Anda di halaman 1dari 35

Seminar Proposal

Design 2 Axis Loader and Conveyor Automatic Leaf Spring


on Induction Heating Furnace to Straightening Machine

Disusun sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Terapan


Program Studi Rekayasa Teknologi Manufaktur

Disusun oleh:
Arif Kurniawan
2019-4-010

PROGRAM STUDI REKAYASA TEKNOLOGI MANUFAKTUR


POLITEKNIK ATMI SURAKARTA
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING TUGAS AKHIR

Design 2 Axis Loader and Conveyor Automatic Leaf Spring


on Induction Heating Furnace to Straightening Machine

Oleh :
ARIF KURNIAWAN
2019-4-010

Komisi
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing

V. Bram Armunanto, S.T.,


Pembimbing
M.T.NIK. 446/09/93

Telah dinyatakan memenuhi syarat


Pada tanggal________________2023

Ketua Program Studi


Rekayasa Teknologi Manufaktur

Aditya Nugraha S.T., M.Eng


NIDN. 0628058401

ii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Design 2 Axis Loader and Conveyor Automatic Leaf Spring


on Induction Heating Furnace to Straightening Machine

Oleh :
ARIF KURNIAWAN
2019-4-010

Tim Penguji
No. Nama Tanda Tangan Tanggal

1.
3.

2.

Telah dipertahankan di depan penguji


Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal________________2023

Wakil Direktur 1 Ketua Program Studi


Bidang Akademik Rekayasa Teknologi Manufaktur

Th. Adi Nugroho, S.T., M.Sc. Aditya Nugraha S.T., M.Eng


NIDN. 0628058401 NIDN. 0628058401

iii
KATA PENGANTAR

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI

ISI TUGAS AKHIR

v
ABSTRAK

vi
ABSTRACT

vii
DAFTAR ISI

viii
DAFTAR GAMBAR

ix
DAFTAR TABEL

x
DAFTAR LAMPIRAN

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Industri otomotif menjadi salah satu industri yang diunggulkan di Indonesia.


Perkembangan dunia otomotif dari tahun ke tahun semakin meningkat dan bergerak
relatif cepat, dilihat dari peningkatan permintaan konsumen serta kenaikan jumlah
kendaraan terutama di kota besar. Kendaraan mempunyai fungsi sebagai sarana
transportasi dari satu tempat ke tempat lain dan digunakan untuk mengangkut manusia
atau barang sesuai kebutuhan. Alat transportasi khususnya mobil sudah menjadi
kebutuhan utama bagi masyarakat umum.

Peningkatan penggunaan kendaraan berbanding lurus dengan permintaan suku


cadang kendaraan, yaitu komponen kendaraan untuk perbaikan atau penggantian bagian
yang mengalami kerusakan atau aus. Beberapa bagian kendaraan khususnya mobil yang
perlu diganti secara berkala antara lain : ban, rem, spring (shock) dll. Salah satu industri
otomotif yang bergerak di bidang suku cadang kendaraan adalah PT. Indospring Tbk.

PT. Indospring Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang


pembuatan suku cadang khususnya pembuatan leaf spring dan coil spring, yaitu
komponen untuk menunjang kenyamanan pengendara yang berfungsi sebagai penopang
beban kendaraan dan menyerap benturan atau kejutan yang dihasilkan ketika kendaraan
bergerak. Proses produksi terbagi empat divisi yang berurutan yaitu shearing, heating,
pre-assembling dan assembling yang terbagi dalam Plant 1, Plant 2, Plant 3 dan Plant 5
(terbaru) di area Gresik, Jawa Timur.

Plant 5 memiliki mesin dengan proses heating (proses pemanasan material leaf
spring) terdapat induction heating furnace yang berfungsi untuk memanaskan material
mencapai suhu 800-900°C agar mendapatkan struktur austenite. Output dari induction
heating furnace diproses lanjut dengan yobimage (pelurusan yang bertujuan agar
material leaf spring tetap pada bentuk sesuai tuntutan setelah diproses tapper) pada
mesin straightening. Kondisi material pasca proses heating mudah cacat jika terjadi
benturan dikarenakan masih kondisi panas sekitar suhu 800°C. Proses dari satu unit ke
unit yang lain memerlukan alat bantu untuk memindahkan material secara otomatis
tanpa menimbulkan cacat. Alat bantu yang sesuai yaitu two axis loader and conveyor.

12
Two axis loader and conveyor perlu dirancang sedemikian hingga dapat
mempercepat proses dan meminimalkan cacat produk sesuai keinginan industri yaitu
peningkatan proses produksi agar lebih efektif dan efisien. Harapan hasil rancangan
dapat direalisasikan dan dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah terkait perancangan two loader and conveyor :
1. Bagaimana rancangan alat bantu untuk pemindahan material leaf spring dari
induction heating furnace ke mesin straightening sesuai keinginan industri ?
2. Bagaimana solusi agar proses perpindahan produk tidak menimbulkan cacat pada
leaf spring?

1.3 Tujuan Penelitian.


Tujuan perancangan two loader and conveyor:
1. Menghasilkan rancangan two loader and conveyor otomatis.
2. Menganalisis cara agar tidak timbul cacat pada material leaf spring saat proses
perpindahan dari induction heating furnace ke mesin straightening.

1.4 Batasan Masalah.


Berikut adalah batasan yang digunakan :
1. Alat two axis loader and conveyor didesain untuk memproses material leaf spring
dengan ketentuan :
a. Tebal material leaf spring : 8 mm - 25 mm
b. Lebar material leaf spring : 60 mm - 90 mm
c. Panjang material leaf spring : 750 mm - 2260 mm
Jenis material tidak diperbolehkan untuk dipublikasi sesuai arahan dari PIC magang
industri.
2. Alat two axis loader and conveyor berfungsi sebagai pemindah material leaf spring
dari induction heating furnace ke mesin straightening sesuai arahan PIC magang
industri.
3. Perancangan desain alat harus memperhitungkan proses hot stamp yang sudah di
setting di unit heating pada posisi sebelumnya sesuai tuntutan produksi.
4. Hasil analisis desain loader menggunakan metode gripper, untuk desain conveyor
menggunakan metode chain yang sudah disetujui oleh PIC magang.

13
5. Perhitungan kontruksi pada komponen…… sesuai arahan dosen pembimbing.
6. Perancangan menggunakan metode Verein Deutsche Ingenieure 2222 (VDI 2222).
7. Pembuatan desain menggunakan aplikasi software solidworks 2022.

1.5 Manfaat Penulisan.


Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, yaitu :
1. Bagi penulis
Penulis mampu membuat rancangan menggunakan metode Verein Deutsche
Ingenieure 2222 (VDI 2222), mengaplikasikan penggunaan dan perhitungan
elemen kontruksi dalam perancangan sebuah alat.
2 Bagi perusahaan
Permasalahan yang terkait dengan proses pemindahan material leaf spring dari
induction heating furnace ke mesin straightening dapat teratasi. Hasil perancangan
dapat direalisasikan dan dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan.
3 Bagi pembaca
Pembaca dapat menerima informasi dan wawasan baru mengenai perancangan
menggunakan metode Verein Deutsche Ingenieure 2222 (VDI 2222).

