Tugas Ushul Fiqh Zubair
Tugas Ushul Fiqh Zubair
Nim : 22111013
Prodi : Al-Ahwal Al-Syakhsiyah
Mata Kuliah : Ushul Fiqih
1
Abu Luwis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-A’lam, Cet. Ke-27 (Beirut : Dar alMasyriq, 1987),
hlm. 591; Muhammad Sallam Madkur, Al-Fiqh al-Islami (Kairo : Maktabah Abdullah Wahbah, 1955), hlm. 44.
2
Djazuli. Ilmu Hukum Islam Fiqih; Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan (Jakarta: Prenada
Media, 2005
3
Zainudin Ali, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) 106.
4
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih,(Jakarta: Pustaka Amani, 2010), 137.
D. Kaidah kebahasaan, Amm dan Khass: Amr dan Nahi dan Kaidah Lima (Al-Qawaid
Khams)
1. Amm dan Khass
Amm menurut bahasa ialah cakupan sesuatu baik lafaz atau selainnya. Sedangkan
menurut istilah ialah lafaz yang menunjukkan pada jumlah yang banyak dan satuan yang
termasuk dalam pengertiannya dalam satu makna yang berlaku. Adapun yang dimaksud
dengan satu makna yang berlaku yaitu lafaz yang tidak mengandung arti lain yang bisa
menggantikan makna tersebut (bukan musytarak). Sedangkan Khass ialah Khas menurut
bahasa ialah lawan daripada ‘âm. Sedangkan menurut istilah ialah suatu lafaz yang
menunjukkan arti tunggal yang menggunakan bentuk mufrad, baik pengertian itu
menunjuk pada jenis atau menunjuk macam atau juga menunjuk arti perorangan ataupun
isim jumlah.5
2. Amr dan Nahi
Amr secara bahasa terambil dari masdar yang artinya perintah Sedangkan menurut istilah
ada beberapa pendapat. Menurut Ibn Subki amr adalah tuntutan untuk berbuat, bukan
meninggalkan yang tidak memakai latar (tinggalkanlah) atau yang sejenisnya. 6
Sedangkan Nahy secara bahasa kebalikan dari amr, nahy bentuk masdar dari - نھي-ینھي
نھیاyang artinya mencegah atau melarang, Sedangkan menurut istilah nahy adalah
ungkapan yang meminta agar suatu perbuatan dijauhi yang dikeluarkan oleh orang yang
kedudukanya lebih tinggi kepada orang yang kedudukanya lebih rendah. 7
3. Al- Qawaid Khams
Kaidah-kaidah yang dibentuk para ulama’ pada dasarnya berpangkal dan menginduk
kepada lima kaidah pokok. Kelima kaidah pokok inilah yang melahirkan bermacam-
macam kaidah yang bersifat cabang. Sebagian ulama’ menyebut kelima kaidah pokok
tersebut dengan istilah al qawa’id al-khams (kaidah-kaidah yang lima). Kelima kaidah
tersebut sangat masyhur di kalang madzhab al-Syafi’i khususnya dan dikalangan
madzhab-madzhab lain umumnya, meskipun urutannya tidak selalu sama. Kelima Kaidah
tersebut adalah : 1) segala Sesuatu Itu Tergantung Pada Tujuannya, 2) keyakinan tidak
bisa dihilangkakan daripada keraguan, 3) kesulitan itu menarik pada kemudahan 4)
kemadlaratan harus dihilangkan 5) kebiasaan dapat dijadikan suatu hukum.
5
Muhammad Amin Sahib, Lafaz Ditinjau Dari Segi Cakupannya (‘Âm - Khâs - Muthlaq - Muqayyad),
Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: hal 138 - 147
6
Ahmad. W. Munawwir, Al-Munawir, (Jakarta: Pustaka Praja, 1997), hal 38
7
Munawwir, Ahmad. W. (1997), Al-Munawir, Jakarta: Pustaka Praja. Hal 734
8
Abdullahi Ahmed an-Na’im, Dekonstruksi Syari’ah, terj. Ahmad Suaedy dan Amiruddin Arrani
(Yogyakarta: LkiS, 1994), hlm.54.
1. Jam'u wa al-taufiq, yaitu dengan cara mengompromikan kedua dalil tersebut.
Sedangkan cara mengompromikan keduanya ada tiga : a) Membagi hukum yang
bertentangan b) Memilih salah satu hukum c) Mengambil dalil yang lebih khusus.
2. Tarjih. Apabila yang pertama tidak bisa digunakan, maka menggunakan tarjih, yakni
menguatkan salah satu dalil.
3. Nasakh. Apabila cara kedua tidak bisa digunakan, maka menggunakan cara ketiga,
nasakh. Yaitu membatalkan salah satu hukum yang dikandung dalam kedua dalil
tersebut dengan syarat harus diketahui dulu mana dalil yang pertama dan mana dalil
yang datang kemudian.
4. atsaqut al-dalilaini. Apabila cara pertama, kedua dan ketiga tidak bisa ditempuh,
maka cara ini digunakan. Yaitu meninggalkan kedua dalil tersebut dan berijtihad
dengan dalil yang kwalitasnya lebih rendah.
9
Teguh Prasetyo et.al. , Filsafat, Teori & Ilmu Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakatrta, 2012,
hlm.125.
10
Isnu Cut Ali, Hukum, Hakim, Mahkum Fih Dan Mahkum ‘Alaih (Studi Pemahaman Dasar Ilmu
Hukum Islam), Al-Madãris VOL. 2, NO. 1, 2021, hal 85-86