Anda di halaman 1dari 25

Pembubaran Perusahaan dan Kepailitan

Ananda Dina Algina - 1606909321


Dwi Syafina K. - 1706024324
Hanna Zhulia Putri - 1706026664
Owen Hartian Situmorang - 1706025844
Siti Salsabila Mufidah - 1706024280
Sylvia Arthanami Simarmata- 1706071724
Velladia Zahra Taqiya - 1706022994
Kepailitan

● Defenisi
● Prosedur
● Indikasi Pailit berdasarkan Laporan Keuangan
● Asas Going Concern
Defenisi
● Menurut Ahli
● M. N Purwosutjipto menyebutkan bahwa Kepailitan adalah “segala sesuatu yang berhubungan
dengan peristiwa pailit, sedangkan pailit adalah keadaan berhenti membayar utang-utangnya”
● Pailit adalah Suatu sitaan secara menyeluruh atas segala harta benda debitur. Sebagai konsekuensi
tertentu, debitur dilarang untuk melanjutkan usahanya dan mengambil tindakan-tindakan dalam
hukum, kecuali dengan persetujuan dari pihak pengawas atau pelaksanaan ”
● Menurut UU
● Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas (Pasal (1) angka (1)
UUPKPU
Prosedur Pailit
1. Mengajukan Permohonan pailit
- Baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya. Untuk kepentingan umum dapat juga diajukan oleh kejaksaan
- Jika debitor adalah adalah bank, pemohon adalah Bank Indonesia.
- Jika debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan
Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, pemohon adalah
oleh Badan Pengawas Pasar Modal
- Jika debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana
Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik, pemohon adalah Menteri Keuangan.
2. Persidangan Pailit

- sidang pemeriksaan atas permohonan pernyataan pailit di laksanakan dalam jangka waktu
paling lambat 20 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan atau 25 hari apabila debitur
mengajukan permohonan berdasarkan alasan yang cukup
- Ketika dilakukannya persidangan, Pengadilan Niaga memiliki wewenang:

● W ajib memanggil debitur, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh

Kreditor, kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, atau Menteri

Keuangan; dan

● Dapat memanggil kreditur, dalam hal permohonan pernyataan pailit diajukan oleh

Debitor dan terdapat keraguan bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) telah terpenuhi.


- Kreditur dapat :

● Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan Debitor; atau
● Menunjuk Kurator sementara untuk mengawasi:

○ Pengelolaan usaha debitur; dan


○ Pembayaran kepada Kreditor, pengalihan, atau penanggungan kekayaan Debitor

yang dalam kepailitan merupakan wewenang Kurator.

3. Putusan Pailit

Apabila diterima, maka pengadilan niaga memberikan waktu maksimal selama 45 hari kepada debitur untuk
mengemukakan rencana perdamaian. Dan apabila di hari yang ke-45 kreditur belum memberikan kepastian
terhadap rencana debitur, maka pengadilan niaga akan memberikan tambahan waktu maksimal selama 270 hari.

Apabila rencana perdamaian dapat diterima oleh kredit, maka akan disahkan dan berkekuatan hukum tetap dan
mengikat bagi para pihak yakni kredit dan debitur. Namun, apabila rencana perdamaian ditolak, maka akan

segera ditetapkannya status pailit oleh pengadilan niaga.


Asas Going Concern
Asas ini tidak diatur secara spesifik di UU KPKPU tapi pada praktiknya menjadi

indikator dalam menentukan pilihan untuk melikuidasi jika harta pailit debitur telah
insolven. Keadaan going concern dalam praktik bisnis digunakan sebagai
parameter dalam memperkirakan kemampuan suatu entitas untuk
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1

tahun ke depan.
9 Keadaan yang Menyebabkan tidak “Going Concern”
● Arus uang kas minus (Negative cash flow);
● Mengalami kerugian secara terus-menerus (Significant net loss);
● Menurunnya penjualan dan permintaan secara signifikan (A serious decline in sales and in
demand);
● Tidak dapat membayar utang kepada kreditur separatis (Default on debts owe to secured
creditors);
● Telah melanggar kesepakatan perjanjian pinjaman (Loan covenant violation);
9 Keadaan yang Menyebabkan tidak “Going Concern”
● Adanya kewajiban yang belum jatuh tempo yang harus dilaksanakan

pembayarannya (Sizeable contingent liabilities);


● Terjadi pengembalian produk secara massal (Major products recalls);
● Perusahaan mendapat sanksi pajak (Taxs liens placed on the business);
● Perusahaan sedang digugat secara hukum atas pelanggaran hak personal

dari seseorang yang dilakukan oleh perusahaan (Law suits filed against the
company in particular personal injury suit).
Indikasi Pailit berdasarkan Laporan Keuangan
● Indikasi pailit suatu perusahaan dapat dilihat dari analisa rasio keuangan. Alasan utama
digunakannya rasio keuangan karena laporan keuangan lazimnya berisi informasi-informasi penting
mengenai kondisi dan prospek perusahaan tersebut di masa datang.
● Laporan keuangan merupakan laporan kinerja masa lalu perusahaan yang sering digunakan
sebagai prediksi kinerja perusahaan di masa datang. Keputusan-keputusan yang diambil
manajemen perusahaan biasanya terkait dengan 2 informasi utama.
○ Pertama, informasi yang tercantum pada kelompok pendapatan dan biaya, dan
○ kedua, waktu terjadinya transaksi-transaksi pendapatan dan biaya tersebut.
● Penggunaan rasio keuangan untuk membuat pernyataan mengenai kemampuan going concern
suatu usaha merupakan teknik yang lazim dipakai
● Dari laporan keuangan perusahaan dapat diketahui lebih lanjut mengenai tingkat rasio likuiditas,
tingkat rasio solvabilitas, tingkat rasio rentabilitas, dan tingkat rasio aktivitas suatu perusahaan:
a. Rasio Likuiditas: tingkat rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio Solvabilitas: Tingkat rasio solvabilitas yang terdapat pada laporan keuangan suatu
perusahaan menunjukan sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan dibiayai dengan
dana pinjaman atau dapat juga menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang.
c. Rasio Rentabilitas: Tingkat rasio rentabilitas merupakan keseluruhan dari efektifitas
operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan
terhadap penjualan bersihnya
d. Rasio Aktivitas: Tingkat rasio aktivitas menunjukan efektifitas perusahaan dalam
mengoperasikan dananya.
Rasio Likuiditas
● Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
rendah maka tingkat likuiditas perusahaan tersebut rendah, sebaliknya
apabila perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tinggi
maka tingkat likuiditas perusahaan tinggi. Hal ini dapat terlihat pada rasio
yang terdapat dalam rasio likuiditas, antara lain : current ratio dan working
capital to total asset. CR (current ratio) lah yang digunakan perusahaan
dalam membandingkan antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.
Rasio Solvabilitas

● Rasio solvabilitas digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Apabila kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjang rendah, maka tingkat solvabilitas perusahaan tersebut tinggi. Sebaliknya
apabila kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang tinggi maka tingkat
solvabilitas perusahaan tersebut rendah. Hal ini dapat dilihat pada rasio yang terdapat dalam rasio
solvabilitas, yaitu : total debt to total asset dan current liabilities to total asset.
● Dimana pada DR (total debt to total asset) menunjukkan seberapa bagian dari keseluruhan aktiva
perusahaan yang diperoleh dari hutang. DR digunakan perusahaan untuk mengukur proporsi total
hutang yang menjadi tanggungan perusahaan dibanding dengan asset yang dimiliki. Dan CLTA
(current liabilities to total asset) digunakan perusahaan untuk mengukur hutang lancar terhadap total
aktiva yang dimiliki perusahaan.
Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di mana laba diperoleh
dari efisiensi dana operasionalnya. Tingkat rasio rentabilitas merupakan keseluruhan dari efektifitas
operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan terhadap
penjualan bersihnya.

Rasio rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di mana laba diperoleh
dari efisiensi dana operasionalnya. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi
tingkat rentabilitas perusahaan tersebut, sebaliknya apabila semakin rendah laba yang diperoleh suatu
perusahaan maka semakin rendah tingkat rentabilitas perusahaan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
rasio yang terdapat dalam rasio rentabilitas, yaitu : GPM (gross profit margin) dan NPM (net profit margin).
Rasio rentabilitas dapat digunakan sebagai pem prediksi kepailitan perusahaan.
Pada perusahaan yang mengalami pailit, cenderung memiliki harga pokok penjualan yang tinggi sehingga GPM
yang dimiliki perusahaan rendah. Sebaliknya, pada perusahaan yang tidak mengalami pailit memiliki harga pokok
penjualan yang rendah sehingga GPM yang dimiliki perusahan tinggi. Pada perusahaan yang mengalami pailit,
cenderung memperoleh keuntungan rendah atau bahkan negatif (rugi) sehingga memiliki NPM yang rendah atau
bahkan negatif. Sedangkan pada perusahaan yang tidak mengalami pailit cenderung memiliki keuntungan yang
tinggi sehingga NPM yang dimiliki tinggi.

Rasio rentabilitas dengan ROA (Return of Asset) menunjukkan bahwa pada perusahaan yang tidak mengalami
pailit memiliki tingkat pengembalian aset perusahaan yang tinggi dari laba bersih setelah pajaknya. Sedangkan
pada perusahaan yang mengalami pailit dalam tingkat pengembalian aset perusahaan dari laba bersih setelah
pajak rendah atau nol karena negatif atau mengalami kerugian.
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan perputaran dana perusahaan yang dialokasikan sesuai porsi masing-masing bagian secara
efisien. Tingkat rasio aktivitas menunjukan efektifitas perusahaan dalam mengoperasikan dananya. Rasio aktivitas
merupakan perputaran dana perusahaan yang dialokasikan sesuai porsi masing-masing bagian secara efisien. Dimana
apabila dana yang dimiliki oleh perusahaan dapat dibagikan pada setiap bagian sesuai dengan porsinya maka akan
mengurangi resiko pailit yang akan terjadi. Hal ini dapat dilihat pada rasio yang terdapat dalam rasio aktivitas, antara lain :
TAT (total asset turnover) dan IT (inventory turnover). Rasio aktivitas dapat digunakan sebagai pemprediksi kepailitan
perusahaan.

Rasio aktivitas berupa TAT yang digunakan untuk mengetahui berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan penjualan.
Ukuran ini menunjukan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan
penjualan. Sehingga semakin tinggi TAT maka semakin efisien penggunaan seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Perusahaan yang tidak mengalami pailit memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang mengalami
pailit. Rasio aktivitas yang diukur dengan IT menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak mengalami pailit memiliki tingkat
efisiensi yang tinggi. Sedangkan pada perusahaan yang mengalami pailit memiliki tingkat efisiensi yang rendah, karena
sebagian persediaan yang ada hanya menumpuk di gudang.
Pembubaran Perseroan
- Tata cara pembubaran perusahaan diatur dalam Bab X UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UU PT)
- Ada 6 cara pembubaran perseroan, yakni, keputusan RUPS, karena Anggara Dasar yang
mengatur jangka waktu perseroan, berdasarkan penetapan pengadilan, boedel pailit yang
tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan, dalam keadaan insolvensi, dan dicabutnya
izin usaha yang merupakan satu-satunya kegiatan usaha perseroan.
Pembubaran Perseroan
- Pembubaran perseroan harus diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh kurator
- Dalam hal ini, perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali perbuatan dalam
hal likuidasi (dengan menambahkan kata “dalam likuidasi disetiap surat).Apabila ada
tindakan yang diambil diluar tujuan likuidasi maka direksi, komisaris dan perseroan
bertanggungjawab secara tanggung renteng.
- Likuidator wajib memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses
likuidasi dalam Surat Kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan pembebasan kepada
likuidator atau setelah pengadilan menerima pertanggung jawaban likuidator yang
ditunjuknya. Ketentuan tersebut berlaku juga bagi kurator yang pertanggung jawabannya
telah diterima oleh hakim pengawas (Pasal 152 ayat (3) dan (4) UUPT).
Pembubaran Perseroan
- Menteri mencatat berakhirnya status badan hukum Perseroan dan menghapus nama
Perseroan dari daftar Perseroan, setelah ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 152
ayat (3) dan ayat (4) dipenuhi. Ketentuan ini berlaku juga bagi berakhirnya status badan
hukum Perseroan karena Penggabungan, Peleburan atau Pemisahan (Pasal 152 ayat (5)
dan (6) UUPT).
- Selanjutnya, pemberitahuan dan pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 152 ayat (3)
dan (4) UUPT dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal pertanggungjawaban likuidator atau kurator diterima oleh RUPS, pengadilan
atau hakim pengawas (Pasal 152 ayat (7) UUPT).
- Tahapan-tahapan likuidasi telah dinilai selesai pada saat Menteri mengumumkan
berakhirnya status badan hukum Perseroan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan keputusan RUPS
● Pembubaran perseroan berdasarkan keputusan RUPS diajukan oleh Direksi,
Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling
sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara.
● Keputusan RUPS tentang pembubaran perseroan adalah sah apabila diambil
berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan/atau paling sedikit dihadiri oleh ¾
(tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara hadir atau
diwakili dalam RUPS dan disetujui paling sedikit ¾ (tiga perempat) bagian dari
jumlah suara yang dikeluarkan.
Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan oleh
anggaran dasar telah berakhir
Pembubaran Perseroan terjadi karena hukum apabila jangka waktu berdirinya Perseroan
yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir. Dalam jangka waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari setelah jangka waktu berdirinya Perseroan berakhir RUPS menetapkan
likuidator. Direksi tidak boleh melakukan perbuatan hukum baru atas nama Perseroan
setelah jangka waktu berdirinya Perseroan yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir
Berdasarkan Penetapan Pengadilan
Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan dengan alasan:

a. permohonan kejaksaan berdasarkan alasan perseroan melanggar kepentingan umum


atau Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-
undangan;
b. permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum
dalam akta pendirian;
c. permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris berdasarkan alasan
perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan.
Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan

Pembubaran wajib diikuti dengan pemberesan. Namun, jika dalam proses pemberesan
tersebut diketahui bahwa biaya pemberesan lebih besar dari harta yang dimiliki debitor,
maka putusan pernyataan pailit dapat dicabut. Berdasarkan Pasal 18 UU PKPU,
pencabutan putusan pailit ini dilakukan oleh Pengadilan atas usul Hakim Pengawas dengan
mendengar keterangan panitia kreditor sementara (jika ada), dan setelah memanggil
dengan sah atau mendengar keterangan Debitor.
Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang;

Menurut Pasal 178 UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang:

● Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana
perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak
berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum
harta pailit berada dalam keadaan insolvensi.
● Yang dimaksud dengan “insolvensi” adalah keadaan tidak mampu membayar.
Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga
mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Yang dimaksud dengan dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga
mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi adalah ketentuan yang tidak
memungkinkan Perseroan untuk berusaha dalam bidang lain setelah izin
usahanya dicabut, misalnya izin usaha perbankan, izin usaha perasuransian

Anda mungkin juga menyukai