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu


Penelitian terdahulu membahas terkait permasalahan dan solusi yang sudah
dipecahkan oleh peneliti lain, serta digunakan sebagai acuan atau referensi untuk
menunjang keakuratan data. Penelitian terdahulu mendeskripsikan isi, metode, dan
hasil penelitian sebelumnya, yang diantaranya adalah:
1. Pratama (2020) membuat perancangan desain truck loader conveyor sebagai alat
pemuatan hasil panen kelapa sawit. Tujuan dari penelitian yaitu mengidentifikasi
kebutuhan konsumen yang dihubungkan dengan karakteristik teknik. Penelitian
menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) karena adanya
perancangan ulang desain komponen produk spring bed yang menyebabkan waktu
produksi yang lebih panjang dan biaya produksi yang tinggi.
2. Jumriady, Sirajuddin, dkk (2019) membuat perancangan conveyor berdasarkan
berat berbasis arduino. Penelitian menggunakan metode perancangan tanpa melalui
studi kasus sebelumnya, tetapi dengan menggunakan studi literature yang ada.
Hasil perancangan didapatkan kapasitas muatan 6 kg, dengan daya motor yang
dibutuhkan conveyor 0,024 Kw.
3. Sulistyono (2021) membuat kendali lengan robot berbasis android untuk otomatis
lifting barang. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode android dengan
menggunakan software arduino IDE untuk pemrograman arduino mega 2560 serta
basic 4 android untuk pemrograman menggunakan perangkat android. Hasil
pengujian pergerakan sudut motor servo lengan robot didapatkan nilai rata-rata
error sudut pergerakan motor servo pada lengan robot 1 adalah 2,5 % lengan robot
2 adalah 1,8 % serta lengan robot 3 adalah 2,2 %. Sedangkan hasil pengujian waktu
gerak motor servo terlihat bahwa nilai rata-rata error untuk lengan robot 1 sebesar
4,1%, lengan robot 2 sebesar 4,8 % serta lengan robot 3 sebesar 3,9 %.
4. Sarware, Namdeo, dkk (2020) membuat penelitian berjudul “Automated Pick and
Throw Robotic Arm from Conveyor Belt” dengan tujuan
untuk mempelajari, menganalisis dan membuat robotic arm dengan conveyor belt
yang melakukan pengambilan dan penempatan objek dari satu tempat ke tempat
lain. Disimpulkan bahwa penelitian dapat mendukung pertumbuhan industri dengan
mengurangi waktu yang dihabiskan untuk pemindahan material dan menghemat
biaya tenaga kerja.
5. Susilo (2013) membuat rancang bangun simulator pneumatik sebagai alat pemindah
barang dengan tujuan agar mahasiswa mampu merancang simulator pneumatik dan
memberikan contoh aplikasi penggunaan sistem otomasi pneumatik pada dunia
industri. Hasil perancangan menunjukkan bahwa untuk memindahkan barang
dengan massa 50 kg sejauh 0,5 meter diperlukan dua silinder pneumatik double
acting dengan kecepatan piston 8 cm/s, kapasitas udara yang dibutuhkan sebesar
0,0798 liter/detik dan tenaga yang dibutuhkan sebesar 0,067 HP.
6. Khalid dan Raihan (2016) membuat rancang bangun simulasi sistem pneumatik
untuk pemindah barang menggunakan metode CASCADE. Tujuan penelitian yaitu
mengetahui teknik dan cara merancang diagram rangkaian sistem kerja pneumatik 2
silinder secara benar dan tepat, serta sebagai media pembelajaran simulasi
pneumatik berdasarkan diagram rangkaian yang telah dibuat.
7. Nugroho, Karuana dkk (2021) membuat rancangan alat bantu pemindahan produk
menggunakan pneumatik dan karakuri pada mesin Cup Lower Pump Wire Press
PT. Mitsuba Indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode RCA (Root
Cause Analysis) yang meliputi identifikasi masalah, penentuan masalah,
pemahaman masalah, identifikasi faktor penyebab, tindakan korektif, dan
pemantauan sistem. Pengujian yang dilakukan adalah pengukuran waktu proses
mesin Cup Lower Pump Wire Press sebelum dimodifiksi dan setelah dilakukan
modifikasi. Hasil dari penelitian adalah lama waktu proses mesin Cup Lower Pump
Wire Press yang sebelumnya rata-rata 10.10 detik berkurang menjadi 8.99 detik
atau berkurang sebesar 10,99%.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Nama peneliti Isi Metode Hasil


Membuat perancangan desain truck Hasil desain dapat mengoptimalkan waktu dan
QFD (Quality Function
1 Pratama (2020) loader conveyor sebagai alat pemuatan biaya produksi
Deployment)
hasil panen kelapa sawit.
Jumriady, Membuat perancangan conveyor Didapatkan kapasitas muatan 6 kg, dengan daya
2 Sirajuddin, dkk berdasarkan berat berbasis arduino. Studi literature yang ada. motor yang dibutuhkan conveyor 0,024 Kw.
(2019)
Membuat kendali lengan robot Didapatkan nilai rata-rata error sudut
Android menggunakan
3 Sulistyono (2021) berbasis android untuk otomatis lifting pergerakan motor servo dan hasil pengujian
software Arduino IDE
barang. waktu gerak motor servo.
Membuat penelitian Automated Pick Penelitian dapat mendukung pertumbuhan
Sarware, Namdeo, and Throw Robotic Arm from industri dengan mengurangi waktu yang
4 VDI 2222
dkk (2020) Conveyor Belt dihabiskan untuk pemindahan material dan
menghemat biaya tenaga kerja.
Membuat rancang bangun simulator Pemindahan barang dengan massa 50 kg sejauh
pneumatik sebagai alat pemindah 0,5 meter diperlukan dua silinder pneumatik
barang double acting dengan kecepatan piston 8 cm/s,
5 Susilo (2013) VDI 2222
kapasitas udara yang dibutuhkan sebesar 0,0798
liter/detik dan tenaga yang dibutuhkan sebesar
0,067 HP.
Membuat rancang bangun simulasi Teknik merancang diagram rangkaian sistem
Khalid dan Raihan
6 sistem pneumatik untuk pemindah CASCADE kerja pneumatik 2 silinder secara benar dan
(2016)
barang tepat
Membuat rancangan alat bantu Waktu proses mesin Cup Lower Pump Wire
pemindahan produk menggunakan Press yang sebelumnya rata-rata 10.10 detik
Nugroho, Karuana RCA (Root Cause
7 pneumatik dan karakuri pada mesin berkurang menjadi 8.99 detik atau berkurang
dkk (2021) Analysis)
Cup Lower Pump Wire Press PT. sebesar 10,99%.
Mitsuba Indonesia.
Membuat perancangan alat bantu 2
axis loader dan conveyor pada
8 Kurniawan (2023) induction heating furnace ke mesin VDI 2222
straightening untuk proses produksi
leaf spring di PT. Indospring Tbk.
2.2 Dasar teori
2.2.1 Leaf spring
2.2.1.1 Definisi leaf spring
Leaf spring adalah benda elastis yang terdiri dari beberapa rakitan
lempengan plat baja berfungsi untuk mendapatkan efisiensi daya lenting
tinggi yang digunakan untuk menyimpan energi mekanis kendaraan
seperti mobil, truck dan minibus.
2.2.1.2 Jenis jenis leaf spring
a. Multi leaf spring

Gambar 2.1 Multi leaf spring


Sumber : PT. Indospring Tbk

b. Parabolic leaf spring

Gambar 2.2 Parabolic leaf spring


Sumber : PT. Indospring Tbk

c. Yoko oki leaf

Gambar 2.3 Yoko oki leaf


Sumber : PT. Indospring Tbk
d. Trailing leaf spring

Gambar 2.4 Trailing leaf spring


Sumber : PT. Indospring Tbk

2.2.1.3 Material leaf spring


Material yang digunakan untuk membuat leaf spring mempunyai
kriteria sebagai berikut :
a. Mempunyai kekuatan yang tinggi.
b. Tahan terhadap korosi.
c. Mempunyai keuletan yang tinggi.
d. Mempunyai ketangguhan yang tinggi.
2.2.1.4 Proses produksi leaf spring
1. Divisi shearing
a. Proses potong
Proses pemotongan material dari bentuk lonjor ke dalam bentuk
potongan sesuai dengan ukuran panjang sesuai tuntutan.
b. Proses punching
Proses pembuatan lubang untuk area center bolt, lubang rivet dan
lubang silenser pada leaf spring.
c. Proses corner press
Proses pembentukan corner radius pada sudut / ujung dari lubang.
d. Proses drilling
Proses pembuatan lubang untuk area center bolt pada leaf spring.
e. Proses diamond cutting
Proses pemotongan ujung dari leaf spring menyerupai diamond.
f. Proses trimming
Proses pemotongan kedua sisi pada ujung leaf spring.
g. Proses wrapper forming
Proses pembentukan wrapper pada leaf spring yang berfungsi
sebagai dudukan dari eye forming.
h. Proses eye forming
Proses pembentukan mata (eye) pada leaf spring yang berfungsi
sebagai dudukan hanger pada rangka (chasis) mobil/ kendaraan
i. Proses tapper
Proses penipisan bertahap dari arah center leaf sampai dengan ujung
leaf.
2. Divisi heating
a. Proses heating furnace
Proses pemanasan material leaf spring dengan media oven (furnace)
pada temperature 800-900°C selama waktu tertentu sehingga
struktur material mencapai fase austenit yang bertujuan untuk
mendapatkan kekerasan bahan sesuai spesifikasi dan mempermudah
proses pembentukan.
b. Proses chambering
Proses pembentukan chamber (radius) leaf spring menggunakan dies
dan press roll.
c. Proses quenching
Proses pendinginan kejut/cepat dari temperatur tinggi ke rendah
dengan menggunakan media oli untuk mendapatkan perubahan
struktur austenite ke martensit (keras dan getas).
d. Proses tempering.
Proses yang bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa dan
membentuk struktur tempermartensit (kuat dan ulet).
3. Divisi pre-assembling
a. Proses shot peening
Proses yang dilakukan untuk meningkatkan umur pakai leaf, tidak
mudah patah, dengan cara pembentukan compressive residual stress
(tegangan sisa tekan) dipermukaan tension.
b. Proses stress peening
Proses pembentukan tegangan sisa compressif pada permukaan
material dengan posisi chamber maksimum bertujuan meningkatkan
umur pakai leaf dan tidak mudah patah.
c. Proses primer painting
Proses pengecatan dasar dengan tujuan menghilangkan kontak
langsung antara material dengan udara (lingkungan) sehingga tidak
terjadi korosi pada material, dengan metode spray dan metode
celup/dipping
d. Proses eye grinding
Proses grinding yang dilakukan di area sisi eye forming untuk
mendapatkan kesejajaran dan ukuran yang tepat, agar tidak terjadi
masalah pada saat penempatan di hanger.
e. Proses eye reamer
Proses pengikisan diameter dalam eye forming dengan tujuan untuk
memperoleh sphericity (kebulatan).
f. Proses bushing press
Proses memasukkan bushing ke lubang eye forming.
g. Proses rivet
Proses pemasangan klip dengan mempergunakan rivet menggunakan
alat hidrolis press.
4. Divisi assembly
a. Proses assembly
Proses perakitan lembaran leaf sehingga menjadi leaf asembling
yang siap dipasang dikendaraan.
b. Cek torsi
Pengecekan terhadap torsi (kekencangan) center bolt dengan torque
checker.
c. Proses setting load testing
Proses pemberi beban actual (beban sesungguhnya kendaraan)
terhadap leaf spring, untuk mengetahui berapa elastisitasnya dan
mengkondisikan dalam beberapa ranking elastisitas sesuai drawing.
d. Proses painting finishing
Proses pengecatan akhir berfungsi untuk melapisi cat dasar sehingga
leaf spring secara visual baik, dan menyesuaikan warna cat pada
drawing.
e. Proses marking part number
Proses pemberian part number berdasarkan drawing.
f. Proses out going inspection
Proses pengecekan kualitas leaf spring (sesuai dengan standar yang
sudah ditentukan) sebelum di kirim ke gudang barang jadi dan
selanjutnya akan dikirim ke customer.

2.2.2 Induction Heating Furnace


2.2.2.1 Definisi induction heating furnace
Jenis tungku peleburan logam yang menggunakan arus listrik
dengan cara pemanasan non kontak untuk bahan konduktif.
2.2.2.2 Prinsip pemanasan induction heating furnace
a. Electromagnetic induction
Transfer energi ke objek yang akan dipanaskan terjadi melalui
induksi elektromagnetik. Bahan konduktif elektrik yang ditempatkan
pada medan magnet variabel adalah tempat arus listrik terinduksi
yang disebut arus eddy yang akan menyebabkan pemanasan joule,
dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Electromagnetic induction


Sumber : Academia.edu
b. Joule heating
Joule heating adalah proses aliran arus listrik melalui konduktor
melepaskan panas. Panas yang dihasilkan sebanding dengan kuadrat
arus dikalikan dengan hambatan listrik kawat. Alur proses joule
dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Joule heating


Sumber : Academia.edu

2.2.3 Mesin Straightening


2.2.3.1 Definisi mesin straightening
Mesin yang digunakan untuk pelurusan atau pembentukan ujung
leaf (proses yobimage) dengan tujuan agar material leaf spring tetap
pada bentuk sesuai tuntutan setelah diproses tapper.

2.2.4 Komponen rangka loader


2.2.4.1 Analisis komponen rangka loader and conveyor
Komponen rangka desain loader dan conveyor akan dianalisis
kekuatan pembebanan karena gaya yang diterima dan gravitasi. Buku
solidworks simulation menjelaskan bahwa analisis pembebanan
tergantung pada jenis lingkungan beban, penyertaan efek inersia, dan
sifat material untuk menentukan jenis analisis yang sesuai. Jenis analisis
umum termasuk statis linier, statis nonlinier, dinamis, tekuk,
perpindahan panas, kelelahan, dan optimasi. Analisis statis diperoleh
dari respon jangka panjang struktur terhadap beban yang diterapkan.
Sedangkan analisis dinamis diperoleh dar peubahan beban dengan
waktu atau frekuensi.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Madjid & Pradana (2021),
menunjukan bahwa analisis rangka utama dilakukan dengan analisis
statis pada software solidworks menggunakan pembebanan merata dari
gaya yang diterima dan gaya gravitasi. Analisa tegangan maksimal pada
Gambar 2.7 dapat menyimpulkan apakah konstruksi rangka mesin
sudah sesuai ketentuan.

Gambar 2. 7 Analisis tegangan maksimal


Sumber : Madjid & Pradana (2021)

2.2.5 Conveyor
2.2.5.1 Definisi conveyor
McGuire P, (2010) menuliskan bahwa conveyor merupakan
bagian dari sejumlah perlengkapan yang digunakan untuk pengendalian
material (material handling). Pengendalian material meliputi
pergerakan: bahan baku, suku cadang, kotak, peti, palet, dan barang
yang harus dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, idealnya
dengan cara yang paling efisien. Pemindahan tidak menambahkan nilai
pada suku cadang, produk, atau bagian yang sedang dipindahkan, tidak
membentuk, memproses, atau merubah produk dengan cara apapun,
tujuannya adalah proses pelayanan yang memiliki pengaruh tidak
langsung pada biaya produk. Objektif dari pengaplikasian conveyor
adalah sebagai berikut: mengurangi penanganan manual, mengurangi
biaya produksi, meringankan beban kerja operator, meningkatkan hasil
produksi.
2.2.5.2 Transmisi rantai
(Tech AV, 2018) Rantai adalah komponen transmisi fleksibel
yang terdiri dari serangkaian tautan logam, dilengkapi roller, pin,
bushing, side bar, inner-link, outer-link, master-link dan komponen
pelengkap lain yang dirancang untuk menggunakan pitch sprocket
sesuai dengan yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Gambaran umum transmisi rantai
Sumber : Tech AV (2018)

Komponen utama terdiri dari 2 bagian yaitu; inner-link sebagai


penampung rol, dan outer-link sebagai penghubung tautan dalam sesuai
dengan yang dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Komponen utama transmisi rantai


Sumber : Tech AV (2018)

2.2.5.3 Kecepatan linier dan kecepatan transversal


Kapasitas produksi leaf spring ditentukan berdasarkan kecepatan
linear coveyor. Nugraha A & Isworo H (2018) menjelaskan bahwa
kecepatan linier suatu titik yang bergerak pada lintasannya adalah
perubahan posisi dibagi perubahan waktu yang secara matematis
dinyatakan sebagai berikut:
𝑠
𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒𝑎𝑟 =
𝑡
Keterangan :
𝑉𝑙𝑖𝑛𝑒𝑎𝑟 = Kecepatan linear (mm/s)
𝑠 = Jarak lintasan (mm)
𝑡 = Waktu (s)

Rotasi atau perpindahan sudut suatu titik didefinisikan sebagai


perubahan posisi dengan jarak yang tetap terhadap suatu titik lain,
hubungan kecepatan linier dengan kecepatan transversal adalah:
𝑉𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑣𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙 = 𝑟 𝑥 𝜔
Keterangan :
𝑉𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑣𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙 = Kecepatan transversal (mm/s)
𝑟 = Radius lintasan (mm)
𝜔 = Kecepatan sudut (s)

Kecepatan sudut dinyatakan dalam putaran per menit atau rpm,


karena satuan putaran adalah 2π radian maka diperoleh hubungan
sebagai berikut:
2𝜋
𝜔= 𝑛
60
Keterangan :
𝜋 = Phi lingkaran, nilai : 3,14
𝑛 = Putaran per menit (rpm)

2.2.6 Komponen penggerak


2.2.6.1 Motor listrik
Bagia & Parsa (2018) menjelaskan bahwa motor listrik termasuk
kedalam kategori mesin listrik dinamis dan merupakan sebuah
perangkat elektromagnetik yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Perubahan dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi
magnet yang disebut sebagai elektro magnet, kutub kutub dari magnet
yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan
tarik-menarik. Gerakan diperoleh jika menempatkan sebuah magnet
pada sebuah poros yang dapat berputar dan magnet yang lain pada suatu
kedudukan tetap. Motor listrik secara umum ada 2 yaitu motor listrik
AC dan motor listrik DC. Gambar 2.10 menggambarkan klasifikasi
motor listrik.

Gambar 2.10 Klasifikasi jenis utama motor listrik


Sumber : Bagia, Parsa (2018)

a. Motor DC
Motor arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung
yang tidak langsung / direct-undirectional. Motor DC dapat dilihat pada
Gambar 2.11 dan digunakan pada penggunaan khusus serta diperlukan
penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran
kecepatan yang luas. Keuntungan penggunaan adalah sebagai
pengendali kecepatan tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya,
dibatasi untuk penggunaan berkecepatan rendah karena sering terjadi
masalah dengan perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang
lebih besar, harga relative lebih murah. Pengaplikasian motor DC pada
bidang industri digunakan untuk; traksi, elevator, conveyor, tram listrik,
serta penggerak mesin produksi.

Gambar 2.11 Motor listrik DC


Sumber : Bagia, Parsa (2018)
b. Motor AC
Motor arus bolak balik menggunakan arus listrik yang membalikkan
arahnya secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik
memiliki dua buah bagian dasar listrik: stator dan rotor. Motor AC
merupakan motor yang sering dipergunakan pada industri karena
kehandalannya dan lebih mudah dalam perawatan, memiliki harga
setengah atau kurang dari harga sebuah motor DC dan memberikan
rasio daya terhadap berat yang cukup tinggi. Motor listrik AC
berdasarkan karakteristik dari arus listrik yang mengalir, terdiri dari 2
jenis, yaitu; Motor arus bolak-balik 1 fasa dan 3 fasa. Gambar 2.12
menampilkan motor induksi 3 fasa.

Gambar 2.12 Motor listrik AC


Sumber : Bagia, Parsa (2018)

2.2.6.2 Perhitungan motor


a. Speed N [r/min] and Velocity [m/s]
𝑁
𝑉=𝜋𝑥𝐷
60
Keterangan :
𝜋 = Phi lingkaran, nilai : 3,14
𝐷 = Diameter roda (m)

b. Torque T [N.m, kgf.m]


➢ SI Units
𝑇=𝐹𝑥𝑅
Keterangan :
𝐹 = Load (N)
𝑅 = Radius roda (m)

➢ Gravitational Units
𝑇=𝐹𝑥𝑅
Keterangan :
𝐹 = Load (kgf)
𝑅 = Radius roda (m)

c. Power P [Kw]
➢ SI Units
𝐹𝑥𝑉
𝑃=
1000
Keterangan :
𝐹 = Load (N)
𝑉 = Velocity (m/s)

➢ Gravitational Units
𝐹𝑥𝑉
𝑇=
102
Keterangan :
𝐹 = Load (kgf)
𝑉 = Velocity (m/s)

2.2.7 Elemen transmisi


2.2.7.1 Roda gigi
Sudibyo B (1991) menjelaskan bahwa roda gigi terdiri dari bentuk-
bentuk dasar yang berbeda dan disesuaikan dengan penggunaannya.
Tabel 2.2 menjelaskan penggunaan berdasarkan bentuk dan kedudukan
sumbu. Roda gigi silindris atau spur gear terdapat sejumlah alur yang
berbeda yaitu; lurus, lurus tahap, miring, miring ganda, dan busur
lingkaran sesuai yang ditampilkan oleh Gambar 2.13.
Tabel 2.2 Bentuk bentuk dasar roda gigi
Sumber : Sudibyo B

Kedudukan
Bentuk dasar roda gigi Penggunaan (lihat gambar 2.18)
sumbu
1) roda gigi spur (silindris) sejajar a) roda gigi lurus, pasangan luar
b) road gigi lurus, pasangan dalam

2) batang gigi (silindris sejajar


c) pasangan batang gigi - roda gigi
berdiameter tak terhingga)
3) roda gigi payung (kerucut) berpotongan d) pasangan roda gigi payung
4) roda gigi uliran (silindris) bersilangan e) pasangan roda gigi baut
5) poros cacing dan roda bersilangan f) pasangan poros cacing - roda
cacing cacing

