Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

EVALUASI PENGELOLAAN DAN DISTRIBUSI VAKSIN IMUNISASI


TERHADAP BAYI DAN BALITA DI PUSKESMAS KRAMATWATU
TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Farmasi

ANNISA NAHDHIATI AGMES


20190311061

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU-ULMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan vaksin di puskesmas membutuhkan penanganan khusus oleh tenaga
kesehatan. Sistem rantai dingin atau cold chain berguna untuk memelihara dan menjamin
mutu vaksin dalam pendistribusian mulai dari pabrik pembuatan vaksin sampai pada
pasien. Pengelolaan vaksin harus dilakukan secara tepat karena adanya kesalahan dalam
pengelolaan yang menyebabkan terhambatnya program imunisasi, tidak tercapai target
imunisasi dan pemborosan uang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Pengelolaan vaksin imunisasi di puskesmas masih perlu diperhatikan secara khusus
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masih banyak peralatan rantai dingin vaksin
yang dikelola tidak secara benar sehingga terjadi banyak kerusakan pada vaksin
imunisasi. Hasil penelitian yang terkait dengan tingkat pengetahuan tenaga kesehatan
terdapat 77,3% dari responden tidak tahu metode yang baik untuk menyimpan vaksin dan
59,1% dari 22 responden tidak mengetahui cara penempatan thermometer yang tepat di
unit penyimpanan vaksin. Rantai dingin atau cold chain adalah sistem yang digunakan
untuk menyimpan vaksin dalam keadaan yang baik. Rantai dingin disebut dengan suplai
vaksin atau rantai suplai imunisasi. Rantai dingin terdiri dari serangkaian prosedur yang
didesain untuk menjaga vaksin tetap dalam rentang suhu yang direkomendasikan oleh
WHO dari saat dibuat sampai di distribusikan. Menurut WHO terdapat kriteria rantai
dingin yang baik yaitu ; freeze tag, thermometer, suhu lemari es, kartu catatan suhu,
pemantauan saat akhir pekan atau libur, peletakkan vaksin berdasarkan prinsip first expiry
first out, jarak antar vaksin, tidak ada vaksin kadaluarsa dan terdapat generator listrik.
(Banga No et al., 2017).
Berdasarkan data hasil pengamatan pengelolaan penyimpanan vaksin untuk kategori
sarana dan prasarana masih terdapat beberapa hal yang belum memenuhi persyaratan
sekitar 23% dan memenuhi standar persyaratan sekitar 79% (Santoso et al., 2020).
Salah satu faktor yang menyebabkan penyimpangan pada vaksin imunisasi adalah tidak
mengikuti prosedur pedoman pengelolaan vaksin yang benar serta kurangnya tingkat
pengetahuan petugas dalam pengelolaan vaksin yang benar, fungsi lemari es yang tidak
khusus menyimpan vaksin, tidak tersedia termometer pengukur suhu dan cara membawa
vaksin yang benar (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat dipuskesmas kramatwatu…..

Dalam pengelolaan rantai dingin atau cold chain terdapat standar khusus yang harus
dipenuhi yang meliputi peraturan terkait dengan permasalahan suhu ketika penerimaan,
penyimpanan, dan pengiriman. Penelitian yang dilakukan oleh Kristini terhadap kualitas
pengelolaan vaksin di unit puskesmas ditemukan hasil bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pengelolaan vaksin adalah tidak tersedianya pedoman
pengelolaan vaksin, tidak tersedianya alat pengukur suhu, cara membawa vaksin yang
tidak sesuai dan komitmen petugas sekaligus pemilik unit puskesmas yang kurang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu pelayanan imunisasi pemerintah dan
swasta di Yogyakarta didapatkan hasil kepatuhan petugas dalam mengelola vaksin di
pelayanan pemerintah lebih baik dibandingankan dengan unit pelayanan swasta dengan
perbedaan sekitar 24% (Setiawan et al., 2021).

Keberhasilan efek vaksin imunisasi adalah kualitas vaksin yang digunakan dengan
penyimpanan dan transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai dingin vaksin yang
baik untuk mempertahankan kualitas vaksin jika kualitas vaksin rendah maka akan
mengakibatkan vaksin tidak berpotensi untuk memberikan perlindungan. Pengelolaan
vaksin perlu diperhatikan sebelum di distribusikan melalui kegiatan posyandu yang akan
diberikan kepada anak bayi dan balita dengan pedoman sehingga tidak mengurangi
potensi pada vaksin. Kualitas vaksin yang buruk dapat menjadi penyebab permasalahan
kerusakan pada kualitas vaksin yang dapat menyebabkan daya guna vaksin tidak
memiliki efek perlindungan terhadap penyakit. kualitas vaksin harus terjaga dalam selama
pendistribusian vaksin yang dikenal dengan rantai dingin (cold chain) dari tempat
produksi sampai pada unit kesehatan terkecil(Ningtyas & Wibowo, 2015).
Menurut World Health Organization (World Health Organization., 2019), imunisasi
atau vaksinansi merupakan cara yang sederhana aman, dan efektif untuk melindungi
seseorang dari penyakit berbahaya sebelum bersentuhan dengan berbagai penyakit.
Dalam upaya pengelolaan vaksin untuk mempertahankan kualitas yang baik diperlukan
rencana dalam melakukan pengelolaan vaksin yakni penyimpanan dan pendistribusian
yang efektif dan efisien bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpanan dalam
penyimpanan dan pendistribusian vaksin agar potensi vaksin tetap terjaga hingga saat
digunakan. Penyimpanan vaksin harus sesuai dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO) dan menjamin kualitas vaksin tetap terjaga sampai diterima oleh sasaran. Pada
pendistribusian vaksin wajib menggunakan cold box, vaccine carrier disertai dengan cool
pack atau alat transportasi lainnya yang sesuai dengan jenis vaksin dan disertai dengan
alat pemantau suhu (Kemenkes, 2021).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengevaluasi
pengelolaan dan distribusi vaksin imunisasi dasar lengkap yang akan diberikan kepada
bayi dan balita di puskesmas kramatwatu serta menilai dan melihat kesesuaian
penyimpanan vaksin sesuai dengan buku Pedoman vaksin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengelolaan kesesuaian penyimpanan jenis vaksin di puskesmas
kramatwatu ?
2. Bagaimana distribusi vaksin imunisasi dasar di puskesmas kramatwatu ?
1.3 Tujuan Penelitian
Peneliti ini bertujuan untuk mengidentifikasi :
1. Mengetahui pengelolaan penyimpanan jenis vaksin yang ada di puskesmas
kramatwatu
2. Mengetahui kesesuaian distribusi vaksin imunisasi dasar yang ada di puskesmas
kramatwatu

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Puskesmas
Manfaat bagi puskesmas kramatwatu yaitu memberikan informasi tentang cara
pengelolaan penyimpanan vaksin yang benar sesuai dengan buku pedoman
pengelolaan vaksin yang baik.
1.4.2 Manfaat Bagi peneliti
Manfaat bagi peneliti dapat mengetahui cara pengelolaan vaksin yang baik dan
benar dengan menggunakan buku pedoman pengelolaan vaksin di puskesmas
1.4.3 Manfaat Bagi Universitas
Manfaat bagi universitas yaitu untuk memberikan informasi bagaimana cara
pengelolaan penyimpanan jenis vaksin imunisasi dasar dan distribusi vaksin
imunisasi dasar pada buku pedoman pengelolaan vaksin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan vaksin imunisasi dasar


2.2.1 Definisi Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu (Permenkes, 2016)
Secara Bahasa vaksin berasal dari Bahasa inggris yaitu vaccine yang artinya
suspense berasal dari bibit penyakit yang hidup tetapi sudah dilemahkan. Vaksin
adalah proses yang ada didalam tubuh seseorang untuk menjadi kebal atau
memberikan perlindungan terhadap imun tubuh apabila ketika terpajan dengan
penyakit maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, biasanya
dengan memberikan vaksin. Vaksin yang berasal dari antigen berupa
mikroorganisme bertujuan untuk menghasilkan bagian zat yang aman sedemikian
rupa hingga aman, apabila vaksin diberikan kepada seseorang maka kekebalan
tubuh akan aktif untuk memberikan perlindungan dari berbagai penyakit tertentu.
Vaksin bukanlah obat yang mendorong pembentukkan kekebalan spesifik tubuh
agar terhindar dari tertular ataupun kemungkinan sakit berat (Hafidzi et al., 2020)
vaksin dan imunisasi sering kali dianggap sebagai dua istilah yang mempunyai
artian sama dan saling dipertukarkan. Padahal keduanya memiliki tujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap kekebalan tubuh dengan cara apapun baik dari
segi aktif dan pasif. Sedangkan vaksinasi hanya mencakup pemberian vaksin
ataupun toksoid. Vaksin memiliki karakteristik tertentu dan membutuhan
penanganan yang khusus berawal dari diproduksi hingga dipakai saat pelayanan.
Suhu penyimpanan yang baik untuk vaksin sekitar + 2ºC sampai dengan 8ºC.
2.2 Penggolongan Vaksin

2.3 Jenis Vaksin


2.4 Rantai Dingin (Cold Chain)
2.5 Pengelolaan Vaksin
2.6 Pendistribusian Vaksin
2.7 Gudang Vaksin Puskesmas Kramatwatu
Imunisasi selalu dikaitkan dengan angka kesakitan dan kematian bayi. Hal ini
dikarenakan pemberian imunisasi adalah sebagai upaya untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap berbagai penyakit. Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan
penyakit menular khususnya Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak masih bayi hingga remaja tetapi juga
kepada dewasa (Hanifah & Sari, 2021).
Menurut World Health Organization (2019), imunisasi atau vaksinasi adalah cara
sederhana, aman, efektif untuk melindungi seseorang dari penyakit berbahaya, sebelum
bersentuhan dengan agen penyebab penyakit (Nanda Kharin et al., 2021).
Indonesia menjadi salah satu prioritas World Health Organization (WHO) untuk
melaksbayian Gain (Gerakan Akserelasi Imunisasi Nasional) Kelengkapan Imunisasi
dasar lengkap secara nasional sebesar 83,3%. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada
tahun 2020 merupakan cakupan imunisasi dasar lengkap terendah dalam kurun waktu
2011-2020 sebagai dampak dari adanya pandemic Covid-19 (Nada Sari, 2022).
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Provinsi Banten sudah mencapai target
minimal nasional yaitu 85 %, Tahun 2021 adalah 90 %, Kabupaten Serang cakupan
imunisasi pada tahun 2021 yaitu 90 %, sedangkan untuk Puskesmas Kramatwatu cakupan
Imunisasi yaitu sebesar 95 % (Buku Profil Kesehatan Provinsi Banten, 2021).
Imunisasi bermanfaat terutama bagi anak-anak sebagai metode pencegahan dini dari
berbagai risiko kesehatan. Kegiatan imunisasi merupakan kegiatan yang kompleks dan
cakupan layanannya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari
penyedia layanan (sisi pasokan) maupun pengguna layanan (sisi permintaan) (Direktur
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2022)
Pada pemahaman imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak
sakit khususnya pada kasus tuberculosis, difteri, pertussis, tetanus, polio, campak dan
hepatitis ( PD3I ). Imunisasi diupayakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pejamu
terhadap penyakit tertentu sehingga dapat melawan mikroorganisme penyebab penyakit
tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu. Jadwal pemberian imunisasi DPT adalah
diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (tidak boleh diberikan umur 6 minggu) dengan
interval 4-6 minggu. DPT-1 umur 2 bulan. DPT-2 umur 3 bulan dan DPT-3 umur 4 bulan
(Eko Prasetyo, 2018).
Program imunisasi merupakan intervensi kesehatan yang sangat penting dan efektif,
yang dapat meningkatkan angka harapan hidup. Keberhasilan tersebut diukur dengan
terlaksananya indikator imunisasi dasar lengkap pada bayi. Apabila imunisasi dasar
lengkap pada bayi terpenuhi maka hal ini dapat menurunkan kejadian penyakit. Namun
apabila imunisasi dasar belum lengkap maka menjadi peluang untuk penyebaran penyakit
menular (Dewi Sulistyoningrum, 2017).
Pentingnya peran orang tua dalam mengikuti saran medis ataupun kesehatan sesuai
dengan ketentuan yang diberikan. Pemahaman yang baik dan mendalam tentang faktor
tersebut sangat bermanfaat bagi para orang tua dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan
kepatuhan dalam melakukan imunisasi dasar sehingga efektivitas terapi dapat terpantau.
Penelitian yang dilakukan sehubung dengan kepatuhan ibu dalam memberikan imunisasi
dasar bayi, oleh Suryani menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu imunisasi MR (Simanjuntak, 2020).
Berdasarkan data-data diatas, diperlukan suatu strategi untuk meningkatkan kelengkapan
terhadap imunisasi dasar bayi dan balita. Peneliti juga menemukan beberapa
permasalahan yang dikemukan oleh para Ibu mengenai pelaksanaan imunisasi.
Permasalahan tersebut terkait dengan pelaksanaan imunisasi dan pelaksanaan posyandu
yang tidak rutin.
1.4 Rumusan Masalah

Masalah penelitian berdasarkan latar belakang diatas adalah evaluasi kelengkapan


terhadap imunisasi dasar pada bayi dan balita

1.5 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui kelengkapan terhadap imunisasi yang diberikan kepada bayi dan balita

1.6 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
Dapat memperoleh informasi kelengkapan imunisasi terhadap bayi dan balita setiap
pemberian imunisasi dasar lengkap

Anda mungkin juga menyukai