4 - Super Konduktor
4 - Super Konduktor
BAB VII
SUPER KONDUKTOR
membentuk pasangan elektron yang disebut Cooper Pairs. Pasangan inilah yang
kemudian bertindak sebagai pembawa muatan yang tidak dapat dihamburkan oleh
ketidaksempurnaan kisi kristal (energi yang tersedia tidak cukup untuk
memecahkan pasangan dan menghamburkannya) sehingga resistansi menjadi
kecil sekali (pada keadaan normal penghamburan elektron konduksi dalam arah
yang tidak tentu dipandang sebagai penyebab terjadinya resistansi bahan). Begitu
temperatur dinaikkan kembali melampaui Tc, maka energi yang bertambah sejalan
dengan naiknya temperatur akan memecahkan pasangan elektron tadi sehingga
otomatis kembali pada keadaan normalnya.
Secara komparatif perilaku elektron pada keadaan normal dan
superkonduktiv dinyatakan dengan dalam tabel 10.1. Fenomena terjadinya
keadaan superkonduktif tersebut terhadap temperatur dapat dilihat pada gambar
10.1 . Temperatur transisi Tc untuk bahan superkonduktif yang terbuat dari bahan
logam murni adalah sekitar 0,01 o - 9,15 oK, sedangkan untuk bahan campuran, Tc
dari keadaan transisi superkonduktif adalah tergantung pada keadaan materialnya.
Normal Superkonduktif
− Pembawa muatan elektron − Pasangan elektron “Cooper
bebas. Pairs”
− Diameter elektronnya 10-15. − Diameter CP~10 -7.
− Jarak atom kisi kristal 10-10. − Jarak atom kisi kristal > 10-10.
− Panjang gelombang < jarak kisi − Panjang gelombang > jarak kisi.
− Elektron konduksi dihamburkan − Tidak terjadi hamburan (energi
dalam arah tak menentu, yang tersedia tidak mencukupi),
akibatnya timbul resistansi akibatnya resistansi elektron
elektris. menjadi nol.
Superkonduktor
Resistivitas
(contoh: Timbal)
ρ sisa
Logam Biasa
(contoh: Perak)
0 Tc Temperatur
T 2
Hc = Ho 1 − (7.1)
Tc
Sedangkan B=H, bila u dianggap konstan, maka H dapat digantikan dengan B
(rapat fluksi), sehingga bentuk persamaan menjadi :
T 2
Bc = Bo 1 − (7.2)
Tc
Kenyataan yang menarik adalah bahwa tidak semua jenis logam dapat
menunjukkan sifat superkonduktivitasnya. Platina dan perak yang pada kondisi
normalnya merupakan konduktor terbaik (resistivitasnya kecil) ternyata tidak bisa
dijadikan superkonduktor. Beberapa jenis logam yang mula-mula diketahui dapat
dijadikan superkonduktor atau yang disebut soft type superconductor atau
superkonduktor jenis I adalah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.2, di bawah
ini:
Pada saat awal superkonduktor jenis-I yang dikenal, tetapi usaha untuk
mengaplikasikannya untuk keperluan praktis selalu berakhir dengan kegagalan, hal
ini karena karakteristik Tc dan Bo yang sangat rendah.
Pada tahun 1950 ditemukan bahan superkonduktor jenis baru yang dikenal
sebagai hard type superconductor atau disebut juga superkonduktor jenis-II, yang
semuanya merupakan komposit/campuran/perpaduan dari dua jenis logam atau
lebih. Tabel 7.3, memeperlihatkan parameter Tc dan Bo dari superkonduktor jenis-
II.
Tabel 7.3. Parameter Tc dan Bo Superkonduktor Jenis-II
X
Hx = Ho exp − (7.3)
λ
di mana: Ho = medan magnet di permukaan
x = jarak dari permukaan
λ = kedalaman dari penetrasi (10-100 mm)
MAGNET
super konduktor
Kapasitas daya dari mesin listrik adalah fungsi dari tegangan, arus dan beda
fasa antara keduanya. Besar tegangan ditentukan oleh laju pemotongan fluksi
terhadap konduktor, sedangkan arus dibatasi oleh disipasi ohmic pada belitan-
belitannya (lilitan). Superkonduktor memungkinkan pertambahan nilai bagi
keduanya, nilai rapat fluksi maupun kemampuan menghantarkan arus dengan
rugi-rugi ohmic yang sangat kecil. Dengan demikian diharapkan generator
superkonduktor mempunyai dimensi yang lebih kecil, lebih ringan dan efisien.
Pada prinsipnya generator ini bekerja seperti generator sinkron pada
umumnya, lilitan medan pada rotor menghasilkan fluksi magnet yang memotong
lilitan jangkar pada stator.
Perputaran lilitan medan akan menyebabkan perubahan fluksi terhadap
waktu pada jangkar yang akan membangkitkan tegangan. Pada generator ini lilitan
medan dibuat superkonduktif dengan mengalirkan helium cair untuk menurunkan
Transformator superkonduktor ini lebih kompak dan tidak ada bagian yang
bergerak (berputar), sehingga sistem pendinginnya maupun sistem isolasi
termalnya menjadi lebih mudah. Akan tetapi mempunyai kekurangan yang justru
membuat prospek transformator superkonduktor tidak secerah generatornya.
Pada transformator pemindahan daya listrik dari lilitan primer ke lilitan
sekunder terjadi secara magnetis sehingga rapat fluksi magnetik yang diperlukan
besar sekali, akibatnya;
− Tetap diperlukan inti dari bahan magnetik. Pada saat pendinginan,
kemampuan rapat fluksi bahan inti malah berkurang (bahan cenderung
bersifat diamagnetik), bahan cepat jenuh, rugi-rugi histerisis membesar.
Keadaan ini menyebabkan inti besi harus tetap dijaga pada temperatur
kamar, sehingga desain pendinginan menjadi sulit.