Anda di halaman 1dari 13

Salah satu upaya untuk menekan angka kasus COVID-19 yang kian meningkat adalah

dengan penyediaan vaksin COVID-19 dari pemerintah. Meski masih dalam tahap uji
klinis, keberadaan vaksin ini diharapkan dapat melindungi masyarakat Indonesia dari
pandemi.

Hingga saat ini, pemberian vaksin COVID-19 adalah solusi yang dinilai paling jitu untuk
mengurangi jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19.

Meski demikian, hingga saat ini, efektivitas dan keamanan vaksin COVID-19 masih diteliti
dalam tahap uji klinis oleh pemerintah dan berbagai lembaga terkait. Hal ini merupakan langkah
pemerintah dalam memastikan bahwa vaksin COVID-19 yang akan disediakan layak digunakan
untuk mencegah COVID-19.

Namun, perlu diingat juga bahwa upaya pencegahan COVID-19 tersebut tentunya tetap harus
disertai protokol kesehatan, misalnya dengan selalu menjaga jarak fisik, menjauhi kerumunan
atau tempat yang ramai, mengenakan masker, dan rajin mencuci tangan.

Pengembangan Vaksin COVID-19

Vaksin COVID-19 yang tengah dikembangkan ada bermacam-macam. Ada vaksin yang
memanfaatkan virus Corona yang telah dimatikan atau dilemahkan, ada juga vaksin yang
memanfaatkan teknologi rekayasa genetika. Salah satu contoh jenis vaksin tersebut adalah vaksin
mRNA.

Akhir-akhir ini, sebagian masyarakat mungkin sering mendengar pemberitaan terkait


pengembangan vaksin sebagai salah satu solusi untuk menanggulangi pandemi COVID-19.

Namun, sebagian masyarakat Indonesia mungkin masih belum memahami dan masih bertanya-
tanya mengenai efektivitas vaksin dan bagaimana proses pengembangan vaksin sebelum
akhirnya dapat digunakan.

Layaknya obat dan vaksin lainnya, pengembangan vaksin COVID-19 harus melalui tiga tahap uji
klinis. Setelah memenuhi ketiga tahap uji klinis tersebut dan dinyatakan efektif serta aman
digunakan, vaksin COVID-19 baru bisa mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).

Saat ini, sudah ada vaksin COVID-19 yang memasuki uji klinis tahap III di Indonesia. Penelitian
terhadap vaksin COVID-19 tersebut melibatkan 1.620 sukarelawan. Bila riset ini berjalan lancar,
vaksin COVID-19 diprediksi dapat tersedia dan digunakan secara luas oleh masyarakat
Indonesia pada tahun 2022.

Mengawal Tersedianya Vaksin COVID-19

Pemerintah akan terus berupaya untuk mengawasi dan memberikan pembinaan, bimbingan, serta
fasilitas guna mendukung pengembangan dan percepatan penyediaan vaksin COVID-19 bagi
masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk memastikan
pengembangan dan produksi vaksin COVID-19 agar dapat berjalan lancar:

1. Pengawasan distribusi vaksin

Salah satu persyaratan dalam pendistribusian vaksin adalah bahwa perusahaan yang
mendistribusikan vaksin tersebut harus memiliki izin sebagai Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan dan mendapatkan izin edar yang diterbitkan oleh
BPOM.

Ada 2 jenis pengelolaan distribusi vaksin, yaitu pengelolaan distribusi vaksin di PBF dan
pengelolaan distribusi vaksin di fasilitas pelayanan kefarmasian.

2. Pengawasan mutu vaksin

Pengawasan mutu dan keamanan vaksin bukan hanya dari proses perizinan, tetapi juga
pengawalan dan pengelolaan vaksin terkait penyimpanan dan pengiriman vaksin ke seluruh
wilayah Indonesia.

Agar kualitas dan manfaatnya tetap terjaga dan efektif, vaksin idealnya disimpan di tempat
bersuhu dingin, yaitu kulkas atau kotak es dengan suhu sekitar 2–8o Celsius atau -15–5o Celsius.

Suhu tempat penyimpanan vaksin tersebut juga harus selalu dijaga selama proses penyimpanan,
pengiriman, hingga saat hendak diberikan ke masyarakat.

