Anda di halaman 1dari 11

-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441

eISSN 2477-345X

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERILAKU


PEMBERIAN MP-ASI YANG TEPAT PADA BAYI USIA 6-12 BULAN
DI DESA SEKARWANGI KABUPATEN SUMEDANG

Flora Honey Darmawan1*, Eva Nur Maya Sinta2


1,2
Prodi Kebidanan (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani, Jl. Terusan Jenderal Sudirman, Cimahi 40533, Indonesia

ABSTRAK

Kurang gizi pada bayi bukan semata-mata disebabkan oleh kekurangan pangan. Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab
yaitu pemberian MP-ASI yang tidak adekuat dan penyapihan yang terlalu cepat. Masalah pemberian MP-ASI yang tidak
tepat juga terjadi di Desa Sekarwangi, dimana ada ibu yang memberikan MP-ASI pada anak 6-12 bulan hanya dengan
makanan seadanya saja tanpa memperhitungkan variasi yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Sekarwangi
Kabupaten Sumedang tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan Cross-Sectional. Dengan
teknik total sampling, sampel penelitian sebanyak 48 responden. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner yang
selanjutnya dianalisis secara univariat dan bivariat dengan mengunakan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masih ada sebagian responden yaitu 37,5% yang belum mengetahui tentang MP-ASI, 35,4% bersikap negatif terhadap MP-
ASI, dan 43,8% yang memberikan MP-ASI pada bayinya tidak tepat. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa pengetahuan
(p=0,000) dan sikap (p=0,013) secara signifikan berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi. Simpulannya bahwa ada
hubungan pengetahuan dan sikap dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Sekarwangi. Oleh karena itu,
disarankan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan pemahamannya tentang prinsip-prinsip penyuluhan kepada
masyarakat sehingga mampu memberikan berbagai penyuluhan yang bersifat persuasif dan motivatif tentang pentingnya
pemberian MP-ASI yang baik dan benar.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, MP-ASI

ABSTRACT

Undernourished on babies is not solely caused by food shortage. Other several factors that become causes are the inadequate
provision of breastmilk substitute and the weaning that is too soon. The problems of inappropriate provision of breastmilk
substitute also occur in Desa Sekarwangi, where there is mothers who gave breastmilk substitute on babies of age 6 to 12
months only by food as it is without calculating the variation given. This research aimed to know the correlation of mother¶s
knowledge and attitude with the appropriate provision of breastmilk substitute on babies of age 6 to 12 months in Desa
Sekarwangi, Sumedang District at 2014. This research was a survey research with Cross-Sectional approach. By non
probability random sampling technique, research samples were 48 respondents. Data collected through the distribution of
questionnaire that further analyzed by univariate and bivariate using Chi Square. Research result showed that there is part of
respondents that were 37.5% who did not know yet about breastmilk substitute, 35.4% who had negative attitude on
breastmilk substitute, and 43.8% who give breastmilk substitute inappropriately on their babies. Statistics analysis result
known that knowledge (p=0.000) and attitude (p=0.013) significantly correlated with the provision of breastmilk substitute
on babies. The conclusion that there is a correlation of knowledge and attitude with the provision of breastmilk substitute on
babies of age 6 to 12 months in Desa Sekarwangi. Therefore, it is suggested for health officers in order to increase more their
comprehension about counseling principals for public which is naturally persuasive and motivating about the importance of
well and appropriate provision of breastmilk substitute.
Key Words : Knowledge, Attitude, Breastmilk Substitute

www.jurnal.ibijabar.org 32
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

PENDAHULUAN tersebut didasari oleh banyak faktor terutama


dari faktor perilaku ibu sendiri.
Masa bayi merupakan kelompok Periode pemberian MP-ASI pada bayi
masyarakat rawan gizi dimana prevalensi tergantung sepenuhnya pada perawatan dan
tertinggi ditemukan pada kelompok tersebut. pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) itu, pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan
Kementerian Kesehatan 2013 menunjukkan karena pengetahuan tentang MP ASI dan sikap
kecenderungan prevelensi anak balita pendek yang baik terhadap pemberian MP-ASI akan
37,2%. Angka ini meningkat dibanding angka menyebabkan seorang ibu mampu menyusun
kasus berdasarkan Riskedas 2007 dan 2010 menu yang baik untuk dikonsumsi oleh
yang masing-masing sebesar 36,8% dan bayinya. Semakin baik pengetahuan gizi ibu
35,6%. Demikian juga dengan kasus gizi maka ia akan semakin memperhitungkan jenis
kurang atau underweight, berturut-turut pada dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk
tahun 2007 sebesar 18,4%, 2010 sebesar dikonsumsi oleh bayinya. Pada keluarga
17,9% dan 2013 meningkat sebesar 19,6% dengan pengetahuan tentang MP-ASI yang
(Kemenkes RI, 2013). rendah seringkali anaknya harus puas dengan
Kurang gizi pada bayi bukan semata- makanan seadanya yang tidak memenuhi
mata disebabkan oleh kekurangan pangan. kebutuhan gizi anak balita karena
Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab ketidaktahuan ibunya (Bahri, 2011).
yaitu pemberian MP-ASI yang tidak adekuat Pemberian MP-ASI pada periode usia
dan penyapihan yang terlalu cepat. Hasil 6-12 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup,
penelitian melaporkan bahwa keadaan kurang baik kualitas maupun kuantitasnya. Masalah
gizi pada bayi dan anak disebabkan karena pemberian MP-ASI yang tidak tepat juga
kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat terjadi di desa Sekarwangi Kabupaten
dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan Sumedang. Dari hasil studi pendahuluan
cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga didapatkan semua ibu yang memberikan MP-
berpengaruh terhadap sikap ibu dalam ASI pada anak 6-12 bulan hanya dengan
pemberian MP-ASI (Devriana, 2015). Selain makanan seadanya saja tanpa
itu, menurut Arisman (2010) bahwa memperhitungkan variasi MP-ASI yang
memburuknya keadaan gizi anak dapat juga diberikan. Selain itu, dalam sehari frekuensi
terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata pemberian MP-ASI masih kurang sehingga
cara memberikan MP-ASI yang tepat pada dapat berakibat kebutuhan gizi anak tidak
anaknya dan kurangnya pengetahuan ibu terpenuhi. Namun, ada juga ibu yang
tentang cara memelihara gizi dan mengatur memberikan MP-ASI terlalu banyak, tetapi
makanan anaknya. MP-ASI yang diberikan tersebut tidak
Pemberian MP-ASI akan memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Disamping
berkontribusi pada perkembangan optimal itu, ada anak berusia 9 bulan sudah diberikan
seorang anak bila dilakukan secara tepat. makanan orang dewasa oleh ibunya.
Sebagai panduan pemberian MP-ASI
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) METODOLOGI PENELITIAN
mensyaratkan empat hal berikut diantaranya
ketepatan waktu, adekuat (mencukupi), bersih Rancangan penelitian yang digunakan
dan aman (Almatsier, 2009). Oleh karena itu, adalah cross-sectional dengan metode analitik
peranan seorang ibu dalam keluarga adalah korelasi (Nugraheni & Mauliku, 2011).
sangat penting dalam melaksanakan Adapun yang menjadi variabel dalam
pemberian MP-ASI. Penanganan yang baik penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap
yang dilakukan oleh ibu dalam pemberian MP- ibu tentang pemberian MP-ASI sebagai
ASI kepada bayinya berpotensi untuk variabel bebas, perilaku pemberian MP-ASI
mencapai bayi yang sehat baik dalam yang tepat pada bayi usia 6-12 bulan sebagai
pertumbuhan dan perkembangannya. Namun variabel terikat.
dalam kenyataannya masih banyak terjadi Populasi dalam penelitian ini adalah
masalah pemberian MP-ASI pada bayi dan hal seluruh sasaran ibu yang memiliki bayi usia 6-
12 bulan di wilayah Desa Sekarwangi

www.jurnal.ibijabar.org 33
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan


Berdasarkan hasil penjaringan yang dilakukan Responden tentang MP-ASI
peneliti bersama kader setempat bahwa data Kategori Jumlah Persentase
Pengetahuan (f) (%)
sasaran ibu yang memiliki bayi usia 6-12
Baik 20 41,7
bulan di seluruh Desa Sekarwangi periode Juli Cukup 10 20,8
2014 adalah sebanyak 48 orang. Pengambilan Kurang 18 37,5
sampel dilakukan dengan teknik total Total 48 100
sampling yaitu semua populasi dijadikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sampel. sebagian responden (41,7%) yang
Sumber data dalam penelitian ini berpengetahuan baik tentang tentang MP-ASI.
adalah data primer yang digunakan untuk Hal ini menjelaskan bahwa secara relatif
mengetahui: pengetahuan, sikap, dan perilaku masih ada sebagian ibu yang memiliki bayi
pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan usia 6-12 bulan di Desa Sekarwangi yang
yang diperoleh melalui instrumen penelitian belum mengetahui sepenuhnya tentang MP-
yang dibuat oleh peneliti. ASI.
Pengumpulan data dilakukan secara Masih adanya responden yang kurang
perorangan yaitu dengan cara mendatangi atau belum mengetahui sepenuhnya tentang
langsung ke tempat responden (door to door) MP-ASI hal ini dapat disebabkan oleh
dalam hal ini seluruh ibu yang memiliki bayi beberapa hal, salah satunya adalah pendidikan
usia 6-12 bulan. Pada prosesnya, pengumpulan dimana dalam hasil penelitian diketahui bahwa
data dibantu oleh Bidan Desa dan kader lebih dari setengahnya responden
Posyandu di masing-masing RW yang berpendidikan rendah, yaitu lulusan SD dan
sebelumnya telah diberikan penjelasan SLTP. Sesuai dengan pernyataan
mengenai tujuan penelitian. Penelitian ini Notoadmodjo (2012) bahwa tingkat
dilaksanakan di Desa Sekarwangi pada bulan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
Agustus 2014. pendidikan, motivasi, lingkungan dan sosial
Analisis data yang digunakan dalam ekonomi. Sekolah/pendidikan berpengaruh
penelitian ini terdiri dari dua tahapan analisis terhadap perkembangan pribadi individu dan
sebagai berikut: mempertinggi taraf intelegensi individu.
a. Analisis Univariat Responden yang berpengetahuan baik
Analisis univariat atau deskriptif yaitu tentang MP-ASI, hal ini dapat dipengaruhi
analisis yang bertujuan untuk oleh beberapa hal seperti pendidikan yang
mendapatkan gambaran distribusi tinggi dimana mereka sebagian besar berlatar
frekuensi dan proporsi dari masing-masing pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Selain
variabel yang diteliti sehingga diperoleh itu, faktor lingkungan dan pengalaman
hasil analisis untuk masing-masing responden dapat memberikan suatu
variabel yang diteliti dalam bentuk tabel pembelajaran sehingga meningkatkan
univariat (Notoatmodjo, 2010). pengetahuan, dimana sebagian besar dari
b. Analisis bivariat adalah analisis untuk mereka telah berpengalaman dalam hal
membuktikan adanya hubungan yang mengasuh dan mengurus anak karena pada
bermakna antara variabel bebas dengan saat dilakukan penelitian anak yang mereka
variabel terikat. Analisis atatistik yang miliki adalah merupakan anak kedua dan
digunakan adalah analisis statistik Chi ketiga, dan bahkan ada anak yang keempat
Square (x2) karena skala ukur bersifat sehingga berdasarkan hal tersebut
ordinal dan data berdistribusi tidak normal kemungkinan mereka memiliki pengalaman
(Sugiyono, 2011). bagaimana cara memberikan MP-ASI yang
baik dan tepat dan berbagai jenis MP-ASI
yang cocok dan sesuai bagi anaknya.
Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN lingkungan berpengaruh terhadap proses
masuknya pengetahuan ke dalam individu
1. Gambaran Pengetahuan Responden yang berada dalam lingkungan tersebut.
tentang MP-ASI Sedangkan pengalaman di masa lalu akan

