Anda di halaman 1dari 8

Nama : M.

Adzin Sadidi

Nim : A1A020139

Nilai dan Norma Konstitusional UUD 1945 dan Konstitusionalitas


Ketentuan Perundang Undangan di Bawah UUD
1. Pengertian konstitusi
Secara etimologi konstitusi berasal dari bahasa Prancis yaitu constituir yang berarti
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Konstitusi
juga dapat berarti peraturan dasar yang mengenai pembentukan suatu negara. Adapun
konstitusi dalam bahasa Belanda adalah groundwet gruudgesezt yang berarti
undangan undangan dasar.
Sevara terminologi konstitusi adalah sejumlah aturan dasar dan ketentuan-ketentuan
hukum yang dibentuk untuk mengatur fungsi dan struktur lembaga pemerintahan l,
termasuk dasar hubungan kerja sama antara negara dan masyarakat dalam konteks
berbangsa dan bernegara.
2. UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara Indonesia
Konstitusi Negara Indonesia adalah UUD 1945 yang untuk pertama kali
disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945. Dalam tatasusunan peraturan perundang-undangan Negara, UUD
1945 menempati tempatan tertinggi. Menurut jenjang norma hukum, UUD 1945
adalah kelompok aturan dasar / pokok Negara yang berada dibawah Pancasila
sebagai Norma Dasar.
 Konstitusi yang Pernah Berlaku di Indonesia
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat
priode, yaitu sebagai berikut:
 Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4
pasal aturan paralihan, 2 ayat aturan tambahan, dan bagian penjelasan.
 Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD
RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
 Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6
bab, 146 pasal, dan beberapa bagian.
 Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945. Terdapat
beberapa perubahan dalam periode ini diantaranya adalah
 UUD 1945 yang belum diamandemenkan;
 UUD 1945 yang sudah diamandemenkan (tahun 1999, tahun
2000,Tahun 2001, dan tahun 2002) amandement tersebut adalah:
 Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19
Oktober1999;
 Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus
2000;
 Amandemen ke-3 pada siding tahuna MPR, disahkan 10 November
2001
 Amandemen ke-4 pada tahunan MPR, disahkan 10 Agustus 2002;

3. Tujuan Konstitusi

Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di
tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber
utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan
lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki
tujuan yang hampir sama deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait
dengan:

 Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya


masing-masing.
 Hubungan antar lembaga negara
 Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat).
 Adanya jaminan atas hak asasi manusia
 Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman

Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin
bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang memiliki
lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan
yang tidak kalah penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi.
Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat
perlindungan lebih baik dibandingkan dengan yang diatur di dalam konstitusi. Dengan
demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis di luar konstitusi yang
memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi.
Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H. Hamilton
menyatakan “Consti¬tutionalism is the name given to the trust which men repose in
the power of words eng¬rossed on parchment to keep a government in order. Untuk
tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sede-mikian
rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses peme¬rintahan dapat dibatasi dan
dikendalikan seba¬gai¬mana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekua-saan
ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan
peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia.

4. Klasifikasi Konstitusi

Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu dengan negara
lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan demikian akan sampai pada
klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata negara
atau hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang
mereka sendiri, antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya.
Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi konstitusi
sebagai berikut:

 Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and


unwritten constitution)
 Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution)
Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok:
 Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah .
 Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah
undang-undang.
 Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme
and not supreme constitution). Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang
mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan
perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah konstitusi yang
tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama.
 Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution) Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang
bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan
antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur
di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam
konstitusi negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di
tangan pemerintah pusat.
 Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution). Dalam
sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain:
 Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi
juga memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
 Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
 Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak
dapat memerintahkan pemilihan umum.

Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika
negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu
adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang
menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli
sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan
sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara
demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.
Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ
pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent
power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi
merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling
fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau
landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-
undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar
peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat
berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan
hukum yang lebih tinggi tersebut. Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh
Wheare ” Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer
(President Executive and Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri,
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi
Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di
dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri
pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia
menganut sistem konstitusi campuran.

5. Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia

Menengok perjalanan sejarah Indonesia merdeka, ternyata telah terjadi dinamika


ketatanegaraan seiring berubahnya konstitusi atau undang-undang dasar yang
diberlakukan. Setelah ditetapkan satu hari setelah proklamasi kemerdekaan, UUD
NRI 1945 mulai berlaku sebagai hukum dasar yang mengatur kehidupan
ketatanegaraan Indonesia dengan segala keterbatasannya. Mengapa demikian, karena
sejak semula UUD NRI 1945 oleh Bung Karno sendiri dikatakan sebagai UUD kilat
yang akan terus disempurnakan pada masa yang akan datang. Dinamika konstitusi
yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut

 UUD NRI 1945 (Masa Kemerdekaan)18 agustus 1945 sampai dengan agustus
1950, dengan catatan, mulai 27 desember 1949 sampai dengan 17 agustus
hanya berlaku di wilayah RI Proklamasi
 Konstitusi RIS 1949 27 desember 1949 sampai dengan 17 agustus 1950
UUDS 1950 17 Agustus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959
 UUD NRI 1945 (Masa Orde Lama) 5 Juli 1959 sampai dengan 1965
 UUD NRI 1945 (Masa Orde Baru) 1966 sampai dengan 1998

Pada pertengahan 1997, negara kita dilanda krisis ekonomi dan moneter yang sangat
hebat. Krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia ketika itu merupakan
suatu tantangan yang sangat berat. Akibat dari krisis tersebut adalah harga-harga
melambung tinggi, sedangkan daya beli masyarakat terus menurun. Sementara itu
nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama Dolar Amerika, semakin
merosot. Menyikapi kondisi seperti itu, pemerintah berusaha menanggulanginya
dengan berbagai kebijakan. Namun kondisi ekonomi tidak kunjung membaik. Bahkan
kian hari semakin bertambah parah. Krisis yang terjadi meluas pada aspek politik.
Masyarakat mulai tidak lagi mempercayai pemerintah. Maka timbullah krisis
kepercayaan pada Pemerintah. Gelombang unjuk rasa secara besar-besaran terjadi di
Jakarta dan di daerah-daerah. Unjuk rasa tersebut dimotori oleh mahasiswa, pemuda,
dan berbagai komponen bangsa lainnya. Pemerintah sudah tidak mampu lagi
mengendalikan keadaan. Maka pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan
berhenti dari jabatannya. Berhentinya Presiden Soeharto menjadi awal era reformasi
ditanah air.

Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan Reformasi di
masyarakat. Tuntutan tersebut disampaikan oleh berbagai komponen bangsa, terutama
oleh mahasiswa dan pemuda. Beberapa tuntutan reformasi itu adalah:

 Mengamandemen UUD NRI 1945,

 Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,

 Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM),


serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),

 Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan Daerah,

 Mewujudkan kebebasan pers,

 Mewujudkan kehidupan demokrasi.

Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum
cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan
penghormatan HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-
pasal yang menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir)
dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik,
tertutup, dan berpotensi tumbuhnya praktik korupsi kolusi, dan nepotisme (KKN).
Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan timbulnya
kemerosotan kehidupan nasional.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi Kebutuhan
bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai
dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan
perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yakni:

 Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.

 Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.

 Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.

 Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.

Perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan perwujudan
dari tuntutan reformasi, sebenarnya sejalan dengan pemikiran pendiri bangsa
(founding father) Indonesia. Ketua panitia Penyusun UUD NRI 1945, yakni Ir.
Sukarno dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan. Sampai saat ini perubahan yang
dilakukan terhadap UUD NRI 1945 sebanyak empat kali yakni pada tahun 1999,
2000, 2001, dan 2002. Perubahan yang dilakukan dimaksudkan guna menyesuaikan
dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapi saat itu. Persoalan bangsa dan tantangan
yang dihadapi saat itu tentunya berbeda dengan masa awal Reformasi.

6. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia

 Konstitusi berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak terjadi


kesewenang-wenangan yang dapat dilaukan oleh pemerintah, sehingga hak-hak
bagi warga negara dapat terlindungi dan tersalurkan

 Konstitusi berfungsi sebagai piagam kelahiran suatu negara

 Fungsi konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi

 Fungsi konstitusi sebagai alat membatasi kekuasaan

 Konstitusi berfungsi sebagai identitas nasional dan lambang

 Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga
suatu negara
Daftar Referensi

Buku Pancasila dan Kewarganegaraan Dr. Asep Sulaiman, M.pd

Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi

Makalah NEGARA DAN KONSTITUS oleh Dr. I Putu Ari Astawa, S.Pt,
MP

Anda mungkin juga menyukai