3. Pengawasan keamanan obat setelah pemasaran (farmakovigilans)

Meski obat atau vaksin telah melalui serangkaian tahapan uji klinis yang ketat, baik dari proses
produksi hingga pengawasan mutu sepanjang rantai distribusinya, tetap saja masih ada risiko
efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan obat atau vaksin apa pun.

Reaksi efek samping vaksin bisa bersifat ringan, misalnya hanya berupa demam atau nyeri di
lokasi suntikan. Namun, pada sebagian orang, reaksi efek samping yang muncul bisa cukup
berat, seperti munculnya reaksi anafilaktik.

Oleh karena itu, pemerintah juga melakukan beberapa langkah untuk memantau dan
mengevaluasi keamanan vaksin guna memastikan bahwa vaksin tersebut layak digunakan,
termasuk oleh kelompok yang rentan, misalnya ibu hamil, anak-anak, atau orang dengan
kelainan sistem imun.

Vaksin COVID-19 diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk menghentikan pandemi
COVID-19. Namun, perlu diingat juga bahwa masih dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi
vaksin COVID-19 untuk bisa digunakan secara luas oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Apabila masih memiliki pertanyaan seputar vaksin COVID-19, Anda bisa berkonsultasi ke
dokter. Hindari isu-isu vaksin COVID-19 yang sumbernya tidak jelas dan dapat menggiring
opini yang salah di masyarakat. Vaksin lindungi diri dan negeri dari pandemi.

Apa itu vaksin?

Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit. Kandungan vaksin dapat berupa bakteri atau virus yang telah dilemahkan atau
dimatikan, bisa juga berupa bagian dari bakteri atau virus tersebut.

Vaksin dapat diberikan dalam bentuk suntikan, tetes minum, atau melalui uap (aerosol).

Apakah perlu melakukan vaksinasi?

Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Bila seseorang sudah mendapat
vaksin untuk suatu penyakit, tubuhnya bisa dengan cepat membentuk antibodi untuk melawan
kuman atau virus penyebab penyakit tersebut ketika nanti ia terpapar.

Oleh karena itu, vaksinasi penting dilakukan sebagai bentuk perlindungan diri terhadap penyakit,
terutama pada masa pandemi COVID-19.

Profil Vaksin yang akan Digunakan di Indonesia

Berikut ini adalah beberapa jenis vaksin yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia:

1. Pfizer

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: mRNA

Suhu penyimpanan: -70oC

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 94–95%

Tahap uji klinis: Telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat
(EUA) dari U.S. Food & Drug Administration (FDA)

Efek samping: Nyeri di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala, menggigil, nyeri sendi, dan
demam

2. Sinovac
Negara asal: Cina

Bahan dasar: Virus yang dimatikan (inactivated virus)

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi sekitar 65,3% (di Indonesia)

Tahap uji klinis: Sudah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat
(EUA) dari BPOM

Efek samping: Nyeri atau kemerahan di lokasi penyuntikan, nyeri otot, demam, dan sakit kepala

Alasan bisa dibawa ke Indonesia:

 Penyimpanannya bisa menggunakan kulkas atau cool box, sehingga proses distribusi vaksin dan
pelaksanaan vaksinasinya lebih mudah.
 Vaksin Sinovac termasuk dalam 10 kandidat vaksin paling cepat dan menggunakan metode
pembuatan yang sudah dikuasai oleh perusahaan lokal, seperti Bio Farma.

3. Moderna

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: mRNA

Suhu penyimpanan: -20oC

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 94,5%

Tahap uji klinis: Telah melalui uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat
(EAU) dari U.S. Food & Drug Administration (FDA)

Efek samping: Nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala,
nyeri otot, menggigil, demam, serta mual dan muntah

4. Oxford/AstraZeneca

Negara asal: Inggris

Bahan dasar: Viral vector

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 62-75%


Tahap uji klinis: Telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat dari
Otoritas Inggris

5. Novavax

Negara asal: Amerika Serikat

Bahan dasar: Protein subunit

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: 85–89%

Tahap uji klinis: Sudah selesai uji klinis fase 3 di Inggris, Meksiko, Amerika Serikat, dan Afrika
Selatan

