Anda di halaman 1dari 12

B.

Konsep Asuhan Keperawatan Hipospadia

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan pertama dari proses
keperawatan. Sebelum memulai seluruh proses, tenaga keperawatan
akan melakukan pengkajian awal terhadap kondisi klien. Klien akan
diberikan pertanyaan serta diberikan sejumlah tes baik fisik maupun
psikis. Pengkajian ini merupakan titik yang paling penting untuk
menghasilkan diagnosa keperawatan yang tepat (Prabowo, 2017).
Pada klien dengan hipospadia setelah tindakan post operasi
pengkajian yang penting dilakukan yaitu mengkaji adanya
pembengkakan atau tidak, adanya perdarahan, dan disuria (Mendri &
Prayogi, 2017). a. Identitas
Nama : sesuai nama klien
Umur : sering terjadi pada bayi
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : mulai dari pendidikan rendah hingga tinggi
Pekerjaan : berpotensi pada semua jenis pekerjaan Diagnosa
medis : Hipospadia.
b. Keluhan Utama
Biasanya orang tua klien mengeluh dengan kondisi anaknya
karena penis yang tidak sesuai dengan anatomis penis biasa
karena melengkung kebawah dan terdapat lubang kencing yang
tidak pada tempatnya.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
Pada klien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang
kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan belum
diketahui dengan pasti penyebabnya.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat ketidakseimbangan hormon dan faktor
lingkungan yang mempengaruhi kehamilan ibu, seperti
terpapar dengan zat atau polutan yang bersifat tertogenik
7

yang menyebabkan terjadinya mutasi gen yang dapat


menyebabkan pembentukan penis yang tidak sempurna.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Terdapat riwayat keturunan atau genetik dari orang tua atau
saudara kandung dari klien yang pernah mengalami
hipospadia.
d. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)
1) Pola nutrisi
Klien dengan hipospadia biasanya tidak terjadi gangguan
nutrisi
2) Pola Reproduksi dan seksualitas
Klien dengan hipospadia biasanya mengalami masalah dalam
hal berhubungan jika tidak menjalani prosedur operasi untuk
memperbaiki uretra yang tidak berkembang.
3) Pola aktivitas/ latihan
Pada umunya klien dengan hipospadia tidak memiliki
gangguan aktivitas
4) Pola istirahat
Pada klien biasaya tidak memiliki gangguan pola tidur
kecuali saat dirawat dirumah sakit
5) Persepsi, pemeliharaan, dan pengetahuan
Klien biasanya tidak mengetahui penyakit yang dialami
karena kurangnya pemahaman klien terkait penyakit
hipospadia dan pada umumnya pemeliharaan kesehatan
klien tidak ada masalah
6) Keyakinan dan nilai
Klien hipospadia dapat memeluk agama sesuai keyakinannya
masing-masing
7) Pola toleransi
Tidak ada masalah toleransi pada klien degan hipospadia
8) Pola hubungan peran
Klien biasanya tidak memiliki masalah hubungan dengan
orang lain
9) Kognitif dsn persepsi
8

Klien dengan hipospadia kebanyakan tidak memiliki masalah


pada memorinya
10) Persepsi diri dan konsep diri
Klien biasanya tidak percaya diri dengan kelainan yang
dialaminya
11) Pola eliminasi
Pada saat buang air kecil, pada klien hipospadia mengalami
kesulitan karena penis yang bengkok mengakibatkan
pancaran urin mengarah kearah bawah dan menetes melalui
batang penis (Krisna & Maulana, 2017).
e. Data Penunjang
1) Laboratorium
Pada pemeriksaan darah akan diketahui apakah terjadi tanda
infeksi atau tidak
2) USG
USG Ginjal disarankan untuk mengetahui adanya kelainan
lainnya pada saluran kemih.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan hipospadia post operasi uretroplasty yaitu (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017) :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur


operasi) dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu
tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu
kerusakan jaringat atau lapisan kulit, perdarahan, kemerahan,
hematoma, dan nyeri.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dengan tanda
dan gejala yang mungkin muncul yaitu merasa bingung, merasa
9

khawatir dengan akibat, sulit berkonsenstrasi, tampak gelisah,


tampak tegang, sulit tidur

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dengan


tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu menolak
melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri, minat
melakukan perawatan diri kurang
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
dengan tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu mengeluh
sulit tidur, engeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
f. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
Untuk intervensi pada masalah keperawatan yang ditemukan pada klien hipospadia, intervensi dapat disesuaikan dengan
menggunakan acuan SLKI dan SIKI.
Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan pada klien Hipospadia
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL
HASIL
Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Diketahui tingkat nyeri klien
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Observasi membantu dalam
agen pencedera fisik keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, menentukan tindakan
(prosedur operasi) jam, diharapkan nyeri akut durasi, frekuensi, kualitas dan keperawatan yang akan
(D.0077) teratasi dengan kriteria hasil: intensitas nyeri (PQRST) dilakukan.
1. Nyeri berkurang dari 4 2. Identifikasi respon nyeri non 2. Untuk mengetahui tingkat
menjadi 2 verbal ketidaknyamanan yang
2. Meringis berkurang dari 4 Teraupetik dirasakan klien
menjadi 2 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi 3. Nafas dalam dapat
3. Sikap protektif berkurang untuk mengurangi nyeri melancarkan sirkulasi
dari 4 menjadi 2 (teknik relaksasi nafas dalam oksigen di dalam tubuh,
4. Gelisah berkurang dari 5 Edukasi membuat sirkulasi darah
menjadi 2 lancar, dan vena melebar
4. Edukasi pada klien dan keluarga
5. Frekuensi nadi normal 70- sehingga bisa mengurangi
terkait penyebab, periode dan
120x/menit nyeri.
pemicu nyeri
4. Dapat meningkatkan
pengetahuan klien dan
keluarga terkait penyebab,
periode dan pemicu nyeri.
10
Kolaborasi 5. Terapi farmakologi yang tepat
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dapat mengurangi keluhan
pemberian analgetik nyeri
Defisit perawatan Perawatan Diri (L.11103) Dukungan Perawatan Diri
diri berhubungan Setelah dilakukan asuhan (L.11348)
dengan kelemahan keperawatan selama 3x24 Observasi 1. Diketahuinya tingkat
(D.0109) jam diharapkan defisit kemandirian klien dapat
1. Monitor tingkat kemandirian membantu dalam
perawatan diri teratasi 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu
dengan kriteria hasil: mendiagnosis dan
kebersihan diri, menentukan tindakan
1. Kemampuan mandi berpakaian, berhias, dan keperawatan yang akan
meningkat dari 3 menjadi makan dilakukan
5 Teraupetik
2. Kemampuan berpakaian 3. Siapkan keperluan pribadi (air 2. Diketahuinya kebutuhan
meningkat dari 3 menjadi hangat, waslap, sabun mandi, perawatan diri yang
5 pakaian, parfum dll) diperlukan oleh klien
3. Kemampuan toileting 4. Bantu klien dalam memenuhi 3. Tersedianya keperluan
meningkat dari 3 menjadi kebutuhan perawatan diri alat kebersihan diri klien
4 sampai mandiri
Edukasi 4. Termotivasi untuk melakukan
5. Anjurkan melakukan perawatan perawatan
diri secara diri secara mandiri
konsisten sesuai kemampuan 5. Memandirikan klien dalam
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

11
Gangguan pola tidur Pola tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265)
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Observasi
hambatan keperawatan selama 3x24 1. Diketahuinya kondisi pola
1. Identifikasi pola aktivitas dan
lingkungan (D.0055) jam diharapkan gangguan aktivitas dan tidur klien
tidur
pola tidur dapat teratasi, 2. Diketehuinya faktor
2. Identifikasi faktor penganggu
dengan kriteria hasil: penganggu tidur klien dapat
tidur
1. Keluhan sulit tidur membantu dalam
Teraupetik menentukan tindakan
membaik dari 2 menjadi 5
3. Modifikasi lingkungan (misal: keperawatan yang akan
2. Keluhan pola tidur
pencahayaan, kebisingan, suhu, dilakukan
membaik dari 2 menjadi 5
matras dan tempat tidur) 3. Lingkungan yang nyaman
3. Istirahat cukup meningkat
4. Lakukan prosedur untuk dapat meningkatkan kualitas
dari 2 menjadi 5 meningkatkan kenyamanan tidur klien
Edukasi 4. Mempercepat mengawali
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup tidur dan memperbaiki siklus
selama sakit tidur
5. Meningkatkan pengetahuan
klien terkait tidur yang
cukup selama sakit
Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Perawatan Luka (I.14564) 1. Diketahuinya tanda-
Kulit/Jaringan Jaringan (L.14125) Observasi tanda infeksi lebih awal
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda infeksi akan mencegah
perubahan sirkulasi keperawatan selama 3x24 Teraupetik terjadinya komplikasi
(D.0129) jam diharapkan defisit
2. Bersihkan luka dengan carian 2. Cairan NaCl tidak
perawatan diri teratasi NaCl mengganggu proses
dengan kriteria hasil: 3. Pertahankan teknik steril saat penyembuhan luka
melakukan perawatan luka 3. Teknik steril
1. Keluhan nyeri menurun dari menurunkan resiko
4. Ganti balutan sesuai jumlah jenis
3 menjadi 5 terserang
luka
mikroorganisme pada
luka

12
2. Perdarahan menurun dari 3 Edukasi 4. Melindungi luka dari
menjadi 5 5. Anjurkan klien untuk infeksi
3. Kemerahan menurun dari 3 mengonsumsi makanan tinggi 5. Makanan tinggi kalori dan
menjadi 5 kalori dan protein protein dapat mempercepat
Kolaborasi proses penyembuhan luka
6. Kolaborasi dengan dokter terkait 6. Terapi farmakologi
pemeberian antibiotik cefotaxime yang tepat dapat
menurunkan risiko infeksi
pada luka
Ansietas Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I.09314)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi
1. Untuk mengetahui tingkat
dengan krisis asuhan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas kecemasan klien
situasional selama 3x24 jam berubah (mis. Kondisi, waktu, 2. Agar klien dapat menentukan
(D.0080) diharapkan ansietas teratasi stressor) pilihanya sendiri
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan 3. Mengetahui tanda dan gejala
mengambil keputusan
1. Perilaku gelisah menurun ansietas yang dialami klien
dari 3 menjadi 5 3. Monitor tanda ansietas (verbal 4. Menumbuhkan rasa saling
2. Perilaku tegang menurun dan non verbal) percaya pada klien
dari 3 menjadi 5 Terapeutik 5. Memahami klien dapat
3. Frekuensi nadi normal 4. Ciptakan suasana terapeutik mengurangi ansietasnya
untuk menumbuhkan 6. Mengetahui penyebab
70120x/menit
kepercayaan kecemasan klien
4. Pola tidur membaik dari 3
5. Pahami situasi yang membuat 7. Agar klien mengetahui
menjadi 5 ansietas kondisinya
6. Motivasi mengidentifikasi situasi 8. Pendampingan keluarga dapat
yang memicu kecemasan meringankan ketegangan klien
Edukasi 9. Distraksi atau pengalihan

13
7. Informasikan secara faktual dapat mengatasi ansietas
mengenai diagnosis, 10. Relaksasi dapat meringankan
pengobatan, dan prognosis ansietas
8. Anjurkan keluarga untuk tetap 11. Obat ansietas dapat
bersama pasien, jika perl menurunkan kecemasan klien
9. Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan 10.
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
Resiko infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539) 1. Tanda gejala infeksi menjadi
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala acuan dalam menentukan
efek prosedur invasif keperawatan selama 3x24 infeksi lokal dan sistemik tindakan keperawatan yang
(D.0142) jam diharapkan resiko infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan akan dilakukan.
dapat teratasi , dengan sesudah kontak dengan klien 2. Cuci tangan dapat mencegah
kriteria hasil: dan lingkungan klien kontaminasi kuman
1. Demam menurun dari 3 3. Pertahankan teknik aseptik pada 3. Teknik aseptik menurunkan
menjadi 5 klien resiko terserang infeksi
2. Kemerahan menurun dari 4. Pengetahuan penting untuk
4. Jelaskan tanda dan gejala
3 menjadi 5 proses penyembuhan luka
infeksi kepada klien dan
3. Bengkak menurun dari 3 klien
keluarga
menjadi 5 5. Cuci tangan meminimalisir
5. Ajarkan cara mencuci tangan risiko infeksi.
dengan benar kepada klien dan 6. Terapi antibiotik yang tepat
keluarga
dapat menurunkan risiko
6. Kolaborasi pemberian infeksi
antibiotik

14
15

4. Implementasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) implementasi merupakan pelaksanaan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan
tersebut mencakup tindakan mandiri keperawatan dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri dilakukan perawat sendiri dan bukan merupakan petunjuk
maupun perintah dari petugas kesehatan lain. Bentuk dari implementasi
keperawatan yaitu mulai dari pengkajian untuk mengidentifikasi masalah,
pendidikan kesehatan pada klien untuk membantu menambah pengetahuan
tentang kesehatan, konseling, penatalaksanaan atau tindakan keperawatan
untuk memecahkan masalah kesehatan, membantu memandirikan klien,
konsultasi dan diskusi dengan tenaga kesehatan lainnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan implementasi


yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan harus sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan, dilakukan dengan cara aman serta sesuai dengan
kondisi klien, harus dievaluasi terkait keefektifan dan pendokumentasian
keperawatan yang benar. Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi
dimulai dari pengkajian lanjutan, membuat prioritas masalah, menghitung
alokasi tenaga, membuat intervensi keperawatan dan melakukannya, serta
mendokumentasikan tindakan beserta respon klien terhadap tindakan yang
telah dilakukan (LeMone et al., 2016).

1. Evaluasi
Menurut Mufidaturrohmah (2017) tujuan dan evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap asuhan keperawatan yang berikat.
a. Evaluasi Proses
Merupakan aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan
asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah
perencanaan keparawatan diimplementasikan agar dapat mengetahui efektifitas
intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga
tujuan yang telah ditentukan tercapai.

b. Evaluasi hasil
16

Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi keperawatan disusun berdasarkan
S.O.A.P yang operasional:
S (Subyektif): merupakan ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan
secara subjektif oleh klien setelah diberikan tindakan keperawatan. O
(Obyektif) : merupakan keadaan objektif yang dapat dilihat dan identifikasi
oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif setelah tindakan
keperawatan dilakukan. A (Assesment): merupakan analisa perawat setelah
mengetahui respons subjektif dan objektif klien dengan membandingkan
dengan kriteria dan standar serta mengacu pada tujuan keperawatan P (Plan) :
perencanaan tindak lanjut setelah perawat melakukan analisis.

C. WEB OF CAUSATION
17

Gambar 2. 3 Web Of Causation

Anda mungkin juga menyukai