Anda di halaman 1dari 4

MATERI PENYULUHAN

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Penyakit adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi
suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi’05). Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada
disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi
interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut. (Sumirat’96). Penyakit Berbasis
Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu
organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang
memiliki potensi penyakit. Faktor yang menunjang munculnya penyakit berbasis lingkungan
antara lain :
1. Ketersediaan dan akses terhadap air yang aman
2. Akses sanitasi dasar yang layak
3. Penanganan sampah dan limbah
4. Vektor penyakit
5. Perilaku masyarakat
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit
berbasis lingkungan, diantaranya : (1)Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat
dilakukan melalui Surveilans kualitas air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan
kualitas air, dan Pembinaan kelompok pemakai air. (2) Penyehatan Lingkungan Pemukiman
dengan melakukan pemantauan jamban keluarga (Jaga), saluran pembuangan air limbah
(SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS), penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU)
meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar, kolam renang dan pemandian umum lain,
sarana ibadah, sarana angkutan umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya. (3)
Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran. (4) Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang
bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan
makanan dan minuman, kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan
dini serta penyakit bawaan makanan. (5) Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh
pemilik rumah bersama kader juru pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas,
melakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk
dan tumbuhnya jentik.
Penyakit yang termasuk penyakit berbasis lingkungan diantaranya yaitu :
1. INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA).
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali pertahun, yang berarti seorang balita rata- rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. ISPA dapat
ditularkan melalui bersin dan udara pernapasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Secara anatomis yang termasuk infeksi saluran pernapasan akut :
a. ISPA ringan.
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut : 1) Batuk 2) Pilek dengan atau
tanpa demam.
b. ISPA sedang.
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut : (1)
Pernapasan cepat. (2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/ menit atau lebih (3) Wheezing
(napas menciut – ciut) (4) Sakit atau keluar cairan dari telinga (5) Bercak
kemerahan (pada bayi)
c. ISPA berat.
Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut; (1)
Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi (2) Kesadaran menurun 12 (3) Bibir/
kulit pucat kebiruan (4) Stridor ( napas ngorok) sewaktu istirahat (5) Adanya
selaput membran difteri.
Upaya pencegahan penyakit ispa, diantaranya yaitu :
a. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
b. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
c. Immunisasi.
d. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak
antara lain :
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih. Mencegah anak
berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung
dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang
menderita penyakit ISPA.
2. TUBERKULOSIS
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis tipe Humanus. Sumber penularan adalah penderita TB
Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Gejala klinik, meliputi: Batuk, Dahak,
Batuk darah, Nyeri dada, Wheezing, Sesak nafas. Sedangkan Gejala umum, meliputi:
Demam, Menggigil, Keringat malam, Penurunan nafsu makan, Badan lemah.
a. Pencegahan Primer
Daya tahan tubuh yang baik, dapat mencegah terjadinya penularan suatu penyakit.
Dalam meningkatkan imunitas dibutuhkan beberapa cara, yaitu: 1. Memperbaiki
standar hidup; 2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna;
3. Istirahat yang cukup dan teratur; 4. Rutin dalam melakukan olahraga pada
tempat-tempat dengan udara segar; 5. Peningkatan kekebalan tubuh dengan
vaksinasi BCG.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan terhadap infeksi Tuberkulosis Paru pencegahan terhadap sputum yang
infeksi, terdiri dari: 1. Uji tuberkulin secara mantoux; 2. Mengatur ventilasi
dengan baik agar pertukaran udara tetap terjaga; 3. Mengurangi kepadatan
penghuni rumah. 4. Melakukan foto rontgen untuk orang dengan hasil tes
tuberculin positif. Melakukan pemeriksaan dahak pada orang dengan gejala klinis
TB paru.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan dengan mengobati penderita yang sakit dengan obat anti Tuberkulosis.
Pengobatan Tuberkulosis Paru bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan, dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap Directly Observed Treatment, Short-course
(DOTS).
3. DIARE
Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk
dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang
air besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin
dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering
dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang
anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).
Gejala klinis penderita diare biasanya ditandai dengan suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan
menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa
lama- kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama
makin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak
dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau
sesudah diare dan dapat 34 disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam- basa dan elektrolit.
Penularan penyakit diare pada balita biasanya melalui jalur fecal oral terutama
karena: 1) Menelan makanan yang terkontaminasi (makanan sapihan dan air). 2)
Beberapa faktor yang berkaitan dengan peningkatan kuman perut : a) Tidak
memadainya penyediaan air bersih b) kekurangan sarana kebersihan dan pencemaran
air oleh tinja. c) penyiapan dan penyimpanan makanan tidak secara semestinya.
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat
dilakukan adalah perilaku sehat 1. Pemberian ASI, 2. Makanan Pendamping ASI, 3.
Menggunakan Air Bersih Yang Cukup, 4. Mencuci Tangan, 5. Menggunakan Jamban,
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar, 7. Pemberian Imunisasi Campak,
4. DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau dalam bahasa asing dinamakan Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro 52
podborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan
Aedes Aegepty).
Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam
biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom
syok dengue. Upaya Pencegahan meliputi : 1) Abatisasi, 2) Fogging focus (FF), 3)
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), 4) Penggerakan PSN, 5) Pencegahan gigitan
nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai