Anda di halaman 1dari 4

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT TERHADAP TINGKAT


KEPATUHAN PASIEN ISPA DI PUSKESMAS KRAMATWATU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Farmasi

ANNISA NAHDHIATI AGMES


20190311061

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU-ULMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kematian
pada anak dinegara berkembang. ISPA didefinisikan sebagai penyakit saluran akut yang
disebabkan infeksius yang ditularkan dari manusia kemanusia. Menurut World Health
Organzation (WHO) tahun 2016 jumlah penderita ISPA adalah sekitar 59.417 anak dan
memperkirakan di Negara berkembang berkisar 40-80 kali lebih tinggi dari negara maju.
Penyakit ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang utama karena menyebabkan
kematian dan kesakitan yang terbanyak di dunia. Infeksi saluran pernafasan atas
merupakan penyebab kematian dan kesakitan balita dan anak di Indonesia. Angka
kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA) pada balita dan anak di indonesia
masih tinggi. Menurut Kemenkes RI (2017) kasus ISPA mencapai 28% dengan 533,187
kasus ditemukan pada tahun 2016 dengan 18 provinsi diantaranya mempunyai prevalensi
di atasang kanasional. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit
terbanyak dirumah sakit dan Puskesmas (Aprilla et al., 2019).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan atas
atau bawah biasanya menular yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang
berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada pathogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan faktor
pejamu. Penyakit ISPA dapat menjadi sangat berbahaya apabila tidak ditangani dengan
cepat maka ISPA akan menyebar ke seluruh system pernafasan. Umumnya pasien yang
terkena penyakit ini akan mengalami gangguan pernafasan sehingga tubuh tidak
memperoleh oksigen dalam jumlah yang cukup (Barni & Mardiah, 2022).
Penyakit ISPA biasa disebut sebagai dengan The Forgotten Pandemic atau pandemic
yang terlupakan. Penyakit ISPA merupakan penyakit akut yang dapat menyebabkan
kematian terutama pada balita diberbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Dampak negative ISPA dapat menyebabkan pneumonia yang kronologisnya bisa
mengakibatkan kematian jika tidak segera ditangani. Ketidakcukupan nutrisi akan
berdampak pada penurunan berat badan, peningkatan kerentanan terhadap infeksi,
penurunan daya tahan tubuh dan meningkatnya resiko kekambuhan dan komplikasi
penyakit ISPA terutama pada balita (Analizza Ina Lea, 2022).
Pada upaya kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan melakukan
penyuluhan kesehatan tentang Infeksi Saluran Pernafasan Akut, gizi, Lingkungan dan
perilaku hidup sehat, serta memberikan makanan tambahan dan pemberian imunisasi
DPT dan campak. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa salah satu kendala dalam
pembangunan kesehatan adalah pengetahuan dan kinerja pegawai dalam menangani
Infeksi Saluran Pernafsan Akut. Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, dan riketsia, serta polusi udara. Kemudian faktor balita meliputi (umur,
berat badan lahir, status gizi, status imunisasi, system imun dan perilaku), Faktor Ibu
(Pendidikan, pengetahuan, dan perilaku) dan faktor keluarga semuanya dapat
meningkatkan kerentanan terhadap ISPA (Togodly, 2022).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatannya
saat ini adalah dengan melakukan pemberian informasi obat atau konseling pasien.
Memberikan informasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien. Pengetahuan yang dimiliki
Farmasis diharapkan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup pasien yang
pada akhirnya akan merubah perilaku serta dapat meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap menjalankan pengobatan yang dijalaninya komunikasi antara farmasis dengan
pasien disebut konseling dan hal ini merupakan salah satu implementasi Pharmaceutical
Care(Muljabar & Supadmi, 2014).
Pelayanan Informasi obat (PIO) diperlukan dalam menunjang budaya budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional. PIO sangat dibutuhkan terutama dalam
pengobatan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) maka dari itu, Pelayanan
Informasi Obat sangat diperlukan terlebih lagi banyak pasien yang belum mendapatkan
informasi obat secara memadai tentang obat yang digunakan karena penggunaan obat
yang tidak benar dan ketidakpatuhan meminum obat bisa membahayakan. Pelayanan
Informasi Obat (PIO) dapat berupa konseling yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat. Manfaat dari
konseling adalah dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat (Novita
N.G Tumiwa, 2014).
Kepatuhan terhadap pengobatan adalah faktor utama dari luaran terapi. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi pemahaman pasien dari
segi regimen, manfaatnya dan mempunyai efek samping yang potensial, biaya dan
kompleksitas dari terapi. Tingkat kepuasan merupakan segi dari kepuasan pasien serta
dapat digunakan sebagai penunjang dalam pengukuran luaran lainnya seperti klinik dan
luaran ekonomi. Kepuasan terapi juga merupakan salah satu target terapi yang maksimal
dan memberikan manfaat bagi pasien (Manajemen dan Pelayanan Farmasi et al., 2015).
Ketidakpatuhan dapat menyebabkan kerugian besar, baik bagi pasien maupun
tenaga Kesehatan bagi pasien dapat mengakibatkan penyakit tidak kunjung sembuh,
justru akan semakin parah, mengalami efek samping, sehingga biaya terapi menjadi tidak
efisien. Bagi tenaga kesehatan, ketidakpatuhan pasien dapat menghilangkan atau
mengurangi rasa percaya pasien kepada tenaga kesehatan karena dianggap kurang tepat
dalam memberikan obat sehingga pasien tidak membaik sedangkan hal tersebut terjadi
akibat ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat yang diberikan. Ketidakpatuhan
selama menjalani pengobatan disebabkan oleh beberapa faktor seperti : faktor medis dan
obat-obatan, faktor tenaga kesehatan, faktor kebijakan pemerintah dan faktor pasien itu
sendiri. Karena penting untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan sehingga pengobatan dapat berhasil (Rifky
Andre Fio, 2022)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah upaya agar pasien dapat mematuhi pengobatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ?
2. Apakah penyebab pasien tidak mematuhi peraturan pengobatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ?
3. Apakah pasien mengetahui dampak negative dari penyakit ISPA ?

1.3 Tujuan Penelitian


Mengetahui tingkat kepatuhan pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) melalui
informasi yang diberikan oleh pihak puskesmas

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
Dapat memperoleh informasi dan mengidendentifikasi masalah yang dapat
mempengaruhi motiviasi pasien dalam menjalankan pengobatan penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) khususnya meningkatkan pelayanan kesehatan bagi pasien
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan memberikan informasi yang mampu
membuat pasien menumbuhkan motivasi dalam menjalankan pengobatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)

Anda mungkin juga menyukai