www.jurnal.ibijabar.org 34
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

memberikan suatu pengetahuan dan bulan), maka ibu harus mempunyai


keterampilan/kemampuan profesional serta pengetahuan yang baik mengenai MP-ASI
pembelajaran dalam mengambil suatu karena seperti yang dikemukakan oleh
keputusan dalam berperilaku. Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari merupakan domain yang sangat penting untuk
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. diperlukan sebagai dorongan psikologis dalam
Ahli filsafat, Bakhtiar (2012) mengatakan menumbuhkan kepercayaan diri maupun
bahwa pengetahuan dibagi menjadi tiga dorongan sikap dan perilaku setiap hari,
macam, yaitu tahu bahwa, tahu bagaimana, sehingga pengetahuan merupakan stimulus
dan tahu akan. ´Tahu bahwa´ adalah terhadap tindakan seseorang. Hal tersebut
pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu sesuai antara hasil yang ditemukan di lapangan
bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau dengan teori yang telah dikemukakan.
itu memang demikian adanya, bahwa apa yang
dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan 2. Gambaran Sikap Responden terhadap
ini disebut juga pengetahuan teoritis, Pemberian MP-ASI
pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Responden
tingkat yang tidak begitu mendalam. terhadap Pemberian MP-ASI
Sedangkan ´tahu bagaimana´ adalah
menyangkut bagaimana seseorang melakukan Kategori Jumlah Persentase
sesuatu. Pengetahuan ini berkaitan dengan Sikap (f) (%)
keterampilan atau lebih tepat keahlian dan Positif 31 64,6
Negatif 17 35,4
kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu. Total 48 100
´tahu akan´ adalah jenis pengetahuan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan
sebagian besar responden (64,6%) responden
sesuatu atau seseorang melalui pengalaman bersikap positif terhadap pemberian MP-ASI.
atau pengenalan pribadi. Berkaitan dengan Hal ini menjelaskan bahwa ibu yang memiliki
penelitian bahwa sebagian besar responden
bayi usia >6-12 bulan di Desa Sekarwangi
belum sepenuhnya mengetahui dan memahami bersikap positif atau mendukung terhadap
dengan baik, hal tersebut mengindikasikan
pemberian MP-ASI yang tepat atau tidak
bahwa pengetahuan yang dimiliki subjek memberikan MP-ASI pada usia dini.
tentang MP-ASI belum memenuhi ketiga Sikap seseorang berarti perasaan
macam pengetahuan tersebut di atas.
mendukung atau memihak (favorable) maupun
Pada tingkat ´tahu bahwa´, dalam hal perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
ini responden belum tahu atau paham bahwa
(unfavorable) pada objek tertentu, dan sikap
pemberian MP-ASI pada usia dini dapat merupakan kecenderungan potensial untuk
menyebabkan berbagai risiko pada bayi. Pada bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
tingkat ³tahu bagaimana´, dalam hal ini
diharapkan pada stimulus yang menghendaki
responden belum tahu bagaimana cara adanya respon. Pengertian sikap dalam
memberikan MP-ASI yang baik dan benar
penelitian ini adalah sikap responden terhadap
pada bayinya serta bagaimana cara atau pola pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi.
pemberian MP-ASI yang tepat sesuai dengan Menurut Azwar (2011) bahwa sikap
usia bayi benar serta teknik menyusui yang
terdiri atas tiga komponen yang saling
baik dan benar, namun ruang lingkup dalam menunjang yaitu: 1) komponen kognitif, yang
penelitian tidak membahas mengenai hal
berisi kepercayaan seseorang mengenai apa
tersebut. Sedangkan pada tingkat ³tahu akan´, yang berlaku atau yang benar bagi obyek.
dalam hal ini responden belum mengetahui
Sikap kepercayaan datang dari apa yang telah
akan pentingnya pengetahuan tentang MP-ASI
diIihat atau apa yang telah diketahui. Misalnya
sebagai pedoman dalam pemberian MP-ASI seorang ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan
yang tepat kepada bayinya,
mempunyai kepercayaan bahwa memberikan
Berdasarkan hal tersebut maka untuk MP-ASI pada bayi harus sesuai dengan usia
mengurangi angka atau cakupan pemberian
bayi. 2) komponen afektif, yang menyangkut
MP-ASI yang tidak tepat (bayi sebelum usia 6 masalah emosional subyektif seseorang

www.jurnal.ibijabar.org 35
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

terhadap suatu obyek sikap. Secara umum pernyataan Sirait (2014) bahwa makanan yang
komponen ini disamakan dengan perasaan tepat untuk bayi usia 6-7 bulan adalah
yang dimiliki terhadap sesuatu. Misalnya makanan lumat halus, yaitu makanan yang
seorang ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan dihancurkan dari tepung dan tampak homogen
mempunyai sikap positif terhadap risiko dari (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur
pemberian MP-ASI pada usia dini, akan sumsum, biskuit ditambah air panas, pepaya
menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi saring, pisang saring.
seperti diare; dan 3) komponen konatif, dalam Menurut Prabantini (2010),
struktur sikap menunjukkan bagaimana pengenalan MP-ASI pada bayi 6 bulan
perilaku atau kecenderungan berperilaku yang hendaknya dilakukan sedikit demi sedikit
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan dengan cara yang menyenangkan agar bayi
obyek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini dapat beradaptasi dengan baik. Pemberian
didasarkan oleh asumsi bahwa kepercayaan MP-ASI yang tepat dengan gizi yang
dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. seimbang sangat mempengaruhi tumbuh
Misalnya seorang ibu yang mempunyai bayi 6- kembang bayi dan pola makannya ketika
12 bulan mempunyai sikap positif terhadap sudah besar. Oleh karena itu, jika makanan
pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi maka padat diberikan sebelum sistem pencernaan
akan berupaya untuk memberikannya pada bayi siap untuk menerimanya dapat
waktu dan dengan jenis makanan yang tepat mengakibatkan makanan tersebut tidak dapat
sesuai usia bayi. dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan
gangguan pencernaan timbulnya gas,
3. Gambaran Perilaku Responden dalam konstipasi, dan sebagainya.
Pemberian MP-ASI Perilaku pemberian MP-ASI yang
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perilaku
tidak tepat (diberikan pada usia dini) lebih
Responden dalam Pemberian MP-ASI banyak disebabkan oleh pengaruh orang
Perilaku terdekat (ibu, mertua, kakak) atau karena
Jumlah Persentase
Pemberian kebiasaan yang terjadi di masyarakat
(f) (%)
MP-ASI sekitarnya, dan kebiasaan ini sudah menjadi
Tepat 27 56,2 suatu budaya, bahkan menurut informan
Tidak tepat 21 43,8
Total 48 100
kebiasaan sebagian orang Sumedang, 3-4 hari
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 48 setelah bayi lahir diberi pisang sanggar (pisang
responden, sebagian responden yaitu sebanyak kepok) yang disisir atau dikerok dengan
27 orang (56,2%) memberikan MP-ASI yang sendok. Hal ini sesuai dengan pendapat
tepat pada bayinya. Hal ini menjelaskan bahwa Prabantini (2010), yaitu orang tua juga
ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di mungkin memberikan nasehat yang berbeda,
Desa Sekarwangi masih ada yang memberikan terlebih jika bayi dinilai terlalu kurus. Tidak
MP-ASI pada bayinya dengan tidak tepat, jarang orang tua mendesak agar bayi diberi
dimana MP-ASI diberikan pada bayi pada usia pisang saat umurnya masih tiga bulan.
sebelum 6 bulan. Berkaitan dengan pemberian MP-ASI,
Data tersebut di atas menunjukkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahwa praktik pemberian MP-ASI di Desa pemberian makanan bayi di Indonesia masih
Sekarwangi perlu diperbaiki melalui peran banyak yang belum sesuai dengan umurnya,
aktif masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga terutama di daerah pedesaan, dimana
kesehatan. Masyarakat yang menjadi pelaku umumnya masyarakat pedesaan di Indonesia
utama dalam pemberian MP-ASI secara terus memberikan pisang (57,3%) kepada bayinya
menerus perlu diberi pemahaman tentang sebelum usia 4 bulan (Litbangkes, 2013).
makna pemberian MP-ASI >6 bulan bagi Perilaku pemberian MP-ASI pada
kesehatan bayi dan peningkatan kualitas sebagian orang di Desa Sekarwangi secara
sumber daya manusia. khusus masih belum banyak dibahas.
Beberapa alasan ibu dalam pemberian Berdasarkan temuan di lapangan, bayi di
makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan dapat sebagian daerah di Sumedang ketika lahir
membantu mengurangi rasa lapar dan tidak langsung diolesi madu pada langit-langit
akan menangis. Hal ini sesuai dengan rahangnya dan bayi diberi makan sebelum usia

www.jurnal.ibijabar.org 36
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

enam bulan dengan alasan bayi rewel karena bayinya dengan tepat, responden yang
lapar dan lain sebagainya. Astuti (2010) berpengetahuan cukup sebagian besar
dalam penelitiannya diketahui bahwa budaya responden (60%) memberikan MP-ASI pada
di dalam masyarakat Jawa yang memiliki bayinya dengan tepat, sedangkan responden
kebiasaan memberikan makanan sejak bayi yang berpengetahuan kurang hampir seluruh
dengan alasan ASI tidak cukup memenuhi responden (83,3%) memberikan MP-ASI pada
kebutuhan bayi. bayinya dengan tidak tepat.
Astuti (2010) juga menyatakan bahwa Sesuai dengan hasil penelitian Bahri
pemberian MP-ASI <6 bulan secara langsung (2011) yang melaporkan bahwa pengetahuan
menjadikan pemenuhan ASI Eksklusif pada berhubungan dengan tindakan ibu dalam
bayi tidak terlaksana. Ginting (2012) dalam pemberian MP-ASI (p<0,05). Kristianto dkk
penelitiannya melaporkan bahwa pemberian (2010) dalam penelitiannya yang melaporkan
makanan pendamping ASI dini dipengaruhi adanya hubungan yang bermakna antara
oleh karakteristik ibu, faktor internal, dan pengetahuan pola pemberian ASI. Penelitian
faktor eksternal dimana faktor eksternal yaitu lain juga mengatakan hal yang sama yaitu oleh
dukungan keluarga (76%). Hal yang Ida (2012) yang menyatakan bahwa ada
mempengaruhi pola pemberian MP-ASI hubungan yang bermakna antara pengetahuan
diantaranya yakni pengetahuan ibu tentang ibu dengan pemberian MP-ASI.
gizi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat Didukung oleh pernyataan
pendapatan keluarga, adat istiadat dan Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan
penyakit infeksi (Septiana, 2010). merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan
4. Hubungan Pengetahuan dengan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia 6-12 setelah melakukan penginderaan terhadap
Bulan suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
Tabel 4 Analisis Hubungan Pengetahuan
faktor yang sangat penting untuk terbentuknya
dengan Pemberian MP-ASI pada Bayi tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari
Usia 6-12 Bulan pemahaman yang tepat akan menimbulkan
Kategori Pemberian MP-ASI
Total Nilai pemahaman yang positif sehingga akhirnya
Tepat Tidak Tepat
Pengetahu
an
p tumbuh satu bentuk perilaku yang diharapkan.
n % n % N %
Baik 18 90 2 10 20 100
Terdapat beberapa hal yang tentunya
mempengaruhi tingkat pengetahuan responden
Cukup 6 60 4 40 10 100
0.000
tentang MP-ASI sehingga mampu
Kurang 3 16,7 15 83,3 18 100 memberikan MP-ASI yang tepat pada bayinya.
Jumlah 27 56,2 21 43,8 48 100
Selain faktor pendidikan yang tinggi,
Tabel 4 menunjukkan bahwa informasi dari mass media dan sosial budaya
responden yang berpengetahuan baik hampir juga berkontribusi terhadap peningkatan
seluruhnya (90%) memberikan MP-ASI pada pengetahuan responden, dimana adanya
bayinya dengan tepat. informasi baru mengenai sesuatu hal
Hasil analisis statistik dengan Chi² memberikan landasan kognitif baru bagi
Square diperoleh nilai p=0.000 yang terbentuknya pengetahuan terhadap hal
menjelaskan bahwa ada perbedaan proporsi tersebut, dan dengan adanya kebiasaan dan
antara responden yang berpengetahuan baik, tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
cukup, dan kurang dalam pemberian MP-ASI melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
pada bayinya, dan pada taraf signifikansi 95% atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
dengan alfa 0.05 maka secara statistik bertambah pengetahuannya walaupun tidak
Hipotesis Nol (H0) ditolak yang berarti ada melakukan. Seperti misalnya, masih ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan sebagian masyarakat yang lebih mempercayai
dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6- kebiasaan atau tradisi masyarakat bahwa bayi
12 bulan. tidak akan kenyang jika hanya diberi ASI saja
Hasil penelitian diketahui bahwa sehingga memberikan makanan tambahan
responden yang berpengetahuan baik hampir seperti pisang, bubur, biskuit, dan susu
seluruhnya (90%) memberikan MP-ASI pada formula, namun pada waktu yang tidak tepat

www.jurnal.ibijabar.org 37
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

atau pada waktu dini dimana usia bayi masih pada bayinya dengan tepat, sedangkan
kurang dari enam bulan (Pernanda, 2011). responden yang bersikap negatif sebagian
Selain itu, faktor lingkungan dan besar (70.6%) memberikan MP-ASI pada
pengalaman responden dapat memberikan bayinya dengan tidak tepat.
suatu pembelajaran sehingga meningkatkan Hasil analisis statistik dengan Chi²
pengetahuan. Notoatmodjo (2012) menyatakan Square diperoleh nilai p=0,013 yang
bahwa lingkungan berpengaruh terhadap menjelaskan bahwa ada perbedaan proporsi
proses masuknya pengetahuan ke dalam antara responden yang bersikap positif dengan
individu yang berada dalam lingkungan yang negatif dalam pemberian MP-ASI pada
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya bayi usia 6-12 bulan, dan pada taraf
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan signifikansi 95% dengan alfa 0.05 maka secara
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap statistik Hipotesis Nol (H0) ditolak yang
individu. Sedangkan pengalaman sebagai berarti ada hubungan yang signifikan antara
sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk sikap dengan pemberian MP-ASI pada bayi
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan usia 6-12 bulan. Hasil penelitian diketahui
cara mengulang kembali pengetahuan yang bahwa responden yang bersikap positif
diperoleh dalam memecahkan masalah yang sebagian besar responden (71%) memberikan
dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam MP-ASI pada bayinya dengan tepat,
bekerja yang dikembangkan memberikan sedangkan responden yang bersikap negatif
pengetahuan dan keterampilan professional sebagian besar (70.6%) memberikan MP-ASI
serta pengalaman belajar selama bekerja akan pada bayinya dengan tidak tepat.
dapat mengembangkan kemampuan Sesuai dengan hasil penelitian Bahri
mengambil keputusan yang merupakan (2011) yang melaporkan bahwa sikap
manifestasi dari keterpaduan menalar secara berhubungan dengan tindakan ibu dalam
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah pemberian MP-ASI (p<0,05). Menurut
nyata dalam bidang kerjanya. pendapat Sunaryo dalam Notoatmojo (2012),
Berdasarkan pernyataan tersebut, sikap adalah respon tertutup seseorang
maka dapat diasumsikan bahwa dengan terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang
pengetahuan yang baik tentang MP-ASI maka bersifat intern maupun ekstern sehingga
akan timbul suatu pemahaman mengenai cara manifestasinya tidak langsung dapat dilihat,
pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi dan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
selanjutnya akan timbul pula suatu respon dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
positif tentang pentingnya pemberian MP-ASI realitas menunjukkan adanya kesesuaian
yang tepat pada bayi sehingga timbul suatu respons terhadap stimulus tertentu.
tindakan dalam hal ini adalah memberikan Dari aspek sikap ibu, Kristianto dkk
MP-ASI setelah bayi berusia 6 bulan atau (2010) menjelaskan bahwa banyak ibu yang
lebih. beranggapan bahwa bayinya kelaparan dan
akan tidur nyenyak jika diberi makan
5. Hubungan Sikap dengan Pemberian meskipun tidak ada relevansinya. Banyak yang
MP-ASI pada Bayi Usia 6-12 Bulan beranggapan hal ini benar padahal karena
Tabel 5 Analisis Hubungan Sikap dengan belum sempurna sistem pencernaannya harus
Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia >6-12 bekerja lebih keras untuk mengolah makanan.
Bulan Bayi terlihat lebih kenyang apabila diberi susu
formula atau MP-ASI karena makanan
Pemberian MP-ASI
Kategori Tepat Tidak Tepat
Total Nilai tersebut sulit dicerna oleh bayi. ASI memang
p
Sikap
N % n % N % lebih mudah dicerna dan kapasitas lambung
Positif 22 71 9 29 31 100 bayi kecil sekali, sehingga bayi yang diberi
ASI eksklusif akan lebih sering menyusu
Negatif 5 29,4 12 70,6 17 100 0,013
daripada yang diberi susu formula atau MP-
Jumlah 27 56,2 21 43,8 48 100 ASI. Selanjutnya Prasetyono (2009)
Tabel 5 menunjukkan bahwa mengemukakan bahwa adanya anggapan dari
responden yang bersikap positif ternyata para ibu bahwa kandungan gizi ASI kurang
sebagian besar (71%) memberikan MP-ASI baik sehingga lebih memilih susu formula.

www.jurnal.ibijabar.org 38
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Kondisi nyata yang menjadi alasan ibu lebih dapat dilakukan melalui berbagai media
memilih susu formula dibanding ASI adalah seperti spanduk, leaflet, dan berbagai
karena banyak sekali bayi yang diberi susu penyuluhan yang diselenggarakan ke setiap
formula pertumbuhan fisiknya lebih pesat pos-pos pelayanan kesehatan, ataupun anjuran
daripada yang diberi ASI. kepada setiap Bidan Praktik Mandiri (BPM)
Dari uraian di atas maka dapat yang berada di wilayah Desa Sekarwangi
diasumsikan bahwa untuk meningkatkan untuk memberikan konseling kepada ibu yang
keberhasilan menyusui, maka ibu harus datang ke kliniknya terkait pemberian MP-
mempunyai sikap yang baik atau positif ASI.
terhadap pemberian MP-ASI yang tepat karena Kepada petugas kesehatan terutama
sikap sangat penting dalam terbentuknya Bidan Desa disarankan agar lebih
tindakan seseorang. Seperti yang dikemukakan meningkatkan pemahamannya tentang prinsip-
oleh Notoatmodjo (2012) bahwa sikap prinsip penyuluhan kepada masyarakat
merupakan reaksi atau respon seseorang yang sehingga mampu memberikan berbagai
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau penyuluhan yang bersifat persuasif dan
objek. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka motivatif tentang pentingnya pemberian MP-
dapat disimpulkan bahwa sikap yang positif ASI yang baik dan benar pada bayi sehingga
akan menimbulkan satu bentuk perilaku yang menumbuhkan suatu paradigma baru
diharapkan. Dengan sikap yang positif mengenai waktu yang tepat untuk memberikan
terhadap risiko dari pemberian MP-ASI terlalu MP-ASI kepada bayi yang selanjutnya
dini pada bayi maka akan timbul suatu diharapkan muncul motivasi dari ibu untuk
perilaku yang positif pula yaitu memberikan lebih mengutamakan pemberian ASI Eksklusif
MP-ASI yang tepat pada bayi yaitu pada usia sampai bayi berusia dua tahun.
di atas 6 bulan. Selain itu menurut peneltian
Utama (2011), pengetahuan ibu tentang gizi
dan sikap ibu tentang gizi secara bersama-
sama berhubungan dengan perilaku ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI pada
balita 6-24 bulan. DAFTAR PUSTAKA

Almastier. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.


Bandung (Edisi Revisi): Gramedia.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
pembahasan yang telah sebelumnya, maka
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010.
beberapa simpulanya adalah sebagai berikut:
Jakarta: Rineka Cipta.
1. Sebagian responden memiliki pengetahuan
yang baik tentang MP-ASI.
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan:
2. Sebagian besar responden memiliki sikap
Buku Ajar Ilmu Gizi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
positif terhadap pemberian MP-ASI yang
tepat.
Astuti. 2010. Determinan Pemberian ASI
3. Sebagian responden memberikan MP-ASI
Eksklusif pada Ibu Menyusui. Jurnal Penelitian
pada bayinya dengan tepat.
Kesehatan: Poltekkes Kemenkes Jakarta I.
4. Ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan pemberian MP-ASI
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia dan Teori
pada bayi.
Pengukurannya. Edisi Kedua. Jakarta: Pustaka
5. Ada hubungan yang signifikan antara
Pelajar.
sikap dengan pemberian MP-ASI pada
bayi.
Bahri. 2011. Hubungan Pengetahuan dan
Disarankan kepada Puskesmas yang
Sikap Ibu dengan Pemberian MP-ASI di
membina desa Sekarwangi agar lebih
Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan
meningkatkan promosi dan sosialisasi
Selayang. USU Repository. Medan.
mengenai cara pemberian MP-ASI yang baik
dan benar kepada ibu, dimana hal tersebut

www.jurnal.ibijabar.org 39
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Devriana. 2015. MP-ASI. Masalah Pemberian


Makanan Tambahan untuk Balita. Diakses Nugrahaeni dan Mauliku. 2011. Metodologi
dari www.ahligizi.info. Tgl. 11 Desember Penelitian Kesehatan. Cimahi: Stikes A. Yani
2015. Press.
Dinkes Jabar. 2010. Profil Kesehatan Jawa
Barat 2010. Bandung: Subdis Kesga Provinsi Pernanda. 2011. Faktor-faktor yang
Jawa Barat. Mempengaruhi Ibu dalam Pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini
Dinkes Kab. Sumedang. 2012. Profil pada Bayi 6-24 Bulan di Kelurahan Pematang
Kesehatan Kabupaten Sumedang Tahun 2012. Kandis Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi.
Sumedang. USU Repository. Medan.

Dirjen Bina Gizi & KIA. 2014. Modul Prabantini, D. 2010. A to Z Makanan
Pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi Pendamping ASI. Yogyakarta: Penerbit Andi.
dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
Prasetyono. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif
Ginting, D. 2012. Pengaruh Karakteristik, dan Manfaatnya. Cetakan Pertama.
Faktor Internal, dan Eksternal Ibu terhadap Yogyakarta : Diva Press.
Pemberian MP-ASI Dini pada BayiUsia<6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Barus Septiana, R. 2010. Hubungan antara
Jahe Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
Utara. Jurnal FK UNPAD Bandung. ASI) dengan Status Gizi balita Usia 6-24
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Ida. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan Gedingtengen Yogyakarta. Jurnal Kesehatan
dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan di Masyarakat. Volume 4 No. 2 tahun 2010.
Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota
Depok. Tesis. FKM UI, Jakarta. 2013. Sirait, AYN. Lubis, RM. Mutiara, E. 2014.
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Ibu
Irawati. 2009. The Miracles of Breastfeeding: dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Keyword. Pekan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun
2014. Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi dan
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Epidemiologi. Volume 1 No. 3 Tahun 2014.
Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk
Kesehatan. Jakarta: EGC.
Bakhtiar, A. 2012. Filsafat Ilmu. Raja
Grafindo Persada Press: Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kristianto, dkk. 2010. Faktor yang Kualitatif, R&D. Jakarta: Alfabeta.
Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Pemberian
Makanan Pendamping ASI pada Bayi Umur 6 Utama, MC. 2011. Hubungan dan Sikap Ibu
± 36 Bulan. Jurnal Penelitian: Volume 6, No. terhaddap Perilaku Pemberian Makanan
1, Juli 2013. STIKES RS. Baptis Kediri. Pendamping ASI pada Balita 6-24 Bulan. FK
Undip Semarang.
Litbangkes. 2013. Pusat Penelitian dan
Pengambangan Gizi dan Makanan. Jakarta.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2012. Pendidikan dan Perilaku


Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta.

www.jurnal.ibijabar.org 40
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

www.jurnal.ibijabar.org 41
-XUQDO %LGDQ ³Midwife Journal´ 9ROXPH 1R -XOL 2015 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

www.jurnal.ibijabar.org 42

Anda mungkin juga menyukai