Jurnal Mikroba Tanah 8
Jurnal Mikroba Tanah 8
Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen di Sedimen Perairan
Mangrove Pulau Dua, Banten
(Benthic Fluxes and Potency of Bacterial Activity Related to Nitrogen Cycle in Pulau Dua
Mangrove Sediments, Banten)
Aliati Iswantari 1, Yusli Wardiatno1, Niken T.M Pratiwi1 & Iman Rusmana2
1
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB,
Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, 16680
2
Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, 16680
Email: aliatiiswantari@gmail.com
ABSTRACT
Mangrove ecosystem has important role as source of nutrient particularly nitrogen in coastal area. Nitrogen (N) is a
limiting factor in marine and coastal area. The aim of this research was to study benthic fluxes and potency of
bacterial activity in sediment of mangroves area, related to nitrogen cycle. This research was conducted in flooded
mangroves area in Pulau Dua. The sediment and overlying water was sampled using sediment core sampler.
Experimental treatment for flux analysis and sediment-slurry were conducted in three hours. Nutrient of NH3-N,
NO2-N, and NO3-N and abundance of nitrifier, denitrifier, DNRA, and ammonifier were analyzed. The results
showed that the abundance of anaerobic bacteria was higher than aerobic bacteria. The dominance of bacterial
groups found in sediment was ammonification bacteria. The highest nutrient concentration in sediment was NH3-
N. Benthic fluxes value showed higher NH3-N tends to release from the sediment to water than NO2-N and NO3-
N. Generally, mangrove sediment in Pulau Dua has higher potency ofbacterial activity (Vmax and Km) in NO3
reduction by anaerobic bacteria than NH3 oxidation by aerobic bacteria.
109
Iswantari dkk.
berkontribusi terhadap tingginya kandungan sedimen dan alat pemutar untuk perlakuan fluks
nutrien di sedimen mangrove (Silva et al. 2007). bentik. Bahan yang digunakan adalah bahan-
Menurut Howarth & Marino (2006), nitrogen bahan untuk analisis parameter kualitas air dan
(N) merupakan faktor pembatas yang kritis untuk bahan-bahan media tumbuh bakteri yang sudah
produktivitas primer dalam sistem pesisir. spesifik untuk kelompok bakteri yang terkait
Ekosistem mangrove menyediakan relung siklus N.
ekologis untuk mikroba yang memiliki peran Bahan untuk analisis NH3-N (amonia-N),
beragam dalam daur ulang nutrien (Sahoo & NO2-N (nitrit-N) mengacu pada Eaton et al.
Dhal 2008). Siklus N di area mangrove paling 2005 dan NO3-N (nitrat-N) mengacu pada Rand
utama dilakukan oleh mikroba dibandingkan et al. 1979. Bahan media untuk analisis kelimpahan
dengan proses kimia (Alongi et al. 1992 diacu kelompok bakteri aerob nitrifikasi dibuat
dalam Fernandes et al. 2012). berdasarkan Bhaskar & Charyulu (2005) dengan
Mikroorganisme yang terkait dengan siklus modifikasi sumber N dan C, yaitu AOB (sumber
N di sedimen perairan, diantaranya nitrifikasi N: NH3, sumber C: CO3) dan NOB (sumber N:
meliputi AOB (Ammonia Oxidizing Bacteria) dan NO2, sumber C: CO3). Selanjutnya media untuk
NOB (Nitrite Oxidizing Bacteria), denitrifikasi, analisis kelimpahan kelompok bakteri anaerob
anammox (anaerobic ammonium oxidation), dibuat berdasarkan Rusmana (2007) dengan
DNRA (dissimilatory nitrate reduction to modifikasi sumber N dan C, yaitu bakteri
ammonium), dan amonifikasi (Rajendran 2011; denitrifikasi (sumber N: NO3, sumber C: asetat),
Canavan et al. 2007; Zhu et al. 2010). Selain proses bakteri fermentatif DNRA (sumber N: NO3,
bioturbasi dan bioirigasi oleh bentik organisme, sumber C: glukosa), dan bakteri fermentatif amonifikasi
adanya aktivitas mikroba turut berperan dalam (sumber N: pepton, sumber C: glukosa).
fluks nutrien bentik-pelagis di sedimen (Tuominen Pengkondisian anaerob pada media dilakukan
et al. 1999; Volkenborn et al. 2007). Fluks bentik dengan metode OFN (Oxygen Free Nitrogen).
dapat menggambarkan aktivitas aktual bakteri Pengukuran terhadap beberapa parameter
dalam pemanfaatan maupun pembentukan N di lingkungan perairan di air seperti suhu, pH,
sedimen. Kemampuan bakteri tersebut dalam salinitas, dan DO (dissolved oxygen) dilakukan
beraktivitas didukung oleh potensi aktivitas secara insitu. Pengambilan contoh sedimen juga
bakteri dalam memanfaatkan N. dilakukan untuk analisis pH, rasio C/N, dan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari tekstur sedimen. Air (overlying water) dan sedimen
fluks N bentik (NH3-N, NO2-N, dan NO3-N) diambil menggunakan core hingga kedalaman 15
dan potensi aktivitas bakteri (Vmax dan Km) yang cm dari permukaan dasar sedimen.
terkait dengan siklus N pada sedimen perairan Untuk mengetahui fluks bentik dari sedimen
mangrove Cagar Alam Pulau Dua, Banten. ke air (overlying water), dilakukan perlakuan pada
contoh sedimen dan air yang sudah diambil
BAHAN DAN CARA KERJA dengan menggunakan sediment core. Selanjutnya
bagian atas dari core tersebut ditutup dengan
Penelitian dilakukan pada bulan April hingga penutup karet yang sudah dipasangkan alat pemutar
Agustus 2013. Pengambilan contoh air dan berupa magnetic stirer untuk menghomogenkan
sedimen dilakukan di area mangrove yang selalu air. Sediment core direndam dan diinkubasi selama 3
tergenang di daerah Cagar Alam Pulau Dua jam dan alat pemutar dinyalakan selama waktu
bagian barat, Banten. inkubasi tersebut. Pengambilan contoh air
Alat utama yang digunakan adalah acrylic dilakukan pada t0 dan t3 jam. Contoh diambil
sediment core untuk pengambilan contoh air dan
110
Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen
menggunakan syringe diawetkan dengan HgCl2 Fluks N bentik dari sedimen ke air (sediment-
dan selanjutnya dilakukan analisis NH3-N, NO2- overlying water) dihitung menggunakan formula
N dan NO3-N. berikut (Ferguson et al. 2004):
Potensi aktivitas bakteri dapat diketahui
melalui percobaan sediment-slurry (Oremland et BF=([Ctl-Ct0].V/SA)
al. 1984). Slurry dibuat dari sedimen yang dicampur T
dengan air laut buatan dengan perbandingan 1:3. Keterangan: BF= fluks nutrien bentik (µmol m–2 h–1), Ct0=
konsentrasi nutrien (µmol L–1) di overlying water pada
Terdapat dua perlakuan, yaitu slurry anaerobik
waktu periode awal, Ct1= konsentrasi nutrien (µmol L–1)
(metode OFN) dengan penambahan NaNO3 untuk di overlying water pada waktu periode akhir, V= volume
mengetahui reduksi NO3 oleh bakteri anaerob air di overlying water (L) di wadah inkubasi, SA= area
permukaan sedimen (m2) di wadah inkubasi, T= waktu
dan slurry aerobik dengan penambahan NH4Cl
(h)
untuk mengetahui oksidasi NH3 oleh bakteri aerob
(Runcie et al. 2003). Konsentrasi total slurry dalam Penentuan potensi aktivitas mikrobial (Vmax
perlakuan yaitu 0, 100, 300, 500, 800, dan 1000 dan Km) dilakukan menggunakan persamaan
µM. Setelah ditambahkan nutrien, slurry diinkubasi kinetika Michaelis-Menten, plot Lineweaver-Burk
selama 3 jam. Selanjutnya dilakukan analisis “double reciprocal” dengan rumus sebagai berikut
kandungan NH3-N, NO2-N, dan NO3-N pada (Dowd & Riggs 1965):
slurry. Potensi aktivitas bakteri ditentukan melalui
penghitungan nilai Vmax dan Km. Vmax=(1/Vmax)+(Km/Vmax)1/Cs
Untuk analisis air pori, sedimen yang digunakan
pada perlakuan fluks bentik dipotong menjadi 3 Keterangan: V= laju aktivitas (µmol jam-1 gram sedimen-1),
Cs= konsentrasi substrat (µM), Vmax= laju aktivitas
strata (1-5 cm, 6-10 cm, dan 11-15 cm).
maksimum (µmol jam-1 gram sedimen-1), Km=
Selanjutnya dilakukan pengekstrakan air pori konsentrasi saat ½ Vmax (µM)
sedimen dengan modifikasi metode analisis air
pori pada Giesy et al. (1990) & Harkey et al. Regresi linier dan uji t digunakan untuk
(1994) dan dilakukan analisis NH3-N, NO2-N, mengetahui hubungan dan signifikansi perbedaan
dan NO3-N. antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Analisis kelimpahan bakteri dilakukan pada
air dan sedimen yang telah dipotong. Analisis HASIL
dilakukan terhadap kelompok bakteri AOB, NOB,
denitrifikasi, DNRA, dan amonifikasi dengan Karakteristik Air dan Sedimen
menggunakan metode MPN (Most Probable Perairan mangrove Pulau Dua bagian barat
Number). Setelah bakteri ditumbuhkan di media memiliki salinitas yang berkisar 26-27‰, pH 8,
dan diinkubasi, dilakukan pengujian keberadaan dan kandungan DO yang cukup rendah yaitu
bakteri. Keberadaan kelompok bakteri AOB dan 0,66 mg L-1. Karakteristik sedimen dari perairan
denitrifikasi diuji berdasarkan pembentukan mangrove tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
NO2, keberadaan kelompok bakteri NOB diuji
berdasarkan pereduksian NO2, dan keberadaan Kelimpahan Bakteri
kelompok bakteri DNRA dan amonifikasi diuji Kelimpahan bakteri di air dan sedimen
berdasarkan pembentukan NH3 pada media. mangrove dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan
Hasil dari analisis MPN dihitung dengan gambar tersebut, diketahui bahwa kelimpahan
menggunakan perangkat lunak MPN Calculator, kelompok bakteri nitrifikasi (AOB dan NOB),
Build 23. denitrifikasi dan DNRA tertinggi di sedimen
111
Iswantari dkk.
3,5x103 8x105
Kelimpahan kelompok bakteri
3,0x103
Kelimpahan kelompok bakteri
6x105
(sedimen - MPN gram-1 )
2,0x103
1,5x103 (air - MPN mL-1) 2x105
103
5,0x102
0 0
air 0-5 6-10 11-15 air 0-5 6-10 11-15
Strata kedalaman sedimen (cm) Strata kedalaman sedimen (cm)
Kelimpahan kelompok bakteri
108
(sedimen - MPN gram-1)
Keterangan:
(air - MPN mL-1)
8x107
AOB
6x107 NOB
4x107 Denitrifikasi
DNRA
2x107
Amonifikasi
0
air 0-5 6-10 11-15
Strata kedalaman sedimen (cm)
Gambar 1. Kelimpahan bakteri yang terkait siklus N di air dan sedimen area mangrove Pulau Dua
5
Profil Air Pori Sedimen NH3-N
Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa NO2-N
10
NO3-N
kandungan NH3-N di air lebih rendah dibandingkan
di sedimen. Sedimen mangrove pada setiap strata 15
kedalaman memiliki kandungan NH3-N yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan Gambar 2. Profil nutrien pada air dan air pori sedimen
NO2-N dan NO3-N (P(T<=t) < 0,05). mangrove Pulau Dua
112
Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen
120 0,010 3
F lu k s N O 2 -N (µ m o l m -2 h -1 )
Fluks N H 3 -N (µ m ol m -2 h -1 )
Fluks N O 3 -N (µ m ol m -2 h -1 )
100 0,008 2
80
0,006 1
60
0,004 0
3
40
20
0,002 -1
0 0,000 -2
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Titik pengambilan contoh Titik pengambilan contoh Titik pengambilan contoh
Gambar 3. Fluks NH3-N, NO2-N, dan NO3-N bentik di perairan mangrove Pulau Dua
Tabel 2. Laju aktivitas bakteri maksimum (Vmax) dan Konsentrasi (Km) pada sedimen mangrove Pulau Dua
Reduksi NO 3 OksidasiNH3
Strata
Vmax Vmax
kedalaman -1
Km R2 Km R2
(µmol jam gram (µmol jam-1 gram
(cm) (µ M) (%) (µ M) (%)
sedimen-1) sedimen-1)
0-5 58,82 815,88 99,81 23,81 2348,10 98,44
6-10 62,50 843,13 99,76 17,86 555,89 67,73
11-15 32,26 379,68 93,97 21,28 148,09 71,81
113
Iswantari dkk.
600
a
500
Konsentrasi (µM)
400
300
200
100
0
0 100 300 500 800 1000 0 100 300 500 800 1000 0 100 300 500 800 1000
0-5 6-10 11-15
Konsentrasi yang ditambahkan (µM) per strata sedimen (cm)
1400
1200 b
Konsentrasi (µM)
1000
800
600
400
200
0
0 100 300 500 800 1000 0 100 300 500 800 1000 0 100 300 500 800 1000
Gambar 4. Hasil analisis NH3, NO2, dan NO3 pada perlakuan sediment- slurry a) dengan penambahan NaNO3 dan
b) dengan penambahan NH4Cl
DO di air yang berkisar 0,66-0,88 mg L-1, dapat semakin rendah rendah (Tabel 1). Pada rasio C/N
diduga kandungan DO pada sedimen lebih rendah. rendah, proses yang dapat mendominasi adalah
Namun pada kondisi ini bakteri nitrifikasi masih denitrifikasi, sedangkan pada C/N tinggi, proses
dapat ditemukan. Hocaoglu et al. (2011) yang dapat mendominasi adalah DNRA (Koike &
menyatakan bahwa proses nitrifikasi masih bisa Hattori 1978; Nedwell 1982 diacu dalam
berjalan pada DO sangat rendah yaitu 0,15-0,5 Rusmana 2007).
mg L-1 meskipun tidak optimal. Berdasarkan Gambar 1, kelompok bakteri
Denitrifikasi adalah proses mikrobial dimana amonifikasi diketahui merupakan bakteri yang
NO3 dan NO2 diubah menjadi N2O dan N2 di dominan ditemukan di sedimen mangrove Pulau
sedimen aerobik maupun anaerobik (Long et al. Dua. Pada penelitian yang dilakukan Badjoeri et
2013). Secara umum, kelimpahan bakteri denitrifikasi al. (2010) di lahan tambak juga menunjukkan
yang ditemukan lebih tinggi dari bakteri DNRA bahwa bakteri penghasil amonium merupakan
(Gambar 1). Kondisi rasio C/N di sedimen bakteri dengan kelimpahan tertinggi yang
mangrove Pulau Dua tergolong sedang dan ditemukan di sedimen. Bakteri amonifikasi
semakin ke strata yang lebih dalam rasionya merupakan bakteri heterotrof yang mampu
114
Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen
memanfaatkan N organik secara langsung dan sedimen mangrove. Berdasarkan hal tersebut,
mengubahnya menjadi amonia. Tingginya sedimen mangrove Pulau Dua berpotensi sebagai
guguran dari vegetasi mangrove (Silva et al. 2007) penyumbang amonia yang cukup besar ke perairan.
diduga menjadi sumber bahan organik yang tinggi Berdasarkan hasil analisis regresi, terdapat dugaan
bagi perairan mangrove yang kemudian bahwa terjadinya fluks N di perairan terkait
dimanfaatkan oleh bakteri amonifikasi. dengan faktor kimia yaitu konsentrasi insial (awal)
Kandungan NH3-N di sedimen mangrove nutrien tersebut. Bila konsentrasi awal nutrien di
Pulau Dua lebih tinggi dibandingkan dengan air rendah, maka fluks bentik yang dihasilkan
NO2-N dan NO3-N (Gambar 2). Hal ini diduga akan tinggi, dan sebaliknya.
lebih terkait dengan kelimpahan kelompok Berdasarkan hasil analisis perlakuan sediment-
bakteri amonifikasi (penghasil NH3) yang slurry anaerobik (Gambar 4a), diketahui bahwa
mendominasi kelimpahan bakteri di setiap strata telah terjadi reduksi NO3 yang diduga dilakukan
kedalaman sedimen mangrove Pulau Dua. Menurut oleh kelompok bakteri denitrifikasi dan DNRA.
Silva et al. (2007), degradasi dan remineralisasi Hasil dari reduksi NO3 oleh kelompok bakteri
bahan organik merupakan salah satu faktor yang denitrifikasi dapat dilihat pada adanya
berkontribusi terhadap tingginya konsentrasi N di peningkatan kandungan NO2 seiring dengan
sedimen mangrove. Rendahnya kandungan NO2- meningkatnya reduksi nitrat. Namun hasil
N dan NO3-N diduga terkait dengan rendahnya reduksi dari bakteri DNRA tidak dapat dilihat
kandungan oksigen di sedimen. Menurut Jørgensen karena kandungan NH3 mengalami penurunan.
& Revsbech (1985), kandungan oksigen di Hal ini dikarenakan NH3 juga digunakan oleh
sedimen semakin dalam akan semakin rendah. bakteri denitrifikasi untuk beraktivitas (Rusmana
Hal ini dapat menyebabkan aktivitas bakteri 2007). Berdasarkan hal tersebut, dapat diduga
aerob dalam oksidasi NH3 dan NO2 menjadi bahwa kelompok bakteri denitrifikasi lebih dominan
rendah. dalam melakukan reduksi nitrat di sedimen
Siklus N merupakan proses yang ber- mangrove Pulau Dua yang didukung oleh
kesinambungan. Produk dari suatu proses reduksi kelimpahan bakteri denitrifikasi yang lebih tinggi
maupun oksidasi dalam siklus N dapat digunakan dibandingkan dengan bakteri DNRA.
untuk menjalankan proses lainnya (Zhu et al. 2010). Pada perlakuan sediment-slurry aerobik (Gambar
Fluktuasi pembentukan maupun pemanfaatan 4b) diduga telah terjadi aktivitas oksidasi NH3
NH3-N, NO2-N, dan NO3-N tersebut diduga oleh kelompok bakteri nitrifikasi. Namun hasil
terkait dengan adanya keberadaan dan aktivitas aktivitas dari bakteri tersebut tidak tergambar
kelompok bakteri terkait siklus N di sedimen. pada hasil NO2-N dan NO3-N yang didapatkan.
Berdasarkan hasil perhitungan, fluks NH3-N dan Hal tersebut mengindikasikan rendahnya aktivitas
NO2-N di perairan mangrove Pulau Dua cenderung oksidasi NH3 oleh kelompok bakteri nitrifikasi.
bernilai positif yang lebih mengarah ke Fluks dapat menggambarkan aktivitas aktual
pembentukan NH3-N dan NO2-N, sedangkan dari mikroorganisme dalam memanfaatkan
fluks NO3-N cenderung bernilai negatif yang pencemar N yang terjadi sebenarnya di perairan
menunjukkan terjadi pemanfaatan NO3-N tersebut. Sedangkan Vmax dan Km mencerminkan
(Gambar 3). potensi aktivitas pada kondisi ideal mikroorganisme
Fluks NH3-N lebih tinggi dibandingkan perairan untuk memanfaatkan pencemar N.
fluks NO2-N dan NO3-N. Hal ini diduga terkait Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa
dengan tingginya kelimpahan kelompok bakteri laju aktivitas maksimum (Vmax) aktivitas reduksi
amonifikasi dan tingginya kandungan NH3-N di NO3 pada setiap strata sedimen oleh bakteri
115
Iswantari dkk.
116
Fluks Bentik dan Potensi Aktivitas Bakteri Terkait Siklus Nitrogen
boundary layers and the oxygen uptake of Rusmana, I. 2007. Effects of Temperature on
sediments and detritus. Limnol. Oceanogr. denitrifying growth and nitrate reduction
30(l): 11-122. end products of Comamonas testosteroni
Koike, I. & A. Hattori. 1978. Denitrification and isolated from estuarine sediment. Microbiol.
ammonia formation in anaerobic coastal Indones. 1(1): 43-47.
sediments. Appl. Environ. Microbiol. 35(2): Sahoo, K. & NK. Dhal. 2008. Potential microbial
278-282. diversity in mangrove ecosystems: A review.
Long A., J. Heitman, C. Tobias, R. Philips, & B. Song. Indian J. Mar. Sci. 38(2): 249-256.
2013. Co-occurring anammox, denitrification, Silva, CARE., SR. Oliveira, RDP. Rêgo, & AA.
and codenitrification in agricultural soils. Mozeto. 2007. Dynamics of phosphorus
Appl. Environ. Microbiol. 79(1): 168-176. and nitrogen through litter fall and
Oremland, RS., C. Umberger, CW. Culbertson, decomposition in a tropical mangrove
& RL. Smith. 1984. Denitrification in San forest. Mar. Environ. Res. 64(4): 524-534.
Francisco Bay intertidal sediments. Appl. Tuominen, L, K. Mäkelä, KK. Lehtonen, H.
Environ. Microbiol. 47(5): 1106-1112. Haahti, S. Hietanen, & J. Kuparinen.
Prosser, JI. 2005. Nitrification. Dalam: Hillell, D. 1999. Nutrient fluxes, porewater profiles
Encyclopedia of Soils in the Environment. and denitrification in sediment influenced
Academic Press. Elsevier. 31-39 by algal sedimentation and bioturbation by
Putra, GPG. 2009. Penentuan kinetika enzim Monoporeia affinis. Estuar. Coast. Shelf.
poligalakturonase (PG) endogenous dari S. 49: 83-97.
pulp biji kakao. Jurnal Biologi. XIII(1): 21 -24. Volkenborn, N., L. Polerecky, SIC. Hedtkamp,
Rajendran, J. 2011. Nitrification activity in New JEE. van Beusekom, & D. de Beer. 2007.
Zealand soils and the variable effectiveness Bioturbation and bioirrigation extend the
of dicyandiamide. [Disertasi]. New Zealand: open exchange regions in permeable
Massey University. sediments. Limnol. Oceanogr. 52(5): 1898-
Rand, MC., AE. Greenberg, & MJ. Taras. 1979. 1909.
Standard method for the examination of Zhu, G., MSM. Jetten, P. Kuschk, KF. Ettwig, &
water and wastewater. 14th ed. APHA- C. Yin. 2010. Potential roles of anaerobic
AWWA-WPCF. Washington D.C. ammonium and methane oxidation in the
Runcie, JW., RJ. Ritchie, & AWD. Larkum. nitrogen cycle of wetland ecosystems. Appl.
2003. Uptake kinetics and assimilation of Microbiol. Biotechnol. 6: 1043-1055.
inorganic nitrogen by Catenella nipae and
Ulva lactuca. Aquat. Bot. 76: 155–174.
117