Anda di halaman 1dari 52
PERSEDIAAN ersediaan barang dagangan adalah Pp elemen yang sangat penting dalam penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran, maupun perusahaan dagang partai besar. Dalam bab ini akan dijelaskan prosedur-prosedur penentuan jumlah persediaan dan metoda penentuan harga perolehan yang dapat digunakan dalam penentuan harga perolehan persediaan yang ada di \gudang pada tanggal neraca. Selain itu juga akan dibahas pemakaian sistem jpersediaan perpetual, penentuan persediaan dengan metoda taksiran, dan pengaruh kesalahan dalam persediaan terhadap laporan keuangan. ARTI PENTING PERSEDIAAN Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan rugi-laba. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur, persediaan seringkali merupakan-bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lan- car yang dimiliki perusahaan. Meskipun demikian, jumlah dan persentasenya berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan lainnya. Pada perusa- haan tertentu, kadang-kadang persediaan menggambarkan 70% dari 10 Dasar-oasas AKUNTANS! keseluruhan aktiva lancar. Angka persentase ini merupakan bukti beta, pentingnya kegiatan pembelian dan penjualan persediaan dalam Perag, perusahaan semacam itu. Dalam laporan rugi-laba, persediaan memegap, peranan sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan untuk Suaty petiode. Angka laba kotor misainya (penjualan dikurangi harga Poko, penjualan), adalah sesuatu yang diamati terus-menerus oleh manajemen, pemilik, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Manajemen persediaan yang efektif seringkali merupakan kunci kebey. hasilan operasi perusahaan. Manajemen berusaha untuk mempertahankan kuantitas dan jenis persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen, tapi di sisi lain manajemen juga harus menghindarkan biaya penyimpanan persediaan yang terlalu tinggi sebagai akibat penentuan per. sediaan yang tinggi. Manajemen harus berusaha untuk menjaga keseim. bangan persediaan agar tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, Persediaan yang terlalu kecil akan menimbulkan kekecewaan konsumen, sebaliknya persediaan yang terlalu tinggi akan menyebabkan biaya pe. nyimpanan dan pemeliharaan persediaan akan melambung. KLASIFIKASI PERSEDIAAN Dalam sebuah perusahaan dagang, persediaan terdiri dari berbagai macam dan jenis. Sebagai contoh, dalam sebuah supermarket, barang-barang seperti makanan dalam kaleng, daging, berbagai jenis bumbu masakan, adalah sebagian kecil dari persediaan yang dimilikinya- Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni: (1) persediaan tersebut merupakan milik per- usahaan, dan (2) persediaan tersebut siap dijual kepada para konsumen. Oleh karena itu dalam perusahaan dagang hanya dikenal satu klasifikasi persediaan yang disebut persediaan barang dagangan. Persediaan ini meliputi segala macam barang dagangan yang dimiliki perusahaan. Perusahaan manufaktur juga memiliki persediaan. Akan tetapi berbeda halnya dengan persediaan pada perusahaan dagang, pada perusahaan manufaktur tidak semua persediaan siap untuk dijual. Oleh karena itu perse- diaan diklasifikasi menjadi tiga kategori, yaitu: persediaan barang jadi, per- sediaan barang dalam proses, dan persediaan bahan baku. Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan industri mobil, hasil produksi berupa mobil-mobil yang sudah selesai dan siap dijual diklasifikasi sebagai barang jadi. Mobil yang masit dalam proses pengerjaan dengan berbagal tingkat penyelesalan Giklasitikas! sebagai barang dalam proses, Komponen-komponen seperti baja, kact, mesin, dan komponen-komponen pembuat mobil lainnya yang ™Menunggl untuk digunakan dalam proses produks! disebut bahan baku, Prinsip 489 konsep akuntans! yang dibicarakan pada bab Ini berlaku bagi semua Klasifikasi persediaan di atas. Namun demiklan, pembahasan lebih gitektNkan pada persediaan barang dagangan. Pada Bab 10 akan kita Dicarakan secara lebih mendalam akuntans! untuk persediaan yang | Sigunakan pada perusahaan manufaktur, | S PENENTUAN KUANTITAS PERSEDIAAN ‘Tujuan penentuan kuantitas persediaan lalah untuk menetapkan jumlah unit | (Satuan) persediaan yang dimiliki perusahaan pada tanggal neraca. Pada kebanyakan perusahaan, pekerjaan Ini meliput! dua hal, yaitu: (1) melakukan Perhitungan fisik atas barang yang ada di gudang, dan (2) menentukan