Anda di halaman 1dari 7

Judul

Bel pulang telah berbunyi 10 menit yang lalu, Vano sedang bersiap – siap untuk mengikuti ekskul
basketnya. Setelah bersiap – siap, Vano segera berjalan menuju lapangan basket sekolah di dampingi oleh
Alya, sang pacar.
Vano : “Al aku ke sana dulu ya? Nanti aku kabarin kalo udah selesai”
Alya : “Kamu basket lagi? Perasaan basket mulu.”
Vano : “Ya kan satu minggu lagi lomba. Kamu mau aku kalah?”
Alya : “Iya deh, sana cepet ditungguin tuh.”
Vano : “Tunggu disini aja ya, nggak usah kemana-mana. Ribet nanti nyari kamu.” ( Haechan tersenyum
kecil)
Alya : “Iya bawel, udah sana cepetan ditungguin tuh.”
Haechan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Lalu ia langsung membalikkan badannya dan
melangkah menuju lapangan basket.
Jeno : “Alya!” (teriak Jeno kepada gadis tersebut)
Alya : “Eh Jen! Darimana aja baru keliatan?”
Jeno : “Biasa, Hana minta dianterin ke mall dulu tadi.”
Alya : “Eh, kamu udah makan belum Jen? Temenin aku yuk ke kantin, laper nih.” (Alya hanya membalas
dengan anggukan kecil dan langsung mengajak Jeno makan karena perutnya sekarang terasa lapar)
Jeno : “Yuk lah, kebetulan aku juga belum makan.”
Alya dan Jeno langsung bergegas menuju kantin. Sesampainya di kantin mereka memesan dua mangkok
bakso. Dengan mangkok bakso yang sudah berada di tangan masing-masing, mereka pun mencari tempat
untuk menikmati bakso yang terlihat lezat ini.
Jeno : “Eh Al, tugas kamu udah selesai belum?”
Alya : “Tugas yang mana dah?”
Jeno : “Itu tugas yang dari Pak Niko, aku kupa yang mana pokoknya tugasnya dari Pak Niko kalo ngak
salah.”
Alya : “Oh yang matematika itu ya ? Udah sih aku. Kamu?”
Jeno : “Ya belum lah, kan aku mau nyontek kamu.”
Alya : “Idihh, kebiasaan ya kamu Jen.”
Di sela-sela kegiatan makannya dengan Jeno, tiba-tiba Vano menghampiri mereka berdua dan berdiri
tepat di samping Alya. Alya yang menyadarinya pun terkejut akan kehadiran Vano. Bukannya tadi dia
sedang latihan basket? Kenapa sekarang malah berdiri di sini?
Alya : “Loh Van, kamu ngapain? Bukannya masih latihan ya?”
Vano : “Udah aku bilang tunggu disana tadi kan? Ngak denger?” (Vano menjawabnya dengan wajah
datar)
Alya : “Tapi kan aku laper Van, lagian aku Cuma ke kantin, ngak jauh-jauh dari tempat tadi.”
Vano : “Ayo pulang.” (Vano menatap manik mata gadis tersebut dengan wajah datar)
Alya : “Lah kan ini aku lagi makan, ngak liat ni baksonya masih banyak sayang kalo ngak dihabisin.”
Vano : “Pulang, Alya.” (Ucap Vano dengan dingin sambil menarik tangan Alya)
Jeno : “Eits, Alya belum selesai makan bro. Lagian kenapa sih buru-buru banget.”
Posisi mereka sekarang membuat Alya merasa malu. Vano pegang tangan Alya, Jeno pegang tangan
Vano, dan Alya pegang sendok bakso. Dan ditambah lagi mereka diliatin sama banyak orang disana.
Vano : “Urusan kamu apa ya? Alya pacar saya.”
Jeno : “Ya terus? Mau dia pacar, nenek, atau ibu kamu. Intinya ngak sopan orang lagi makan ditarik-tarik
begini.”
Alya : "Udah dong kalian! Malu nih diliatin begini!"
Vano : "Kamu mau makan disini?" (Vano bertanya ke Alya)
Alya : "Iya, Vano. Gue laper, lagian sayang nih bakso masih banyak kalo gue tinggalin gitu aja."
Vano : "Yaudah cepet. Aku tungguin." (Jawab Vano tenang, sambil duduk di sebelah Alya)
Alya hanya menghela nafas pelan. Dia terlihat biasa saja, sudah terbiasa dengan sifat Vano yang seperti
ini. Lain hal dengan Jeno. Lelaki itu berpikir keras, karena belum pernah melihat sifat Vano yang seperti
itu.
Vano : "Kenapa liat liat?" (Tanya Vano songong kepada Jeno yang dari tadi ngeliatin Vano)
Jeno : "Dia sering kayak gini ke lo, Al?" (Alih alih menjawab, Jeno malah menghadapkan wajah nya ke
arah Alya yang lagi makan bakso)
Alya : "Udah sering dia gini mah." Jawab nya santai.
Vano : "Alya Anastasya Pratama, udah selesai makan nya?" (Ucap Vano di sela obrolan Jeno dan Alya)
Jeno : "Buset serem amat manggil nya pake nama panjang." (Jeno mencibir)
Alya : "Bentar lagi, Vano."
Vano : "Aku duluan ke mobil. Kamu tunggu disini, nanti aku jemput pake mobil."
(Alya mengangguk sambil makan bakso yang masih tersisa)
Jeno: "Al, Vano orang nya posesif? Jujur." (Jeno bertanya ke Alya selepas Vano pergi)
Alya : "Gimana ya, posesif tuh enggak, cuman agak ngekang aja sih."
Jeno: "Itu namanya sama aja dong Alya! Kamu kalo digituin lawan dong! Jangan diem doang, baru
pacaran juga belom jadi suami." (Jeno menjawab dengan emosi)
Alya : "Hhh, lo ga tau aja kalo gue lawan dia bakal kayak gimana." (Alya menjawab dengan lesu)
Jeno: "Emang dia bakal gimana?" (Tanya Jeno penasaran)
Alya : "Gak. Eh, aku duluan ya! Vano udah dateng tuh. Babai Jeno!" (Ucap Alya terburu buru)
Jeno : "Iya, hati-hati!"
Alya pun meninggalkan Jeno yang padahal sangat penasaran dengan jawaban dari pertanyaannya itu.
Mau bagaimana lagi? Alya harus buru-buru menghampiri Vano yang sudah menunggunya dengan sebuah
mobil, lalu masuk ke dalam mobil tersebut. Setelah Alya masuk ke dalam mobil Vano memecah
keheningan dengan sebuah pertanyaan.
Vano : "Tadi yang ngajak ke kantin Jeno atau kamu duluan?"
Alya : "Aku Van, kenapa emang?" (Jawab Alya santai)
Vano : "Kenapa ga ngomong ke aku aja kalo kamu laper? Kan bisa aku temenin ke kantin."
Alya : "Tapi kan kamu ada latihan Vano, kata nya ga mau kalah?"
Vano : "Kamu kan tau, kamu prioritas aku, Alya." (Ucap Vano dingin dan tetep ngadep lurus kedepan)
Alya : "Aku ga mau ngerepotin, Van. Rasa nya berlebihan kalo Kamu ninggalin latihan basket cuma buat
nemenin gue makan."
Vano : "Latihan bisa nanti. Yang penting itu kamu. Kamu pacar aku."
Alya : "Duh, kamu gatau aja banyak anak basket benci sama aku gara-gara kamu lebih nge-prioritasin aku
daripada basket." (Alya mengeluh)
Jujur, sebenernya gara gara Haechan selalu mementingkan Alya daripada basket, banyak anak basket
yang ngomongin dia manja lah, banyak mau lah, atau apapun itu yang buruk. Alya sebener nya ga
masalah, tapi ya gedek aja gitu woi diomongin depan muka sendiri.
Padahal kan emang Haechan nya aja yang selalu mentingin Alya. Dasar julid!
Vano: "Siapa yang benci kamu? Kasih tau aku, nanti aku bunuh." Tanya Haechan.
Alya : "Goblok ah, masa orang Cuma benci sama aku kamu mau bunuh."
Vano: "Beneran. Kasih tau aku siapa orang nya,"
Alya : "Gamau. Cari tau aja sendiri"
Vano : "Oke, liat aja. Aku gabakal biarin dia ngeliat matahari besok." (Ucap Haechan dengan nada yang
dingin)
Alya enggak bisa berkata-kata, dia cuma bisa merinding setelah mendengar perkataan Vano. Lalu Alya
melihat ke jendela dan merasakan ada yang aneh. Ini sepertinya bukan jalan menuju rumahnya. Alya pun
merasa bingung, lalu ia memutuskan untuk menanyakannya kepada Vano.
Alya : "Van, ini kok jalan bukan ke rumah aku ya?"
Vano : "Iya, kita ke pemakaman dulu."
Alya : "Loh, mau ngapain kamu kesana? Ngajak aku lagi???" (Alya kaget)
Vano : "Mau mesen tempat, buat orang yang benci kamu." (Singkat Vano)
Alya : "Van jangan main main deh! Ga lucu lohh!"
Vano :"Siapa yang nge lucu? Dari tadi aku serius, Alya." (Jawab Vano tenang tapi mendominasi)
Alya kaku. Nyata nya, sekarang mereka emang beneran udah di pemakaman. Vano markirin mobil nya di
depan pintu gerbang.
Vano : "Mau ikut turun?"
Alya : "V-Van, kamu? Beneran?" (Alya gugup)
Vano : "Ngapain bercanda sih Alya? Mau ikut gak?"
Alya : "Gamau ah! Ngapain sih Van?!"
Vano : "Yaudah tunggu sini ya. Aku paling 15 menitan doang." (Vano langsung keluar dari mobil dan di
kunci dari luar)
Alya : "Wah, gila tu anak." (Alya bergumam saat Vano udah keluar mobil)
Pagi ini, Alya udah sampai di sekolah nya tercinta. Tapi, Alya ngerasa aneh. Soalnya sekolah yang biasa nya
rame jadi agak sepi dan keadaan kelas bener-bener hening. Padahal di dalam kelas udah banyak orang.
Bahkan udah ada dosen yang duduk di depan. Ditambah ada dua anak kelas sebelah di depan kelas (Regan Dan
Hans).

Pak Guru : "Alya, bisa duduk dulu? Ini ada teman kamu mau ngasih tau informasi."

(Alya berjalan lalu duduk di bangkunya)

Pak Guru : "Baiklah, Nak Regan dan Nak Hans, bisa dimulai?"

Regan : "Iya pak, selamat pagi semuanya."


Sekelas : "Pagi!" Jawab sekelas.

Hans : "Sebelum nya, maaf mengganggu waktu kalian. Turut berdukacita untuk, temen kita, Axel dan Hwall.
Mereka semalem ditemukan meninggal di kamar. Jadi kehadiran kita disini mau minta sumbangan dari temen-
temen sekalian buat keluarga mereka."

Sekelas : Hahh??!!

Vano, dia gak main-main sama omongan nya. Sekelas ricuh dan kaget. Tapi jadi hening lagi setelah ditegur
Pak Guru. Disisi lain, Alya kaget sampai keringet dingin. Axel dan Hwall. Iya, mereka berdua yang selalu
nyindir Alya terang-terangan di depan muka nya tentang Vano yang rela ninggalin basket buat dia.

Alya sekarang lagi di kantin. Sambil ngelamun dia mikirin tugas lah, utang lah, Vano lah, dan banyak lagi.
Asli, Alya beneran ga tenang banget sekarang. Selang beberapa menit, akhir nya orang yang bikin Alya
merinding dari tadi dateng dan langsung duduk santai di sebelah Alya.

Vano : "Kenapa?"

Alya : "Itu-Axel sama Hwall, beneran kamu?" (Alya bertanya dengan gugup)

Vano : "Beneran aku gimana?"


Alya : "Kamu, maaf sebenernya aku ga enak, tapi— beneran kamu yang bunuh?" (Alya agak sedikit
mengecilkan volume suaranya karena takut didengar orang lain)

Vano : "Iya." (Vano menjawab dengan santai)


Alya : "Terus?" Alya agak sedikit nge gantung.
Vano : "Teruus? Apa nya terus?" (Vano balik bertanya)

Alya : "Lo biasa aja gitu habis bunuh orang???"

Vano : "Ya emang harus gimana?"

Alya : "Astaga, Van. Gini ya, kamu itu abis bunuh orang! Bun—"

Vano : "Kita bahas di mobil, ga enak kalau didenger orang banyak." (Haechan buru-buru nutup mulut Alya
sambil narik tangannya)

Sekarang mereka udah di mobil dan Haechan mulai buka suara,

Vano : "Jadi, mau tanya apa aja?" Tanya nya.

Alya : "Kenapa kamu bunuh mereka?"  (Tanya Alya to the point walau dia deg-degan)

Vano : "Simple, karena mereka benci kamu."

Alya : "Ha? Simple dari mananya Vano! Kamu ga mikirin keluarga mereka??!"

Vano : "Aku tanya balik deh, mereka ga mikirin perasaan kamu?"  (Vano ngadepin muka nya ke depan muka
Alya)

Alya : "Yaelah, perasaan aku mah gampang Van. mereka juga cuma ngomongin aku aja, udah biasa itu mah."

Vano : "Dua orang itu emang ga pantes hidup, Al. Aku juga udah kesel sama mereka dari dulu, banyak omong
doang, tapi aksi nya nol. Basket kalah juga kebanyakan gara-gara mereka berdua, latihan jarang tapi sekali nya
aku ga dateng latihan basket buat nemenin kamu, mereka langsung ngomongin kamu, bahkan di depan muka
kamu sendiri. Dan kamu kira aku bakal biarin orang kayak gitu tetap hidup? Nggak." (Jelas Vano)

Alya : "Y-ya tapi ga harus bunuh-bunuh juga, Van. Kan serem banget kalo gitu."

Vano : "Terserah. Yang penting aku udah ga perlu ngurusin dua sampah itu lagi. Kamu kalo bisa hidupin
mereka lagi juga silahkan."

Alya : "Y-ya ga gitu juga dong Van." Final Alya.

Setelah percakapan tersebut, keadaan di mobil kembali hening. Mereka sibuk sama aktifitas masing masing.
Vano yang fokus nyetir dan Alya yang sibuk melamun. Entah memikirkan apa, tapi yang pasti masih gugup
sama omongan Vano yang tadi. Vano mengantar Alya untuk pulang ke rumah gadis itu, lalu dia pulang ke
rumahnya.

Vano ngebuka pintu rumah pake remot yang udah dia keluarin dari tas. Biasa, orang kaya. Tapi cuma
yang punya rumah nya aja yang bisa buka pintunya pakai remot, selebih nya engga bisa. Misalnya kalau
pelayan atau tamu gitu pakai cara manual. Haechan masuk ke dalam rumah dengan santai. Seperti nggak
ada beban hidup. Di ruang keluarga udah ada si Bunda lagi duduk di sofa.
Vano : “Bunda, Vano pulang!” (Vano berucap sam berjalan ke arah Bundanya)
Bunda : “Eh, anak Bunda udah pulang. Duduk sini, Bunda mau ngomong.” (Bunda berucap sambil
menepuk-nepuk sofa sampingnya)
(Vano pun langsung duduk sofa tersebut, di samping Bundanya)
Bunda : “Chan pacar baru kamu namanya Alya ya?”
Vano : "Bunda tau Alya? Dari mana?"
Bunda : "Iyalah. Mama pacar kamu kan temenan sama Bunda. Waktu itu dia cerita, pacar anak nya baik
banget ngasih makanan terus, Bunda tanya ada ga foto nya dia bilang ada, terus ditunjukkin ke Bunda, eh
anak kesayangan Bunda ternyata pacar si Alya."
Vano : “Oh, gitu ya Bun.”
Bunda : "Van, Bunda mau dong ketemu sama Alya."
Vano : "Boleh, Bunda mau nya kapan?"
Bunda : "Besok pas makan siang aja gimana? Sekalian nenek kamu mau dateng kesini. Kita makan
bareng."
Vano : "Oke, aku ganti baju dulu abis itu kasih tau Alya nya ya." (Vano berkata sambil berdiri dari tempat
duduk nya dan langsung jalan ke kamar)
Bunda : "Loh? Mau ketemu? Kenapa ga dari chat aja?"
Vano: "Vano lebih suka ngobrol langsung Bun dari pada lewat chat." (Vano berteriak dari kamar)
Bunda : “Dasar anak muda!” (Bunda mencibir sambil menggelengkan kepala)
Vano sama Alya lagi ada di cafe sekarang. Sebenernya tadi Vano ragu mau ngajak Alya ke cafe, soalnya
kalo diajak ke cafe gini pasti Alya selalu mageran parah. Tapi khusus hari ini ga tahu kenapa dia ga nolak
ajakan Vano.
Vano : "Al, besok Bunda ngajak ketemu. Makan siang dirumah."
Alya : "Hah?"
Vano : "Bunda besok ngajak makan siang ke rumah. Mau ketemu kamu katanya." (Ulang Haechan lagi)
Alya : "Hah?"
Vano : "Hah hah mulu kamu Al."
Alya : "Ya ngomong tuh yang jelas dong Van. Jangan setengah-setengah, kan aku ga ngerti." (Emosi
Alya)
Vano : "Yaampun Alya! Kurang jelas apalagi sih? Nih ya, besok jam 12 aku bakal jemput kamu di
sekolah langsung ke rumah aku soalnya Bunda mau ngajak makan siang di rumah sekalian mau kenalan
sama kamu. Udah diem, aku ga nerima penolakan. Oke?"
(Alya beneran diem, dia bingung mau jawab apa. Sebenernya lebih ke deg deg an sih)
Alya : "Aduhh gimana nih Van, aku takut." (Alya berkata dengan muka panik)
Vano : "Takut kenapa?"
Alya : "Kalo misalnya Bunda kamu ga suka sama aku gimana? udah berharap tinggi sama gue, terus gue
nya biasa aja gini? Gimana dong Vannn??"
Vano : "Lakuin pake cara kamu sendiri, aku yakin Bunda bakal suka kok. Buat disukain sama orang lain
itu ga perlu pake cara orang lain juga, Al. Bunda pasti nerima kamu apa ada nya kok. Kayak kamu nerima
aku apa ada nya. Jadi gausah dipikirin yang gituan. Bunda orang nya baik kok."
Alya : "Van tapi, aku kan ga bisa masak? Terus kalo disuruh Bunda kamu masak gimana?"
Vano : "Nanti aku bilang Bunda, gausah suruh kamu masak."
Alya : "Ya jangan dong Van. Aku malu nanti."
Vano : "Ngapain malu? Gabisa masak itu wajar kok. Udah ya kamu ga usah mikirin apa apa lagi. Besok
tinggal dateng, duduk, ngobrol, makan. Udah deh selesai."
Alya : "Doain ya, semoga besok ga gugup." (Alya berkata sambil nenangin diri nya sendiri)

Anda mungkin juga menyukai