Anda di halaman 1dari 10

BAB VII SUPERKONDUKTOR

BAB VII
SUPER KONDUKTOR

Fenomena superkonduktivitas pertama kali diperkenalkan pada tahun 1911,


dan ini menarik perhatian para ilmuwan pada umumnya dan para ahli di bidang
tenaga listrik serta fisika khususnya. Sebagian mencoba untuk lebih jauh
memanfaatkannya dan sebagian lagi terus meneliti sebab-sebab terjadinya
keajaiban fenomena tersebut. Penggunaan prinsip superkonduktivitas sudah
sangat meluas walaupun belum seluruhnya dapat dinikmati oleh masyarakat
umum, dalam arti masih berskala laboratorium.
Beberapa di antaranya adalah penyaluran daya listrik (dengan kabel
kriogenik), generator superkonduktor, bubble-chamber, accelerator, antena dan
sistem suspensi magnetik (magnetic levitation) untuk kereta api supercepat.

7.1. PENGERTIAN UMUM


Superkonduktivitas adalah suatu sifat yang dimiliki oleh bahan
konduktor/penghantar yang dapat menghantarkan arus listrik dengan nilai
kerapatan arus yang sangat besar per satuan luasnya (contohnya; bahan NB3Sn
kerapatan arusnya 10 5 A/cm2 ), serta dengan harga resistivitas yang mendekati
nol. Hal ini menjanjikan terlaksananya penyaluran daya listrik dalam jumlah yang
sangat besar melalui penghantar berpenampang sangat kecil, sehingga dapat
mengurangi biaya, terutama biaya rugi-rugi energi.
Fenomena superkonduktivitas ini sebenarnya telah diketahui sejak
dikenalnya hubungan ketergantungan resistivitas suatu bahan terhadap
temperatur, tetapi ini hanya dianggap secara teoritis saja, karena tidak dapat
dibayangkan untuk mencapai temperatur sekitar 270 oC di bawah titik beku air.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 143


BAB VII SUPERKONDUKTOR

Pada tahun 1911 Heike Kammerlingh Onnes, seorang ilmuwan Belanda


menyatakan keberhasilan percobaannya untuk mendapatkan sifat
superkonduktivitas pada logam merkuri yang direndam dalam helium cair (± 4oK),
kenyataan ini menjadi pemicu untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
Satu lagi sifat logam superkonduktor ditemukan pada tahun 1933 yang
kemudian dikenal dengan sebutan Meissner Effect (nama penemunya) yang
berhubungan dengan kecenderungan logam superkonduktor untuk mendorong
keluar medan magnet yang ada padanya.
Sifat ini telah dimanfaatkan pada sistem suspensi magnetik seperti yang
dipakai pada kereta api supercepat. Perkembangan yang cukup menggembirakan
adalah dengan ditemukannya bahan campuran niobium – timah pada tahun 1950
yang memungkinkan superkonduktivitas pada temperatur yang relatif lebih tinggi,
yaitu sekitar 20oK , sehingga cairan kriogenik (kriogen) yang dibutuhkan menjadi
lebih murah.

7.2. TERJADINYA KEADAAN SUPERKONDUKTIVITAS

Keadaan superkonduktivitas bisa dicapai dengan mendinginkan suatu bahan


logam tertentu sampai temperatur mendekati nol mutlak, atau temperatur kritisnya
(T c).
Beberapa teori mengenai konduktivitas suatu bahan logam, semuanya
menunjukkan keseragaman perilaku konduktivitas terhadap temperatur yaitu
resistivitas suatu bahan logam akan naik bila temperatunya naik. Tetapi tidak ada
satupun dari model teori di atas yang dapat menjelaskan terjadinya fenomena
superkonduktivitas.
Teori terbaru yang dikemukakan oleh tiga ilmuwan dari University of Illinois,
yaitu Bardeen, Cooper, dan Schieffer yang kemudian dikenal dengan BSC Theory.
Teori ini menyatakan bahwa di bawah temperatur kritisnya (Tc), Elektron-elektron
konduksi pembawa muatan akan mencapai suatu tingkatan keadaan baru dan

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 144


BAB VII SUPERKONDUKTOR

membentuk pasangan elektron yang disebut Cooper Pairs. Pasangan inilah yang
kemudian bertindak sebagai pembawa muatan yang tidak dapat dihamburkan oleh
ketidaksempurnaan kisi kristal (energi yang tersedia tidak cukup untuk
memecahkan pasangan dan menghamburkannya) sehingga resistansi menjadi
kecil sekali (pada keadaan normal penghamburan elektron konduksi dalam arah
yang tidak tentu dipandang sebagai penyebab terjadinya resistansi bahan). Begitu
temperatur dinaikkan kembali melampaui Tc, maka energi yang bertambah sejalan
dengan naiknya temperatur akan memecahkan pasangan elektron tadi sehingga
otomatis kembali pada keadaan normalnya.
Secara komparatif perilaku elektron pada keadaan normal dan
superkonduktiv dinyatakan dengan dalam tabel 10.1. Fenomena terjadinya
keadaan superkonduktif tersebut terhadap temperatur dapat dilihat pada gambar
10.1 . Temperatur transisi Tc untuk bahan superkonduktif yang terbuat dari bahan
logam murni adalah sekitar 0,01 o - 9,15 oK, sedangkan untuk bahan campuran, Tc
dari keadaan transisi superkonduktif adalah tergantung pada keadaan materialnya.

Tabel 7.1. Perbandingan Perilaku Elaktron dalam Keadaan Normal dan


Superkonduktif

Normal Superkonduktif
− Pembawa muatan elektron − Pasangan elektron “Cooper
bebas. Pairs”
− Diameter elektronnya 10-15. − Diameter CP~10 -7.
− Jarak atom kisi kristal 10-10. − Jarak atom kisi kristal > 10-10.
− Panjang gelombang < jarak kisi − Panjang gelombang > jarak kisi.
− Elektron konduksi dihamburkan − Tidak terjadi hamburan (energi
dalam arah tak menentu, yang tersedia tidak mencukupi),
akibatnya timbul resistansi akibatnya resistansi elektron
elektris. menjadi nol.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 145


BAB VII SUPERKONDUKTOR

Superkonduktor

Resistivitas
(contoh: Timbal)

ρ sisa
Logam Biasa
(contoh: Perak)

0 Tc Temperatur

Gambar 7.1. Perubahan resistivitas terhadap temperatur

7.3. KARAKTERISTIK DAN JENISNYA

Sifat superkonduktivitas suatu bahan akan lenyap bila temperaturnya


melebihi T c . Tapi pada percobaan pembuatan koil (coil) superkonduktif di mana
temperaturnya selalu dijaga tetap di bawah temperatur kritisnya, ternyata koil
kehilangan sifat konduktivitasnya pada saat arusnya mencapai harga tertentu. Ini
menunjukkan bahwa bahan superkonduktor juga mempunyai batas hantar arus
maksimum, yang membatasi percobaan di atas adalah medan magnet yang
bekerja pada bahan tersebut (H). Arus yang melalui bahan akan membangkitkan
medan magnet tertentu (kritis) Hc bahan akan kehilangan sifat
superkonduktivitasnya. Hal tersebut dapat diterangkan bahwa setelah melebihi Hc
maka energi interaksi antara elektron superkonduktif dengan medan magnet akan
cukup besar untuk dapat memecahkan ikatan yang terjadi pada pasangan elektron
Cooper Pairs. Nilai Hc tergantung pada temperatur bahan dan membentuk suatu
hubungan saliang ketergantungan yang berbentuk fungsi parabolik dengan Tc ,
yang ditunjukkan persamaan :

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 146


BAB VII SUPERKONDUKTOR

  T 2 
Hc = Ho 1 −    (7.1)
  Tc  
Sedangkan B=H, bila u dianggap konstan, maka H dapat digantikan dengan B
(rapat fluksi), sehingga bentuk persamaan menjadi :
  T 2 
Bc = Bo 1 −    (7.2)
  Tc  

di mana Ho = medan magnet kritis pada T = 0oK


Bo = rapat fluksi kritis pada T = 0oK
Tc = temperatur kritis pada B =0 (temperatur tertinggi yang
diizinkan)

Kenyataan yang menarik adalah bahwa tidak semua jenis logam dapat
menunjukkan sifat superkonduktivitasnya. Platina dan perak yang pada kondisi
normalnya merupakan konduktor terbaik (resistivitasnya kecil) ternyata tidak bisa
dijadikan superkonduktor. Beberapa jenis logam yang mula-mula diketahui dapat
dijadikan superkonduktor atau yang disebut soft type superconductor atau
superkonduktor jenis I adalah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.2, di bawah
ini:

Tabel 7.2. Parameter Tc dan Bo dari superkonduktor Jenis-I

Bahan Tc (oK) Bo (T)


Aluminium (Al) 1,2 0,010
Mercury (Hg) 4,2 0,041
Tantalum (Ta) 4,5 0,083
Timbal (Pb) 7,2 0,080
Niobium (Nb) 9,4 0,195

Pada saat awal superkonduktor jenis-I yang dikenal, tetapi usaha untuk
mengaplikasikannya untuk keperluan praktis selalu berakhir dengan kegagalan, hal
ini karena karakteristik Tc dan Bo yang sangat rendah.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 147


BAB VII SUPERKONDUKTOR

Pada tahun 1950 ditemukan bahan superkonduktor jenis baru yang dikenal
sebagai hard type superconductor atau disebut juga superkonduktor jenis-II, yang
semuanya merupakan komposit/campuran/perpaduan dari dua jenis logam atau
lebih. Tabel 7.3, memeperlihatkan parameter Tc dan Bo dari superkonduktor jenis-
II.
Tabel 7.3. Parameter Tc dan Bo Superkonduktor Jenis-II

Bahan Tc (oK) Bo (T)


Niobium + Titanium (Nb0,44 Ti0,56 ) 8,7 1,2
Niobium + Zirconium (Nb0,50 Zr0,50) 9,5 11
Vanadium + Gallide (V3Ga) 14 50
Niobium + Gallide (Nb3Ga) 15 7
Niobium + Timah (Nb3Sn) 18 22

Pada Tabel 7.3, superkonduktor jenis-II mempunyai nilai T c dan Bo yang


tinggi sehingga memberikan kemudahan untuk mengaplikasikannya pada
peralatan yang memerlukan medan magnet/listrik yang kuat serta kepraktisan
lainnya.
Karakteristik bahan superkonduktor yang paling penting ditemukan pada
tahun 1933 oleh dua ilmuwan jerman, V.Meissner dan R. Ochsenfeld. Mereka
menjelaskan bahwa bahan superkonduktor akan kehilangan sifat magnetisnya
pada saat didinginkan di bawah temperatur kritisnya dan menjadi bahan
diagmagnetik ideal, atau dengan kata lain permeabilitasnya mengecil drastis
mendekati nol. Medan magnet terdorong ke luar dan membentuk tirai di
permukaan konduktor (seperti efek kulit), dan medan magnet di bagian dalam
menjadi kecil sekali seperti yang ditunjukkan dalam persamaan di bawah ini.

 X
Hx = Ho exp  −  (7.3)
 λ
di mana: Ho = medan magnet di permukaan
x = jarak dari permukaan
λ = kedalaman dari penetrasi (10-100 mm)

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 148


BAB VII SUPERKONDUKTOR

Kenyataan ini dimanfaatkan oleh Arkadyev (1953) seorang ilmuwan rusia


dalam percobaannya suspensi magnetic seperti pada gambar 7.2. Sebuah batang
magnet yang diletakkan di atas suatu bahan superkonduktor yang selalu dijaga
temperaturnya ternyata terangkat ke atas dan terus mengambang atau melayang
dalam keadan seimbang. Fenomena inilah yang kemudian menjadi dasar
perancangan kereta api supercepat(Maglev) yang melaju atau melayang di atas
bantalan rel magnet tanpa friksi/gesekan.

MAGNET

super konduktor

Gambar 7.2. Percobaan ”suspensi magnetik” dari Arkadyev

Bahan superkonduktor selalu dibuat dalam bentuk komposit, baik dalam


bentuk pita maupun kawat kumparan; bahan superkonduktor sering dilapisi
dengan bahan lain yang mempunyai konduktivitas termal maupun elektris yang
baik. Bahan pelapis biasanya dibuat dari tembaga dan disebut metriks, hal ini
untuk menambah kekuatan mekanis dan melindungi bahan superkonduktor dari
adanya ketidakstabilan temperatur yang biasa terjadi. Pada umumnya jenis bahan
superkonduktor di atas memerlukan pendinginan sekitar 4o K atau memerlukan
cairan helium sebagai pendingin. Superkonduktor merupakan teknologi yang
sangat mahal, disamping itu untuk mendapatkan helium cair juga tidak mudah dan
harganyapun mahal serta untuk mempertahankan kestabilan temperatur yang
sangat rendah bukan hal yang mudah.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 149


BAB VII SUPERKONDUKTOR

Bahan Superkonduktor yang mempunyai temperatur transisi cukup tinggi


dan banyak digunakan adalah niobium-timah (Nb3Sn) yang ditemukan oleh Berndt
T.Matthias (Amerika Serikat) pada tahun 1954 yang juga menemukan campuran
bahan Nb0,79 (Ge0,25)0,21 yang mempunyai temperatur transisi kritis mendekati titik
cair hidrogen dan rapat fluksi kritis di atas 40 T, kemudian juga niobium-
germanide Nb3Ge dengan T co sebesar 23,2oK.

7.4. APLIKASI SUPERKONDUKTOR DALAM BIDANG TENAGA


LISTRIK

Dalam bidang tenaga listrik superkonduktor dapat dimanfaatkan untuk


keperluan dalam bidang pembangkitan tenaga listrik dan penghantaran daya listrik
yang besar, antara lain:

7.4.1. Generator Superkonduktor

Kapasitas daya dari mesin listrik adalah fungsi dari tegangan, arus dan beda
fasa antara keduanya. Besar tegangan ditentukan oleh laju pemotongan fluksi
terhadap konduktor, sedangkan arus dibatasi oleh disipasi ohmic pada belitan-
belitannya (lilitan). Superkonduktor memungkinkan pertambahan nilai bagi
keduanya, nilai rapat fluksi maupun kemampuan menghantarkan arus dengan
rugi-rugi ohmic yang sangat kecil. Dengan demikian diharapkan generator
superkonduktor mempunyai dimensi yang lebih kecil, lebih ringan dan efisien.
Pada prinsipnya generator ini bekerja seperti generator sinkron pada
umumnya, lilitan medan pada rotor menghasilkan fluksi magnet yang memotong
lilitan jangkar pada stator.
Perputaran lilitan medan akan menyebabkan perubahan fluksi terhadap
waktu pada jangkar yang akan membangkitkan tegangan. Pada generator ini lilitan
medan dibuat superkonduktif dengan mengalirkan helium cair untuk menurunkan

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 150


BAB VII SUPERKONDUKTOR

temperatur bahan superkonduktor pada lilitan tersebut, sedangkan lilitan jangkar


tetap dibuat pada temperatur kamar.
Massachustts Institute of technology (MIT), Cambridge, telah membuat
prototipe generator superkonduktif pada tahun 1969.
General Electric USA, juga telah membuat generator dengan kapasitas 20
MVA, sedangkan Westinghouse, Pittsburg bekerjasama dengan EPRI (Electric
Power Reseach Institute), California telah membuat sebuah prototipe generator
superkonduktif sebesar 300 MVA.
Pada bulan September 1982 dalam pertemuan ahli-ahli teknologi
superkonduktivitas di Paris menyatakan bahwa pembuatan generator
superkonduktor 1000 MVA akan 30% sampai dengan 50% lebih murah, 40% lebih
kecil dan 1% lebih efisien dibandingkan dengan generator konvensional yang
setara.

7.4.2. Transformator Superkonduktor

Transformator superkonduktor ini lebih kompak dan tidak ada bagian yang
bergerak (berputar), sehingga sistem pendinginnya maupun sistem isolasi
termalnya menjadi lebih mudah. Akan tetapi mempunyai kekurangan yang justru
membuat prospek transformator superkonduktor tidak secerah generatornya.
Pada transformator pemindahan daya listrik dari lilitan primer ke lilitan
sekunder terjadi secara magnetis sehingga rapat fluksi magnetik yang diperlukan
besar sekali, akibatnya;
− Tetap diperlukan inti dari bahan magnetik. Pada saat pendinginan,
kemampuan rapat fluksi bahan inti malah berkurang (bahan cenderung
bersifat diamagnetik), bahan cepat jenuh, rugi-rugi histerisis membesar.
Keadaan ini menyebabkan inti besi harus tetap dijaga pada temperatur
kamar, sehingga desain pendinginan menjadi sulit.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 151


BAB VII SUPERKONDUKTOR

− Penetrasi fluksi kebawah permukaan konduktor mengakibatkan rugi-rugi


arus Eddy dan arus yang tidak merata.

7.4.3. Kabel Superkonduktor

Salah satu jenis kabel superkonduktor adalah kabel kriogenik. Kabel


kriogenik pada dasarnya adalah bentuk pengembangan kabel bawah tanah (under
ground cable), dengan meningkatkan kapasitas penyaluran daya dengan jalan
memberikan pendinginan. Perbedaannya adalah cairan pendinginnya, bukan air
atau minyak, melainkan cairan kriogenik yang mempunyai kemampuan
pendinginan beratus kali lebih baik sehingga kemampuan hantar arusnya jauh
meningkat. Cairan kriogenik yang digunakan adalah helium (titik didih 4,2oK),
hidrogen (titik didih 20,4 oK) dan nitrogen(titik didih 77,3 oK) dengan temperatur
lingkungan 300 oK membutuhkan isolasi termal yang canggih. Sistem pendinginan
dan sistem isolasi termal merupakan bagian kabel kriogenik yang mempunyai porsi
biaya terbesar dari biaya keseluruhan. Kabel kriogenik mempunyai volume yang
kecil dan dapat menghantarkan arus yang sangat besar serta dengan rugi-rugi
hantaran yang sangat kecil, kabel kriogenik dapat dibagi dalam dua jenis yaitu:
1. Jenis superkonduktif dengan resistivitas mendekati nol, serta digunakannya
bahan –bahan nonkonvensional seperti niobium dan turunannya sebagai
penghantar arus utama.
2. Jenis krio-resistif, kabel yang bersifat resistif walaupun mempunyai nilai
sangat kecil (dalam orde 10-9 ohm-meter), menggunakan bahan-bahan
konvensional seperti tembaga dan aluminium sebagai konduktornya.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 152

Anda mungkin juga menyukai