Anda di halaman 1dari 35

1

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM MENENTUKAN


HARGA JUAL PADA PT. MAHAKAM BETA FARMA

Oleh :

Rizki Nurhadi Riska Oktavia Fakhri Fatih Widodo


41622110016 41621120026 41622110007

Universitas Mercu Buana Jakarta


Program Studi Analisi Biaya
Fakultas Teknik Industri
2023
2

ABSTRAK

Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode full costing merupakan suatu
informasi biaya pada suatu perusahaan pada umumnya yang sangat dibutuhkan dalam
menentukan harga jual.biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan produk yang
diperoleh, unsur biaya produk berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik. Unsur biaya ini digunakan sebagai dasar untuk penentuan harga pokok
produksi dan menentukan harga jual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan harga
pokok produksi menggunakan metode full costing.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, data yang digunakan
dikumpul dari hasil wawancara dan observasi dengan mengamati secara langsung mengenai
pengolahan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi. Narasumber dari penelitian ini
adalah pemilik usaha PT. Mahakam Beta Farma

Hasil penelitian yang didapatkan bahwa dari perhitungan harga pokok produksi dengan
metode full costing dibandingkan dengan harga pokok produksi yang digunakan dengan
perhitungan perusahaan memberikan hasil yang berbeda . Perhitungan menggunakan metode full
costing lebih baik dalam menganalisis biaya produksi karena dengan metode ini merincikan
seluruh biaya produksi yang terkait dengan proses proses produksi sehingga hasil yang diperoleh
menunjukan hasil akurat yang dikeluarkan selama proses produksi.
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "analisis penentuan harga
pokok produksi menggunakan metode full costing

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca. Izin penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada

- Dosen Analisi Biaya M. Ary Budi Yuwono D. FT


4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………….1

ABSTRAK ……………………………………………………………………………………2

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..3

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….4

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….6

A. Latar Belakang ………………………………………………………………..6


B. Rumusan Maasalah …………………………………………………………...7
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………………..7
D. Maanfaat Penelitian …………………………………………………………..8

BAB II TUJUAN PUSTAKA ……………………………………………………………….9

A. Pengertian Biaya ……………………………………………………………..9


B. Harga Pokok Produksi ……………………………………………………….11
C. Harga Jual Produksi …………………………………………………………15

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………………………..22

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………………….22


B. Jenis dan Sumber Data ………………………………………………………22
C. Metode Pengumpulan Data …………………………………………………22
D. Metode Analisis Data ………………………………………………………..23
E. Devinisi Oprasional Variable ……………………………………………….23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………………..24

A. Pengelompokan Biaya ……………………………………………………..24


B. Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi ………………………………..26
C. Perhitungan Harga Pokok Penjualan ………………………………………29
5

BAB V PENUTUP ………………………………………………………………………….32

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….....32
B. Saran …………………………………………………………………………32

DAFTAR PUSAKA …………………………………………………………………………34


6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harga jual suatu produk ditentukan dari penentuan harga pokok produksi. Jika perhitungan
harga pokok produksi tidak tepat maka akan mempengaruhi penentuan harga jual produk yang tidak
tepat juga. Misalnya perhitungan harga pokok produksi yang tinggi, maka akan menghasilkan penentuan
harga jual yang tinggi pula. Akibatnya suatu produk tidak mampu bersaing di pasar. Begitu juga
sebaliknya, jika perhitungan harga pokok produksi rendah maka akan menghasilkan penentuan harga
jual yang rendah pula akibataya perusahaan tidak mencapai laba yang maksimal walaupun harga jual
dapat bersaing di pasar

Seperti diungkapkan oleh Rudianto, bahwa salah satu persoalan rumit yang dihadapi oleh
manajemen suatu perusahaan adalah menetapkan harga jual produk perusahaan. Harga jual produk
perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Namun,
penetapan harga jual yang dianggap tepat bukan perkara mudah. Penetapan harga suatu produk
memerlukan analisis pasar, analisis pesaing, dan analisis produksi. Itu berarti memerlukan koordinasi di
antara bagian pemasaran, bagian penelitian, bagian keuangan, bagian Manajemen, dan bagian produksi
serta beberapa bagian yang terkait

Penetapan harga jual produk memerlukan berbagai pertimbangan yang terintegrasi. Mulai dari
biaya produksi, biaya operasional, target laba yang diinginkan perusahaan, daya beli masyarakat, harga
jual pesaing, kondisi perekonomian, elastisitas harga produk dan sebagainya. Karena itu, penentuan
harga jual produk perusahaan haruslah merupakan kebijakan yang harus benarbenar dipertimbangkan
secara matang dan terintegrasi.

Walaupun terdapat banyak aspek yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan
harga jual produk, tetapi seringkali faktor biaya dijadikan titik tolak dalam penetapan harga jual produk.
Kebijakan harga jual produk dan biaya akan selalu berubah-ubah sesuai dengan perubahan biaya produk
dan kondisi pasar. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk di dalam
suatu periode akan dijadikan dasar untuk menetapkan harga jual produk. Persoalannya, berapa besar
marjin laba yang diinginkan perusahaan untuk setiap unit produk yang dihasilkannya. Penetapan marjin
7

laba di atas biaya yang dikeluarkan perusahaan memerlukan suatu keahlian khusus dengan
pertimbangan dari berbagai aspek yang kompleks sebagaimana disebutkan di atas.

Dalam penentuan harga pokok produksi kaitannya dengan harga jual produk, terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan. Secara garis besar terdapat dua pendekatan pokok yaitu:

1. Pendekatan biaya. Terbagi ke dalam beberapa metode, yaitu:

a) Penetapan harga biaya plus,


b) Penetapan mark-up, dan
c) Penetapan harga breakeven.

2. Pendekatan pasar atau persaingan.

PT Mahakam Beta Farma adalah usaha pertama Mahakam Group di industri farmasi, yang
memproduksi produk farmasi terjangkau dengan standar kualitas internasional. Pada tahun
1980, Mahakam Beta Farma diberikan izin oleh Mundipharma AG, Swiss untuk memproduksi
antiseptik Betadine. PT Mahakam Beta Farma adalah salah satu anak
Perusahaan Mahakam Group yang berdiri tahun 1980 dengan memproduksi obat-obatan
seperti Betadine (Betadine terpilih sebagai antiseptik yang digunakan NASA dalam
penerbangan luar angkasa) dan Phyllocontin (Obat untuk penderita asma bronkial). Mahakam
yang berdiri sejak 2014 memproduksi berbagai macam formulasi pestisida, di
antaranya herbisida, insektisida, fungsidia, dan zat pengatur tumbuh

B. Rumusan Masalah

Dalam Proposal ini, akan dititikberatkan pembahasan pada masalah di atas, yaitu:

1. Bagaimana metode perhitungan harga pokok produksi pada PT Mahakam Beta Farma?
2. Bagaimana metode penetapan harga jual pada PT Mahakam Beta Farma?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu:
8

1. Untuk mengetahui metode perhitungan harga pokok produksi pada PT Mahakam Beta
Farma
2. Untuk mengetahui metode penetapan harga jual pada PT Mahakam Beta Farma

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen PT Mahakam Beta Farma Kaitannya
terhadap kualitas pelayanan dan penyediaan fasilitas pengaruhnya terhadap kepuasan
pelanggan
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak pelanggan PT Mahakam Beta Farma.
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian yang releven
dengan penelitian ini.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Biaya

Di dalam pembahasan mengenai “biaya” mendapat tempat yang sangat luas. Bahkan
terdapat pembahasan akuntansi khusus mengenai biaya, yang disebut sebagai “Akuntansi Biaya”.
Akuntansi biaya, seperti disebutkan oleh Maher dan Deakin, merupakan bagian yang integral
dengan financial accounting. Dengan demikian, “Akuntansi biaya” adalah salah satu cabang
akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya
secara sistematis, serta menyajikannya informasi biaya dalam bentuk laporan biaya

Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense). Cost adalah pengorbanan ekonomis yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired cost,
yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil. Beban dikaitkan
dengan revenue pada periode yang berjalan. Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan
perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil
penjualan, maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai
loss.

Biaya, seperti dikemukakan oleh Kotler, dapat digolongkan ke dalam dua jenis:

1. Biaya tetap
Biaya tetap (fixed cost, juga sering disebut overhead) adalah biaya-biaya yang tidak akan
berbeda karena pengaruh produksi atau penjualan. Perusahaan harus membayar tagihan
setiap bulan untuk sewa, listrik, bunga pinjaman, gaji, dan lain-lain.
2. Biaya variable
Biaya variabel akan naik dan turun seirama dengan tingkat produksi. Biayabiaya ini
dihitung konstan per unit yang diproduksi. Biaya-biaya ini disebut variabel karena jumlah
totalnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi. Biaya total (total cost)
10

merupakan gabungan biaya tetap dan biaya variabel untuk setiap tingkat produksi
tertentu. Adapun biaya rata-rata (average cost) adalah biaya per unit pada tingkat
produksi tersebut; biaya ini sama dengan biaya total dibagi produksi.

Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang
diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk :

1) Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan informasi atau data
biaya masa lalu yang diperlukan untuk m,enyusun perencanaan, dan selanjutnya atas
dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan akhirnya pengendalian dapat
dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan di masa yang akan dating
2) Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan dapat membantu
dalam

a. Penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun barang dalam proses
b. Penetapan harga jual terutama harga jual yang didasarkan kontrak, walaupun
tidak selamanya penentuan harga jual berdasarkan harga pokok, dan penetapan
laba
c. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen. Selanjutnya, Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk

menggolongkan biaya di antaranya :

1. Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan


a) Factory Cost (Biaya Produksi)
1) Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost)
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
3) Biaya Overhead.

b.) Commercial Expense (Biaya Operasi)

1) Biaya penjualan dan pemasaran


2) Biaya administrasi dan umum.

2. Berdasarkan Periode Akuntansi


11

a) Capital Expenditure (Pengeluaran Modal). Pengeluaran ini akan memberi manfaat


pada beberapa periode akuntansi. Jenis pengeluaran ini dikapitalisirdan dicantumkan
sebagai harga perolehan. Suatu pengeluaran dikelompokkan sebagai capital
expenditure jika pengeluaran ini memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi,
jumlahnya relatif besar, dan pengeluaran ini sifatnya tidak rutin
b) Revenue Expenditure (Pengeluaran Penghasilan). Pengeluaran ini akan memberi
manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran ini terjadi. Pengeluaran ini
menjadi beban pada periode tersebut, dan dicantumkan dalam income statement.
Suatu pengeluaran dikelompokkan sebagai revenue expenditure jika pengeluaran
tersebut memberi manfaat pada periode terjadinya pengeluaran tersebut, jumlahnya
relatif kecil, dan umumnya pengeluaran ini sifatnya rutin.

B. Harga Pokok Produksi

Harga, menurut Basu Swastha, adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

Sedangkan kata “produksi” sering digunakan dalam istilah membuat sesuatu. Dalam
istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat diartikan: “Pengubahan bahan-
bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa
barang ataupun jasa”.

Dari segi sistem akuntansi biaya (cost system), harga pokok produksi dapat
dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu :

1. Actual Cost System (Sistem Harga Pokok Sesungguhnya). Yaitu sistem pembebanan
harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok
yang sesungguhnya dinikmati. Pada sistem ini, harga pokok produksi baru dapat dihitung
pada akhir periode setelah biaya sesungguhnya dikumpulkan.
2. Standard Cost System (Sistem Harga Pokok Standar). Yaitu sistem pembebanan harga
pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sebesar harga pokok yang telah
ditentukan/ditaksir sebelum suatu produk atau pesanan dikerjakan.
12

Sedangkan dari segi Sistem Pengumpulan Harga Pokok, dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu:

1. Job Order Cost. Yaitu suatu metode pengumpulan harga pokok produk yang
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak. Jadi setiap ada pesanan mempunyai
harga pokok tersendiri yang dibuat dalam job cost sheet. Pada metode ini, produksi
dilakukan untuk memenuhi pesanan pelanggan
2. Process Cost. Yaitu metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap satuan waktu. Pada metode ini, proses produksi diperusahaan
dilaksanakan secara terus menerus, barang yang dihasilkan homogen, dan perhitungan
harga pokok produksi didasarkan atas waktu. Pada metode ini, produksi dilakukan untuk
memenuhi stock.

Untuk menghitung biaya dari metode harga pokok proses (process cost) adalah sebagai
berikut:

a. Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkas dan


menghitung harga pokok baik total maupun satuan atau per unit. Apabila produk diolah
melalui beberapa tahap atau departemen,
b. Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui rekening barang
dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya. Apabila produk diolah
melalui beberapa departemen, rekening barang dalam proses disamping diselenggarakan
untuk setiap elemen biaya harus diselenggarakan untuk setiap departemen di mana
produk diproses.
c. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode tertentu. Apabila
produk diproses melalui beberapa tahap atau departemen, laporan produksi tersebut
dibuat untuk setiap departemen.
d. Produksi ekuivalen (equivalent production) digunakan untuk menghitung harga pokok
satuan. Produksi ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi di mana pengolahan
produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai.
e. Untuk menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi tertentu, maka
elemen biaya produksi tertentu (misalnya biaya bahan) tersebut dibagi dengan produksi
13

ekuivalen imtuk elemen biaya yang bersangkutan (produksi ekuivalen bahan). Lebih
jauh, menurut Rudianto, Harga Pokok Produksi terdiri dari:

1. Biaya bahan baku langsung (Direct matenals)


Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian
integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya
produk. Pertimbangan utama dalam mengelompokkan bahan kedalam bahan baku
langsung adalah kemudahan penelusuran proses pengubahan bahan tersebut sampai
menjadi barang jadi. Sebagai contoh, paku untuk membuat peralatan mebel merupakan
bagian dari barang jadi, namun agar perhitungan biaya mebel tersebut bisa dilakukan
secara cepat, bahan ini dapat diklasifikasikan sebagai bahan baku tidak langsung.
Rudianto memformulasikan penghitungan Biaya bahan baku sebagai berikut.
Biaya bahan baku ditentukan oleh kebutuhan bahan baku dari setiap unit produk yang
dihasilkan perusahaan dikalikan dengan volume produksi, sehingga ditemukan volume
total bahan baku untuk periode tersebut. Kebutuhan total bahan baku untuk produksi
ditambah dengan persediaan bahan baku yang diinginkan pada periode tersebut dan
dikurangi dengan persediaan bahan baku yang direncanakan pada awal periode. Dari
penjumlahan dan pengurangan akan diperoleh volume bahan baku yang direncanakan
untuk dibeli, dikalikan dengan harga baku per unitnya akan diperoleh nilai pembelian
bahan baku yang direncanakan.
Dari formulasi di atas, lebih mudah dipahami jika dilihat pada formula dalam
bentuk rumus di bawah ini:

Volume Total Bahan Baku = Bahan baku per unit x volume produksi

Bahan Baku yang dibeli = Volume total bahan baku + persediaan akhir – persediaan
awal

Nilai Pembelian Bahan Baku = Bahan Baku yang akan dibeli x harga per unit

2. Biaya tenaga kerja langsung, adalah karyawan atau karyawati yang dikerahkan untuk
mengubah bahan iangsung menjadi barang jadi. Biaya untuk ini meliputi gaji para
karyawan yang dapat dibebankan kepada produk tertentu.
14

3. Biaya beban pabrik {Factory overhead).


Yang disebut overhead pabrikasi atau "beban pabrik” dapat didefinisikan sebagai
biaya dari bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi
lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk. Secara sederhana overhead
pabrik mencakup semua biaya pabrikasi kecuali bahan langsung dan pekerja langsung.
Bahan baku tidak langsung adalah semua bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan
suatu produk, tetapi pemakaiannya kecil sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan
baku langsung. Bahan-bahan seperti minyak pelumas, minyak gemuk, lap pembersih,
termasuk dalam perbekalan pabrik (factoty supplies) yang merupakan bahan baku tidak
langsung yang diperlukan untuk menjaga agar lokasi kerja dan mesin-mesin tetap dalam
keadaan siap-pakai dan aman.)
Dan tenaga kerja tidak langsung adalah para karyawati-karyawati yang
dikerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi pembuatan atau pembentukan
barang jadi. Biaya pekerja tidak langsung meliputi gaji para penyelia (supervisor), kepala
gudangm dan pekerja lain yang bertugas dalam kerja pemeliharaan yang tidak secara
langsung berkaitan dengan produksi.
Selanjutnya, informasi harga pokok produksi sangat bermanfaat khususnya
dalam:
a. Menentukan harga jual produk.
Perusahaan yang berproduksi massal memproses produknya untuk memenuhi persediaan
di gudang. Dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk
mengetahui perkiraan biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual
produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan
disamping data biaya yang lain
b. Memantau realisasi biaya.
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan,
manajemen memerlukan penetapan biaya produksi yang sesungguhnya dikeliuarkan
dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan
untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu
tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi
15

sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Pengumpulan biaya produksi untuk


jangka waktu tersebut dilakukan dengan menggunakan “Metode harga pokok proses”.
c. Menghitung laba/rugi bruto periode tertentu.
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode
tertentu mampu rnenghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen
memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk
dalam periode tertentu. Informasi laba/rugi bruto periodik diperlukan untuk rnengetahui
kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba/rugi. Oleh
karena itu, metode harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan
informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu guna
menghasilkan informasi laba/rugi bruto tiap periode.
d. produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu guna menghasilkan
informasi laba/rugi bruto tiap periode.

Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,


manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba. Di dalam
neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok
produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses (work in pracess). Untuk tujuan tersebut,
manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode.

Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tersebut manajemen dapat menentukan biaya
produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca. Di samping
itu berdasarkan catatan tersebut, manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang
melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya produksi
yang melekat pada produk jadi yang belum laku di jual pada tanggal neraca disajikan dalam
neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi.

Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses
pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

C. Harga Jual Produk


16

Penentuan harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen. Harga
yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos, atau bahkan lebih dari itu, yaitu untuk
mendapatkan laba. Salah satu prinsip bagi manajemen dalam penentuan harga ini adalah:
„Menitikberatkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang
cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba”.

Tingkat harga produk/jasa dipengaruh oleh beberapa faktor, seperti: kondisi


perekonomian, penawaran dan permintaan, elastisitas permintaan, persaingan, biaya, tujuan
manajer, dan Pengawasan pemerintah.

Rudianto mengatakan, bahwa secara umum terdapat beberapa metode yang dapat
dipergunakan untuk menentukan harga jual suatu produk dengan berbasis pada besarnya biaya
yang dikeluarkan perusahaan, yaitu:

1. Metode Maksimalisasi Laba

Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan
laba maksimal dalam jangka panjang. Laba maksimal dalam jangka pendek bukan tujuan yang
baik dari perusahaan yang ingin hidup berkesinambungan dalam jangka panjang. Laba usaha per
unit produk yang besar, tetapi tidak diimbangi dengan volume penjualan produk yang optimal,
jelas hanya akan menghasilkan laba usaha total yang tidak optimal. Sebaliknya, laba usaha per
unit produk yang kecil tetapi diimbangi dengan penjualan produk dalam volume yang besar,
mungkin juga tidak akan menghasilkan laba usaha total seperti yang diharapkan.

Jika faktor harga jual akan berpengaruh secara nyata terhadap volume penjualan produk
maka menghitung dan menganalisis berbagai variasi dan alternatif harga jual dan volume
penjualan sangat diperlukan untuk melihat alternatif yang paling menguntungkan bagi
perusahaan. Kombinasi antara harga jual dan volume penjualan yang paling menguntungkan
harus dipilih untuk melihat dampak optimalnya perolehan laba usaha perusahaan.

2. Metode Tingkat Pengembalian Atas Modal

Terkadang perusahaan menetapkan terlebih dahulu besarnya tingkat pengembalian atas


modal yang ditanamkannya di dalam suatu bidang usaha, sebagai dasar untuk menentukan harga
jual produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
17

para penanam modal perusahaan mengharuskan perusahaan menggunakannya sebagai dasar


untuk menetapkan harga jual produk pada kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan.

Dengan demikian, dapat diformulasikan harga jual dengan metode pengembalian atas
modal adalah sebagai berikut:

Harga = total biaya + (tingkat pengembalian modal x modal)

Volume

penjualan Misal = 320.000.000 + (20% x 500.000.000) = Rp.8.400/unit

50.000

3. Metode Biaya Konversi

Jika suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu produk dengan komposisi biaya yang
berbeda satu dengan lainnya maka perusahaan tersebut dapat mempertimbangkan untuk
membuat pilihan produksi yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Artinya, jika
perusahaan memiliki 2 produk untuk dihasilkan dengan jumlah laba per unit yang sama antara
satu produk dengan lainnya maka perusahaan harus melihat komposisi biaya di antara kedua
produk. Dengan melihat dan menganalisa komposisi biaya masingmasing produk tersebut,
perusahaan dapat memilih untuk memproduksi salah satu produk saja yang memberikan
keuntungan total yang lebih besar bagi perusahaan.

4. Metode Marjin Kontribusi

Marjin kontribusi adalah selisih harga jual dengan biaya produksi variabel yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Marjin kontribusi bukanlah laba kotor usaha.
Marjin kontribusi dihitung dengan mengabaikan biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan. Jika
perusahaan telah mencapai titik impas (break event point) maka biaya tetap yang dikeluarkan
perusahaan pada periode tersebut telah dibebankan dan ditutup oleh volume impas tersebut. Itu
juga berarti bahwa untuk volume penjualan di atas volume impas perusahaan dapat mengabaikan
biaya tetap tersebut dalam menentukan harga jual produknya. Tentu saja hal itu hanyalah salah
satu alternatif yang dapat diambil perusahaan dalam menghadapi berbagai persoalan di dalam
menentukan harga jual produknya. Misalnya, dalam menghadapi persaingan harga yang ketat
18

menentukan harga jual produk untuk pesanan khusus, menentukan harga jual produk untuk
pesanan tambahan, dan sebagainya.

5. Metode Biaya Standar

Jika perusahaan telah memiliki biaya standar yang dijadikan tolok ukur dalam
menentukan besarnya biaya produksi maka penentuan harga jual pula ditentukan berdasarkan
biaya standar yang dimiliki perusahaan. Persoalannya seringkali realisasi biaya produk
menyimpang dari biaya standar yang dimiliki perusahaan. Jika terjadi penyimpangan realisasi
biaya produksi dari biaya standarnya maka harus segera diambil tindakan cepat untuk merevisi
keputusan harga jual yang telah ditetapkan.