Ppemilikan atas barang dalam perjalanan, Perhitungan Fisik Persediaan Perhitungan fisik persediaan meliputi pekerjaan menghitung, menimbang, @tau mengukur tiap-tiap jenis barang yang berada dalam persediaan. Pada Perusahaan yang memiliki persediaan dalam jumlah dan jenis yang banyak, pekerjaan menghitung persediaan sangat memakan waktu dan melelahkan. Perhitungan akan lebih tepat hasilnya jika dilakukan pada saat tidak terjadi Penjualan atau penerimaan barang. Oleh Karena itu, perhitungan fisik perse- diaan seringkali dilakukan pada saat perusahaan sedang tutup (akhir minggu atau hari libur) atau pada saat kegiatan perusahaan sedang tidak begitu sibuk. Kadang-kadang perusahaan terpaksa harus ditutup sementara, hingga perhitungan fisik persediaan selesai dikerjakan, Untuk memperkecil kemungkinan terjadi kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan, sebaiknya perusahaan menerapkan prosedur pengendalian interen berikut: 1. Perhitungan harus dilakukan oleh orang-orang yang tidak ditugas! untuk menyimpan persediaan. (Pembaglan tugas) Dagernaser Anan ans: 2. Tuap Dagian mendapat tugas yang jelas mengenal jenis pers, yang menjedi tanggungjawabnya. (Penetapan tanggungjawab) 3. Mares dllakukan perhitungan kedua oleh orang lain, (Pemerikg,, intern secara independen) ‘4 Harus digunakan kartu persediaan yang bernomor urut tercetak, Kartu tersebut diawasi pemakaiannya. (Prosedur dokumentasi) 5. Harus ditunjuk pengawas yang bertugas untuk menentukan (Pag ‘akhr perhitungan) bahwa semua jenis persediaan diberi kartu dan, ‘28k ada satu jis persediaan pun yang diberi lebih dari satu kan, (Pemeriksaan intem secara independen) Barang dalam Perjalanan Sarang cisebut berada dalam perjalanan apabila barang tersebut Pi ‘tenggel neraca berada di tangan pihak pengangkut, seperti perusahaan ke, ‘eta epi, perusahaan angkutan dengan truk, atau angkutan udara. Baran, alam perjalanan harus dimasukkan sebagai persediaan pihak yang meme, (gang hak milik atas barang tersebut. Hak pemilikan ditentukan oleh syaray perjualan yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli, Apabila syaray yeng digunakan FOB (Free on Board) shipping point, maka pemilikan, ‘eas barang akan berpindah ke tangan pembeli pada saat pihak Pengangkuy ‘menerima barang dari tangan penjual, Sebaliknya, apabila syarat Penjualany yeng digunakan FOB destination, maka hak milik atas barang akan tetap, berada di tangan penjual ‘sampai barang diserahkan ke tangan pembeli Oleh; Perusahaan pengangkut. Kesalahan besar mungkin terjadi dalam Penentuan kuanttas persediaan, apabila barang dalam perjalanan pada tanggal neraca, ‘tidak diperhitungkan, Sebagal contoh, misalkan pada tanggal 31 Desember 1982, PT Rinjani memiliki 20,000 unit barang di gudang dan sejumlah barang ‘alam perjalanan, yakni; (1) barang yang dijual pada tanggal 31 Desember Sebanyak 1.500 unit dengan syarat FOB destination, dan (2) barang-barang yang dibeli dengan syarat FOB shipping point sebanyak 3.000 unit dan oleh Penjual telah diserahkan kepada Perusahaan pengangkut pada tanggal 31 Desember 1992. PT Rinjani adalah Pemegang hak milik atas barang-barang alam perjalanan tersebut, Seandainya barang-barang tersebut tidak ikutsertakan, kuantitas persediaan, akan menjadi terlalu rendah 4.500 unit. Setelah perhitungan fisik persediaan selesal dikerjakan dan hak pem {kan atas barang dalam perjalanan ditentukan, maka kuantitas setiap jenis Bas 3 PERSEDIAAN persediat" didaftar dalam suatu daftar atau ikhtisar persediaan. Untuk menjamintstelitan dattar persediaan, maka pembuatan daftar tersebut perlu Aiperiksa vend Oleh pegawal lain atau pengawas. Pekerjaan selanjutnya adalah menetapkan harga untuk tlap Jenls persediaan yang kuantitasnya te- lah tercan™ dalam daftar persediaan, Apabila jumlah unit dikalikan dengan Targa mating-Masing Jenis persediaan, maka nilal total persediaan dapat isentuket- Faktor-faktor yang mempengaruhl penentuan harga perolehan Per unit akan dijelaskan dalam uralan berikut. HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN eS Sebagaimana diatur dalam prinsip akuntansi, dasar utama akuntansi untuk Persediasn adalah harga perolehan (cost). Harga perolehan meliputi semua Pengeluaan yang diperlukan untuk mendapat barang dan menempatkannya dalam kondisi yang siap untuk dijual. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga perolehan persediaan, nama rekeningnya, dan pengaruhnya terhadap harga perolehan persediaan nampak dalam tabel berikut: Pengaruh terhadap Faktor Nama Rekening harga perolehan Harga faktur Pembelian Menambah Biaya angkut _Biaya Angkut Pembelian Menambah Potongan tu- nai pembelian Potongan Tunai Pembelian © Mengurangi Retur dan po- tongan pem- Retur dan Potongan Pem- belian belian Mengurangi Pada dasarnya semua pengeluaran untuk pengurusan pembelian, pene- rimaan, dan penyimpanan barang harus Sea penentuan harga perolehan persediaan. Akan tetapi karena dalam praktek dij ai kesulitan untuk mengalokasikan pengeluaran-pengeluaran tersebut pada masing- masing jenis persediaan, maka pengeluaran-pengeluaran tersebut biasanya diperlakukan sebagai biaya operasi pada periode terjadinya pengeluaran. Harga perolehan persediaan bisa dipandang sebagai kumpulan harga Perolehan yang terdiri dari dua elemen, yaitu: (1) harga perolehan persediaan 103 3 eee 25 Dasagsasas AxUNTans’ ‘awal, dan (2) harga perolehan barang yang dibeli (atau disingkat “pembolian, selama periode yang bersangkutan. Jumlah kedua elemen ini sama denga, jnarga perolehan (harga pokok) barang yang tersedia untuk dijual. Sepg, telah dijelaskan pada Bab 7 Dasar-dasar Akuntansi Jilid |, untuk menentuka, taba Dersih periode yang bersangkutan, maka pada akhir periode harga Pe, ol@han Darang yang tersedia untuk dijual harus dialokasikan menjadi ha, ( perolehan persediaan akhir dan harga pokok penjualan. Dalam Pengal kasian tersebut, pertama-tama ditentukan harga perolehan persediaan akhj, Kemudian angka harga perolehan persediaan akhir dikurangkan dari hargs, perolehan barang yang tersedia untuk dijual, sehingga dapat ditentuka, ‘narga pokok penjualan untuk periode yang bersangkutan. Gambar 3-1 Alokasi Harga Perolehan Barang Tersedia Dijual HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL. Persediaan awal Rp 200.000,00 | Pembelian 1,000.000,00 Tersedia untuk dijual Rp 1.200.000,00 Langkah 1 Langkah 2 PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN HPY Total Unit unit HP remap 5.000 Rp 30 Rp 150,000 Tersedia en dijual Rp1.200.000 Persediaan akhir 150.000. Harga Pokok 3 Penjualan Rp1.050.000 ~ Bae 3 PERsEDIAAN Sebagel contoh, misalkan PT Himalaya memiliki harga perolehan barang Yang tersedia untuk dijual sebesar Rp 1.200.000,00. Angka Ini diperoleh da- Ti penjumishan persediaan awal sebesar Rp200.000,00 dan pembelian se- ama period? yang bersangkutan sebesar Ap1.000.000,00. Dari hasil Perhitungan fisik persediaan diketahul bahwa jumlah persediaan akhir periode @dalah 5,000 anit. Harga perolehan barang yang ada pada akhir periode ‘Sdalah Rp30,00 per unit. Pengalokasian harga perolehan barang yang ter- ‘S@dia untuk djual nampak pada Gambar 3-1. Dalam gambar tersebut nampak bahwa harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual sebesar Fp1.200,000,00 harus dialokasikan menjadi harga perolehan persediaan akhir Rp150.000,00 dan harga pokok penjualan Rp1 050.000,00. Pengalokasian harga perolehan akan berpengaruh terhadap neraca (per- ‘sediaan athir), maupun laporan rugi-laba (harga pokok penjualan). Mes- kipun kedua laporan keuangan tersebut sama pentingnya, namun telah diakui secara umum bahwa tujuan utama akuntansi persediaan adalah agar Penentuan laba bersih dapat dilakukan dengan tepat. Ini berarti bahwa tu- juannya adalah untuk mencapai penandingan yang tepat antara biaya dengan endapatan penjualan sesuai dengan prinsip penandingan (lihat Bab 4, Jilid, halaman 166). METODA PENETAPAN HARGA PEROLEHAN ATAS DASAR ALIRAN FISIK SESUNGGUHNYA Penetapan harga perolehan persediaan adalah pekerjaan yang rumit karena barang yang berada dalam persediaan mungkin berasal dari pembelian yang berbeda dengan harga perolehan yang berbeda pula. Sebagai contoh, pada masa harga-harga naik, perusahaan mungkin mengalami kenaikan harga beli yang cukup besar untuk barang sejenis dalam suatu tahun tertentu. De- mikian pula pada masa harga-harga turun, terjadi hal yang sebaliknya, tetapi harga barang sejenis yang dibeli pada suatu tahun mungkin berbeda-beda. Dalam situasi demikian, bagaimanakah harga perolehan per unit yang berbe- da-beda dalam barang yang tersedia untuk dijual harus dialokasikan menjadi persediaan akhir dan harga pokok penjualan? Salah satu jawabannya adalah dengan menggunakan metoda identi- | fikast khusus yang berarti mengikut! aliran fisik barang yang sesungguhnya terjadi. Dalam metoda ini tiap jenis persediaan diberi tanda, digantungi kartu, Dasernases AKUNTANS! atau diberi kode menurut harga perolehannya. Dengan demikian bara, yong derada dalam persediaan pada akhir tahun ditetapkan harga Paroles: ‘i ‘annya sesuai dengan harga yang sesungguhnya sebagaimana tertera, pa darang yang bersangkutan. Sebagai contoh, misalkan toko barang-bara, @lektronika Romantika membeli lima televisi 27 inch merek Sony deng; ‘harga yang berbeda-beda, yakni Rp2.500.000,00; Rp2.550.000, 109, p2.600.000,00, Rp2.625.000,00, dan Rp2.700.000,00, Selama tahun te, sebut tiga buah televisi telah terjual dengan harga masing-masin, Rp3.000.000, 00, Pada tanggal 31 Desember perusahaan tersebut melaku! perhitungan fisik, dan dari perhitungan tersebut diketahui bahwa dua Pesawy televisi yang ada di gudang memiliki harga perolehan Rp2.500.000,00 day Rp2,600.000,00. Hal ini dapat diketahui dari kartu yang melekat pada masing. masing barang, Dengan demikian harga perolehan persediaan akhir televig ‘adalah Rp5.100.000,00 (Rp2.500.000,00 + Rp2.600.000,00) dan harga poke, penjualan Rp7.875.000,00 (Rp2.550.000,00 + Rp2.625.000,00 , p2.700,000,00). ‘Metoda identifikasi khusus biasanya diterapkan pada perusahaan yang menjual brang yang mahal harganya tetapi jumlah dan jenisnya terbatas, sehingga dapat diidentifikasi dengan jelas sejak saat barang dibeli hingga terjual kembali. Barang-barang semacam itu misalnya mobil, alat-alat musik, barang-barang elektronika, dan barang-barang antik. ‘Metoda identifikasi khusus (seandainya bisa diterapkan) adalah metoda yang ideal, kerena persediaan akhir dan harga pokok penjualan dapat diten- ‘tuken harga perolehannya sesuai dengan harga perolehan sesungguhnya Namun demikian metoda ini memberi peluang kepada manajemen untuk memanipulasi laba bersih. Sebagai contoh, sebuah toko alat-alat musik me- miliki tiga buah piano yang sama dengan harga perolehan yang berbeda. Manajemen bisa membuat laba bersih menjadi tinggi untuk penjualan satu buah piano, dengan memilih harga piano yang paling rendah untuk ditanding- kan dengan harga jual piano tersebut. Manajemen juga Bisa membuat laba bersin menjadi rendah, dengan memilih piano yang mempunyai harga per olehan paling tinggi. METODA HARGA PEROLEHAN ATAS DASAR ALIRAN ANGGAPAN Metoda identifikasi khusus yang didasarkan pada aliran fisik sesungguhny@ seperti diuraikan di atas sangat terbatas penerapannya. Pada perusahaan Bas 3 PeRSEOUAN 107 yang meee! barang dengan aneka ragam jenis dan banyak jumlahnya, Peneraps? metoda ini tidak praktis. Oleh karena itu dalam akuntansi lazim digunaken metoda penentuan harga perolehan yang didasarkan pada aliran NQgapan PukaNn aliran fisik yang sesungguhnya), yaitu: 1, Fish first-out (FIFO) 2. Lath first-out (LIFO) ‘3. Heys Perolehan rata-rata | Ketige metoda di atas dimungkinkan untuk digunakan dalam perusahaan, Karena giam akuntansi tidak ada ketentuan bahwa aliran harga perolehan harus sana dengan aliran fisik yang sesungguhnya. Pemilinan metoda yang Gipandang paling tepat diserahkan Kepade-Ranajemen Perusahaan masing- ™Masing. Oleh karenanya Perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama kadng-kadang memilih metoda yang berbeda. Sebagai contoh dalam bidang industri komputer, Unisys memilih metoda-FIFO sedai kan IBM memilih heya perojeMan rata-rata. Akan migsecial Metoda teffentu dipilih, maka metoa tersebut harus diterapkan secara konsisten, sehingga laporan yang dihasikan perusahaan dari tahun ke tahygatefat diperbandingkan. Untuk memberikan gambayafi mengenai penerapan ketiga metoda di atas, dimisalkan bahwa PT Pinatubo (sebuah perusahaan yang bergerak Sididang perdagangan alat-alat elektonika) menggunakan sistem persediaan ‘periodik, den memiliki informasi tentang sejenis radio yang diberi kode Z202 sebagai berikut: PT PINATUBO Radio type 2202 ~*~ Unit Total HP HP per unit 1/1 Persediaan awal Rp 1.000 15/4 Pembelian 200 " 2.200 24/8 Pembelian 300 12 3.600 27/11 Pembelian 400 13 5.200 4,000 Rp12.000 ‘Selama tahun ini telah dijual 550 unit, dan persediaan pada tanggal 31 Desember berjumlah 450 unit. Oasamoasan AXUNTANS! First-In, First-out (FIFO) Metoda FIFO menganggap bahwa barang yang lebih dahulu dibell, akan jual lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan barang yang lebih d diveli, dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dulu ju penulis menerjemahkan FIFO ke dalam bahasa Indonesia menj masuk pertama, keluar pertama (MPKP). Penulis sendiri cenderung Unty, menggunakan istilah dalam bahasa Inggris, karena Istilah FIFO dan UFO g Indonesia Sudah sangat populer. FIFO seringkali sejalan dengan aliran fis, barang dagangan, karena dalam manajemen yang baik biasanya bar, yang paling lama, dijual lebih dahulu. Pada metoda FIFO, persediaan ki ditentukan dengan mengambil harga perolehan per unit dari pembelian paj; akhir dan bergerak mundur sampai semua unit dalam persediaan Mendapz: harga perolehan, Pengalokasian harga perolehan barang tersedia dijual Pade PT Pinatubo dengan metoda FIFO adalah sebagai berikut: HARGA PEROLEAAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL Tgl Keterangan Unit HP/Unit Total HP 1 Pers. awal 100 Rp10,00 Rp 1.000,00 15/4 Pembelian 200 11,00 2.200,00 248 = Pembelian 300 12,00 3.600,00 27/11 Pembelian 400 13,00 5.200,00 Jumlah 1,000 Rp 12.000,00 Langkah 1 Langkah 2 HARGA POKOK PENJUALAN Tersedia dijual Fp12.000 Persediaan akhir 5.800 Harga Pokok Penjualan Rp 6.200 Bas 3 Persevian 109 Porhatkt” bahwa dalam metoda FIFO, harga perolehan persediaan akhir didast!K@" Pada harga perolehan dari pembolian terakhir. Penentuan ‘nara poksk penj¥alan dapat juga diporiksa kebenarannya berdasarkan pada 1 @nggapan fiFO yaitu barang yang dibell lebih dahulu akan dijual lebih dahulu | Pula. Dongs aNGGapan tersebut maka 550 unit barang yang telah dijual | akan memputyal harga perolehan sebagal berikut: HP/Unit Rp 10.00 11,00 12,00 | Last-in, First-out (LIFO) Metoda LIFO didasarkan pada anggapan bahwa barang yang dibeli lebih akhir akan djual atau dikeluarkan lebih dahulu. Dengan demikian harga per- olehan barang yang dibeli lebih akhir akan dialokasikan lebih dahulu sebagai hharga pokok penjualan. Apabila kita menggunakan sistem persediaan perio- dik, semua barang yang dibeli selama periode dianggap tersedia untuk diju- al lebih dahulu, tanpa memandang tanggal pembeliannya. Ini berarti bahwa barang yang dibeli pada bulan November dapat dimasukkan sebagai harga pokok penjualan bulan Januari yang lalu. Metoda LIFO diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai. metoda masuk terakhir, keluar pertama (MTKP). Seperti halnya pada FIFO, penulis cenderung menggunakan istilah LIFO yang sudah sangat populer dalam praktik di Indonesia. Metoda ini biasanya tidak sejalan dengan aliran fisik barang. Pada metoda ini, perse- diaan akhir ditentukan dengan mengambil harga perolehan per unit dari barang-barang yang dibeli paling awal dan kemudian bergerak maju, sampai ‘semua unit yang ada dalam persediaan mendapatkan harga perolehan. Pengalokasian harga perolehan barang tersedia dijual pada PT Maha- meru, seandainya perusahaan tersebut menggunakan sistem persediaan periodik dengan metoda LIFO, akan nampak sebagai berikut: 110 Dasan-4san AXUNTANS! NARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA UNTUK DIJUAL | Keterangan Unit = _HP/Unit Total HP Pers. awal 100 Ap10,00 Rp 1.000,00 Pembelian 200 11,00 2,200,00 Pembelian 300 12,00 3.600,00 Pembelian 400 13,00 5.200,00 Jumlah 1.000 Rp 12.000,00 Langkah 1 Langkah 2 PERSEDIAAN AKHIR HARGA POKOK PENJUALAN Tersedia dijual Rp12.000 Persediaan akhir 5.600 Harga Pokok 920 Penjualan Rp $200. Seperti halnya pada metoda FIFO, kita dapat menguji kebeney penentuan harga pokok penjualan dengan cara sebagai berikut: HP/Unit 27/1 400 x Rp 13.00 = Rp 5.200,00 12,00 Motoaa faterata Baa3 Penseouan vw Metoda yitfat@ gidasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk ‘Sijuat ada” homogin. Pada metoda ini, pengalokasian harga perolehan ba- tang yang rsedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata- Fata testintand: Per unit edt!8h Sebagai berikut: Rumus dan perhitungan harga perolehan rata-rata tertimbang Hea Perolehan perang tersedia dial 7912.000,00 Jumiah unit tersedia dijual 1.000 Rata-rata tertimbang per unit Rp12,00 Selarjutnya harga perolehan rata-rata per unit dikalikan dengan jumlah unit yang ada dalam persediaan untuk menentukan harga perolehan perse- diaan aktit. Pengalokasian harga perolehan barang tersedia dijual pada PT Pinatubo seandainya perusahaan tersebut menggunakan metoda rata-rata adalah sebagai berikut: Tol Keterangan aM 15/4 2418 ant Pers. awal Pembelian Pembelian Pembelian Jumlah HARGA PEROLEHAN PERSEDIAAN YANG TERSEDIA UNTUK DIWJUAL, Unit 100 200 300 400 1.000 HP/Unit Fpt0,00 Total HP Rp 1.000,00 2.200,00 3.600,00 5.200,00 11,00 12,00 13,00 Rp 12,000,00 Langkah 1 PERSEDIAAN AKHIR Langkah 2 HARGA POKOK PENJUALAN HP/ Unit Rpi2 Tersedia dijual Rp12.000 Persediaan akhir 5.400 Harga Pokok Penjualan Rp 6.600 Ww igajaran 3 Dasag-n4asag AXUNTANS! Harga rata-rata dapat juga ditentukan dengan cara lain, yang dise, tata-rata sederhana, Perhitungan rata-rata sederhana per unit ada, sebagai berikut: Rp10,00 + Rp11,00 + Rp12,00 + Rp13,00 = Rp11,50 4 Metoda rata-rata sederhana mempunyai dua kelemahan pokok, yay, (1) tidak memperhitungkan jumlah unit yang dibeli, dan (2) bisa dipengaryy oleh harga beli per unit yang ekstrim tinggi atau ekstrim rendah. Oleh kareng itu harga rata-rata tertimbang lebih dianjurkan untuk digunakan. —_ PENGARUH METODA HARGA PEROLEHAN TERHADAp, LAPORAN KEUANGAN . SS. Semua metoda yang telah diuraikan di atas dapat diterima umum, karen ‘Semuanya didasarkan pada harga perolehan. Perusahaan bebas untuk me. mmilih salah satu di antaranya yang dianggap paling cocok untuk Perusahaar. yang bersangkutan. Perusahaan yang satu menganggap metoda FIFO pa ling cocok untuknya, sedang perusahaan lain memilih LIFO. Tidak sedikit Juga perusahaan yang memilih metoda rata-rata. Masing-masing mempunyai, argumentasi dalam menentukan pilihannya, di tengah-tengah kelebihan dan ‘kekurangan yang melekat pada tlap metoda tersebut. Untuk memahami mengapa perusahaan memilih suatu metoda tertentu,, perlu difahami pula pengaruh asumsi aliran yang berbeda terhadap laporamy keuangan. Cobalah perhatikan ringkasan laporan rugi-laba PT Pinatubo de~ gan metoda yang berbeda berikut ini, Dimisalkan selama periode yang) bersangkutan, PT Pinatubo telah menjual 550 unit dengan harga Aip11,600.000,00, blaya operas! Rp2.000.000,00, dan pajak penghasilam 15%, , Bsa 3 Penseouan PT PINATUBO Ringkasan Laporan Rugi-Laba (dalam ribuan ruplah) FIFO LIFO _ Rata-rata Penutltt Rp 11.500 F Rp_11.500 Porsediaan awal 1,000 ! 1,000 Pembelian 11,000. 11,000 Harg Perolehan barang a tersedia dijual 12.000 . 12,000 Porsediaan akhir 5.800 5,400 Hargs PoKOK penjualan 6.200 Z ___ 6.600 Laba kotor Penjualan 5.300 4,900 Biaya operasi 2,000 2,000 Laba sebelum pajak 3.300 2.900 Pajak Penghasilan (15%) 495 —__435 Laba bersih Rp_ 2.805 Rp 2.465 Meskipun harga perolehan barang tersedia dijual sama untuk ketiga metoda di atas (Rp12.000,00), tetapi harga perolehan persediaan akhimya berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan harga perolehan per unit yang dialokasikan pada persediaan akhir seperti diuraikan dalam contoh di atas. Pada saat harga-harga sedang naik (seperti dalam contoh ini), pemakaian FIFO akan menghasilkan laba bersih paling tinggi (Rp2.855,00), LIFO paling rendah (Rp2.465), dan metoda rata-rata berada di antara keduanya. Apabila harga sedang turun, akibat pemakaian FIFO dan LIFO akan sebaliknya, yakni FIFO akan menghasilkan laba bersih paling rendah dan LIFO paling tinggi, bee to alin Neher => Tita> 7 Lio PEMILIHAN METODA HARGA PEROLEHAN Alasan yang mendasari pemilihan suatu metoda bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya meliputi tiga faktor berikut: 13 Dasan-oasan AKUNTANS! 1, Pengaruh terhadap neraca 2. Pengaruh terhadap laporan rugi-laba 3. Pengaruh pajak Pengaruh terhadap Neraca Keuntungan pemakaian mhetoda FIFO akan terasa pada masa inflasi, kar, pemakaian FIFO pada masa seperti itu akan menghasilkan nilai Persedia,.’ yang lebih mencerminkan harga yang berlaku pada tanggal neraca. Sepen, telah dlterangkan di atas, pada metoda FIFO harga perolehan dari Pembej, yang lebih akhir akan dialokasikan pada persediaan. Oleh karena itu, ha,, perolehan persediaan yang ditetapkan pada tanggal neraca, akan Mende, harpa seat itu, Akibat yang sebaliknya akan terjadi jika metoda LIFO gig. nakan pada masa inflasi, Dengan LIFO, harga perolehan persediaan pa, tanggal neraca akan didasarkan pada harga perolehan barang yang ibey leh awal, atau bahkan harga perolehan barang yang berasal dari periog, sedelumnya. Akibatnya, harga perolehan persediaan tidak mencerminkay, keadaan pada tanggal neraca, dan aktiva lancar serta total aktiva akan dil, porkan lebih rendah dari harga yang berlaku pada tanggal neraca. Pengaruh terhadap Laporan Rugi-Laba Perbedaan setiap rupiah dalam persediaan akhir akan mengakibatkan Perbe., daan yang sama jumlahnya dalam laba bersih sebelum pajak. Sebagai con,, toh, dalam laporan rugi-laba PT Pinatubo di atas, antara FIFO dan LIFO ter. dapat perbedaan sebesar Rp800,00. Pada masa inflasi, FIFO akan mengha. sikkan laba bersih yang lebih tinggi karena yang ditandingkan dengan Pen~ dapatan adalah harga perolehan yang berasal dari pembelian dengan hargay yang lebih rendah. Tingkat laba bersih yang lebih tinggi bagi manajameny ‘mungkin merupakan hal yang menguntungkan, karena pihak luar akan mem- berikan penilaian yang positif terhadap perusahaan. Selain itu, jika mang. Jemen diberi bonus yang besarnya ditentukan atas dasar laba bersih, maka, bonus yang diterima manajemen juga akan semakin tinggi. Walaupun demikian, ada pula yang berpendapat bahwa pemakaian FIFO. i masa inflasi akan menghasilkan laba semu atau laba di atas kertas belaka. Mereka justru menganjurkan agar digunakan metoda LIFO. Sebagai contoh, snisalkan pada tanggal, 10 Januari, PT Pinatubo membeli 200 unit barangy Maret 16.000 unit dengan harga per unit Rps.500,00 15 Mel 12,000 unit dengan hacga por unit Aps.700,00 2 will 18.000 unit dengan harga per unit RpS.600,00 21 September 20.000 unit dengan harga per unit RpS.750,00 48 ktober 14.000 unit dengan harga per unit Rp5.800,00 93 Desember 8.000 unit dengan harga per unit Rp6.000,00 Biaya-biaya Operasi yang terjadi selama tahun 1992 adalah: Biaya Gaji Rp180.400.000,00 Biaya Sewa 31.000.000,00 Biaya Iklan 17:500.000,00 Biaya Depresiasi "he 13.200.000,00 Biaya Lain-lain 12.700.000,00 Diminta: 4. Hitunglah persediaan akhir dengan menggunakan metoda: a. FIFO (MPKP) b. LIFO (MTKP) c. Rata-rata tertimbang. 2. Susunlah laporan rugi-laba untuk ketiga metoda penentuan nilai perse- diaan pada butir 1. Soal 3-5 Berikut ini transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Januari 1993 pada PT Merapi yang menggunakan metoda LIFO (MTKP) dalam mencatat per- sediaan barang dagangan: Januari 5 Dibeli 50 unit barang dagangan dengan harga Rp25.000,00 per unit. 11 Dibeli 55 unit barang dagangan dengan harga Rp29.000,00 per unit. 13 Dijual 50 unit barang dagangan dengan harga Ppi00.000) 00 per unit, Dibeli 70 unit barang dagangan dengan harga Rp30. 000, 00 per unit. Dasaa-pasas AxUNTANS! 17 Dibeli 60 unit barang dagangan dengan harga Rp30.000,.¢, per unt. 17 Djval §S.unit barang dagangan dengan harga p100.000,c, per ufit, 20 Dibeli §0 unit barang dagangan dengan harga Rp31.000, cr, per unit. 22 Dibeli 65 unit barang dagangan dengan harga Rp31.000,0¢ per unit, 25 Dijual 50 unit barang dagangan dengan harga Rp100.000,09 per unit. Djval 40 unit barang dagangan dengan harga Rp100.000,09 per unit. Persedisan barang dagangan pada tanggal 1 Januari 1993 sebanyak go, unit oengan harga pokok Rp25.000,00 per unit dan seluruh transaksi dilak.. sanakan secara kredit. Diminta: 1. Hitunglah persediaan pada tanggal 31 Januari 1993 apabila: (a) perusahaan menggunakan metoda perpetual, () perusahaan menggunakan metoda periodik. 2. Buatlah jumal untuk mencatat transaksi bulan Januari apabila: (2) perusahaan menggunakan metoda perpetual, (b) perusahaan menggunakan metoda periodik. Soal 3-6 Pada akhir tahun, PT Amuba melakukan penghitungan fisik persediaan ba- rang dagangan, Berikut ini adalah data harga pokok dan harga pasar untuk; persediaan pada akhir tahun: Per Unit Kuantitas Harga Pokok Harga Pasar Barang xX: — Kualitas 1 7 Rp 120,000,00 Rp 118.000,00 — Kualitas 2 12 110.000,00 112.000,00 — Kualitas 3 15 90.000,00 95.000,00 Bao 3 Penseoian | parang Yi rue ‘6 Rp 8,000,00 Rp 5.000,00 = Ruainas 2 W 12,000,00 15,000,00 = Kuaitas 8 2 15,000,00 13,000,00 Barang Z: — Kualtas t 20 Rp 270,000,00 Rp 265.000,00 — Kualtas 2 10 200.000,00 150.000,00 Diminta: | -Tentukan nilal persediaan akhir dengan metoda nilai yang terendah antara harga pokok dan harga pasar (LCM) yang diterapkan: 1. Per jenis persediaan 2. Per kelompok persediaan . 3. Keseluruhan persediaan Soal 3-7 Pada tanggal 1 April 1992, perusahaan mengalami kebakaran yang meng- habiskan seluruh gedung perusahaan termasuk persediaan yang tersimpan didalamnya, namun beberapa catatan akuntansi terutama yang berhubungan dengan persediaan masih dapat diselamatkan. Berikut ini informasi yang dikutip dari catatan akuntansi tersebut: Persediaan 1 Januari Rp 43.200.000,00 Pembelian 339.000.000,00 Potongan pembelian 6.500.000,00 Retur pembelian 3.100.000,00 Penjualan 487.000.000,00 Potongan penjualan 5.300.000,00 Retur penjualan 4.100.000,00 Biaya angkut pembelian 2.400.000,00 Biaya umum 28.900.000,00 Biaya penjualan 55.700.000,00 Perusahaan biasanya melakukan penghitungan fisik persediaan setiap tanggal 31 Desember, yaitu pada saat penutupan buku, namun untuk keper- luan klaim kepada perusahaan asuransi, perusahaan harus menaksir jumlah kerugian karena kebakaran tersebut. 147 Dasenpasen ANUNTANS! Diminta: Dengan menggunakan metoda laba kotor, tentukan jumlah persediaan Yar, terbaker pada tanggal 1 April 1992. Selama 4 tahun terakhir, persenta,. yate-feta laba kotor terhadap penjualan bersih adalah 30%, Soal 3-8 PT Sintang menggunakan metoda harga eceran untuk menaksir jumlah pe,, sediaan akhir. Data yang diperoleh dari catatan akuntansi untuk kegiatan Seq Jama triwulan pertama adalah sebagai berikut: Menurut Menurut Harga Pokok Harga Eceran Persediaan, 1 Januari Rp 49.200.000,00 Ap 85.100.000,00 Penjuaian 500.700.000,00 Bigya angkut pembelian 8.900.000,00 Pembelian 256.125.000,00 444.300.000,00 Retur penjualan 6.900.000,00 Retur pembelian 2.300.000,00 4.400.000,00 Potongan pembelian 4.800.000,00 Bigya operasi 149.700.000,00 1 Hitunglah harga pokok persediaan pada tanggal 31 Maret! 2 Buatlah laporan rugi-laba triwulan pertama! Soal 3-9 Berikut ini sebagian dari Japoran rugi-laba PT Binajaya: Penjualan bersih Rp 82.000.000,00 Harsga Pokok Penjualan: Persediaan Awal Rp 23.700.000,00 Pembelian Bersih 72.400.000,00 Harga pokok persediaan yang tersedia untuk dijual Rp 96.100.000,00 Persediaan akhir 32.500.000,00 63.600.000,00 Laba Kotor Bp 18,400.000.00 ————_————— Band Penseown — 149 ‘Setelah selesal menyusun laporan rugitaba_ ve hathal sebagai berikut: Karena kesalahan dalam melakukan perhitungan fisik persediaan pada akhir tahun alu, maka persediaan pada awal tahun ini terlalu rendah sebesat Rp3.800.000,00. D. Tahun inl terjadi kesalahan perhitungan, sehingga persediaan akhir dila- porkan terlalu tinggl sebesar Rp2.600.000,00. Diminta: ‘1. Tentukan pengaruh kesalahan-kesalahan tersebut terhadap harga pokok Penjualan maupun laba kotor perusahaan! 2. Susunlah laporan rugi-laba yang benar! rsebut, perusahaan menyadarl Soal 3-10 PT Santika telah menyusun laporan rugi-laba untuk bulan september sebagai berikut: Penjualan bersih Rp 89.000.000,00 Harga Pokok Penjualan: Persediaan Awal Rp 27.500.000,00 Pembelian Bersih 59.700.000,00 Harga pokok persediaan yang SSOS~S~S tersedia untuk dijual Rp 87.200.000,00 Persediaan akhir 26.900.000,00 TT 60.300.000,00 Laba Kotor Rp 28.700.000,00 Biaya Operasi 17.100.000,00 Laba Bersih Rp 11.600.000,00 Laporan tersebut menunjukkan bahwa laba kotor kira-kira 32% dan laba bersih 13% dari penjualan bersih. Manajemen merasa kecewa dengan hasil tersebut, karena pada awal bulan telah mentargetkan laba kotor 35% dan laba bersih 17% dari penjualan bersih. Oleh karena itu manajemen mela- kukan pengecekan ulang terhadap laporan tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut: Oasaroasan AXUNTANS 1. Ketika dilakukan penghitungan fisik, ternyata ada kelebihan Pelapors, persediaan akhir senilai Rp600.000,00. 2, Persediaan senilal,AP800,000,00 tidak dimasukkan dalam perhitunga, “Karena sudah diberi tanda ‘sudah dijual’. Setelah diselidiki lebih Fan temyata belum terval sampal tanggal 2 Oktober, yaitu pada saat pembg, ‘menyatakan jadi membeli barang tersebut, Oleh karenanya, barang te, sebut dianggap terjual pada tanggal 2 Oktober. 8. Beban telepon bulan September sebesar Rip45.000,00 tidak dicatat dalan biaya operasi bulan September, karena tagihan ini baru datang pada tanggal 3 Oktober. 4. Pencatat hasil perhitungan fisik melakukan kesalahan pencatatan perse. diaan akhir, sehingga persediaan akhir dilaporkan terlalu rendah sebesa Rp900.000,00 5. Ada sebagian barang yang dibeli, namun karena belum dimasukkan ke gudang, maka tidak ikut dihitung. Nilai Pembelian barang ini adalah Rp2.600.000,00. §: Barang titipan (konsinyasi) ikut dihitung dan dimasukkan sebagai per. sediaan akhir sebesar Rp1.400.000,00. Diminta; s ie Persedlaan aki dan biaya operasi yang benar! ~ Susunlah laporan rugi-laba yang benarl 31 p eon Persentase laba kotor dan laba bersih terhadap penjualan bersih sarkan laporan rugi-laba yang telah direvisil

Anda mungkin juga menyukai