Efek samping: Efek samping serius seperti reaksi alergi terhadap vaksin atau anafilaksis sangat
jarang terjadi

6. Sinopharm

Negara asal: Cina

Bahan dasar: Virus yang dimatikan (inactivated virus)

Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi sebesar 79,34%

Tahap uji klinis: Sudah melewati tahap uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan dari
otoritas kesehatan di Cina

Efek samping: Umumnya bersifat ringan, seperti demam, nyeri dan bengkak di lokasi
penyuntikan, serta sakit kepala

7. Merah Putih – BioFarma

BioFarma bekerja sama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman masih terus melakukan
pengembangan dan penelitian terhadap vaksin COVID-19. Uji klinis terhadap vaksin ini
rencananya akan dimulai sekitar bulan Juni 2021.

8. Sputnik V

Negara asal: Rusia

Bahan dasar: viral vector


Suhu penyimpanan: 2–8oC (suhu kulkas)

Klaim efektivitas: Efikasi 91,6%

Tahap uji klinis: Sudah melewati uji klinis fase 3

Efek samping: nyeri di tempat suntikan, flu, demam, sakit kepala, dan kelelahan.

Rencana Vaksinasi di Indonesia

Siapa saja produsen vaksin yang akan digunakan di Indonesia?

 PT Bio Farma
 AstraZeneca
 China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm)
 Moderna
 Novovax Inc
 Pfizer Inc and BioNTech
 Sinovac Biotech Ltd.
 Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology (Sputnik V)

Bagaimana rencana pola distribusi vaksin COVID-19?

Vaksin, peralatan pendukung, dan logistik lain yang berkaitan dengan proses pemberian vaksin
akan didistribusikan ke Puskesmas, klinik, rumah sakit, dan fasilitas layanan kesehatan lain yang
telah memenuhi persyaratan untuk melakukan vaksinasi.

Tidak hanya tenaga medis, distribusi vaksin COVID-19 juga dapat melibatkan berbagai pihak,
seperti TNI, Polri, dan Kementerian Perhubungan.

Apa saja kriteria orang yang akan menerima vaksin?

Berikut ini adalah beberapa kriteria penerima vaksin COVID-19:

 Tidak pernah terkonfirmasi menderita COVID-19 atau sudah sembuh dari COVID-19
minimal 3 bulan
 Suhu tubuh normal, tidak lebih dari 37,5oC
 Tekanan darah di bawah 180/110 mmHg saat skrining sebelum vaksinasi
 Tidak sedang hamil. Ibu menyusui masih diperbolehkan mendapatkan vaksinasi COVID-
19
 Penderita diabetes melitus dapat divaksinasi sepanjang tidak ada komplikasi akut
 Orang dengan HIV bisa diberikan vaksinasi COVID-19 jika angka CD4-nya lebih dari
200
 Penderita penyakit paru, seperti asma, PPOK, atau TBC, hanya dapat divaksinasi jika
sudah terkontrol melalu pengobatan (penderita TBC boleh divaksinasi setelah
mengonsumsi obat antituberkulosis secara teratur lebih dari 2 minggu)
 Tidak mengalami gejala ISPA dalam 7 hari terakhir dan tidak memiliki kondisi medis
tertentu, seperti alergi terhadap vaksin dan penyakit autoimun, seperti lupus, rheumatoid
arthritis, atau penyakit Sjogren

Penyintas kanker bisa mendapatkan vaksinasi. Namun, jika memiliki kondisi khusus atau riwayat
penyakit berat, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter sebelum menjalani
vaksinasi.

Kalau belum mendapatkan vaksin, apa yang harus dilakukan?

Selalu terapkan protokol kesehatan, yaitu mencuci tangan, mengenakan masker, dan menjaga
jarak fisik minimal 1 meter dengan orang lain. Sebisa mungkin, hindari bepergian ke luar rumah
atau berkumpul dengan orang banyak.

Setelah melakukan perjalanan ke luar kota atau berada dalam situasi dengan risiko penularan
COVID-19 yang tinggi, usahakan untuk melakukan tes PCR atau rapid test antigen dan tetap
lakukan karantina selama 1 minggu, walau hasil tes negatif.

Bagaimana tahap pemberian vaksin dalam lingkup masyarakat?

Pemberian vaksin COVID-19 oleh pemerintah akan dilakukan secara bertahap, karena pasokan
vaksin tidak cukup untuk diberikan kepada semua orang sekaligus pada waktu yang bersamaan.

Berikut ini adalah jadwal pemberian vaksin yang telah direncanakan oleh pemerintah:

Periode I (Januari–April 2021)

 Tahap I: 1,3 juta dosis untuk tenaga kesehatan


 Tahap II: 17,4 juta dosis untuk petugas publik yang tidak dapat menerapkan jaga jarak
secara efektif dan 21,5 juta dosis untuk lansia (di atas umur 60 tahun)

Periode II (April 2021–Maret 2022)

 Tahap III: 63,9 juta dosis untuk masyarakat dengan risiko penularan tinggi
 Tahap IV: 77,4 juta dosis untuk masyarakat umum dengan pendekatan klaster, sesuai
ketersediaan vaksin

Vaksinasi dan Kaitannya dengan Herd Immunity

Apa itu herd immunity?

Herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan kondisi ketika sebagian besar orang dalam
suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit infeksi. Semakin banyak
orang yang kebal, semakin sulit pula penyakit tersebut menyebar.
Dengan adanya herd immunity terhadap COVID-19, diharapkan orang-orang yang tidak bisa
menerima vaksin karena kondisi tertentu bisa ikut terlindungi dari penyakit ini.

Lantas, apa hubungannya herd immunity dengan vaksinasi?

Saat seseorang mendapatkan vaksin, tubuhnya akan membentuk kekebalan spesifik terhadap
penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin tersebut.

Dengan begitu, sistem imunitas tubuh orang ini akan siap melawan bakteri atau virus penyebab
penyakit yang masuk, sehingga tidak terjadi infeksi. Kalaupun terjadi infeksi, gejalanya akan
lebih ringan dan pemulihannya lebih cepat.

Nah, dengan begitu, otomatis tingkat penularan penyakit juga akan menurun. Jadi, semakin
banyak orang yang menerima vaksin, semakin berkurang pula penyebaran penyakitnya.

Pentingnya Penerapan Protokol Kesehatan

Setelah vaksinasi, apakah boleh mengabaikan protokol kesehatan?

Kehadiran vaksin bukan berarti bisa langsung melenyapkan COVID-19. Potensi penularan
penyakit ini tetap ada, apalagi vaksinasi di Indonesia dilakukan secara bertahap.

Untuk mencapai herd immunity terhadap penyakit COVID-19, perlu ada sekitar 60–80% dari
seluruh penduduk yang kebal terhadap penyakit ini. Artinya, minimal 165 juta penduduk di
Indonesia harus mendapatkan vaksinasi COVID-19.

Inilah salah satu alasan mengapa pencapaian target vaksinasi di Indonesia membutuhkan waktu
yang tidak sebentar.

Oleh karena itu, tetap patuhi protokol kesehatan dengan menerapkan physical distancing,
mengenakan masker saat berada di luar rumah, rajin mencuci tangan, dan selalu menjaga daya
tahan tubuh.

Jangan abaikan protokol kesehatan, meski sudah menjalani vaksinasi

Setelah menerima vaksin COVID-19, Anda diharuskan menunggu selama 30 menit di fasilitas
kesehatan tempat vaksinasi dilakukan. Hal ini penting agar dokter atau perawat dapat melakukan
observasi untuk mencegah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) vaksin COVID-19.

Jika tidak menunjukkan gejala apa pun setelah vaksinasi, Anda diperbolehkan untuk pulang.

Meski telah divaksin, Anda tetap harus mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan
COVID-19, seperti mencuci tangan, menjaga jarak fisik, dan menggunakan masker saat berada
di luar rumah.
Perlu diingat pula bahwa vaksin tidak mencegah COVID-19 secara mutlak. Setelah menerima
vaksin, bukan berarti Anda bisa berkumpul dan berpesta di tengah keramaian. Tetap hindari
tempat ramai dan usahakan berada di rumah saja.

Risiko penularan virus Corona masih tetap ada meskipun Anda sudah menerima vaksin COVID-
19. Jadi, jagalah diri demi orang-orang yang Anda sayangi.

Sumber :

https://www.alodokter.com/mengenal-vaksin-covid-19-dari-pemerintah

https://www.alodokter.com/informasi-berbagai-vaksin-covid-19-di-indonesia

Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah
(Forkompimda) menyambangi Pulau Kasu, Belakang Padang, Kamis (24/6/2021). Dalam
kunjungan tersebut, Amsakar dan Forkopimda mengapresiasi antusias seluruh elemen
masyarakat terlibat mensukseskan program vaksinasi.

Camat Belakang Padang Yudi Admaji melaporkan, selain tenaga kesehatan (nakes) dan tim
Covid-19, vaksinasi dibantu oleh Relawan Aksi Pemuda Batas Negeri. Para relawan merupakan
kumpulan anak muda Belakang Padang yang secara sukarela membantu penanganan Covid-19.

“Mereka ikut membantu nakes dan tim, baik mensosialisasikan prokes juga membantu entry data
vaksinasi. Mereka ada yang bekerja juga kuliah, terlibat sukarela tanpa bayaran,” ucap Yudi.

Seolah tidak ingin ketinggalan, para pengusaha juga terlibat. Diseiringkan dengan pelaksanaan
vaksinasi mereka membagikan sembako untuk warga yang tidak mampu.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengucapkan terimakasih atas
antusiasme seluruh pihak yang terlibat dalam proses vaksinasi tersebut. “Kerja ini memang tak
akan selesai oleh kami saja. Agar berjalan dengan sukses, kebersamaan seperti ini yang kami
harapkan,” kata Amsakar.

Ia menyebutkan, program Vaksinasi Jangkau pulau (Nasi Kapau) merupakan ikhtiar mencegah
Covid-19 hingga pulau-pulau penyangga. Dengan kata lain, fokus vaksinasi tidak hanya di pulau
utama, Batam.

“Saya seyogyanya menyampaikan terimakasih untuk kita semua yang bertungkuslumus


mencegah penyebaran Covid-19 ini,” kata dia.

Kapolres Barelang Kombes Yos Guntur, juga mengapresiasi kekompakan elemen masyarakat.
Senada dengan Amsakar, ia menyebut suksesnya penanganan Covid-19 tidak hanya bertumpu
pada peran pemerintah maupun TNI Polri saja, namun juga semangat kolektif masyarakat.
“Saya kira hal baik ini (kekompakan) harus dipertahankan. Ada peran pengusaha, pemuda lalu
nakes. Saya ucapkan terimakasih banyak,” ujarnya.

Ia meminta masyarakat yang sudah divaksin untuk mengajak yang belum divaksin untuk ikut
serta dan ikut meluruskan informasi yang keliru seputar vaksin.

“Vaksinasi akan memperkuat imun. Masyarakat sehat, ekonomi juga akan segera pulih,” ujar dia.

Komandan Lanud Hang Nadim Letkol Pnb Iwan Setiawan, berkesempatan memperkenalkan diri.
Selepasnya, ia mengajak masyarakat untuk tetap semangat di tengah pandemi yang masih
merebak.

“Saya harap setelah vaksinasi, tetap jaga prokes,” harap dia.

Sumber : https://lawancorona.batam.go.id/2021/06/24/seluruh-elemen-masyarakat-kasu-kompak-
sukseskan-vaksinasi/

Sejak Januari hingga Agustus 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM telah mengeluarkan
izin pengunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terhadap 7 jenis vaksin Covid-19 di
Indonesia. EUA untuk 7 jenis vaksin Covid-19 di Indonesia ini diterbitkan setelah melalui pengkajian
secara intensif oleh Badan POM bersama Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19 dan
Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Penilaian terhadap data mutu 7 jenis
vaksin Covid-19 ini juga telah mengacu pada pedoman evaluasi mutu vaksin yang berlaku secara
internasional. "Setiap proses pemberian EUA masing-masing vaksin mempunyai prosesnya tersendiri,
dinamikanya tersendiri. Dan alhamdulillah pada saat ini sudah ada 7 jenis vaksin yang kami berikan
emergency use authorization," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam rapat dengar pendapat (RDP)
dengan Komisi IX DPR, Rabu (25/8/2021).

Sejak Januari hingga Agustus 2021, Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM telah mengeluarkan
izin pengunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terhadap 7 jenis vaksin Covid-19 di
Indonesia. EUA untuk 7 jenis vaksin Covid-19 di Indonesia ini diterbitkan setelah melalui pengkajian
secara intensif oleh Badan POM bersama Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19 dan
Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Penilaian terhadap data mutu 7 jenis
vaksin Covid-19 ini juga telah mengacu pada pedoman evaluasi mutu vaksin yang berlaku secara
internasional. "Setiap proses pemberian EUA masing-masing vaksin mempunyai prosesnya tersendiri,
dinamikanya tersendiri. Dan alhamdulillah pada saat ini sudah ada 7 jenis vaksin yang kami berikan
emergency use authorization," kata Kepala BPOM Penny Lukito dalam rapat dengar pendapat (RDP)
dengan Komisi IX DPR, Rabu (25/8/2021).

Berikut adalah 7 jenis vaksin Covid-19 yang telah mendapat EUA dari BPOM:
1. Sinovac Vaksin Sinovac adalah vaksin Covid-19 yang pertama kali mendapat izin penggunaan darurat
dari BPOM. EUA ditebritkan oleh BPOM pada hari Senin, 11 Januari 2021. Izin penggunaan darurat
terhadap Sinovac diberikan setelah BPOM mengkaji hasil uji klinis tahap III vaksin yang dilakukan di
Bandung. BPOM juga mengkaji hasil uji klinis vaksin Sinovac yang dilakukan di Turki dan Brasil. Dari hasil
analisis terhadap uji klinis fase III di Bandung menunjukkan efikasi vaksin Covid-19 Sinovac sebesar 65,3
persen. Vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Research and Development Co.,Ltd ini diberikan dua
dosis, 0,5 ml setiap dosisnya dengan interval minimal pemberian antar dosis adalah selama 28 hari.

2. Vaksin Covid-19 Bio Farma Satu bulan kemudian, tepatnya pada 16 Februari 2021, BPOM kembali
mengeluarkan EUA untuk vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero). Vaksin dengan
nama produk vaksin Covid-19 itu memiliki nomor izin penggunaan EUA 2102907543A1. Vaksin yang
diproduksi oleh PT Bio Farma ini berasal dari bahan baku vaksin yang secara bertahap telah dikirimkan
oleh Sinovac. Baca juga: MUI Terbitkan Fatwa, 3 Vaksin Covid-19 dari Sinovac dan Biofarma Halal Vaksin
ini memiliki bentuk sediaan vial 5 ml. Setiap vial berisi 10 dosis vaksin yang berasal dari virus yang di-
inaktivasi. Untuk menjaga mutu dan kualitasnya, vaksin Covid-19 ini harus disimpan dalam tempat
penyimpanan dengan suhu stabil antara 2-8 derajat celsius. Pada setiap vial telah dilengkapi dengan dua
dimensi barcode khusus yang menunjukan detail informasi dari setiap vial. Hal itu berfungsi untuk
melacak vaksin dan mencegah pemalsuan vaksin.

3. AstraZeneca Hanya berselang beberapa hari, BPOM kemudian kembali mengeluarkan EUA untuk
vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, pada 22 Februari 2021 dengan nomor
EUA 2158100143A1. BPOM memberikan izin penggunaan darurat untuk AstraZeneca usai melakukan
evaluasi bersama Komite Nasional Penilai Obat dan pihak lainnya. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan
oleh AstraZeneca dan University of Oxford ini memiliki efikasi sebesar 62,1 persen. Vaksin ini diberikan
secara intramuskular dengan dua kali penyuntikan. Setiap penyuntikan dosis yang diberikan sebesar 0,5
persen dengan interval minimal pemberian antar dosis yaitu 12 minggu.

4. Sinopharm Pada 29 April 2021, BPOM mengeluarkan EUA untuk vaksin Covid-19 Sinopharm dengan
nomor EUA 2159000143A2. Vaksin Sinopharm didistribusikan oleh PT.Kimia Farma dengan platfom
inactivated virus atau virus yang dimatikan. Berdasarkan hasil evaluasi, pemberian vaksin sinopharm dua
dosis dengan selang pemberian 21 hari menujukkan profil keamanan yang dapat ditoleransi dengan
baik. Hasil uji klinik fase III yang dilakukan oleh peneliti di Uni Emirates Arab (UAE) dengan subjek sekitar
42 ribu menunjukan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78 persen.

5. Moderna Vaksin Covid-19 Moderna mendapat EUA dari BPOM pada Jumat, 2 Juli 2021. Penerbitan
EUA untuk Moderna berdasarkan hasil uji klinis fase ketiga dan pengkajian Komite Nasional Penilai
Vaksin Covid-19, ITAGI, dan BPOM. Berdasarkan data uji klinis fase ketiga menunjukkan efikasi vaksin
Moderna sebesar 94,1 persen pada kelompok usia 18-65 tahun kemudian menurun menjadi 86,4 persen
untuk usia di atas 65 tahun. Hasil uji klinis juga menyatakan vaksin Moderna aman untuk kelompok
populasi masyarakat dengan komorbid atau penyakit penyerta. Komorbid yang dimaksud yakni penyakit
paru kronis, jantung, obesitas berat, diabetes, penyakit lever hati, dan HIV.
6. Pfizer Selang dua pekan kemudian, BPOM kembali menerbitkan EUA untuk vaksin Covid-19 Pfizer
pada 15 Juli 2021. Penerbitan EUA terhadap Pfizer dilakukan sesuai pedoman evaluasi yang berlaku
secara internasional. Data uji klinik fase III menunjukkan efikasi vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer
Inc. dan BioNTech ini sebesar 100 persen pada usia remaja 12-15 tahun, kemudian menurun menjadi
95,5 persen pada usia 16 tahun ke atas. Beberapa kajian menunjukkan keamanan vaksin Pfizer ini dapat
ditoleransi pada semua kelompok usia. Vaksin Pfizer diberikan secara intramuskular dengan dua kali
penyuntikan. Setiap penyuntikan dosis yang diberikan sebesar 0,3 ml dengan interval minimal
pemberian antar dosis yaitu 21-28 hari

7. Sputnik V Terbaru, BPOM menerbitkan EUA untuk vaksin Covid-19 Sputnik V. EUA diterbitkan oleh
BPOM pada Selasa, 24 Agustus 2021. Vaksin Sputnik V digunakan untuk kelompok usia 18 tahun ke atas.
Vaksin Sputnik V diberikan secara injeksi intramuscular dengan dosis 0,5 mL untuk 2 kali penyuntikan
dalam rentang waktu 3 minggu. Vaksin yang dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of
Epidemiology and Microbiology di Russia ini menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-
S dan Ad5-S). Pemberian EUA untuk Sputnik V telah berdasarkan pengkajian secara intensif oleh BPOM
bersama Tim Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19 dan ITAGI. Penilaian terhadap data mutu
vaksin ini juga telah mengacu pada pedoman evaluasi mutu vaksin yang berlaku secara internasional.
Berdasarkan hasil kajian terkait dengan keamanannya, efek samping dari penggunaan Sputnik v
merupakan efek samping dengan tingkat keparahan ringan atau sedang seperti flu yang ditandai dengan
demam, menggigil, nyeri sendi, nyeri otot, badan lemas , ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia,
atau reaksi lokal pada lokasi injeksi. Sementara untuk efikasinya, data uji klinik fase 3 menunjukkan
vaksin Sputnik V memberikan efikasi sebesar 91,6 persen dengan rentang confidence interval 85,6
persen- 95,2 persen. Kita bisa akhiri pandemi Covid-19 jika kita bersatu melawannya. Sejarah
membuktikan, vaksin beberapa kali telah menyelamatkan dunia dari pandemi. Vaksin adalah salah satu
temuan berharga dunia sains. Jangan ragu dan jangan takut ikut vaksinasi

Sumber : https://nasional.kompas.com/read/2021/08/25/15072631/ini-7-jenis-vaksin-covid-19-di-
indonesia-yang-telah-dapat-izin-penggunaan?page=all

Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak
hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai