atas,
teridentifikasi ada beberapa dimensi atau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antar-
agama, khususnya agama Kristen dan Islam, baik itu faktor internal (agama) ataupun faktor eksternal
(non-agama). Berikut ini adalah faktor-faktor tersebut:

1. Faktor Agama Faktor

agama memiliki peran yang kuat dalam menentukan pola hubungan atau relasi antar agama. Peran
faktor agama biasanya yang berkaitan dengan hubungan antar agama adalah ajaran agama,
pemahaman umat terhadap ajaran, penyebaran agama, pendirian rumah ibadah dan sikap.

2. Faktor Politik

Faktor politik ini biasanya terjadi perihal kekuasaan mengenai siapakah yang dapat memberikan
pengaruh dalam pemerintahan. Walaupun terkadang bukan persoalan agama tapi biasanya situasi-
situasi politik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi relasi kedua agama.Misalnya saja kita
berkaca dari kasus di Poso pada tahun 1998, saat itu situasi politik (pemilihan bupati) memberikan
pengaruh bagi hubungan kedua agama.

3. Faktor Keadaan Sosial Faktor ini berkaitan dengan adanya kesamaan pergumulan keadaan sosial yang
dialami secara bersama, misalnya kemiskinan, ketidakadilan ataupun pergumulan-pergumulan sosial
lainnya. Dari kesamaan pergumulan inilah yang memungkinkan terciptanya suatu hubungan antar
agama.

4. Faktor Kebudayaan Kebudayaan sendiri merupakan salah satu nilai atau dasar hakiki bagi masyarakat
yang menganutnya. Di dalam kebudayaan kita dapat menemukan begitu banyak nilai-nilai serta falsafah-
falsafah hidup yang sampai saat ini masih dipertahankan dan dipegang oleh masyarakat, terutama
masyarakat tradisional. Nilai-nilai itu sendiri mengatur gaya hidup masyarakat tersebut. Aritonang
menyebutnya sebagai ikatan kultural sosial yang sama.38 Contohnya seperti yang juga sudah disebutkan
yakni adat Pela di Maluku, Mapulus di Minahasa, Rumah Betang di kalangan suku Dayak di Kalimantan
Tengah.

5. Faktor Keluarga atau Kekerabatan Di dalam budaya Indonesia, nilai kekeluargaan memang sangat
dijunjung tinggi, apalagi jika memiliki ikatan darah. Sehingga hal ini pun memungkin memiliki pengaruh
bagi relasi antar-agama. Berkaitan dengan faktor ini, ada banyak sekali kehidupan keluarga atau kerabat
di Indonesia menunjukan adanya pluralisme agama dalam keluarga, yakni dalam satu keluarga biasanya
terdapat beberapa anggota keluarga yang memiliki agama yang berbeda. mental dari umat sendiri.

5.( tidak tau )

6. ( tidak tau )

7. ( tidak tau )

8. dinamika sila ketuhanan yang maha esa dalam kehidupan kebangsaan.

PEMBAHASAN

1. Pancasila dan Nilai-nilai Kebangsaan Pancasila adalah perumusan silang politik dan kebudayaan.
Pancasila merepresentasikan nilai-nilai perjuangan keindonesiaan. Sebagai ideologi bangsa pancasila
menjadi titik kunci dalam menguraikan segala bentuk kerumitan kebangsaan. Pancasila mesti melandasi
setiap sendi dan elemen kehidupan berbangsa, sebagai jiwa sekaligus raga, ia nafas dan nyawa bagi
kebangsaan.

Kelima sila dalam pancasila adalah proses kehidupan berbangsa. Pada setiap sila terdapat untaian
rangkaian nilai-nilai kebangsaan sekaligus kebudayaan. Para leluhur bangsa menjadikan pancasila
sebagai kunci bagi kemajemukan budaya, suku, dan juga agama.Sebagai sebuah ideologi pancasila
pantas dibanggakan karena mewakili seluruh konsepsi kebangsaan sebagai cita-cita mulia.

Bahkan pancasila merupakan sistem kebudayaan. Artinya, pancasila mestinya menjadi bagian dari laku
budaya setiap kehidupan berbangsa. Melalui hasil cipta karsa manusia terepresentasikan dalam pelbagai
kehidupan, baik budaya, politik, dan agama, pancasila mesti menjadi kegiatan kebudayaan.

Adapun nilai-nilai kebangsaan secara gamblang terdapat dalam lima sila pancasila. Pada konsep ini,
berfokus pada sila pertama yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pada sila ini bahwa Indonesia adalah
negara berketuhanan. Indonesia tidak dipimpin oleh satu agama atau golongan tertentu. Indonesia
adalah representasi nilai dari keragaman agama. Melalui sila pertama ini menegaskan bahwa keragaman
agama adalah kekuatan kebangsaan. Toleransi merupakan urat-urat penting dalam membangun
kebangsaan yang adidaya.

Nilai dari sila pertama adalah perwujudan penghargaan kepada agama-agama. Tidak ada agama satupun
yang menjadi hukum ataupun ideologi Negara. Semua agama telah membuat kesepakatan budaya dan
politik bahwa pancasila adalah satusatunya ideologi negara. Dengan begitu Indonesia bukanlah negara
agama namun negara pancasila.

Agama dan negara tidak bisa dikatakan sekuler di Indonesia, karena negara dan agama adalah kesatuan
nilai kebangsaan. Tidak pula menjadikan agama tertentu sebagai prinsip kebangsaan. Namun semua
agama membangun sebuah dialog kebangsaan yang tertuang dalam pancasila. Sebagaimana sila
pertama yang mendasarkan akar-akar berketuhanan sebagai prinsip paling dasar kehidupan berbangsa.
Dengan demikian maka Indonesia adalah “negara beragama”, bukan negara agama.

Anda mungkin juga menyukai