Gambar 2.13 Bentuk bentuk dasar roda gigi


Sumber : Sudibyo B

Gambar 2.14 Alur roda gigi silindris


Sumber : Sudibyo B
2.2.8 Sistem pneumatik
2.2.8.1 Definisi pneumatik
Sumbodo, Setiadi, dkk (2017) Prinsip kerja dari sistem pneumatik
adalah merubah energi yang terdapat pada udara bertekanan menjadi
energi gerak, baik gerak translasi melalui silider pneumatik, maupun
gerak rotasi pada motor pneumatik. Proses memproduksi udara
bertekanan diawali dengan udara luar dengan tekanan 1 atm dihisap
oleh kompresor selanjutnya ditampung pada tangki udara, setelah
tekanan udara meningkat, pada tekanan tertentu udara dialirkan melalui
katup-katup ke actuator seperti silinder pneumatik atau motor
pneumatik.
Pneumatik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pneuma" yang
berarti napas atau udara. Istilah pneumatik selalu berhubungan dengan
teknik penggunaan udara bertekanan di atas 1 atmosfer maupun tekanan
dibawah 1 atmosfer (vacum). Pneumatik merupakan ilmu yang
mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara kempa).
Penggunaan udara bertekanan tidak hanya untuk keperluan menambah
tekanan udara ban mobil/motor, melepaskan ban mobil dari peleknya,
membersihkan mesin, tetapi dapat digunakan untuk keperluan sistem
gerak otomatis menggantikan pekerjaan manusia untuk mengangkat,
menggeser, menekan memutar, pada proses produksi/manufaktur.
Distribusi aliran udara pada sistem pneumatik dapat dilihat pada
gambar 2.15.

Gambar 2.15 Distribusi aliran udara sistem pneumatik


Sumber : Sumbodo, Setiadi, dkk (2017)
2.2.8.2 Jenis jenis aktuator pneumatik yang digunakan.
1. Double acting cylinder (silinder kerja ganda)
Terdapat 2 buah saluran, yaitu saluran masuk untuk mendorong batang
silinder dan saluran keluar untuk membuat batang silinder bergerak
mundur. Cara kerjanya yaitu memberi udara bertekanan pada salah satu
dari ke dua lubang untuk mengisi ruang tangki yang ada pada silinder,
sehingga akan bergerak maju atau mundur. Skema pneumatik double
acting cylinder dapat dilihat pada gambar 2.16.

Gambar 2.16 Double acting cylinder


Sumber : Jafar (2019)

2. Single acting cylinder (silinder kerja tunggal)


Bagian dalam silinder kerja tunggal terdapat pegas yang digunakan
untuk mengembalikan posisi silinder maju dan mundur. Peran pegas
untuk pergerakan silinder bergerak mundur ketika batang piston dalam
posisi maju. Silinder bergerak maju karena diberi udara bertekanan,
sehingga perlahan batang silinder akan bergerak maju begitu pula
sebaliknya. Skema pneumatik single acting cylinder dapat dilihat pada
gambar 2.17.
Gambar 2.17 Single acting cylinder
Sumber : Jafar (2019)

2.2.9 Metode penelitian


2.2.9.1 Verein Deutsche Ingenieure 2222 (VDI 2222)
VDI 2222 adalah standar acuan dari metode perancangan khususnya
untuk perancangan konsep sistem. Proses perancangan menurut VDI
2222 dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap
perancangan, tahap pengecekan, tahap revisi, dan tahap eksekusi konsep.
Tahapperencanaan dimulai ketika muncul atau ditemukan suatu masalah
dan diakhiri dengan tahap eksekusi konsep yang merupakan solusi dari
masalah yang dihadapi. Jänsch, Birkhofer (2006)
Tahap perencanaan terdiri dari beberapa aktivitas, yaitu identifikasi
kebutuhan konsumen beserta tingkat kepentingannya, analisis karakteristik
teknis yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, dan pembuatan
matriks hubungan. Tahap perancangan terdiri dari pengembangan
konsep dengan metodedesain morfologi, pendeskripsian alternatif konsep,
dan penilaian konsep. Desain morfologiadalah metode perancangan konsep
mesin dengan memberikan beberapa konsep alternatif desain. Desain
morfologi bertujuan untuk mengetahui konsep dasar perencanaan, jenis
jenis perencanaan dan proses pelaksanaan perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai