Tugas SSBI
Tugas SSBI
Mahasiswa :
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2022
“Desa Suppirang Menanti Pendidikan yang Layak untuk Kami”
Transkripsi
Saya sangat sedih melihat kondisi yang ada di sana. Dimana, walaupun anak sekolah yang ada
disana itu sekitar kurang lebih 20. Tapi yang sangat memperihatinkan ini adalah bahwa apakah
pemerintah tidak tegugah hatinya dengan melihat keadaan seperti ini.
Bagi warga yang tinggal di pelosok dan jauh dari infrastruktur yang baik, pendidikan jadi sangat
istimewa. Gedung yang layak, buku yang memadai, hingga tenaga pendidik menjadi sejumlah
permasalahan yang membelit. Menurut data dari dinas pendidikan Kabupaten Pinrang, tak
kurang dari 300 anak usia sekolah tidak mengenyam pendidikan di Kabupaten Pinrang. Hari ini,
tim Indonesia ku tiba di Desa Suppiran. Salah satu desa terujung di Kabupateng Pinrang,
Provinsi Sulawesi Selatan. Kami mendapatkan informasi, sekolah dasar di Desa Suppiran tidak
memiliki fasilitas yang memadai. Padahhal mereka belajar disekolah negeri. Perjalanan ini
menuju ke salah satu dari 4 dusun di Desa Supirran bersama dengan warga dan 1 tenaga
pengajar.
Awal perjalanan kami sudah disambut dengan kondisi jalan yang hancur. Desa yang di huni oleh
lebih dari 3000 warga ini, memang tak pernah mendapat perbaikan jalan secara menyeluruh.
Dana desa tak mampu mengakomodir permasalahan infrastruktur di Suppiran. Kondisi jalan ini
membuat beberapa warga yang turut pergi bersama kami tergelincir. Beruntung, motor oleng ke
sisi kiri jalan. Sebab, jika motor jatuh ke sisi lainnya, bisa dipastikan kendaraan kami jatuh ke
dalam jurang.
30 menit melintasi jalan desa, kami berpapasan dengan sejumlah siswa yang hendak berangkat
ke sekolah induk. Tak bedanya dengan kami, merekapun harus melintasi jalan ini untuk sampai
ke sekolah. Sekolah induk bukan tujuan kami sekarang, melainkan sekolah jauh yang berada di
tengah hutan belantara.
Reporter (Ryan Fernando) : “Jadi permirsa ini adalah potret dunia pendidikan di Desa
Suppiran. Ini baru 1 dari permasalahan yang ada dan kami akan membahasnya di
Indonesiaku pada sore ini”
Ketika para siswi tiba di sekolah induk, kami masih harus naik ke pegunungan. Sebab, ada jalan
membentang sepanjang 8 km yang harus kami tempuh sebelum tiba di dusun poton. Tenaga
pendidik yang berangkat bersama juga merupakan kepala sekolah. Dua kali dalam seminggu, ia
mengunjungi sekolah jauh untuk memantau siswa-siswinya dan mengajar. Usai 1 jam perjalanan,
akhirnya kami tiba di sekolah tujuan.
Inilah Sekolah Dasar Negeri 158 lembang kelas jauh. Sebagian warga menyebut sekolah ini
dengan sekolah di tengah hutan. Bukan tanpa alasan, sekolah ini memang berada di tengah hutan
pegunungan surah. Beralas tanah, beratap seng, dan jauh dari mana-mana, disinilah tempat 17
siswa dusun poton menggantungkan mimpi dan cita-citanya. Setelah sang kepala sekolah datang,
kegiatan belajar mengajar hari ini pun dimulai. Kegiatan belajar mengajar tidak dimulai pukul 7
pagi, biasanya muri-murid mulai belajar pukul 9 pagi. Ini akibat dari kondisi jalan kondisi jalan
yang tak memadai dan tempat tinggal murid-murid yang berada di atas pegunungan jauh dari
sekolah. Awalnya anak-anak harus berjalan kaki belasan kilometer menuju sekolah induk.
Kemudian, pada tahun 2013 masyarakat berinisiatif untuk membangun sekolah secara swadaya.
Hampir semua fasilitas yang ada di sekolah merupakan dana patungan dari masyarakat desa dan
dusun. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum sekolah jadi seperti sekarang. Seperti atap
besi ini yang baru 3 bulan belakangan menggantikan daun ara yang telah menaungi murid dari
panas dan hujan. Begitupun dengan dinding kayu yang baru saja diperbaiki seadanya akhir tahun
2017 kemarin.
Reporter (Ryan Fernando) : “Tapi kalo melihat kondisi yang sekarang, cukupkah
dana itu buk? Untuk anak-anak, sepatunya, buku tulisnya, semua cukup apa tidak buk?”
Kepala SDN 156 lembang (Elizabethh ittok) : “yang dana bosnya?”
Reporter (Ryan Fernando): “iya”
Kepala SDN 156 lembang (Elizabethh ittok): “Kan itu dana bos dari jumlah murid.
Jadi banyak siswa banyak juga dana bosnya, tapi kalo sedikit ya sedikit juga”
Serangga Menjadi musuh utama anak-anak ini. Tanpa mengenakan kaos kaki apalagi sepatu,
nyamuk dapat dengan mudah menggigit kaki mereka. Satu-satunya jalan untuk mengusir
nyamuk adalah dengan asap dari bakaran serabut kelapa.
Reporter (Ryan Fernando) : “ibuk ini, bakar ginian untuk ngusir apa buk?”
Kepala SDN 156 lembang (Elizabethh ittok) : “untuk ngusir nyamuk”
Reporter (Ryan Fernando): “disini banyakkah?”
Kepala SDN 156 lembang (Elizabethh ittok): “iya banyak, kalo lagi pagi pagi, belum
panas betul matahari, itupun kalo ada musim hujan”
Reporter (Ryan Fernando): “tapi asepnya ganggu ini sebetulnya”
Kepala SDN 156 lembang (Elizabethh ittok): “iya daripada tidak aad begini”
Reporter (Ryan Fernando): “Jadi permirsa, pilihannya disni Cuma 2, yang pertama
dibakar tapi mengganggu karena bisa bikin anak-anak batuk. Tapi yang kedua, gak
dibakar tapi banyak nyamuk disini, gak ada pilihan yang paling betul sebetulnya.
Walau dengan keterbatasan, tak ada raut muka lesuh atau kecewa, yang ada hanya senyuman dan
tawa ceria yang tak jarang terlempar ketika proses belajar mengajar.
Reporter (Ryan Fernando) : “Jadi permirsa, beginilah kondisi yang ada di sekolah
jauh di Desa Sutirran. Jauh sekali dari kata nyaman, asap penuh di ruangan ini, harusnya
senga yang berada diatas menutup panas malah menjadi bikin agak sedikit pengap.
Meskipun kondisi seperti ini, tapi permirsa bisa melihat dibelakang saya. Meskipun
hanya 6 orang, tapi inilah anak kelas 1 dan mereka tidak ada yang bolos sama sekali.”
Dana bantuan operasional sekolah adalah salah satu harapan guru dan kepala sekolah memenuhi
sejumlah kebutuhan. Namun, yang jumlahnya hanya Rp5.000.000 perbulan aharus dibagi rata
untuk gaji guru, kebutuhan siswa, hingga membeli keperluan sekolah. Potret guru honorer
menjadi gambaran bagaimana minimnya pembayaran tenaga pendidik di sini.
Guru SDN 156 lembang (Kalimbuang): “200 ribu perbulan”
Reporter (Ryan Fernando): “tapi kenapa dengan mohon maaf.. dengan gaji yang
sangat minim, ibuk masih mau ngajar disini??”
Guru SDN 156 lembang (Kalimbuang): “ya karena demi anak-anak”
Matahari tepat berada di atas kepala kami, ini berarti waktunya anak kelas 1 dan 2 untuk bersiap
untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Namun, ada kebiasaan sebelum pulang sekolah yaitu
kerja bakti.
Setiap hari jumat setelah pulang sekolah, anak-anak bersama guru dan kepala sekolah akan
melaksanakan apel. Selama lima tahun berdiri, tidak pernah sekalipun siswa SDN 158 Lembang
melaksanakan upacara bendera. Jumlah murid yang minim, dan keterbatasan prasarana yang
menjadi penyebabnya.
Besokan paginya, saya bersama para siswa di dusunu poton akan berangkat menuju sekolah
induk di desa mereka. Iya, SD kelas jauh, yang hanya mampu mengajar hingga kelas 2 membuat
mereka yang sudah kelas 3 keatas harus belajar di sekolah induk. Belasan kilometer jalan yang
tadinya saya lintasi dengan sepeda motor kini harus saya tempuh dengan berjalan kaki. Ada
sekitar 15 Km jalan yang harus saya lintasi pagi ini. Dari 11 siswa yang pagi ini berangkat hanya
3 yang menggunakan sepatu, sisanya hanya berasalan sandal atau alas kaki seadanya. Kondisi
jalan yang penuh bebatuan dan lumpur membuat sepatu mereka cepat sekali rusak. Beli sepatu
baru tentu akan sulit. Berjalan kaki seperti ini, cukup melelahkan untuk saya ditambah kondisi
jalan yang amat becek membuat langkah kaki semakin berat.
Reporter (Ryan Fernando) : “Jadi meskipun tidak seberbahaya yang naik motor tapi
jalan kaki seperti ini tetap saja beresiko karena ini kondisinya habis ujan tadi malam dan
jalan amat sangat licin. Dan bisa dilihat disebelah mereka ini jalanan langsung jurang
yang dalam sekali.”
Di sejumlah titik, kami juga harus meningkatkan kewaspadaan, sebab ada banyak sekali jurang
yang menganga.
Reporter (Ryan Fernando): “Kan dari tadi jalanan licin sekali, pernah jatuhkah olivia
atau teman-teman dijalan?”
Olivia : “pernah”
Reporter (Ryan Fernando): “Itu yang Jatuh siapa?”
Olivia : “Saya”
Reporter (Ryan Fernando): “Pas kapan itu?”
Olivia : “Waktu pagi, saya jalan ke sekolah dan terpeleset karena
batu”
Satu jam lebih kami berjalan kaki dari dusun poton menuju sekolah induk. Kami pun sampai
tepat ketika apel pagi tengah berlangsung. Para guru memaklumi para murid dari poton, tak
banyak yang dapat mereka lakukan. Sebab kondisi inipun dirasakanpula oleh tenaga pendidik di
sekolah induk. Sampai di sekolah induk kondisinya, tidak lebih baik. Bangunan yang mulai
lapuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi tidak nyaman. Papan tulis yang sehari-hari
digunakan rata-rata sudah berlubang termakan usia. Lantainya tak jauh berbeda dari kelas jauh
yang berada di hutan belantara. Namu lagi-lagi saya tidak melihat adanya siswa mengeluhkan
kondisi ini. Proses belajar mengajar tetap berlangsung seperti biasa, seperti tidak ada masalah
apapun. Walau sebetulnya para guru punya harapan lebih kepada pemerintah terkait kondisi
sekolah mereka. Pembangunan terakhir menyentuh sekolah ini 9 tahun yang lalu.
Catatan Tambahan
1. Besaran dana bos berbanding lurus dengan jumlah siswa.
2. Walaupun jarak yang jauh, anak-anak tetap bersemangat untuk pergi sekolah sejauh kurang
lebih 15 km.
3. Sekolah Dasar Negeri 158 lembang kelas jauh hanya berdinding kayu dan beratap seng.
4. Ketika bersekolah para guru menyalakan asap dengan cara memabakar serabut kelapa agar
msiswa-siswa tidak terganggu nyamuk
5. Gaji guru honorer yang dibayarkan sangat minim. Walaupun tidak seberapa, mereka masih
tetap mengajar demi cita-cita para siswa.
6. Bagi warga yang tinggal di pelosok ini, pendidikan menjadi suatu yang sangat istimewa bagi
mereka.
7. Siswa-siswi disana tetap merasa senang, tidak ada yang merasa letih dan lesuh dengan
kondisi sekolah mereka.
8. Meskipun siswa siswanya sedikit, tetapi siswa-siswi disana tidak ada yang bolos sekolah
9. Para guru mempunyai harapan yang besar kepada pemerintah terkait bagaimana kondisi
sekolah tempat merka mengajar.
10. Para guru sangat bangga terhadap muridnya, karena muridnya tetap bersemangat pergi ke
sekolah walaupun jarak ke sekolah sangat jauh.
Pertanyaan :
3. Nirma Rosani : Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan ?
Jawaban :
(1)Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar,
(2)Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif disekolah sesuai dengan
ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan
(3)Menjamin agarkegiatan sekolah berlansung sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
sehingga berjalan berjalan lancar dan berjalan optimal
(4)Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya
(5)Memberikan bimbingan lansung untuk memperbaiki kesalahan.
Pendekatan yangbisa dilakukan dalam upaya meningkatkan profesionalitas guru dengan
supervisor diantaranya yaitu teknik supervisi, budaya organisasi pembelajaran, dan
kegiatan pelatihan.
4. Mazida Risma : Program apa saja yang dilakukan oleh pemerintah saat ini untuk
mengatasi permasalahan pemerataan pendidikan ?
Jawaban : Banyak upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
pemerataan Pendidikan di Indonesia, seperti menyediakan sekolah gratis mulai dari
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekola Menengah Tengah (SMP), membangun sarana dan
prasarana yang memadai termasuk sarana olahraga untuk setiap sekolah baik yang di
perkotaan maupun pedesaan sesuai kebutuhannya, memberikan kepada siswa yang
berprestasi dan/atau dari keluarga yang tidak mampu, dan yang terakhir memberikan
subsidi untuk sekolah swasta yang diprioritaskan pada daerah-daerah yang kemampuan
ekonominya
5. Inessya : Pembaharuan seperti apa yang dibutuhkan dalam upaya mengatasi
permasalahan pendidikan saat ini ?
Jawaban : Permasalahan dalam pendidikan tidak dapat selesai begitu saja. Butuh waktu
yang cukup lama, agar permasalahan ini dapat mengecil. Terlebih lagi di Indonesia,
wilayah yang memiliki cakupan luas sulit untuk memantau satu persatu di setiap daerah.
Adapun bentuk pembaharuan dalam pendidikan, diantaranya:
a. Pembaharuan Kurikulum
Penyebab dari pembaharuan kurikulum beragam mulai dari sistem pemerintahan di
suatu negara berubah yang meliputi aspek sosial, politik, ekonomi, idelogi maupun
sistem pendidikan, mengikuti perkembangan zaman yang meliputi perkembangan
IPTEK, adanya gagasan baru dari ahli pendidikan, adanya perubahan dari masyarakat
meliputi aspek sifat, perilaku, kebiasaan dan trend, dan lainnya.
Bentuk pembaharuan kurikulum pada pendidikan dasar dan menengah adalah
menerapkan kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan menengah. Penerapan
kurikulum 2013 dituntut peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dan pendidik
hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Peserta didik dituntut untuk berdiskusi
selama berlangsungnya pembelajaran dengan menyalurkan pendapat dan saling
bertukar gagasan. Selanjutnya, bentuk pembaharuan kurikulum pada pendidikan
tinggi seperti penerapan merdeka belajar. Merdeka belajar merupakan program dari
Kemendikbud dimana memberikan kebebasan mahasiswa untuk berinovasi dan
kreatif dalam belajar. Salah satu bentuk penerapan dalam merdeka belajar adalah
belajar dengan dosen universitas lain.
Inovasi pendidkan adalah hal baru yang dimunculkan oleh seseorang atau
sekelompok orang baik berupa hasil invensi atau diskaveri yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikana atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Inovasi
yang dimunculkan tidak hanya sembarangan saja, pastinya dipikirkan secara matang.
Pendidikan yang inovatif dapat berbentuk metode dimana dapat meningkatkan
kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara yang baru. Metode atau cara baru
dalam pembelajaran dapat dijadikan sebagai upaya dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Dalam menciptakan pendidikan inovatif, kita bisa menyatukan unsur
teknologi dalam pembelajaran. Tujuannya adalah membuat pembelajaran menjadi
menarik perhatian dan efektif untuk dilaksanakan. Sehingga dalam belajar tidak
monoton dan membosankan bagi peserta didik. Pendidik bisa membuat pembelajaran
menjadi beragam karena adanya teknologi. Selain itu, pendidikan inovatif
memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mengakses pembelajaran, sehingga
pembelajaran tidak hanya dilaksanakan secara tatap muka akan tetapi bisa
dilaksanakan di luar kelas.
6. Nurul Nabila : Bagaimana peranan pemerintahan dalam meningkatkan perusahaan
IPTEK pembelajaran ?
Jawaban : Peran pemerintah dalam hal perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) di indonesia ialah sebagai berikut:
• Menyediakan sarana dan prasarana dalam penelitian IPTEK.
• Membuat peraturan dalam penggunaan IPTEK.
• Mendukung perkembangan IPTEK di indonesia.
• Mendirikan lembaga yang bertugas mengawasi, meneliti serta menerapkan
perkembangan IPTEK di Indonesia
7. Dea Agustian : Apa dampak yang ditimbulkan apabila suatu negara memiliki kualitas
pendidikan yang rendah ?
Jawaban :
Kemiskinan
Peluang pekerjaan yang layak menjadi sedikit
Tidak memiliki wawasan yang luas
Tidak dapat menggapai cita-cita
8. Khoiriah Hawa : Sering kita dengar istilah didalam dunia pendidikan yaitu tuntutlah ilmu
sampai ke negri china apa hubungan dari istilah tersebut ?
Jawaban : menurut saya, pepatah itu hanya sekedar motivasi untuk kita agar terus
semangat menuntut ilmu walau sangat jauh tempatnya. Karena menuntut ilmu itu snagat
penting sekali. Kebaikan di dunia dan di akhirat bisa diperoleh dengan menuntut ilmu
dengan mengamalkannya.
9. Gita Novita : Bagaimana upaya yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia
untuk mengatasi permasalahan pendidikan yang rendah seperti tertinggalnya kurikulum
diwilayah terpencil indonesia ?
Jawaban :
Memberikan dana kepada orang yangtidak mampu agar dapat menikmati
pendidikan yang layak
Membuat program wajib belajar.
Membuat program kejar paket.
Pemerintah lebih memperhatikan rakyat yang tidak mendapat pendidikan.
Membangun sekolah gratis