Secara umum terdapat 4 jenis perusahaan dilihat dari reaksi yang mereka lakukan
terhadap penyimpangan biaya standar, yaitu:

a. Perusahaan yang tidak merevisi standar yang telah ditetapkannya, walaupun terjadi
penyimpangan di dalam realisasi biaya produksi.
b. Perusahaan yang merevisi standar yang telah ditetapkan dalam batas tertentu, pada saat
terjadi penyimpangan di dalam realisasi biaya produksi.
c. Perusahaan yang merevisi standar yang telah ditetapkan agar lebih sesuai dengan kondisi
aktual, pada saat terjadi penyimpangan di dalam realisasi biaya produksi.
d. Perusahaan menggunakan harga pasar, pada saat terjadi penyimpangan terhadap realisasi
biaya produksi.

Sementara itu, Basu Swastha, membagi metode penetapan harga ke dalam dua pendekatan
pokok, yaitu: pendekatan biaya (metode penetapan harga biaya plus, metode penetapan harga
mark-up, dan metode penetapan harga breakeven), serta pendekatan pasar atau persaingan

1. Metode Penetapan Harga Biaya Plus (Cost-Plus Pricing Method)

Dalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per
unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut (disebut
marjin). Jadi, harga jual produk itu dapat dihitung dengan rumus:

Biaya Total + Marjin = Harga Jual


19

Sebagai contoh: Perusahaan telah memutuhkan untuk memenuhi pesanan dari langganannya
sebanyak 300 bungkus roti pompa. Biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi
diperkirakan sebanyak Rp.3.350.000 dengan perincian sebagai berikut:

- Biaya Bahan Baku (Material) = Rp.2.000.000,- `

- Biaya tenaga kerja = Rp. 750.000,-

- Biaya lain seperti penyusutan alat dsb = Rp. 600.000,-

Jumlah Biaya = Rp. 3.350.000,-

Jika perusahaan menginginkan laba sebesar 15% dari biaya total, maka harga total = Biaya total
+ marjin (laba)

= Rp. 3.350.000, + (15 % x Rp.3.350.000,)

= Rp. 3.852.500,0

Dengan demikian setiap Roti ditetapkan harganya sebesar Rp.38.525,-

2. Metode Penetapan Harga Mark-Up (Mark-up Pricing Method

Penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga biaya plus, hanya saja para
pedagang atau perusahaan lebih banyak menggunakan penetapan harga mark-up. Pedagang yang
membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli
dengan sejumlah mark-up.

Harga Beli + Mark Up = Harga Jual

Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan dapat
diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan
sejumlah biaya yang juga diambilkan dari sebagian mark-up

3. Metode Penetapan Harga Break-Even (Break-even Pricing Method)


20

Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih
mempertimbangkan biaya adalah penetapan harga breakeven. Perusahaan dapat dikatakan dalam
keadaan break-even bilamana penghasilan yang diterima sama dengan ongkosnya, dengan
anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu. Menurut metode ini, perusahaan akan
mendapatkan laba bilamana penjualan yang dicapai berada di atas titik breakeven (titik impas);
jika penjualan berada di bawah titik break-even, maka penjualan akan merugi.

Metode penetapan harga break-even ini dapat diterapkan dengan menggunakan beberapa
anggapan tertentu, yaitu:

a. Seluruh biaya dapat digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap

b. Seluruh barang yang diproduksi akan terjual

c. Biaya variabel per unitnya tetap.

Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Setelah diketahui, maka kita sekarang dapat mencari titik pertemuan biaya total dengan
penghasilan total. Titik ini dinamakan titik break event (break even point). Untuk menentukan
titik break-event dapat menggunakan rumus:

Break Event Point = BTT

(dalam unit) H – BVR

Break Event Point = BTT

(dalam rupiah) 1 – BVR/H

Di mana:

BTT = Biaya Tetap Total

H = Harga jual per unit

BVR = Biaya Variabel Rata-rata

H – BVR = Kontribusi per unit pada overhead


21

Contoh: perusahaan akan mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp.250., biaya variabel sebesar
Rp.30. per unit. Jika dikehendaki harga jual per unit sebesar Rp.80, maka titik break evennya
dapat dicari sebagai berikut:

BEP (dalam unit) = 250 = 5 unit

80-30

BEP(dalam rupiah) =250 =Rp.400

4. Metode Penetapan Harga Dalam Hubungannya dengan Pasar

Dalam hal ini, penentuan harga tidak didasarkan pada biaya, tetapi justru harga yang
menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual atau perusahaan dapat menentukan harga sama
dengan tingkat harga pasar agar dapat bersaing, atau dapat juga ditentukan lebih tinggi atau lebih
rendah dari tingkat harga dalam persaingan.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Mahakam Beta Farma yang beralamat di Jl. Pulo Kambing II No.20,
RW.11, Jatinegara, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13930
selama 1 (satu) bulan.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari data yang telah tersedia. Data tersebut mencakup: data tentang perhitungan harga
pokok produksi dan penentuan harga jual produk yang dapat dilihat dari laporan keuangan per
periode manajemen, yakni laporan keuangan per bulan tahun 2021. Dari kedua data tersebut
kemudian akan dilihat bagaimana perusahaan menerapkan perhitungan harga pokok produksi
dan harga jual produk yang dihasilkannya

Selain data tersebut, dalam penelitian ini juga dibutuhkan data pendukung yang meliputi:

a. Data tentang struktur organisasi perusahaan

b. Data tentang bidang usaha perusahaan

c. Sejarah dan perkembangan perusahaan


23

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian lapangan yang dilakukan


dengan menggunakan penelitian langsung. Penelitian langsung menggunakan cara:

a) Dokumentasi
Yaitu dengan cara penelitian dan mencatatnya secara sisitematis , mencatat dan membuat
resume dari dokumen-dokumen yang di peroleh langsung dari perusahaan terkait
mengenai pertumbuhan usaha pada PT Mahakam Beta Farma sebagai tambahan dari data
yang ada
b) Wawancara
Yaitu mengadakan wawancara langsung atau lisan dengan petugas atau karyawan yang
berwenang , terutama pada saat penganbilan data laporan keuangan.

D. Metode Analisis Data

Tahapan analisis / pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif. Digunakan untuk menggambarkan dan menguraikan
metode perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jual produk PT. Mahakam Beta
Farma Adapun rumus-rumus tersebut adalah:

* Metode Penetapan Harga Biaya Plus (Cost-plus Pricing Method )

Biaya Total + Margin = HargaJual

*Metode Penetapan Harga Mark-Up (Mark-Up Pricing Method )

HargaBeli + Mark Up = HargaJual

*Metode Penetapan Harga Break-Even (Break-Even Pricing Method)

Biaya Total = BiayaTetap + BiayaVariabel

E. Definisi Operasional Variabel


24

1) Harga Pokok Produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
memproduksi produk yang dihasilkannya.
2) Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi adalah metode yang digunakan oleh
perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi.
3) Metode penetapan harga jual adalah metode yang digunakan oleh perusahaan dalam
menetapkan harga dari produk yang dihasilkan untuk dijual kepada konsumen.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengelompokkan Biaya

PT Mahakam Beta Farma sebagai perusahaan industri yang memproduksi obat Betadine
membagi biaya yang timbul ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok biaya produksi
(berkaitan erat dengan proses produksi) dan kelompok biaya non produksi (yang juga menunjang
proses produksi secara tidak langsung sehingga produk tersebut dapat terjual). Pembagian secara
mendetail yang dilakukan PT Mahakam Beta Farma adalah sebagai berikut:

a. Biaya produksi

Adalah semua biaya yang secara langsung berkaitan erat dengan proses produksi yang meliputi
biaya baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya produksi meliputi:

1) Biaya bahan baku

a) Biaya bahan baku utama (main materials)


b) Biaya bahan baku pendukung (sub materials)
c) Biaya bahan baku pengepakan (packing material)

2) Biaya tenaga kerja langsung

a) Gaji dan upah (wages and allowance)


b) Tunjangan (welfare)

3) Biaya overhead pabrik yang terdiri dari:

a) Biaya bahan bakar (fuel)


25

b) Biaya expendable
c) Biaya listrik dan air (electricity and water)
d) Biaya import dan pengangkutan (import and freight in)
e) Biaya ATK (stationery and printing)
f) Biaya konsumsi dan rumah tangga
g) Biaya perbaikan dan pemeliharaan peralatan pabrik
h) Biaya penyusutan gedung
i) Biaya penyusutan mesin pabrik

b. Biaya non produksi

Biaya non produksi adalah semua biaya-biaya yang secara tidak langsung mendukung
dihasilkannya produk dan memungkinkan dilakukannya penjualan atas produk tersebut. Meliputi
biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.

Namun, perlu dikemukakan di sini, bahwa pada PT. Mahakam Beta Farma akun biaya
penjualan dan administrasi seperti dapat dilihat pada Laporan Keuangan menjadi satu. Sementara
pada umumnya, akun biaya penjualan dan administrasi & umum terpisah. Hal itu disebabkan
penyusunan laporan keuangan PT Mahakam Beta Farma disesuaikan dengan kegiatan
perusahaan. Sebab lainnya adalah perusahaan masih tara Grafika ermasuk ke dalam kategori
bukan perusahaan besar yang kegiatan pemasaran dan administrasi terpisah dan dikerjakan oleh
banyak orang. Sementara pada PT Mahakam Beta Farma kegiatan pemasaran dan administrasi
dijadikan satu untuk alasan efisiensi, sehingga hal itu mempengaruhi terhadap penyusunan
laporan keuangan.

Dengan demikian, biaya non produksi pada PT Mahakam Beta Farma meliputi:

1) Beban penjualan dan administrasi, terdiri atas:

a) Gaji/upah (Sallaries)
b) Tunjangan kesehatan (Medical allowance)
c) Asuransi (Insurance)
d) Keamanan dan kebersihan (Security and Cleaning)
e) Kerumahtanggaan (Household need)
f) Jamsostek
26

g) Sumbangan dan jamuan (Donation and entertainment)


h) Retribusi dan Perizinan (Legal and permit)
i) Transportasi (Vehicle)
j) ATK (Office stationaries and printing)
k) Administrasi Pajak (Tax administration and pinalty)
l) Telepon dan fax (Telephone and fax)
m) Pos, materai dan kurir (Post, stamp, and courier)
n) Perbaikan dan pemeliharaan (Repair and maintenance)
o) Penyusutan (depreciation)
p) Pengangkutan barang (Freight out)
q) Biaya lain-lain (Other selling & General Adm)
r) Koran dan majalah (Newspaper and Magazine)

B. Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi

Berdasarkan penelitian penulis mengenai perhitungan harga pokok produksi yang


digunakan oleh PT Mahakam Beta Farma, diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan menerapkan
metode standard cost system atau dengan istilah lain metode full costing. Di mana bukan hanya
biaya-biaya yang bersifat variabel yang dibebankan pada harga pokok produksi tetapi juga biaya
tetap seperti gaji dan depresiasi.

Seperti akan dilihat kemudian, perlakuan terhadap biaya dalam penetapan harga pokok
jual pun menerapkan metode standard cost system, di mana harga jual ditetapkan berdasarkan
perhitungan biaya variabel dan biaya tetap dalam memproduksi produk. Hal ini memungkinkan
perusahaan dalam mengambil keputusan untuk jangka panjang mengenai harga jual demi tujuan
kesinambungan perusahaan.

Untuk lebih jelasnya, perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan untuk
menetapkan harga jual pada PT Mahakam Beta Farma disajikan sebagai berikut.

1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Materials)


27

Bahan baku dicatat sebesar harga beli ditambah dengan biaya lainnya yang terjadi dalam
rangka perolehan bahan tersebut sampai bahan baku siap dipakai dalam proses produksi. Untuk
bahan baku yang cacat/rusak dan tidak layak dipakai menurut bagian quality control, maka
barang-barang tersebut akan dijual kembali dan akan menambah pendapatan di luar usaha yang
pada akhirnya akan dikompensasikan/mengurangi harga pokok penjualan Media cetak pada
periode tersebut.

Berdasarkan data yang penulis peroleh, biaya bahan baku Betadine yang dikeluarkan
selama tahun 2021 adalah sebagai berikut:

Biaya Bahan Baku Langsung

Keterangan Jumlah
Main material Rp. 3,164,057,307.96
Sub Material Rp. 268,890,833.92
Packing Material Rp. 235,402,910.00
Jumlah Rp. 3,668,351,051.88

Jumlah Betadine yang diproduksi tahun 2021 sebanyak 5,495 pack, jadi biaya bahan baku
langsung yang dibebankan kepada satu pack Betadine dapat dihitung sebagai berikut:

BTKL per unit = Rp. 3,668,351,051.88

5,495

= Rp. 667,579.81,-

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour)


28

Biaya tenaga kerja langsung adalah upah untuk karyawan di pabrik yang memproduksi
media cetak mulai dari bahan baku sampai barang jadi. Oleh karena itu jasanya diperhitungkan
langsung pada proses produksi.

Perhitungan terhadap biaya tenaga kerja langsung didasarkan pada jumlah biaya yang
dikeluarkan yang kemudian dibagi dengan total unit produksi. Pada PT Mahakam Beta Farma,
proses pembuatan Betadine melalui beberapa tahap pemrosesan, dan masing-masing tahap
tersebut terdapat beberapa orang tenaga kerja yang mempunyai keahlian khusus yang sesuai
dengan bagiannya

Berikut ini data-data biaya tenaga kerja langsung yang dibebankan pada tahun 2021:

Biaya Tenaga Kerja Langsung

KETERANGAN JUMLAH
Wages and Allowance Rp. 259,837,445.00
Welfare Rp. 26,690,585.00
jumlah Rp. 286,528,030.00

Jumlah media cetak yang diproduksi tahun 2021 sebanyak 5,495 pack, jadi biaya tenaga
kerja yang dibebankan kepada satu pack Betadine dapat dihitung sebagai berikut:

BTKL per pack = Rp. 286,528,030.00

5,495

= Rp. 52,143.41

3. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead)

Biaya overhead pabrik merupakan biaya-biaya selain bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung yang berkaitan dengan produksi.

KETERANGAN JUMLAH
Fuel 170,399,000.00
Expendable 78,659,754.00
Electricity and Water 44,553,700.00
29

Fee Impor & Freight In 19,205,948.00


Stationary and Printing 8,022,000.00
Household Needs 10,313,985.00
Repair and Maintenance 28,801,000.00
Depreciation of Building 45,440,664.30
Depreciation of Machineries 138,358,735.34
Total Factory Overhead Rp. 543,754,786.64

Jumlah media cetak yang diproduksi tahun 2021 sebanyak 5,495 pack, maka jumlah
Biaya Overhead Pabrik (BOP) yang dibebankan pada satu pack Betadine dapat dihitung sebagai
berikut:

BOP per unit = Rp. 543,754,786.64

5,495

= Rp. 98,954.47

Dengan demikian, biaya produksi per pack Betadine dapat dijumlahkan sebagai berikut:

KETERANGAN JUMLAH
Biaya bahan baku langsung Rp. 667,579.81
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 52,143.41
Biaya overhead pabrik Rp. 98,954.47
Harga pokok produksi/unit Rp. 818,677.69

pembuktian perhitungan di atas, dapat dicocokkan dengan laporan Production Cost yang
diambil dari perusahaan.

C. Perhitungan Harga Pokok Penjualan


30

Setelah elemen-elemen harga pokok produksi diketahui, maka penulis akan menyajikan
perhitungan harga pokok penjualan per unit/pack Betadine yang diproduksi oleh PT Mahakam
Beta Farma untuk tahun 2021. Dalam penentuan harga jual Betadine per pack, PT Mahakam
Beta Farma membebankan biaya produksi, biaya penjualan, biaya penjualan dan administrasi
terhadap produk.

Berikut ini adalah data dari biaya-biaya tersebut yang dikeluarkan pada tahun 2021:

KETERANGAN JUMLAH
Salaries 526,486,783.00
Medical Allowance 239,700.00
Insurance 7,534,203.00
Security and Cleaning 628,400.00
Household Needs 13,510,385.00
Jamsostek 15,335,899.00
Donation and Entertainment 10,467,500.00
Legal and Permint 27,832,780.00
Vehicle Expenses 202,973,405.00
Office Stationaries and 14,559,803.00
Printing
Tax Administration and Pinalty 26,453,288.00
Telephone and Fax 68,165,908.00
Post, Stamp and Courier 5,700,580.00
Repair and Maintenance 74,408,904.00
Depreciation 131,665,106.86
Freight Out 274,548,600.00
Other Selling & General Adm 650,000.00
Newspaper and Magazine 409,600.00
Total Operating Expenses Rp.
1,401,570,844.86
31

Jadi biaya penjualan dan administrasi yang dibebankan ke satu unit/pack Betadine yang
diproduksi tahun 2021 (sebanyak 5,495 unit), adalah sebagai berikut

Biaya penjualan per pack = Rp. 1,401,570,844.86

5,495

= Rp. 255,062.94

Setelah diketahui harga pokok produksi dan biaya operasi non produksi, maka di bawah
ini adalah perhitungan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan pada PT Mahakam Beta
Farma, seperti telah disebutkan di atas, menggunakan metode standard cost system, yaitu
penetapan harga jual dengan mempertimbangkan biaya yang dihabiskan dalam memproduksi
produk, baik biaya tetap maupun biaya variabel.

Biaya bahan baku Rp. 667,579.81

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 52,143.41

Biaya overhead pabrik Rp. 98,954.47

Harga pokok produksi/unit Rp. 818,677.69

Biaya penjualan dan administrasi Rp. 255,062.94

Harga pokok penjualan/unit Rp. 1,073,740.63

Dari perhitungan di atas, maka diketahui harga pokok penjualan per unit/pack Betadine
adalah sebesar Rp.1,073,740.63.
32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan seluruh pembahasan yang telah dibahas pada
bab-bab sebelumnya ke dalam beberapa poin berikut ini.

1. Perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh PT Mahakam Beta Farma,
diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan menerapkan metode standard cost system atau
dengan istilah lain metode full costing. Di mana bukan hanya biaya-biaya yang bersifat
variabel yang dibebankan pada harga pokok produksi tetapi juga biaya tetap seperti gaji
dan depresiasi.
2. Dalam penentuan harga jual media cetak per pack, PT Mahakam Beta Farma
membebankan biaya produksi, biaya penjualan, biaya penjualan dan administrasi
terhadap produk. Dalam menghitung harga jual, PT Mahakam Beta Farma menggunakan
metode cost plus atau metode mark up, sedangkan dalam perencanaan labanya
perusahaan menggunakan metode standard cost system atau metode full costing. Alasan
perusahaan menerapkan metode ini karena dengan menerapkan metode full costing
33

diharapkan semua biaya yang dikorbankan dapat diperoleh kembali melalui penjualan
dan memberikan laba sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
3. Perhitungan harga pokok produksi dan harga jual produk yang diterapkan pada PT
Mahakam Beta Farma telah sesuai dengan teori-teori akuntansi. Namun, perusahaan
belum melakukan pemisahan biaya secara khusus antara biaya variabel dan biaya tetap.
4. Peranan perhitungan biaya dengan metode full costing digunakan untuk perencanaan laba
jangka panjang, sedangkan metode direct costing digunakan untuk perencanaan laba
jangka pendek khususnya untuk menerima pesanan pesanan khusus di bawah harga
pokok penjualan yang ditetapkan pada metode full costing. Dengan demikian, penerapan
kedua metode tersebut dapat diterapkan secara bersamaan. Metode full costing digunakan
dalam perencanaan laba jangka panjang dan metode direct costing dapat digunakan
dalam perencanaan laba jangka pendek, khususnya untuk menambah volume penjualan
produk sehingga laba jangka pendek bertambah, dan dengannya laba jangka panjang pun
akan bertambah pula.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis bermaksud untuk
memberikan masukan yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan:

1. Dikarenakan terbukti metode direct costing menghasilkan laba yang lebih besar,
hendaknya perusahaan PT Mahakam Beta Farma menggunakan metode direct costing
dalam perhitungan biayanya, khususnya dalam menerima pesanan khusus, sehingga
mampu bersaing dengan perusahaan lain.
2. Dikarenakan belum terdapat pengelompokkan biaya ke dalam biaya tetap dan biaya
variabel, hendaknya perusahaan PT Mahakam Beta Farma membuat klasifikasi biaya ke
dalam biaya tetap dan biaya variabel dari seluruh biaya produksi dan non produksi
sehingga dapat diterapkan metode direct costing
3. Diperlukan perencanaan laba untuk tahun mendatang yang sesuai dengan alokasi biaya
yang ada secara tepat. Perencanaan laba harus diestimasi secara tepat sehingga laba akan
mengalami kenaikan dari setiap periode.
34

4. Faktor-faktor lain yang mendukung kenaikan laba harus juga ditingkatkan, misalnya
peningkatan volume penjualan, promosi, kualitas produk, dan pelayanan terhadap
konsumen
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan data yang lebih luas, sehingga
diperoleh kesimpulan penelitian yang mendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dyckman, Dukes dan Davis. Akuntansi Intermediate. Jilid I. Edisi Ketiga. Diterjemahkan
oleh Munir Ali. Jakarta: Erlangga, 2000.

Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,


Jakarta, 2004.

Indriantoro, Nur & Supomo B. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Manajemen dan
Akuntansi. Yogyakarta: BPFE, 2002

Keown, Arthur J. Dasar-dasar Manajamen Keuangan Jakarta: Salemba Empat, 2004.


35

Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas, Jilid 2, Jakarta: Indeks, 2005.

Maher, Michael W. dan Deakin, Edward B. Akuntansi Biaya, Jakarta: Erlangga, 2001.

Niswonger, Rollin & Fess, Phillip E. Prinsip-prinsip Akuntansi Edisi Ke-16, Jakarta:
Salemba Empat.

Polimeni, Ralph S. & Cashin, James A. Teori dan soal-soal akuntansi biaya, Jakarta:
Erlangga, 2002.

Raybun, L. Gayle. Akuntansi Biaya: Pendekatan Manajemen Biaya, Jakarta: Erlangga,


2002.

Roni, Helmy. Akuntansi Biaya: Pengantar untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya
Produksi, Jakarta: FEUI, 2001.

Rudianto. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Grasindo, 2006.

Anda mungkin juga menyukai