Anda di halaman 1dari 13

BAGAIMANA BATUAN BEKU TERBENTUK ?

Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan
magma.igneous berasal dari kata ignis yang berarti yang berarti api atau pijar,karena magma
merupakan material silikat yang panas dan pijar yang terdapat di dalam bumi. Magma
merupakan material silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam bumi dengan
temperatur berkisar antara 600˚C samapai 1500˚C.
Magma disusun oleh bahan yang berupa gas (volatil) seperti H2O dan CO2,dan
bukan gas yang umumnya terdiri dari Si, O , Fe , Al , Ca , K , Mg ,Na , dan minor element
seperti V,Sr,Rb,dll.Magma terdapat dalam rongga di dalam bumi yang din sebut dapur
magma (magma chamber).Karena magma relatif lebih ringan dari batuan yang ada di
sekitarnya , maka magma akan bergerak naik ke atas.Gerakan dari magma ke atas ini
kadang-kadang di sertai oleh tekanan yang besar dari magma itu sendiri atau dari tekanan
disekitar dapur magma , yang menyebabkan terjadinya erupsi gunung api.Erupsi gunung
api ini kadang-kadang hanya menghasilkan lelehan lava atau disertai dengan letusan yang
hebat(eksplosif).
Lava merupakan magma yang telah mencapai permukaan bumi, dan mempunyai
komposisi yang sama dengan magma,hanya kandungan gasnya relatif lebih kecil.lava yang
membeku akan menghasilkan batuan beku luar(ekstrusif) atau batuan volkanik.Magma yang
tidak berhasil mencapai permukaan bumi dan membeku da dalam bumi akan membentuk
batuan beku dalam (intrusif) atau batuan beku plutonik.

Proses Kristalisasi Magma


Karena magama merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma
akan bergerak bebas tak beraturan.sebaliknya pada saat magma mengalami
pendinginan,pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun,dan ion-ion akan
mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur.proses ini di sebut kristalisasi.pada
proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan,ion-ion akan saling mengikat
satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak.ion-ion tersebut
akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yanmg teratur.pada umumnya
material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.

1
Kecepatann pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses
kristalisasi, terutama pada ukuraan kristal apabila pendinginan magma berlangsung denagan
lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan
menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknaya pada pendingan yang cepat , ion-ion
tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga akan
menbentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak
ada kesempatan bagi ion untuk menbentuk kristal, sehingga hasil pembekuan nya akan
menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral glass.
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan
saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian
tertrahedra-tetrahedra oksigen silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion
lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan
tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun
magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yamg sama.
Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tingi dari mineral lainya,
sehingga kadang-kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh
material yang masih cair.

2
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahal folatil juga mempengaruhi
proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka
kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut,
maka penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut diatas.
Kondisi linkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari
butiran mineral yang biasa disebut tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan
pada tekstur dan komposisi mineralnya.

Tekstur Batuan Beku


Tekstur pada batuan beku digunakan untuk menggambarkan kenampakan batuan
yang didasarkan pada ukuran (sifat) dan susunan kristal-kristal penyusun batuan
beku.tekstur merupakan ciri yang sangat penting,karena tekstur dapat menggambarkan
kondisi proses pembentukan batuan beku.kenampakan ini memungkin ahli geologi untuk
mengetahui kejadian batuan beku di lapangan.
Tekstur terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah tingkat
kecepatan pembekuan magma. Pembekuan magam yang lambat akan menghasilkan
butir- butir kristal yang besar.proses ini terjadi pada magma yang terdapat jauh di bawah
permukaan bumi atau material yang di semburkan oleh gunung api pada saat
erupsinya,akan mengalami pembekuan yang sangat cepat.
Batuan beku yang terbentuk pada atau dekat dengan permukaan bumi akan
menunjukkan tekstur yang berbutir halus yang disebut afanitik.butiran mineral pada batuan
beku afanitik sangat kecil,sehingga sangat sulit dibedakan janis mineralnya dengan mata
biasa.meskipun jenis mineralnya sulit di tentukan karena ukurannya yang sangat
halus,tetapi batuan ini dapat dicirikan oleh warnanya yang sangat terang,menengah atau
gelap.batuan beku afanitik yang berwarna terang terutama di susun oleh mineral non
ferromagnesian silicate.sedang batuan beku afanitik yang berwarna gelap di susun oleh
mineral-mineral feromagnesian silikat.
Kenampakan yang umum pada batuan beku afanitik adalah adanya lubang-lubang
bekas keluarnya gas yang bentuknya membundar atau memanjang yang di sebut
vesikuler,dan umumnya terdapat pada bagian luar dari aliran lava.
Batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan akan menghasilkan tekstur
butiran yang kasar,yang disebut feneritik.tekstur ini menunjukan butiran yang kasar dan

3
relatif sama besar,serta mineral-mineralnya dapat dibedakan dengan mata biasa tanpa
bantuan alat pembesar.batuan beku feneritik ini karena terbentuk jauh di bawah
permukaan,maka batuan ini ini akan muncul kepermukaan setelah batuan yang
menutupinya mengalami proses erosi.
Massa magma yang besar yang terletak jauh di kedalaman bumi,membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk proses pembekuannya,puluhan ribu tahun atau bahkan
jutaan tahun.karena semua mineral dalam semua mineral dalam magma tidak mengkristal
pada waktu yang bersamaan,maka akan memungkinkan untuk beberapa mineral
membentuk kristal-kristal yang cukup besar.jika magma yang mengandung beberapa
kristal besar mengalami perubahan kondisi lingkungannya,maka sisa dari magma akan
mengalami pembekuan yang sangat cepat sehingga menghasilkan butiran kristal yang
halus.batuan yang di hasilkan akan menunjukkan kristal-kristal kasar dikelilingi atau tertanam
pada matrik dari kristal-kristal yang berbutir halus.kristal-kristal yang besar disebut
fenokris,sedang matrik kristal-kristal yang kecil disebut masa dasar.batuan beku yang
mempunyai tekstur semacam ini disebut batuan beku porfir(porphyry).
Pada beberapa aktifitas gunung api,magma yang setengah padatakan di lemparkan
ke atmosphera dan akan mengalami pembekuan yang sangat cepat.pembekuan yang sangat
cepat ini akan menghasilkan tekstur gelas(glass).batuan yang mempunyai tekstur
semacam ini adalah obsidian.
Meskipun kecepatan pembekuan magma merupakan faktor yang utama
pembentuk tekstur batuan beku,faktor lain yang juga penting pengaruhnya terhadap
pembekuan tekstur adalah komposisi magma.magma basaltik yang bersifat
encer,umumnya akan membentuk batuan kristalin apabila mengalami pembekuan yang
cepat pada aliran tipis lava.pada kondisi yang sama,magma granitik,yang umumnya lebih
kental,akan lebih memungkinkan untuk membentuk batuan dengan tekstur
gelas.akibatnya batuan lelehan lava yang banyak disusun oleh gelas volkanik mempunyai
komposisi granitk.sebaliknya lelehan lava basaltik yang mengalir di laut,bagian
permukaannya akan mengalami pembekuan yang sangat cepat sehingga menghasilkan
lapisan tipis mineral gelas.
Beberapa batuan beku dibentuk dari konsolidasi fragmen batuan yang berasal dari
erupsi gunung api.material yang di keluarkan biasanya berupa debu volkanik yang sangat
halus,lapili atau bongkah besar yang berbentuk menyudut yang memungkinkan berasal

4
dari

5
batuan dinding sekitar kawah yang di lemparkan pada saat erupsinya.batuan beku yang di
susun oleh fragmen batuan semacam ini disebut bertekstur piroklastik.
Kenampakan yang umum dari batuan piroklastik adalah di susun oleh glass
shard.batuan piroklastik lainya di susun oleh fragmen-fragmen batuan yang tersemen
bersama-sama beberapa waktu kemudian.karena batuan piroklastik ini di bentuk dari
individual fragmen,maka teksturnya kadang-kadang sama dengan tekstur batuan sedimen
daripada batuan beku.

Komposisi Mineral
Mineral-mineral yang membentuk batuan beku di determinasi oleh komposisi
kimia magma darimana mineral-mineral tersebut mengkristal.seperti halnya batuan beku
yang telah di ketahui mempunyai variasi yang sangat besar,maka dapat pula di asumsikan
bahwa macam magmapun mempunyai variasi yang besar pula.pada ahli geologi telah
mendapatkan bahwa satu gunung api mempunyai tingkat erupsi yang bervariasi kadang-
kadang mengeluarkan lava yang mempunyai mineral yang berbeda,terutama pada gunung
api yang mempunyai periode letusan cukup lama.dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa
magma yang sama kemungkinan dapat menghasilkan kandungan mineral yang berfariasi.
N.l.bowen merupakan seorang ahli yang pertama kali melakuakan penyelidikan
terhadap proses kristalisasi magma pada awal abad ke 20 ini.hasil penyelidikan bowen di
laboratorium menunjukkan bahwa mineral tertentu akan mengkristal pertama
kali.dengan penurunan temperatur,mineral lain akan mulai mengkristal.sejalan dengan
proses pengkristalan dari magma,komposisi dari magma yang tersisa selalu mengalami
perubahan juga.sebagai contoh,pada saat magma telah mengalami pembekuan kira-kira
50%,magma yang tersisa akan mengalami penurunan kandungan unsur-unsur
besi,magnesium dan kalsium,karena unsur-unsur ini di jumpai pada mineral-mineral yang
terbentuk pertama kali.tetapi pada saat yang bersamaan,komposisi magma lebih di
perkaya oleh kandungan unsur-unsur yang banyak terkandung dalam mineral-mineral
yang terbentuk kemudian,seperti unsur-unsur sodium dan potasium.demikian juga
kandungan silikon dalam larutan magma semakin bertambah pada proses kristalisasi
berikutnya.
Bowen juga menunjukkan bahwa mineral-mineral yang telah mengkristal dan masih
terdapat dalam lingkungan magma yang masih cair akan bereaksi dengan sisa cairan

6
magma dan menghasilkan mineral berikutnya. Oleh sebab itu susunan atau urutan proses
kristalisasi

7
mineral dikenal dengan nama Bowen’s Reaction Series. Pada bagian kiri dari susunan ini
olivine yang merupakan mineral pertama yang terbentuk, akan bereaksi dengan cairan
magma dan membentuk piroksin. Reaksi ini akan terus berlangsung sampai mineral yang
terakhir dalam seri ini yaitu biotit, terbentuk. Susunan sebelah kiri ini disebut sebagai
Discontinoues Reaction Series , karena tiap mineral yang terbentuk mempunyai struktur
Kristal yang berbeda. Olivin disusun oleh tetrahera tunggal, dan mineral lain pada seri ini
disusun oleh rangkaian rantai tunggal, rantai ganda, dan struktur lembaran. Pada
umumnya reaksi yang terjadi tidak sempurna sehingga mineral-mineral yang bervariasi ini
akan hadir pada saat yang bersamaan.
Pada susunan bagian kanan reaksi berlangsung terus menerus. Minerla yang
pertama kali terbentuk adalah mineral feldspar yang kaya akan kalsium( Ca – feldspar )
bereaksi dengan ion-ion sodium (Na) yang semakin meningkat persentasenya di dalam
magma. Kadang kala kecepatan pendinginan berlangsung sangat cepat sehingga
menghambat perubahan yang sempurna dari kalsium feldspar menjadi sodium feldspar. Bila
hal ini terjadi zoning pada mineral feldspar diamana kalsium feldspar dibagian intinya
dikelilingi oleh sodium feldspar.
Pada proses kristalisasi, setelah magma mengalami pembekuan, sisa magma akan
membentuk mineral kuarsa, muskovit dan potas feldspar(ortoklas). Meskipun mineral-
mineral yang terakhir disebutkan terdapat dalam urutan Bowen’s Reaction Series,tetapi
bagian ini tidak benar-benar merupakan reaction series.
Bowen menunujukan proses kristalisasi mineral dari magma sistematis,tetapi
bagaimana Bowen reaction series dapat menceritakan kkeanekaragaman dari batuan
beku?pada suatu tingkat proses kristaslisasi magma,bagian yang telah mengkristal lwbih
dulu(padat) akan selalu memisahkan diri dari bagian yang cair.Hal semacam ini,dapat terjadi
karena mineral-mineral yang mengkristal lebih dahulu akan lebih berat daripada bagian
magma yang masih mencair,sehingga mineral tersebut akan turun ke bawah dan
terkonsentrasi padadapur magma.Proses pengendapan ini terjadi secara bertahap mulai
dari mineral-mineral gelap seperti olivine.BIlamana sisa dari magma kemudian
mengkristal baik di tempat tersebut,ataupun di tempatnya yang baru karena mengalami
migrasi dari dapur magma,maka akan terbentuk batuan beku dengan komposisi yang
berbeda dengan komposisi magma asal.

8
Proses segregasi mineral oleh pemisahan dan diferensiasi kristalisai disebut
fraction series crtistallization (kristalisasi koraksional).Pada tiap tingkatan dari proses
kristalisasi,cairan magma terpisah dari bagian magma yang telah padat.Akibatnya kristalisasi
fraksional akan menghasilkan batuan beku dengan rentang komposisi yang cukup lebar.
Bowen berhasil menunjukkan bahwa melalui proses kristalisasi fraksional,satu jenis
magma dapat menghasilkan beberapa batuan beku.Tetapi penelitian yang baru lebih
menunjukkan bahwa proses kristalisasi fraksional saja tidak cukup untuk menjelaskan
keanekaragaman batuan beku yang diketahui.Meskipun lebih dari 1 macam batuan beku
dapat membentuk dari satu jenis magma,tetapi masih ada mekanisme yang lain yang
dapat menghasilkan magma dengan komposisi yang masih beragam.

Penamaan Batuan Beku


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,batuan beku diklasifikasikan atau
dikelompokan berdasarkan tekstur dan komposisi mineralnya.Tekstur batuan beku
dihasilkan oleh perbedaan proses pembekuannya,sedangkan komposisi mineral batuan

9
beku sangat tergantung pada komposisi kimia magma dan kondisi lingkungan proses
kristalisasinya.Dari hasil penelitian Bowen,mineral yang mengkristal pada kondisi yang sam a
akan menyusun batuan beku yang sama pula.Sehingga dapat dikatakan bahwa klasifikasi
batuan beku sangat bergantung pada Bowen’s Reaction Series
Mineral-mineral yang pertama mengkristal,Ca feldspar,piroksin, dan
olivine,merupakan mineral yang kandungannya Fe,Mg,dan Ca- nya tinggi dan kandungan
Si rendah.Basalt merupakan batuan beku ektrusif dangan komposisis mineral-mineral
tersebut,tetapi istilah basaltic (basalan) digunakan untuk batuan beku dengan tipe seperti
Basalt. Mengacu pada kandungan Besinya,batuan beku Basaltik dicirikan oleh warnanya
yang gelap dan sedikit lebih berat dibandingkan dengan batuan beku lainnya yang
dijumpai di permukaan.
Diantara mineral-mineral yang terakhir mengkristal adalah mineral potas feldspar
dan kuarsa. Batuan beku yang mempunyai komposisi mineral didominasi oleh mineral-
mineral tersebut disebut dengan tipe granitic. Batuan beku menengah (intermediate)
disusun oleh mineral-mineral yang terdapat di bagian tengah dari Bowen’s Reaction
Series. Amfibol bersama dengan plagioklas menengah merupakan mineral-mineral utama
yang menyusun batuan beku tipe ini. Batuan beku yang mempunyai komposisi diantara
granit dan basalt disebut sebagai tipe andesitic.

Tabel batuan beku yang dijumpai

Granatik Andesitik Basaltik


Intrusif Granit Diorit Gabro
Ekstrusif Riolit Andesit Basalt
Komposisi mineral Kuarsa K-Feldspar Amfibol plagioklas Ca-Feldspar
Utama Na-Feldspar Menengah Biotit Piroksin

Komposisi Mineral Muskovit Piroksin Olivin


Tambahan Biotit Amfibol
Amfifol

Meskipun tiap kelompok batuan beku disusun oleh mineral utama yang terletak
pada daerah tertentu dari Bowen’s Reaction Series, tetapi terdapat juga mineral

10
tambahan

11
yang jumlahnya tidak begitu banyak. Sebagai contoh, batuan beku granatik terutama
tersusun oleh mineral kuarsa dan potas feldspar (K-feldspar), tetapi kadang-kadang juga
dijumpai mineral muskovit, biotit,amfibol dan sodium feldspar (Na-feldspar) dalam jumlah
yang sedikit sebagai mineral tambahan.
Selain tiga kelompok batuan beku seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat
juga batuan beku yang mempunyai komposisi diantara ketiga kelompok batuan beku
tersebut. Sebagai conto, batuan beku intrusive yang disebut granodiorit, disusun oleh
mineral-mineral yang menyusun batuan beku granatik dan batuan beku andesitic. Batuan
beku lain yang cukup penting tersebut adalah peridotit, yang komposisi mineral utamanya
terdiri dari olivine. Batuan beku ini termasuk batuan beku ultrabasa dan merupakan
penyusun utama dari mantel bumi bagian atas.
Faktor yang penting pada komposisi mineral batuan beku adalah kandungan silica
(SiO2). Persentase silica dalam batuan beku sangat bervariasi dan sebanding dengan
kelimpahan mineral lainnya. Contohnya, batuan yang mengandung silica rendah, kandungan
kalsium, besi dan magnesiumnya tinggi. Kandungan silica dalam batuan beku tergantung
pada tipe dari batuan bekunya. Batuan beku granitic( asam) mempunyai kandungan silica
yang lebih besar dari 66%, batuan beku andesitic(menengah) berkisar antara 55% - 66%
batuan beku basaltic (Basa) berkisar antara 45% - 55%, dan batuan beku ultrabasa kurang
dari 45%. Kandungan silica dalam magma juga akan mempengaruhi sifat dari magma
tersebut. Magma granitic yang kandungan silica nya tinggi bersifat kental (Vicous) dan
mempunyai titik beku (lebur) sekitar 800°C. Sedangkan magma basaltic bersifat encer dan
titik bekunya (lebur) sekitar 1200°C atau lebih tinggi.
Batuan beku yang mempunyai komposisi mineral yang sama tidak selalu
mempunyai nama yang sama. Jadi kenampakan sifat fisik (tekstur) merupakan dasar
utama dalam pemberian nama dari pada komposisi mineral. Granit merupakan batuan
intrusive yang bertekstur kasar, sedang batuan beku dengan komposisi mineral yang sama
dengan granit tetapi tekstur halus mempunyai nama riolit.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Matthews III, William H., 1967, Geology Made Simple, Made Simple Books, Doubleday &
Company, Inc., Garden City, New York

2. Pirrson, Louis V, 1957, Rocks and Rock Mineral, John Wiley & Sons, Inc., New York

3. Purbo H,.MM, 1994, Kamus Kebumian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

4. Symes, Dr R.F., 1988, Rock & Mineral, A Dorling Kindersley Limited, London

5. Whitten, D.G.A., 1981, The Penguin Dictionary of Geology, Penguin Books Ltd.,
Hammondsworth, Middlesex, England

13

Anda mungkin juga menyukai